Anda di halaman 1dari 9

.

Berpikir
Menyeluruh :
Artinya,
Pemikiran yang
luas karena tidak
membataasi diri
dan bukan hanya
ditinjau dari satu
sudut pandangan

tertentu.
Pemikiran
kefilsafatan ingin
mengetahui
hubungan antara
ilmu yang satu
dengan ilmu

ilmu lain,
hubungan ilmu
dengan moral,
seni, dan tujuan
hidup. 2.
Berpikir
Mendasar :
Artinya,
pemikiran yang

dalam sampai
kepada hasil
yang
fundamental atau
esensial objek
yang
dipelajarinya
sehingga dapat
dijadikan dasar

berpijak bagi
segenap nilai dan
keilmuan. 3.
Berpikir
Spekulatif :
Artinya, hasil
pemikiran yang
didapat dijadikan
dasar bagi

pemikiran
selanjutnya.
Hasil
pemikirannya
selalu
dimaksudkan
sebagai dasar
untuk menjelajah
wilayah

pengetahuan
yang baru.
Meskipun
demikian, tidak
berarti hasil
pemikiran
kefilsafatan itu
meragukan,
karena tidak

pernah mencapai
penyelesaian.
. Karakteristik Berfikir Filsafati: Sifat Menyeluruh, Sifat Mendasar Dan Sifat
Spekulatif
1. Berfilsafat
Sejarah kefilsafatan di kalangan filsuf menjelaskan tentang tiga hal
yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu kekaguman atau
keheranan, keraguan atau kegengsian, dan kesadaran atas keterbatasan.
Plato mengatakan:maka kita memberi pengamatanm bintang-bintang,
matahari dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk
menyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat.
Agustinus dan Descartes memulai berfilsafat dari keraguan atau
kesangsian. Manusia heran, tetapi kemudian ragu-ragu, apakah ia tidak
ditipu oleh panca indranya
yang sedang heran? Rasa heran dan
meragukan ini mendorong manusia untuk memperoleh kepastian dan
kebenaran yang hakiki. Berfikir secara mendalam, menyeluruh, dan kritis
inilah yang kemudian disebut berfilsafat.
Berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran akan
keterbatasan pada diri manusia. Berfilsafat kadang-kadang dimulai
apabila manusia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah,
terutama dalam menghadapi kejadian-kejadian alam. Apabila seseoarang
merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu
mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya kesadran
akan keterbatasan dirinya tadi manusia mulai berfilsafat. Ia akan
memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang
tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan
kebenaran hakiki.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu. Kepastian dimulai dari rasa
ragu-ragu. Filsafat dimulai dari rasa ingin tahu dan keragu-raguan.
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa
yang belum diketahui. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah diketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak
terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian
untuk beretrusterang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari
telah dijangkau.
2. Sifat Menyeluruh Berfikir Filsafati
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang
yang berpijak dibumi sedang tengadah kebintang-bintang, atau seseorang
yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah
dibawahnya, masing-masing ingin mengetahui hakikat dirinya atau
menyimak kehadirannya dalam kesemestaan alam yang ditatapnya.

Seorang ilmuan tidak akan pernah puas mengenal ilmu hanya dari
sisi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam
konstelasi pengetahuan lainnya. Apa kaitan ilmu dengan moral, dengan
agama, dan apakah ilmu itu membawa kwbahagiaan pada dirinya.
3. Sifat Mendasar Berfikir Filsafati
Selain tengadah kebintang, orang yang berfilir filsafati juga
membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak lagi percaya
begitu saja bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu dapat disrbut benar?
Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Lalu
benar itu apa? Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran, yang
untuk menyusunnya, harus dimulai dari sebuah titik, sebagai awal
sekaligus sebagai akhir. Lalu bagaimana menentukan titik awal yang
benar?
4. Sikap Spekulatif Berfikir Filsafati
Tidakkah mungkin manusia menangguk pengetahuan secara
keseluruhan, bahkan manusia pun tidak yakin pada titik awal yang
menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu hanya sebuah spekulasi.
Menyusun sebuah lingkaran memang harus dimulai dari sebuah titik,
bagaimana pun spekulasinya. Yang penting, dalam prosesnya nanti, dalam
analisis maupun pembuktiannya, manusia harus dapat memisahkan
spekulasi mana yang paling dapat diandalkan. Tugas utama filsafat adalah
menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Apakah yang disebut
logis? Apakah yang disebut benar? Apakah yang disebut sahih? Apakah
alam ini teratur atau kacau? Apakah hidup ini ada tujuan?
Semua pengetahuan yang ada, dimulai dari spekulasi. Dari
serangkaian spekulasi dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat
diandalkan, yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan.
Tanpa menerapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak
mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar kebenaran. Tanpa
menetapkan apa yang disebut baik dan buruk, tidak mungkin bicara
tentang moral. Tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek, tidak
mungkin berbicara tentang kesenian.1[
- See more at: http://hendymanajaerpendidikan.blogspot.com/2013/05/hakikat-pengetahuanfilsafat.html#sthash.8bNzq4ok.dpuf
Menyeluruh, artinya cara berfikir filsafat tidak sempit, dari sudut pandang ilmu itu sendiri
(fragmentaris atau sektoral), senantiasa melihat persoalan dari tiap sudut yang ada.
Mendasar, artinya bahwa untuk dapat menganalisa suatu persoalan bukanlah pekerjaan yang
mudah, mengingat pertanyaan-pertanyaan yang dibahas berada di luar jangkauan ilmu
biasa.

Anda mungkin juga menyukai