BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Bagi manusia modern kata dan makna filsafat mungkin sudah dianggap tidak
lagi penting, karena tidak praktis dan terlalu rumit. Ciri manusia modern
adalah selalu mengacu pada apa manfaatnya bagi ku?. Praktis, efisien dan
memgarah pada pragmatisme, suatu paham berfikir yang selalu menekankan
pada kepentingan dan manfaat bagi dirinya.
Filsafat sebagai ilmu alat yang lebih menekankan pada logika, acapkali
disebuat sebagai kegiatan ilmu yang tidak bermanfaat. Bahkan kalangan
agama seringkali menyebutkan filsafat sebagai jalan menuju pada kesesatan.
Namun benarkah Filsafat harus ditinggalkan oleh orang modern dan diganti
dengan ilmu pengetahuan.
Sementara di sisi lain ilmu pengetahuan yang menekankan aspek empirisme
dan logika dianggap sudah mampu menjawab berbagai rasa ingin tahu
manusia atas berbagai problem yang dialaminya.
B. Perumusan masalah
Rumusan masalah dari paper ini adalah:
1. Benarkah Filsafat sudah tidak lagi penting bagi manusia modern?
2. Bagaimanakah hubungan antara Ilmu pengetahuan Alam dan filsafat?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
a. Sebagai pemenuhan tugas kuliah Konsep-Konsep MIPA
b. Sebagai bahan renungan bagi insan pendidikan di Indonesia bagaimana
hubungan dan karakteritistik Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Alam
c. Memahami lebih medalam Filsafat
d. Memahami lebih mendalam konsep kemipaan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Hakikat Fisafat
Hatta mengatakan bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu,
nanti bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan
sendirinya apa filsafat itu ( Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, 1:3 ). Sedangkan
menurut kamus besar bahasa Indonesia pengetahuan dan penyelidikan dengan
Langeveld juga berpendapat seperti itu. Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri,
barulah ia maklum apa filsafat itu, maka dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti
ia apa filsafat itu ( Langeveld, Menudju ke Pemikiran Filsafat, 1961:9 ).
Poedjawijatna ( Pembimbing ke Alam Filsafat, 1974: 11) mendefinisikan
filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalamdalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka. Hasbullah Bkry (
Sistematik Filsafat, 1971:11) mengatakan bahwa filsafat sejenis pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta,
dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia
itu seharusnya mencapai pengetahuan itu.
Apa yang diingatkan oleh Hatta dan Langeveld memang ada benarnya. Kita
sebenarnya tidak cukup hanya dengan mengatakan filsafat ialah hasil pemikiran
yang tidak empiris, karena pernyataan itu memang belum lengkap. Bertnard Russel
menyatakan bahwa filsafat adalah the attempt to answer ultimate question critically
( Joe Park, Selected Reading in the Philosophy of Education, 1960:3 ). D.C. Mulder
( Pembimbing ke Dalam Ilmu Filsafat, 1966: 10 ) mendefinisikan filsafat sebagai
pemikiran teorirtis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan. 2
Sedangkan filsafat menurut arti kata, terdiri atas kata philein yang artinya
cinta dan sophia yang artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan.
Cinta artinya hasrat yang besar, atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguhsungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kenenaran yang
sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan
kebenaran sejati. Pengertian umum filsafat adalah ilmu pengetahan yang
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah
ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan
tentang apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini,
jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang hakiki. Ini sesuai dengan arti
filsafat menurut kata-katanya. Sementara itu pengertian khusus filsafat telah
mengalami perkembangan yang cukup lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang kompleks sehingga menimbulkan berbagai pendapat tentang arti filsafat
dengan kekhususan masing-masing. Berbagai pendapat khusus tentang filsafat
antara lain:
a.
Rasionalisme yang mengagungkan akal
b.
Materialisme yang mengagungkan materi
c.
Idealisme yang mengagungkan idea
d.
Hedonisme yang mengagungkan kesenangan
e.
Stoikisme yang mengagungkan tabiat saleh
Aliran-aliran tersebut mempunyai kekhususan masing-masing, menekankan
kepada sesuatu yang dianggap merupakan inti dan harus di beri tempat yang tinggi
misalnya ketenangan, kesalehan, kebendaan, akal dan idea.
Dari beberapa pendapat tersebut, pengertian filsafat dapat dirangkum menjadi
seperti berikut:
a. Filsafat adalah hasil yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis
b. Filsafat adalah hasil fikiran manusia yang paling dalam
1 Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta, 2008, Versi Pdf hlm. 414
2 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, Cet Pertama,
hlm., 66-68
c. Filsafat adalah refleksi lebih lanjut dari pada ilmu pengetahuan atau
pendalaman lebih lanjut ilmu pengetahuan
d. Filsafat adalah hasil analisia dan abstraksi
e. Filsafat adalah pandangan hidup
f. Filsafat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar,
dan menyeluruh.3
i. Struktur Filsafat
Hasil berfikir tentang yang ada dan mungkin ada itu tadi telah berkumpul
banyak sekali, dalam buku tepal maupun tipis. Setelah disusun secara
sistematis, itulah yang disebut sistematika filsafat. Filsafat terdiri atas tiga
cabang besar, yaitu: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga cabang itu
sebenarnya merupakan satu kesatuan:
a. Ontologi, membicarakan hakikat ( segala sesuatu ) ini berupa
pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu
b. Epistemologi cara memperoleh pengetahuan itu
c. Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.
Ontologi mencakupi banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk
disini, misalnya Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika,
Estetika, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum dan lain-lain. Epistimologi hanya
mencakup satu bidang saja yang disebut Epistemologi yang membicarakan cara
memperoleh pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi setiap cabang filsafat yaitu
Aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan filsafat. Ini pun berlaku bagi
semua cabang filsafat. Inilah kerangka struktur filsafat. 4
ii.
Berfilsafat
Agustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari keraguan atau
kesangsian. Manusia heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah ia tidak
ditipu oleh panca indranya yang sedang heran? Rasa heran dan meragukan
ini mendorong manusia untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang
hakiki. Berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis inilah yang
kemudian disebut berfilsafat.
Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan
keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai apabila
manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah, terutama dalam
menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseoarang merasa bahwa ia
sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan
atau kegagalan, maka dengan adanya kesadran akan keterbatasan dirinya
tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia
yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan
kemajuan untuk menemukan kebenaran hakiki.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa
ragu-ragu. Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan.
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa
yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak
terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk
beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah
dijangkau.
2.
3 Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP, Dr. Ir. SDm Rita Hanarief, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, CV Andi
Offset, Yogyakarta, 2007, hlmn., 52
iii.
3.
4.
Epistemologi Filsafat
Epistemologi membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat ( yaitu yang
difikirkan ), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran
( pengetahuan ) filsafat.
1.
Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya,
yang terdalam. Jika hasil pemikiran itu disusun, maka susunan itulah yang
kita sebut sistematika filsafat. Sistematika atau struktur filsafat dalam garis
besar terdiri atas ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti
( dipikirkan)-nya. Jika ia memikirkan pendidikan maka jadilah Filsafat
Pendidikan. Jiak yang difikirkannya hukum maka hasilnya tentulah Filsafat
Hukum, dan seterusnya. Seberapa luas yang mungkin dapat dif\ikirkan?
Luas sekali. Yaitu semua yang ada dan mungkin ada. Inilah objek filsafat.
Jika ia memikirkan pengetahuan jadilah ia Flisafat Ilmu, jika memikirkan
etika jadilah Filsafat Etika, dan seterusnya.
Objek penelitian filsafat lebih luas dari objek penelitian sains. Sains
hanya meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Sebenarnya masih ada
objek lain yang disebut objek formal yang menjelaskan sifat kemendalaman
penelitian filsafat. Ini dibicarakan pada epistemologi filsafat.
5 Prof. Dr. Ir. Soeratim, MP, Dr.ir. SRDm Rita Hanafie, MP, Op.cit, hlm., 53
Perlu juga ditegaskan bahwa sains meneliti objek-objek yang ada dan
empiris, yang ada tetapi abstrak ( tidak empiris ) tidak dapat diteliti oleh
sains. Sedangkan filsafat meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun
yang mungkin ada, sudah jelas abstrak, itu pun jika ada.
2.
3.
4.
Persoalan Filsafat
Ada enam persoalan yang selalu menjadi perhatian para filsuf, yaitu
ada, pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas, dan keindahan.
Keenam persoalan tersebut memerlukan jawaban secara radikal dan tiaptiap persoalan menjadi salah satu cabang filsafat.
1.
Persoalan Ada
Persoalan tentang ada (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika.
Meta berarti dibalik dan physika berarti benda-benda fisik. Pengertian
sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat paling dalam dalam
dan radiakal dari kenyataan. Dalam kajian ini para filusuf tidak mengacu
kepada ciri-ciri khsus dari benda-benda tertentu, akan tetapi mengacu
kepadaciri-ciri universal dari semua benda. Metafisika sebagai salah satu
cabang filsafat mencakup persoalan ontologis, kosmologis, dan
antropologis. Ketiga hal tersebut memiliki titik sentral kajian tersendiri.
Ontologis merupakan teori tentang sifat dasar dari kenyataan yang
radikal dan sedalam-dalamnya. Kosmologi merupakan teori tentang
perkembangan kosmos ( alam semesta ) sebagai suatu sistem yang
teratur.
2.
Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge )
Persoalan tentang pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang
filsafat epistemologi, yaitu filsafat pengetahuan. Istilah epistemologi
berasal dari akar kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos
yang berarti teori. Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan bahwa
epistemologi merupakan salah satu cabang fislsafat yang mengkaji
secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur,
metode, dan validitas pengetahuan.
3.
Persoalan tentang metode
Persoalan tentang metode menghasilkan cabang filsafat metodologi.
Istilah ini berasal dari metos dengan unsur meta yang berarti cara,
perjalanan, sesudah, dan hodos yang berarti cara perjalanan, arah.
Pengertian metodologi secara umum ialah kajian atau telaah
penyusunan secara sistematis dari beberapa proses dan asas-asas logis
dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan
kajian ilmiah, atau sebagai penysusun struktur ilmu-ilmu fak.
4.
Persoalan tentang penyimpulan
Persoalan tentang penyimpulan menghasilkan cabang filsafat logika
( logis ). Logika berasal dari kata logos ang berarti uraian, nalar. Secara
umum, pengertian logika adalah telaah mengenai aturan-aturan
penalaran yang benar. Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan
untuk berfikir tepat dan benar. Berfikir adalah kegiatan pikiran atau akal
budi manusia. Dengan berfikir manusia telah mengerjakan pengolahan
pengetahuan yang telah didapat. Dengan mengerjakan, mengelola
pengetahuan yang telah didapat maka ia dapat memperoleh kebenaran.
Apabila seseorang mengelola, mengerjakan, berarti ia telah
mempertimbangkan,
membandingkan,
menguraikan,
serta
menghubungkan pengertian yang satu dengan lainya. Logika dapat
dibagi menjadi logika ilmiah dan logika kodrati. Logika merupakan suatu
upaya untuk menjawab pertanyaan.
5.
Persoalan tentang moralitas ( morality )
Persoalan tentang moralitas menghasilkan cabang filsafat etika
( ethics ). Istilah etika berasal dari kata ethos yang berati adat
kebiasaan. Etika sebagai salah satu cabang filsafat menghendaki
adanya ukuran yang bersifat universal. Dalam hal ini berarti berlaku
untuk semua orang dan setiap saat. Jadi tidak dibatasi dengan ruang
dan waktu.
6.
Persoalan tentang keindahan
Persoalan tentang keindahan menghasilkan cabang filsafat estetika
(aesthetics). Estetika berasal dari kata aesthetikos yang maknanya
berhubungan dengan pecerapan indra. Estetika merupakan kajian
kefilsafatan mengenai keindahan dan ketidak indahan. Faham
pengertian yang lebih luas, estetika merupakan cabang filsafat yang
Hakikat IPA
Untuk mempelajari hakikat IPA perlu kita kaji kembali ketiga contoh definisi
IPA. IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan IPA sikap ilmiah
yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, dengan penjelasan
sebagai berikut:
a. IPA sebagai suatu produk atau hasil.
IPA merupakan sekumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik yang
dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk IPA sebagai
produk adalah fakta , konsep, prinsip, hukum dan teori IPA. Jika ditelaah lebih
lanjut , fakta-fakta merupakan hasil kegiatan empirik dalam IPA , sedangkan
konsep, prinsip, hukum dan teori-teori dalam IPA merupakan kegiatan
analitik.
Contoh Fakta: merkurius adalah planet teredekat dengan matahari.
Konsep IPA : Makhluk hidup dipengaruhi oleh lingkungan.
b. IPA sebagai suatu proses.
Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam IPA. Tetapi
memahami proses bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami
bagaimana menghubungkan fakta untuk menginterpretasikannya. Para
ilmuwan mempergunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik
dalam usaha memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur teresebut
disebut proses ilmiah atau proses sains. Proses ilmiah yang dilakukan para
ilmuwan diantaranya adalah: Mengamati, mengukur, menarik kesimpulan,
mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat grafik, membuat
tabel data, membuat definisi operasional dan melakukan eksperimen.
Ciri-ciri IPA
Sebagai Ilmu Pengetahuan, IPA juga mempunyai ciri khusus sebagaimana ilmu
pengetahuan yang lain.
a. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini:
IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi
oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti
yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejalagejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya
kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya metode
maka ditemukan kearifan ilmu sehingga ilmu tidak lagi berdiri sendiri,
melainkan terpaut dengan ilmu yang lainnya sehingga bisa melihat
dengan jernih dan memberikan ruh bagi perkembangan ilmu
pengatahuan alam.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
a. Filsafat sebagai ilmu untuk mengetahui lebih mendalam mencoba mencari
kebenaran bukan hanya dari objeknya saja melainkan juga dibalik
objeknya.
Berfikir filsafat berarti berfikir secara mendasar(radikal), menyeluruh dan
spekulatif, namun meski begitu dapat digunakan untuk menguji suatu
kebenaran pengetahuan dengan serangkaian argumentasinya.
b. Ilmu pengetahuan lahir dari Rasa ingin tahu manusia dan keinginan untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi manusia.
c. Sains merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum
yang berupa kumpulan dan hasil observasi dan eksperimen, sehingga IPA
(Sains) merupakan:
a. IPA sebagai suatu produk atau hasil.
b. IPA sebagai suatu proses.
c. IPA sebagai sikap ilmiah.
d. Sains juga memberikn nili bagi manusia yakni:
a. Nilai Praktis
b. Nilai Intelektual
c. Nilai-nilai sosial ekonomi dan politik
d. Nilai Keagamaan Dari IPA
B. Saran
Saran dari kami untuk penyaji dan penikmat makalah ini adalah:
1. Semakin mendalam kita dalam berfikir dan belajar menganai objek, maka
semakin kita tidak memahami hakikat yang lebih mendalam, karena
pemahaman manusia yang dibatasi oleh keadaan dirinya, lingkungan
ataupun budaya.
2. Dalam menemukan suatu pengetahuan keilmuan selalulah dimulai
dengan ragu-ragu, dilanjutkan dengan proses berfikir dan diakhiri dengan
jawaban sementara yang seringkali harus dikoreksi jika ada pengetahuan
yang terbaru dan memiliki kebanran lebih tinggi.
3. Jadikan berifikir sebagai kegiatan yang selalu dilakukan supaya selalu
memperoleh jalan kebenaran atas berbagai mmasalah yng mungkin ada.
DAFTAR PUSTAKA
Asyari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains-TeknologiMasyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah
Dasar. Jakarta: Depdiknas
Nasoetion, Hakim, Andi. 1999. Pengantar ke Filsafat Sains, Bandung: Litera
Antarnusa
Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap
Ilmiah. Jakarta: Depdiknas
Tafsir, Ahmad. 2004.Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Soetriono, Hanarief, Rita. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: CV Andi Offset
Iskandar,Srini M. 2001. Pendidikan IPA . Bandung: CV. Maulana
Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah
Dasar. Jakarta: Depdiknas
Kartono.2011.Keterampilan Proses Sains SD,
http://kartono.staff.fkip.uns.ac.id/2011/10/21/keterampil
an-proses-sains-sd/ (23 September 2014)
http://Soekamajoe.blogspot.com/2012/10/contoh-artikel-tentang-hakikatipa-sd.html
http:rian-priyadi.blogspot.com/2013/03/hakikat-ipa-a_17.html
http:utakatikituk.blogspot.com/2013/10/nilai-nilai-ipa.html
Nasioanal,Pendidikan,Departemen.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Versi Pdf). Jakarta: Depdiknas