Oleh :
SUATMAJI
SRI RAHAYU
WIDIYANTI
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak ada kelompok yang bisa hidup tanpa komunikasi. Informasi dan gagsan dapat dikirimkan
dan saling dipertukarka. Sebuah gagsan betapapun cemerlangnya, tidak akan berguna sebelum ia
dikirimkan kepada, dan dipahami oleh, orang lain. Banyak masalah yang muncul dalam sebuah
organisasi merupakan akibat langsung dari kegagalan berkomunikasi.Kesalahan dalam komunikasi
dapat menimbulkan kebingungan dan bisa menyebankan gagalnya sebuah rencana yang telah rapi
tersusun.
Pemahaman atas proses komunikasi sangan penting karena melalui proses inilah para menejer
membimbing, mengoordinasikan, memberi penyuluhan, mengevaluasi, dan melakukan supervisi.
BAB II
MATERI
Fungsi Komunikasi
Konteks Organisasi
GANGGUAN
enconding Media deconding
Pengirim Penerima
Pesan
ORANG A ORANG B
Penerima deconding Pesan enconding
Pengirim
Media
Konteks Organisasi
Proses komunikai diperlihatkan oleh gambar diatas. Proses komunikasi dimulai ketika
seseorang atau satu pihak mempunyai gagasan yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Disini terjadi
proses econding yaitu menterjemahkan gagasan kedalam satu bentuk, misalnya tulisan atau bahasa
lisan, yang dapat dikenali penerima. Setelah diterjemahkan, sebuah pesan siap dipindahkan melalui
beberapa saluran media komunikasi untuk menjangkau penerima yang dituju. Saluran itu berupa
jaringan telepon, sinyal radio dan televise, kabel serat optic, rute surat, atau gelombang suara yang
membawa vibrasi suara kita.
Begitu pesan diterima baru dilakukan deconding oleh penerima yaitu mengubah pesan menjadi
gagasan asli pengirim. Ini dapat mencakup subproses, seperti memahami kata-kata lisan dan tulisan,
menginterprestakan wajah dan sebagainya. Seperti halnya saat econding, kelemahan potensial dari
proses komunikasi adalah keterbatasan kemampuan kita dalam menerjemahkan pesan-pesan yang kita
terima dari orang lain.
Akhirnya ketika sebuah pesan dikonversikan kembali, proses komunikasi dapat berlanjut
dengan dikirimnya pesan baru oleh penerima kepada pengirim. Bagian ini disebut sebagai umpan balik.
Proses Komunikasi seperti diuraikan di atas, jarang sekali berjalan sepenuhnya lancer tanpa gangguan.
Gangguan in ibis aterjadi pada setiap tahap dalam proses komunikasi. Sebagai contoh, pesan yang
diterjemahkan secara kurang tepat sehingga ditafsirkan keliru atau saluran komunikasi yang terdistori
sehingga dapat mengurangi efektifitas kumunikasi.
Berdasarkan arah komunikasi, komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam dua bentuk, yakni :
1. Komunikasi Vertikal (ke bawah ke atas), yaitu komunikasi dari satu jenjang dalam
kelompok atau organisasi ke jenjang yang lebih rendah, manajer ke bawahannya.
Pesan Asli
30 % Pemahaman Penyelia
1. Umpan balik positif, yakni umpan balik yang menunjukkan tanda bahwa penerima setuju
atau dapat menerima/mendukung pesan yang disampaikan komunikator atau pengirim.
2. Umpan balik negative, yakni umpan balik yang menunjukkan tanda bahwa penerima tidak
setuju atau tidak dapat menerima pesan yang disampaikan pengirim.
3. Umpan balik nol, yakni umpan balik yang menunjukkan bahwa penerima tidak mengerti
pesan yang disampaikan komunikator.
4. Umpan balik netral, yakni umpan balik yang diterima dan dimengerti oleh komunikator dan
penerima, tetapi apa yang dinyatakan penerima pesan itu tidak relevan dengan pesan
komunikator atau pengirim.
Beberapa saran berikut ini dapat digunakan untuk membangun keterampilan pemberian umpan
balik secara efektif, yaitu :
1. Pusatkan perhatian pada perilaku spesifik. Umpan balik harus spesifik tidak bersifat umum.
Hindari pernyataan seperti “Anda bersikap buruk” ata “saya sangat terkesan pada tugas yang
Anda jalankan dengan baik”
2. Usahakan agar umpan balik tetap bersifat “impersonal”. Umpan balik, khususnya yang
berbentuk negatof, harus bersifat deskriptif (menggambarkan apa yang terjadi) dan tidak
bersifat evaluative atau judgmental. Umpan balik harus terkait dengan pekerjaan dan jangan
sekali-kali mengkritik seseorang secara pribadi karena ia melakukan tindakan yang salah.
3. Usahakan agar umpan balik berorientasi pada tujuan. Jika Anda harus mengatakan sesuatu
yang bersifat negative, upayakan agar umpan balik itu diarahkan pada tujuan penerima
umpan balik.
4. Berikan umpan balik pada saat yang tepat, yaitu sefera sesudah penerima melakukan sebuah
tindakan atau perilaku.
5. Pastikan bahwa umpan balik dipahami. Pastikan umpan balik yang Anda berikan cukup
ringkas dan lengkap sehingga dapat secara jelas dan sepenuhnya dipahami oleh penerima.
6. Arahkan umpan balik neggatif pada perilaku yang bisa dikontrol oleh penerima. Misalnya,
mengecam bawahan yang terlambat hadir karena kereta api yang ditumpanginya mengalami
kerusakan, adalah langkah yang tidak tepat.
6. PENYULUHAN
Penyuluhan (counseling) adalah sebuah bentuk komunikasi yang digunakan untuk menjaga
agar karyawan memiliki perilaku kontruktif. Werther dab davis mendifinisikan penyuluhan sebagai
“diskusi tentang sebuah masalah dengan seseorang karyawan, yang ditujukan untuk membantu
pekerja dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah”
Stres dan masalah-masalh pribadi cenderung mempengaruhi kinerja dan kehidupan pribadi
seorang pekerja. Oleh sebab itu, upaya untuk membantu karyawan kembali berfungsi secara efektif
merupakan kepentingan semua pihak (majikan/pengusah/karyawan/dan masyarakat). Berikut ini
adalah sejumlah indikator yang menunjukkan perlunya penyuluhan, yaitu :
a. Sering terjadi kesalahan
b. Naiknya tingkat kecelakaan kerja
c. Karyawan mengalami gejala cepat letih
d. Karyawan sering termenung
e. Karyawan menunjukkan perubahan emosi yang cepat
f. Karyawan terlalu banyak bicara atau mengeluh.
Penyuluhan adalah hubungan komunikasi yang bersifat rahasia dan catatan-catatannya hanya
boleh diakses oleh orang-orang yang terlibat langsung dalam penyelesaian mmasalah.
a. Tujuan penyuluhan