Anda di halaman 1dari 6

Jawaban Ujan Tengah Semester Kepemimpinan

Nama : FIKRI DHIYAUL ILMI

NPM : 1706108670

SOAL 1.

A. Berdasarkan artikel yang terlampir, Bapak Dahlan Iskan mempunyai berbagai


macam cara dalam melakukan kolaborasi intern dan ekstern organisasi. Beberapa
diantaranya adalah sifatnya yang iconoclast, yang artinya cenderung menentang hal-hal
yang bersifat prosedural atau resmi pada saat menjabat sebagai menteri BUMN dengan
merubah aturan politik BUMN menjadi aturan pasar namun tetap pada tujuan, sehingga
bawahannya merasa nyaman karena tidak terlalu terikat dengan regulasi. Beliau juga
membuat beberapa terobosan seperti melakukan perubahan dengan membawa
Kementrian BUMN bukan sebagai regulator, tetapi layaknya sebuah
korporasi/perusahaan. Relasi interpersonal antara dahlan iskan dan karyawannya ketika
beliau menjabat sebagai CEO Jawa Pos juga salah satu bentuk kolaborasi yang melahirkan
kenyamanan ketika bekerja dan berinteraksi dengan rekan sekerjanya. Seperti adanya
interaksi informal yang intens, bahkan saat melakukan rapat Dahlan Iskan sering
melakukan hal-hal yang melampaui status quo sehingga membuat batas antar atasan dan
bawahan tidak begitu besar.

B. Menurut saya, figur seorang Dahlan Iskan memiliki kepribadian seorang


pemimpin diantaranya Warmth yang kuat dalam membangun relasi antara atasan dan
bawahan sehingga memberikan rasa nyaman pada organisasi. Beliau juga memiliki sifat
Extroversion, terbukti ketersediaannya diwawancarai media manapun dan
keterbukaannya menyampaikan informasi. Dahlan Iskan juga mempunyai sifat Self
Confidence yang memiliki kepercayaan diri kepada keahliannya dalam mencapai suatu
tujuan dan dapat memberikan pengaruh terhadap pengikutnya tidak saja terhadap
motivasi kerja dan relasi yang dalam, namun ada juga ketaatan, kesetiaan, komitmen, dan
pengabdian dari pengikut. Hal yang paling penting dari Dahlan Iskan sendiri adalah
bagaimana pengikutnya ikut memiliki kepercayaan diri untuk dapat melakukan lebih dari
yang mereka lakukan ini akhirnya membuat Jawa Pos dapat mencetak berbagai jurnalis
hebat. Beliau juga mempunya sifat Enthusiasm, terbukti dari semboyan “kerja, kerja,
kerja” dan suara keras berupa teriakan-teriakan di kantor merupakan tanda bahwa beliau
selalu bekerja keras dan antusias. keaktifannya dalam bertanya atau menuntut
penguasaan detail pekerjaan pengikut menyiratkan bahwa beliau selalu penuh dengan
semangat dan antusias serta aktif dalam pekerjaanya, keoptimisannya meraih kesuksesan
membangun Jawa Pos yang hampir bangkrut dengan mengadakan Jawa Pos News
Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki
lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.
Motif yang menonjol dalam kepemimpinan Dahlan Iskan adalah Drive and Achievement
Motive, beliau dikenal sebagai pekerja keras dalam mencapai tujuannya. Drive mengacu
pada kecenderungan untuk mengeluarkan banyak energi guna mencapai tujuan dan
ketekunan dalam menerapkan energi tersebut. Beliau juga selalu berusaha untuk
berprestasi dan mengambil risiko dalam melakukan pekerjannya. Terbukti dari
keberhasilannya membangun kembali Jawa Pos yang hampir bangkrut hingga dapat
merealisasi JPNN yang menjadi salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia dan
menjadi pimpinan grup Jawa Pos, menjadi direktur perusahaan pembangkit listrik swasta
di beberapa daerah, dan menjadi menteri BUMN.

C. Sesuai dengan artikel yang terlampir, keberhasilan kepemimpinan Dahlan Iskan


dapat dijelaskan dengan kedua tipe gaya kepemimpinan Kharismatis dan gaya
Transformasional. Beliau memiliki sebagian besar karakteristik karisma sebagai
pemimpin seperti mempunyai pandangan kedepan dalam membangun perusahaan
contohnya realisasi JPNN, memiliki strategi yang anti-mainstream dalam mengelola
perusahaan contohnya dengan mengubah regulasi BUMN yang politis menjadi BUMN
layaknya korporat, mudah membangun komunikasi antara dia dengan bawahannya
sehingga bawahannya dapat memberikan kepercayaan, enerjik dan hangat dalam
menyemangati bawahannya di kantor dan mudah berbaur dengan bawahannya, dan
memiliki banyak keunikan seperti sifat sederhananya yang selalu memakai baju putih,
celana hitam, dan sepatu kets di lingkungan kerja. Tipe kharisma yang dimilik Dahlan Iskan
adalah tipe Socialized Charismatic dimana ia membuat kepentingan karyawan atau
anggota grup sama dengan kepentingannya sendiri. Kharismanya tersebut menjadikan
dirinya sebagai seseorang yang Transformasional yang mengidentifikasikan dirinya
sebagai agen perubahan, berani mengambil risiko, percaya kepada bawahannya, dan
mampu mengatasi kompleksitas dan ketidakpastian terbukti dari bangkitnya Jawa Pos
yang beliau pimpin.

D. Kepribadian seorang Dahlan Iskan yang memiliki sifat Warmth, Self Confidence,
dan Enthusiasm dalam lingkungan kerja membentuk dirinya menjadi seorang yang
memilik Kharismatis dalam kepemimpinannya. Sifat-sifat tersebut membentuk tipe
Socialized Charismatic yang ada padanya. Dan sifatnya yang pekerja keras, berani
mengambil risiko, dan usahanya dalam mencetak banyak prestasi dalam lingkungan kerja
yang menonjolkan motif Drive and Achievement Motive membentuk dirinya memilika
gaya kepemimpinan yang Transformasional yang mengidentifikasikan dirinya sebagai
orang yang dapat melakukan perubahan dan mampu mengatasi permasalahan yang ada.

SOAL 2.

A. Terdapat lima dasar kekuasaan organisasi/individu yaitu;


1. Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power)
Yaitu kemampuan seseorang untuk memengaruhi karena posisinya.
Seseorang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi, mempunyai kekuasaan
atas orang-orang yang lebih rendah kedudukannya dan dalam teori organisasi
yang sedrajat mempunyai kekuasaan legitimasi yang sederajat. Para bawahan
memainkan peran utama dalam pelaksanaan kekuasaan legitimasi jika
bawahan memandang penggunaan kekuasaan itu sah, mereka akan patuh.
Akan tetapi budaya, kebiasaan dan sistem nilai suatu organisasi menentukan
batas kekuasaan legitimasi. Sebagai contoh seorang direktur perusahaan
yang menyarankan agar seluruh karyawannya memilih partai tertentu,
mungkin kita akan menemukan bahwa hanya sebagian orang yang patuh
pada direktur tersebut.
2. Kekuasaan Imbalan (Reward Power)
Yaitu jenis kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan seseorang untuk
memberikan imbalan pada bawahannya yang disertai dengan kepatuhan
mereka untuk mengikuti pimpinan yang memberikan imbalan tersebut.
Kekuasaan imbalan ini digunakan untuk mendukung kekuasaan legitimasi,
jika pengikut memandang imbalan atau kemungkinan imbalan yang
disediakan seseorang sebagi sesuatu yang bernilai (seperti pengakuan,
peningkatan upah, jabatan, dan lain-lain). Mereka yang diberi imbalan
kedepannya akan tanggap terhadap perintah, permintaan dan petunjuk
atasan. Contohnya seorang manajer akan memberikan imbalan kepada Sales
karena kemampuannya dalam penjualannya meningkatkan omset penjualan.
3. Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Yaitu kekuasaan dengan cara adanya hukuman jika bawahan melakukan
kesalahan untuk menciptakan rasa patuh dan meminimalisir perilaku tidak
produktif bawahan. Yang terjadi kedepannya adalah para bawahan akan
timbul rasa takut. Sebagai contoh, seorang manajer akan menunda promosi
jabatan bawahannya karena kurang sukses dalam melaksanakan
proyek/tugasnya.
4. Kekuasaan Ahli (Expert Power)
Yaitu bila sesorang mempunyai keahlian yang lebih tinggi, maka dengan
keahliannya akan mempunyai kekuasaan meskipun jabatan mereka rendah.
Seseorang akan memiliki keahlian teknis, administratif atau keahlian khusus
lainnya. Contohnya seorang sekretaris yang mempunyai posisi yang relatif
rendah dalam organisasi mungkin mempunyai kekuasaan ahli karena ia tahu
rincian pengoprasian usaha, ia tahu segala sesuatunya atau tahu bagaimana
mengatasa situasi yang sulit.
5. Kekuasaan Referen (Referen Power)
Kekuasaan Rujukan atau Referent Power ini merupakan kekuasaan yang
diperoleh atas dasar kekaguman, keteladanan, kharisma dan kepribadian dari
seorang pemimpin. Contohnya Mahatma Gandhi yang memimpin jutaan
orang karena kepribadian dan Karismatiknya.
Sumber:
(Rivai, Veithzal. 2007. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi Kedua.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 482 hlm.)
B. Gaya kepemimpinan situasional terbagi menjadi empat situasi yaitu:
- Gaya kepemimpinan Instruksi : Gaya ini dicirikan dengan peranan pemimpin
yang membatasi peranan dan menginstruksikan orang/bawahan tentang apa,
bagaimana, dan dimana harus melakukan sesuatu tugas tertentu.
- Gaya kepemimpinan Konsultasi : Gaya ini memberikan perilaku mengarahkan
tetapi dengan komunikasi dua arah untuk meningkatkan tingkat motivasi
bawahan yang tinggi.
- Gaya kepemimpinan Partisipasi : Gaya partisipasi digunakan agar pemimpin dan
pengikut dapat saling bertukar pikiran/ide dalam membuat keputusan. Gaya ini
lebih menekankan pada hubungan kerja yang tinggi dan perilaku berorientasi
tugas yang rendah.
- Gaya kepemimpinan Delegasi : Gaya ini efektif jika bawahan memiliki rasa
mampu dan mau, atau mempunyai keyakinan untuk memikul tanggungjawab.
Dengan demikian, dengan memberikan sedikit pengarahan atau dukungan akan
memiliki tingkat kemungkinan efektif yang paling tinggi dengan individu-individu
dalam tingkat kesiapan seperti ini.

Sumber Power (kekuasaan) yang relevan didalam gaya kepemimpinan situasional adalah:

1) Pada kekuasaan paksaan (Coercive Power), pengikut tipe ini biasanya


memerlukan perilaku pengarahan yang kuat agar menjadi produktif. Gaya
kepemimpinan yang cocok pada pengikut seperti ini adalah sering diberikan
instruksi.
2) Pada kekuasaan penghargaan (Reward Power), pengikut yang berada pada
tingkat kematangan yang berkembang dari rendah ke sedang sering
membutuhkan sejumlah perilaku dukungan dan pengarahan yang besar. Gaya
konsultasi sering memperkuat kekuasaan penghargaan ini.
3) Pada kekuasaan legitimasi (Legitimate Power), gaya kepemimpinan yang sesuai
untuk mempengaruhi secara efektif ialah gaya konsultasi dan partisipasi. Untuk
memadukan secara efektif gaya-gaya ini maka kekuasaan legitimasi sangatlah
membantu.
4) Pada kekuasaan referensi (Referen Power), pengikut ini hanya membutuhkan
pengarahan yang sedikit tetapi masih memerlukan tingkat tinggi untuk
komunikasi dan dukungan dari pemimpin. Gaya partisipasi dapat dipergunakan
secara efektif, jika pemimpin mempunyai kekuasaan referensi. Sumber dari
kekuasaan ini seperti yang dibahas diatas seperti hubungan yang baik dengan
pengikutnya.
5) Pada kekuasaan keahlian (Expert Power), pengikut yang sudah berkembang
pada tingkat suatu kematangan yang tinggi sering hanya memerlukan sedikit
pengarahan dan dukungan. Pengikut-pengikut ini mempunyai kemampuan dan
keinginan untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Selain
itu para pengikut ini hampir semuanya telah siap menjawab gaya kepemimpinan
delegasi dan kekuasaan keahlian dari pemimpinnya.

C.

D.

SOAL 3

A. Seorang pemimpin, yang etis perilakunya mengacu pada norma-norma etika.


Karakteristik perilaku etis antara lain:
1. Dapat dipercaya (Trust). Seorang pemimpin harus dapat dipercaya oleh para
pengikutnya. Ia seorang yang jujur dan berupaya merealisasikan antara apa yang
dikatakan, dijanjikan dengan apa yang akan dilakukannya.
2. Menghargai dan menghormati orang lain (Respect). Pemimpin harus
memperlakukan para pengikut dengan baik seperti ia ingin diperlakukan baik oleh
pengikutnya dan orang lain. Pemimpin juga harus menghargai hak para pengikut
dan orang-orang yang berhubungan dengan organisasi yang dipimpin.
3. Bertanggung Jawab (Responsible). Pemimpin harus mempunyai rasa tanggung
jawab terhadap tugasnya dan perannya dalam organisasi untuk mencapai visi,
misi, dan tujuan organisasi.
4. Adil (Fairness). Seorang pemimpin harus adil dalam melaksanakan peraturan dan
tidak mengambil keuntungan untuk diri sendiri, keluarganya dan kroninya.
5. Jujur (Honesty). Pemimpin harus memegang prinsip kejujuran, ia harus jujur
kepada dirinya sendiri, kepada para pengikutnya dan kepada orang yang
berhubungan dengan organisasinya.
Sumber:
(Dr. Wirawan, MSL, Sp.A.,MM.,M.Si., Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku
Organisasi, Aplikasi dan Penelitian, 2013, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm.
105-106.)

B. Menurut saya, semua etika perilaku kepemimpinan pada poin A sangat


diperlukan dan harus diterapkan oleh saya sebagai mahasiswa. Seorang
mahasiswa harus dapat dipercaya oleh dosen maupun rekan-rekannya. Sebagai
contoh kecilnya ketika dosen memberikan saya kepercayaan untuk menjadi ketua
kelompok dalam grup untuk mempresentasikan suatu materi, maka dalam hal ini
saya sepatutnya menerima kepercayaan tersebut dan melakukan tugas-tugas
saya sebagai pemimpin seperti menginformasikan pada kelompok apa yang
dosen inginkan dalam presentasi kedepannya. Ketika ada perbedaan pendapat
dalam kelompok, saya harus menghormati dan menghargai pendapat anggota
kelompok agar terjadi suasana demokratis dan saling respect satu sama lain. Lalu
saya sebagai pemimpin kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan presentasi
tersebut. Misal, dengan memberikan deadline pada anggota kelompok dalam
pengerjaan tugasnya agar tepat waktu. Dalam pembagian tugas, saya harus adil
agar anggota kelompok merasa disetarakan, tidak memberatkan tugas kepada
salah satu pihak. Lalu kejujuran adalah hal yang paling terpenting untuk
menciptakan keterbukaan satu sama lain dan membangun kepercayaan antara
ketua dan anggota kelompoknya. Dari contoh sederhana diatas, maka jika saya
sebagai mahasiswa terbiasa dengan hal tersebut, akan berguna kedepannya di
dalam lingkungan pekerjaan/perusahaan jika dosen diumpamakan sebagai CEO
perusahaan, lalu saya menjadi leader dalam sebuah proyek dan rekan-rekan saya
diumpamakan sebagai anggota tim.

C. Menurut saya, kejujuran adalah hal terpenting dalam pembentukan sebuah


kepemimpinan. Kejujuran pemimpin pada masa kini lebih dihargai daripada era
sebelumnya. Dulu, orang beranggapan bahwa seorang pemimpin dengan
sendirinya memiliki kejujuran. Anggapan tersebut hilang setelah munculnya
banyak skandal dan krisis yang disebabkan oleh perilaku pemimpin yang tidak
menunjukkan kejujuran. Krisis sosial, ekonomi, dan politik yang sekarang ini
terjadi di beberapa negara, termasuk yang pernah terjadi di negara kita,
sebetulnya disebabkan oleh perilaku pemimpin yang tidak jujur. Kepemimpinan
itu pada dasarnya didasari oleh kepercayaan. Karena orang banyak memilih untuk
mengikuti pemimpin yang mereka percayai, rasa kepercayaan mereka tentu
punya dasar. Dasar itu adalah kejujuran. Tanpa kejujuran, kredibilitas pemimpin
mulai diragukan dan perlahan-lahan akan ditinggalkan oleh rakyat. Kejujuran
pemimpin merupakan kunci keberhasilan bangsa mencapai tujuannya. Pemimpin
yang jujur akan dengan sendirinya mempunyai rasa tanggung jawab sosial dan
etika terhadap orang-orang sekitarnya.

SUMBER:

http://kharisma-k--fpsi08.web.unair.ac.id/artikel_detail-46045-Umum-
Strategi%20Knowledge%20Management%20Dahlan%20Iskan%20di%20PLN.html

https://blogmi.wordpress.com/2012/05/07/su/

https://swa.co.id/swa/headline/kepemimpinan-dahlan-iskan-dikagumi-bumn

https://khoirunnisa06.wordpress.com/2015/04/02/gaya-kepemimpinan-dahlan-iskan/

http://www.puncakbukit.net/2013/05/mengenal-karakter-dahlan-iskan.html

Anda mungkin juga menyukai