Anda di halaman 1dari 19

A.

PENGERTIAN FILSAFAT
1. PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu


falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia –
philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami
bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf
adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam
arti hakikat.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/08/pengerti
an-filsafat/amp/
 
2. PENGERTIAN FILSAFAT SECARA TERMINOLOGI
• Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para
filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan
kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya.
Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles
berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang
meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat
bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam
maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini
disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa
para ahli:
 
• Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari
pengetahuan tentang segala yang ada.
 
• Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat
adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali.
Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang
oleh filsafat dengan ilmu.
 
• Cicero (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari
semua seni“ ( themotherofallthearts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai arsvitae (seni
kehidupan )
 
• Johann GotlichFickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai
Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum,
yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu
bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran
dari seluruh kenyataan.Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat
sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar
akhir yang sama, yang memikul sekaliannya
• Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
3. TUJUAN DAN CIRI-CIRI PIKIRAN KEFILSAFATAN
Adapun tujuan dari pikiran kefilsafatan adalah sebagai berikut:
•  Filsafat berguna untuk membuat manusia memiliki sifat yang
bijaksana dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
• Filsafat juga bertujuan untuk membuat manusia memiliki
perspektif yang luas dalam melihat sesuatu. Dengan hal ini maka
manusia dapat memiliki pandangan yang luas dan dapat terhindar
dari egosentrisme.
• Dengan menilai berbagai macam hal di sekitarnya secara objektif,
maka melalui filsafat diharapkan manusia akan lebih terdidik dan
mampu memiliki pengetahuan yang luas.
• Filsafat dapat mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan
dan lebih mendalami ilmu pengetahuan.
• Dengan mempelajari filsafat maka manusia juga dapat
memahami perkembangan, kemajuan pengetahuan, serta sejarah
pertumbuhan dari pengetahuan tersebut.
• Filsafat membuat manusia agar memiliki kemauan
untuk berpendapat sendiri, mandiri dalam hal
rohaniah, berpikir sendiri, serta dapat menunjukkan
sifat yang kritis.
• Dengan mendalami filsafat maka manusia dapat
mendalami pokok ilmu sampai ke cabang-cabangnya.
Dengan demikian maka akan lebih mudah dalam
memahami hakikat ilmu beserta sumber dan
tujuannya.
• Filsafat juga sangat berguna bagi dunia pendidikan,
karena baik siswa maupun pengajar punya pedoman
yang kuat untuk mempelajari ilmu pengetahuan.
Terutama untuk membedakan mana persoalan yang
bersifat ilmiah dan tidak ilmiah.
• Adapun ciri-ciri dari pemikiran kefilsafatan adalah sebagai berikut:
1). Implikatif
Ilmu filsafat sering memikirkan akibat yang didapatkan dari suatu
pemikiran, tujuan hal tersebut supaya manusia selalu dapat
melahirkan berbagai pemikiran baru yang dapat mengembangkan
intelektualitas.
2). Memiliki Sifat yang Universal
Secara umum pemikiran filsafat memang tidak ada sangkut pautnya
dengan objek-objek tertentu, atau cendurung bersifat universal.
Contoh dari pemikiran seperti ini seperti kebebasan, keadilan, dan
moral manusia.
3). Tidak Faktual
Tidak Faktual dalam konteks ini merupakan sesuatu yang bersifat
spekulatif dengan menciptakan berbagai dugaan yang logis dan
masuk akal dalam menangani suatu hal yang tanpa bukti. Hal ini
dikarenakan pemikiran tersebut telah melampaui batas-batas fakta
ilmiah.
4). Berhubungan dengan Nilai
Pengertian filsafat berdasarkan pendapat C. J. Ducasse
ialah upaya manusia dalam mencari pengetahuan. Upaya
tersebut berupa fakta yang biasa disebut dengan penilaian.
Yang dimaksud dengan penilaian di sini yaitu antara susila
dan asusila, serta yang baik dengan yang buruk. Sehingga
filsafat berperan sebagai penengah yang digunakan untuk
mempertahankan nilai-nilai tersebut.
5). Berhubungan Dengan Arti
Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, sesuatu
yang dianggap berarti pasti memiliki sebuah nilai. Oleh
karena itulah secara filsuf sering menggunakan bahasa
ilmiah dan berbagai kalimat yang bersifat logis supaya ide-
ide di dalamnya memiliki nilai tersendiri.
https://www.mypurohith.com/pengertian-filsafat
• 4. ALASAN BERFILSAFAT
Manusia sebagai makhluk berfikir selalu berusaha untuk
mengetahui segala sesuatu tidak mau menerima begitu saja apa
adanya sesuatu itu. Selalu ingin tahu apa yang ada yang dilihat
dan diamati. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang
telah diketahui dan apa yang belum diketahui.Berfilsafat berarti
berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui
dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat
berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus
terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah
dijangkau. Segala sesuatu yang dilihatnya, dialaminya, dan
segala yang terjadi di lingkungan selalu dipertanyakan dan
dianalisi atau dikaji. Kekaguman atau keheranan, keraguan atau
kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan merupakan faktor
yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu
mempertanyakan, memikirkan, dan menyelidiki segala sesuatu.
a.      Keheranan
Berfikir filsafat timbul karena adanya sesuatu hal yang dipikirkan
ataudipertanyakan terhadap sesuatu hal atau objek, bahkan bisa saja karena
adanya keheran terhadap objek di sekeliling kita. Dari hal-hal tersebut maka
seseorang akan mencari jawaban dari pertanyaan atau rasa keheran secara
mendalam sampai hal tersebut terjawab sesuai dengan kepuasan yang
diinginkan, didalam menjawab pertanyaan tersebut dibutuhkan suatu pola
berpikir agar pertanyaan tersebut terjawab dan hasil jawaban itu dapat
dipertanggungjawabkan, seperti halnya di atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut tidak akan terjawab jikalau tidak ada pemikiran/berpikir serta
pengetahuan yang ilmiah dalam menjawab sehingga dibutuhkan suatu ilmu
dalam menjawab sehingga dapat dikatakan bahwasannya produk dari
pemikiran filsafat adalah ilmu serta ilmu tersebut akan muncul cabang-
cabang ilmu yang lain yang mebidangi dari setiap permasalahan yang dikaji.
Sepertibanyak filsuf berpendapat bahwa awal mulanya filsafat adalah
timbulnya rasa heran atau kagum pada manusia. Misalnya Plato (filsuf Yunani,
guru dari Aristoteles ) menyatakan bahwa : Mata kita memberi pengamatan
bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan
kepada kita untuk meyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat.
b.      Kesangsian
Berbeda dengan Plato; Agustinus dan Rene Descartes
beranggapan lain. Menurut mereka, berfilsafat itu
bukan dimulai dari kekaguman atau keheranan, tetapi
sumber utama mereka berfilsafat dimulai dari keraguan
atau kesangsian. Ketika manusia heran, ia akan ragu-
ragu dan mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu
oleh panca inderanya yang sedang keheranan? Apakah
yang kita lihat itu benar sebagaimana adanya?
Kesangsian dan meragukan ini mendorong manusia
untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis
untuk memperoleh kepastian dan kebenaran yang
hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis
seperti ini disebut dengan berfilsafat.
Kesadaran akan keterbatasan
• Bagi manusia, berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan
keterbatasan pada dirinya. Menurut Husserl kesadaran tidak lain adalah intensional
mengarah pada sesuatu yang disadari yang disebut sebagai  aktivitas intensional
atau noetimatic, sedangkan aktivitas menyadari sesuatu disebut sebagai aktivitas
noetic. Oleh sebab itu pengertian kesadaran oleh Husserl selalu dihubungkan
dengan kutub objektifnya, yakni objek yang disadari. Kesadaran merupakan adanya
suatu pemikiran perubahan tentang sesuatu. Dalam keterbatasan, sangatlah
berguna mengejar peradaban atau kebudayaan karena kebahagiaan-kebahagiaan
kita tergantung pada apa yang ada di dalam pikiran kita.
• Apabila seseorang sadar bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada saat
mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadaran akan
keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia
yang terbatas, pastilah ada sesuatu yang tidak terbatas yang dijadikan bahan
kemajuan untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Manusia menyadari bahwa
segala sesuatu yang terjadi dan yang ada pasti ada penyebabnya, dan dengan
demikian mulailah ia berfikir abstrak, dan akhirnya akan menemukan bahwa ada
penyebab yang tidak disebabkan apa-apa. Itulah yang disebut dengan Causa Prima,
Pencipta yang menjadikan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada.
 
5. PERANAN FILSAFAT
• Filsafat memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Whitehead, salah seorang pemikir terbesar dan disegani pada zaman
modern menggambarkan peranan filsafat yang pertama sebagai
pengetahuan dan tinjauan ke masa depan. Beliau berkata ketika
peradaban manusia mencapai puncak, ketiadaan filsafat hidup yang
harmonis yang melanda seluruh komunitas memunculkan dekadensi dan
kebosanan. Baginya karakter sebuah peradaban memang sangat
dipengaruhi oleh pandangan umumnya tentang kehidupan dan realitas.
Peranan filsafat yang kedua sebagai pemberi penilaian imparsial dari
seluruh sisi dan pengetahuan yang diberikan tentang bukti dan apakah
yang harus dicari dan diharapkan dari sebuah bukti. Hal ini akan menjadi
pengecek penting  atas bias emosional dan konklusi yang gegabah dan
terutama dibutuhkan dan seringkali tidak dimiliki dalam berbagai
kontroversi politik. Filsafat menciptakan ideal pemikiran yang baik dan
melatih seseorang untuk menghilangkan kebingungan.
• Rapar dalam Surajoyo mengatakan bahwa Filsafat telah memerankan tiga
peran utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peran tersebut
adalah sebagai berikut:
• a.      Pendobrak
• Berabad-abad lamanya intelektual manusia terkurung dalam tradisi
dan kebiasaan. Manusia terlena dalam alam mistik yang penuh
dengan hal-hal yang serba rahasia yang terungkap melalui mitos dan
mite. Pikiran manusia terbuai dengan hanya menerima begitu saja
segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa mempersoalkan lebih
lanjut. Pada umumnya orang beranggapan bahwa segala dogeng dan
takhayul merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek
moyang, sedangkan tradisi itu diterima benar dan tidak dapat
diganggu gugat, maka dogeng dan takhayul itu pasti benar dan tidak
boleh diganggu gugat. Orang Yunani yang dikatakan memiliki
rasionalitas yang luar biasa, pernah percaya kepada dongeng dan
takhayul. Keadaan ini berlangsung cukup lama. Kehadiran filsafat telah
mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sacral dan selama
itu tidak boleh tidak diterima. Pendobrakan itu membutuhkan waktu
yang cukup lama atau panjang namun telah membuahkan hasil yang
mencengangkan, yakni terjadi perubahan dalam pandangan dan sikap
manusia tentang sesuatu.
• Pembebas
• Kehadiran filsafat bukan hanya sebagai pendobrak pintu palang
yang mempertahankan tradisi dan kebiasaan yang penuh
dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga merenggut
manusia keluar dari dalam kurungan tersebut. Filsafat
membebaskan manusia dari belenggu cara berfikir yang mistik
dan mite dan dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Filsafat
telah, sedang, dan akan terus berupaya membebaskan
manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan yang
menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat
membebaskan manusia dari cara berfikir yang tidak teratur dan
tidak jernih, cara berfikir tidak kritis yang membuat manusia
mudah menerima berbagai kebenaran semu yang
menyesatkan. Jelasnya dapat dikatakan bahwa, filsafat
membebaskan manusia dari segala jenis penjara yang hendak
mempersempit ruang gerak akan budi manusia.
c.       Pembimbing
• Filsafat berperan sebagai pembimbing terhadap keluarnya manusia
dari kungkungan yang membelenggu manusia yang hendak
mempersempit ruang gerak akal budinya. Filsafat membimbing
manusia dari cara berfikir yang:
•   Mistik dan mite dengan membimbing manusia untuk berfikir
secara rasional
•   Picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berfikir
secara luas dan mendalam yakni berfikir secara universal sambil
berupaya mencapai ‘radix’ dan menemukan esensi suatu
permasalahan.
• Tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia
untuk berfikir secara sistematis dan logis
•  Utuh dan begitu pragmentaris dengan membimbing manusia untuk
berfikir secara integral dan koheren.
https://marnisihombing.blogspot.com/2016/04/alasan-berfilsafat-
dan-peranan-filsafat.html.
B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN
• Pendidik yang peduli terhadap anak didiknya pasti akan memikirkan pendidikannya,
karena seorang pendidik pasti menginginkan anak didiknya menjadi pintar, lulus,
dan sukses dalam menggapai cita-citanya. Di dalam dunia pendidikan hal yang harus
dan pasti dipikirkan dan dibahas oleh seorang pendidik adalah hakikat, latar
belakang, tujuan, metode, evalusai, dan segala susuatu yang berkaitan dengan
pendidikan. Di dalam memikirkan dan membahas segala hal yang berkaitan dengan
pendidikan itulah disebut dengan filsafat pendidikan. Sebagaimana Redja
Mudyahardjo di dalam bukunya “Filsafat Ilmu Pendidikan” mengatakan bahwa
filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan
pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat
ilmu pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaannya.
• Menurut John Dewey yang dikutip oleh Jalaluddin dan Abdullah di dalam bukunya
“Filsafat Pendidikan” mengatakan, bahwa filsafat pendidikan merupakan suatu
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya
pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabi’at
manusia, maka filsafat bisa juga diartikan sebagai teori umum pendidikan.
• Sedangkan Jalaluddin dan Abdulah Idi di dalam bukunya “Filsafat
Pendidikan” yang mengutip dari Asy-Syaibani menjelaskan,
bahwa filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur
yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan.Artinya
dengan berfilsafat diharapkan persoalan-persoalan yang terdapat
di dalam pendidikan dapat terpecahkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Muzayyin Arifin, bahwa filsafat pendidikan adalah
filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan.
• Selain itu, Anas Salahudin di dalam bukunya Filsafat Pendidikan
juga merumuskan beberapa pengertian dari filsafat pendidikan,
di antaranya yaitu;
• Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan
hakikat pendidikan secara komprehensif dan kontemplatif
tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi, dan tujuan
pendidikan.
• Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji
proses pendidikan dan teori-teori pendidikan.
• Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik
dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
• Filsafat pendidikan mengkaji berbagai teori kependidikan,
metode, dan pendekatan daam pendidikan.
• Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran
alternatif.
• Filsafat pendidikan mengkaji hakikat tentang kurikulum
pendidikan.
• Filsafat pendidikan mengkaji hakikat evaluasi pendidikan
dan evaluasi pembelajaran.
• Filsafat pendidikan mengkaji hakikat alat-alat dan media
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai