Jawab
1. Menurut Prof. Drs. H.A.W: Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik
individu ataupun kelompok yang menyajikan suatu informasi yang diperlukan dari setiap
individu maupun kelompok dalam mengambil suatu keputusan dengan meneruskan data
untuk menilai beberapa pilihan yang akan diputuskan.
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang saling terkait yang bersama-sama
mengubah masukan menjadi keluaran. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh manusia, alam,
atau mesin dengan menggunakan berbagai sumber daya
1. Lingkungan komunikasi
a. Fisik
Sosial-psikologis meliputi peran yang dijalankan oleh orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi. Budaya dan lingkungan sosial juga berpengaruh dalam unsur-unsur
komunikasi ini.
c. Temporal (waktu)
Mencangkup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi
berlangsung.
2. Enkoding-Dekoding
3. Sumber Penerima
4. Kompetensi Komunikasi
5. Feed Back
Feed back atau umpan balik dalam unsur-unsur komunikasi adalah informasi yang
dikirimkan balik ke sumbernya.
6. Gangguan
8. Pesan
Sumber :
https://jarmuka.wordpress.com/2018/04/11/apa-itu-proses/
https://www.yuksinau.id/pengertian-komunikasi/
http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/unsur-unsur-komunikasi-efektif
2. Variabel yang mempengaruhi frekuensi dan akurasi dari komunikasi dalam kelompok
Menurut Onong Uchjana Effendy (1984) :
1. Ukuran kelompok
Dari segi komunikasi, semakin besar ukuran kelompok maka akan semakin besar pula
kemungkinan sebagian anggota kelompok yang tidak mendapat peluang untuk
berpartisipasi. Dalam kelompok yang besar, partisipasi akan terpusat pada orang yang
memberikan kontribusi terbanyak. Komunikasi akan tersentralkan pada orang-orang
tertentu. Jumlah orang yang tidak memberikan kontribusinya, akan makin bertambah
dengan bertambahnya jumlah anggota. Sementara itu itu, dari segi kepuasan anggota
kelompok, makin besar ukuran kelompok maka makin berkurang kepuasan anggota-
anggotanya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada ketentuan
mengenai jumlah anggota ideal. Kelompok dengan jumlah anggota lima hingga tujuh
anggota dianggap ideal untuk membuat keputusan dan mengatasi masalah (Rakhmat,
2001 : 161-162).
Dalam kelompok yang efektif, partisipan saling berbagi tujuan umum, minat, atau
manfaat. Titik berat pada tujuan umum kelompok memungkinkan setiap anggota
kelompok mengatasi perbedaan pendapat individu dan melakukan negosiasi terkait
berbagai solusi yang dapat diterima oleh semua pihak (Lehmann dkk, 2016 : 29).
Orang yang diundang untuk bergabung ke dalam suatu kelompok memiliki persepsi
tentang bagaimana kelompok seharusnya bekerja dan tujuan apa yang ingin dicapai.
Selain itu, setiap anggota kelompok memiliki konsep diri yang menyatakan
bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri (Lehmann dkk, 2016 : 29).
4. Umur kelompok
Suatu kelompok yang dibentuk untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam jangka waktu
yang pendek akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tugas
dibandingkan dengan pemeliharaan kelompok. Kelompok yang dibentuk untuk jangka
waktu yang panjang akan melalukan berbagai macam upaya untuk memelihara tujuan
kelompok. Yang termasuk ke dalam pemeliharaan kelompok adalah pembagian tugas,
penjadwalan, pencatatan, pelaporan, dan menilai kemajuan (Lehmann dkk, 2016 : 29).
5. Status
6. Budaya
Komunikasi yang efektif dalam sebuah kelompok dapat terganggu dengan adanya
hambatan-hambatan komunikasi seperti prasangka dan bias yang pada umumnya
diciptakan oleh budaya. Misalnya pria yang berasal dari budaya yang memandang
perempuan sebagai makhluk yang inferior sehingga menyebabkan masalah ketika
bekerja sama dengan perempuan. Untuk mengatasinya, masing-masing anggota
kelompok hendaknya bersedia untuk mempelajari tentang perbedaan budaya.
Memulai percakapan terkait perbedaan budaya dapat meningkatkan pengetahuan dan
meminimalkan prasangka atau bias terhadap anggota kelompok lainnya.
7. Struktur kelompok
Norma adalah sebuah standar atau perilaku rata-rata. Seluruh kelompok memiliki
norma masing-masing. Norma kelompok berpengaruh terhadap konformitas anggota-
anggotanya bergantung pada ukuran mayoritas anggota kelompok yang menyatakan
penilaian. Sampai pada tingkat tertentu, semakin besar ukurannya, semakin tinggi
tingkat konformaitas. Konformitas mengarah pada penerimaan oleh anggota
kelompok lain dan menciptakan peluang komunikasi. Gejala konformitas ini dikaji
lebih mendalam oleh Leon Festinger melalui teori perbandingan sosial (Lehmann dkk,
2016 : 29).
9. Kepemimpinan
Penampilan kelompok tergantung pada beberapa faktor dan faktor penting yang
mempengaruhi penampilan kelompok adalah kepemimpinan. Seorang pemimpin
kelompok dapat ditunjuk atau muncul setelah proses komunikasi kelompok.
Komunikasi kepemimpinan sangat penting dalam sebuah kelompok atau organisasi.
Sebagai bagian dari kelompok, seorang pemimpin handaknya menguasasi teknik
komunikasi efektif dan teknik komunikasi berkesan agar seorang pemimpin dapat
memberikan dampak terhadap terbentuknya norma kelompok dengan menentukan
siapa yang dapat berbicara, menyuguhkan motivasi bagi kegiatan kelompok yang
efektif (Rakhmat, 2001 : 165).
Orang masuk ke dalam suatu kelompok umumnya karena didorong oleh berbagai
kebutuhan interpersonal, seperti ingin menjadi anggota kelompok, ingin
Komunikasi yang efektif membutuhkan ide atau gagasan yang dibagi oleh anggota
kelompok. Hal ini berarti tidak hanya membagi ide yang dimiliki melainkan
mendengarkan ide atau gagasan dari anggota kelompok lainnya. Dengan
menggunakan strategi mendengarkan yang baik, akan membantu kita menjadi
pendengar yang baik. Mendengarkan secara aktif melibatkan digunakannya
komunikasi nonverbal seperti kontak mata dan bahasa tubuh dalam komunikasi
lainnya. Mendengarkan secara reflektif membutuhkan kejelian terkait apa yang
dikatakan oleh anggota kelompok lain untuk memastikan bahwa kita memahami ide
atau gagasan anggota kelompok lain secara tepat.
Komunikasi nonverbal akan berjalan dengan baik ketika anggota kelompok saling
percaya. Fungsi komunikasi nonverbal dalam komunikasi kelompok salah satunya
adalah dapat membentuk rasa saling percaya manakala pesan-pesan nonverbal yang
dikirimkan melengkapi komunikasi verbal. Di lain pihak, komunikasi nonverbal yang
bertentangan dengan komunikasi verbal dapat menimbulkan permasalahan
kepercayaan.
Dalam komunikasi kelompok tak jarang akan ditemui berbagai macam konflik.
Konflik dapat mendatangkan manfaat pada komunikasi kelompok manakala anggota
kelompok yang terlibat konflik menghadapi konflik tersebut dengan cara
berkomunikasi yang baik, saling menghormati satu sama lain, serta tetap menjunjung
tinggi etika komunikasi. Salah satunya adalah dengan menerapkan pernyataan yang
Sumber :
https://pakarkomunikasi.com/faktor-yang-mempengaruhi-komunikasi-kelompok
1. Bahasa
Misalnya saja, A yang berasal dari Sunda sedang berpergian ke Jogjakarta, dan
diundang makan malam di rumah koleganya. Saat makan malam tuan rumah
menghidangkan beberapa menu makanan dan menyebutkan satu persatu menunya.
Tuan rumah mengatakan “Ini Jangan asem”, “Ini Jangan lodeh” dan beberapa
“Jangan”, menu terakhir tuan rumah mengatakan “Ini tahu dan tempe”. Alhasil A
yang berasal dari Sunda itu pun hanya makan nasi dengan tempe dan tahu.Faktanya
adalah kata “Jangan” dalam Bahasa Jawa berarti “Sayur” dalam Bahasa Indonesia.
Karena adanya hambatan bahasa tersebut, A yang berasal dari Sunda itu memaknai
kata “jangan” tersebut dengan “jangan dimakan”. Artinya komunikasi antara tuan
rumah dan A tidak efektif karena maksud komunikasi tuan rumah dimaknai secara
berbeda oleh A.
2. Lingkungan
3. Fisik
4. Psikologi
Faktor psikologis dapat menjadi hambatan untuk terciptanya komunikasi yang efektif.
Jika si pengirim dan/atau penerima berada dalam keadaan psikologis yang kurang
memungkinkan untuk berkomunikasi secara sehat, misalnya dalam keadaan marah,
maka hal ini berpotensi menjadi hambatan untuk komunikasi yang efektif
https://www.ubm.ac.id/faktor-hambatan-barriers-dalam-komunikasi-yang-efektif/
1. Karakteristik pengirim
2. Karakteristik Penerima
Sebagai penerima mempunyai kebiasaan buruk dalam hal mendengarkan orang lain.
Mereka tidak mau mendengarkan dengan serius, atau mendengarkan sambil
mengerjakan pekerjaan lain, atau sambil membaca. Karena itu mereka tidak dapat
menangkap hal penting dalam proses komunikasi. Beberapa perusahaan besar
memberikan pelatihan dalam mendengarkan orang lain ke manajer-manajer mereka.
Ruangan diskusi atau rapat ditempeli dengan poster yang berisi “Hargailah pendapat
orang lain, lihat isi pembicaraan, bukan orangnya. Perdebatan jangan menyerang
pribadi lawan anda” dengan semboyan semacam itu diharapkan peserta rapat akan
mendengarkan orang lain lebih baik.
Perbedaan bahasa atau istilah yang digunakan dalam komunikasi perlu dihilangkan
atau dikurangi. Kata-kata yang terlalu teknis perlu diterjemahkan ke dalam kata yang
lebih popular. Pengirim dapat meminta umpan balik yang cepat untuk memastikan
4. Faktor Lingkungan
Sumber:
http://id.shvoong.com/business-management/technology-operations-
management/2180824-cara-meningkatkan-efektifitas-komunikasi/#ixzz1fBTLRpLf
1. Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah
spesifik yang dapat diukur hasilnya ataupun sasaran yang bersifat umum. Tanpa penetapan
tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan.
Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan
sistem nilai seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat
kekuasaan melalui diskusi kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai
macam proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi
menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan
yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
2. Mengidentifikasi Permasalahan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian
harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang
baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan
penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari
pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang
peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997).
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap
bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi
perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian
didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan
mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut.
Jika keputusan tersebut kurang berhasil, di mana permasalahan masih ada, maka pengambil
keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi.
Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-
hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).
Sumber :
http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/elemen-elemen-dasar-dalam-
pengambilan.html