CHAPTER 1
MODUL 1
PENGERTIAN, PERKEMBANGAN, DAN MASALAH DASAR FILSAFAT
CAPAIAN PEMBELAJARAN
MATERI
A. Pengertian Filsafat
Orang pertama yang menggunakan kata philosophia adalah Phytagoras (572–497 BC),
dan menyebut dirinya philosophos, artinya pencinta kearifan. Kata sophia mempunyai arti
yang lebih luas daripada kearifan saja. Artinya dapat bermacam-macam, diantaranya
kerajinan, kebenaran pertama, pengetahuan yang luas, kebajikan intelektual,
pertimbangan yang sehat, dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang
praktis. Jadi, asal mula filsafat merupakan kata yang sangat umum untuk menyebut
usaha mencari keutamaan mental.
Berdasarkan banyaknya pendapat tentang pengertian filsafat, maka pengertian filsafat dapat
dibedakan menjadi:
Contoh: Persoalan apakah ada ide-ide bawaan? Artinya apakah manusia itu lahir
bersih atau membawa keturunan dari orang tuanya?
Hal ini telah dijawab oleh Aristoteles dengan konsep manusia lahir bersih, tidak
membawa ide bawaan, ibarat meja lilin yang siap dilukis apa saja lewat pengalaman.
Pendapat Aristoteles diamini oleh John Locke, manusia lahir bagaikan kertas putih
bersih, yang siap ditulis apa saja lewat pengalaman. Namun, persoalan di mana
nyawa itu. Sampai hari ini masih tetap menjadi sesuatu persoalan yang perlu
dipecahkan.
Ada perbedaan antara pertanyaan filsafat dengan pertanyaan bukan filsafat.
Contoh: Berapa IP (indeks prestasi) yang Anda capai dalam semester ini?
Pertanyaan yang demikian dapat langsung dijawab karena bersangkutan dengan
fakta.
Sedangkan pertanyaan yang berikut:
Apakah Tuhan itu ada?
Apakah kebenaran itu?
Apakah keadilan itu?
Apa tujuan manusia hidup?
Mengapa manusia hidup?
Untuk apa manusia hidup?
Adanya berbagai macam arti filsafat di atas, marilah kita mencoba memahami apa
sesungguhnya filsafat itu. Filsafat merupakan suatu bentuk pemikiran manusia mengenai
segala sesuatu dengan meninjau sebab-sebabnya yang terdalam dengan menggunakan
kekuatan akal manusia sendiri. Dengan demikian, yang menjadi objek kajian filsafat adalah
segala sesuatu realitas, baik realitas yang tampak maupun realitas yang tidak tampak,
misalnya realitas tentang manusia, hukum, politik, kebenaran, Tuhan dan lain sebagainya.
Objek kajian filsafat didekati dan dicari sebab-sebabnya yang terdalam sampai menemukan
hakikat atau esensi dari objek tersebut. Hakikat dari sesuatu haruslah mempunyai sifat-sifat
berikut:
Setelah Anda mempelajari dan memahami pengertian filsafat, biasanya akan timbul
pertanyaan dalam diri Anda, dari mana saya harus mulai berfilsafat?. Untuk memulai
perenungan filsafat, Descartes memberikan contoh yang dapat Anda pelajari (Kattsoff,
1992:34). Menurut Descartes, ada beberapa tahapan untuk memulai perenungan filsafat,
yaitu:
Para filsuf juga telah banyak memberikan pandangan atas pengertian dari filsafat.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menurut Plato (427-347 SM), filsafat adalah mengkritik pendapat yang berlaku,
pengetahuan diperoleh melaui suatu proses pemeriksaan secara kritis, diskusi, dan
penjelasan.
2. Aristoteles (384-322 SM), menyebut filsafat sebagai ilmu yang menyelidiki tentang suatu
hal ada sebagai hal ada yang berbeda dengan bagian satu atau lainnya.
3. Sir Francis Bacon (1561-1626 M), menyatakan bahwa filsafat adalah induk agung dari
ilmu-ilmu.
4. Rene Descartes (1590-1650), filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana
Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok pnyelidikan.
5. Immanuel Kant (1724-1804) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.
6. G.W.F. Hegel (1770-1831) menyebutkan bahwa filsafat adalah landasan maupun
pencerminan dari peradaban.
7. Herbert Spencer (1820-1903), filsafat adalah nama pengetahuan tentang generalitas
yang tingkatannya paling tinggi.
8. John Dewey (1859-1952), filsafat sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan
manusia dalam melakukan penyesuaian kumpulan secara terus-menerus.
9. Bertrand Russell (1872-1970), filsafat sebagai suatu kritik terhadap pengetahuan.
10. Louis O. Kattsoff (1963), filsafat sebagai berpikir secara kritis, sistematis, rasonal,
komprehensif, dan menghasilkan sesuatu secara runtut.
11. Windelband, filsafat sifatnya menentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang
keadaan yang nyata.
12. Frans Magnis Suseno, filsafat sebagai usaha tertib, metodis, yang
dipertanggungjawabkan secara intelektual untuk melakukan yang diharapkan setiap
orang.
Terdapat pula istilah yang serupa dengan filsafat yaitu falsafah, falsafi/filsafati (bersifat
dengan kaidah-kaidah filsafat), berpikir filosofis (berpikir dengan dasar cinta akan
kebijaksanaan), dan mempunyai filsafat hidup (mempunyai pandangan/nilai tertentu).
Menurut Mufid (2009), manusia akan berfilsafat di saat-saat tertentu, yaitu :
a. Saat manusia mengalami ketakjuban akan peristiwa alam dan hal lain yang membuat
kagum
b. Saat manusia mengalami ketidakpuasan, manusia mulai rasional, dan akal budi
digunakan
c. Saat muncul hasrat untuk mempertanyakan banyak hal sampai mendasar ke
akar-akarnya.
d. Saat muncul keraguan yang mendorong manusia untuk terus mempertanyakan sesuatu,
berfilsafat
B. Perkembangan Filsafat
Dalam perkembangan filsafat, terdapat empat tradisi besar, antar lain:
1. Filsafat India
Filsafat India berkeyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam,
harmoni antar individu dan kosmos. Mereka tidak belajar untuk menguasai dunia, tetapi
utuk berteman dengan dunia.
Dalam filsafat India, dibagi menjadi 5 (lima) zaman, yaitu :
e. Zaman Weda (2000-600 SM) = zaman dimana manusia menyadari akan
identitas Atman dan Brahman.
f. Zaman Skeptisisme (200 SM-300 M) = zaman dimana Buddhisme dianggap
mampu memberi pedoman praktis untuk mencapai keselamatan.
g. Zaman Puranis (300-1200 M) = zaman yang pada saat itu dikuasai oleh
spekulasi teologis, terutama dewa-dewa, Mahabharata dan Ramayana.
d. Zaman Muslim (1200-1757 M) = Pada waktu itu ada upaya untuk
menyerasikan Islam dan Hinduisme (Guru Nanak), serta
memperkembangkan agama universal (Kabir).
e. Zaman Modern (setelah 1757M) = masuknya pengaruh Inggris dan adanya
anggapan bahwa agama Hindu adalah yang paling cocok untuk India.
2. Filsafat Cina
Dalam filsafat Cina, terdapat tiga tema pokok, yaitu harmoni, toleransi, dan
perikemanusiaan. Harmoni adalah keseimbangan hubungan manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, dan manusia dengan surga. Toleransi adalah keterbukaan
terhadap perbedaan dan perdamaian. Sedangkan perikemanusiaan adalah menjadikan
manusia sebagai pusat.
a. Zaman Klasik (600-200 SM) = pada waktu itu, ada sekolah-sekolah penting,
yaitu konfusianisme, taoisme, moisme, fa China.
b. Zaman Neo-Taoisme dan Buddhisme (200 SM-1000 M)
c. Zaman Neo-Konfusianisme (1000-1900 M)
d. Zaman Modern (setelah 1900 M)
3. Filsafat Islam
Sejarah pemikiran Islam dibagi menjadi dua aliran, yaitu teologi rasional dan teologi
tradisional. Teologi rasional dipelopori oleh kaum Mu’tazilah dengan ciri-ciri: kedudukan
akal tinggi sehingga tidak mau tunduk kepada arti yang tidak sejalan dengan pemikiran
filosofis dan akal menunjukkan kekuatan manusia. Filsuf besar pertama adalah Al-Kindi
(796-873 M). Sedangkan teologi tradisonal beranggapan bahwa akal manusia itu lemah
sedangkan kehendak Tuhan adalah mutlak.
4. Filsafat Barat
a. Zaman Kuno
b. Puncak zaman klasik
● Sokrates (akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita,
metode dialektika)
● Plato (jiwa terkurung dalam tubuh, kerinduan Kembali ke dunia ide-ide yang
abadi, perdamaian ajaran Parmenides dan Herakleitos)
● Aristoteles (ide tidak dalam dunia lain tetapi ada dalam benda-benda (alam),
metode induksi, bidang logika, politik, metafisika, psikologi, dll),
c. Zaman Patristik : era pemikir gereja
d. Zaman Skolastik : adanya pengaruh kuat Aristoteles yang diajarkan di
sekolah-sekolah dan biara tentang iman – akal budi, hakikat Tuhan, etika dan politik.
e. Zaman Modern
Zaman Renaissance : Antroposentris, manusia sebagai pusat
Zaman Pencerahan : manusia sebagai makhluk dewasa
Zaman Romantik : idealisme, memprioritaskan ide daripada materialisme
Masa Kini: aliran terpecah dan muncul aliran baru selain rasionalisme, romantisme
dan idealisme.
4. Metode Filsafat
Akal manusia memiliki potensi yang terbatas, sementara lingkup dan jangkauan
filsafat tampak tidak terbatas. Karenanya, hanya dengan metode tertentu,
pengetahuan filsafat bisa diraih, yaitu :
a. Metode Zeno (meraih kebenaran dengan membuktikan kesalahan premis lawan)
b. Metode Sokratik (diperoleh dengan percakapan)
c. Metode Plato (melihat bahwa ide adalah relalitas yang sejati)
d. Metode Aristoteles (logika dimanfaatkan untuk meneliti argumentasi)
e. Metode Skolastik (mengarah pada jalan tengah ekstrem ajaran filsafat waktu itu).
1. Isu-isu Epistemologi
Para pakar meyakini bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman. Para
teoretis komunikasi memegang teguh asumsi bahwa kebenaran itu pasti.
Prosesnya ada empat aliran:
2. Isu-isu Ontologi
● Para teoritis sepakat bahwa manusia mempunyai pilihan tapi tidak mencapai
apakah pilihan sebenarnya merupakan hal yang mungkin untuk dicapai, baik state
(dinamis) / trait (konsisten) membentuk karakter dan menentukan perilaku
manusia.
● Pakar sosial mengatakan bahwa manusia tidak bisa mengisolasikan diri dari
orang lain, tapi mereka yakin pada dasarnya, manusia bersifat individual.
● Kehidupan dan tindakan manusia sebaiknya dipahami berdasarkan faktor-faktor
universal.
3. Isu-isu Aksiologi
● Ilmu pengetahuan klasil mengklaim bahwa teori dan penelitian bersifat bebas nilai,
netral, dan berusaha menampilkan fakta.
● Seorang ilmuwan seharusnya berhati-hati dalam melakukan suatu penelitian
ilmiah hingga aspek akurasi dapat dipertahankan.
Tugas ilmuwan adalah memproduksi ilmu pengetahuan, sedangkan urusan perubahan
sosial diserahkan pada pihak lain, seperti politikus, dsb
TES FORMATIF