Mengacu pada teori Motivasi Hirarki Kebuhuhan Maslow, maka definisi konseptual
variabel penelitian Motivasi adalah kondisi dinamis kebutuhan pegawai dalam bekerja
dan melaksanakan tugas yang terungkap dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keamanan, kebutuhan berkelompok, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan
aktualisasi diri.
A.d.1. Kualitas
Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan.
Biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, ketrampilan, kebersihan
hasil kerja.
(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/prestasi-kerja-pengertian-
penilaian.html)
A.d.2. Kuantitas
Banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu
diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat
diselesaikan.
(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/prestasi-kerja-pengertian-
penilaian.html)
A.d.3. Pelaksanaan tugas
Kewajiban karyawan melakukan aktivitas atau kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan yang ditugaskan perusahaan.
(http://kamusbahasaindonesia.org/pelaksanaan)
A.d.4. Tanggung jawab
Suatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu
merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan.
( Ridwan halim (1988)
: http://sekedarkabar.blogspot.com/2012/05/pengertian-tanggung-
jawab.html)
Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja
atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses (Nurlaila, 2010:71).
Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu
yang dihasilkan atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans,
2005:165).
Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja dengan standar yang
ditetapkan (Dessler, 2000:41). Kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas
yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan
(Mangkunagara, 2002:22).
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode
tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah
disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).
Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah
apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen kinerja adalah keseluruhan
kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk
kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.
Kinerja merupakan hasil kerja dari tingkah laku (Amstrong, 1999:15). Pengertian kinerja ini
mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebgai tingkah laku, kinerja merupakan
aktivitas manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas organisasi yang dibebankan
kepadanya.
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan tersebut
efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan menilai yang penting dari hasil
yang dicapai sehingga mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efesien.
Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka kegiatan tersebut efesien
(Prawirosentono, 1999:27).
b. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu organisasi formal
yang dimiliki seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu
kegiatan kerja sesuai dengan kontribusinya (Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut
mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam organisasi tersebut.
c. Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku (Prawirosentono, 1999:27). Jadi,
disiplin karyawan adalah kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian
kerja dengan organisasi dimana dia bekerja.
d. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam membentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut (Mangkunegara,
2002:68):
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya.
5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang
dilakukannya.
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator, yaitu (Robbins,
2006:260):
1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang
dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan.
2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah
unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang
dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan
waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang,
teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit
dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana
karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan
terhadap kantor.
Daftar Pustaka
Amstrong, Mischael, 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Sofyan dan
Haryanto. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu . 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Luthans, F. 2005. Organizational Behavior. New York: McGraw-hill.
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource Management: Manajemen Sumber Daya
Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
Nurlaila, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia I. Penerbit LepKhair.
Prawirosentono, Suryadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
Robbins, Stephen P., 2006. Perilaku Organisasi, PT Indeks, Kelompok Gramedia, Jakarta.
Rivai, Vethzal & Basri. 2005. Peformance Appraisal: Sistem yang tepat untuk Menilai Kinerja
Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Robbins, Stephen P., 1996. Perilaku Organisasi Jilid II, Alih Bahasa HadayanaPujaatmaka,
Jakarta, Prenhalindo.
Indikator Kinerja Karyawan. Untuk mengukur kinerja karyawan secara individual ada beberapa indikator
yang digunakan. Menurut Robbins (2006) ada enam indikator, yaitu:
a. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawa terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta
kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan.
b. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah
siklus aktivitas yang diselesaikan.
c. Ketepatan Waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat
dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
d. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, bahan
baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
e. Kemandirian. Merupakan tingkat seseorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan tugas
kerjanya.
f. Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitme kerja dengan instansi
dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.
Indikator Kinerja menurut Swanson dan Holton yang dikutip oleh Keban (2004:194) mengemukakan
bahwa: “kinerja pegawai secara individu dapat dilihat dari apakah misi dan tujuan pegawai sesuai dengan
misi lembaga, apakah pegawai menghadapi hambatan dalam bekerja dan mencapai hasil, apakah
pegawai mempunyai kemampuan mental, fisik, emosi dalam bekerja, dan apakah mereka memiliki
motivasi yang tinggi, pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dalam bekerja. Kinerja dapat diukur dari
(1) kuantitas kerja, (2) kualitas kerja, (3) kerjasama, (4) pengetahuan tentang kerja, (5) kemandirian kerja,
(6) kehadiran dan ketepatan waktu, (7) pengetahuan tentang kebijakan dan tujuan organisasi, (8) inisiatif
dan penyampaian ide-ide yang sehat, (9) kemampuan supervisi dan teknik (Schuler dan Dowling, dalam
Keban, 2004:195).
Untuk mengukur kinerja secara individual, McKenna dan Beech (1995) ada beberapa indikator, indikator-
indikator dari kinerja yang sering dipergunakan untuk menilai kinerja individu pegawai menurut McKenna
dan Beech adalah:
a. Pengetahuan, kemampuan dan keterampilan pada pekerjaan/kompeten
b. Sikap kerja, diekspresikan sebagai antusiasme, komitmen dan motivasi
c. Kualitas pekerjaan
d. Interaksi, misalnya keterampilan komunikasi dan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain
dalam satu tim.
Daftar Pustaka:
- Robbins, S.P, 2006, Perilaku Organisasi, Edisi 10, PT. Indeks Kelompok Gramedia
- Keban, Yeremias T (2004), Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori dan Isu, Gava
Media, Yogyakarta.
- McKenna, E & Beech, N, 1995, The Essence of Human Resource Management, Prentice Hall
International Ltd.
4. Indikator Gaya Kepemimpinan
1. Sifat
2. Kebiasaan
3. Tempramen
4. Watak
5. Kepribadian
Ad.1. Sifat
Sifat seorang pemimpin sangat berpengaruh dalam gaya kepemimpinan untuk menentukan
keberhasilanannya menjadi seorang pemimpin yang berhasil, serta ditentukan oleh kemampuan pribadi
pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat,
perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
(http://massofa.wordpress.com/2009/02/22/teori-teori-dalam-kepemimpinan/)
Ad.2. Kebiasaan
Kebiasaan memegang peranan utama dalam gaya kepemimpinan sebagai penentu pergerakan perilaku
seorang pemimpin yang menggambarkan segala tindakan yang dilakukan sebagai pemimpin baik.
(http://suaraatr2025.wordpress.com/2012/04/27/34-perubahan-gaya-hidup-dalam-kepemimpinan/)
Ad.3. Tempramen
Temperamen adalah gaya perilaku seorang pemimpin dan cara khasnya dalam memberi tanggapan
dalam berinteraksi dengan orang lain. Beberapa pemimpin bertemperamen aktif, sedangkan yang
lainnya tenang. Deskripsi ini menunjukkan adanya variasi temperamen.
(http://ditaariska.blogspot.com/2011/11/empat-jenis-temperamen-manusia-mau-tau_02.html)
Ad.4. Watak
Watak seorang pemimpin yang lebih subjektif dapat menjadi penentu bagi keunggulan seorang
pemimpin dalam mempengaruhi keyakinan (determination), ketekunan (persistence), daya tahan
(endurance), keberanian (courage).
(http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/kepemimpinan-menurut-teori-sifat.html)
Ad.5. Kepribadian
(http://shelmi.wordpress.com/2009/03/18/gaya-kepemimpinan/)
Macam - macam gaya kepemimpinan menurut Horse yang di kutip oleh H.Suwanto (2011:157) antara
lain :
Gaya kepemimpinan ini membuat bawahan agar tau apa yang diharapkan pimpinan dari mereka,
menjadwalkan kerja untuk dilakukan, dan member bimbingan khusus mengenai bagaimana
menyelesaikan tugas.
Gaya kepemimpinan ini bersifat ramah dan menunjukan kepedulian akan kebutuhan bawahan.
Gaya kepemimpinan ini berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran mereka sebelum
mengambil suatu keputusan.
Gaya kepemimpinan ini menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk
berprestasi pada tingkat tertinggi mereka.
Jenis Gaya Kepemimpinan
Dengan karakter yang dimiliki, maka setiap pemimpin cenderung memiliki gaya atau cara yang tersendiri
dalam memimpin perusahaannya.
Menurut Tohardi dikutip oleh Edy Sutrisno (2010:242) menyatakan bahwa Gaya-gaya kepemimpinan
yaitu :
1. Gaya persuasive
2. Gaya Refresif
3. Gaya partispatif
4. Gaya Inovatif
5. Gaya investigative
6. Gaya Inspektif
7. Gaya Motivasif
8. Gaya Naratif
9. Gaya Edukatif
Yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang mengubah perasaan, pikiran atau dengan
kata lain melakukan ajakan atau bujukan.
Yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan kepada bawahan untuk itu secara aktif
baik menata, spiritual, fisik maupun material dalam kiprahnya dalam perusahaan.
Ad.4. Gaya inovatif
Yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaruan
didalam segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan
kebutuhan manusia.
Yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan rasa penuh kecurigan
tehadap bawahannya menimbulkan yang menyebabkan kreatifitas, inovasi, serta insisiatif dari bawahan
kurang berkembang karena bawahan takut kesalahan-kesalahan.
Yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya protokoler, kepemimpinan dengan gaya
inspektif menuntut penghormatan bawahan, atau pemimpin yang senang apabila dihormati.
Yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi mengenai ide-idenya, program-program dan
kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik. Komunikasi tersebut membuat segala ide bawahan-
bawahan dan kebijakan dipahami oleh bawahan sehingga bawahan mau.
Pemimpin yang bergaya naratif merupakan pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuiakan
dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin yang banyak bicara sedikit bekerja.
Yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan cara memberikan pendidikan
dan keterlampiran kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi memiliki wawasan dan
pengalamanyang lebih baik dari hari ke hari, sehingga seorang pemimpin yang bergaya edukatif tidak
akan pernah menghalangi bawahan ingin megembangkan pendidikan dan keterlampiran.
Yaitu pemimpin yang tidak suka melihat maju, apalagi melebihi dirinya, untuk itu pemimpin yang
bergaya restrogresif selalu menghalangi bawahan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterlamiplan. Sehingga dengan kata lain pemimpin yang bergaya restrogresif sangat senang melihat
bawahan selalu terbelakang bodoh dan sebagainya.