Anda di halaman 1dari 14

MATA KULIAH ILMU FILSAFAT

UJIAN AKHIR SEMESTER

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Sjafril Darana, SU

DISUSUN OLEH :
Pebrian Diki Prestya 160121210007

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2022
Pebrian Diki Prestya
160121210006

SOAL UAS FILSAFAT


Prof. Dr. Sjafril Darana, SU

1. Perlunya Belajar Filsafat


Filsafat berasal dari dua kata yakni philo dan Sophia yang berarti cinta akan
kebijaksanaan (defenisi etimologis ini, penulis terima dari perkuliahan dalam
pengantar filsafat). Pertanyaanya adalah mengapa filsafat disebut sebagai ilmu yang
berbicara tentang kebijaksanaan. Apakah dengan belajar filsafat seseorang akan
menjadi bijaksana.
Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu
bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan
pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan
hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja
yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.
Filsafat dikatakan menjadi kebijaksanaan karena metode dasar
mempelajari filsafat dengan bertanya. Para filsuf mempelajari sesuatu dengan
bertanya. Contohnya pertanyaan dari manakah alam semesta berasal.
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak
bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat
tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan
kehidupan nyata setiap hari. Kendali tidak memberi petunjuk praktis tentang
bagaimana bangunan yang artistic dan elok, filsafat sanggup membantu manusia
dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic dan elok dalam kearsitekturan
sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi
patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.
Secara umum manfaat filsafat:
 Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak
seperti apa adanya.
 Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita,
karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-
pertanyaan mendasar.
 Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa
apa yang mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan
—atau hanya merupakan sebagian dari kebenaran.
 Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam:
 menalar secara jelas
 membedakan argumen yang baik dan yang buruk
 menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas
 melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas
 melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda.
 Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besar, para filsuf dalam
sejarah dan tradisi filsafat, kita akan melihat betapa besar sesungguhnya
pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, agama,
pemerintahan, pendidikan dan karya seni.
 Kadang ini memang bisa mendorong kita menolak pendapat-pendapat
yang telah ditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga Filsafat memberi bekal
dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri
dan pandangan orang lain dengan kritis Kemampuan berfikir secara jernih,
menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai argumen, menolak
asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan prinsip-prinsip
pemikiran dan tindakan yang koheren—semuanya ini merupakan ciri dari
hasil latihan dalam ilmu filsafat.

2. Manfaat Belajar Filsafat


Secara khusus manfaat filsafat ilmu:
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi
filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan,
yakni:
Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.

 Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap


pandangan filsafat lainnya.
 Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia.
 Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam
kehidupan
 Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai
aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya.
 Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat
untuk membuat hidup menjadi lebih baik
 Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir
secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan
menyadari keberadaan kita.
 Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang
dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-
persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
 Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat
membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya
melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
 Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis,
hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum,
percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis
menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri,
dengan cita-cita mencari kebenaran.
 Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri
(terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya,
seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
 Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar
mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan
berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari
penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikir yang mistis dan dogma.
 Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan
yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
 Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian
disiplin ilmu yang ditekuni.
 Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin
ilmu.
 Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan
penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika,
rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan
kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera.
 Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan
dipergunakan secara umum.
Setelah mengetahui mafaat belajar filsafat, kita akan lebih termotivasi untuk belajar
tentang apapun yang ada di sekitar kita.

3. Kata "persoalan" sangat tidak diperkenankan berada pada karya tulis


ilmiah dibandingkan "permasalahan", termasuk pada strata-1
Karena persoalan menuntut penyelesaian, dan permasalahan menuntut pemecahan.
Kedua hal tersebut perlu “solusi” yaitu upaya penyelesaian dan pemecahan yang
harus mampu diatasi melalui pengertian secara mendasar. Persoalan diselesaikan
melalui musyawarah/ perundikan dan menyangkut sesuatu yang rumit, sedangkan
permasalahan diselesaikan harus melalui metode analisis sistematis, atas sesuatu
yang kabur atau tidak jelas. Berikut perbedaan mendetailnya:

No. PERSOALAN PERMASALAHAN


1. The matter - solution The problem - solving
(penyelesaian). (pemecahan).
2. The issue - pokok persoalan. The compilation - menghimpun.
3. Kajian “persoalan” bersifat umum. Kajian “permasalahan” bersifat
khusus.
4. Setiap “persoalan” diupayakan dan Setiap “permasalahan” diupayakan
harus diselesaikan. dan harus dipecahkan.
5. Persoalan berkaitan dengan Permasalahan berkaitan dengan
pengambilan keputusan pendekatan Referensi, Metode dan
berdasarkan kebijakan. Analisis yang sistematis, tepat arah
dan tepat guna.
6. Pola pendekatan “persoalan” Pola pendekatan “permasalahan”
dilaksanakan melalui suatu dilaksanakan melalui masukan hasil
musyawarah atau kesepakatan argumentasi secara ilmiah.
7. Persoalan berada dipihak terkena Permasalahan berada dipihak
kepentingan. peneliti.
8. Persoalan ditangani oleh para Permasalahan ditangani oleh para
“Bijak”. “Peneliti”.

4. Peran Filsafat
Filsafat memiliki peran yaitu sebagai Pendobrak pembebas dan pembimbing,
Filsafat sebagai Pendobrak mampu mendobrak dan menyadarkan manusia agar
tidak terlalu percaya pada hal hal mitos atau mistis.
Filsafat sebagai Pembebas membantu manusia terhindar dari cara berfikir mistis
dan membebaskan manusia dari kurangnya pengetahuan yang menyebabkan
manusia berfikir secara dangkal. Filsafat sebagai pembimbing yaitu mampu
membimbing manusia untuk mempercayai hal hal yang benar benar nyata serta
tidak Ghoib.
Tujuan belajar filsafat kita dapat mengkritisi suatu masalah dan mampu berfikir
secara logis. kemudian filsafat akan mengajak kita untuk memahami tentang ide ide
dan tentang pengalaman kita sebagai manusia.
Filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah
disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Disini terlihat jelas perbedaan
yang hakiki antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Pengetahuan lebih
bersifat umum dan didasarkan pengalaman sehari-hari, sedangkan ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat ilmu khusus dengan ciri-ciri:
sistematis, metode ilmiah tertentu, serta dapat diuji kebenarannya.
5. Filsafat melibatkan: Logika, estetika, metafisika, epidemiologi. Soal:
mengapa peneliti harus memiliki konsep/dasar berpikir rasional dan
bersifat normatif
Permasalahan filsafat adalah materi yang dibahas dalam filsafat satu demi satu dan
seluruhnya. Dan ini yang disebut dengan problematika filsafat, mengapa? karena
dibahas menurut susunan tertentu (sistematika filsafat) dan dibahas dalam filsafat
sistematis. Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi. memandang bahwa sistematika
yang diajukan Langeveld (1959) merupakan sistematika yang dinilai cukup lengkap
tetapi tidak terlalu banyak dan kompleks sehingga mudah dipahami. Menurut
Langeveld, secara garis besarnya filsafat terdiri atas tiga hal utama, yaitu:
Masalah tahu, mengetahui, dan pengetahuan; Metafisika, baik metafisika umum
maupun metafisika khusus, dan Nilai serta penilaian. Masalah Tahu, Mengetahui,
dan Pengetahuan
Sebagian pihak berpendapat, bahwa inti kegiatan mengetahui atau tahu adalah
adanya pemikiran mengenai hal tersebut, tanpa berpikir tentang sesuatu, tidak
mungkin seseorang mengetahui sesuatu, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa
mengetahui atau tahu, berintikan pada sesuatu yang pernah dialaminya. Dalam
masalah tahu, mengetahui da pengetahuan terdapat pula logika yang mengatur
kelurusan berpikir, serta epistemologi yang mengatur hal kebenarannya.
Logika adalah bagian filsafat yang memperbincangkan hakikat ketepatan, cara
menyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan berpengetahuan. Tepat
belum tentu benar, sedangkan benar selalu mempunyai dasar yang tepat. Logika
tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu yang dipikirkan, tetapi membatasi diri pada
ketepatan susunan berpikir menyangkut pengetahuan. Jadi, logika
memprasyaratkan kebenaran, bukan wacana kebenarannya. Secara etimologis,
logika berasal dari bahasa Yunani, logos yang berarti "kata"atau"pikiran". Namun,
pengertian dasarnya sering disebut sebagai ilmu barekta-kata atau ilmu berpikir
benar, bukan tepat melainkan benar.
Pada awal kelahiran, logika manusia itu sangat sederhana dan digunakan untuk
mengahadapi hal-hal sederhana dengan hasil yang sederhana pula. Logika itu
bersifat alami atau disebut logika naturalis yang berdasarkan kodrat atau fitrahnya
saja. Sedangkan logika buatan atau hasil pengembangan yang disebut dengan
logika artifisial. Logika dibagi atas dua hal, yaitu: Logika Formal, adalah wacana atau
argumentasi yang membicarakan hakikat hukum-hukum ketepatan susunan berpikir.
Hal yang terpenting dalam logika ini adalah masalah pengaturannya, rumusan atau
hukum-hukum bagi ketepatan susunan berpikir, isinya tidak dipermasalahkan juga
masalah penggunaannya. Logika Material, adalah wacana atau argumentasi
mengenai hakikat penggunaan ketepatan susunan berpikir terhadap bidang-bidang
kegiatan berpikir tertentu. Logika material ini disebut teori metodologi. Teori
metodologi adalah wacana mengenai cara-cara menyusun pikiran yang tepat untuk
bidang masalah tertentu. Jenis logika ada tiga, yaitu : Logika Induktif, merupakan
hasil penelitian atau teori mengenai prinsip-prinsip kesimpulan dari berbagai
kenyataan. Logika Deduktif, merupakan hasil penelitian atau sistem mengenai
prinsip-prinsip kesimpulan yang mengarah pada penggunaan suatu prinsip. Logika
Dialektis.
Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Dalam epistemologi, Oleh
sebagian orang, epistemologi disebut filsafat ilmu. Secara umum dan mendasar,
terdapat perbedaan antara epistemologi dan filsafat ilmu. Secara umum,
epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan, sedangkan filsafat ilmu,
secara khusus mempersoalkan ilmu atau keilmuan pengetahuan. Dalam hal ini,
terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum dikenal orang, yaitu: Kebenaran
Religius, adalah kebenaran yang memenuhi atau dibagun berdasarkan kaidah-
kaidah agama atau keyakinan tertentu disebut juga kebenaran mutlak yang tidak
dapat dibantah lagi. Bentuk pemahamannya adalah dogmatis. Kebenaran Filosofis,
ialah kebenaran hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat yang disebut
hakikat, meskipun bersifat subjektif dan relatif, namun mendalam karena
penghayatan eksistensial bukan hanya karena pengalaman dan pemikaran
intelektual semata. Inti filsafat adalah berpikir, sedangkan dasarnya adalah rasio.
Kebenaran Estetis, ialah kebenaran yang berdasarkan penilaian indah dan buruk,
serta cita rasa estetis. Artinya keindahan yang berdasarkan harmoni dalam
pengertian luas yang menimbulkan rasa senang, tenang dan nyaman. Kebenaran
Ilmiah, yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut
adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran teoritis adalah
kebenaran yang berdasarkan rasio, atau kebenaran rasional, berdasarkan teori-teori
yang menunjangnya. Segala Sesuatu yang Ada (Metafisika) Ada dua bagian penting
dari metafisika, yaitu: Metafisika Umum atau Ontologi. Ontologi mempersoalkan
adanya segala sesuatu yang ada. hal ini berbeda dengan metafisika khusus yang
mempersoalkan hakikat yang ada. Metafisika Khusus. Metafisika khusus
mempersoalkan hakikat segala sesuatu yang ada. Secara umum, terdapat tiga
kelompok atau hal yang berbeda menurut Langeveld. Oleh karena itu Langeveld
mengemukakan bahwa dalam mempersoalkan hakikat segala sesuatu terdapat tiga
bagian, yaitu: 1) Kosmologi adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan
hakikat alam semesta termasuk segala isinya, kecuali manusia. 2) Antropologi
adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat manusia. 3) Teologi
adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat Tuhan. hal-hal yang
dibicarakan didalamnya menyangkut kebaikan, kesucian, kebenaran, keadilan dan
sifat- sifat baik Tuhan lainnya.
Aksiologi adalah bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian, terutama
berhubungan dengan masalah atau teori umum formal mengenai nilai. Aksiologi
yang kita kenal dalam dua jenis, yaitu etika dan estetika. Etika adalah bagian filsafat
yang mempersoalkan penilaian atau perbuatan manusia dari sudut baik dan jahat.
Etika dalam bahasa Yunani, ethos yang artinya kebiasaan, habit atau custom.
Maksudnya hampir tidak ada orang yang tidak memiliki kebiasaan baik atau buruk.
Istilah yang lebih tepat adalah etika baik dan etika jahat. Estetika merupakan bagian
filsafat yang mempersoalkan penilaian atas sesuatu dari sudut indah dan jelek.
Secara umum, estetika disebut sebagai kajian filsafati mengenai apa yang membuat
rasa senang.

6. Sifat sifat (1) Filsafat: bakat atau dasar, Pembawaan (2) Ilmu: minat, gairah.
(3) Pengetahuan: kemauan untuk tahu, kesukaan untuk tahu. (4)
Penemuan: motivasi, dorongan atau desakan. (5) Pengembangan:
kegigihan, kesungguhan, ketaatan, keuletan atau ketangguhan.

Berpikir Radikal
Berfilsafat berarti berpikir secara radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena
berpikir secara radikal, ia tidak akan pernah akan terpaku hanya pada fenomena
suatu entitas tertentu. Ia tidak akan pernah berhenti pada suatu wujud realitas
tertentu. Keradikalan berpikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk
menemukan akar seluruh kenyataan. Bila dikatakan bahwa filsuf berupaya
menemukan radix seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas
telah termasuk kedalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar
pengetahuan tentang dirinya sendiri.
Mengapa radix atau akar realitas begitu penting untuk ditemukan? Ini karena bagi
filsuf, hanya apabila akar realitas itu telah ditemukan segala sesuatu yang
bertumbuh diatas akar itu akan dapat dipahami. Hanya apabila akar suatu
permasalahan telah ditemukan, permasalahan itu dapat dimengerti sebagaimana
mestinya.

Berpkir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang, atau menjungkirbalikkan


sesuatu, melainkan dalam arti yang sebenarnya, yaitu berpikir secara mendalam,
untuk mencapai akar persoalan yag dipermasalahkan. Berpikir radikal justru hendak
memperjelas realitas, lewat penemuan serta pemahaman akan akar realitas itu
sendiri.

Mencari Asas

Filsafat bukan hanya mengacu pada bagian tertentu dari realitas, melainkan kepada
keseluruhanya. Dalam memandang keseluruhan realitas filsafat senantiasa
berupaya mencari asas yang paling hakiki dari realitas yang ada.

Para filsuf yunani, yang terkenal sebagai filsuf-filsuf alam, mengamati segala
keragaman realitas di alam semesta, lalu berpikir dan bertanya, “tidakkah dibalik
keanekaragaman itu hanya ada suatu asas?” lalu mereka mecari asal-usul asas
pertama alam semesta. Thales mengatakan bahwa asas pertama alam semesta itu
adalah air.

Mencari asas pertama berarti juga berupaya mrupakan sesuatu yang menjadi esensi
realitas. Dengan menemukan suatu esensi realitas, realitas itu dapat diketahui
dengan pasti dan menjadi jelas. Mencari asas adalah salah satu sifat dasar filsafat.

Memburu Kebenaran
Filsuf adalah pemburu kebenaran. Kebenaran yang diburunya adalah kebenaran
hakiki tentang kebenaran seluruh realitas dan setiap hal yang dipersoalkan. Oleh
sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat bearti memburu kebenaran tentang
segala sesuatu.

Tentu saja kebenaran yang hendak digapai bukanlah kebenaran yang meragukan.
Untuk memperoleh kebenaran yang sungguh-sungguh dapat dipertanggung
jawabkan, setiap kebenaran yang diraih harus senantiasa terbuka untuk
dipersoalkan kembali dandiuji demi meraih kebenaran yang lebih pasti. Demikian
seterusnya.

Jelas terlihat bahwa kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final,
melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih
pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali
demi menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.

Dengan demikian terlihat bahwa salah satu sifat dasar filsaat ialah senantiasa
memburu kebenaran. Upaya memburu kebenaran itu adalah demi kebenaran itu
sendiri, dan kebenaran yang diburu adalah kebenaran yang lebih meyakinkan serta
lebih pasti.

Mencari Kejelasan
Salah satu penyebab lahirnya filsafat ialah keraguan. Untuk menghilangkan
keraguan diperlukan kejelasan. Ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat berarti
berupaya mendapatkan kejelasan yang penjelasan mengenai seluruh realitas. Ada
pula yang mengatakan bahwa filsuf senantiasa mengejar kejelaan pengertian (clarity
of understanding). Geisler dan Feinberg mengatakan bahwa ciri khas penelitian
filsafat adalah adanya usaha keras untuk meraih kejelasan intelektual (intellectual
clarity). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berpikir secara filsafat berarti
berupaya memperoleh kejelasan.
Mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih untuk mengeliminasi segala
sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga yang serba
rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan, filsafatpunnakan menjadi sesuatu
yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap, dan tak mungkin dapat menggapi
kebenaran.

Berpikir Rasional
Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu kebenaran dan mencari kejelasan
tidak akan mungkin dapat berhasil dengan baik jika tanpa berpikir dengan rasional.
Berpikir secara rasional beerarti berpikir logis, sistematis dan kritis. Berpikir logis
adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima
oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpuln dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.

Berpikir logis juga menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis
ialah rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau sling berkaitan
secara logis. Tanpa berpikir yang logis-sistematis dan koheren tidak mungkin diraih
kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan.

Berpikir ritis berarti membakar kemauan untuk terus-menerus mengevaluasi


argumen-argumen yang mengklaim dirinya benar. Seorang yang berpikir kritis itu
tidak akan mudah menggenggam suatu kebenaran sebelum kebenaran itu
dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis-sistemaatis-kritis
adalah ciri utama berpikir rasional. Adapun berpikir rasional adaah salah satu sifat
filsafat.

7. Filsafat bahasa:
1. Filsafat bahasa ideal
2. Filsafat bahasa sehari-hari
3. Filsafat: kajian fenomena dan anomena harus melalui ide berdasarkan
pola fikir kritis
Soal: mengapa demikian?

Filsafat merupakan konsep dasar berpikir rasional dan bersikap normatif (sesuai
aturan) pada suatu fenomena, termasuk anomena alam melalui metode ilmiah tepat
guna. Filsafat sealu berkaitan antara kehidupan manusia dengan lingkungan alam.
Filsafat mengkaji tentang fenomena dan anomena melalui pemahaman ide
cemerlang berlandaskan pola pendekatan dan pemecahan masalah melalui filsafati
menuntut pola pikir sistematis, kritis, argumentasi kuat, tidak mudah puas diri, bijak,
dan cerdas serta menuju ke arah universalisme. Filsafat juga merupakan usaha para
filsuf dalam memahami conceptual knowledge melalui pemahaman terhadap
bahasa.
Fenomena dalam penelitian adalah gejala-gejala dari hal yang dapat disaksikan
yang hendak diteliti, apakah ada masalah teorinya atau diangkat dari masalah
praktisnya. Sedangkan anomena adalah yang tidak dapat disaksikan. Pendekatan
bagi seorang peniliti tentang anomena dapat diperoleh peneliti, tiada lain melalui
Memohon kepada Sang Pencipta secara sungguh-sungguh dan berikhtiar sekuat
mungkin setelah menekuni literatur demi literatur. Atas Izin Allah subhanwata’ala
maka disitulah peneliti menemukan ANOMENA yang di harapkan hasil penelitiannya
dapat membawa suatu UNIVERSALISME atau bermanfaat bagi kepentingan umat
manusia.

8. Nihil vit sine causa: tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa sebab. (Lihat buku
8) Soal: berikan penjelasan anda secara singkat dan tepat

Berkenaan dengan itu adalah kalimat ini: Ada asap, ada api. Banyak orang pasti
sudah sering menggunakan istilah itu sebagai apologi kalau apa yang dilakukan
olehnya tidak mungkin tidak memiliki sebab. Dan ternyata hal yang seperti ini, ribuan
tahun silam sudah terlampau sering diperbincangkan. Hal itu bisa dibuktikan dengan
istilah nihil fit sine causa (sebuah peristiwa pasti memiliki sebab) di abad ke—5
sebelum masehi. Dengan demikian, konsep yang sampai saat ini masih digunakan
sudahlah familiar beribu-ribu tahun silam. Kausalitas terbagi menjadi dua cabang
besar:
Dari segi fungsi
a. Neccesary causa: sebab yang pasti atau sebab yang tidak perlyu ditanyakan
lagi.
b. Sufficient causa: sebab yang menjadikan atau kadanga juga bisa disebut
sebagai sebab yang dekat dari akibatnya, yang bisa berubah-ubah.
Dari segi urutan
a. Sebab jauh: sebab yang posisinya sebagai mengakibatkan sesuatu
yang menjadi sebab lagi. Hal ini kadang juga berupa Neccesary causa
b. Sebab langsung: sebab yang posisinya dekat dengan akibat. Hal ini
banyak terjadi dalam Sufficient causa. Terkadang satu sebab bisa
mengakibatkan banyak peristiwa. Contoh: berangkat dari patah hati
ada peristiwa bunuh diri, pembunuhan terhadap pasangan,
pemerkosaan, penculikan, diet tidak sehat, dan sebagainya.
Terkadang juga satu peristiwa disebabkan oleh banyak sebab. Contoh,
kematian ada disebabkan oleh kecelakaan, patah hati, pembunuhan,
bunuh diri, dan sebagainya.
Teori-teori John Stuart Mill:
1. Metode persamaan/persetujuan
2. Metode perbedaan
3. Metode persamaan variasi
4. Metode residu/sisasisihan
5. Metode gabungan
Kerancauan dalam berfikir secara kausal adalah bersumber dari istilah post hoc
propter hoc. Dengan bahasa lain, itu adalah penalaran yang menyatakan bahwa jika
ada peristiwa B datang setelah peristiwa A, maka peristiwa A inilah yang
mengakibatkan peristiwa B.

9. Dalam penelitian ada 2 macam konsep. Coba jelaskan secara singkat apa
artinya
 Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secaran berurutan
sesuai pola dan kaidah yang benar, dan yang mudah dan sederhana sampai
yang kompleks.
 Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan
fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur /
kaidah bekerjanya akal yaitu logika.

10. Apa nilai yang anda peroleh setelah belajar filsafat ilmu, etika dan bahasa
 Dari filsafat bahasa, kita dapat menyelidiki kodrat/sifat asli, kedudukan
bahasa sebagai kegiatan manusia serta dasar konsepnya / yang berhubungan
konsep / ide & teoritis linguistik
 Dari filsafat ilmu, kita dapat menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakekat / intisari dasar ilmu
 Dari filsafat kita dapat memahami inti / dasar suatu hal

Anda mungkin juga menyukai