Konsep Manajemen
1
d. Menggerakkan sumber daya tersebut secara efesien dan efektif;
e. Terdapat orang yang menggerakkan sumber daya tersebut;
f. Penerapan manajemen berdasarkan ilmu dan seni atau keahlian yang harus
dimiliki manajer.
2
B. Konsep Sekuriti
a. Internal
Tidak tepatnya manajemen
Tidak tepatnya sistem pengawasan internal
Tidak tepatnya sistem perlindungan perusahaan
Lemahnya komunikasi diantara para karyawan dengan manajemen
Lemahnya penorganisasian pengamanan perusahaan dan pencegahan
kerugian
3
b. Eksternal
Lemah dan terbatasnya hubungan dan komunikasi dengan asosiasi
professional lainnya dibidang sekuriti
Lemah dan keterbatasan hubungan dan komunikasi dengan instansi
pemerintah terkait
Kesulitan memperoleh dukungan dari lingkungan dan kondisi social yang
ada disekitar kawasan usaha, kondisi, dan lingkungan lain yang lebih luas.
4
D. Perkembangan Manajemen Sekuriti
Di Mabes Polri terdapat dua unit organisasi, yaitu Badan Pembinaan Kepolisian
Khusus (Babin Polsus) dan Badan Pembinaan Keamanan Rakyat (Babin Kamra) di
bawah koordinasi Deputi Kapolri Urusan Khusus (Dekhus). Tahun 1968-1971,
Dekhus dijabat oleh Irjen Pol. Dr. Awaloedin Djamin. Semasa jabatannya sebagai
Kapolri 1978-1982, ditegaskan, bahwa Polri membutuhkan pemberdayaan
Pengamanan Swakarsa, Swadaya dan Swadana (1979) yang terdiri atas sektor
tradisional, ronda kampong atau siskamling dan sektor modern, yang dikenal dengan
istilah “industrial security”. Tanggal 30 Desember 1980 ditetapkan pengaturan Satuan
Pengamanan disingkat Satpam, yang sekarang diperingati sebagai Hari Ulang Tahun
5
Satpam. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa diatur lebih jelas dan lebih lengkap
dalam UU No. 2, tahun 2002, tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Industrial Security Dalam UU No. 2, tahun 2002 Pasal 2, UU No. 2, tahun 2002
menyatakan: “Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di
bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat”.
Tugas-tugas Polri seperti tersebut di atas tentu tidak mungkin terlaksana dengan
baik, tanpa adanya pengetahuan “security” dan “security management” dari anggota
atau pejabat Polri di tingkat Mabes Polri yang berkewajiban melatih anggota Polri serta
mempersiapkan Juklak dan Juknis untuk anggota-anggota yang bertugas di lapangan
(Polda, Polres dan Polsek, sesuai tingkatan-nya). Dengan pertimbangan kebutuhan
Polri akan tenaga-tenaga yang memahami “security” dan “security management”, maka
Kajian Ilmu Kepolisian-Universitas Indonesia (KIK-UI) menyelenggarakan kekhususan
6
Manajemen Sekuriti. PTIK yang sekarang juga menyelenggarakan program S 2 Ilmu
Kepolisian, mencontoh KIK-UI dengan kekhususan Hukum Kepolisian dan Administrasi
Kepolisian, sedangkan Manajemen Sekuriti, diganti dengan Manajemen Keamanan dan
Teknologi. Seperti dinyatakan di atas KIK-UI (kemudian juga AMSI) menggunakan
istilah “Security” atau “Sekuriti”, justru untuk menghindarkan kerancuan istilah
“keamanan” seperti antara lain tercantum dalam RUU Keamanan Nasional. Yang
menjadi tugas Polri adalah Security dalam arti industrial security. Karena itu disarankan
agar kekhususan “Manajemen Keamanan dan Teknologi” pada PTIK diganti dengan
“Manajemen Sekuriti”.
7
DAFTAR PUSTAKA