Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAKNA FILSAFAT


Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam
hal makna dan nilai-nilainya, yang mempelajari segala sesuatu dengan
hakikat kebenaran secara objektif dan subtantif. Bidang filsafat sangat luas
dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat di jangkau oleh pikiran,
filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula
dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang
merupakan tujuan hidupnya. Oleh karena itulah filsafat merupakan
pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia, suatu bidang
yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia.
Filsafat berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dan pemahaman
tentang moral, estetika, dan agama, para filsuf telah mencari suatu
pandangan tentang hidup secara terpadu, menemukan maknanya serta
mencoba memberikan suatu konsepsi yang beralaskan tentang alam
semesta dan tempat manusia di dalamnya.

Dari pendapat poedjawijatna bahwa kata filsafat berasal dari arab


yang berhubungan rapat dengan bahasa yunani, bahkan asalnya dari
yunani yakni philoshopia yang merupakan kata majemuk terdiri dari kata
philo dan sophia. Philo artinya cinta dalam arti yang luas yaitu, ingin dan
karena itu lalu berusaha mencapai yang di inginkan, sophia artinya
kebijakan yang pandai, jadi menurut namanya filsafat boleh di artikan
ingin mencapai pandai cinta dan kebijakan.1

Maka filsafat merupakan hal yang fundamental dan juga hal


bersifat integral dalam dunia keilmuan. Oleh karena itu ketika seorang
mahasiswa ditanya apa itu filsafat, seorang mahasiswa ini menjawab

1 Ihsan, A Fuad. Filsafat Ilmu. Hal 4 pengertian filsafat

1
singkat, filsafat yakni mencari kebenaran, dengan cara berpikir dan
bertanya terus menerus, tentang segala hal

B. FUNGSI FILSAFAT
Dikatakan menurut Habib Jafar Al Hadar bahwasanya pentingnya
belajar filsafat yakni untuk menolong manusia dari kebodohan, karena
kebodohan itu salah satu jebakan yang begitu besar bagi manusia, selain
jebakan lain yaitu adalah egoisme yaitu manusia akan terjebak dalam dua
lubang yaitu kebodohan dan egoisme. Oleh sebabnya bisa jadi seseorang
itu pandai namun hatinya yang egois mendorong seseorang kepada
kebodohan, dan bisa jadi pula hatinya baik tapi kebodohannya membuat
seesorang terjebak dengan ego nya sendiri. Sebagimana dalam kitab
Taklim Mutakalim manusia itu menuntun ilmu untuk menghilangkan
kebodohan pada diri sendiri dan menghilangkan kebodohan pada orang
lain.
Seorang cendekiawan bernama Ikhwan As-Shafa menerangkan
filsafat itu berangkat dari rasa ingin tahu, adapun puncaknya adalah
berkata dan berbuat sesuai dengan apa yang di ketahui 2, maka dalam
keilmuan tradisi Islam pentingnya sebuah ilmu pengetahuan guna untuk
berparadikmatik dalam konsepsi keilmuan maka filsafat menjadi hal yang
fundamental dalam memberikan pemahaman kajian ilmu yang di lalui
dengan mencari sebuah kebenaran yang objektif dan secara subtantif,
sehingga paradigma dalam berpikir keilmuan bisa berkolaborasi secara
komprehensif dengan akal, hati, pikiran yang manjadi sentral dalam
berparadigmatik.

Dr. Oemar A Hosein mengatakan ilmu memberi kita kepada


pengetahuan, dan filsafat memberi hikmah, filsafat memberikan kepuasan
kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib
akan kebenaran3. S Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya

2 Husaini, Adian. Filsafat Ilmu Perspektif Barat Dan Islam hal 14


3 Ihsan, A Fuad. Filsafat Ilmu hal 29

2
Pembimbing Ke Filsafat. Metafisika, filsafat itu dapat memberikan
ketenangan pikiran-pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi
maut, dalam tujuannya yang tunggal yakni kebenaran, kebenaran dalam
arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya itulah tujuan
tertinggi dan satu-satunya4.

Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun


keyakinan dalam keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual.
Yang mendukung kepercayaan tersebut tidak bergantung kepada konsepsi,
berbeda dengan pendapat Soemadi Suryabrata, yaitu mempelajari filsafat
adalah untuk mempertajam pikiran, yang dimana filsafat bukan hanya
cukup diketahui, tetapi harus diletakkan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya
dasardasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup yang lebih baik5.

Filsafat sendiri harus mengajari manusia, bagaimana, ia harus


hidup agar dapat menjadi manusia yang rasional dan subtantif. Yang
dimana fungsi dari filsafat yakni agar terlatif berpikir kritis, rasional, dan
objektif sesuai dengan subtantif. Dari uraian di atas bahwa mempelajari
filsafat secara konkret yakni:

a) Filsafat menolong mendidik, membangun diri sendiri berpikir


kritis.

b) Filsafat memberikan kebisaan dan kepandain untuk melihat dan


memecahkan persoalan-persoalan dalam sehari-hari, orang hidup
dangkal saja tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi
melilhat pemecahanya dalam filsafat kita dilatih melihat lalu dapa
yang menjadi persoalan, dan ini merupakan syarat mutlak untuk
memecahkan persoalannya, karena terkadang apabila salah
mengidentifikasi permasalan maka akan salah pula dalam
penyelesain masalah.
4 Ihsan, A Fuad. Filsafat Ilmu hal 29
5 Ihsan, A Fuad. Filsafat Ilmu hal 34

3
c) Filsafat memberikan pandangan yang luas,
d) Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri
terutama dalam etika maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan lailnya
seperti sosiologi, ilmu kejiwaan, dan cabang ilmu lainya6.

Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai


semakin menajamnya polarisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan.
Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuan atau yang lainya
akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam
sikap arogansi dan egoisme intelektual.

C. TUJUAN FILSAFAT
1. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak
sepertiapa adanya.
2. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia
kita,karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan
pertanyaan- pertanyaan mendasar.
3. Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa
apayang mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan
atauhanya merupakan sebagian dari kebenaran.
4. mengembangkan kemampuan kita dalam: menalar secara
jelas,membedakan argumen yang baik dan yang buruk, menyampaikan
pendapat(lisan dan tertulis) secara jelas, melihat sesuatu melalui kacamata
yang lebihluas, melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan
yang berbeda.
5. Filsafat memberi bekal dan kemampuan pada kita untuk
memperhatikan pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain dengan k
ritis. Kadang inimemang bisa mendorong kita menolak pendapat-pendapat
yang telahditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga memberikan kita cara-
cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam menghadapi masalah yang
mungkin tidakdapat dipecahkan dengan cara lain. Kemampuan berfikir

6 Ihsan, A Fuad. Filsafat Ilmu

4
secara jernih,menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai argumen,
menolak asumsi
Sebagian kalangan cendekiawan dan tokoh agama, yang
berkomentar di dunia ini yakni: kita tidak pernah tahu kebenaran absolut,
yang kita tahu yakni hanya kebenaran dengan k kecil. Dengan kata lain,
apa yang kita yakini sebagai kebenaran mungkin salah, kebenaran itu
relatif, agama itu mutlak, sedang pemikiran keagamaan, yang berkomentar
bahwasanya semua agama benar dalam porsinya masing-masing.7
Kerancuan atau kebingungan (confusion) yang mana bisa saja
mengaburkan atau bahkan menyesatkan (misleading). Para ulama kita
dahulu dari berbagai bidang dan disiplin ilmu ternyata sangat peka dan
menyadari betapa krusialnya problem definisi tentang filsafat dalam dunia
istilah dan pemahaman, sebelum lebih lanjatunya mereka membahas di
bidang masing-masing secara terperinci, para fuqaha misalnya membahas
begitu sistematis dalam mengupas masalah-masalah fiqih. Dimulai secara
gamlang secara terminologi lughwy maupun teknis seperti apa itu taharah,
wudhu, tayammun dan sebagainya8.
Lalu bagaimana dengan peranan filsafat sendiri dalam literatur
kehidupan di lingkungan, dengan tujuan mempelajari filsafat yang m ana
jelas pada hakikatnya mencoba untuk memahami lebih jauh dari sifat kritis
agar paradikmatik dalam berpikir bisa secara rasional yang sumbernya
yakni berupa Al-Quran, Hadist, akal dan qalbu serta indra. Yang dimana
filsafat sebagai objek ilmu terutama dalam perspektif islam disebutkan
tidak hanya menjangkau realitas fisik, namun ia juga mengakui status
ontologi dari hal-hal metafisik sebagai hal yang mungkin diketahuai oleh
manusia. Sumber-sumber ilmu dalam dalam islam

1. Al-quran

2. Hadist

7 Husaini, Adian. Filsafat Ilmu Perspektif Barat Dan Islam


8 Zarkasyi, Hamid Fahmy. Rasional Tanpa Menjadi Liberal hal 146

5
3. Akal dan kalbu
4. Indra 9
Sedanagkan proses memperoleh ilmu dalam islam terkait erat dengan
peran jiwa manusia dan diperoleh dari berbagai sumber,yaitu persepsi
indra, akal, sehat dan intuisi serta berita yang benar dalam tradisi islam
sendiri wahyu Allah SWT, yang termaktub dalam Al-Quran Dan Hadist
merupakan sumber ilmu tertinggi sehingga nilai ilmiah dari wahyu
tersebut harus diletakkan pada tempat yang semestinya dan tidak boleh di
cerai beraikan dari sains atau ilmu.
Oleh karena itu dalam berbagai referensi yang ada yang dimana kita harus
pandai dalam menginterprestasikan sebuah impresi dari berbagai sumber
baik melalui media cetak, media elektronik, dan berbagai media lainya,
maka disini perlunya interprestasi dalam menelaah sebuah ilmu sehingga
amlifikasi dalam pengetahuan bisa menjadikan pengetahuan yang konket
dan komprehensih. Maka ada seorang intelektual mengatakan orang yang
berpikir besar dia berbicara tentang ide, orang berpikir menengah dia
berbicara peristiwa, dan orang awam berbicara orang lain.Sehingga
pentinya sebuah ilmu dalam kehidupan agar menjaga pola paradigma
dalam berpikir kritis dan rasional, maka kedudukan ilmu dalam perspektif
islam sendiri sangatlah di mulia kan, namun acap kali pada era
kontemporer digitalisasi mempolarisassi ilmu pengetahuan yang sekular
sehingga melahirkan ideologi-ideologi yang deskruptif. Maka perlunya
peranan mengkolaborasikan ilmu pengetahuan dengan wahyu Al-Quran
dan Hadist sebagai rujukan ilmu agar tidak lahirnya ideologi yang bisa
membuat seseorang bersikap skeptis, relativistik, sekular, pluralis. Maka
peranan ilmu dari sumber-sumber Al-Quran Hadist dan elaborasi ilmu
pengetahuan lainya penting untuk sandingkan dengan wahyu.
Didalan buku karya Syamudin Arif yang berjudul Islam Dan Diabolisme
Intelektual, dijelaskan ada penyakit yang lebih bahaya dari kanker yang
mematikan yang dimana kebanyakan kanker akan mengalami kegala

9 Husaini, Adian. Filsafat Ilmu Perspektif Barat Dan Islam hal 94

6
komplikasi, disfungis, gangguan dan kegagalan, cukup mengerikan namun
ada yang lebih bahaya lagi yakni yang dinamakan sebagai kanker
epistemologi atau kanker ilmu, yang dimana orang yang terjangkit kanker
epitemologi yakni.

1. Bersifat skeptis, terhadap segala hal, sifat ini ia senantiasa


meragukan kebenaran dan membenarkan keraguan, baginya semua
pendapat tentang semua perkara (termasuk yang qathi dan bayyin
dalam agama) harus selalu terbuka dan untuk diperdebatkan. Pada
tahap yang ekstrim mereka akan meragukan kebenaran.

2. Bersifat relativistik, pengidap relativistik ini menganggap semua


orang dan golongan sama-sama benar, semua pendapat (agama,
aliran, sekte, kelompok, dan lain sebagainya.) sama benarnya,
tergantung dari sudut pandang masing-masing, menurut paham ini,
kebenaran berada dan tersebar di mana-mana namun semuanya
bersifat relatif. Yang mana tidak ada yang berhak mengklaim
dirinya yang paling benar, jika kaum skeptis meragukan kebenaran
maka seorang relarivistik menerima dan menganggap semuanya
benar. Padahal konsep benar itu ada karena adanya konsep salah.

3. Pingadap terakhir yakni kekacaun ilmu (cognitive confusion), ia


tidak mampu lagi dalam membedakan antara yang benar dan yang
salah, mana yang haqq dan mana yang batil, ia cenderung
menyamakan dan bahkan mencampur-adukkan keduanya. Garis
demarksi yang memisahkan kebenaran dan kepalsuan tidak mampu
dilihatnya.yang paling bahaya jika hal ini menyebabkan si penyakit
lantas menganggap kebenaran sebagai kebatilan dan sebaliknya
meyakini kebtilan sebagai kebenaran.10

Kendati demikian sangat bahaya dan dapat berkibat fatal, kanker


epitemologi atau kenker ilmu ini sebenarnya bukan mustahil untuk

10 Arif Syamsudin. Islam dan diabolisme intelektual hal 47

7
ditanggulangi, terapi yang efektif adalah dengan menyuntikkan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat ke dalam diri kita, ilmu yang mendekatkan
diri kita kepada tuhan, ilmu yang menuntun pada kebenaran. ilmu yang
bisa kita melihat yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Ilmu yang
memberikan kita kriteria dan neraca untuk mengukur dan menimbang,
menilai dan memutuskan, memilah dan membedakan antara kebenaran
dan kepalsuan, ilmu tersebut adalah ilmu para nabi, yang perlahan
berkurang dan kelak sama sekali hilang saat kiamat menjelang.11
Di era globalisasi saat ini, gagasan dan pemikiran telah menjadi
komoditi yang bebas di pasarkan dan dijual di mana-mana, terserah
bagaimana kita sebagai konsumen mau membeli produk pemikiran jenis
apa, kerena alasan untuk tujuan apa, namun disinilah diperlukan
kecerdasan dan ketelitian dalam memilih sebelum mengkonsumsi suatu
gagasan atau pemikiran, jangan asal beli, berhati-hatilah terhadap berbagai
modus penipuan dan penyesatan.

11 Arif Syamsudin. Islam dan diabolisme intelektual hal 48

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam literatur pemaham filsafat baik secara makna, fungsi, dan tujuan
akan kita temui banyak hal yang belum kita ketahui sehingga tarap suatu
ilmu pengetahuan kita akan membuat kita semangat dalam belajar
terutama membaca buku, karena dari membaca kita dapat menambah
wawasan kita, sebagaimana seorang ulama mengatakan kejumudan lahir
dan muncul dari refensi yang sempit, kurangnya seseorang dalam refensi
membuat seseorang sulit bergaul dan sulit untuk inklusif.
Dengan mempelajari filsafat yang bisa melatih cara paradigma yang
rasional dan subtantif dengan melakukan riset dan analisis yang objektif
maka akan menghasilkan pemikiran yang kritis dan daya tangkap yang
cepat, maka apabila ada yang mengatakan mempelajari filsafat itu sesat,
maka sejatinya pemikiran sesorang itu lah dungu karena kurangnya
pemahaman dalam ilmu pengetahuan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Husaini, Adian. Filsafat Ilmu Perspektif Barat Dan Islam (Kalibata,
jakarta, cetakan pertama, 1443 H / 2013 M).
Arif Syamsudin. Islam dan diabolisme intelektual, (Institute For The
Study Of Islam Thought And Civilizations / INSISTS. 1439 H /
2018 M).
Zarkasyi, Hamid Fahmy. Rasional Tanpa Menjadi Liberal, (Institute
For The Study Of Islam Thought And Civilizations / INSISTS.
1442 H /2021 M.
Ihsan, A Fuad. Filsafat Ilmu, (Cetakan Perrtama 2015).

10

Anda mungkin juga menyukai