Anda di halaman 1dari 7

PAPER FILSAFAT ILMU

”CIRI-CIRI BERPIKIR FILSAFAT DAN CABANG-CABANG FILSAFAT”

Disusun Oleh
Fathul faruq (201660057)

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


FAKULTAS PSIKOLOGI
PSIKOLOGI
2016/2017
CIRI BERPIKIR FILSAFAT DAN CABANG-CABANG FILSAFAT
CIRI-CIRI BERPIKIR FILSAFAT
Filsafat diidentikan dengan berpikir kritis dan mendalam, berpikir sampai ke akar-akarnya.
Filsafat juga melibatkan cara berpikir yang sistematik dan terbuka bagi alam semesta. Lebih
jelasnya, berikut adalah ciri-ciri berpikir filsafat :

1) Radikal, artinya berpikir sampai ke akar persoalan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara
terus bertanya hingga mendapat suatu jawaban yang lebih hakiki. Juga,
menghubungkan suatu konsep atau gagasan dengan yang lainnya, menanyakan
"mengapa?" dan mencari jawaban yang lebih baik dibanding dengan jawaban yang
sudah tersedia pada pandangan pertama. Pandangan itu bisa dibongkar sampai ke
akarnya jika kita mampu membongkar sejumlah asumsi-asumsi sampai menemukan apa
landasan filsafatnya.

2) Konsisten/runtut
Bagan konsepsional, hasil perenungan, harus bersifat konsisten/runtut. Lawannya
adalah bagan konsepsional yang kontradiktif alias saling bertentangan. Pernyataan-
pernyataan yang tidak runtut pada dasarnya tidak masuk akal. Contoh;
a. Hujan turun
b. Tidak benar bahwa hujan turun
Kalau kalimat a benar maka otomatis b tidak benar. Demikian pula sebaliknya kalau
kalimat a tidak benar maka kalimat b benar. Suatu perenungan filsafat tidak boleh
mengandung pernyataan-pernyataan yang saling bertentangan. Mengapa? Sebab
filsafat berusaha mencari penyelesaian atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan agar
dapat dipahami. Jawaban atau penyelesaian adalah pernyataan yang terbukti benar,
atau terbukti didasarkan pada bahan-bahan bukti yang lebih mendekati kebenaran.
Tidak mungkin diperoleh penyelesaian kalau kita mengatakan bahwa pernyataan yang
bertentangan dengan pernyataan diatas juga benar (kattsoff: 8-10)

3) Kritis, artinya tanggap terhadap persoalan yang berkembang dan yangdiketahuinya atau


bahkan mendatanginya. Dalam bukunya yang berjudulBeyond Feelings : A Guide to
Critical Thinking, Vincent Ryan Ruggiero mengatakan bahwa ada tiga aktivitas dasar
yang terlibat dalam pemikiran kritis, yaitu : melakukan tindakan untuk mengumpulkan
bukti-bukti, menggunakan otak bukan perasaan (berpikir logis), skeptis atau rasa ragu
karana adanya kebutuhan atas bukti artinya tidak percaya begitu saja sebelum
menemukan bukti yang kuat.

4) Spekulatif, artinya apa yang diselidiki filsafat didasarkan pada dugaan-dugaan yang
masuk akal, dan tidak berdasarkan bukti empiris. Ini bukan berarti bahwa dugaan filsafat
tidak ilmiah, tapi pemikiran filasafat memang tidak termasuk dalam lingkup kewenangan
ilmu khusus (achmadi:9-10)
Misalanya, filsafat menemukan jawaban pertanyaan apa itu benar (logika) apa itu
baik(etika) apa itu indah (estetika). Itulah yang dilakukan filsafat. Tidak lebih dari itu,
ilmu-ilmu lain dapat memanfaatkan pemikiran filosofis tersebut (dardiri: 15-16)
Dengan kata lain, berpikir secara filsafat bersifat konseptual. Karena konseptual maka
merupoakan hasil generalisasi dan abstraksi dari hal-hal kinkrit dan individual.
Berfilsafat tidak berpikir tentang manusia tertentu, tapi manusia secara umum. Cirri inio
melampaui batas pengalaman empiris sehari-hari (Tim UGM 14)

5) Komprehensif, menangdang obyek penyilidikan secara totalitas. Filsafat ingin


mengetahui “apanya” atau hakikat dari obyek tersebut. Filsafat tiddak puas kalau hanya
menyelidiki dari sudut tertentu seperti yang dilakukan ilmuan-ilmuan lain.
Menyeluruh disini berarti bahwa filsafat juga menyelidiki konsep-konsep abstrak seperti
manusia, keadilan, kebaikan, kejahatan, kebebasan. Berarti pula berpikir tentang hal-hal
atau proses-proses yang bersifat umum(universal) filsafat selalu menyangkut
pengalaman umum manusia. Cara berpikir seperti itu menghasilkan kesimpulan-
kesimpulan yang universal (Tim UGM: 14)

6) Sistematis, artinya menjawab suatu permasalahan digunakan pendapat-pendapat


sebagai wujud dari proses berfikir filsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling
berhubungan secara teratur dan mempunyai maksud atau tujuan tertentu.

7) Koheren atau logis, bagan konsional harus bersifat logis. Kesimpulan harus diperoleh
dari premis-premis yang mendahuluinya, premis-premis itu harus diuji kebenarannya.
Jadi, antara satu kalimat dan kalimat lainnya harus hubungan logis. Dalam rangka
tersebut, bagian satu harus terkandung pada bagian lainnya. (kattsoff: 10-12)
Contoh : semua manusia akan mati (premis mayor)
Mandra seorang manusia (premis minor)
Jadi, mandra akan mati (kesimpulan)
Kesimpulan itu benar kalau ditarik dari premis-premis yang benar. Oleh karena itu untuk
menarik kesimpulan yang benar kita harus memeriksa isi premis-premis tadi. Comtoh
diata, kesimpulan benar, karena premis-premisnya benar.

8) Bebas, setiap filsafat adalah hasil pemikiran yang bebas. Bebas dari prasangka social,
cultural, ataupun religious. Socrates misalnya, memilih minum racung daripada
mengorbankan kebebasannya untuk berpikir menurut keyakinannya. Spinoza menolak
pengangkatan sebagai guru besar filsafat di universitas Heidelberg karena khawatir akan
kehilangan kebebasannya untuk berfikir.
Kebebasan berfikir adalah kebebasan yang disiplin, bukan kebebasan yang anarkis, jadi
ada unsure keterkaitan dalam kebebasan itu. Ikatan itu tidak berasal dari luar,
melainkan dari dalam, yakin fari kaidah dan disiplin pikiran. Dari luar berfikir itu sangat
bebas, tapi dari dalam justru sangat terikat (tim UGM : 15)
9) Bertanggung jawab, orang yang berfilsafat berfikir sambil bertanggung jawab.
Bertanggungjawab terhadap hati nuraninya. Jadi ada hubungannya antara kebebasan
berfikir dalam filsafat dan etika. Selanjutnya, orang yang berfilsafat harus mampu
merumuskan fifkiran-fikirannya sedemikian agar mampu dikomunikasikan kepada orang
lain (kattshoff: ; Tim UGM: 13-15)

CABANG-CABANG FILSAFAT
Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa filsafat itu adalah ibu atau induk dari segala
ilmu. Plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencapai
kebenaran yang murni. Seorang filsuf Perancis, Rene Descartes mengatakan bahwa filsafat
adalah kumpulan sejarah pengetahuan yang bidang pembahasannya adalah tentang Tuhan,
manusia, dan alam semesta. Jadi filsafat yang pada awalnya meliputi segenap ilmu kemudian
berkembang menjadi makin rasional dan sistematis. Pengetahuan manusia juga makin luas
sehingga lahirlah berbagai disiplin ilmu. Mengingat semakin luasnya bidang-bidang yang
dibahas, para ahli membagi bidang studi filsafat dalam beberapa cabang atau beberapabagian
filsafat. Pada umumnya para ahli membagi nya dalam 6 cabang atau bagian filsafat, yaitu
epistemologi, metafisika, logika, etika, estetika, dan filsafat ilmu. Kita akan memperoleh
gambaran singkat tentang cabang cabang filsafat melalui uraian berikut ini.

1) Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari dua buah kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme
yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti kata, pikiran, dan ilmu. Jadi
epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas pengetahuan. Dalam hal ini, yang
dibahas asal mula, bentuk atau struktur, validitas, dan metodologi, yang secara
bersama-sama membentuk pengetahuan manusia, adapun permasalahan yang
berkaitan dengan pokok bahasan tersebut berupa pertanyaan yang mendasar "apakah
sumber dan dasar pengetahuan?"  "apakah pengetahuan itu adalah kebenaran yang
pasti?". Sebagai contoh, kita mengetahui sesuatu, berarti kita memiliki pengetahuan
tentang sesuatu itu. Kita adalah subjek, dan sesuatu itu adalah objek dari pengetahuan.
Manusia tidak dapat mengetahui semua aspek dan objek karena keterbatasan
kemampuannya. Socrates pernah berkata bahwa apa yang saya ketahui adalah bahwa
saya tidak mengetahui apa-apa. Hal ini menegaskan bahwa ada pengetahuan yang pasti.

2) Metafisika
Istilah ini juga berasal dari Yunani yaitu kata metaphysika yang artinya "setelah fisika".
Cabang filsafat ini diperkenalkan oleh Andronikos dan Rhodes dari kumpulan buku-buku
yang ditulis oleh Aristoteles tentang hakikat benda-benda yang kita lihat pada dunia
nyata ini. Oleh Andronikos kumpulan tulisan itu ditempatkan setelah kumpulan tulisan
tentang fisika. Metafisika dibagi dalam metafisika umum dan metafisika khusus.
Metafisika umum juga sering disebut ontologi. Secara umum dapat dikatakan bahwa
metafisika adalah cabang atau bagian filsafat yang membahas seluruh realitas atau
segala sesuatu yang ada secara komprehensif.
3) Logika
Logika adalah cabang atau bagian filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan
membahas asas-asas, sturan-aturan formal dan prosedur-prosedur normatif, serta
kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional (Rapar, 1996). Sebagai ilmu, logika
berasal dari pandangan Aristoteles meski ia tidak menyebutnya logika tetapi filsafat
analitika. Istilah logika digunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium (334-262 SM) dari
kata logikos dan kata ini berasal dari kata logos yang artinya yaitu akal atau pikiran,
sedangkan logikos mempunyai arti sesuatu yang diutarakan dengan akal.

4) Etika
Etika seringkali dinamakan filsafat moral karena cabang filsafat ini membahas baik dan
buruk tingkah laku manusia, jadi dalam filsafat ini manusia dipandang dari segi
perilakunya. Dapat pula dikatakan bahwa etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat. Jadi dalam filsafat
ini manusia juga dipandang dari segi peranannya sebagai anggota masyarakat. Pada
hakikatnya, nilai tindakan manusia terikat pada tempat dan waktu , di samping itu baik
dan buruknya perilaku manusia ditentukan oleh sudut pandang masyarakat. Sebagai
contoh, perilaku yang dianggap wajar dalam suatu masyarakat di daerah tertentu dapat
dianggap kurang oleh kalangan masyarakat di daerah lain.

5) Estetika
Seni dan keindahan merupakan persoalan yang ditelaah oleh cabang filsafat estetika ini.
Adapun yang ditelaah atau dibahas mengenai keindahan ialah kaidah maupun sifat
hakiki dan keindahan; cara menguji ke indahan dengan perasaan dan pikiran manusia;
penilaian dan apresiasi terhadap keindahan. Meskipun pada dasarnya estetika sudah di
telaah sejak 2500 tahun yang lalu di berbagai daerah seperti Babilonia, Mesir, India, Cina
dan Yunani, istilah estetika sendiri baru di kemukakan oleh Baungarten seorang filsuf
jerman pada tahun 1750.

Plato mengemukakan pendapatnya bahwa seni adalah keterampilan memproduksi


sesuatu. Jadi apa yang disebut hasil seni adalah suatu tiruan. Dikemukakan sebagai
contoh bahwa lukisan tentang suatu pemandangan alam sesungguhnya adalah tiruan
dari pemandangan alam yang pernah dilihat oleh pelukisnya. Aristoteles sependapat
dengan Plato tetapi ia mengangggap bahwa seni itu penting karena seni berpengaruh
besar bagi kehidupan manusia sedangkan Plato berpendapat bahwa seni itu tidak
penting meskipun karya-karya yang berupa tulisan hingga sekarang dinyatakan orang
sebagai karya seni sastra yang terkenal. Sebagai cabang filsafat, estetika mengalami
perkembangan dari jaman Yunani kuno, jaman Romawi, abad pertengahan hingga abad
ke 20. Bisa dikatakan bahwa setiap periode sejarah dan masyarakat menampilkan
pemikiran tentang estetikanya sendiri. Ahli estetika islam yang terkenal ialah Abu Nasr al
Farabi yang membahas terutama mengenai estetika di bidang musik, karena selain filsuf
dan ahli ilmu kealaman dia juga seorang ahli musik.

6) Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu kadang disebut sebagai filsafat khusus yaitu cabang filsafat yang membahas
hakikat ilmu, penerapan berbagai metode filsafat dalam upaya mencari akar persoalan
dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut untuk
mendapatkan kejelasan yang lebih pasti. Dengan demikian, penyelesaian masalah
ilmunya menjadi lebih terarah. Jadi sesungguhnya setiap disiplin ilmu memiliki filsafat
ilmunya sendiri misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat sejarah, filsafat
bahasa, filsafat ilmu kealaman, dan filsafat matematika
PUSTAKA

Ebook/J.B. BLIKOLOLONG-filsafat-Ilmu/seri-diktat-kuliah.

https://id.wikipedia.org/wiki/Portal:Filsafat

Anda mungkin juga menyukai