Anda di halaman 1dari 29

PROFESSIONAL MANAGER DEVELOPMENT

Leadership Skills

Oleh :
ASVI MASCHUROH 19062020021
REJEKI NURHIDAYATI
R. ADHI SATRIA H 19062020028
ARDRA
LUTFI

Magister Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
2019
BAB I
LATAR BELAKANG
Organisasi dalam menjalankan fungsinya membutuhkan seorang pemimpin.
Kehadiran seorang pemimpin menjadi penentu arah kemana organisasi itu akan
berjalan. Disisi lain keberhasilan seorang pemimpin juga sangat tergantung dari
kemampuannya untuk membangun orang-orangnya karena keberhasilan sebuah
organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut (Rivai, Bachtiar, dan Amar, 2013: 1).

Peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan organisasi merupakan
suatu kegiatan mengadakan perubahan secara berencana yang mencakup suatu
diagnosa secara sistematis terhadap organisasi. Seorang pemim pin harus ikut aktif
dalam mengatur pelaksanaan kegiatan usaha pengembangan organisasi.
Keberhasilan kegiatan usaha pengembangan organisasi sebagian besar
ditentukan oleh kualitas kepemimpinannya atau pengelola dan komitmen
pimpinan pucuk organisasi..

Kalau dikaitkan dengan lingkungan yang ada, maka dalam


kepemimpinan saat ini sangat diperlukan kemampuan pemimpin untuk
menyesuaikan dengan perubahan. Kepemimpinan dan penyesuaian terhadap
perubahan yang ada merupakan tantangan terbesar masa kini bagi seorang
pemimpin. Peranan seorang pemimpin dalam hubungan antar manusia sangat
terkait dengan gaya kepemimpinan yang ditampilkannya. Seorang pemimpin
diharapkan dapat menampilkan gaya kepemimpinan segala situasi tergantung
kondisi dan situasi serta kepada bawahan yang mana. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif adalah
kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari orang-orang yang
dipimpinnya. Penelitian lain kepemimpinan efektif adalah dikaitkan dengan
kekuasaan.
BAB II

LITERATURE REVIEW

2.1 Pengertian Leadership

Banyak ahli yang mengidentifikasi arti dari seorang pemimpin. Gibson, dkk
(2012:314) menyebutkan “Leader is agents of change , person who acts affect other
people more than other people’s act affect them”. Dari pendapat Gibson tersebut
dapat kita ketahui bahwa pemimpin adalah agen perubahan, orang yang bertindak
mempengaruhi orang lain lebih dari tindakan orang lain mempengaruhi mereka.
Pendapat lain tentang pemimpin dikemukakan oleh Rivai, Bachtiar, dan Amar (2013:
2) menyebutkan dari segi bahasa inggris pemimpin disebut sebagai “leader” yang
mempunyai tugas untuk me-LEAD anggota di sekitarnya dan bermakna:

1. Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan


kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
2. Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekanya dan
mewariskan tacit knowledge pada rekan-rekannya.
3. Advice, memberikan saran dan nasihat dari permasalahan yang ada.
4. Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisplin dan menegakkan
kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pemimpin adalah orang yang mampu


membangkitkan loyalitas, mampu mengedukasi rekan kerjanya, mampu memberikan
saran dan nasihat dan mampu memberikan keteladanan bawahanya.

Berbeda dengan konsep pemimpin yang mengacu kepada individu,


kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk memimpin. Gibson, dkk
(2012:314) mengungkapkan Leadership sebagai an attempt to use influence to
motivate individuals to accomplish some goal. It is an interaction between members
of group. Narrower concept than management. Pendapat tersebut menyiratkan bahwa
kepemimpinan merupakan sebuah usaha untuk menggunakan pengaruh untuk
memotivasi individu untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan juga termasuk interaksi
antara anggota kelompok. Bahkan Konsepnya lebih sempit daripada manajemen,
dengan kata lain “A manager in a formal organization is responsible for and
entrusted with such function as planing, organizing, and controling but not necesarily
leading” (Gibson, dkk., 2012:315). Pendapat itu menegaskan bahwa Seorang manajer
di sebuah organisasi formal bertanggung jawab atas dan dipercayakan dengan fungsi
seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian namun belum tentu dia
memimpin.

2.2 Gaya Kepemimpinan/ Jenis Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan sebagaimana yang diungkapkan Marzuki (2002) merupakan


norma perilaku dari seseorang yang dipakai saat orang tersebut berusaha
mengarahkan atau mempengaruhi orang lain dengan berbagai kelebihan dan
kelemahan.Dengan kata lain pemimpin memiliki sifat antusias untuk mempengaruhi
orang lain dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dalam sebuah organisasi selau terdapat seorang pemimpin namun disisi lain
pemimpin juga disebut seorang manajer. Kedua istilah tersebut tentu berbeda karena
manajemen lebih pada pengaturan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan
pengendalian. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa kepemimpian cara
kerjanya berbeda dengan manajer dimana kepemimpinan sifat kerja lebih fleksibel
dengan memberikan cara atau dorongan yang lebih efektif dari sekedar melakukan
pekerjaan yang sifatnya rutinitas.Berikut gaya kepemimpinan menurut Robbins (2006) :
(1) Gaya kepemimpinan karismatik
Adalah tipe yang memiliki daya tarik, dan pembawaan yang luar biasa untuk
mempengaruhi orang lain sehingga ia mempunyai bawahan yang bisa
dipercaya serta pengikut yang setia dan jumlahnya besar. Para pengikut
terpacu kemampuan kepemimpinan yang luar biasa ketika mereka mengamati
perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima karakteristik
pokok pemimpin kharismatik:
a. Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal
yangberharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu
mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang lain
b. Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko personal
tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan diriuntuk
meraih visi.
c. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis
kendalalingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat
perubahan.
d. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif
(sangat pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsif
terhadapkebutuhan dan perasaan mereka.
e. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam
perilakuyang dianggap baru dan berlawanan dengan norma.
(2) Gaya kepemimpinan transaksional
Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau
memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan
memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional
lebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha untuk
menciptakan perubahan bagi bawahannya.
(3) Gaya kepemimpinan transformasional
Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan
kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut, Pemimpin
transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalanpersoalan
dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan caracara baru,
dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para
pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok.
(4) Gaya kepemimpinan visioner
Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel,
dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah
tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan
diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa
mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan
membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk mewujudkannya.

2.3 Karakter Effective Leadership


Gaya kepemimpinan yang sebaiknya dijalankan oleh seorang pemimpin terhadap
organisasinya sangat tergantung pada kondisi anggota organisasi itu sendiri. Pada
dasarnya tiap gaya kepemimpinan hanya cocok untuk kondisi tertentu saja. Dengan
mengetahui kondisi nyata anggota, seorang pemimpin dapat memilih model
kepemimpinan yang tepat. Tidak menutup kemungkinan seorang pemimpin
menerapkan gaya yang berbeda untuk divisi atau seksi yang berbeda. Menurut Gayla
Hodge (2009) dalam Sudarwan Danim bahwa karakteristik pemimpin yang efektif
adalah sebagai berikut :
a. Memiliki Visi, pemimpin dapat melihat kemana organisasi harus pergi
sebelum orang lain melakukannya.
b. Memiliki fokus untuk mencapai tujuan, pemimpin melakukan apa yang
masuk akal dan bekerja dengan basis keunggulan
c. Memenangi dukungan, memanfaatkan gaya dan aktivitas yang paling cocok
untuk mereka sebagai individu.
d. Secara alami lebih terfokus untuk menjadi daripada melakukannya,
pemimpin mengambil waktu untuk benar-benar tahu diri mereka sendiri.
e. Tahu bagaimana mereka bekerja, pemimpin belajar dari keberhasilan dan
kegagalan, mengasah kemampuan, mengintegrasikan pengalaman,
keteranpilan, kompetensi dan kesadaran dirinya.
f. Secara alami tahu bagaimana memanfaatkan kekuatan
g. Tidak mencoba menjadi orang lain, seorang pemimpin memahami bahwa
bekerja untuk diri sendiri hanya seketika berada pada posisi terbaiknya.
h. Mencari orang-orang dengan berbagai ciri efektivitas alam, pemimpin tidak
hanya menghargai orang lain, melainkan juga bergantung pada orang lain
untuk mengisi kekosongan.
i. Menarik orang lain, pemimpin dari orang-orang ingin bekerja untuk dengan
mereka.
j. Mengembangkan kekuatan, dimana pemimpin membangun kekuatan diri
sendiri sambil berusaha untuk memperbaiki kelemahannya.

Menurut Habsari (2008:12) kepemimpinan yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai


berikut:
a. Memperhitungkan minat sampai hasil akhir.
b. Memahami bahwa hasil adalah selalu penilaian terakhir.
c. Memiliki semangat menyelesaikan masalah.
d. Lebih demokratis dari pada autority.
e. Memberikan kesempatan untuk mencapai potensi setiap orang.
f. Memiliki Etika dan moral yang tinggi.
g. Mengambil tanggung jawab terhadap hasil tim
2.4 Leadership VS Manager

“Not all leaders are managers, nor are all managers leaders.” (Suzanne, et.al – 2015)

(Tidak semua pemimpin adalah manajer, juga tidak semua pemimpin manajer.)

Manajer adalah Orang yang pengaruhnya terhadap orang lain terbatas pada
otoritas manajerial yang ditunjuk dari posisi mereka untuk memberi hadiah dan
menghukum. Sedangkan, Pemimpin adalah Orang dengan kekuatan manajerial dan
pribadi yang dapat memengaruhi orang lain untuk melakukan tindakan di luar
tindakan yang dapat ditentukan oleh otoritas formal (posisi) orang-orang itu saja.
Setiap perusahaan diwakili oleh orang-orang yang memiliki kualitas manajemen
atau kepemimpinan. Kepemimpinan tidak ditentukan oleh level dalam hierarki
organisasi, namun bos / manajer / adalah seseorang yang dirujuk sebagai struktur
otoritas. Pemimpin adalah seseorang dengan kemampuan untuk membuat orang
percaya dan mengikutinya dalam pendekatannya. Meskipun, konsepnya sama sekali
berbeda tetapi keterampilan kepemimpinan dan manajerial sama pentingnya bagi
manajemen organisasi yang sukses.

Ada sejumlah karakteristik untuk seorang pemimpin dan manajer yang berjalan
seiring. Pemimpin penuh dengan ide, inovasi dan membawa organisasi menuju masa
depan dan kemajuan. Sedangkan, manajer mengawasi kinerja dan memastikan
produktivitas. Pemimpin mendefinisikan visi dan manajer bertanggung jawab atas
misi untuk mendekati visi itu. Pemimpin memberikan solusi sementara manajer
menerapkan strategi untuk itu.

2.5 Teori -Teori Leadership


Menurut Krause (dalam Fridayana, 2013), pemimpin yang efektif adalah
orang yang mempersatukan semua orang dalam menghadapi tantangan,
menggabungkan ke dalam kesatuan-kesatuan yang erat, mengembangkan strategi
untuk mengatasi tantangan, dan berhasil melaksanakan strategi tersebut.
Menurut Gibson et.al (2012: 315) Kerangka kerja yang berguna untuk
mengorganisir menunjukkan teori tentang kepemimpinan mencakup diantaranya
berbagai sifat, gaya perilaku dan variabel situasional.
1) Teori Sifat Pemimpin (The Leader Traits)
Teori yang mencoba untuk mengidentifikasi spesifik karakteristik (fisik,
mental, kepribadian) berkaitan dengan keberhasilan kepemimpinan.
a. Kemampuan (Ability)
 Kemampuan interpersonal
 Kemampuan kognitif
 Ketrampilan teknis
b. Kepribadian (Personality)
 Tingkat energi
 Toleransi stres
 Percaya diri
 Kematangan emosi
 Integritas
c. Motivasi (Motivation)
 Orientasi kekuasaan yang disosialisasikan
 Kebutuhan yang kuat untuk pencapaian
 Memulai sendiri
 Persuasif

2) Teori Gaya Perilaku (The Leader’s Behavior)


Teori yang berusaha untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku pemimpin.
Teori ini menyiratkan bahwa kepemimpinan bisa diajarkan atau ditanamkan.
a. Pemimpin yang berorientasi pada karyawan (person oriented)
Yang berfokus pada orang yang melakukan pekerjaan dan percaya
mendelegasikan pengambilan keputusan dan membantu pengikut dalam
memuaskan kebutuhan mereka dengan menciptakan lingkungan kerja yang
mendukung.
b. Pemimpin yang berorientasi pada tugas (task oriented)
Yang berfokus pada menyelesaikan tugas dan menggunakan pengawasan ketat
sehingga bawahan melakukan tugas mereka menggunakan prosedur yang
ditentukan.
c. Struktur prakarsa (initiatings structure)
Sejauh mana seorang pemimpin menetapkan dan menstruktur perannya dan
peran bawahannya dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai.
d. Pertimbangan (consideration)
Sejauh mana seseorang berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang
dicirikan oleh saling percaya, menghargai gagasan bawahan, kesejahteraan,
status, dan kepuasan pengikut-pengikutnya. Pemimpin dengan pertimbangan
tinggi kecenderungan mendukung konumikasi dan partisipasi terbuka.

3) Teori Situasional/Variabel Situasi (Situational Variabel)


Teori ini menyarankan efektivitas kepemimpinan tergantung pada kecocokan
antara kepribadian, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi. Teori ini mengharuskan
pemimpin untuk memiliki ketrampilan diagnostik dalam perilaku manusia.
Hersey dan Blanchard (dalam Fridayana, 2013), berpendapat bahwa
kepemimpinan yang efektif bergantung dari tingkat kesiapan atau kedewasaan
para pengikutnya.
 Jika pengikut tidak mampu dan tidak ingin melakukan tugas, maka
pemimpin perlu memberikan arahan khusus dan jelas.
 Jika para pengikut tidak mampu dan ingin, maka pemimpin perlu
memaparkan orientasi tugas dengan jelas untuk mengkompensasi
kekurangan kemampuan para pengikutnya sehingga sesuai dengan keinginan
pemimpin.
 Jika para pengikut mampu dan tidak ingin, maka pemimpin perlu
menggunakan gaya yang mendukung dan partisipatif.
 Jika para pengikut mampu dan ingin, maka pemimpin tidak perlu berbuat
banyak.
Hal ini sejalan dengan pandangan tokok di Indonesia yaitu Ki Hajar
Dewantoro, kepemimpinan dapat dilakukan dengan melalui pendekatan:
Hing ngarso sung tuladha, hing madya mangun karsa, tut wuri
handayani.
 Jika pemimpin memposisikan dirinya di depan, maka pemimpin harus
mampu memberikan keteladanan atau contoh yang baik terhadap anak
buahnya.
 Jika pemimpin memposisikan dirinya ditengah, maka pemimpin dapat
berperan sebagai seorang motivator.
 Jika pemimpin memposisikan dirinya dibelkanag, maka pemimpin
memberikan kepercayaan kepada bawahannya untuk menjalankan tugas dan
senantiasa mengawal kerja dan aktivitas bawahannya.
Sejumlah teori kepemimpinan yang berorientasi pada situasi telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya
a. Teori Kontigensi
Fred Fiedler mengembangkan model kontigensi dengan mengusulkan
bahwa kelompok yang efektif kinerja tergantung pada kecocokan yang tepat
antara gaya pemimpin berinteraksi dengan bawahan dan sejauh mana situasi
memberi kontrol dan pengaruh kepada pemimpin. Tiga faktor situasional
penting tersebut adalah struktur tugas, kekuatan posisi, dan hubungan
pemimpin anggota.
 Gaya Pemimpin
Menurut Hasibuan (2007 :170) gaya kepemimpinan dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
- Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang,
sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau
pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang.
- Kepemimpinan partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya
dilakukan dengan cara persuasifk, menciptakan kerjasama yang
serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan.
- Kepemimpinan delegatif adalah apabila seseorang pemimpin
mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan dengan agak
lengkap.
 Faktor Situasional
- Struktur tugas, dimana faktor ini merujuk secara khusus pada
karakteristik pekerjaan yang harus dilakukan. Fakor ini mengacu
pada bagaimana terstruktur pekerjaan berkaitan dengan persyaratan,
masalah memecahkan alternatif dan umpan balik tentang kesuksesan
pekerjaan.
- Kekuatan posisi, dimana faktor ini mengacu pada kekuatan yang
melekat dalam kepemimpinan posisi. Pengaruh faktor ini berasal dari
posisi struktural formal seseorang dalam organisasi, termasuk
kekuatan untuk merekrut, memecat, mendisiplinkan,
mempromosikan, dan memberi kenaikan gaji.
- Hubungan pemimpin-anggota, dimana faktor ini mengacu pada
tingkat kepercayaan, kepercayaan, rasa hormat yang dimiliki
bawahan ada pada pemimpinnya.

b. Teori Jalur-Tujuan
Teori jalur-tujuan pada mulanya dikembangkan oleh Robert House.
Pada prinsipnya teori ini berpendapat bahwa merupakan tugas si pemimpin
untuk membantu pengikutnya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk
memberikan pengarahan dan dukungan agar dapat dipastikan tujuan mereka
sesuai dengan sasaran secara keseluruhan dari suatu kelompok atau
organisasi.

House mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan, yaitu:


1. Pemimpin yang membiarkan pengikutnya tahu apa yang diharapkan
2. Pemimpin yang mendukung dan menunjukkan perhatian akan
kebutuhan para pengikutnya
3. Pemimpin yang partisipatif berkonsultasi dengan bawahannya dan
menggunakan saran mereka untuk mengambil suatu keputusan
4. Pemimpin berorientasi prestasi yang menetapkan tujuan yang
menantang dan mengharapkan bawahannya untuk berprestasi pada
tingkat yang tertinggi
Berlawanan dengan pandangan Fedler, House berpendapat
bahwa pemimpin mempunyai sikap yang luwes atau pemimpin yang
sama dapat menampilkan perilaku yang bergantung situasi. Berikut
adalah ramalan kepemimpinan yang didasarkan pada teori jalur-tujauan:

1. Kepemimpinan yang direktif membawa kepuasan yang lebih besar bila


tugas-tugas bersifat ambigu atau penuh tekanan daripada tugas-tugas
sangat terstruktur dan ditata dengan baik.
2. Kepemimpinan suportif menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan
yang tinggi bila bawahan mengerjakan tugas yang terstruktur.
3. Kemungkinan besar kepemimpinan direktif dipersepsikan sebagai
berlebih jika bawahannya memiliki kemampuan pemahaman yang
tinggi atau pengelaman yang cukup banyak
4. Bawahan dengan suatu tempat kedudukan kontrol internal (mereka
yang yakin mengendalikan nasibnya sendiri) akan lebih dipuaskan
dengan suatu gawa partisipatif
5. Kepemimpinan yang berorientasi prestasi akan meningkatkan
pengharapan bawahan yang mendorong kinerja yang tinggi bila tugas-
tugas itu terstruktur secara ambigu

c. Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard


Berpendapat bahwa dengan menentukan tingkat kesiapan pengikut,
seorang pemimpin dapat memilih yang terbaik gaya kepemimpinnannya.
Diasumsikan bahwa seorang pemimpin dapat dengan mudah belajar
menyesuaikan gayanya dengan masing-masing pengikut. Penekanan teori ini
adalah pada pengikut dan tingkat kedewasaan mereka. Pemimpin harus
benar menilai atau secara intuitif mengetahui tingkat kematangan pengikut
dan kemudian menggunakan gaya kepemimpinan yang cocok tingkat
kesiapan didefinisikan sebagai kemampuan dan kemauan orang untuk
mengikuti tanggung jawab untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri.

Perilaku Kepemimpinan

Hersey dan Blanchard menggunakan studi Negara Bagian Ohio untuk


lebih mengembangkan empat gaya kepemimpinan tersedia untuk manajer:

1. Memberitahu. Pemimpin menentukan peran yang diperlukan untuk


melakukan pekerjaan itu dan memberi tahu pengikut apa, di mana,
bagaimana, dan kapan melakukan tugas
2. Jual. Pemimpin memberikan pengikut dengan instruksi terstruktur tetapi
juga mendukung.
3. Berpartisipasi. Pemimpin dan pengikut berbagi dalam keputusan tentang
cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan berkualitas tinggi.
4. Mendelegasikan. Pemimpin memberikan sedikit arahan khusus, atau
dukungan pribadi kepada pengikut.

d. Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (LMX)

Teori kepemimpinan ini menjelaskan bahwa apa yang dimiliki oleh


pemimpin dan pengikut dipertukarkan sebagai hal yang saling
menguntungkan. Kepemimpinan jenis ini setipe dengan kepemimpinan
transaksional, namun kepemimpinan jenis ini dilakukan oleh pihak yang
sudah memiliki ikatan transaksional sebelumnya.

Di dalam organisasi, ada anggota-anggota yang sudah memegang


beberapa tanggung jawab. Pemimpin menawarkan kepada pengiku-pengikut
tertentu untuk mengerjakan sesuatu di luar tanggung jawab yang sudah
dibebankan kepada mereka. Apabila kesepakatan tercapai, relasi ini akan
mengarah pada hal yang lebih spesifik yang terikat pada proyek baru tersebut.
Hubungan ini mengakibatkan pemimpin dan pengikutnya berada di dalam
sebuah kesatuan di dalam kesatuan.

Di dalam model kepemimpinan ini, ada pengikut yang sudah ada di


dalam organisasi dan berada dalam kelompok. Sementara itu, ada pengikut
yang sudah berada dalam organisasi namun berada diluar kelompok. Kualitas
hubungan antara pemimpin dan pengikut dipengaruhi oleh bagaimana sikap
dan komunikasi yang terjadi di antara keduanya (Iensufiie, 2010).

e. Teori Path-Goal
Berkaitan dengan perilaku pemimpin yang spesifik dan bagaimana
mereka dapat mempengaruhi kepuasan karyawan. Sebuah teori yang
menyatakan bahwa itu adalah tugas pemimpin untuk membantu pengikut
dalam mencapai tujuan dan untuk mereka memberikan arahan yang
diperlukan dan / atau mendukung untuk memastikan bahwa tujuan mereka
kompatibel dengan tujuan keseluruhan grup atau organisasi
Path-Goal Theory diterjemahkan sebagai Teori Sarana-Tujuan, yaitu teori
yang menjelaskan bagaimana pemimpin memotivasi bawahan untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Teori ini memberikan pilihan gaya
kepemimpinan terbaik yang dibutuhkan oleh para pemimpin untuk memimpin
bawahan dan pekerjanya (Iensufiie, 2010).
Teori ini mirip dengan Pendekatan Situasional dan Teori Kontingensi,
meskipun ketiganya memiliki perbedaan masing-masing. Ada beberapa
pendekatan gaya di dalam Teori Sarana-Tujuan, yaitu:
1. Directive Leadership – Gaya Direktif
Gaya ini diberlakukan pada situasi di mana pengikut bersifat turut dan
patuh, dimana tugas-tugas terasa membingungkan dan aturan organisasi
dan prosedur juga tidak jelas bagi mereka. Pemimpin memberikan instruksi
yang jelas tentang tugasnya, serta apa yang diharapkan untuk dikerjakan
oleh pengikut.
2. Supportive Leadership – Gaya Suportif
Pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang bersahabat dan
merangkul. Pemimpin menganggap pengikut sebagai pribadi yang setara
dan dihargai sebagai rekan kerja.
3. Partisipative Leadership - Gaya Partisipatif
Gaya ini diterapkan pada situasi di mana terdapat sebuah tugas yang
membingungkan. Pemimpin mengajak pengikut untuk memberikan
partisipasi, ide, dan opini tentang bagaimana menggunakan sarana untuk
mencapai tujuan.
4. Achievement-Oriented Leadership – Kepemimpinan yang Berorientasi
Pada Hasil
Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin memberi tantangan kepada
pengikut dengan standar pekerja yang tinggi, serta melakukan perbaikan
terus-menerus (continuous improvement).
BAB III
PEMBAHASAN

FIGUR

Adamas Belva Syah Devara pendiri RuangGuru

Tentang Ruangguru

PT RUANG RAYA INDONESIA ("Ruangguru") adalah perseroan terbatas yang


bergerak di bidang pendidikan non formal yang didirikan menurut dan berdasarkan
hukum yang berlaku di Indonesia serta telah memperoleh Izin Pendirian Satuan
Pendidikan Non Formal dan Izin Operasional Lembaga Kursus Pelatihan
denganNomor 3/A.5a/31.74.01/-1.851.332/2018.

Ruangguru merupakan perusahaan teknologi terbesar dan terlengkap di Indonesia


yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan dan telah memiliki lebih dari 6 juta
pengguna sertatelah mengelola lebih dari 150.000 guru yang menawarkan jasa di
lebih dari 100 bidang pelajaran. Perusahaan ini didirikan sejak tahun 2014 oleh Belva
Devara dan Iman Usman, yang keduanya berhasil masuk dalam jajaran pengusaha
sukses dibawah 30 tahun melalui Forbes 30 under 30 untuk teknologi konsumen di
Asia.

Latar Belakang kehidupan Adamas Belvara Syah Devara

Adamas Belva Syah Devara, anak pertama dari tiga bersaudara, lahir di Jakarta pada
tanggal 30 Mei 1990. Walaupun bukan dari keluarga dengan tingkat ekonomi tinggi,
kedua orang tua Belva yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil, selalu berusaha
memberikan pendidikan terbaik sejak kecil. Nilai-nilai yang ditanamkan mengenai
pentingnya pendidikan ini adalah dasar dari keyakinan Belva untuk memperjuangkan
hak yang sama untuk semua anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang
berkualitas.
Pendidikan

SMP Al Azhar 8 Kemang Pratama (2001-2004)

SMA Presiden (2004-2007)

Nanyang Technological University (2007-2011)

Stanford University (2013-2015)

Harvard University (2014-2016)

Prestasi dan Organisasi

Prestige Magazine 40 under 40 The Vanguards 2018

ASEAN 40 under 40 oleh ASEAN Advisory 2018

Forbes 30 under 30 2017

Atlassian Foundation MIT SOLVE Grantee 2017

Australian DFAT MIT SOLVE Grantee 2017

GSMA Innovation Fund Grantee 2017

Wirausahawan Paling Menjanjikan di ASEAN 2016

Social Enterprise of the Year 2016 (Wirausahawan Sosial 2016)

Penghargaan Bubu Awards 2015

Medali Emas Lee Kuan Yew 2011

Medali Emas Accenture 2011

Medali Emas Infocomm Development Authority of Singapore 2011

Young Leader for Indonesia 2011


Medali Bhagaskara Adi Tanggap 2007

Karier dan Bisnis

1. Adamas Belva Syah Devara berbicara pada pertemuan tahunan World


Economic Forum, 2018.
2. Merupakan orang Indonesia pertama yang mendapatbeasiswapenuhdalam
program gelarganda di Harvard University dan Stanford University
3. Merupakan orang Indonesia pertama yang diterimadalam program gelarganda
program studiIlmukomputerdanBisnis di NTU (Nanyang Technological
University)
4. PendiriRuangguru, perusahaanteknologiberbasispendidikanterbesar di
Indonesia, bersamasahabatnya, Muhammad ImanUsman
5. Menerimapenghargaan 30 under 30 dari Forbes Magazine di Asia padatahun
2017
6. Menjadipembicaradalam World Economic Forum on ASEAN 2018
7. MenjadipembicaraKonferensiDuniauntukKecerdasanBuatandanPendidikanAd
aptif di Beijing, China
8. Menjadi pembicara REKERNAS 2018 dihadapan semua rektor PTN di
Indonesia
9. Menerima penghargaan 40 under 40 ASEAN tahun 2018.
10. Menjadi pembicara Ministerial Programme of Mobile Wordl Congress
(MWC) 2018 di Barcelona.

Pembahasan kasus

Adamas merupakan salah satu tipe pemimpin yang kharismatik karena melihat
beberapa ciri-ciri yang dimilikinya. Menurut Robbins (2006) Gaya kepemimpinan
karismatik adalah tipe yang memiliki daya tarik, dan pembawaan yang luar biasa
untuk mempengaruhi orang lain sehingga ia mempunyai bawahan yang bisa
dipercaya serta pengikut yang setia dan jumlahnya besar. Para pengikut terpacu
kemampuan kepemimpinan yang luar biasa ketika mereka mengamati perilaku-
perilaku tertentu pemimpin mereka. Terdapat lima karakteristik pokok pemimpin
kharismatik:
a. Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal yang berharap
masa depan lebih baik dari pada status quo, dan mampu mengklarifikasi pentingnya
visi yang dapat dipahami orang lain.
b. Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko personal tinggi,
menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk meraih visi.
c. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis kendala
lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan.
d. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif(sangat
pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsif terhadap kebutuhan dan
perasaan mereka.
e. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam perilaku yang
dianggap baru dan berlawanan dengan norma.

Adamas Belvara mempunyai mimpi besar terhadap pendidikan indonesia visi


terbesarnya adalah ikut memajukan pendidikan anak-anak Indonesia.Dia sangat peka
terhadap lingkungan pendidikan di Indonesia yang masih sangat jauh tertinggal dari
negara-negara maju. Dia ingin agar anak-anak Indonesia mendapat pendidikan yang
sama rata di seluruh daerah. Mimpi itu kini bisa diwujudkan dengan berdirinya
ruangguru. Pada awal pendirian Ruang Guru beliau sempat mengalami jatuh bangun
namun dengan rasa optimis yang besar dan perjuangan yang luar biasa dia bisa
menyakinkan para inventor untuk invest kedalam perusahaannya. Lima tahun
berjalan, Ruangguru sendiri sudah pernah mendapat kuncuran pendanaan seri B
senilai US$7 miliar di tahun 2017 dari lembaga investasi Bank UOB dan pendanaan
hibah dari program MIT Solve yang ditujukan untuk program Ruangguru Digital
Bootcamp pada tahun 2018.
Dibawah kepemimpinannya Ruang Guru telah mengalami perkembangan yang pesat.
Keberhasilan tersebut bisa dilihat saat ini Ruang Guru tercatat sudah ada 1.600.000
pengguna dan komunitas sekitar 300 ribu orang dengan jumlah pengajar sekitar
150.000 orang. Yang paling membanggakan lagi bahwa Ruang Guru telah menjadi
bimbel online no. 1 di Indonesia dan berhasil memperoleh berbagai penghargaan baik
dari dalam dan luar negeri.

Figur Adamas dilihat dari teori kepemimpinan


Menurut Gibson et.al (2012: 315) Kerangka kerja yang berguna untuk mengorganisir
menunjukkan teori tentang kepemimpinan mencakup diantaranya berbagai sifat, gaya
perilaku dan variabel situasional.

Teori Sifat Pemimpin (The Leader Traits)

Teori yang mencoba untuk mengidentifikasi spesifik karakteristik (fisik, mental,


kepribadian) berkaitan dengan keberhasilan kepemimpinan.

d. Kemampuan (Ability)
 Kemampuan interpersonal
 Kemampuan kognitif
 Ketrampilan teknis
e. Kepribadian (Personality)
 Tingkat energi
 Toleransi stres
 Percaya diri
 Kematangan emosi
 Integritas
f. Motivasi (Motivation)
 Orientasi kekuasaan yang disosialisasikan
 Kebutuhan yang kuat untuk pencapaian
 Memulai sendiri
 Persuasif

a. kemampuan

Jika dilihat dari figur seorang Adamas belvara jelas sekali bahwa dari segi
kemampuan kognitifnya sangatlah tinggi, dengan kecerdasan yang dimilikinya dia
memperoleh berbagai beasiswa selama dia menempuh pendidikan di luar negeri. Rasa
percaya diri yang tinggi dan usaha yang gila dia berhasil mendapat gelar ganda di dua
universitas yaitu Harvard dan Stanford.

b. kepribadian

Dari segi integritas sudah tidak bisa diragukan lagi, semenjak menempuh pendidikan
dan menjalankan pekerjaan ia sangat memegang teguh tentang kejujuran tidak ada
toleransi untuk korupsi meskipun itu hanya korupsi waktu karena menurut dia ketika
pelanggaran tersebut dilakukan berulang maka akan menjadi kebiasaan buruk yang
pada akhirnya membuat impian kita tidak tercapai. Pada saat menjadi pimpinan di
ruangguru pun dia menerapkan intergitas yang tinggi dalam hal pelayanan kepada
pengguna ruangguru tepatnya pada saat rekuitment pengajar di ruangguru dia
memiliki standar yang tinggi dan tidak asal-asalan memilih pengajar karena menurut
dia didalam proses belajar mengajar ada interaksi anatar guru dan siswa dan guru
harus benar-benar bisa memberikan apa yang siswa butuhkan.

c. motivasi

Adamas selalu memberikan motivasi kepada anak-anak Indonesia untuk dapat maju,
salah satu kalimat motivasinya yaitu“kita bisa belajar bahwa untuk bisa mencapai
kesuksesan, kita harus mampu mengatur waktu dengan baik dan memanfaatkan setiap
kesempatan dan potensi yang ada”.
Hubungan figur dengan nilai nilai bela negara

Bela negara menjadi kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia seperti yanag btelah
diamanatkan di dalam Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
Bagi seorang pemimpin sudah seharusnya memiliki wawasan bela negara dan
menerapkan nilai-nilai bela negara dalam kehidupannya.

1. Cinta tanah air

Dengan indikator memberi kontribusi dan kemajuan terhadap bangsa dan negara
Indonesia

Setiap pemuda mempunyai potensi dasar untuk dapat berkontribusi bagi bangsa dan
negara. generasi muda harus berinovasi dalam menciptakan ide-ide baru yang kreatif
dan mau bergerak dalam tindakan nyata demi membuat Indonesia lebih maju dalam
hal teknologi maupun perekonomian. Apa yang dilakukan oleh Belva dengan
mengunakan tehnologi untuk turut serta memajukan pendidikan di Indonesia melalui
ruangguru. Dimana ruangguru ini ini telah berkolaborasi dengan pemerintah mulai
tahun 2017 Ruangguru berhasil bekerja sama dengan 32 (dari 34) pemerintah provinsi
dan lebih dari 326 pemerintah kota dan kabupaten di Indonesia. Ruangguru
berkomitmen untuk menjadi mitra bagi pemerintah daerah demi memberikan
pendidikan berkualitas melalui Sistem Manajemen Belajar (LMS).

2. Kesadaran berbangsa dan bernegara

Dengan indicator berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara
Indonesia

Apa yang dipikirkan dan dicita-citakan oleh Belva yaitu ingin memajukan pendidikan
Indonesia dimana semua anak berhak Indonesia berhak mendapat pendidikan yang
sama rata dimanapun mereka berada jelas sikap yang seperti ini akan sangat
membantu terhadap kemajuan bangsa terutama dalam dunia pendidikan. Ruangguru
sendiri telah terlibat langsung dengan program GNOTA dimana biaya dari satu jam
siswa yang belajar diruang guru dialokasikan untuk membantu siswa-siswa yang
tidak mampu.

3. Yakin Pancasila sebaga ideologi bangsa

Dengan indicator menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari

Jika pemimpin telah mempunyai wawasan tentang ideologi pancasila dengan


sendirinya akan tumbuh rasa nasionalisme yang tinggi. Hal ini tampak pada sosok
Adamas dimana ketika dia mendapat tawaran sebuah pekerjaan di luar negeri
denganm gaji yang besar dengan tegas menolak dan memilih kembali ke Indonesia
untuk mengembangkan ruangguru.

4. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara

Dengan indicator bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan
bangsa dan Negara

Pemimpin yang rela berkorban untuk bangsa dan negara senantiasa akan
mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa. Hal inilah yang
telah dilakukan oleh adamas dimana dia telah mendedikasikan hidupnya untuk
kemajuan pendidikan indonesia melalalui ruangguru. Perjuangan panjang dan berat
telah dilalui pada awal berdirinya ruangguru tersebut.

5. Memiliki kemampuan awal bela Negara

Dengan indicator memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan


emosional, dan kecerdasan dalam bertahan hidup atau mengatasi kesulitan
Seorang pemimpin tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja namun juga
harus diiringi dengan kecerdasan spiritual dan emosional. Tiga faktor kecerdasan ini
semua ada pada sosok Belva, kecerdasan intelektual nampak dari berbagai gelar yang
diperolehnya sedangkan kecerdasan spiritualnya yaitu adanya sikap tawakkal yang
dimiliki dan kecerdasan emosional tampak dari rasa percaya diri yang tinggi dan
memiliki visi yang jauh ke depan.

Kesimpulan

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau


sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara
pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama.

Orang bijak mengatakan, “Pemimpin terbaik dalam sejarah memahami pentingnya


memberikan motivasi dan arah yang jelas untuk mencapai tujuan yang lebih besar”.

Seorang pemimpin pasti memiliki suatu hal yang istimewa dibandingkan dengan
anggota yang lain yang ada pada organisasi itu. Kelebihan-kelebihan inilah yang
kemudian menjadi suatu penilaian dari para anggotanya. Tidak semua orang memiliki
kelebihan-kelehihan itu karena ia tidak dapat dibeli melainkan dari pendidikan dan
pengalamam.

Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual


(pengetahuan), intelegensi (spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki
power atau dapat mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap
dikritik. Apabila ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki
oleh seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
Kecerdasan emosional adalah satu hal paling penting yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin yang baik. Tanpa adanya kecerdasan emosional, orang-orang yang
paling cerdas, terampil atau ambisius sekalipun. Mereka akan sulit mencapai
kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA

Plangiten, P. (2013). GAYA KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA


PENGARUHNYA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA
PT. POS INDONESIA (PERSERO) MANADO. Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi.

Davis, Keith. (2005). PERILAKU DALAM ORGANISASI. Alih Bahasa Agus


Dharma, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi.

Habsari, Ari Retno. (2008). TEROBOSAN KEPEMIMPINAN. Jakarta: Buku Kita.

Danim, Sudarwan & Suparno. (2009). MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN


TRANSFORMASIONAL KEKEPALASEKOLAHAN : VISI DAN STRATEGI
SUKSES ERA TEKNOLOGI, SITUASI KRISIS DAN INTERNASIONALISASI
PENDIDIKAN. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai