Anda di halaman 1dari 11

PEMIKIRAN FILSAFAT

A. Pendahuluan

Ada beberapa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan


berdasarkan pengetahuannya, yaitu:
Ada orang yang tahu di tahunya
Ada orang yang tahu di tidaktahunya
Ada orang yang tidak tahu di tahunya
Ada orang yang tidak tahu di tidaktahunya
Cara mendapatkan pengetahuan yang benar adalah ketahuilah apa yang kau
tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu. Pengetahuan dimulai dengan
rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai
dengan kedua-duanya.
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan
apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak
terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk
berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita
jangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah
dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang
ilmu berarti berterus terang kepada diri sendiri: Apakah sebenarnya yang saya
ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya hakiki ynag membedakan ilmu dari
pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Bagaimana cara mengetahui
pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang dipakai dalam menentukan
kebenaran secara ilmiah? Mengapa ilmu perlu dipelajari? Berfilsafat juga
berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita
ketahui. (mengetahui kekurangan bukan berarti merendahkanmu, namun
secara sadar memanfaatkan, untuk lebih jujur dalam mencintaimu)

1
B. Apa itu filsafat?
1. Defenisi Etimologis
Dari segi asal usul kata (etimologi), filsafat berasal dari bahasa
Yunani philosophos (philos = pecinta, pencari; dan Sophia = hikmat,
kebijaksanaan, atau pengetahuan) yang berarti pecinta kebijaksanaan.
Pytagoras adalah orang pertama yang menggunakan kata philosophos. Ia
menyebut diri philosophos yang berarti pecinta kebijaksanaan.
Istilah filsafat sebetulnya sudah ada dalam sastra Yunani pertama.
Filsafat pada mulanya berarti memandang benda-benda disekitar dengan
penuh perhatian. Kemudian berarti merenung tentang benda-benda tadi.
2. Defenisi Nominalis
Dari defenisi secara etimologis di atas, filsafat didefenisikan sebagai
ilmu yang mempelajari seluruh realitas sampai sebab-sebab yang paling
dalam. Sebagai ilmu, filsafat juga merupakan pengetahuan metodis,
sistematis, dan koheren. Tapi kekhasannya adalah bahwa filsafat mau
menyelediki seluruh kenyataan sampai sebab-sebab paling dalam.

Seorang yang berfisafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di


bumi sedang tengadah ke bintang-bintang, atau seseorang yang berdiri
dipuncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin
mengetahui hakikat dirinya dan menyimak kehadirannya dengan kesemestaan
yang ditatapnya.
Beberapa karakteristik berpikir filsafat antara lain :
1. Bersifat Menyeluruh :
Menyeluruh maksudnya adalah memandang objek penyelidikan
secara totalitas. Filsafat ingin mengetahui “apanya” atau hakikat dari objek
tersebut. Filsafat tidak puas kalau hanya menyelidiki dari sudut tertentu
seperti yang dilakukan ilmu-ilmu lain.
Menyeluruh disini juga berarti bahwa filsafat juga menyelidiki
konsep-konsep abstrak seperti manusia, keadilan, kebaikan, kejahatan,
kebebasan. Berarti pula berpikir tentang hal-hal atau proses-proses yang
bersifat umum (universal)

2
Seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi
pandang ilmu itu sendiri. Tetapi melihat hakikat ilmu dalam konstelasi
pengetahuan yang lainnya, seperti kaitan ilmu dengan moral dan agama
serta apakah ilmu membawa kebahagiaan padanya.
Para ahli tidak boleh meremehkan moral, agama dan nilai estetika.
Mereka, yang berada dibawah disiplin ilmuannya masing-masing,
sebaiknya tengadah ke bintang-bintang dan tercengang: bahwa masih ada
langit diatas langit,dan menyadari kebodohan kita sendiri.
2. Bersifat Mendasar
Karakteristik berpikir filsafat bersifat mendasar maksudnya yaitu
tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat
disebut benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan krtiteria tersebut
dilakukan ? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa?
Jadi dapat dikatakan bahwa filsafat bertanya sampai ke dasar atau
akar terdalam dari segala sesuatu. Berpikir secara filsafat berarti berpikir
sampai ke esensi, hakikat, dan substansi benda-benda. Orang yang
berfilsafat tidak puas dengan hasil pengamatan indera, tapi berusaha
sampai kepada pengetahuan paling dalam yang mendasari pengetahuan
inderawi.
3. Bersifat Spekulatif
Spekulatif artinya apa yang diselidiki filsafat didasarkan pada
dugaan-dugaan yang masuk akal, dan tidak berdasarkan bukti empiris. Ini
bukan berarti bahwa filsafat tidak ilmiah, tapi pemikiran filsafat memang
tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
Ciri filsafat yang ketiga ini akan menimbulkan kecurigaan terhadap
filsafat. Bukankah spekulasi ini suatu dasar yang tidak bisa diadakan dan
seorang filsuf akan menjawab: memang namun hal ini tidak bisa
dihindarkan. Menyusuri sebuah lingkaran kita harus mulai dari sebuah titik
bagaimanapun juga spekulatifnya, yang penting adalah bahwa dalam
prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa
memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak.

3
Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat
diandalkan.
Semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi.
Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak
mungkin pengetahuan lain berkembang di atas dasar kebenaran. Tanpa
menetapkan apa yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin
bernicara tentang moral. Demikian juga tanpa wawasan apa yang disebut
indah atau jelek tidak mungkin kita berbicara tentang kesenian.
Selain beberapa karakteristik pemikiran filsafat yang telah dijelaskan
di atas, masih terdapat beberapa ciri yang menjadi kekhasan dari pemikiran
filsafat, antara lain :
1. Pemikiran filsafat bersifat Konseptual yaitu berpikir dalam filsafat tidak
hanya sekedar berpikir, tapi mempunyai konsep yaitu secara umum.
Konsepsi (rencana kerja) merupakan hasil pengumuman dan abstraksi dari
pengalaman tentang berbagai hal dan proses individual. Filsafat
merupakan pemikiran tentang hal dan proses dalam hubungan yang umum.
Seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunianya sendiri ataupun dunia
sekitarnya, melainkan juga mengenai perbuatan berpikir itu sendiri.
Dengan ciri ini maka berpikir kefilsafatan melampaui batas-batas
pengalaman hidup sehari-hari.
2. Pemikiran filsafat bersifat Radikal yaitu berpikir sampai ke akar-akarnya.
Yaitu bepikir sampai ke akarnya, sampai hakikat, esensi, substansi, inti
yang dipikirkan, dan berusaha menangkap pengetahuan hakiki yang
mendasar tersebut.
3. Pemikiran filsafat bersifat Universal yaitu berpikir tentang hal-hal yang
bersifat umum. Berpikir tentang hal dan proses yang bersifat umum.
Filsafat mencari kebenaran tentang segala sesuatu dan menyatakannya
dalam bentuk paling umum. Filsafat berkaitan dengan pengalaman umum
manusia.
4. Bersifat Komprehensif . Tidak ada sesuatupun yag berada di luar
jangkauannya (menyeluruh). Jika tidak, filsafat akan ditolak, dikatakan

4
berat sebelah dan tidak memadai, serta baru dapat dikatakan memadai bila
memuat penjelasan tentang semua gejala.
5. Pemikiran filsafat bersifat Integral (menyeluruh) yaitu pemikiran yang
luas, pemikiran yang meliputi beberapa sudut pandang. Pemikiran
kefilsafatan meliputi beberapa cabang ilmu dan pemikiran semacam ini
ingin mengetahui hubungan antara cabang ilmu yang satu dengan yang
lainnya. Integralitas pemikiran kefilsafatan juga memikirkan hubungan
ilmu dengan moral, seni, dan pandangan hidup.
6. Pemikiran filsafat bersifat Sistematik yaitu saling urut, berhubungan dan
berkaitan antara satu dengan yang lainnya; hasil pemikiran yang diperoleh
dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya dan hasil
pemikirannya selalu dimasukkan sebagai medan garapan (objek) yang baru
pula. Keadaan ini senantiasa bertambah dan berkembang. Meskipun
demikian bukan berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena
tidak pernah selesai seperti ilmu-ilmu di luar filsafat. Filsafat berusaha
memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan
dunia yang memberikan keterangan tentang dunia dan semua yang ada di
dalamnya. Contoh: teori atom.
7. Pemikiran filsafat bersifat Bebas dan bertanggungjawab yaitu meskipun
bebas dari apapun, pemikiran dalam filsafat hars bisa
dipertanggungjawabkan. Yaitu bebas dari prasangka sosial, historis,
cultural, ataupun religius namun tetap disiplin dan tidak sembarangan.
8. Pemikiran filsafat bersifat Fundamental (mendasar) yaitu pemikiran
mendalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar dari gejala) hasil
pemikiran tersebut dapat dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan
masalah keilmuan.
9. Pemikiran filsafat bersifat Koheren berarti sesuai dengan kaidah berpikir
(logis) dan Konsisten yaitu tidak berubah-ubah dan tidak berlawanan
sehingga tidak ada yang konstradiksi di dalamnya. Jadi berpikir filsafat
harus runtut. Bagian konseptual dari berbagai pendapat ini tidak boleh
berkontradiksi.

5
C. Filsafat Peneratas Pengetahuan

Filsafat(will durant), dapat diibaratkan pasukan marinir yang merebut


pantai untuk pendaratan pasukan infantri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai
pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan
tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. ilmulah yang membelah gunung dan
merambah hutan, menyempurnakan kemenangan menjadi pengetahuan yang
dapat diandalkan.
Setelah penyerahan dilakukan maka filsafat pun pergi. Dia kembali
menjelajah laut lepas; berspekulasi dan meneratas. Seorang yang skeptis akan
berkata: sudah lebih dari dua ribu tahun orang berfilsafat namun
selangkahpun dia tidak maju. Sepintas lalu kelihatannya memang demikian,
dan kesalahpahaman ini dapat segera dihilangkan, sekiranya kita sadar bahwa
filsafat adalah marinir yang merupakan pionir, bukan pengetahuan yang
bersifat memerinci. Filsafat menyerahkan daerah yang sudah
dimenangkannya kepada ilmu pengetahuan-pengetahuan lainnya. Semua
ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, bertolak dari
pengembangannya bermula sebagai filsafat.
Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu maka terdapat taraf
peralihan. Dalam taraf peralihan ini maka bidang penjelajahan filsafat
menjadi lebih sempit. Tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral. Walaupun
demikian secara konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma
filsafat. Umpamanya ekonomi masih merupakan penerapan etika (applied
ethics) dalam kegiatan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang
dipakai adalah normatif dan deduktif. Dalam menyusun pengetahuan tentang
alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi mempergunakan metode yang
bersifat normatif dan deduktif melainkan kombinasi antara deduktif dan
induktif dengan jembatan yang berupa pengajuan hipotesis yang dikenal
sebagai metode logico-hypothetico-verifikatif. Tiap ilmu dimulai dengan
filsafat dan diakhiri dengan seni (will durant). Muncul dalam hipotesis dan
berkembang ke keberhasilan.
Auguste Comte membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan ke
dalam tahap:

6
1. Religius
Asas religilah yang dijadikan postulat ilmiah sehinggga ilmu merupakan
deduksi atau penjabatan dari ajaran religi.
2. Metafisik
Orang mulai berspekulasi tentang metafisika (keberadaan) ujud yang
menjadi obyek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan
mengembangkan sistem pengetahuan di atas dasar postulat metafisik
tersebut.
3. Positif.
Tahap pengetahuan ilmiah, (ilmu) di mana asas-asas yang dipergunakan
diuji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif.

D. Bidang Telaah Filsafat


Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat menelaah

segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan

fungsinya sebagai pionir yang mempersalahkan hal-hal yang pokok, terjawab

masalah yang satu kemudian merambah ke pertanyaan yang lain.

Seorang profesor yang penuh humor mendekat permasalahan yang

dikaji filsafat dengan sajak berikut:

What is a man?

What is?

What?

Maksudnya adalah bahwa pada tahap pertama, filsafat mempersoalkan

siapakah manusia itu. Tahap ini dapat dihubungkan dengan segenap

pemikiran ahli-ahli filsafat sejak zaman yunani kuno sampai sekarang yang

tak kunjung selesai mempersalahkan siapakah manusia itu. Tahap yang kedua

adalah pertanyaan yang berkisar tentang hidup dan eksistensi manusia,

apakah hidup ini sebenarnya?. Tahap yang ketiga skenerionya bermula pada

7
suatu pertemuan ilmiah tingkat “tinggi”, dimana seorang ilmuwan bicara

panjang lebar tentang suatu penemuan ilmiah dalam risetnya. Tugas utama

filsafat kata wittgenstein bukanlah menghasilkan susunan pernyataan filsafati,

melainkan menyatakan sebuah pernyataan sejelas mungkin.

E. Cabang-cabang Filsafat

Pokok permasalahan filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang

disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik

dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan

apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang filsafat ini kemudian

bertembah lagi yakni, pertama, teori tentang ada; tentang hakikat keberadaan

zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya

terangkum dalam metafisika; dan, kedua, politik; yakni kajian mengenai

organisasi sosial/ pemerintahan yang ideal. Kelima cabang utama ini

kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai

bidang kajian yang lebih spesifik diantaranya filsafat ilmu. Cabang-cabang

filsafat tersebuat antara lain :

1. Epistemologi (filsafat pengetahuan)

2. Etika (filsafat moral)

3. Estetika (filsafat seni)

4. Metafisika

5. Politik (filsafat pemerintahan)

6. Filsafat agama

7. Filsafat ilmu

8
8. Filsafat pendidikan

9. Filsafat hukum

10. Filsafat sejarah

11. Filsafat matematika

F. Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat

pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan

ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempuanyai ciri-ciri

tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membeda-bedakan antara

ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-

permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi

menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini

lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni

ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat,

namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan

ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.

Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab

beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Dari semua pengetahuan maka

ilmu merupakan pengethauan yang aspek ontologis, epistomologis dan

aksiologisnya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan

pengethauan-pengetahuan lain dan dilaksanakan secara konsekuen dan penuh

disiplin. Dari pengertian inilah sebenarnya berkembang pengertian ilmu

9
sebagai disiplin yakni pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan

aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhannya.

Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari

pengetahuan-pengetahuan lainnya adalah pertanyaan terkait dengan

pengetahuan secara ontologi, epistemologi, aksiologi. Dengan mengetahui

jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut, maka dengan mudah membedakan

berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah pengetahuan

manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai pengetahuan yang

ada seperti ilmu, seni, dan agama serta meletakkan mereka pada tempatnya

masing-masing yang saling memperkaya kehidupan kita.

10
DAFTAR REFERENSI

Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :


Pustaka Sinar Harapan

Universitas Negeri Surabaya. 2011. Ciri Pemikiran Filsafat (online).


http://blog.tp.ac.id/ciri-pemikiran-filsafat, diakses tanggal 31 Agustus
2012

TIM UGM. 2007. BAB 1 Pengantar Filsafat (online).


http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_filsafat/Bab_1.pdf,
diakses tanggal 1 September 2012.

11

Anda mungkin juga menyukai