Anda di halaman 1dari 7

Tugas Personal ke-1

(Minggu 2 / Sesi 3)

1. Jelaskan bagaimana karakteristik biografis dalam menganalisis atau menilai seseorang


dalam anggota organisasi!
2. Jelaskan bagaimana kemampuan individu dalam menganalisis atau menilai seseorang
dalam anggota organisasi!
3. Jelaskan bagaimana kepribadian dalam menganalisis atau menilai seseorang dalam
anggota organisasi!
4. Jelaskan bagaimana pembelajaran/persepsi dalam menganalisis atau menilai
seseorang dalam anggota organisasi!

Jawaban

1.    Karakteristik biografis dalam menganalisis atau menilai seseorang dalam anggota
organisasi yaitu :

- Usia

Hubungan Umur - Turnover = umur meningkat maka tingkat turnover menurun.


Alasannya karena alternatif pekerjaan (option) yang semakin sedikit, penghasilan lebih tinggi
yang telah diperoleh, dan tunjangan pensiun yang lebih menarik.
     Hubungan Umur - Absensi = Umur meningkat, maka ketidakhadiran yang disengaja
menurun, dan ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula. Mengingat umur yang
bertambah berarti adanya keluarga yang harus dibina. ketidakhadiran yang disengaja jarang
sekali dilakukan, karena melihat pada nilai gaji yang terpotong bila tidak masuk kerja. Dan
ketidakhadiran yang tidak disengaja meningkat pula, contoh : bila ada salah satu anaknya
yang sakit.
     Hubungan Umur - Produktivitas = umur meningkat, maka produktifitas menurun.
Alasan : menurunnya kecepatan, kecekatan, dan kekuatan. Juga meningkatnya kejenuhan
atau kebosanan, dan kurangnya rangsangan intelektual. Namun ada juga study yang
mengemukakan bahwa hubungan umur dengan produktifitas ternyata tidak ada hubungannya
sama sekali. Dengan alasan : menurunnya ketrampilan jasmani tidak cukup ekstrem bagi
menurunnya produktifitas. Dan meningkatnya umur biasanya diimbangi dengan
meningkatnya pengalaman.
        

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


Hubungan umur - kepuasan kerja = bagi karyawan profesional : umur meningkat,
kepuasan kerja juga meningkat.Karyawan non-profesional : kepuasan merosot selama usia
tengah baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya. Bila digambarkan dalam
bentuk kurva, akan berbentuk kurva U ("U" curve).

- Gender

Hubungan gender - turnover = beberapa studi menjumpai bahwa wanita mempunyai


tingkat keluar yang lebih tinggi, dan studi lain menjumpai tidak ada perbedaan antara
hubungan keduanya.
Hubungan gender - absensi = wanita mempunyai tingkat absensi yang lebih tinggi
(lebih sering mangkir) dengan alasan : wanita memikul tanggung jawab rumah tangga dan
keluarga yang lebih besar, juga jangan lupa dengan masalah kewanitaan.

- Status Perkawinan

Penelitian membuktikan bahwa orang yang telah berumah tangga relatif lebih baik
dibandingkan dengan single baik ditinjau dari segi absensi. Keluar beralih kerja dan kepuasan
kerja. Hal ini disebabkan karena orang yang telah berkeluarga mempunyai rasa
tanggungjawab dan membuat pekerjaan lebih ajeg, lebih tertib, dan mengganggap pekerjaan
lebih berharga dan lebih penting.

- Masa Jabatan/Kerja

Dapat disederhanakan seperti ini.

 tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih
produktif dari pada yang junior.
 senioritas / masa kerja berkaitan secara negatif dengan kemangkiran dan dengan
tingkat turnover.

1. masa kerja tinggi , tingkat absensi dan turnover rendah

2. masa kerja rendah, tingkat absensi dan turnover tinggi

                         Keduanya hal di atas berkaitan secara negative

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


1. masa kerja tinggi, kepuasan kerja tinggi
2. masa kerja rendah, kepuasan kerja rendah

                         kedua hal di atas berkaitan secara positif

- Bangsa/ Suku Bangsa (Ras)


Contoh kasusnya ,Tiger Woods menolak menempatkan dirinya ke dalam satu kategori
ras tunggal dan menekan akarnya yang multietnis. Pertama ,dalam situasi pekerjaan, terdapat
sebuah kecenderungan bagi individu untuk lebih menyukai rekan–rekan dari ras mereka
sendiri dalam evaluasi kinerja, keputusan promosi, dan kenaikan gaji. Kedua, terdapat sikap-
sikap yang berbeda secara substansial terhadap tindakan afirmatif (affirmative action),
dengan orang –orang Amerika Afrika mendapatkan program –program seperti ini dalam
tingkat yang lebih besar dibandingkan orang-orang kulit putih. Ketiga, orang–orang Amerika
Afrika biasanya mengalami perlakuan lebih buruk dibandingkan orang-orang kulit putih
dalam keputusan-keputusan pekerjaan. Sebagai contoh, orang–orang Amerika Afrika
menerima penilaian lebih rendah dalam wawancara pekerjaan, lebih rendah memperoleh
bayaran dan lebih jarang dipromosikan. Untuk itu dalam waktu detik ini masalah ras memang
tidak ada habisnya.

Sumber : Buku Organizational Behavior (Stephen P.Robbins, Timothi A.Judge)

2. Kemampuan individu dalam menganalisis atau menilai seseorang dalam anggota


organisasi yaitu :
-    Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan
kegiatan mental. Untuk mengungkap kemampuan ini digunakan tes IQ yang berusaha
mengeksplorasi dimensi kecerdasan numeris yaitu kemampuan berhitung dengan cepat dan
tepat, pemahaman verbal yaitu kemampuan memahami apa yang dibaca dan didengar serta
relasinya satu sama lain, kecepatan perseptual yaitu kemampuan mengenali kemiripan dan
beda visual dengan cepat dan tepat, penalaran induktif  yaitu kemampuan mengenali suatu
urutan secara logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut,

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


- Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang
menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan. Setiap individu memiliki
kemampuan fisik yang berbeda beda. Tidak mengherankan jika hanya terdapat sedikit
hubungan diantara mereka : Nilai tinggi pada seseorang bukanlah jaminan nilai tinggi pada
yang lain. Kinerja tinggi karyawan lebih mungkin dicapai ketika manajemen telah
memastikan tingkat sejauh mana sebuah pekerjaan membutuhkan masing masing
kemampuan dan memastikan bahwa karyawan dalam pekerjaan tersebut memiliki
kemampuan yang dibutuhkan. Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan
fisiknya tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dipastikan akan merupakan penghambat
pencapaian tujuan kinerja atau produktifitas.

- Kesesuaian Kemampuan – Pekerjaan


Kemempuan intelektual atau fisik tertentu yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan kemampuan dari pekerjaan tersebut.
Sebagai contoh, pilot pesawat terbang mebutuhkan kemampuan visualisasi spasial yang kuat,
eksekutif senior membutuhkan kemampuan verbal, pekerja konstruksi di tempat tinggi
membutuhkan keseimbangan, dan jurnalis dengan kemampuan penalaran yang rendah akan
lebih mungkin memperoleh kesulitan dalam memenuhi standar kinerja pekerjaan minimum.
Mengarahkan perhatian hanya pada kemampuan karyawan atau pada persyaratan kemampuan
dan pekerjaan akan mengabaikan fakta bahwa kinerja karyawan bergantung pada interaksi
keduanya .

Sumber : Buku Organizational Behavior (Stephen P.Robbins, Timothi A.Judge)

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


3. Kepribadian dalam menganalisis atau menilai seseorang dalam anggota organisasi
yaitu :

Beberapa ilmuan mencoba mengklasifikasikan kepribadian ke dalam pola-pola tertentu.


Dua teori yang paling populer yang mencoba mengklasifikasikan kepribadian adalah The
Myers-Briggs Type Indicator dan The Big Five Model.
            The Myers-Briggs Type Indicator mengklasifikasikan kepribadian ke dalam empat
kriteria berlawanan yang akan membentuk 16 pola kepribadian. Empat kriteria tersebut
adalah :
        Introvert vs Extrovert (I-E)
        Sensing vs Intuitive (S-N)
        Thinking vs Feeling (T-F)
        Perceiving vs  Judging (P-I)
            The Big Five Model  menjelaskan ada lima dimensi yang mendasari kepribadian
manusia. Lima dimensi tersebut adalah :
        Extroversion adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang sebagai orang
yang asertif.
        Agreebleness adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang sebagai orang
yang kooperatif dan dapat dipercaya.
        Conscientiousness adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang sebagai
orang yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, dan teratur rapi.
        Emotional stability adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan kepribadian yang
mendeskripsikan ketahanan seseorang terhadap tekanan atau stres.
        Openess to experience adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang sebagai
orang yang sensitif, imajinatif, dan penuh rasa ingin tahu.

Selain itu, individu juga sering digolongkan ke dalam dua tipe kepribadian, yaitu tipe
kepribadian A dan tipe kepribadian B. Tipe kepribadian A mempunyai ciri-ciri selalu
bergerak dan bekerja cepat, tidak sabaran, tidak menyukai kesantaian, suka mengerjakan
beberapa pekerjaan sekaligus, dan mempunyai obsesi untuk selalu sukses dalam setiap
pekerjaan yang dilakukannya. Sedangkan orang dengan tipe kepribadian B dicirikan sebagai
seorang yang tidak terburu-buru, rileks, dan santai dalam bekerja.

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


Dalam kepribadian ada komponen yang disebut sebagai self esteem, yaitu sejauh mana
seorang individu menyukai dirinya sendiri. Selain itu ada juga locus of control yang adalah
seberapa yakin bahwa seorang individu dapat mengontrol kehidupannya sendiri. Orang
dengan lokus kontrol internal percaya bahwa dirinya bisa mengendalikan kehidupannya
sendiri, sementara orang dengan lokus kontrol eksternal percaya bahwa dirinya adalah budak
takdir, ia tidak berkuasa atas kehidupannya sendiri.
Komponen lain adalah machiavellianism yaitu bagaimana cara seseorang memperoleh
dan menggunakan kekuasaan. Orang yang memiliki tingkat machiavellianisme yang tinggi
akan bersifat pragmatis, dapat mengendalikan emosinya dan cenderung menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan dirinya. Ada juga komponen self monitoring yaitu sejauh mana
individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya serta komponen risk
taking yaitu sejauh mana seorang individu berani mengambil resiko. Orang mempunyai
keberanian besar dalam mengambil resiko disebut sebagai risk taker, sedangkan seseorang
yang cenderung menghindari risiko disebut sebagai risk averter.

Sumber : http://industri20intoharyanto.blogspot.com

4. Pembelajaran/persepsi dalam menganalisis atau menilai seseorang dalam anggota


organisasi yaitu :

Menurut Robbins dan Judge (2009), persepsi (perception) diartikan sebagai cara individu
menganalisis dan mengartikan pengamatan indrawi mereka dengan tujuan untuk memberikan makna
terhadap lingkungan sekitar mereka. Seorang individu akan memandang segala sesuatu dengan
persepsi mereka sendiri yang mungkin saja berbeda dengan persepsi orang lain.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan
sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif,
kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif
yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat
pada persepsi mereka. Contoh-contoh seperti seorang tukang rias akan lebih
memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang
yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang
lain, dls, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai
orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
2. Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk
cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan
secara bersama-sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice
skating dalam seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah
raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin yang sama,
cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa.

3. Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang
berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di
mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan
memandangnya.

Sumber : http://industri20intoharyanto.blogspot.com

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior

Anda mungkin juga menyukai