Anda di halaman 1dari 11

Tugas Personal ke-2

(Minggu 7 / Sesi 11)

1. Jelaskan pengertian dari komunikasi, proses dan unsur-unsur dalam berkomunikasi.


2. Sebutkan dan jelaskan variabel yang memengaruhi frekuensi dan akurasi dari
komunikasi dalam kelompok.
3. Sebutkan dan jelaskan permasalahan atau hambatan yang dapat muncul terhadap
komunikasi yang efektif.
4. Sebutkan dan jelaskan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi.
5. Sebutkan dan jelaskan elemen-elemen dasar dalam proses pengambilan keputusan
dalam organisasi.

Jawab

1. Menurut Prof. Drs. H.A.W: Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia baik
individu ataupun kelompok yang menyajikan suatu informasi yang diperlukan dari setiap
individu maupun kelompok dalam mengambil suatu keputusan dengan meneruskan data
untuk menilai beberapa pilihan yang akan diputuskan.

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang saling terkait yang bersama-sama
mengubah masukan menjadi keluaran. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh manusia, alam,
atau mesin dengan menggunakan berbagai sumber daya

Unsur - unsur Komunikasi menurut William J. Seller

Menurutnya, unsur-unsur komunikasi dapat dipecah ke dalam unsur-unsur


komunikasi yang lebih luas. William J. Seller membagi unsur-unsur komunikasi
menjadi delapan, yakni:

1. Lingkungan komunikasi

Lingkungan sebagai unsur-unsur komunikasi memiliki tiga komponen penting, yaitu:

a. Fisik

Fisik merupakan tempat dimana komunikai berlangsung.

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


b. Sosial-psikologis

Sosial-psikologis meliputi peran yang dijalankan oleh orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi. Budaya dan lingkungan sosial juga berpengaruh dalam unsur-unsur
komunikasi ini.

c. Temporal (waktu)

Mencangkup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi
berlangsung.

2. Enkoding-Dekoding

Dalam ilmu komunikasi, tindakan menghasilkan pesan disebut dengan encoding.


Sementara tindakan menerima pesan disebut dengan decoding. Oleh karena itu,
seorang komunikator seringkali disebut sebagai encoder dan seorang komunikan
disebut sebagai decoder. Sama seperti sumber-penerima, dalam proses komunikasi,
kita juga melakukan proses encoding-decoding sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Proses ini terjadi secara simultan dan timbal balik.

3. Sumber Penerima

Unsur-unsur komunikasi selanjutnya adalah sumber penerima. Sumber penerima


merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap otang
yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (komunikator) sekaligus penerima
(komunikan).

4. Kompetensi Komunikasi

Kompetensi komunikasi sebagai unsur-unsur komunikasi mengacu pada kemampuan


seseorang untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi dalam unsur-unsur
komunikasi ini mencangkup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan
(konteks) dalam memengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan.

5. Feed Back

Feed back atau umpan balik dalam unsur-unsur komunikasi adalah informasi yang
dikirimkan balik ke sumbernya.

6. Gangguan

Gangguan dalam unsur-unsur komunikasi adalah gangguan yang mendistorsi pesan.


Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam
mengirimkan pesan. Gangguan dalam unsur-unsur komunikasi dapat membuat pesan
yang disampaikan oleh komunikator berbeda dengan pesan yang diterima oleh
komunikan.

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


7. Saluran

Saluran komunikasi merupakan unsur-unsur komunikasi berupa media yang dilalui


oleh pesan. Komunikasi seringkali berlangsung melalui lebih dari satu saluran, namun
menggunakan dua, tiga, atau lebih saluran yang terjadi secara tumbang tindih.

8. Pesan

Pesan sebagai unsur-unsur komunikasi memiliki banyak bentuk. Manusia mengirim


dan menerima pesan melalui salah satu atau kombinasi dari panca indera. Sama
seperti unsur-unsur komunikasi yang telah dibahas sebelumnya, pesan dalam unsur-
unsur komunikasi menurut William J. Seller juga terbagi dalam berbagai kategori.

Sumber :

https://jarmuka.wordpress.com/2018/04/11/apa-itu-proses/
https://www.yuksinau.id/pengertian-komunikasi/
http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/unsur-unsur-komunikasi-efektif

2. Variabel yang mempengaruhi frekuensi dan akurasi dari komunikasi dalam kelompok
Menurut Onong Uchjana Effendy (1984) :

1. Ukuran kelompok

Dari segi komunikasi, semakin besar ukuran kelompok maka akan semakin besar pula
kemungkinan sebagian anggota kelompok yang tidak mendapat peluang untuk
berpartisipasi. Dalam kelompok yang besar, partisipasi akan terpusat pada orang yang
memberikan kontribusi terbanyak. Komunikasi akan tersentralkan pada orang-orang
tertentu. Jumlah orang yang tidak memberikan kontribusinya, akan makin bertambah
dengan bertambahnya jumlah anggota. Sementara itu itu, dari segi kepuasan anggota
kelompok, makin besar ukuran kelompok maka makin berkurang kepuasan anggota-
anggotanya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada ketentuan
mengenai jumlah anggota ideal. Kelompok dengan jumlah anggota lima hingga tujuh
anggota dianggap ideal untuk membuat keputusan dan mengatasi masalah (Rakhmat,
2001 : 161-162).

2. Tujuan umum kelompok

Dalam kelompok yang efektif, partisipan saling berbagi tujuan umum, minat, atau
manfaat. Titik berat pada tujuan umum kelompok memungkinkan setiap anggota
kelompok mengatasi perbedaan pendapat individu dan melakukan negosiasi terkait
berbagai solusi yang dapat diterima oleh semua pihak (Lehmann dkk, 2016 : 29).

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


3. Persepsi peran

Orang yang diundang untuk bergabung ke dalam suatu kelompok memiliki persepsi
tentang bagaimana kelompok seharusnya bekerja dan tujuan apa yang ingin dicapai.
Selain itu, setiap anggota kelompok memiliki konsep diri yang menyatakan
bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri (Lehmann dkk, 2016 : 29).

4. Umur kelompok

Suatu kelompok yang dibentuk untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam jangka waktu
yang pendek akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tugas
dibandingkan dengan pemeliharaan kelompok. Kelompok yang dibentuk untuk jangka
waktu yang panjang akan melalukan berbagai macam upaya untuk memelihara tujuan
kelompok. Yang termasuk ke dalam pemeliharaan kelompok adalah pembagian tugas,
penjadwalan, pencatatan, pelaporan, dan menilai kemajuan (Lehmann dkk, 2016 : 29).

5. Status

Beberapa anggota kelompok akan menampilkan tingkatan yang tertinggi


dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya. Perlu dipahami bahwa seorang
ketua dalam sebuah kelompok adalah juga seorang anggota kelompok. Ketika ketua
kelompok berbicara maka anggota kelompok akan menyatakan persetujuannya.
Ketika anggota berbicara, mereka akan cenderung untuk mengarahkan seseorang 
dengan status yang tinggi yaitu ketua kelompok. Orang akan cenderung untuk
berbicara atau berkomunikasi dengan rekan sekerja namun mereka cenderung untuk
berbicara ke atas atau komunikasi vertikal yakni ke penyelia dan berbicara ke bawah
ke anggota kelompok yang lebih rendah statusnya. Pada umumnya, sebuah kelompok
membutuhkan keseimbangan dalam status dan keahlian (Lehmann dkk, 2016 : 29).

6. Budaya

Komunikasi yang efektif dalam sebuah kelompok dapat terganggu dengan adanya
hambatan-hambatan komunikasi seperti prasangka dan bias yang pada umumnya
diciptakan oleh budaya. Misalnya pria yang berasal dari budaya yang memandang 
perempuan sebagai makhluk yang inferior sehingga menyebabkan masalah ketika
bekerja sama dengan perempuan. Untuk mengatasinya, masing-masing anggota
kelompok hendaknya bersedia untuk mempelajari tentang perbedaan budaya.
Memulai percakapan terkait perbedaan budaya  dapat meningkatkan pengetahuan dan
meminimalkan prasangka atau bias terhadap anggota kelompok lainnya.

7. Struktur kelompok

Struktur kelompok membentuk perilaku anggota kelompok dan membuatnya menjadi


mungkin untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku individu dalam sebuah
kelompok seperti penampilan kelompok secara keseluruhan. Struktur kelompok terdiri
dari beberapa komponen, diantaranya adalah ukuran kelompok, komposisi kelompok,
status kelompok, peran kelompok, proses kelompok, penampilan kelompok, serta
norma kelompok.

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


8. Norma kelompok

Norma adalah sebuah standar atau perilaku rata-rata. Seluruh kelompok memiliki
norma masing-masing. Norma kelompok  berpengaruh terhadap konformitas anggota-
anggotanya bergantung pada ukuran mayoritas anggota kelompok yang menyatakan
penilaian. Sampai pada tingkat tertentu, semakin besar ukurannya, semakin tinggi
tingkat konformaitas. Konformitas mengarah pada penerimaan oleh anggota
kelompok lain dan menciptakan peluang komunikasi. Gejala konformitas ini dikaji
lebih mendalam oleh Leon Festinger melalui teori perbandingan sosial (Lehmann dkk,
2016 : 29).

9. Kepemimpinan

Penampilan kelompok tergantung pada beberapa faktor dan faktor penting yang
mempengaruhi penampilan kelompok adalah kepemimpinan. Seorang pemimpin
kelompok dapat ditunjuk atau muncul setelah proses komunikasi kelompok.
Komunikasi kepemimpinan sangat penting dalam sebuah kelompok atau organisasi.
Sebagai bagian dari kelompok, seorang pemimpin handaknya menguasasi teknik
komunikasi efektif dan teknik komunikasi berkesan agar seorang pemimpin dapat
memberikan dampak terhadap terbentuknya norma kelompok dengan menentukan
siapa yang dapat berbicara, menyuguhkan motivasi bagi kegiatan kelompok yang
efektif (Rakhmat, 2001 : 165).

10. Jaringan komunikasi

Sebagaimana pola komunikasi organisasi, suatu kelompok juga memiliki pola


komunikasi yang dapat memberikan kepuasan kepada para anggotanya dan cepat
menyelesiakan tugas kelompok. Sebuah kelompok cenderung untuk membangun
jaringan komunikasi diantara anggota kelompok dan pemimpin yang mempengaruhi
siapa yang berbicara kepada siapa. Agar fungsi kelompok dapat berjalan dengan
efektif, jenis-jenis informasi hendaknya mengalir melalui jaringan komunikasi
sehingga informasi yang dibutuhkan  dapat menjangkau orang yang tepat di saat yang
tepat. Jaringan komunikasi yang baik memastikan bahwa informasi tersedia ketika
dibutuhkan dan jaringan komunikasi tidak menjadi tumpah ruah dengan adanya
informasi yang tidak relevan (Rakhmat, 2001 : 162-163) .

11. Kohesi kelompok

Kohesi kelompok berkaitan erat dengan tingkat kepuasan anggota kelompok.


Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin kohesif suatu kelompok maka
akan semakin besar tingkat kepuasan anggota. Kohesi kelompok juga berkaitan erat
dengan produktivitas, morel, dan efisiensi komunikasi. Dalam kelompok yang
kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi. Karenanya komunikasi yang dilakukan
akan menjadi lebih bebas, terbuka, dan sering (Rakhmat, 2001 : 163).

12. Kebutuhan interpersonal

Orang masuk ke dalam suatu kelompok umumnya karena didorong oleh berbagai
kebutuhan interpersonal, seperti ingin menjadi anggota kelompok, ingin

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan hierarkis, dan ingin memperoleh
keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain (Rakhmat, 2001 : 167).

13. Tindak komunikasi

Tindak komunikasi adalah satuan komunikasi seperti pernyataan, pertanyaan,


pendapat, atau isyarat. Frekuensi satuan tindak komunikasi dapat dihitung. Profil 
frekuensi ini menunjukkan tingkat kepuasan anggota dalam kelompok dan
produktivitas kelompok dalam mencapai tujuannya (Rakhmat, 2001 : 171) .

14. Kemampuan mendengarkan

Komunikasi yang efektif membutuhkan ide atau gagasan yang dibagi oleh anggota
kelompok.  Hal ini berarti tidak hanya membagi ide yang dimiliki melainkan
mendengarkan ide atau gagasan dari anggota kelompok lainnya. Dengan
menggunakan strategi mendengarkan yang baik, akan membantu kita menjadi
pendengar yang baik. Mendengarkan secara aktif melibatkan digunakannya
komunikasi nonverbal seperti kontak mata dan bahasa tubuh dalam komunikasi
lainnya. Mendengarkan secara reflektif membutuhkan kejelian terkait apa yang
dikatakan oleh anggota kelompok lain untuk memastikan bahwa kita memahami  ide
atau gagasan anggota kelompok lain secara tepat.

15. Komunikasi nonverbal

Komunikasi nonverbal akan berjalan dengan baik ketika anggota kelompok saling
percaya. Fungsi komunikasi nonverbal dalam komunikasi kelompok salah satunya
adalah dapat membentuk rasa saling percaya manakala pesan-pesan nonverbal yang
dikirimkan melengkapi komunikasi verbal. Di lain pihak, komunikasi nonverbal yang
bertentangan dengan komunikasi verbal dapat menimbulkan permasalahan
kepercayaan.

16. Tanggung jawab anggota kelompok

Setiap anggota kelompok membagi tanggung jawab untuk mencapai komunikasi


kelompok yang baik. Anggota kelompok mempengaruhi kepribadian kelompok, iklim
kelompok, serta menciptakan konflik. Anggota kelompok juga membawa tujuan dan
agendanya sendiri ke dalam sebuah diskusi kelompok. Lebih jauh, sikap mereka akan
tampak pada sejumlah partisipasi yang dilakukan. Salah satu teori komunikasi
kelompok yang mengkaji tentang kepribadian kelompok adalah teori kepribadian
kelompok atau group syntality theory yang dirumuskan oleh Raymond Bernard
Cattell.

17. Resolusi konflik

Dalam komunikasi  kelompok tak jarang akan ditemui berbagai macam konflik.
Konflik dapat mendatangkan manfaat pada komunikasi kelompok manakala anggota
kelompok yang terlibat konflik menghadapi konflik tersebut dengan cara
berkomunikasi yang baik, saling menghormati satu sama lain, serta tetap menjunjung
tinggi etika komunikasi. Salah satunya adalah dengan menerapkan pernyataan yang

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


menekankan pada “saya” tanpa menimbulkan  perasaan defensif anggota kelompok
lainnya.

Sumber :

https://pakarkomunikasi.com/faktor-yang-mempengaruhi-komunikasi-kelompok

3. Faktor-faktor yang berpotensi menjadi penghambat terbangunnya komunikasi yang


efektif, diantaranya adalah:

1. Bahasa

Misalnya saja, A yang berasal dari Sunda sedang berpergian ke Jogjakarta, dan
diundang makan malam di rumah koleganya. Saat makan malam tuan rumah
menghidangkan beberapa menu makanan dan menyebutkan satu persatu menunya.
Tuan rumah mengatakan “Ini Jangan asem”, “Ini Jangan lodeh” dan beberapa
“Jangan”, menu terakhir tuan rumah mengatakan “Ini tahu dan tempe”. Alhasil  A
yang berasal dari Sunda itu pun hanya makan nasi dengan tempe dan tahu.Faktanya
adalah kata “Jangan” dalam Bahasa Jawa berarti “Sayur” dalam Bahasa Indonesia.
Karena adanya hambatan bahasa tersebut, A yang berasal dari Sunda itu memaknai
kata “jangan” tersebut dengan “jangan dimakan”.  Artinya komunikasi antara tuan
rumah dan A tidak efektif karena maksud komunikasi tuan rumah dimaknai secara
berbeda oleh A.

2. Lingkungan

Berkomunikasi dilingkungan yang kurang mendukung untuk berkomunikasi dengan


baik seperti dekat dengan mesin yang mengeluarkan bunyi bising akan dapat
mengganggu proses komunikasi. Kata-kata yang diucapkan oleh pengirim bisa saja
tidak diterima secara sempurna, dan pada akhirnya dapat menimbulkan salah
memaknai pesan yang dimaksudkan oleh si pengirim.

3. Fisik

Keterbatasan fisik dari si pengirim maupun si penerima dapat menjadi hambatan


untuk berkomunikasi secara efektif. Misalnya jika pengirim pesan memiliki
keterbatasan fisik untuk berbicara seperti bisu atau sebaliknya penerima pesan
memilki keterbatasan fisik untuk mendengar seperti tuli maka hal ini berpotensi
menjadi hambatan untuk komunikasi yang efektif.

4. Psikologi

Faktor psikologis dapat menjadi hambatan untuk terciptanya komunikasi yang efektif.
Jika si pengirim dan/atau penerima berada dalam keadaan psikologis yang kurang
memungkinkan untuk berkomunikasi secara sehat, misalnya dalam keadaan marah,
maka hal ini berpotensi menjadi hambatan untuk komunikasi yang efektif

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


Sumber :

https://www.ubm.ac.id/faktor-hambatan-barriers-dalam-komunikasi-yang-efektif/

4. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi :

1. Karakteristik pengirim 

Kredibiltas pengirim perlu ditingkatkan. Jika manajer ingin menyebutkan infromasi


mengenai organisasi, pesan dikirim secara tertulis disertai dengan cap resmi. Untuk
mempromosikan produk obat-obatan, manajer menggunakan figure dokter karena
dokter mempunyai kredibilitas yang lebih baik dalam hal obat-obatan. Kadang-kadang
publisitas (berita melalui Koran) digunakan untuk menonjolkan sisi baik organisasi.
Publisitas dianggap lebih netral dibandingkan dengan iklan. 
Pengirim harus menjaga konsistensi antara gerakan tubuh dengan kata yang ia
ucapkan, agar penerima dapat menangkap pesan yang sebenarnya. Apabila ingin
mempengeringatkan bawahan, manajer dapat menggunakan mimic muka yang serius,
apabila manajer menggunakan senyuman, bawahan akan menganggapnya bercanda.
Kadang-kadang pengirim enggan berkomunikasi karena beberapa hal. Manajer
enggan menyampaikan pemotongan anggaran karena pemotongan anggaran bukan
merupakan berita baik. Bawahan enggan memberikan saran kepada manajer karena
khawatir dianggap tidak loyal. Hambatan semacam itu perlu dihilangkan untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi. 

2. Karakteristik Penerima

Sebagai penerima mempunyai kebiasaan buruk dalam hal mendengarkan orang lain.
Mereka tidak mau mendengarkan dengan serius, atau mendengarkan sambil
mengerjakan pekerjaan lain, atau sambil membaca. Karena itu mereka tidak dapat
menangkap hal penting dalam proses komunikasi. Beberapa perusahaan besar
memberikan pelatihan dalam mendengarkan orang lain ke manajer-manajer mereka.
Ruangan diskusi atau rapat ditempeli dengan poster yang berisi “Hargailah pendapat
orang lain, lihat isi pembicaraan, bukan orangnya. Perdebatan jangan menyerang
pribadi lawan anda” dengan semboyan semacam itu diharapkan peserta rapat akan
mendengarkan orang lain lebih baik. 

Persepsi atau prekonsepsi penerima juga dapat mengacaukan proses komunikasi,


untuk itu harus berusaha seobyektif mungkin dalam menangkap pesan yang sampai
kepadanya. 

3. Hubungan antara pengirim dan penerima

Perbedaan bahasa atau istilah yang digunakan dalam komunikasi perlu dihilangkan
atau dikurangi. Kata-kata yang terlalu teknis perlu diterjemahkan ke dalam kata yang
lebih popular. Pengirim dapat meminta umpan balik yang cepat untuk memastikan

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


apakah ada pertanyaan atau suatu hal yang kurang jelas. Cara lain adalah dengan
mengulangi pesan yang disampaikan dengan kalimat yang berbeda (tetapi isi sama).
Dengan cara itu, penerima dapat memperoleh kesempatan untuk memastikan arti dari
pesan yang ia terima. Penerima didorong untuk mengajukan pertanyaan terhadap hal-
hal yang kurang jelas. Tindak lanjut (follow up) dapat dilakukan oleh pengirim untuk
memastikan apakan informasi atau pesan sudah diterima. 

Perbedaan status atau kekuasaan seringkali mengganggu komunikasi yang efektif.


Untuk itu manajer perlu “merendah” apabila ia berbicara dengan bawahan. Untuk
menghilangkan perbedaan persepsi, pengirim sedapat mungkin mengenali latar
belakang penerima. Pengirim dapat bertindak empati, yaitu mencoba melihat suatu
masalah berdasarkan pandangan penerima. Sebagai contoh, dalam
mengkomunikasikan pemberhentian kerja, manajer dapat mengumpamakan apabila ia
menjadi manajer yang terkena pemberhentian kerja. 

4. Faktor Lingkungan

Gangguan langsung dihilangkan apabila memungkinkan. Apabila suara mesin


menggangu komunikasi antara manajer dengan karyawan, komunikasi dilakukan di
ruangan yang sepi. Apabila tidak memungkinkan, manajer harus memperjelas pesan
atau memperkeras suaranya . informasi yang berlebihan juga mengganggu efektivitas
komunikasi.

Sumber: 

http://id.shvoong.com/business-management/technology-operations-
management/2180824-cara-meningkatkan-efektifitas-komunikasi/#ixzz1fBTLRpLf

5. Elemen-elemen dasar dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi :

1. Menetapkan tujuan

Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah
spesifik yang dapat diukur hasilnya ataupun sasaran yang bersifat umum. Tanpa penetapan
tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan.
Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan
sistem nilai seseorang. Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat
kekuasaan melalui diskusi kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai
macam proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi
menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan
yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.

2. Mengidentifikasi Permasalahan

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi.
Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang
terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya
produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan
tidak memuaskan klien, dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan
adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika penyebab timbulnya
permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak
dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam
mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan
perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta
melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.

3. Mengembangkan sejumlah alternatif

Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk


menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik interen
maupun eksteren untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat
memecahkan permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan
seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin
pencapaian keputusan yang efektif.

Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk


mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam
kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah
seringkali terbatas.

4. Penilaian dan pemilihan alternative

Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-


masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik.
Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan,
apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam
hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset
operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah
dikembangkan.

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior


5. Melaksanakan keputusan

Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian
harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang
baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan
penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari
pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang
peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997).

Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga


mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya
suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada
artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan
hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).

6. Evaluasi dan pengendalian

Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap
bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi
perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian
didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan
mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut.
Jika keputusan tersebut kurang berhasil, di mana permasalahan masih ada, maka pengambil
keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi.
Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-
hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).

Sumber :

http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/elemen-elemen-dasar-dalam-
pengambilan.html

MGMT6138 – Leadership & Organizational Behavior

Anda mungkin juga menyukai