Anda di halaman 1dari 6

6.

Klasifikasi Open Fracture

Gustillo Anderson

6a. Definisi Sindrom Kompartemen


Sindrom kompartemen akut adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
>30mmHg di dalam kompartemen osteofascial yang tertutup sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi lokal.

6b. Penanganan Open Fraktur 1/3 proximal Tibia dengan sindrom kompartemen
Prinsip tatalaksana fraktur terbuka
- Antibiotik profilaksis
- Debridemen fraktur + luka cito
- Early definitive wound cover
- Stabilisasi fraktur

Antibtiotik profilaksis
Bakteri utama: Staphylococcus aureus, Pseudomonas

Debdridemen
- Golden period kurang dari 6 jam
- Jaringan yang mati akan mengganggu proses penyembuhan luka dan merupakan daerah
tempat pembenihan bakteri
- Diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fasia, otot dan
fragmen-fragmen yang lepas
- Tujuan untuk membersihkan luka dari material asing dan jaringan mati sehingga
meninggalkan lapangan operasi dan jaringan yang sehat dengan suplai darah yang baik

Wound Cover
- Luka kecil dan tidak terkontaminasi  Tipe I dan II dapat di suture (setelah debridemen)
- Luka yang lebih berat  split-skin graft, local atau distant flap
- ‘Second look’ harus sudah memiliki tatalaksana definitif  dilakukan dalam 58-72 jam,
maksimal 5 hari

Stabilisasi Fraktur
- Untuk menurunkan risiko infeksi dan pemulihan jaringan lunak
- Pilihan berupa fiksasi internal atau eksternal
- Imobilisasi, luka ditutup kain bersih, fragmen jangan dimasukkan
- Fungsi:
o mengontrol nyeri dan pembengkakan
o mengurangi deformitas/dislokasi,
o imobilisasi fraktur atau cedera.
- Tujuan pembidaian dan imobilisasi:
o membebaskan nyeri,
o meningkatkan penyembuhan,
o stabilisasi fraktur,
o mencegah sehingga cedera lebih lanjut.

Pemberian Profilaksis Tetanus


Tatalaksana Sindrom Kompartemen

• Singkirkan penyebab kompresi (cast, bandages, dressing dilepas)


• O2
• Pertahankan ekstremitas setinggi jantung
• Fasciotomi:
– Indikasi: sindroma kompartemen akut: tekanan kompartemen > 30 mmHg
– Pendekatan dua-insisi fasciotomi pada tungkai bawah merupakan prosedur
langsung
– 1cm posterior dari posteromedial border tibia dan 2-3cm lateral dari tibia crest
– Evaluasi 2 hari paska tindakan  jika jaringan sehat, lakukan suture

7a. Posisi bahu pada Dislokasi Anterior Bahu

8. Indikasi dan Tatacara Pelvic Packing


Indikasi: Fraktur pelvis dengan hemodinamik tidak stabil
Tatacara
- Posisi pasien supine
- Stabilisasi pelvis dengan C-Clamp. Fiksator eksternal atau pelvis binder temporer
- Insisi midline dilakukan dari umbilicus hingga simfisis pubis
- Linea alba di insisi dan peritoneum di diseksi tumpul
- Bladder di retraksi ke satu sisi dengan retractor malleable
- Pelvic brim di palpasi dari simfisis pubis secara posterior
- Nervus dan Vessel obturator di dorong ke lateral jika ditemukan
- 3 sponge laparotomi ditaruh dirongga antara peritoneum dan pelvic ring dibawah pelvic
brim
- Sponge pertama ditaruh posterior dan dibawah joint sacroiliac
- Sponge kedua diletakkan anterior dari sponge pertama
- Sponge ketiga diletakkan di rongga retropubic, dalam dan lateral dari bladder
- Peletakkan sponge bertujuan untuk menekan cabang dari A. iliaca interna dan plexus
vena yang posisi lateral dari sacrum
- Sekuensial di atas diulang pada sisi kontralateral
- Jika perdarahan aktif dan banyak, sponge dapat ditambahkan
- Fascia ditutup dengan suture single running layer to membuat efek tampon
- Tidak diperlukan drain
- Evaluasi 24-48 jam untuk removal packing atau re-packing

9. Tatalaksana operatif dan non-operatif fraktur femur

Operatif
- Intramedullary nailing (Gold standard)
Dilakukan dalam 24-48 jam paska trauma (early definitive treatment). Lokasi insersi IMN
berada diluar zona trauma, mempertahankan pembuluh darah sekitar dan
mempertahankan hematoma yang bertujuan untuk meningkatkan bone growth factors

- Antegrade Nailing
Dilakukan pada pasien yang ditindak <24 jam pada shaft fracture. Efek samping hip pain
dan stiffness

- Retrograde Nailing
Dilakukan pada fraktur kolum femur ipsilateral, acetabular, fraktur tibia (floating knee
injury), fraktur femur bilateral, pasien obesitas. Efek samping knee pain

- Reaming Intramedullary (RIM)


Reaming berfungsi sebagai bone graft yang mengandung sel osteoprogenitor dan
molekul induktif

- Plate Osteosynthesis
Plate digunakan pada nonunion rekalsitran, fraktur periprostetik dan periimplant,
penyempitan kalanis femoralis dan fraktur terbuka dengan cedera vascular
- External Fixation
Digunakan pada pasien dengan fraktur terbuka, cedera vascular, multiple trauma, dan
tidak stabil untuk early definitive care

Non-operatif
- Traksi
- Splinting
- Casting

10. Perbedaan Complete dan Incomplete Spinal Cord Injury


- Complete SCI didefinisikan sebagai tidak adanya semua fungsi motorik dan sensorik,
termasuk sacral root, distal dari lokasi cedera. Cedera ini ditetapkan sebagai Kelas A di
AIS. Incomplete SCI didefinisikan sebagai cedera yang masih mempertahankan fungsi
motorik atau sensorik pada tingkat tertentu di bawah lokasi cedera. Ini dinilai B sampai E
di AIS.
- Penentuan Complete atau Incomplete SCI memerlukan resolusi spinal shock. Spinal
shock merupakan respon fisiologis terhadap trauma yang ditandai dengan depolarisasi
awal jaringan aksonal segera setelah cedera. Selama syok tulang belakang, pasien
menunjukkan periode kelumpuhan lembek sementara yang mana ia berada dalam
keadaan arefleksia.

Anda mungkin juga menyukai