Anda di halaman 1dari 7

Jawaban Soal Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah : Kepemimpinan


Hari/Tanggal : Selasa, 21 Oktober 2017
Sifat : Take Home

Oleh :
Fandhi Nur Hidayat
( 1706108651 )

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
2017
SOAL 1
a. Dari kisah diatas terlihat untuk bisa mendirikan sebuah franchise restoran cepat saji
McDonald’s seperti yang sekarang dikenal, Ray Kroc selain dengan ide, visi dan inovasinya
yang briliant, dia juga bekerja sama dengan banyak pihak.

Yang pertama tentu saja dari sang pemilik awal restoran hamburger kelas menengah di
kawasan California, yaitu Dick and Mack Mcdonald. Ray Kroc disini melihat satu potensi
besar yang tidak dilihat sang pemilik yaitu memperluas pasar dan membangun franchise.
Awalnya tentu 2 bersaudara itu kurang setuju dengan ide Ray, karena alasan sulitnya
menjaga dan mengawasi kualitas produk dibanyak tempat. Namun Ray berhasil meyakinkan
mereka dan akhirnya mereka setuju untuk mengembangkan McDonald’s dengan Ray Kroc
sebagai pengelola sesuai kontrak yang disepakati.

Kedua dari Bank, Ray yang membutuhkan biaya membangun restoran pertamanya di
kawasan Illinoiss, dia kemudian meminjam dananya dari Bank dengan jaminan berupa
rumahnya sendiri.

Ketiga adalah dengan Harry Sonneborn, ahli keuangan yang ditemuinya di Bank. Setelah
sukses dan semakin berkembang Ray mulai berencana melakukan ekspansi di banyak
tempat di Amerika, namun tentu saja dia ingin melakukannya dengan biaya yang sedikit.
Harry memberi saran dimana Ray harus membeli tanah di mana restoran disiapkan dan
mewajibkan pembeli franchise untuk menyewanya. Kemudian dia akan dibayar setiap kali
sebuah restoran baru dibuka dan mampu membeli lebih banyak lahan. Harry berhasil
meningkatkan modal awal baginya untuk berinvestasi di tanah dan waralaba baru mulai
dibuka di seluruh negeri. Ray kemudian mendirikan Franchise Reality Corporation untuk
kegiatan pembelian dan penjualan tanah ke franchisee McDonald’s dengan sistem kredit.
Keempat adalah dengan operator iklan, McDonald’s tidak mempunyai strategi periklanan
untuk seluruh perusahaan. Saat itu operator Minneapolis Jim Zein yang melihat
penjualannya meledak pada tahun 1959 setelah memasang iklan radio. Kemudian Ray Kroc
mendorong para operator untuk mengiklankan produk McDonald’s ke seluruh negeri.
Setelah itu penjualan meningkat drastis.

Kelima adalah kerja sama dengan pegawainya yang terjalin dengan erat, dimana semua
pegawainya sangat menghormati Ray Kroc sebagai “Boss” mereka.

b. Ray Kroc dalam mengelola restoran McDonald’s sangat lah menjunjung sifat Integrity,
dimana ia sangat menjunjung nilai-nilai yang memang sudah ia canangkan sejak awal yaitu
ingin mewujudkan restoran cepat saji yang memiliki Mutu, Pelayanan, Kebersihan dan
Nilai. Ini didukung dengan sifat Warmth dengan bagaimana ia mengajarkan nilai-nilai
tersebut kepada setiap pegawainya. Selain itu sifat Extroversion, membuatnya menjadi
pemimpin yang mau menerima saran dari orang sekitarnya demi keberhasilan restorannya.
Yang terakhir Ray Kroc memiliki sifat Enthusiasm, dimana ia sangat aktif dan energik
dalam bertindak dan selalu optimis jika tujuannya pasti akan terwujud. Ini terlihat dari
bagaimana ia tetap bersikeras ingin mewujudkan ambisinya menjadikan McDonald’s
sebagai franchise yang mendunia meski pemilik aslinya sendiri tidak setuju, sampai
akhirnya ia mempunyai kepemilikan penuh atas franchise McDonald’s dengan membelinya
senilai $ 2,7 juta.

Sedangkan motif utama yang dimiliki yaitu Drive and Achievement Motive dimana Ray
Kroc memiliki dorongan dan motivasi untuk selalu berprestasi dalam melakukan
pekerjaannya. Ini terbukti dari banyaknya penghargaan yang ia terima dibidang bisnis dan
entreprenur. Selain itu saat dia memutuskan untuk berhenti sebagai sales milkshake
menunjukkan bahwa ia merupakan seorang yang berani mengambil risiko.

c. Dilihat dari kisah berdirinya restoran McDonald’s bisa menjadi seperti sekarang dapat
disimpulkan Ray Kroc memiliki gaya Kepemimpinan Transformasional dimana ia
berfokus pada apa yang dicapainya selama mengelola McDonald’s dibanding karakteristik
pribadinya.sebagai pemimpin. Ray Kroc membawa perubahan besar pada McDonald dari
sekedar restoran kelas menengah menjadi suatu franchise makanan terbesar didunia. Disini
ia mampu untuk mengembangkan potensi pegawainya dan pengikutnya menjadi lebih tinggi
serta mentransfer visi dan misi perusahaan yang dicanangkannya kepada para pegawainya.
Hasilnya Ray Kroc berhasil mendapat pencapaian yang sesuai dengan tujuannya dari awal
yaitu menciptakan restoran cepat saji yang ideal untuk keluarga dengan menjaga kualitas,
pelayanan, dan bersih serta memiliki nilai.

d. Ray Kroc memiliki nilai- nilai serta visi, misi yang jelas sejak awal dan menunjukan
konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip dimana semua itu harus sejalan. Ini
sesuai dengan apa yang harus dimiliki Pemimpin Transformasional yang ingin membawa
suatu perubahan besar pada suatu perusahaan. Selain itu pemimpin Transformasional juga
memberi motivasi serta mengembangkan dan mentransformasikan sesuai dengan
karakteristik dari Ray Kroc sendiri yaitu Warmth dimana ia mengajarkan nilai-nilai kepada
pegawainya .

SOAL 2

a. Legitimate Power, yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi karena posisinya.


Seseorang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi, mempunyai kekuasaan atas orang-
orang yang lebih rendah kedudukannya dalam teori organisasi yang sederajat mempunyai
kekuasaan legitimasi yang sederajat. Contoh : Manajer yang levelnya lebih tinggi biasanya
memiliki wewenang lebih banyak dibanding manajer level rendah.

Reward Power, yaitu kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan seseorang untuk
memberikan imbalan kepada pengikutnya yang disertai dengan kepatuhan mereka untuk
mengikutinya, kekuasaan imbalan ini digunakan untuk mendukung kekuasaan legitimasi,
jika pengikut memandang imbalan atau kemungkinan imbalan yang dapat disediakan
seseorang sebagai sesuatu yang bernilai. Contoh : Manajer yang memiliki kekuasaan untuk
melakukan penilaian kinerja sehingga dapat menentukan besaran kenaikan gaji terhadap
bawahannya.

Coercive Power, yaitu pemimpin yang menerapkan kekuasaan memaksa kepada bawahan
membuat dasar pada wewenang memberi hukuman. Kekuasaan memaksa diterapkan
dengan mengancam atau memberi peringatan kepada seorang target bahwa ia akan
mendapatkan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika tidak memenuhi permintaan ,
aturan, atau kebijakan. Contoh : ancaman atau hukuman yang diberlakukan jika tidak
mengikuti perintah yang diinstruksikan antara lain seperti pemberian surat peringatan,
penurunan gaji, penurunan jabatan dan bahkan pemberhentian kerja atau PHK.

Referent Power, kekuasaan berdasarkan referensi diperoleh dari keinginan orang lain untuk
menyenangkan seorang agen yang kepadanya mereka memiliki perasaan kasih,
penghormatan, dan kesetiaan yang kuat. Contoh : Gandhi yang memimpin jutaan orang
karena kepribadian dan Karismatiknya

Expert Power, Pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan tugas adalah sumber
utama kekuasaan personal didalam organisasi. Pengetahuan yang unik mengenai cara
terbaik untuk melaksanakan tugas atau menyelesaikan masalah penting memberikan
pengaruh potensial kepada bawahan, rekan sejawat dan atasan. Para target patuh karena
mereka percaya bahwa agen memiliki hak untuk memerintah dan seorang target
berkewajiban untuk mematuhinya. Contoh : seorang sekretaris yang mempunyai posisi
yang relatif rendah dalam organisasi mungkin mempunyai kekuasaan ahli karena ia tahu
rincian pengoprasian usaha, ia tahu segala sesuatunya atau tahu bagaimana mengatasa
situasi yang sulit.

(Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi Edisi Kelima. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia, 525 hlm.)
(Rivai, Veithzal. 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 482 hlm.)

b. Gaya kepemimpinan situasional cukup menarik di era saat ini, karena pemimpin dengan
gaya ini akan selalu berusaha menyesuaikan dengan situasi dan kondisi organisasi, serta
bersifat fleksibel dalam beradaptasi/menyesuaikan dengan kematangan bawahan dan
lingkungan kerjanya. Gaya kepemimpinan ini tentu memiliki sumber power yang
mendukung dan melatarbelakangi terciptanya gaya kepemimpinan situasional, dimana
terdapat sumber power yang sesuai dengan karakteristik pemimpin dengan gaya situasional.

Gaya kepimpinan situasional pada dasarnya bersumber pada Legitimate Power karena
setiap pemimpin memiliki kekuasaan yang lebih tinggi yang membuat pengikutnya patuh.
Namun pada situasi tertentu pemimpin bisa membutuhkan Coercive Power dalam hal ini
apabila pengikut tidak mampu dan tidak mau mengambil tanggung jawab untuk melakukan
suatu tugas. Selain itu pemimpin situasional dituntut memiliki Expert Power berupa
pengetahuan yang dibutuhkan dalam memberikan petunjuk dan pengarahan pada
pengikutnya. Hal ini nantinya yang membuat tingkat kesiapan atau kematangan para
pengikut bisa terbangun yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau
tujuan tertentu. Hal ini bisa membangun suatu respect dari pengikut kepada pemimpin yang
nantinya menjadi kekuasaan yang bersumber pada Referent Power. Hal terakhir apabila
karyawan telah memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk
melaksanakan tugas-tugas dan situasi sudah semakin membaik dan kondusif maka perlunya
satu cara agar meningkatkan kinerja karyawannya dari pemimpin berupa Reward Power
dengan memberi suatu penghargaan bagi karyawan terbaik.

c. Pada era modern saat ini banyak organisasi yang berorientasi teknologi. Pemimpin
organisasi ini tentu memiliki Legitimate Power dimana pengikut akan patuh pada
pemimpin yang kedudukannya lebih tinggi. Tapi tentu saja itu tidaklah cukup, untuk terus
dapat dipercaya oleh pengikutnya , seorang pemimpin yang mengelola dan mengatur
organisasi seperti ini dituntut harus terus mengikuti perkembangan teknologi yang sangat
cepat dalam beberapa tahun terakhir. Dalam hal ini pengetahuan, ide, maupun inovasi sangat
memberikan pengaruh untuk dapat bersaing dalam industri ini, dan mau tidak mau seorang
pemimpin dalam organisasi yang berorientasi virtual dan berteknologi harus memiliki
Expert Power, karena tentu saja pengetahuan tentang teknologi itu yang akan
mengantarkan organisasi itu menuju kesuksesan serta agar pengikutnya dapat mengikuti
visi, misi, dan ide sesuai dengan pedoman dan ajaran dari pemimpin. Setelah itu biasanya
pengikutnya yang telah memiliki keterampilan dan motivasi akan menjalankan tugasnya
dengan baik, dan apabila memang pantas diberi suatu feedback positif. Maka itu bisa
menjadi Reward Power dari pemimpin agar semakin meningkatkan kinerja pengikutnya.
Secara teknis Coercive Power memang tidak sesuai dengan organisasi berorientasi
teknologi karena para pegawai yang bekerja dalam bidang ini tidak bisa atas dasar paksaan
karena ide dan inovasi dari pegawai itu tidak bisa dipaksakan keluar begitu saja.

d. Tiap pemimpin yang memiliki power/kekuasaan pasti memiliki pengaruh besar bagi
organisasinya maupun pengikutnya. Pengaruh ini yang nantinya akan dilihat seberapa besar
dampaknya terhadap keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Agar semua itu bisa
tercapai bukan hanya pemimpin yang berperan. Meskipun pemimpin yang memiliki
wewenang dan kekuasaan besar atas organisasi, peran serta pengikut dalam kegiatan
perusahaan juga harus dioptimalkan agar sejalan dengan visi dan misi organisasi. Dalam hal
ini tentunya Empowerment/ pemberdayaan terhadap pegawai sangat diperlukan. Setiap
orang pastinya memiliki potensi dalam dirinya yang bisa saja masih terpendam. Dengan
dilakukannya empowerment pegawai diharapkan dapat memanfaatkan serta mengeluarkan
seluruh potensi, kemampuan atau kompetensinya secara maksimum agar dapat bekerja
secara optimal dan efektif untuk mencapai sasaran organisasi. Dengan adanya empowerment
terhadap pegawai diharapkan dapat membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri,
hal itu nantinya ditandai dengan kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah. Jadi
dalam hal ini para pegawai tidak harus bergantung kepada pemimpin dalam setiap
pemecahan masalah serta lebih aktif dalam setiap kegiatan organisasi.

SOAL 3
a. Etika Perilaku Kepemimpinan :
1. Jujur, dapat dipercaya, dan memiliki integritas dalam berhubungan dengan orang lain.
Pemimpin yang memiliki etika adalah jujur, dapat dipercaya dan memiliki integritas.
Integritas mengacu pada loyalitas terhadap prinsip-prinsip rasional dan bertindak dalam cara
yang konsisten dengan disertai nilai-nilai untuk kepentingan kelompoknya.
2. Memperhatikan seluruh stakeholders/pemangku kepentingan
Pemimpin etis dan bermoral berusaha untuk memperlakukan secara adil semua pihak yang
berkepentingan yang terpengaruh oleh keputusannya. Pemimpin harus mempertimbangkan
batasan dalam menyeimbangkan dan mengintegrasikan kepentingan dari stakeholders yang
berbeda.
3. Membangun komunitas
Dengan mempertimbangkan kebutuhan seluruh stakeholders pemimpin dapat membantu
orang dalam mencapai tujuan bersama. Ketika banyak orang bekerja menuju tujuan
konstruksi yang sama, mereka akan membangun komunitas.
4. Menghargai antar individu
Menghargai antar individu adalah prinsip dari kepemimpin yang etis dan bermoral yang
menggabungkan aspek moralitas lainnya. Memperlihatkan rasa menghargai kepada individu
lain berarti kita mengakui bahwa setiap orang memiliki nilai dan harus diperlakukan dengan
sopan santun.
5. Mencapai kemenangan secara diam-diam
Pemimpin yang etis dan bermoral bekerja secara diam dan dibalik layar untuk mencapai
kemenangan moral secara teratur. Cukup sering mereka menghasilkan kompromi untuk
memastikan keputusan dalam proses memiliki hasil yang etis.
(Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi Edisi Kelima. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia, 525 hlm.)

b. Sebagai seorang mahasiswa tentu ada keterbatasan dalam menerapkan kelima etika
kepemimpinan tersebut. Dalam prakteknya hanya beberapa saja yang mungkin bisa
diterapkan dilingkungan sekitar dan tidak semua bisa dilakukan karena keterbatasan peran
dan wewenang sebagai mahasiswa. Dalam hal ini kejujuran dan kepercayaan antar sesama
mahasiswa sangat penting dalam konteks kegiatan di kampus. Saat adanya suatu pekerjaan
kelompok untuk suatu proyek atau penelitian tertentu dari dosen tentu perlu adanya
kepercayaan antar sesama anggota khususnya bila kita menjadi ketua dalam kelompok
tersebut. Ketua kelompok haruslah memiliki integritas terhadap anggotanya serta
bertindak sesuai dengan nilai dan sesuai dengan sasaran dan tujuan kelompok tersebut.
Selanjutnya adalah menghargai antar individu. Perbedaan pendapat sangatlah wajar dalam
kehidupan sosial termasuk mahasiswa. Saling menghargai perbedaan tersebut merupakan
kunci dari terciptanya lingkungan dan hubungan yang harmonis. Termasuk saat
mahasiswa sedang melakukan rapat untuk kegiatan tertentu, tidak boleh merendahkan
anggota lain, karena setiap anggota pasti melakukan yang terbaik untuk kelompok
tersebut.
Mencapai kemenangan secara diam-diam, dalam konteks mahasiswa mungkin tidak
banyak bicara tapi menunjukkan prestasi, mungkin tidak semua orang seperti itu. Tetapi
saya sebagai mahasiswa termasuk ingin menerapkan hal itu, mungkin saya tipe yang tidak
terlalu sering action tapi saya dibalik itu sebagai mahasiswa saya berusaha untuk mencapai
prestasi yang bagus.
.
c. Untuk membentuk diri menjadi seorang pemimpin yang ideal, poin-poin diatas seperti
kejujuran dan integritas, bersikap adil pada pemangku kepentingan, menghormati tiap
individu, low profile meski mencapai sukses, serta membangun komunitas memang penting.
Tiap indikator diatas bisa saja tumbuh secara alami sejak kita lahir ataupun bisa diperoleh
dari lingkungan sekitar yang mendorong. Tapi kembali ke diri masing-masing mau menjadi
seperti pemimpin seperti apakah kita. Yang pasti agar menjadi pemimpin yang memiliki
tanggung jawab sosial dan juga beretika, faktor diatas sangat lah mendukung. Pemimpin
diharuskan memiliki sifat jujur dan dapat dipercaya, faktor ini tentu berhubungan dengan
tanggung jawab pemimpin terhadap tugas, organisasi, serta anggotanya. Apabila
anggotanya tidak percaya pada pemimpinnya sendiri bagaimana pemimpin ini mau
memberikan pengaruh dan juga perubahan pada organisasi. Dengan adanya kepercayaan
maka integritas juga akan tumbuh yang berakibat pada terjalinnya kerja sama, rasa saling
menghormati serta loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaan. Selain itu pemimpin juga harus
bersikap adil terhadap pemangku kepentingan yang ada di tiap perusahaan. Rasa pilih kasih
tentu akan mengurangi keharmonisasian serta keutuhan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai