DENGAN ILMU
Abstract
Philosophy is a knowledge that gives birth to knowledge, meaning
philosophy is a way of thinking, which influences and changes the pattern of
human life. The real purpose of philosophy lies in the meaning behind its name,
Philo and Sophie, which means love of wisdom. An effort that must be done in
this life to become a meaningful life is by doing philosophy. Because, humans
become wise and disciplined in thinking.
Philosophy when combined with science, be the philosophy of science.
Philosophy of science is an activity to recognize the nature of knowledge carried
out in depth. Ahmad Seabani (2009) understands the philosophy of science which
is a scientific activity that examines the intricacies in order to obtain a knowledge,
source of knowledge, and a good method of thinking. From these statements
prove as we see in the environment that those who have a big hand in solving
problems are those who pursue science or philosophy of science
Abstrak
Filsafat yaitu sebuah ilmu yang melahirkan ilmu, filsafat artinya adalah
cara berpikir, yang mempengaruhi dan mengubah pola hidup manusia. Tujuan
filsafat sebenarnya ada pada arti dibalik namanya yaitu, Philo dan Shopi yang
artinya cinta kebijaksanaan. Sebuah usaha yang harus dilakukan dalam kehidupan
ini untuk menjadi hidup yang bermakna adalah dengan berfilsafat, karena dengan
filsafat manusia menjadi bijaksana dan disiplin dalam berpikir.
Filsafat ketika digabungkan dengan ilmu, jadilah filsafat ilmu. Filsafat ilmu
ialah sebuah aktifitas mengenali hakikat ilmu yang dilakukan secara mendalam.
Ahmad Seabani (2009) mema’nai filsafat ilmu yaitu kegiatan ilmiah yang
mengkaji seluk-beluk demi memperoleh suatu pengetahuan, sumber pengetahuan,
serta metode berpikir yang baik. Dari pernyataan tersebut membuktikan seperti
yang kita lihat dilingkungan bahwa mereka yang memiliki andil besar dalam
memecahkan masalah ialah mereka yang menekuni ilmu atau filsafat ilmu
A. Pendahuluan
Dalam berpikir, filsafat merupakan alat untuk menelaah sebuah
kebenaran, maka berpikir akan mendorong seseorang untuk menjadi kritis
tentang ilmu dan memahami sesuatu dengan mendalam, serta memudahkan
seseorang untuk memahami ilmu dan tujuan dari ilmu adalah untuk
menghilangkan kebingungan dalam berpikir atau berfilsafat. Dalam
pembahasan ini memfokuskan tentang bagaimana posisi filsafat ketika
dihubungkan dengan ilmu, yang mana filsafat dan ilmu bagaikan bangunan
tanpa pondasi yang tidak bisa terlepaskan antara keduanya.
Manusia dilahirkan seperti halnya buku yang masih kosong yang tanpa
pendahuluan, penutupan dan kesimpulan, maka dari itu dalam mengisi
kekosongan buku tersebut seseorang harus menggunakan daya fitrahnya yang
dibawa sejak iya dilahirkan, fitrah tersebut adalah fitrh berfikir, fitrah berpikir
ini Allah berikan kepada manusia agar dapat memberikan kesadaran secara
murni dalam dirinya, ini menunjukkan pentingnya berpikir, Descartes
mengatakan bahwa ketika seseorang berfikir menunjukkan bahwa dirinya
ada.1
Filsafat yaitu sebuah ilmu yang melahirkan ilmu, filsafat artinya adalah
cara berpikir, yang mempengaruhi dan mengubah pola hidup manusia. Filsafat
adalah pondasi yang kuat untuk mengenal ilmu-ilm pengetahuan. Tujuan
filsafat sebenarnya ada pada arti dibalik namanya yaitu, Philo dan Shopi yang
artinya cinta kebijaksanaan. Sebuah usaha yang harus dilakukan dalam
kehidupan ini untuk menjadi hidup yang bermakna adalah dengan berfilsafat,
karena dengan filsafat manusia menjadi bijaksana dan disiplin dalam berpikir.2
Filsafat dan ilmu dapat diartikan sebagai berpikir yang radikal dan
mendalami sebuah permasalahan sampai pada akar-akarnya hingga
menemukan kebenaran, kebaikan maupun keindahan.3 Dengan penyatuan
filsafat dan ilmu segala sesuatu dapat terlaksana dengan baik. Maka dari itu,
1
Iswahyudi, Pengantar Filsafat Islam, Ponorogo: STAIN Prees, 2011, hal. 3
2
Ibid, hal. 7
3
Burhanuddin Nunu, Filsafat Ilmu, Jakarta: Prenada Media Grup, 2018, hal. 15
arah antar filsafat dan ilmu adalah sama-sama diposisikan sebagai cara untuk
berpikir dalam memahami ilmu pengetahuan.
8
Ridwan Ahmad Sukri, Ilmu Pengerahuan dan Konsep Ketuhanan Zaman Pencerahan dan
Relevansinya bagi Pengembangan Ilmu, Artikel Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada,
(Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1997), hlm. 18-19.
9
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu (Kontemplasi Filosofis tentang Seluk Beluk Sumber dan
Tujuan Ilmu Pengetahuan). (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 48-49.
Sebelum menjelaskan Objek Filsafat Ilmu, ada baiknya pembahasan
ini dimulai dengan memberikan penjelasan singkat tentang Objek FIlsafat
Ilmu pada umumnya. Secarara umum filsafat juga memiliki obyek studi
yang meliputi obyek materi maupun obyek forma. Obyek materia filsafat
adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Tentang obyek
materia ini banyak yang sama dengan obyek materia sains. Bedanya ialah
dalam dua hal. Pertama, sains menyelidiki obyek materia yang empiris,
filsafat menyelidiki obyek yang itu juga, tetapi bukan bagian yang empiris,
melainkan bagian yang abstraknya. Kedua, ada obyek materia filsafat
yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir,
yaitu obyek materia yang untuk selama-lamanya tidak empiris.
Sedangkan yang dimaksud obyek forma filsafat adalah sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan oleh filsafat dalam mengkaji
obyek materia. Obyek forma dari filsafat adalah berpikr radikal, bebas, dan
berada dalam dataran makna untuk mencari hakekat segala sesuatu yang
terdapat dalam obyek materia (yaitu alam, manusia, dan Tuhan)10
Sementara itu, ada perbedaan lain antara filsafat dan ilmu. Kalau
ilmu-ilmu lain membatasi pembahasannya pada alam yang dapat diamati
(empiris), menyelidiki obyeknya dengan pertanyaan “bagaimana” dan “apa
sebabnya”. Maka filsafat menggunakan pertanyaan “apa itu”, “dari mana”,
dan “ke mana”. Sehingga yang hendak dicari dalam filsafat bukan sebab
dan akibat dari suatu masalah—seperti yang diselidiki oleh ilmu—tapi apa
hakekat yang sebenarnya dari sesuatu itu, dari mana asalnya, dan ke mana
tujuannya. Secara singkat bisa dikatakan bahwa pertanyaan dalam filsafat
menyangkut persoalan kenyataan sebagai kenyataan, dan hal ini perlu
dibedakan antara yang nampak (appearance) dengan kenyataan (reality).
Inilah yang membedakan filsafat dengan ilmu-ilmu lain11
2. filsafat ilmu dengan filsafat lain
10
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, cet. Ke-6, 1990, h. 19.
11
Tri Astutik Haryati, Manusia Perspektif Soren Kierkegaard dan Muhammad Iqbal, Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press, 2012, h. 22.
perbedaan filsafat ilmu dengan filsafat yag lain dapat dicontohkan
dengan menghadirkan konsep filsafat yang lain. Sebagai contoh filsafat
moral. Objek forma filsafat moral membahas dan mempertanyakan tentang
baik dan buruk diri seseorang. Tentunya objek materialnya juga tidak akan
jauh berada di sana. Objek filsafat moral sangat bergantung dengan aturan-
aturan (Norma) yang berlaku di lingkungan. Sehingga alat ukur baik dan
buruk sangat ditentukan dengan iklim masyarakat.12
Tiap ilmu memiliki sasaran tersendiri. Ilmu hayat memepelajari
segala sesatu yang dipandang hidup oleh manusia. Antropologi budaya
memandang manusia dari sudut pandang budaya. Begitulah seterusnya.
Objek materil dari filsafat moral jauh lebih dalam dan tidak puas
dengan alasan yang dangkal. Akal mereka akan menuntut untuk lebih dalam
lagi melihat suatu persoalan.
3. Objek FIlsafat Ilmu
Secara umum objek filsafat Ilmu memiliki 3 cabang besar yaitu:
ontologi, epistemology, dan aksiologi. Ketiga objek ini sebenarnya
merupakan satu kesatuan.13
a. Ontologi
Ontologi berasal dari perkataan Yunani yaitu ontos yang berarti
being, dan logos yang berarti ilmu. Jadi ontologi adalah the theory of
being as being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Atau bisa
juga disebut ontologi sebagai ilmu tentang “yang ada”. Yang dimaksud
“ada” adalah darimana dan akan kemana “ada” itu. Menurut istilah,
ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang
merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret
maupun rohani/abstrak. Dua pengertian ini merambah ke dunia hakikat
sebuah ilmu. Ontologi membahas masalah ada dan tiada. Ilmu itu ada,
tentu ada asal-muasalnya. Ilmu itu ada yang nampak dan ada yang tidak
12
Burhanuddin Salam, Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral, Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta , cet Pertama, 2000, h 8.
13
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, h. 69.
nampak. Dengan berfikir ontologi, manusia akan memahami tentang
eksistensi sebuah ilmu. 14
b. Epistemologi
Menurut Jacques Veuger, sebagaimana yang dikutip oleh
Suparman Syukur, di antara gejala-gejala eksistensi manusia yang
dialami,satu hal yang amat menyolok mata dan amat penting ialah
pengetahuan. Sebab ia merefleksikan eksistensinya secara menyeluruh,
manusia terpaksa merefleksikan pengetahuannya juga. Bagaian filsafat
yang dengan sengaja berusaha menjalankan refleksi atas pengetahuan
manusia itu disebut epistemologi, atau ajaran tentang pengetahuan.
Dengan kata lain epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti
asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat dan bagaimana memperoleh
pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah
model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja
menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan ”kebenaran”
macam apa yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang
filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan
fondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas dan kebenaran ilmu,
makrifat, dan pengetahuan manusia.
c. Aksoilogi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
axios yang berarti nilai, sesuai atau wajar, dan logos yang berarti ilmu.
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Dalam lingkup kajian filsafat
nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial
dan agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan,
rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap
institusi terwujud.
Nilai sebuah ilmu berkaitan dengan kegunaan. Guna suatu ilmu
bagi kehidupan manusia akan mengantarkan hidup semakin tahu
14
Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: CAPS, 2012, h. 80.
tentang resep-resep kehidupan. Pengetahuan itu diharapkan memiliki
aspek tepat guna bagi pemiliknya. Aksiologi memberikan jawaban
untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Bagaimana
kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai.
Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma nilai.
Aksiologi ini penting karena pada kenyataannya tidak semua orang
yang memiliki penalaran tinggi selalu diikuti dengan perilaku yang
baik. Bahkan sebaliknya, semakin tinggi penalaran orang, kadang
semakin tinggi pula kemampuannya untuk membenarkan yang salah
dan menyalahkan yang benar
F. KESIMPULAN
Pengetahuan filsafat merupakan salah satu hal paling fundamental dalam
ilmu pengetahuan. Bahkan ilmu pengetahuan muncul dari filsafat.
Mempertanyakan mana yang lebih dulu ada merupakan hal yang dirasa
mubadzir. Filsafat ilmu merupakan filsafat itu sendiri. Bagaimana meraih
ilmu pengetahuan dan bagaimana membongkar ilmu pengetahuan yang
telah definitif semuanya tersedia dan berawal dari filsafat ilmu.
Sebagai seorang