Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

“ Konsep Dasar Hukum Internasional “

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pertemuan 2 Mata Kuliah Hukum Dan Peradilan
Internasional

Disusun Oleh :

Anib Ginasti (20052003)

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

 Prof.Dr.Azawar ananda,MA.

Kode Seksi :

202220520051

DEPARTEMEN ILMU SOSIAL POLITIK

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga pemyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam selalu
tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pertemuan 2 Mata Kuliah Hukum
Dan Peradilan Internasional yaitu mengenai Konsep Dasar Hukum Internasional.
Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk
itu tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr.Azawar ananda,MA selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Dan
Peradilan Internasional
2. Orang tua yang telah memberikan bantuan moril dan materiil.
3. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Februari 2023

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Makalah
Salah satu kajian atau cabang ilmu dari ilmu hukum adalah Hukum
Internasional (international law). Dewasa ini Hukum Internasional telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Ilmu Hukum sendiri pada dasarnya juga telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan semakin banyak
dan berkembangnya aliranaliran dalam Ilmu Hukum, mulai dari aliran hukum alam
sampai aliran postmodern termasuk critical legal studies di dalamnya. Pada awalnya
Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antar negara
namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks
pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga mengurusi
struktur dan perilaku organisasi internasional dan, pada batas tertentu, perusahaan
multinasional dan individu.

Hukum Internasional, dalam sejarahnya telah hamper berumur 4 abad, namun


akar-akarnya telah terdapat semenjak zaman Yunani Kuno dan zaman Romawi. Di
zaman Yunani Kuno ahliahli pikir seperti Aristoteles, Socrates dan Plato telah
mengemukakan gagasan-gagasan mengenai wilayah, masyarakat dan individu. Lebih
dari 2000 tahun yang lalu city-states di Yunani walaupun didiami oleh bangsa dengan
bahasa yang sama, hubungan mereka telah diatur oleh ketentuan-ketentuan yang
kemudian bernama Hukum Internasional. Ketentuan-ketentuan tersebut menyangkut
pengaturan-pengaturan perang dan penghormatan terhadap utusan-utusan negara.
Namun, pada waktu itu ketentuan-ketentuan tersebut belum lagi didasarkan atas
prinsip hukum yang mengikat, tetapi atas percampuran moral, agama dan hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian hukum internasional?
2. Bagaimana sejarah hukum internasional?
3. Apa itu pengertian masyarakat internasional?
4. Apa saja subjek dan objek hukum internasional?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian hukum internasional.

3
2. Untuk mengetahui sejarah hukum internasional.
3. Untuk mengetahui pengertian masyarakat internasional.
4. Untuk mengetahu subjek dan objek hukum internasional.

4
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian Hukum Internasional
Istilah Hukum Internasional (International Law) merupakan istilah yang
pertama kali diperkenalkan oleh Jeremy Bentham, seorang ahli hukum sekaligus
filsuf utilitarianisme Inggris yang jenius. Istilah Hukum Internasional memiliki
padanan yang sama dengan istilah hukum bangsa-bangsa (the law of nation, droit
des gens), istilah ini digunakan diantaranya oleh James L. Brierly dan Daniel Patrick
Moynihan. Kedua istilah tersebut bisa digunakan secara bergantian. Akan tetapi,
dalam perkembangannya istilah pertama lebih sering muncul atau digunakan akhir-
akhir ini. Hukum Internasional lazimnya dimaknai sebagai hukum internasional
publik, walaupun pada dasarnya Hukum Internasional dalam arti luas dapat
dimaknai atau terbagi menjadi Hukum Internasional Publik dan Hukum
Internasional Privat (istilah lainnya dari Hukum Perdata Internasional). Bila Hukum
Internasional Publik mengatur hubungan antar negara dan subjek-subjek hukum
lainnya, Hukum Internasional Privat. mengatur hubungan antara individu-individu
atau badan-badan hukum dari negara-negara yang berbeda.
Hukum Internasional dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang
untuk sebagian besar terdiri dari prinsipprinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang
terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk mentaati dan karenanya,
benarbenar ditaati secara umum dalam hubunganhubungan mereka satu sama lain,
dan yang meliputi juga:
a. Kaidah-kaidah hukum yang berkaitan dengan berfungsinya lembaga-lembaga
atau organisasi-organisasi internasional, hubungan-hubungan mereka satu sama
lain, dan hubungan mereka dengan negaranegara dan individu-individu; dan
b. Kaidah-kaidah hukum tertentu yang berkaitan dengan individu-individu dan
badan-badan non negara sejauh hak-hak dan kewajiban individu dan badan non
negara tersebut penting bagi masyarakat internasional.

Mochtar Kusumaatmadja mendefinisikan Hukum Internasional sebagai


“keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata. Dalam
kesempatan lain, Mochtar menegaskan bahwa Hukum Internasional adalah

5
“keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara antara negara dengan negara, dan negara dengan subjek
hukum lain yang bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain”.

2. Sejarah Hukum Internasional

Hukum internasional tumbuh dan berkembang sesuai zamannya, yang diawali


pada masa klasik, seperti pada masa India kuno, Cina Kuno, Yunani Kuno dan
Romawi Kuno, dalam bentuk kaidah-kaidah kebiasaan dan aturan-aturan yang
dibuat oleh suatu bangsa atau kerajaan yang mengatur hubungan diantara mereka
dalam bentuk yang masih sederhana dan bersifat terbatas untuk bidang-bidang
tertentu saja. Pada masa kelasik dan abad pertengahan, hukum internasional tidak
banyak mengalami perkembangan. Baru setelah masa itu, yaitu pada abad ke 16, 17,
18, 19, 20, dan dewasa ini, hukum internasional moderen tumbuh dan berkembang
sesuai zamannya, dari segi teori-teori, azas-azas, lembaga-lembaga dalam hukum
internasional. Demikian juga mengenai subtansi dan sifat dati keputusan organisasi
internasional serta putusan peradilan internasioal.
Hukum internasional pada dewasa ini berkembang sejalan dengan
perkembangan-perkembangan dalam masyarakat moderen, baik di bidang teknologi
industri, informasi, militer, ruang angkasa, lingkungan, perdagangan dan hak asasi
manusia. Ruang lingkup kerjasama internasional meliputi segala aspek kehidupan
dari masyarakat internasional moderen yang tergabung dalam organisasi global dan
regional, baik dalam bentuk perjanjian bilateral maupun multilateral. Peranan
organisasi internasional dan perjanjian internasional yang membentuk law making
treaties, serta keputusan-keputusan dari peradilan internasional, kesemuanya itu
menjadi faktor utama dalam pembentukan hukum internasional moderen dalam
menjawab kebutuhan penyelesaian kasus-kasus internasional yang terjadi dewasa
ini. Hukum internasional diharapkan dapat menjadi kaidah yang tegas dalam
mengatur hubungan-hubungan dalam masyarakat internasional dan sekaligus
menegaskan bahwa hukum internasional itu tetap ada, diakui sebagai sistem hukum
global.
4. Pengertian Masyarakat Internasional
Masyarakat internasional terdiri dari sejumlah negara-negara di dunia yang
sederajat dan merdeka yang mempunyai kepentingan-kepentingan untuk melakukan
hubungan secara tetap dan terus-menerus.

6
5. Subjek Dan Objek Hubungan Internasional
a. Subjek Hubungan Internasional
Dewasa ini subjek-subjek hukum internasional yang diakui oleh masyarakat
internasional, adalah:
1.      Negara
Menurut Konvensi Monntevideo 1949, mengenai Hak dan Kewajiban Negara,
kualifikasi suatu negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional
adalah:
penduduk yang tetap, mempunyai wilayah (teritorial) tertentu; pemerintahan yang sah
dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain. Jadi dapat
dikatakan konsep negara dipakai utuk menyatakan dalam bahasa teknis keadaan-
keadaan hukum dimana individu-individu itu sendiri terikat untuk bertindak dan
menerima beberapa keuntungan tertentu atas nama kolektivitas umat manusia dimana
mereka menjadi anggotanya[6].
2.      Organisasi Internasional
Menurut Theodore A Couloumbis dan James H. Wolfe Organisasi internasional
mempunyai klasifikasi, yakni:
·         Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud
dan         tujuan yang bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa ;
·         Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan
tujuan yang bersifat spesifik, contohnya adalah World Bank, UNESCO, International
Monetary Fund, International Labor Organization, dan lain-lain;
·         Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan
global, antara lain: Association of South East Asian Nation (ASEAN), Europe Union.
3.      Palang Merah Internasional
Pada awal mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang
lingkup nasional, yaitu Swiss, didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss,
yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di bidang kemanusiaan. Kegiatan
kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan simpati
dan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di
masing-masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian

7
dihimpun menjadi Palang Merah Internasional (International Committee of the Red
Cross/ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss. . (Phartiana, 2003; 123)
4.      Tahta Suci Vatikan
Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat
Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan
mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi
lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Tahta Suci sebagai
pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan
kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas
pada bidang kerohanian dan kemanusiaan, sehingga hanya memiliki kekuatan moral
saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci dan umat Katholik
sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak negara
membuka hubungan diplomatik dengan Tahta Suci, dengan cara menempatkan
kedutaan besarnya di Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga
menempatkan kedutaan besarnya di berbagai negara. (Phartiana, 2003, 125)
5.      Kelompok Pemberontak atau Pembebasan atau Beligerensi (belligerent)
Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri
suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan
negara yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan
terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan,
bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil oleh
adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang
berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat
oleh pemerintah negara tempat pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut,
berarti bahwa dari sudut pandang negara yang mengakuinya, kaum pemberontak
menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional
6.      Individu
Lahirnya Deklarasi Universal te ntang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of
Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya beberapa
konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, menyatakan individu
adalah sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.
7.      Perusahaan Multinasional (MNC)
Eksistensi MNC dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa
disangkal lagi. Di beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional

8
mengadakan hubungan dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang kemudian
melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja berpengaruh
terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu
sendiri.
            Subyek hukum internasional juga dapat didefinisikan sebagai pihak yang dapat
dibebani hak dan kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional atau setiap negara,
badan hokum (internasional) atau manusia yang memiliki hak dan kewajiban dalam
hubungan internasional.
b. Objek Hubungan Internasional
  Objek hukum internasional adalah pokok-pokok permasalahan yang dibicarakan
atau dibahas dalam hukum internasional. Namun, kawasan geografis suatu Negara
(difined territory) juga dapat dikatakan sebagai objek hukum internasional
dikarenakan sifat objek hukum internasional hanya bias dikenai kewajiban tanpa bias
menuntuk haknya. Objek hukum merupakan sesuatu yang dapat berguna bagi subyek
hukum dan dapat menjadi suatu pokok hubungan hukum yang dilakukan oleh subyek-
subyek hukum, biasanya dinamakan benda atau hak yang dapat dimiliki dan dikuasai
oleh subyek hukum.
Contoh-contoh objek hukum internasional adalah:
1. Hukum Internasional Hak Asasi Manusia
             Hukum Internasional hak asasi manusia adalah semua norma hukum
internasional yang ditunjukkan untuk menjamin perlindungan terhadap pribadi
(individu)
2. Hukum Humaniter Internasional
            Hukum Humaniter Internasional adalah semua norma hokum internasional yang
bertujuan memberi perlindungan pada saat timbul konflik bersenjata bukan
internasional, kepada anggota pasukan tempur yang tidak bias lagi menjalankan
tugasnya lagi, atau orang-orang yang tidak terlibat dalam pertempuran
3. Hukum Kejahatan terhadap Kemanusiaan (massal)
Istilah ini dikeluarkan oleh pengadilan Nurenberg untuk perbuatan kejam Nazi
Jerman terhadap warga negaranya sendiri. Namun, dewasa ini genosida (pembunuhan
massal dilatar belakangi kebencian terhadap etnis, suku tertentu) juga termasuk dalam
hukum ini.
            Objek hukum internasional dapat berubah disebabkan dunia global dan
internasional yang bersifat dinamis (selalu berubah). Sehingga tindak lanjut dari

9
hukum internasional itu sendiri akan berubah mengikuti arus perkembangan zaman
dan permasalahan baru yang akan timbul dalam hubungan internasional kedepannya.
Seperti permasalahan yang terbaru saya baca di internet yakni kasus perompakan
kapal-kapal laut di Somalia. Kasus ini menyebabkan PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) mengeluarkan resolusi agar kejadian ini tidak terulang kembali.
            Objek hukum internasional dapat hilang. Objek hukum internasional telah
saya sebutkan tadi diatas bahwa wilayah geografis termasuk didalamnya. Dalam
kaitan ini, saya mencoba menghubungkan dengan kepulauan yang berada di sebelah
timur laut Australia. Pulau-pulau yang kebanyakan tak berpenghuni ini dijadikan
Prancis (pulau ini dibawah kekuasaan Prancis) dijadikan sebagai ajang uji coba Nuklir
mereka. Sehingga, dampak dari uji coba ini adalah hilangnya (tenggelam) pulau
tersebut. Dalam hal lain, kasus perebutan pulau Malvinas/Falkland (Inggris-
Argentina) juga dapat dijadikan referensi sebagai hilangnya objek internasional. Pulau
Malvinas (penyebutan oleh orang Argentina dan Falkland oleh orang Inggris) adalah
pada mulanya milik Argentina. Namun, Inggris mengklaim pulau tersebut sehingga
menyebabkan tejadi perang dimana Argentina kalah dan harus merelakan “hilang”
nya pulau tersebut dari peta geografis wilayah Argentina.
           Objek dari hukum internasional ialah badan hukum internasional yaitu
negara dan organisasi internasional. Hubungan yang terjalin antara badan hukum
internasional adalah hubungan internasional dalam artian bukan dalam scope wilayah
tertentu, ia merupakan hubungan luar negeri yang melewati batas teritorial atau
geografis negara, berlainan dengan hukum negara yang hanya mengatur hubungan
dalam negeri . Kaedah hukum internasional ialah kaedah wajib, seperti layaknya
semua kaedah hukum, dan ini yang membedakan antara hukum internasional dengan
kaedah internasional yang berlaku dinegara tanpa memiliki sifat wajib seperti life
service dan adat kebiasaan internasional. Oleh karena itu, hukum internasional harus
senantiasa dikawal oleh semua Negara sehingga praktek hukum yang dilakukan oleh
semua Negara di dunia ini berlandaskan pada keadilan dan kemanusiaan.

10
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaidah yang sangat diperlukan untuk


mengatur sebagian besar hubungan-hubungan antar negara-negara, tanpa adanya
kaidah-kaidah ini sungguh tidak mungkin bagi mereka untuk melakukan tetap dan
terus menerus.
2. Hukum internasional tumbuh dan berkembang sesuai zamannya, yang diawali pada
masa klasik, seperti pada masa India kuno, Cina Kuno, Yunani Kuno dan Romawi
Kuno, dalam bentuk kaidah-kaidah kebiasaan dan aturan-aturan yang dibuat oleh
suatu bangsa atau kerajaan yang mengatur hubungan diantara mereka dalam bentuk
yang masih sederhana dan bersifat terbatas untuk bidang-bidang tertentu saja.
3. Masyarakat internasional terdiri dari sejumlah negara-negara di dunia yang
sederajat dan merdeka yang mempunyai kepentingan-kepentingan untuk
melakukan hubungan secara tetap dan terus-menerus.
4. Subyek hukum internasional juga dapat didefinisikan sebagai pihak yang dapat
dibebani hak dan kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional atau setiap
negara, badan hokum (internasional) atau manusia yang memiliki hak dan
kewajiban dalam hubungan internasional.
5.  Objek dari hukum internasional ialah badan hukum internasional yaitu negara dan
organisasi internasional.
2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sehingga untuk kedepannya dapat menjadi motivasi dan pembelajaran bagi
penulis untuk membuat makalah selanjutnya

11
REFERENSI

Ariadno, Melda Kamil, 2007, Hukum Internasional Hukum Yang Hidup, Diadit Media,
Jakarta.
Fadjar, A.Mukthie, 2007, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Bahan Kuliah Program S3 Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
Istanto, F. Sugeng, 1994, Hukum Internasional, Penerbitan Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.
Kattsoff, Louis O., 1996, dari buku yang berjudul Elements of Philosophy, The Ronald
Press Company, New York, yang diterjemahkan oleh Soejono Soemargono,
1996, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana Jogja, Jogjakarta.
Mauna, Boer, 2000, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global, Alumni, Bandung.
Sidharta, B.Arief, 1999, Refleksi Tentang Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Starke, J.G., 2001, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika,
Jakarta.
Sudarsono, 2001, Ilmu Filsafat;Suatu Pengantar, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Thontowi, Jawahir & Iskandar, Pranoto, 2006, Hukum Internasional Kontemporer,
PT.Refika Aditama, Bandung.

12

Anda mungkin juga menyukai