Anda di halaman 1dari 21

1 | S E M A N G AT U A S ! ! Y E E E Y ! !

FILSAFAT MANUSIA
SECARA ETIMOLOGIS
Kata Philein atau philos artinya mencintai; Pengertian cinta dalam lingkup
filsafat selalu mengarah pada hasrat yang besar, keinginan yang sungguh-sungguh, atau
semangat yang berkobar untuk melakukan sesuatu.
Kata sophos berarti kearifan/kebijaksanaan (Wisdom). Sedangkan
kebijaksanaan berarti kebenaran yang sesungguhnya. Dalam tradisi Yunani penggunaan
kata sophos sangat selektif karena orang yang berani menyebut dirinya sophos (yang
bijaksana) dianggap sombong (hybris).
Karena itu, pengertian sederhana dari istilah Filsafat; adalah usaha untuk mencintai
kearifan
Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan arti kata,
pengertian filsafat adalah hasrat, keinginan yang sungguh-sungguh terhadap
kebenaran sejati.
Meskipun demikian, ada juga sebagian ahli yang berpendapat bahwa istilah
filsafat berasal dari kata bahasa Arab, yaitu falsafah.

SECARA TERMINOLOGIS
Secara terminologis pengertian filsafat adalah usaha manusia melalui
akal pikir dan pengalamannya, yang secara kritis, mendasar, integral dan
radikal untuk mencari dan menemukan kenyataan atau kebenaran dari segala
sesuatu yang dijadikan obyek. Gredt mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan
yang timbul dari prinsip yang diketahui dengan kekuatan budi dengan mencari sebabsebab yang terdalam. Berfilsafat berarti berusaha berpikir mendasar dan
mendalam, radikal, dengan mencari akar yang terdalam. Untuk itulah, maka
dalam berfilsafat, manusia menempuh proses deskripsi, komunikasi, analisa,
sintesa, abstraksi dan evaluasi

PENGERTIAN FILSAFAT
Plato (427sm 347sm) seorang filsuf yunani yang termasyhur, yang merupakan
murid Socrates dan menjadi guru Aristoteles, mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli).
Aristoteles (384 sm 322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala
benda).
Cicero (106 sm 43sm) politikus dan ahli pidato romawi, merumuskan: filsafat
adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.
Al-Farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,
mengatakan: filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir barat,
mengatakan : filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di
dalamnya empat persoalan, yaitu: apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh
metafisika) apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) sampai di manakah
pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)

2 | S E M A N G AT U A S ! ! Y E E E Y ! !
Fuad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari
radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan
jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulankesimpulan yang universal.
Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat dapat
digolongkan dalam dua pemahaman,yaitu:
filsafat sebagai aktivitas pemikiran, yaitu dengan menggunakan metode
tertentu;
filsafat sebagai hasil pemikiran filsuf (produk), yaitu berupa ajaran, konsep
pemikiran atau sistem filsafat tertentu.
CIRI-CIRI BERFIKIR FILSAFATI ADALAH:
1. Kritis, artinya arah pemikiran selalu mempertanyakan tentang segala sesuatu
permasalahan atau apa saja yang dihadapi, baik oleh dirinya sendiri, orang lain atau
manusia secara umum.
2. Terdalam, artinya berusaha berfikir sampai pada inti yang terdalam
(substansi) dari objek filsafat, sehingga hasilnya bersifat universal. Pemikiran tersebut
bukan hanya sampai pada fakta yang khusus dan sifatnya empiris belaka.
3. Konseptual, artinya berfikir sampai pada penemuan-penemuan pengertian
yang bersifat konseptual, dan tidak hanya terbatas sampai pada penyusunan persepsi
belaka.
4. Koheren (runtut), artinya segala konsep yang telah diperoleh melalui proses
berfikir filsafati tersebut disusun secara runtut, sehingga antarkonsep terdapat hubungan
dan luput dari kontradiksi.
5. Rasional, artinya pemikiran konseptual dan koheren tersebut harus bersifat
rasional artinya selaras dengan hukum-hukum logika.
6. Menyeluruh (komprehensif), artinya dalam pola pemikirannya tidak ada
satu pun pembahasan yang ada di luar jangkauan, misalnya apabila filsuf menelaah
tentang kodrat manusia maka yang ditelaah adalah manusia secara keseluruhan (utuh)
yang terdiri dari fisik dan psikisnya yang bersifat unik dan bagi seluruh umat manusia
tanpa dibatasi oleh unsur pembeda.
7. Universal, artinya hasil pemikiran filsuf harus sampai pada kesimpulan yang
bersifat universal (umum) bagi seluruh umat manusia, karena itu filsafat sering pula
disebut Weltanschaung (pandangan dunia).
8. Spekulatif, yaitu melakukan rekaan dengan jalan memunculkan prediksiprediksi yang logis tetapi dapat melampaui batas-batas fakta.
9. Sistematis, artinya hasil-hasil pemikiran tersebut membentuk suatu sistem.
10. Bebas, artinya bebas mencapai dan sampai pada hakikat yang terdalam dan
universal.
ADA DUA JENIS OBJEK FILSAFAT, YAITU:
1. Objek material
Objek material filsafat adalah objek pembahasan filsafat yang terdiri atas segala
sesuatu, baik bersifat material konkret maupun abstrak. Contoh objek yang bersifat
material-konkret adalah manusia, hewan, benda-benda padat; sedangkan contoh objek

3 | S E M A N G AT U A S ! ! Y E E E Y ! !
yang bersifat abstrak adalah nilai, moral, norma, ideologi. Jadi objek material filsafat
adalah seluruh realitas.
2. Objek formal
Objek formal filsafat adalah cara pandang seorang filsuf terhadap objek material
filsafat. Karena adanya objek formal tersebut muncul berbagai macam cabang
filsafat. Munculnya cabang-cabang filsafat adalah wajar karena satu objek
material filsafat dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, misalnya manusia
(sebagai objek material) dapat dikaji dari perilaku, bahasa pergaulannya (objek
formal).

ADA 4 TINGKATAN KEBENARAN, yaitu: kebenaran umum atau kebenaran


pengetahuan, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis, dan kebenaran religius.
1. Kebenaran umum (Kebenaran Pengetahuan). Kebenaran umum adalah kebenaran
yang timbul karena gejala yang ditangkap pribadi subjek melalui panca indera
sesuai dengan realita objek. Kebenaran ini dianggap kebenaran pengalaman
indera sehingga bersifat empiris, bahkan kadang-kadang bersifat analogis.
Kebenaran tersebut didasarkan pada pengalaman indera (penginderaan biasa)
dengan pengalaman pikir yang elementer bahkan kebenaran ini kadang-kadang
diperoleh secara tidak sadar. Kebenaran umum bersifat sangat relatif karena
dibatasi ruang dan waktu. Kebenaran umum sering disebut kebenaran
pengetahuan (knowledge).
2. Kebenaran Ilmiah (Kebenaran Ilmu). Kebenaran ilmiah mencoba mencari tahu
tentang sejauh mana kadar konsistensi atau komprehensi suatu pemahaman
subjek tentang realita objek, baik dalam arti sebagai kesan indera maupun
sebagai kesan ide. Pencarian kebenaran ilmiah didasarkan atas hukum-hukum
ilmu pengetahuan. Karena prosedur dan persyaratannya bersifat kaku maka
kebenaran ilmiah (yaitu berwujud ilmu), biasa disebut disiplin ilmu. Kebenaran
ilmiah sengaja dicari dengan jalan menentukan objek kemudian dibahas/dikaji
dengan metode ilmiah dan akhirnya didapatkan kesimpulan-kesimpulan ilmiah,
kemudian hasil temuan tersebut divalidasikan menurut sistematika tertentu
sehingga dapat membentuk suatu kebenaran ilmiah.
3. Kebenaran Filosofis (Kebenaran Filsafat). Kebenaran filosofis yaitu kebenaran yang
bersifat komprehensif, kesemestaan, baik yang material maupun non material
secara hakiki. Kebenaran filosofis bersifat spekulatif-deduktif, artinya tidak terikat
oleh ikatan-ikatan seperti di dalam lingkup kebenaran ilmiah, ataupun hubungan
langsung dengan objek terikat oleh ruang dan waktu. Melalui pikiran murni
(reflective thinking) dengan metode contemplative dan sistematika tertentu
(sistema filsafat), filsuf mencoba memecahkan segala persoalan yang ada. Objek
dan persoalan filsafat lebih luas dan lebih dalam dibandingkan dengan objek ilmu
pengetahuan. Kebenaran filsafat diperoleh manusia dengan jalan melakukan
pemikiran yang mendalam dan senantiasa menggunakan pikir nurani (pikir
filosofis) berdasar metode dan sistem tertentu atas objek yang dipikirkan hingga
melampaui batas pengalaman (empiris). Kebenaran filosofis dicari secara sadar
oleh manusia dengan harapan mendapatkan kebenaran yang sedalam-dalamnya
atas suatu objek.
4. Kebenaran Relegius (Kebenaran Agama). Kebenaran relegius yaitu kebenaran
yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, yaitu berupa ajaran-ajaran agama
dalam kitab suci. Pribadi manusia yang berpikir akan menyadari keterbatasan
potensi rasio yang dimiliki, yaitu ada sesuatu di luar jangkauan daya nalar.
Sesuatu di luar daya akal manusia itu ialah semua hal yang bersifat trancedental,

4 | S E M A N G AT U A S ! ! Y E E E Y ! !
superrasional. Kebenaran religius didasarkan atas wahyu Tuhan Yang Maha Esa
dan dipercayai sepenuhnya oleh pemeluk-pemeluk agama yang bersangkutan
sebagai kebenaran mutlak (Laboratorium Pancasila IKIP Malang, 1986:85).

FILSAFAT MEMPUNYAI MANFAAT TEORITIS DAN PRAKTIS.


a. Manfaat teoretis
Secara teoritis orang yang mempelajari filsafat dapat menelaah objek secara lebih
mendalam dan lebih luas, sehingga seseorang dapat memberi jawaban/solusi atas suatu
masalah secara lebih mendalam dan argumentatif.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis mempelajari filsafat adalah menjadikan manusia lebih bijak.
Logika memberi metode untuk membuat suatu kesimpulan (konklusi) yang didasarkan
pada hukum-hukum logika sehingga konklusinya dapat tahan uji. Filsafat membimbing
dapat seseorang untuk merefleksi tindakannya (Setiardja, dalam Sekretariat
Laboratorium Pancasila IKIP Malang, Eds., 200:197).

CABANG-CABANG FILSAFAT
Kaelan (1996:15-25) membuat pemerian tentang cabang-cabang filsafat beserta
aliran-alirannya. Cabang-cabang pokok filsafat terdiri atas metafisika,
epistemologi, metodologi, logika, etika, dan estetika.
1. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang menelaah tentang segala sesuatu
secara mendalam atau sifat yang terdalam dari kenyataan (ultimate nature).
Metafisika terbagi menjadi dua yaitu: ontologi (membahas tentang sifat dasar dan
kenyataan yang terdalam), dan kosmologi (membahas tentang hakikat alam
semesta sebagai suatu sistem yang teratur). Dalam metafisika terdapat beberapa
aliran. Aliran-aliran tersebut dapat dibedakan berdasarkan kuantitas, kualitas, dan
proses.
a. Kuantitas, yaitu berkaiatan dengan jawaban pertanyaan tentang
berapa jumlah susunan dari kenyataan. Berdasar kuantitasnya maka muncul
aliran:
1) Monisme, memandang bahwa hanya ada satu kenyataan yang
terdalam, kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, atau atom.
2) Dualisme, menyatakan bahwa dalam kenyataan terdiri atas ada
dua substansi pokok .
3) Pluralisme, mengajarkan adanya banyak substansi yang terdapat
dalam suatu kenyataan.
b. Kualitas, yaitu berdasarakan sifat dari kenyataan. Berdasarkan
kualitasnya muncul aliran:
1) Spiritualisme, menyatakan bahwa roh adalah kenyataan yang
terdalam dalam alam
2) Materialisme, mengajarkan bahwa tidak ada hal yang nyata,
kecuali materi.
c. Proses, yaitu berdasarkan proses kejadiaan dan perubahannya.
Berdasarkan prosesnya muncul aliran:
1) mekanisme, menerangkan bahwa segala peristiwa dan gejala
dapat diterangkan berdasar prinsip-prinsip mekanis.
2) telelogis, berpendirian bahwa yang terjadi di alam bukanlah
hukum kausalitas (sebab akibat) tetapi pada awal mulanya (derivasi-nya)

5 | S E M A N G AT U A S ! ! Y E E E Y ! !
memang ada suatu kemauan, atau kekuatan yang mengarah pada suatu
tujuan.
3) Vitalisme, berkeyakinan bahwa hidup tidak dapat dijelaskan
secara fisik-kimiawi karena hidup berbeda sekali dengan sesuatu yang
mati.

2. Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat
pengetahuan manusia, yaitu berkenaan dengan sumber, watak, dan tingkat
kebenaran pengetahuan. Dalam cabang filsafat Epistemologi terdapat 7 aliran
yaitu:
a. Rasionalisme, menyatakan bahwa semua pengetahuan bersumber pada
akal atau ratio.
b. Empirisme, menjelaskan bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman indera.
c. Realisme, menyatakan bahwa objek-objek yang direspon lewat indera
adalah nyata dalam diri objek tersebut.
d. Kritisme, berpendirian bahwa bahan-bahan pengetahuan berasal dari indera
dan pengalaman.
e. Positivisme, menjelaskan bahwa perkembangan pemikiran manusia
mengalami tiga tahapan yaitu: (a) tahap theologis, pada tahap ini manusia masih
percaya pada pengetahuan atau pengenalan yang mutlak dan dikuasai oleh
takhayul-tahkayul sehingga subjek dan objek tidak bisa dibedakan; (b) tahap
metafisis, dinama pemikiran manusia sudah mulai berusaha memahami dan
memikirkan kenyataan, tetapi belum sampai pada pembuktian dengan fakta; (c)
tahap positif, tahap ini ditandai oleh pemikiran untuk menemukan hukum-hukum
lewat fakta sehingga dalam tahap tersebut pengetahuan manusia berkembang
dan pembuktian lewat fakta-fakta pun terrealisasi.
f. Skeptisme, mengajarkan bahwa kebenaran pengetahuan harus dibuktikan
dengan fakta.
g. Pragmatisme, menyatakan bahwa ukuran kebenaran pengetahuan
ditentukan oleh akibat praktisnya.
3. Metodologi,
yaitu cabang filsafat yang membahas tentang metode terutama berkaitan
dengan metode ilmiah.
4. Logika,
adalah adalah cabang filsafat yang mengkaji secara sistematis tentang
aturan-aturan yang dapat menguatkan sebab-sebab suatu kesimpulan, misalnya
pengujian kesimpulan, teknik berpikir, premis dan cara penarikan kesimpulan
yang benar. Logika terbagi menjadi logika deduktif dan logika induktif.

5. Etika
Etika (filsafat moral) adalah cabang filsafat yang mengupas tentang
pertimbangan-pertimbangan tindakan manusia satu dengan manusia lainnya
apakah perbuatan tersebut baik atau buruk, etis atau tidak etis. Jenis Etika dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Etika deskriptif, menjelaskan pengalaman moral.
b. Etika normatif, membicarakan kewajiban dan keharusan melakukan
tindakan tertentu.

6 | S E M A N G AT U A S ! ! Y E E E Y ! !
c. Metaetika, menekankan pada analisis, peristilahan, bahasa yang dipakai
untuk membenarkan tindakan-tindakan, dan pernyataan-pernyataan etika.
Dalam cabang filsafat etika terdapat alitran-aliran filsafat berikut.
a. Idealisme, mengakui adanya nilai-nilai, asas-asas moral, aturan-aturan untuk
bertindak;
lebih
mengutamakan
pada
hal-hal
yang
bersifat
spiritual/kerohanian/mental dari pada hal-hal yang bersifat indrawi atau bendawi;
lebih mengutamakan kebenaran-kebenaran moral dari pada ketentuan-ketentuan
alami; lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat umum dari pada yang khusus.
b. Etika teologi , mengajarkan bahwa kebaikan tergantung mutlak pada suatu
tujuan atau hasil, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Hedonisme, mengajarkan bahwa kebahagiaan didasarkan pada kesenangan,
sehingga kesenangan merupakan tujuan dari tindakan manusia.
d. Utilitarianisme, mengajarkan bahwa tindakan yang menimbulkan sebanyakbanyaknya jumlah kenikmatan atau kebahagiaan dalam dunia sehingga apa saja
yang dapat berguna dianggap sebagai tindakan yang baik.
e. Intusionisme, mengajarkan bahwa untuk melihat jenis-jenis tindakan apakah
hal tersebut tergolong baik atau buruk dapat diketahui secara langsung tanpa
memikirkan nilai yang terdapat dalam akibat dari tindakan tersebut.
6. Estetika, yaitu cabang filsafat yang membahas tentang keindahan, yaitu
tentang definisi keindahan, susunan keindahan, dan peranan keindahan terutama
seni.
Perkembangan pengetahuan dan perkembangan kehidupan manusia maka
melahirkan cabang-cabang filsafat baru yang membahas tentang objek-objek khusus,
karena itu cabang-cabang tarsebut dinamakan filsafat khusus, misalnya filsafat hukum,
filsafat bahasa, filsafat manusia, filsafat politik, filsafat kebudayaan, filsafat lingkungan,
filsafat ilmu.

FILSAFAT MANUSIA
1. Filsafat Manusia adalah suatu cabang dari Filsafat yang mengupas tentang arti
menjadi manusia.
2. Filsafat Manusia termasuk dalam kajian Ontologi atau Metafisika
3. Filsafat Manusia biasa disebut juga, Antropologia Metafisika atau Psikologi Metafisis
4. Manusia adalah mahluk yang berhadapan dengan diri sendiri dalam dunianya.
5. Inti Pokok FIlsafat Manusia
Louis Leahy mengatakan bahwa ada 2 inti pokok dalam mempelajari Filsafat
Manusia, yaitu :
1. Memelajari Filsafat Manusia untuk mendapatkan Hakekat Manusia
2. Memelajari Filsafat Manusia untuk mendapatkan Fungsi dari keberadaan
manusia di dunia.
ASPEK FILSAFAT MANUSIA
Ada 2 aspek dalam memahami hakekat manusia, yaitu :
1. Ekstensif, meliputi pembahasan yang berhubungan dengan Sifat, Gejala, Kegiatan,
dan segala sesuatu yang meyangkut pada segala bidang.
2. Intensif, meliputi pembahasan yang mengarah pada intisari dari manusia.
3. Sisi Filsafat Manusia
Memandang manusia bisa dilihat dari dua sisi, yaitu :
1. Eksternal, melihat manusia dari sisi Tubuh yang sifatnya materi.

7 | S E M A N G AT U A S ! ! Y E E E Y ! !
2. Internal, melihat manusia dari sisi Jiwa atau Rohani, dan kesadaran
FILSAFAT MANUSIA (ANTROPOLOGI FILSAFATI)
1. Bagian integral dari filsafat yang khusus mengkaji tentang manusia
2. Objek material filsafat manusia adalah gejala manusia
3. Tujuannya (hampir sama dengan ilmu-ilmu tentang manusia (human stuies):
menyelidiki, menginterpretasi, memahami gejala-gejala manusia secara mendalam
4. Dalam ilmu-ilmu tentang manusia: gejala empiris, objektif, terukur dengan
menggunakan metode observasional dan/atau eksperimental
5. Dalam filsafat manusia: pada semua gejala baik empiris (terjajdi), maupun yang masih
mungkin terjadi, baik yang tampak maupun yang ada di balik ketampakan, karena itu
lebih menyeluruh dan mendalam
CIRI FILSAFAT MANUSIA
1. Ekstensif, yaitu luasnya jangkauan atau objek kajian filsafat manusia
2. Intensif, hendak menggali inti, hakikat, struktur dasar yang melandasi kenyataan
3. Kritis, yaitu menggunakan metoda sintesis dan refleksi
PERTANYAAN MENDASAR DALAM FILSAFAT MANUSIA
1. Siapakah Manusia?
2. Kemanakah manusia?
3. Apakah tujuan hidup manusia?
4. Terdiri atas apakah manusia?
5. Bagaimana kedudukan manusia di alam raya?
6. Apakah manusia bebas, dan bagaimana pertanggungjawabannya?
7. Apakah faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia?
8. Bagaimanakah sebaiknya tingkah laku manusia?
METODE FILSAFAT MANUSIA
1. Sintesis, mensintensiskan pengalaman dan pengatahuan dalam suatu visi
(pandangan), sehingga akan diperoleh gambaran yang menyeluruh dan rasional tentang
manusia. Misalnya Hegel (Ruh), Cessirer (Animal symbolicum), Materi
2. Reflektif. Esensi suatu hal (misal keindahan, kebenaran, moral, manusia). Proses
pemahaman diri yaitu mencakup totalitas gejala
MANFAAT FILSAFAT MANUSIA
1. Teoretis: meninjau secara kritis tentang asumsi-asumsi/dalil-dalil yang berkenaan
dengan manusia
2. Praktis: Mengetahui apa, siapa, bagaimana, kemana, dan bilamana manusia.
Gambaran ini dapat memudahkan manusia untuk menentukan kabijakan
MANFAAT FILSAFAT BAGI MHS
1. Membiasakan diri utk bersikap kritis.
2. Membiasakan diri utk bersikap logis-rasional Opini & argumentasi.
3. Mengembangkan semangat toleransi dlm perbedaan pandangan (pluralitas).
4. Mengajarkan cara berpikir yg cermat dan tidak kenal lelah.
KESIMPULAN:
1. Filsafat Manusia adalah bidang kajian filsafat yang mengkaji tentang eksistensi
manusia
2. Filsafat Manusia secara umum bertujuan menyelidiki, menginterpretasi dan
memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia sebagaimana pula halnya

8 | S E M A N G AT U A S ! ! Y E E E Y ! !
dengan ilmu-ilmu tentang manusia (human studies). Adapun secara spesifik bermaksud
memahami hakikat atau esensi manusia. Jadi, mempelajari filsafat manusia sejatinya
adalah upaya untuk mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah sesungguhnya
manusia itu?
3. Objek kajiannya tidak terbatas pada gejala empiris yang bersifat observasional dan
atau eksperimental, tetapi menerobos lebih jauh hingga kepada gejala apapun tentang
manusia selama bisa atau memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional.
4. Metode: (1) Sintesis (yakni mensintesakan pengetahuan dan pengalaman kedalam
satu visi yang menyeluruh tentang manusia); (2) Refleksif, yakni mempertanyakan
esensi sesuatu hal yang tengah direnungkan sekaligus menjadikannya landasan bagi
proses untuk memahami diri sendiri (self understanding).
5. Cirinya:
1. Ekstensif, (yakni mencakup segala aspek dan ekspresi manusia, lepas dari
kontekstualitas ruang dan waktu. Jadi merupakan gambaran menyeluruh (universal)
tidak fragmentaris tentang realitas manusia);
2. Intensif, yakni bersifat mendasar dengan mencari inti, esensi atau akar yang
melandasi suatu kenyataan; dan Kritis, atau tidak puas pada pengetahuan yang sempit,
dangkal dan simplistis tentang manusia. Orientasi telaahnya tidak berhenti pada
kenyataan sebagaimana adanya (das Sein) tetapi juga berpretensi untuk
mempertimbangkan kenyataan yang seharusnya atau yang ideal) (das Sollen).
6. Manfaatnya, secara: Praktis, mengetahui tentang apa atau siapa manusia dalam
keutuhannya, serta mengetahui tentang apa dan siapa diri kita ini dalam pemahaman
tentang manusia tersebut; dan secara Teoritis, untuk meninjau secara kritis beragam
asumsi-asumsi yang berada di balik teori-teori dalam ilmu-ilmu tentang manusia.
Diharapkan dengan mempelajari filsafat manusia, seseorang akan menyadari dan
memahami tentang kompleksitas manusia yang takkan pernah ada habisnya untuk
senantiasa dipertanyakan tentang makna dan hakikatnya. Sejauh misteri dan
ambiguitas manusia ini disadari dan dipahami, seseorang akan menghindari sikap
sempit dan tinggi hati.
7. Metode Filsafat Manusia
1. Metode Kritis. Melakukan kegiatan kritis dari pendapat para filusuf tentang
manusia. Biasanya dengan metode ini tidak membawa ke arah pemahaman yang
benar-benar positif.
2. Metode Analitika Bahasa. Bertitik tolak pada penggunaan bahasa sehari-hari
dengan menyelidiki hubungan bahasa dengan pikiran, dan kegunaan bahasa dalam
ilmu pengetahuan dan filsafat.
3. Metode Fenomenologi. Metode ini berusaha untuk menemukan kembali
pengalaman asli dan fundamental melalui beberapa langkah, yaitu, fenomena hanya
diselidiki sejauh disadari secara langsung, dan fenomena diselidiki sejauh merupakan
bagian dari dunia yang dihidupi sebagai keseluruhan.

CIRI KHAS MANUSIA


1. Sikapnya yang tegak sehingga membebaskan tangan untuk melakukan eksplorasi dan
manipulasi
2. Jari-jari tangan yang mudah bergerak serta kemampua lengan bergerak memutar
3. Otak dan kepala yang besar serta sistem syaraf yang lebih sempurna dari mahluk lain
4. Manusia mempunyai alat berupa bahasa untuk menyebarkan kebudayaannya
5. Manusia mempunyai daya cipta yang bisa berulang, dan ciptaannya bisa kompleks
sifatnya.
6. Manusia mahluk sosial dan politik

9 | S E M A N G AT U A S ! ! Y E E E Y ! !
7. Hanya manusia yang sadar akan sejarah dan mempunyai tradisi kebudayaan yang
terus menerus
8. Manusia mempunyai apresiasi estetik
9. Manusia mempunyai hati nurani
10. Manusia adalah mahluk yang religius
PERSAMAAN MANUSIA BARAT DAN TIMUR
1. Mengakui adanya suatu yang absolut yang merupakan sumber dari segala sesuatu
(penyebab pertama)
2. Sama-sama menghadapi pertanyaan dasar tentang manusia dan mempunyai
wawasan yang sama tentang dimana manusia dapat menemukan pemenuhannya
WATAK MANUSIA DAN MASYARAKAT
1. Thomas Hobbes (1588 1679). Manusia merupakan mahluk yang jahat (Homo
Homini Lupus) sehingga harus diatur oleh hukum dan pemerintahan yang tak dapat
digulingkan (Leviathan). Sifat dasar manusia adalah bersaing, agresif, loba, anti sosial
dan bersifat kebinatangan. Negara berfungsi untuk menyatukan manusia untuk tidak
saling memebunuh.
2. Jean Jacques Rousseau (1712 1778). Manusia merupakan mahluk baik,
masyarakat yang membuat manusia jahat (mementingkan diri sendiri dan bersifat
merusak). Negara berfungsi untuk memungkinkan manusia untuk mendapatkan kembali
sifat kebaikannya yang asli.
CIRI KHAS MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK HIDUP
1. Asimilasi, yaitu berkembang dan mengembangkan diri dengan mengubah
yang dimakan dan dicerna menjadi substansinya sendiri.
2. Memperbaiki dan memulihkan, yaitu mengerjakan dari substansinya sendiri,
dari dalam dirinya, dari apa yang dibuat oleh organismenya.
3. Mereproduksi, yaitu kemampuan untuk melipatgandakan diri, membuat dalam
dirinya bibit yang akan menjadi mahluk hidup baru.
Responsif, yaitu kemampuan merespon stimulus yang diberikan padanya oleh alam
sekitarnya, ( daya adaptasi).
4. Punya tujuan, yaitu kemampuan menentukan tujuan. Manusia punya tujuan
hidup dan untuk mencapainya mereka memanfaatkan apa yang ada
disekitarnya dengan menggunakan ilmu dan alat.
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK HIDUP
Mahluk hidup secara esensial adalah sesuatu yang menyempurnakan dirinya
sendiri (otoperfektif), dia berkemampuan untuk bergerak sendiri, tumbuh dan
berkembang.
Mahluk hidup mempunyai suatu kesatuan yang dinamis dan yang menstrukturkan
sumber pertama dari aktifitas-aktifitas yang beraneka ragam dan terkoordinir pada
setiap mahluk hidup.
Kesatuan substansial dan dinamis itu yang mengkoordinasikan dan menstrukturkan
merupakan dinamisme yang mengakibatkan dia berbuat dan mencoba merealisasikan
idenya sebagai subjektivitas.
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK HIDUP
Mahluk hidup tersusun dari bagian-bagian yang mempunyai ciri khas bahwa
mereka bersama-sama merupakan suatu keseluruhan yang terstruktur, mempunyai
fungsi tertentu, semua bagian saling bergantung, sehingga mahluk hidup adalah suatu
keseluruhan yang berhirarki dan tersusun.

10 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
Mahluk hidup punya 2 unsur yang esensial, pertama, keseluruhan yang
berorgan dan tersusun, yang dinamakan badan. Kedua, kesatuan substansial yang
disebut jiwa. Kedua bersatu dan dikenal dengan nama mahluk hidup, satu substansi
walaupun tetap berbeda dan dari kodrat yang berlainan.
Definisi tentang mahluk hidup, yaitu suatu substansi natural yang terbentuk
dari badan dan jiwa, dari keseluruhan yang berorgan dan kesatuan fundamental, dari
suatu struktur indrawi dan subjektifitas metaindrawi.

BEBERAPA KONSEP TENTANG JIWA


Jiwa adalah suatu elemen yang indrawi, halus, panas dan dinamik seperti nafas
dan darah yang terdapat dalam organisme secara total atau definitif.
Peranan Jiwa sebagai kesatuan substansial dan metafisika. Jiwa adalah menstrukturkan
dan menyatukan. Jiwa bukan suatu keseimbangan harmonis dari organisme itu,
melainkan keseluruhan kegiatan sinergis yang hanya mampu dilakukan mahluk hidup.
Jiwa merupakan unsur pokok yang pertama, jiwa harus menjadi prinsip hidup, prinsip
kesadaran, interioritas, pemikiran dan kebebasan.
KONSEP JIWA
Plato mengatakan jiwa merupakan satu substansi yang eksistensinya mendahului
badan, yang untuk sementara waktu tertutup didalam badan seperti layaknya sebuah
penjara bagi jiwa. Jiwa adalah sesuatu yang ada dan badan adalah sesuatu ada yang
lain (dualisme).
Aristoteles mengatakan Jiwa dan Badan merupakan satu kesatuan yang utuh yang
tidak dapat dipisahkan yang menyatu dan dikenal sebagai mahluk hidup. Jiwa dan badan
merupakan 2 unsur esensial yang saling melengkapi dalam satu substansi yang sama
(monisme).
Gagasan tentang Jiwa menghadapi 2 keberatan.
Dewasa ini kehidupan dapat dibuat di laboratorium, ini membuktikan bahwa
mahluk hidup hanya tersusun dari unsur-unsur indrawi dan fisik.
Ahli biologi dan psikologi menjelaskan pembentukan dan tingkah laku mahluk hidup
tanpa menggunakan gagasan tentang jiwa yang dapat merugikan penyelidikanpenyelidikan mereka.
STRUKTUR JIWA
Jiwa menurut Whitehead punya struktur yang sifatnya hierarkis dimana taraf yang
tertinggi diduduki oleh taraf rasional, dalam melaksanakan tugasnya taraf ini didukung
oleh taraf-taraf lain seperti taraf organik (benda mati), taraf vegetatif (tumbuhan) taraf
sensitif (binatang).
Taraf yang rendah mempunyai fungsi saling berhubungan dan mendukung taraf
tertinggi yaitu taraf rasional.
Taraf organik (benda mati) sifatnya statis tidak memperkenalkan unsur baru yang
muncul dari keinginan mewujudkan cita-cita pribadi.
Taraf vegetatif (tumbuhan) lebih menunjukkan aktifitas jiwa yang efektif dengan
adanya unsur pembaharuan (adaptasi dengan lingkungan).
Taraf sensitif (binatang) sudah muncul kesadaran akan diri dan lingkungan,
bersamaan dengan kemampuan analisis terhadap pengalaman-pengalaman fisik.
Taraf rasional terjadi pembaruan terus menerus yang menjadi begitu efektif di
dalam sejarah kehidupan manusia, karena dalam diri manusia ada kesadaran intelektual
yang punya kemampuan sangat efektif untuk menyederhanakan pengalaman dan
memberi tekanan kepada segi yang dianggap penting sambil menyingkirkan yang
dianggap tidak relevan.

11 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !

KARAKTER SPESIFIK BADAN MANUSIA


Badan itu tidak berada diluar intimidasi kita secara total dan juga tidak sama
secara sempurna dengan keakuan kita yang paling dalam; bahwa dia tidak merupakan
suatu objek saja maupun suatu subjektivitas semata.
Badan itu harus didefinisikan berhubungan erat dengan dunia dan partisipasinya
dengan jiwa, sehingga yang akan dibicarakan adalah badan hidup pada umumnya.
MAHLUK HIDUP MENGATASI BATAS-BATAS KETUBUHANNYA
Dispersi, yaitu mahluk hidup selalu berusaha untuk mempertahankan
kesatuannya yang dapat membedakannya dari semua yang lain dan menjadi suatu
individu.
Mahluk hidup berusaha mengatasi kepasifan tubuh. Manusia berusaha
beradaptasi, bereproduksi, bekerja demi kelangsungan hidupnya, namun mereka tidak
bisa mempercepat atau memperlambat eksistensinya, seperti tubuh makin tua yang
lama kelamaan menimbulkan ketidakmampuan.
Mahluk hidup mengalami keterbatasan, dimana setiap mahluk hidup tidak pernah
menjadi dirinya secara total dan sempurna dan tidak pernah mencapai keadaan yang
dicita-citakannya.
CORAK FILSAFAT YANG SESUAI DENGAN UNSUR JIWA DAN RAGA:
Manusia terdiri atas jiwa dan raga, karenanya filsafat ada yang menintikberatkan atau
mengagungkan jiwa atau memberi tempat yang tinggi kepada jiwa atau unsur-unsur
dalam. Aliran yang termasuk jenis ini antara lain adalah:
1. Idealisme, yang memberi tempat yang tertinggi pada ide.
2. Spiritualisme, yang memberi tempat yang tertinggi pada jiwa.
3. Rasionalisme, yang memberi tempat yang tertinggi pada akal.
Sebaliknya, ada yang menempatkan unsur-unsur ragawi, unsur-unsur luar, sebagai yang
tertinggi. Termasuk dalam aliran ini antara lain adalah:
1. Materialisme, yang memberi tempat tertinggi pada materi.
2. Empirisme, yang memberi tempat tertinggi pada pengalaman.
3. Sensisme, yang memberi tempat tertinggi pada panca indera.
CORAK FILSAFAT YANG SESUAI DENGAN SIFAT INDIVIDU DAN SOSIAL:
Manusia memiliki sifat individu dan sosial, karena itu pengejawantahan dari sifat
ini terlihat pula dalam corak aliran filsafat. Ada yang mengagungkan sifat individunya.
Aliran yang termasuk dalam jenis ini antara lain seperti:
1. Indivudualisme, yang memberi tempat tertinggi pada Individu.
2. Liberalisme, yang mengagungkan hak mutlak setiap individu.
Sebaliknya, ada yang mengagungkan sifat sosialnya. Termasuk dalam aliran ini
adalah:
1. Altruisme, yang mengutamakan kepentingan orang lain semata-mata.
2. Sosialisme, yang mengutamakan kepentingan sosial lebih dari kepentingan individu.
CORAK FILSAFAT YANG MENYANGKUT HUBUNGAN MANUSIA DENGAN "YANG
MAHAKUASA":
Dalam hal ini, aliran di dalam filsafat ada yang bercorak teistik, ada pula yang
ateistik. Misalnya, Tomisme memberi tempat yang tinggi kepada Tuhan, sedangkan
Positivisme menolak teologi.
CORAK FILSAFAT PERPADUAN:

12 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
Karena ada aliran kefilsafatan yang menekankan atau mengagungkan salah satu
unsur, maka terjadi jurang pemisah antara keduanya. Karena ada jurang pemisah itu,
timbullah usaha untuk menghubungkan kedua sisinya yaitu dengan membuat jembatan.
Beberapa contoh di antaranya adalah Immanuel Kant (lahir 1724 di Koningsbergen)
berusaha menjembatani antara Rasionalisme dan empirisme; G.W.F. Hegel (lahir 1770 di
Stuttgart) membuat jembatan antara pendapat Fichte dengan pendapat Friedrich Yoseph
Schelling.
Sistem fichte adalah idealisme subjektif, sedang Schelling adalah idealisme
objektif. Jembatan yang dibuat oleh Hegel adalah idealisme absolut. Inilah bentuk
metode dialektik Hegel yaitu Tesis-Antitesis-Sintesis. Karena Sintesis pada hakikatnya
adalah suatu Tesis Baru, maka dari padanya akan timbul Antitesis baru, demikian pula
akan timbul Sintesis Baru dan seterusnya. Secara ringkas aliran-aliran tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pluralisme
Pluralisme atau (seba ganda) yaitu aliran filsafat yang tidak mengakui adanya satu
substansi atau hanya dua substansi melainkan mengakui adanya banyak substansi.
Tokoh: Empedokles (490-430 SM), Anaxagoras (500-428 SM).
Spiritualisme
Adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam alam semesta
adalah roh. Tokoh: Plato (430-348 SM), Leibniz (1646-1716)
Pragmatisme
Pragmatis, aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat penngetahuan namun
mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat atau guna dari pengetahuan
tersebut. Dengan lain perkataan kebenaran pengetahuan hendaklah dikaitkan
denganmanfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan. Tokoh: C.S Pierce
Hedonisme
Aliran ini menyatakan bahwa kebahagiaan yang didasarkan pada suatu kenikmatan
adalah merupakan suatu tujuan dari tindakan manusia. Oleh karena itu tindakan manusia
ukuran baik dan buruk, etis atau tidak etis senantiasa didasarkan pada suatu tujuan
kenikmatan manusia adalah baik. Tokoh: Jeremy Bentham.

ESENSI MANUSIA
MATERIALISME
Paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan (termasuk esensi manusia)
dalah materi atau fisik, yaitu menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan, dan
bersifat objektif, karena itu bisa diukur, diitung, dan diobservasi. Alam spiritual yang
tidak menempati ruang tidak dapat disebut kenyataan, sehingga keberadaannya ditolak
Tidak ada kekuatan spiritual apapun dibalik suatu meteri, jika ada sesuatu
peristiwa yang belum bisa dipecahkan oleh manusia, bukan berarti ada spiritual,
melainkan karena akal manusia saja yang belum dapat memahaminya. (Dunia spiritual
tidak ada, sehingga semuanya diukur/dinilai dari kekuatan inderawi).
Jenis lain dari materielisme adalah naturalisme. Keduanya percaya bahwa setiap
gejala atau gerak dapat dirasionalkan dengan hukum sebab-akibat atau stimulus
respons,
atau
aksi-reaksi.
Penganut
paham
ini
sangat
deterministik
(ketergantungan/terikat).
Dalam psikologi ada teori yang berdasarkan pada pandangan materialisme, yaitu
psikobiologi dan psikologi behavioristik: karena
a. Semua gejala psikologis dianggap sesuau yang bersifat mekanis
b. Perilaku dianggap dapat menempati ruang yang dapat diukur dan dikuantifikasi

13 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
c. Perilaku manusia diasumsikan sama dengan gejala alam sehingga dapat
dijelaskan dengan hukum kausalitas (sebab-akibat)
d. Stimulus ekternal dari manusia dianggap sebagai penentu tindakan manusia
IDEALISME
Kenyataan sejati adalah bersifat spiritual, karena itu sering disebut spiritualisme.
Esensi kenataan spiritual adalah berpikir. Karena itu tidak dapat dikuantifikasi,
diobservasi secara empiris. Ada kekuatan atau kenyataan dibalik suatu peristiwa. Hukum
alam dan kekuatan-kekuatan fisik diakui keberadaannya, tetapi bukan esensi karena
masih ada esensi yang lebih tinggi yatu Roh Absolut atau Tuhan. Segala sesuatu
peristiwa mempunyai tujuan, dna tidak ada yang kebetulan. Agama, hukum, nilai, citacita memegang peranan penting dalam kehidupan. Cenderung indertemnistis (bebas),
misalnya personalisme menyatakan bahwa roh bersifat pribadi, sehingga setiap pribadi
mempunyai kebebaan berekspresi
Aliran selain keduanya
a. DUALISME. Kenyataan sejati adalah fisik dan spiritual. Manusia terdiri atas
meteri dan roh. Keberadaan roh tidak dapat diamati secara inderawi tetapi dapat dinalar
dengan logika.
b. VITALISME. Kenyataan sejati adalah daya, energi, kekuatan atau nafsu yang
tidak rasional dan instink-tif
c. EKSISTENSIALISME. Tidak membahas tentang eksisten manusia, melainkan
membahas manusia yang ada dalam dunianya, yaitu yang dialami oleh manusia itu
snediri, sehingga mengacu pada sesuatu yang konkret, individual dan dinamis. Tematema yang dikaji, kebebasan berkehendak, kecamasan, kematian, kehidupan, dll.
d. STRUKTURALISME. Struktur/sistem bahasa dan budaya sebagai penentu dan
kesadaran manusia. Manusia dianggap tidak bebas yang tersetruktur oleh bahasa dan
budayanya.
e. POSTMODERNISME. Eksistensi manusia didiskusikan secara lebih beragam
dan aktual.

HAKIKAT MANUSIA (NOTONAGORO)


a. Ditinjau dari susunan kodrat: terdiri Unsur Jiwa dan Unsur Raga
b. Ditinjau dari sifat kodrat: terdiri atas Makhlku Individual dan Makhluk Sosial
c. Ditinjau dari kedudukan kodrat, terdiri atas a. Pribadi dan b. Makhluk Tuhan
Karena itu, jika dilihat dari susunan manusia secara keseluruhan, maka manusia
disebut monopluralistik. Jika dilihat dari susunan yang serba dua disebut
monodualistik.
DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI?
a. Tergantung filsafat yang mendasari penemu teori
b. Jika penemu teori condong pada materialisme maka pemikirannya lebih mengarah
pada kausalitas sehingga manusia dianggap makhluk yang tidak bebas (contoh: teori
behavioristik: Skinner)
c. Jika penemu teori condong pada idelaisme maka pemikirannya lebih mengarah pada
pemikiran yang mengutamakan nilai (contoh: teori humanitik: Maslow)
***
AUGUSTE COMTE
(Nama panjang: Isidore Marie Auguste Franois Xavier Comte; 17 Januari 1798 - 5
September 1857) adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak

14 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
sosiologi". Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah
dalam ilmu sosial (POSITIVISTIK).
1. Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang meyakini bahwa satu-satunya
pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktual-fisikal.
Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui
metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis dihindari.
2. Filsafat positivistik ini dibangun berdasarkan dua hal, yaitu filsafat kuno dan sains
modern (baca: capaian sains hingga zaman Comte).
3. Dari filsafat kuno, Comte meminjam pengertian Aristoteles tentang filsafat, yaitu
konsep-konsep teoritis yang saling berkaitan satu sama lain dan teratur.
4. Dari sains modern, Comte menggunakan ide positivistik a la Newton, yakni metode
filsafati yang terbentuk dari serangkaian teori yang memiliki tujuan mengorganisasikan
realitas yang tampak.
5. Positivisme mengacu pada dua hal, yaitu: pada teori pengetahuan (epistimologi) dan
pada teori perkembangan sejarah (akal budi) manusia.
6. Sebagai teori perkembangan sejarah manusia, positivisme identik dengan tesis Comte
mengenai tahap-tahap akal budi manusia.
7. Sedangkan sebagai teori pengetahuan, positivisme mengakui dan membatasi
pengetahuan yang benar kapada fakta-fakta positif dan didekati dengan metode ilmu
pengetahuan, yaitu eksperimen, observasi, dan komparasi. Fakta positif adalah fakta
yang sungguh-sunggguh nyata, pasti, berguna, jelas, dan langsung dapat diamati dan
dibenarkan oleh setiap orang.
Manfaat
Comte memberi kita visi tentang idealitas keilmuwan; tentang ilusi keagungan
penerapan prosedur eksperimen dalam penyelidikan sosial; tentang pentingnya
memajukan masyarakat untuk lepas dari belenggu pemikiran teologis serta metafisis
menuju masyarakat positif yang ilmiah.
1. Bagi Comte, masyarakat positif dikatakan dapat berhasil secara ilmiah ketika para
ilmuwan telah meninggalkan sesuatu yang a priori. Metode yang paling tepat, menurut
Comte, ialah pencarian hukum-hukum ilmu sosial melalui eksperimen.
2. Baginya hanya metode eksperimenlah yang dapat mendekatkan kita pada objek
observasional.
3. Prasyarat kedua, menurut Comte, dalam menuju masyarakat positif adalah dengan
menggantikan pendidikan teologi, metafisika dan sastra dengan pendidikan filsafat
positif. Comte mengartikan pendidikan positif sebagai ajaran yang mendidik masyarakat
agar persepsinya dapat sesuai dengan objek faktual
4. Ketiga, bagi Comte, masyarakat ilmiah dalam menelaah ilmu sedapat mungkin harus
mampu mengombinasikan beberapa sudut pandang cabang ilmu.
Dalam The Positive Philosophy, tujuan utama Comte adalah menelaah sejarah
perkembangan ilmu serta menciptakan teori tentang tiga tahap perkembangan
masyarakat. Ia membagi perkembangan masyarakat ilmiah menjadi tiga: tahap teologis,
tahap metafisik dan tahap ilmiah atau positif.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN AKAL BUDI MANUSIA


1. Tahap Teologis
Merupakan tahap paling awal dari perkembangan akal manusia. Pada tahap ini
manusia berusaha menerangkan fakta yang kaitannya dengan teka-teki alam yang
dianggap misteri. Tahap ini bisa ditemui, misalnya pada manusia-manusia purba. Pada
tahap teologis ini terdapat beberapa bentuk dan cara berpikir.

15 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
Bentuk pertama, yaitu fetiyisme dan animisme. Manusia purba tidak mengenal
konsep-konsep abstak dan benda yang tak dimengerti, tetapi sebagai sesuatu yang
individual dan singular.
Kemudian terdapat cara berpikir lagi yang lebih maju, yang dapat menyatukan dan
mengelompokkan semua benda dan kejadian kedalam konsep yang lebih umum disebut
politeisme. Cara berpikir yang lebih maju lagi adalah monoteisme, dimana berpikir ini
tidak lagi mengakui adanya roh dari benda dan kejadian , tetapi mengakui hanya satu
roh saja, yakni Tuhan.
Cara berpikir ini membawa pengaruh pada kehidupan sosial, budaya dan
pemerintahan. Monoteisme memungkinkan berkembangnya dogma-dogma agama.
2. Tahap Metafisis
a. Merupakan tahap dimana manusia mulai mengadakan perombakan atas cara
berpikir lama. Manusia pada tahap ini berusaha keras mencari hakekat atau esensi dari
segala sesuatu. Untuk itu, dogma ditinggalkan dan akal budi manusia mulai
dikembangkan.
b. Akan tetapi pada tahap ini, prinsipnya hanya merupakan hanya suatu bentuk
modifikasi artifisial saja dari tahap teologis. Tahap ini pada kenyataannya, merupakan
modifikasi sederhana yang bersifat umum dari tahap pertama. Perbedaan dari kedua
cara berpikir tersebut terletak pada cara menerangkan kenyataan: alam yang semula
diasalkan dari dewa-dewa atau Tuhan kini lebih abstrak lagi yaitu dari kodrat, kehendak
Tuhan. Konsep itu merupakan pengandaian-pengandaian a priori, tanpa penelitian yang
sungguh-sungguh dan ilmiah.
3. Tahap Positif
a. Merupakan tahap cara berpikir final. Pada tahap ini, gejala dan kejadian alam
tidak lagi dijelaskan secara a prior tetapi berdasarkan observasi, eksperimen dan
komparasi yang ketat dan teliti. Akal mulai mencoba mengobservasi secara empiris dan
hati-hati untuk menemukan hukum-hukum yang mengatur sebab musabab timbulnya
gejala dan kejadian itu.
b. Comte menguraikan fungsi lain dari ilmu pegetahuan positif. Comte
menegaskan secara berulang-ulang bahwa ilmu pengetahuan positif pun mampu
membebaskan manusia dari perasaan terkungkung oleh kekuatan magis akibat
pandangan teologis, dan menjauhkan diri dari kecenderungan purba untuk berperang
akibat militerisme dan feodalisme sisa pemikiran tahap metafisis. Tidak ada faedahnya
mempertahankan atau memelihara jenis-jenis pengetahuan yang tidak benar dan tidak
berguna.
c. Ilmu Pengetahuan Positif
d. Comte menunjuk pada rasionalisme Descartes dan pada ilmu pengetahuan
alam oleh Galileo Galilei, Isaac Newton, dan Francis Bacon. Inilah model dari ilmu
pengetahuan positif. Asumsi-asumsi yang dapat membangun ilmu pengetahuan positif ini
sebagai berikut.
-Asumsi pertama, ilmu pengetahuan bersifat objektif (bebas nilai dan netral).
Asumsi kedua, ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulang kali
terjadi. Asumsi ketiga, ilmu pengetahuan menyoroti setiap fenomena atau kejadian alam
dari saling ketergantungan dan antarhubungannya dengan fenomena atau kejadian lain.
-Ketiga asumsi tersebut pada prinsipnya dilandasi oleh keyakinan ontologis Comte
yang bersifat naturalistik dan deterministik, yakni bahwa setiap gejala dan kejadian,
tanpa kecuali tunduk pada hukum alam.
-Pengaruh Positivisme Auguste Comte
Menurut pengamatan ahli Filsafat barat ini, kontribusi filsafat Positivisme Comte terhadap
kebudayaan barat, paling tidak, tampak dari:
a. Semakin tebalnya optimisme masyarakat barat yang ada sejak zaman Aufklarung
mengenai hari depan umat manusia yang makin baik atau maju.

16 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
b. Semangat eksploratif dan ilmiah para ilmuwan sedemikian rupa.
c. Konsepsi yang semakin meluas tentang kemajuan dan modernisasi
menitikberatkan pada bidang ekonomi.
d. Menguatnya golongan teknokrat dan industriawan dalam pemerintahan.

yang

Permasalahan Praktis Seputar Positivisme


a. Bangunan fisik material merupakan tolok ukur dari keberhasilan atau kemajuan
pembangunan.
b. Masalah etika menjadi marginal.
c. Jalan pintas dan perilaku amoral dipermaklumkan oleh masyarakat.
d. Harga diri seseorang dan bangsa ditentukan oleh seberapa besar akses dan kontribusi
ekonomi dan industri yang dimiliki.
e. Nilai estetik dari karya seni dinilai secara ekonomisnya.
f. Pelanggaran hak asasi manusia di negara-negara berkembang
Dalam sejarahnya, positivisme dikritik karena generalisasi yang dilakukannya terhadap
segala sesuatu dengan menyatakan bahwa semua proses dapat direduksi menjadi
peristiwa-peristiwa fisiologis, fisika, atau kimia dan bahwa proses-proses sosial dapat
direduksi ke dalam hubungan antar tindakan-tindakan individu dan bahwa organisme
biologis dapat direduksi kedalam sistem fisika.
Kritik juga dilancarkan oleh Max Horkheimer dan teoritisi kritis lain. Kritik ini didasarkan
atas dua hal, ketidaktepatan positivisme memahami aksi sosial dan realitas sosial yang
digambarkan positivisme terlalu konservatif dan mendukung status quo.
Kritik pertama berargumen bahwa positivisme secara sistematis gagal memahami
bahwa apa yang mereka sebut sebagai fakta-fakta sosial tidak benar-benar ada dalam
realitas objektif, tapi lebih merupakan produk dari kesadaran manusia yang dimediasi
secara sosial. Positivisme mengabaikan pengaruh peneliti dalam memahami realitas
sosial dan secara salah menggambarkan objek studinya dengan menjadikan realitas
sosial sebagai objek yang eksis secara objektif dan tidak dipengaruhi oleh orang-orang
yang tindakannya berpengaruh pada kondisi yang diteliti.
Kritik kedua menunjuk positivisme tidak memiliki elemen refleksif yang mendorongnya
berkarakter konservatif. Karakter konservatif ini membuatnya populer di lingkaran politik
tertentu.
August Comte tidak mengakui psikologi sebagai cabang ilmu, karena kajiannya adalah
pengalaman batiniah, tidak dapat diindera, atau tidak terbukti (non-evident). Dari sisi
sumber maupun metode, psikologi dikatakan tidak memiliki kesahihan.
Psikologi baru diakui setelah Wilhelm Wund mendirikan laboratorium psikologi di
Leipzig, Jerman. Psikologi diakui sebagai ilmu karena memiliki laboratorium yang
berfungsi mengukur fenomena-fenomena psikologis tidak tampak menjadi tampak. Jadi,
psikologi mengembangkan pengukuran-pengukuran terhadap fenomena-fenomena
psikologi agar mendapat predikat ilmu.
Ilmu tidak hanya berbicara tentang hakikat (ontologis) pengetahuan itu sendiri,
melainkan juga mempersoalkan tentang bagaimana (epistemologis) pengetahuan
tersebut dapat diproses menjadi sebuah pengetahuan yang benar-benar memiliki nilai
guna (aksiologis) untuk kehidupan manusia.

ILMU PENGETAHUAN
Jujun S. Suryasumantri pada bukunya yang lain menyebutkan: metode ilmiah
yang menghasilkan pengetahuan yang bersifat logis dan teruji dengan jembatan berupa
pengajuan hipotesis disebut juga sebagai metode logiko-hipotetiko-verivikatif, yang
menuntun cara berpikir untuk mendapatkan hasil pengetahuan ilmiah.31 Metode ilmiah

17 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !

ini dicerminkan melalui penelitian ilmiah yang merupakan gabungan dari cara berpikir
rasional dan empiris. Kerangka berpikir ilmiah yang bertolak pada logiko-hipotetikoverivikatif, dijelaskan Jujun pada bukunya Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer,
sebagai berikut:
Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas
batas-batasnya serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya;
Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, merupakan argumentasi yang
menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling
mengkait dan membentuk kontelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara
rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan
memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan;
Perumusan hipotesis, merupakan jawaban sementara antara dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir
yang dikembangkan;
Pengajuan hipotesis, merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan denangan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang
mendukung hipotesis tersebut atau tidak;
Penarikan kesimpulan, sebagai penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
ditolak atau diterima.
Terus Bagaimana?
1. Untuk melawan positivisme salah satu jawaban alternatifnya ialah kembali kepada
kajian logika, logika tindakan (praksiologi) atau membuka kembali keran perdebatan
metafisis.
2. Manusia adalah makhluk yang bertindak. Artinya, manusia akan selalu bertindak
berdasarkan penilaian subyektifnya. Tindakan tersebut akan selalu berbentuk cara-cara
yang terbatas serta berbeda-beda bagi setiap individu. Atas dasar itulah basis tindakan
manusia dapat dipahami.
3. Pencarian kebenaran dalam logika tindakan tidak dilakukan dengan cara mengukur;
dia hanya dapat ditelaah melalui identifikasi reflektif. Identifikasi tersebut
mengisyaratkan bahwa setiap tindakan manusia sepenuhnya subyektif.

UTILITARIANISME DAN IDEALISME


UTILITARIANISME
1. Utilitarianisme adalah sebuah teori yang diusulkan oleh David Hume untuk
menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai keraguan yang besar, tetapi pada
saat yang sama masih tetap sangat terpaku pada aturan2 ketat moralitas yang tidak
mencerminkan perubahan2 radikal di zamannya
2. Utilitarianisme secara utuh dirumuskan oleh Jeremy Bentham dan
dikembangkan secara lebih luas oleh James Mill dan John Stuart Mill
3. Prinsip moral tertinggi yang disebutnya dengan Asas Kegunaan atau Manfaat
(the principle of utility).
4. Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang
menyuruh setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau
kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin orang
atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan utilitarian,
tujuan akhir manusia juga merupakan ukuran moralitas.
Singkatnya, Utilitarianisme Klasik yang diusung oleh Jeremy Bentham, James Mill
dan, anaknya, John Stuart Mill, dapat diringkas dalam tiga proposisi berikut:
Utilitarianisme Klasik :
1. Pertama, semua tindakan mesti dinilai benar/baik atau salah/jelek semata-mata
berdasarkan konsekuensi2 atau akibat2nya.

18 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
2. Kedua, dalam menilai konsekuensi2 atau akibat2 itu, satu-satunya hal yang
penting adalah jumlah kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkannya. Jadi, tindakan2
yang benar adalah yang menghasilkan surplus kebahagiaan terbesar ketimbang
penderitaan.
3. Ketiga, dalam mengkalkulasi kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan,
tidak boleh kebahagiaan seseorang dianggap lebih penting daripada kebahagiaan orang
lain.
IDEALISME
1. Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara
teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan gejala-gejala
alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau suatu kepercayaan
yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral, estetika/seni, sosial dan
politik, epistemology/tentang asal pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.
2. Untuk belajar berfilsafat orang harus mempelajari filsafat. Cara belajar filsafat
adalah menangkap pengertiannya secara ilmu lalu memadukan ajaran dan
pengertiannya dalam praktek. Kemudian pengalaman dari praktek diambil dan
disimpulkan kembali secara ilmu.
3. Filsafat idealisme
4. Idealisme ialah filsafat yang menganggap atau memandang ide itu primer dan
materi adalah sekundernya, dengan kata lain menganggap materi berasal dari ide atau
diciptakan oleh ide.
Aliran-aliran dalam filsafat Idealisme
1. Idealisme Obyektif. Idealisme obyektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya
idealis, dan idealismenya itu bertitik tolak dari ide universil (Absolute Idea- Hegel /
LOGOS-nya Plato) ide diluar ide manusia. Menurut idealisme obyektif segala sesuatu baik
dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil.
2. Idealisme Subyektif. Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan
bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide
manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil
atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan
masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.

DESCARTES
Pandangan Filsafat Descartes terutama tentang dasar filsafat cogito nya,
selanjutnya dipercaya sebagai tonggak dimulainya filsafat rasionalis. Dengan cogito
Descartes mengandaikan bahwa pikiran atau kesadaran akan melukiskan kenyataan
diluar pikiran kita, dengan kata lain keadaan diluar pikiran atau kenyataan yang kita
temui diluar pikiran adalah bersumber dari pikiran atau kesadaran diri kita. Dengan cara
menyadari kesadaran diri kita sendiri maka kita akan mengenal dunia diluar diri kita.
Cogito Ergo Sum
Descartes sangat terkenal karena mampu menciptakan satu metode yang betulbetul baru di dalam berfilsafat yang kemudian dia beri nama metode keraguan (Le
Doubte Methodique).
Berdasarkan metode ini, berfilsafat menurut Descartes adalah membuat
pertanyaan metafisis untuk kemudian menemukan jawabannya dengan sebuah
fundamen yang pasti, sebagaimana pastinya jawaban didalam matematika.
Untuk menentukan titik kepastian tersebut Descartes memulainya dengan
meragukan semua persoalan yang telah diketahuinya. Misalnya, dia mulai meragukan
apakah asas-asas metafisik dan matematika yang diketahuinya selama ini bukan hanya
sekedar ilusi belaka. Jangan-jangan apa yang diketahuinya selama ini hanyalah tipuan

19 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
dari khayalan belaka, jika demikian adanya maka apakah yang bisa menjadi pegangan
untuk menentukan titik kepastian?
Menurut Descartes, setidak-tidaknya aku yang meragukan semua persoalan
tersebut bukanlah hasil tipuan melainkan sebuah kepastian. Semakin kita dapat
meragukan segala sesuatu maka semakin pastilah bahwa kita yang meragukan itu
adalah ada dan bahkan semakin mengada (exist).
Dengan demikian tidak bisa dipungkiri lagi bahwa keraguan justru akan
membuktikan keberadaan kita semakin nyata dan pasti. Semakin kita ragu maka kita
akan semakin merasa pasti bahwa keraguan itu adalah ada, karena keraguan itu adanya
pada diri kita maka sudah tentu kita sebagai tempat bercantolnya rasa ragu itu pasti
sudah ada terlebih dahulu.
Meragukan sesuatu adalah berpikir tentang sesuatu, dengan demikian bisa
dikatakan bahwa kepastian akan eksistensi kita bisa dicapai dengan berpikir. Descartes
kemudian mengatakan cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada).
Dengan metode keraguan ini, Descartes ingin mengokohkan kepastian akan
kebenaran, yaitu cogito atau kesadaran diri. Cogito adalah sebuah kebenaran dan
kepastian yang sudah tidak tergoyahkan lagi karena dipahami sebagai hal yang sudah
jelas dan terpilah-pilah ( claire et distincte).
Cogito tidak ditemukan didalam metode deduksi ataupun intuisi, melainkan
ditemukan didalam pikiran itu sendiri, yaitu sesuatu yang dikenali melalui dirinya sendiri,
tidak melalui Kitab Suci, pendapat orang lain, prasangka ataupun dongeng dan lain-lain
yang sejenisnya.
Karena ini sifatnya hanyalah sebuah metode maka tidak berarti Descartes
menjadi seorang skeptis, melainkan sebaliknya Descartes ingin menunjukkan kepastian
akan kebenaran yang kokoh jelas dan terpilah melalui metode yang diperkenalkannya ini
Hubungan Jiwa dan Badan : Descartes mengatakan bahwa aku itu terdiri dari
dua substansi, yakni substansi jiwa dan substansi jasmani atau materi. Descartes
selanjutnya membedakan antara substansi manusia dan hewan pada rasio atau jiwanya.
Descartes mengatakan, manusia memiliki kebebasan yang mana tidak dimiliki
oleh hewan. Hewan dalam prilakunya selalu terbentuk secara otomatis, bukan dengan
kebebasan karena hewan tidak memiliki jiwa sebagai dasar kemandirian substansi.
Adapun kesamaan antara hewan dan manusia adalah pada jasmani atau tubuhnya,
karena itu bisa dikatakan bahwa sesungguhnya tubuh manusiapun sebenarnya berjalan
secara otomatis dan tunduk kepada hukum-hukum alam.
Descartes selanjutnya menyebut tubuh adalah sebagai L`homme machine atau
mesin yang bisa berjalan secara otomatis (berjalan sendiri). Badan bisa bergerak,
bernafas, mengedarkan darah dan seterusnya tanpa campur tangan pikiran atau jiwa.
Perbedaannya adalah kalau pada manusia mesin ini diatur atau dikontrol oleh jiwa
sementara pada hewan mesin ini berjalan secara alami atau otomatis.
Bagaimana jiwa mengatur atau mengontrol tubuh (mesin), Descartes
menjelaskannya dengan menunjukkan sebuah kelenjar kecil (glandula pinealis) yang ada
di otak sebagai semacam jembatan. Dengan adanya kelenjar kecil yang berfungsi
sebagai jembatan penghubung ini maka tubuh bisa merepleksikan aktifitas-aktifitas unik
seperti gembira, bersedih, tertawa , murung dan lain-lain.
Dalam hal etika, Descartes mempunyai pandangan dualitas dimana disatu sisi
dikatakan manusia bebas dan independen dan disisi lainnya dikatakan bahwa kebebasan
tersebut tidak independen melainkan dituntun oleh Tuhan. Descartes mengatakan, untuk
mencapai jiwa yang bebas dan independen maka kita harus mengendalikan hasrathasrat yang ada didalam diri kita sehingga jiwa bisa menguasai tingkah laku kita
sepenuhnya. Dengan menguasai atau mengontrol hasrat dan tingkah laku, manusia bisa
memiliki kebebasan spiritual. Hal ini bisa terjadi karena hasrat dan nafsu seperti : cinta,
kebencian, kekaguman, kegembiraan, kesedihan dan gairah dianggap sebagai keadaan

20 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
pasif dari jiwa dan jika manusia mampu menaklukkan nafsu-nafsu ini maka dia akan
bebas dan independen.
Pengaruh besar lain dari konsepsi Descartes adalah tentang fisik alam semesta.
Dia yakin, seluruh alam --kecuali Tuhan dan jiwa manusia-- bekerja secara mekanis, dan
karena itu semua peristiwa alami dapat dijelaskan secara dan dari sebab-musabab
mekanis. Atas dasar ini dia menolak anggapan-anggapan astrologi, magis dan lain-lain
ketahayulan. Berarti, dia pun menolak semua penjelasan kejadian secara teleologis.
(Yakni, dia mencari sebab-sebab mekanis secara langsung dan menolak anggapan bahwa
kejadian itu terjadi untuk sesuatu tujuan final yang jauh). Dari pandangan Descartes
semua makhluk pada hakekatnya merupakan mesin yang ruwet, dan tubuh manusia pun
tunduk pada hukum mekanis yang biasa. Pendapat ini sejak saat itu menjadi salah satu
ide fundamental fisiologi modern.
Sedikitnya ada lima ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan
pikiran Eropa: (a) pandangan mekanisnya mengenai alam semesta; (b) sikapnya yang
positif terhadap penjajagan ilmiah; (c) tekanan yang, diletakkannya pada penggunaan
matematika dalam ilmu pengetahuan; (d) pembelaannya terhadap dasar awal sikap
skeptis; dan (e) penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi.
EKSISTENSIALISME
Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger
(1889-1976)
Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar metodologinya berasal dari metoda
fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938). Munculnya eksistensialisme
berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855)
filasafatnya untuk menjawab pertanyaan Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)
Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan
individualitasnya). Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia
(aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan
komitmen pribadi dalam kehidupan. Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya
adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimana caranya menjadi manusia unggul
Jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk
merealisasikan diri secara jujur dan berani
Apakah eksistensialisme itu?
Eksistensialisme merupakan filsafat yang secara khusus mendeskripsikan
eksistensi dan pengalaman manusia dengan metedologi fenomenologi, atau cara
manusia berada.
Eksistensialisme adalah suatu reaksi terhadap materialisme dan idealisme.
Pendapat materialisme terhadap manusia adalah manusia adalah benda dunia,
manusia itu adalah materi , manusia adalah sesuatu yang ada tanpa menjadi Subjek
Pandangan manusia menurut idealisme adalah manusia hanya sebagai subjek
atau hanya sebagai suatu kesadaran.
Eksistensialisme berkayakinan bahwa paparan manusia harus berpangkalkan
eksistensi, sehingga aliran eksistensialisme penuh dengan lukisan-lukisan yang kongkrit
Apakah eksistensi itu?
Eksistensi oleh kaum eksistensialis disebut Eks bearti keluar, sintesi bearti berdiri.
Jadi ektensi bearti berdiri sebagai diri sendiri
Menurut Heideggard Das wesen des daseins liegh in seiner Existenz
Da-sein adalah tersusun dari dad an sein. Da disana. Sein bearti berada. Artinya
manusia sadar dengan tempatnya.

21 | S E M A N G A T U A S ! ! Y E E E Y ! !
Menuut Sartre adanya manusia itu bukanlah etre melainkan a etre. Artinya
manusia itu tidak hanya ada tapi dia selamanya harus membangun adanya, adanya
harus dibentuk dengan tidak henti-hentinya.
Menurut Parkay (1998) aliran eksistensialisme terbagi dua bersifat theistik
(bertuhan) dan atheistik
Menurut eksistensialisme ada 2 jenis filsafat tradisional, filsafat spekulatif dan
filsafat skeptif
Filsafat skepekulatif menyatakan bahwa pengalaman tidak banyak berpengaruh pada
individu
Filsafat skeptif manyatakan bahwa semua pengalaman itu adalah palsu tidak ada
sesuatu yang dapat kita kenal dari realita. Menurut mereka konsep metafisika adalah
sementara
Bagaimanakah pandangan eksistensialis terhadap pendidikan?
Sikun Pribadi (1971) eksistensialisme sangat berhubungan dengan pendidikan.
Karena pusat pembicaraan eksistensialisme adalah keberadaan manusia sedangkan
pendidikan hanya dilakukan oleh manusia.
Bagaimanakah tujuan pendidikan menurut pandangan eksistensialisme?
Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri.
Implikasi filsafat eksistensialisme dalam pendidikan
Tujuan pendidikan memberikan bekal pengalaman yang luas dan komprehensif
dalam semua bentuk kehidupan.
Jadi dalam Pandangan eksistensialisme dapat disimpulkan:
1. menurut metafisika: (hakekat kenyataan) pribadi manusia tak sempurna, dapat
diperbaiki melalui penyadaran diri dengan menerapkan prinsip & standar pengembangan
ke pribadian
2. Epistimologi: (hakekat pengetahuan) Data-Internalpribadi, acuannya kebebasan
individu memilih
3. Logika: (hakekat penalaran). Mencari pemahaman tentang kebutuhan & dorongan
internal melaui analis & introfeksi diri
4. Aksiologi (hakekat nilai). Standar dan prinsip yang bervariasi pada tiap individu bebas
untuk dipilih-diambil
5. Etika (hakekat kebaikan). Tuntutan moral bagi kepentingan pribadi tanpa menyakiti
yang lain
6. Estetika (hakekat keindahan). Keindahan ditentukan secara individual pada tiap orang
oleh dirinya
7. Tujuan hidup. Menyempurnakan diri melalui pilihan standar secara bebas oleh tiap
individu, mencari kesempurnaan hidup.

Widyarti Mega (2016) Di akses dari


http://www.academia.edu/4856649/FILSAFAT_MANUSIA pukul 11.00 pada 7 april
2016

Anda mungkin juga menyukai