Anda di halaman 1dari 72

MAKALAH KEPEMIMPINAN

TANTANGAN KEPEMIMPINAN DAN KERAGAMAN LINTAS


BUDAYA

Mata Kuliah: Kepemimpinan (F)


Dosen Pengampu: Drs. Heru Susilo, M.A.

Disusun oleh:

AHMAD DIVA IMADUDDIN


205030407111038

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita semua nikmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Tantangan
Kepemimpinan dan Keragaman Lintas Budaya” guna menambah wawasan mengenai
tantangan kepemimpinan dalam keragaman budaya, dan sekaligus memenuhi penugasan
akhir semester mata kuliah Kepemimpinan pada program studi Perpajakan di Universitas
Brawijaya.
Terimakasih saya dengan penuh hormat saya haturkan kepada Bapak Drs. Heru
Susilo, M.A. selaku dosen pengajar mata kuliah Kepemimpinan, yang selalu mengajar
dan membimbing saya selama perkuliahan, sehingga mampu untuk menyelesaikan
makalah ini. Terimakasih juga kami sampaikan pada teman dan kerabat, maupun
keluarga, atas seluruh dukungan yang memberikan saya semangat dan motivasi untuk
membuat makalah ini.
Selain itu, kritik dan saran yang sangat membangun juga dengan senang hati saya
harapkan dan terima, dan diharapkan tulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca sekalian.

Serang, 31 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
2.1 Pentingnya Penelitian Lintas Budaya pada Kepemimpinan ................................. 4
2.2 Evaluasi Penelitian Lintas Budaya pada Kepemimpinan ..................................... 4
2.3 Dimensi Nilai Budaya terhadap Kepemimpinan .................................................. 6
2.4 Gender dan Kepemimpinan ................................................................................ 12
2.5 Hasil Penelitian Perbedaan Gender .................................................................... 14
2.6 Pengelolaan Keberagaman ................................................................................. 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 18


Kesimpulan ......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi menjadikan dunia seakan tanpa batas dan saling terhubung,
sehingga interaksi manusia yang berbeda budaya turut meningkat dan memicu adanya
interaksi antar budaya. Meningkatnya globalisasi juga memengaruhi organisasi dan
memacu seorang pemimpin untuk mempelajari kepemimpinan yang efektif terhadap
budaya yang berbeda-beda. Karena globalisasi, seorang pemimpin semakin butuh
keterampilan untuk memengaruhi dan mengelola orang-orang yang berbeda budaya.
Untuk dapat melakukan hal tersebut secara sukses, pemimpin membutuhkan pemahaman
yang baik mengenai budaya tersebut. Selain itu, seorang pemimpin juga harus dapat
memahami bagaimana orang-orang dari budaya yang berbeda melihat dan menafsirkan
tindakannya. Maka dari itu, dapat dipahami bahwa globalisasi juga mempengaruhi pola
demografis dan interaksi antar budaya pada organisasi, sehingga pemimpin perlu
memahami bagaimana cara mengelola dan memengaruhi orang dengan nilai budaya yang
berbeda-beda. Faktor-faktor keragaman dalam budaya memengaruhi pola perilaku
seseorang secara umum, sehingga baik pemimpin maupun anggota juga pasti turut
terpengaruh. Sehingga muncul hipotesis mengenai pengaruh jenis kelamin, usia, ras,
etnis, kebangsaan, dan agama seseorang terhadap kemampuan seseorang untuk
memimpin secara efektif.
Untuk menjawab hipotesis tersebut, peneliti-peneliti di dunia ini telah
melakukan penelitian sebagai upaya menjawab pertanyaan tersebut. Sebagian besar
penelitian tentang kepemimpinan selama setengah abad terakhir dilakukan di Amerika
Serikat, Kanada, dan Eropa Barat. Namun, selama dekade terakhir minat mempelajari
kepemimpinan dalam budaya non-Barat juga meningkat dengan pesat (Dickson, Den
Hartog, & Michelson, 2003; Dorfman, 2003).
Kepemimpinan identik sebagai posisi jabatan yang pantas diduduki oleh
seorang pria, karena menurut teori keunggulan pria, terdapat keyakinan kuno bahwa laki-
laki lebih berkualitas daripada perempuan untuk memegang peran kepemimpinan
(Ayman & Korabik, 2010). Keyakinan ini melibatkan asumsi tentang sifat dan
keterampilan yang diperlukan untuk kepemimpinan yang efektif dalam organisasi, asumsi
tentang perbedaan yang melekat antara pria dan wanita, dan asumsi tentang perilaku yang

1
sesuai untuk pria dan wanita. Sedangkan dari pihak pendukung teori keunggulan
feminisme mengklaim bahwa perubahan sifat kepemimpinan dalam organisasi telah
meningkatkan relevansi keterampilan dan nilai-nilai yang lebih kuat pada wanita daripada
pria. Kedua topik ini sangat menarik bagi kalangan cendikiawan dan peneliti, sehingga
memacu mereka untuk menelusuri kemungkinan perbedaan antara pria dan wanita dalam
perilaku dan efektivitas kepemimpinan. Dalam mendalami topik tersebut, peneliti juga
menemukan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan gender dan
kepemimpinan. Salah satunya adalah diskriminasi berkelanjutan terhadap perempuan
dalam pemilihan kepemimpinan, yang merupakan diskriminasi terhadap jenis kelamin.
Keberagaman dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain perbedaan
ras, etnis, usia, jenis kelamin, pendidikan, penampilan fisik, maupun tingkat sosial
ekonomi. Keragaman tenaga kerja meningkat di Amerika Serikat dan Eropa (Milliken &
Martins, 1996). Kini lebih banyak wanita memasuki pekerjaan tradisional pria, jumlah
pekerja yang lebih tua meningkat, dan ada lebih banyak keragaman berkaitan dengan latar
belakang etnis, agama, dan ras. Keberagaman ini dapat menjadi polemik, lantaran setiap
orang memiliki budaya dan pandangan yang berbeda-beda, sehingga perbedaan pendapat
tak dapat terelakkan. Pada dasarnya pengelolaan keberagaman akan berdampak positif
apabila dikelola secara baik. Akan tetapi, keberagaman yang meliputi ras, etnis, usia, jenis
kelamin, pendidikan, penampilan fisik, maupun tingkat sosial ekonomi tersebut akan
menjadi bencana jika dikelola secara salah. Maka dari itu, diperlukan jawaban atas
permasalahan mengenai keberagaman pada organisasi, di mana seorang pemimpin sudah
sepantasnya dapat meminimalisir kerugian-kerugian yang mungkin terjadi akibat
keberagaman anggotanya.
Atas permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan tadi, makalah
ini akan membahas tiga subjek yang berbeda tetapi saling berkaitan, yaitu penelitian
mengenai lintas budaya dalam kepemimpinan, pengaruh perbedaan gender dalam
kepemimpinan, dan pengelolaan keanekaragaman untuk mengoptimalkan kinerja
organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan pada latar belakang ditulisnya makalah, maka dapat dibentuk
rumusan masalah sebagai berikut:

2
1. Mengapa penelitian mengenai lintas budaya pada kepemimpinan itu penting?
2. Apa kendala dalam mempelajari lintas budaya pada kepemimpinan?
3. Bagaimana nilai-nilai budaya dapat berhubungan dengan perilaku-perilaku
dalam kepemimpinan?
4. Bagaimana permasalahan-permasalahan terkait gender dengan kepemimpinan
dan batasan-batasan pada penelitian tersebut?
5. Apa hasil dari penelitian mengenai perbedaan gender terhadap kepemimpinan?
6. Bagaimana cara mengelola keberagaman dan menyediakan kesempatan yang
sama?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, tujuan dari makalah ini adalah agar
pembaca diharapkan dapat:
1. Memahami mengapa penelitian mengenai lintas budaya pada kepemimpinan itu
penting.
2. Memahami kendala dalam mempelajari lintas budaya pada kepemimpinan?
3. Memahami bagaimana nilai-nilai budaya dapat berhubungan dengan perilaku-
perilaku dalam kepemimpinan.
4. Memahami bagaimana permasalahan-permasalahan terkait gender dengan
kepemimpinan dan batasan-batasan pada penelitian tersebut.
5. Memahami hasil dari penelitian mengenai perbedaan gender terhadap
kepemimpinan.
6. Memahami cara mengelola keberagaman dan menyediakan kesempatan yang
sama.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pentingnya Penelitian Lintas Budaya pada Kepemimpinan
Pengaruh lintas budaya terhadap kepemimpinan penting untuk diteliti
karena terdapat beberapa alasan (Ayman & Korabik, 2010; Connerley & Pedersen, 2005;
Dorfman, 1996; House, Wright, & Aditya, 1997). Salah satunya adalah karena
meningkatnya globalisasi di dunia ini, sehingga membuat organisasi menghadapi
kebutuhan untuk belajar tentang kepemimpinan yang efektif dalam budaya yang berbeda-
beda. Urgensi para pemimpin untuk memengaruhi orang-orang dari budaya lain menjadi
semakin besar karena proses globalisasi tersebut, dan untuk dapat mencapai keberhasilan,
pemimpin membutuhkan pemahaman yang baik mengenai budaya ini. Untuk memahami
masalah ini, penting untuk menentukan apakah teori kepemimpinan yang ada dapat
diterapkan dalam budaya yang berbeda dari budaya di mana teori tersebut dikembangkan.
Beberapa aspek dari teori kepemimpinan mungkin relevan untuk semua budaya, tetapi
beberapa aspek lain mungkin hanya berlaku untuk jenis budaya tertentu saja.
Penelitian lintas budaya juga mengharuskan peneliti untuk
mempertimbangkan variabel dan proses yang lebih luas dari biasanya, yang dapat
memberikan wawasan baru dan meningkatkan teori kepemimpinan. Penelitian untuk
mengembangkan atau memvalidasi taksonomi perilaku kepemimpinan dalam budaya
yang berbeda dapat mengungkapkan aspek baru dari perilaku yang relevan untuk
kepemimpinan yang efektif. Pemeriksaan perbedaan lintas budaya dapat menyebabkan
peneliti lebih memperhatikan kemungkinan efek variabel situasional yang biasanya tidak
termasuk dalam sebagian besar teori kepemimpinan (misalnya, agama, bahasa, sejarah,
hukum, sistem politik, subkultur etnis). Akhirnya, penelitian lintas budaya menimbulkan
beberapa tantangan metodologis unik yang dapat menghasilkan prosedur yang lebih baik
untuk pengumpulan dan analisis data. Maka dari itu, urgensi atas penelitian mengenai
kepemimpinan lintas budaya cukup tinggi karena banyak manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian tersebut.

2.2. Evaluasi Penelitian Lintas Budaya pada Kepemimpinan


Penelitian tentang nilai-nilai budaya menemukan perbedaan penting
yang relevan untuk keyakinan tentang kepemimpinan yang efektif dan perilaku aktual

4
para pemimpin. Namun, kelemahan konseptual dan metodologis adalah umum, dan
keterbatasan dalam penelitian telah ditunjukkan oleh beberapa ahli (Jepson, 2009;
Kirkman, Lowe, & Gibson, 2006; Smith, 2006).
Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian lintas budaya
tentang kepemimpinan mempengaruhi interpretasi hasil. Perangkat dimensi nilai budaya
yang berbeda telah diusulkan, dan ketidaksepakatan tentang fitur yang diinginkan belum
diselesaikan. Semua taksonomi saat ini memiliki keterbatasan, dan peneliti terus mencari
cara yang lebih komprehensif dan berguna untuk mendeskripsikan dimensi budaya.
Ketergantungan pada perilaku kepemimpinan yang didefinisikan secara luas dalam
banyak penelitian membuatnya lebih sulit untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang perbedaan perilaku lintas budaya. Untuk memahami pengaruh bersama dari nilai-
nilai budaya dan organisasi pada perilaku kepemimpinan, penting untuk mengukur aspek-
aspek tertentu dari perilaku ini selain kategori luas seperti kepemimpinan partisipatif,
kepemimpinan suportif, dan kepemimpinan transformasional. Pemilihan variabel dan
interpretasi hasil dapat dibedakan oleh perbedaan budaya di antara para peneliti dalam
nilai dan asumsi yang mendasarinya tentang sifat manusia dan proses organisasi
(Boyacigiller & Adler, 1991). Untuk meminimalkan jenis masalah ini, disarankan untuk
memiliki tim peneliti dengan perwakilan yang memenuhi syarat dari budaya berbeda yang
disertakan dalam penelitian ini.
Keterbatasan lain dalam studi lintas budaya tersebut adalah terlalu
bergantung pada kuesioner survei. Mungkin sulit untuk mencapai kesetaraan makna
ketika kuesioner diterjemahkan ke dalam bahasa lain, dan ada perbedaan budaya dalam
respons, bahkan untuk skala dengan bahasa yang setara (Atwater, Wang, Smither, &
Fleenor, 2009; Harzing, 2006). Respons yang melekat dalam sebagian besar survei
penelitian tentang kepemimpinan lintas budaya adalah asumsi bahwa kepemimpinan
hanya merupakan konsekuensi dari budaya. Penggunaan perspektif sejarah secara rinci
dianjurkan sebagai pendekatan yang lebih berguna untuk penelitian tentang hubungan
antara kepemimpinan dan budaya (Guthey & Jackson, 2011).
Utilitas studi lintas budaya banyak dibatasi oleh kegagalan dalam
menghadapi masalah tersebut. Bahkan studi yang telah dirancang dengan baikpun
interpretasi hasilnya seringkali sulit. Banyak pula studi yang gagal untuk memasukkan
informasi yang dapat membantu menjelaskan perbedaan lintas budaya dalam

5
kepemimpinan. Jumlah penelitian lintas budaya semakin meningkat, tetapi kesulitan
metodologis dalam melakukan jenis penelitian ini cukup besar. Kesetaraan makna tidak
dijamin dalam banyak penelitian, prosedur pengambilan sampel tidak memadai, kontrol
untuk faktor pencemar tidak ada, variabel penjelas tidak disertakan, dan interpretasi hasil
dipertanyakan. Kemajuan yang lebih cepat mungkin memerlukan penggunaan proyek
penelitian skala besar yang lebih besar lagi.

2.3. Dimensi Nilai Budaya dan Kepemimpinan


Dalam penelitian mengenai kaitan nilai-nilai budaya dengan
kepemimpinan terdapat enam dimensi nilai. Enam dimensi nilai yang akan dibahas antara
lain:
1) Jarak Kekuasaan
Jarak kekuasaan melibatkan penerimaan terhadap adanya distribusi
kekuasaan dan status yang tidak seimbang dalam sebuah organisasi maupun institusi.
Dalam budaya jarak kekuasaan tinggi, anggota mengharapkan seorang pemimpin
dengan otoritas yang lebih besar dan lebih cenderung untuk mematuhi aturan dan
arahan tanpa mempertanyakan atau menantang mereka (Dickson et al., 2003). Pada
dimensi ini, anggota kurang bersedia untuk menantang atasan atau menyatakan
ketidaksetujuan dengan pemimpin. Kebijakan dan aturan yang lebih formal juga
diterapkan, dan pemimpin lebih jarang berkonsultasi dengan anggotanya saat
membuat suatu keputusan (Smith et al., 2002).
Sedangkan dalam budaya dengan jarak kekuasaan yang rendah,
kepemimpinan partisipatif dipandang sebagai atribut kepemimpinan yang lebih
disukai dalam budaya jarak kekuasaan tersebut, seperti Eropa Barat, Selandia Baru,
dan Amerika Serikat, daripada di negara-negara jarak kekuasaan tinggi seperti Rusia,
Cina, Taiwan, Meksiko, dan Venezuela (Dorfman, Hanges, & Brodbeck, 2004). Di
negara-negara dengan jarak kekuasaan rendah, kepemimpinan transformasional
(mendukung dan inspirasional) lebih mungkin untuk digabungkan dengan gaya
pengambilan keputusan partisipatif (Den Hartog et al., 1999), sedangkan di negara-
negara dengan jarak kekuasaan tinggi, kemungkinan besar akan dikombinasikan
dengan gaya pengambilan keputusan yang direktif dan otokratis. Di negara
berkembang dengan budaya jarak kekuasaan yang tinggi, orang sering lebih menyukai

6
gaya "paternalistik" yang menggabungkan keputusan otokratis dengan perilaku yang
mendukung (Dickson et al., 2003; Dorfman et al., 1997).
2) Penghindaran Ketidakpastian
Dalam budaya dengan penghindaran ketidakpastian yang tinggi, ada
lebih banyak ketakutan akan hal yang tidak diketahui, dan orang-orang menginginkan
lebih banyak keamanan, stabilitas, dan ketertiban. Norma sosial, tradisi, perjanjian
rinci, dan keahlian bersertifikat lebih dihargai, karena mereka menawarkan cara untuk
menghindari ketidakpastian dan kekacauan (Den Hartog et al., 1999; Dickson et al.,
2003). Contoh negara dengan penghindaran ketidakpastian yang tinggi adalah
Prancis, Spanyol, Jerman, Swiss, Rusia, dan India. Beberapa negara dengan perhatian
rendah tentang menghindari ketidakpastian termasuk Amerika Serikat, Inggris,
Kanada, Denmark, dan Swedia.
Pada negara dengan tingkat penghindaran ketidakpastian yang tinggi,
sifat pemimin yang menceriminkan kualitas yang baik adalah dapat diandalkan,
teratur, dan berhati-hati, sedangkan sifat-sifat seperti fleksibel, inovatif, dan
pengambilan risiko cenderung dijauhi. Pemimpin diharapkan menggunakan
perencanaan yang rinci, aturan formal yang sesuai dengan standar prosedur, adanya
pemantauan kegiatan, dan ada lebih sedikit delegasi (Offermann & Hellmann, 1997).
Kontrol yang lebih terpusat atas keputusan yang melibatkan perubahan atau inovasi
juga diharapkan pada budaya tersebut. Sebagai contoh, satu studi menemukan bahwa
pemimpin di Inggris mengharapkan lebih banyak inovasi dan inisiatif dari bawahan,
sedangkan pemimpin di Jerman mengharapkan lebih banyak keandalan dan ketepatan
waktu (Stewart et al., 1994). Studi ini juga menemukan bahwa pengembangan
manajemen di Jerman menekankan pada perolehan pengetahuan dan pengalaman
khusus di bidang fungsional, sedangkan di Inggris, ada lebih banyak penekanan pada
keterampilan umum yang diperoleh dari berbagai pengalaman kerja.
3) Individualisme (vs Kolektivisme)
Individualisme adalah sejauh mana kebutuhan dan otonomi individu
lebih penting daripada kebutuhan kolektif kelompok, organisasi, atau masyarakat.
Dalam budaya individualis, hak individu lebih penting daripada tanggung jawab
sosial, dan setiap orang diharapkan untuk dapat menjaga diri mereka sendiri (Dickson
et al., 2003; Gelfand, Bhawuk, Nishi, & Bechtold, 2004; Hofstede, 1980). Contoh

7
negara dengan nilai individualisme yang kuat antara lain Amerika Serikat, Australia,
Inggris, dan Belanda.
Implikasi nilai-nilai kolektivisme sebagian besar bergantung pada nilai-
nilai yang lebih penting bagi kelompok atau masyarakat luas, tetapi sebagian besar
penelitian lintas budaya menekankan pada kolektivisme lebih besar dalam kelompok.
Kelompok tersebut dapat didasarkan pada ikatan keluarga, latar belakang agama atau
etnis, keanggotaan dalam partai politik, atau hubungan bisnis kolaboratif yang stabil.
Dalam budaya kolektif, keanggotaan dalam kelompok merupakan aspek penting dari
identitas diri seseorang, dan kesetiaan kepada kelompok tersebut dinilai penting.
Orang-orang cenderung tidak berganti pekerjaan, dan anggota kelompok tersebut
lebih mungkin untuk menyumbangkan waktu mereka untuk melakukan pekerjaan
ekstra dan dalam bentuk perilaku kewargaan organisasi (Jackson, Colquitt, Wesson,
& Zapata-Phelan, 2006). Pada gilirannya, kelompok diharapkan untuk saling menjaga
anggotanya. Contoh negara dengan nilai kolektivitas yang kuat antara lain Cina,
Argentina, Meksiko, dan Swedia.
Karena orang-orang lebih termotivasi untuk memuaskan kepentingan
diri dan tujuan pribadi mereka dalam budaya individualistik, lebih sulit bagi
pemimpin untuk menginspirasi komitmen yang kuat mengenai tujuan tim atau
organisasi (Jung & Avolio, 1999; Triandis et al., 1993). Preferensi untuk penghargaan
berdasarkan prestasi dan kinerja individu juga membuat lebih sulit bagi para
pemimpin untuk menggunakan penghargaan dan pengakuan berbasis tim (Kirkman
& Shapiro, 2000). Penekanan pada hak-hak individu dan otonomi membuat lebih sulit
untuk menciptakan budaya nilai-nilai bersama yang kuat untuk tanggung jawab sosial,
kerjasama, dan perilaku etis
4) Egalitarianisme Gender
Egalitarianisme gender adalah sejauh mana pria dan wanita menerima
perlakuan yang sama, dan atribut maskulin dan feminin dianggap penting dan
diinginkan. Dalam budaya dengan egalitarianisme gender yang tinggi, diferensiasi
peran jenis kelamin tidak terlalu berbeda dan sebagian besar pekerjaan tidak
dipisahkan berdasarkan gender. Perempuan memiliki lebih banyak kesempatan yang
sama untuk dipilih untuk posisi kepemimpinan penting, meskipun akses masih lebih
besar untuk posisi sektor publik daripada di perusahaan bisnis. Dengan tidak adanya

8
ekspektasi peran gender yang sangat berbeda, pemimpin pria dan wanita kurang
dibatasi dalam perilaku mereka, dan ada sedikit anggapan dalam bagaimana perilaku
mereka dievaluasi oleh bawahan dan oleh bos. Contoh negara dengan nilai egaliter
gender yang kuat termasuk Norwegia, Swedia, Denmark, dan Belanda. Negara-
negara dengan tingkat egalitarianisme gender yang rendah antara lain Jepang, Italia,
Meksiko, dan Swiss.
Nilai-nilai budaya untuk egalitarianisme gender memiliki implikasi
untuk pemilihan dan evaluasi pemimpin dan untuk jenis perilaku kepemimpinan yang
dianggap diinginkan dan dapat diterima secara sosial (Dickson et al., 2003; Emrich,
Denmark, & Den Hartog, 2005). Dalam budaya dengan nilai-nilai "maskulin" yang
kuat untuk ketangguhan dan ketegasan, atribut "feminin" seperti kasih sayang, empati,
dan intuisi tidak dipandang penting untuk kepemimpinan yang efektif (Den Hartog,
2004; Den Hartog et al., 1999). Kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan suportif,
dan aspek berorientasi hubungan dari kepemimpinan transformasional dipandang
kurang menguntungkan dalam budaya dengan egalitarianisme gender yang rendah.
Para pemimpin lebih cenderung menggunakan bentuk pengaruh interpersonal
langsung dan konfrontatif daripada tidak langsung, bentuk pengaruh yang halus (Fu
& Yukl, 2000; Holtgraves, 1997). Misalnya pemimpin yang tindakannya
menunjukkan kerendahan hati, kasih sayang, atau konsiliasi lebih cenderung
dipandang lemah dan tidak efektif dalam budaya "maskulin".
5) Orientasi Kinerja
Sejauh mana kinerja yang tinggi dan prestasi individu dihargai disebut
sebagai orientasi kinerja (Javidan, 2004). Nilai dan atribut tersebut termasuk kerja
keras, tanggung jawab, daya saing, ketekunan, inisiatif, pragmatisme, dan perolehan
keterampilan baru. Dalam masyarakat dengan nilai orientasi kinerja yang kuat, hasil
lebih ditekankan daripada manusia yang menghasilkan sesuatu itu. Apa yang
dilakukan lebih penting daripada siapa yang melakukan (misalnya, jenis kelamin,
keluarga atau latar belakang etnis), dan pencapaian individu dapat menjadi sumber
status dan harga diri yang penting. Menyelesaikan tugas secara efektif dapat
diprioritaskan di atas kebutuhan individu atau loyalitas keluarga.
Dalam budaya orientasi kinerja tinggi, ada lebih banyak penekanan pada
perilaku pemimpin yang relevan untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi.
Contohnya termasuk menetapkan tujuan atau standar yang menantang,

9
mengembangkan rencana tindakan dengan jadwal dan tenggat waktu,
mengungkapkan keyakinan bahwa anggota dapat meningkatkan kinerja,
mengembangkan keterampilan yang relevan dengan pekerjaan pada anggota,
mendorong inisiatif, dan memberikan pujian dan penghargaan atas suatu pencapaian.
Dalam budaya orientasi kinerja tinggi, pemilihan anggota tim dengan tugas penting
kemungkinan besar didasarkan pada bakat, bukan pada persahabatan atau hubungan
keluarga.
Perhatian yang kuat untuk kinerja tugas secara luas diyakini sebagai
persyaratan untuk kepemimpinan yang efektif di negara mana pun. Pembangunan
ekonomi dibantu oleh orientasi kinerja yang kuat, tetapi perhatian untuk
meningkatkan kinerja mungkin lebih kuat di negara-negara berkembang pesat
daripada di negara di mana kemakmuran yang meluas sudah ada (Javidan, 2004).
Nilai-nilai budaya mungkin memiliki pengaruh yang lebih kecil pada perilaku
berorientasi tugas daripada nilai-nilai organisasi inti dan kebutuhan individu dan ciri-
ciri kepribadian seorang pemimpin (misalnya, motivasi berprestasi). Secara bersama-
sama, faktor-faktor ini membantu menjelaskan kurangnya hasil yang konsisten dalam
studi lintas budaya tentang pengaruh nilai-nilai orientasi kinerja.
6) Orientasi Manusiawi
Orientasi manusiawi berarti kepedulian yang kuat terhadap
kesejahteraan orang lain dan kesediaan untuk mengorbankan kepentingan diri sendiri
untuk membantu orang lain. Kunci dari dimensi ini meliputi altruisme, kebajikan,
kebaikan, kasih sayang, cinta, dan kemurahan hati. Nilai-nilai tersebut cenderung
dikaitkan dengan kebutuhan yang lebih kuat untuk afiliasi dan kepemilikan daripada
kesenangan, pencapaian, atau kekuasaan. Altruisme dan kebaikan tidak terbatas
hanya pada keluarga seseorang atau kelompok etnis/agama tertentu saja, tetapi
termasuk kepedulian kemanusiaan untuk semua orang. Masyarakat dengan orientasi
kemanusiaan yang kuat mendorong dan menghargai individu karena bersikap ramah,
peduli, murah hati, dan baik kepada orang lain (Kabasakal & Bodur, 2004).
Masyarakat seperti itu cenderung menginvestasikan lebih banyak sumber daya dalam
mendidik dan melatih seseorang untuk kebaikan kariernya dan memberikan
perawatan kesehatan dan layanan sosial kepada orang-orang. Nilai-nilai kemanusiaan

10
bagi seorang individu dipengaruhi oleh pengalaman keluarga, pola asuh, dan ajaran
agama serta norma budaya.
Nilai-nilai orientasi manusiawi mendorong perilaku kepemimpinan
yang suportif seperti memperhatikan kebutuhan dan perasaan anggota, menunjukkan
simpati ketika anggota mengalami kesusahan, memberikan bimbingan dan
pembinaan bila perlu, menawarkan untuk memberikan bantuan bila diperlukan untuk
menangani masalah pribadi, dan bertindak ramah dan menerima. Seorang pemimpin
dengan nilai-nilai orientasi kemanusiaan yang kuat cenderung lebih toleran, sabar,
dan membantu bawahan yang melakukan kesalahan atau mengalami kesulitan
mempelajari tugas baru. Nilai-nilai orientasi kemanusiaan juga dikaitkan dengan
kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan yang melayani, dan perilaku membangun
tim (mendorong kerjasama dan saling percaya). Minat untuk membangun hubungan
yang bersahabat dan kooperatif dapat meluas ke orang-orang di luar tim atau unit
pemimpin, seperti mengembangkan jaringan kontak eksternal dengan bersosialisasi
dengan orang-orang dan membantu mereka. Di beberapa negara, orientasi
kemanusiaan juga dapat berbentuk lain, seperti bersosialisasi secara informal dengan
para anggota dan bersikap paternalistik terhadap karier dan kesejahteraan sosial
seorang anggota dan keluarganya.
Dimensi nilai budaya saling berhubungan secara moderat dan
memeriksa perbedaan untuk satu dimensi nilai tanpa mengontrol yang lain membuat sulit
untuk menentukan efek independen mereka pada keyakinan dan perilaku kepemimpinan.
Misalnya, di negara yang memiliki jarak kekuasaan yang tinggi dan toleransi
ketidakpastian yang rendah, tidak jelas seberapa besar setiap nilai mempengaruhi
penekanan pada keputusan terpusat untuk sebuah perusahaan. Untuk alasan ini, para
peneliti telah mengelompokkan negara-negara ke dalam cluster-cluster berdasarkan
kedekatan regional dan kesamaan bahasa, latar belakang etnis, dan agama (Dorfman et
al., 2004; Gupta, Hanges, & Dorfman, 2002). Para peneliti GLOBE mengelompokkan 60
negara ke dalam 10 kelompok, dan menegaskan bahwa klasifikasi negara ke dalam
kelompok secara akurat mencerminkan perbedaan dalam sembilan nilai budaya untuk
setiap negara.
Cluster dibandingkan tentang keyakinan kepemimpinan, dan perbedaan
ditemukan di antara cluster untuk beberapa keyakinan tentang kepemimpinan yang

11
efektif. Misalnya, kepemimpinan partisipatif dianggap lebih penting di kelompok Anglo,
Eropa Jerman, dan Eropa Nordik daripada di kelompok Eropa Timur, Asia Selatan, Asia
Konghucu, dan Timur Tengah. Menunjukkan kepedulian manusiawi yang kuat terhadap
orang lain dianggap lebih penting untuk kepemimpinan yang efektif di cluster Asia
Selatan dan Sub-Sahara Afrika daripada di cluster Eropa Jerman atau Eropa Latin.
Penelitian masa depan akan melihat lebih dekat pada perbedaan perilaku kepemimpinan
aktual yang sesuai dengan perbedaan nilai dan teori implisit tentang kepemimpinan yang
efektif.

2.4. Gender dan Kepemimpinan


Kedua topik ini sangat menarik bagi kalangan cendikiawan dan peneliti,
sehingga memacu mereka untuk menelusuri kemungkinan perbedaan antara pria dan
wanita dalam perilaku dan efektivitas kepemimpinan. Dalam mendalami topik tersebut,
peneliti juga menemukan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan gender dan
kepemimpinan. Salah satunya adalah diskriminasi berkelanjutan terhadap perempuan
dalam pemilihan kepemimpinan, yang merupakan diskriminasi terhadap jenis kelamin.
Diskriminasi terhadap jenis kelamin yang meluas jelas terlihat pada
rendahnya jumlah perempuan yang memegang posisi penting pada kepemimpinan tingkat
tinggi di sebagian besar organisasi. Kecenderungan kuat untuk memihak laki-laki
daripada perempuan dalam mengisi posisi kepemimpinan tingkat tinggi telah disebut
sebagai "langit-langit kaca". Hanya sejumlah kecil negara yang memiliki kepala negara
wanita (misalnya, perdana menteri, presiden), dan jumlah wanita di posisi eksekutif
puncak di organisasi bisnis besar juga sangat kecil, meskipun telah meningkat dalam
beberapa tahun terakhir (Adler, 1996; Katalis, 2003; Powell & Graves, 2003; Ragins,
Townsend, & Mattis, 1998). Dan mengenai permasalahan ini, terdapat dua teori yang
semakin memicu timbulnya permasalahan diskriminasi gender pada kepemimpinan,
yaitu:
1) Teori Keunggulan Pria
Sepanjang abad kedua puluh, diskriminasi berbasis gender didukung
oleh keyakinan kuno bahwa laki-laki lebih berkualitas daripada perempuan untuk
memegang peran kepemimpinan (Ayman & Korabik, 2010). Keyakinan ini
melibatkan asumsi tentang sifat dan keterampilan yang diperlukan untuk
kepemimpinan yang efektif dalam organisasi, asumsi tentang perbedaan yang melekat

12
antara pria dan wanita, dan asumsi tentang perilaku yang sesuai untuk pria dan wanita.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, hal-hal tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai
budaya pada egalitarianisme gender.
Tidak ada dukungan empiris untuk keyakinan bahwa pria lebih
memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin, dan bahkan sekarang di Amerika Serikat
sudah ada undang-undang untuk menghentikan diskriminasi berdasarkan jenis
kelamin. Undang-undang antidiskriminasi didasarkan pada premis bahwa laki-laki
dan perempuan sama-sama memenuhi syarat untuk memegang posisi kepemimpinan.
Stereotip gender perlahan-lahan berubah, tetapi keyakinan bahwa laki-laki lebih
memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin masih bertahan di segmen populasi dan
tetap kuat di negara-negara yang didukung oleh nilai-nilai budaya.
2) Teori Keuntungan Feminin
Kontroversi yang lebih baru dipicu oleh klaim bahwa wanita lebih
mungkin daripada pria untuk memiliki nilai dan keterampilan yang diperlukan untuk
kepemimpinan yang efektif dalam organisasi modern (Book, 2000; Carr ‐ Ruffino,
1993; Grant, 1988; Hegelsen, 1990; Rosener, 1990). Perbedaan tersebut merupakan
hasil dari pengalaman masa kanak-kanak, interaksi orang tua-anak, dan praktik
sosialisasi yang mencerminkan stereotip dan keyakinan peran budaya tentang
perbedaan gender dan pekerjaan yang sesuai untuk pria dan wanita (Cockburn, 1991).
Pengalaman-pengalaman ini mendorong nilai-nilai “feminin” seperti kebaikan, kasih
sayang, pengasuhan, dan berbagi. Para pendukung teori "keunggulan feminin"
berpendapat bahwa wanita lebih peduli dengan pembangunan konsensus, inklusivitas,
dan hubungan interpersonal sehingga lebih bersedia untuk mengembangkan dan
memelihara anggotanya dan berbagi kekuasaan dengan mereka. Wanita diyakini
memiliki lebih banyak empati, lebih mengandalkan intuisi, dan lebih peka terhadap
perasaan dan kualitas hubungan.
Pendukung keunggulan feminin mengklaim bahwa perubahan sifat
kepemimpinan dalam organisasi telah meningkatkan relevansi keterampilan dan nilai-
nilai yang lebih kuat pada wanita daripada pria. Namun, seperti klaim sebelumnya
bahwa laki-laki lebih memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin, klaim bahwa
perempuan lebih berkualitas tampaknya didasarkan pada asumsi yang lemah dan
stereotip gender yang dilebih-lebihkan. Evaluasi pernyataan tentang superioritas

13
gender dalam kepemimpinan membutuhkan pertimbangan yang cermat atas temuan-
temuan dalam penelitian empiris.

2.5. Temuan dalam Penelitian Perbedaan Gender


Banyak penelitian yang membandingkan pemimpin laki-laki dan
perempuan terkait dengan perilaku kepemimpinan mereka. Beberapa pengulas
menyimpulkan bahwa tidak ada bukti perbedaan gender yang penting dalam perilaku atau
keterampilan kepemimpinan. Peninjau lain menyimpulkan bahwa ada perbedaan terkait
gender untuk beberapa perilaku atau keterampilan dalam beberapa situasi. Sebuah debat
yang diterbitkan dalam jurnal Leadership Quarterly menunjukkan kompleksitas masalah
dan sejauh mana para sarjana tidak setuju (Eagly & Carli, 2003a, 2003b; Vecchio, 2002,
2003).
Banyak studi awal tentang perbedaan gender dalam perilaku
kepemimpinan melibatkan tugas dan perilaku hubungan. Eagly dan Johnson (1990)
melakukan meta-analisis studi gender dengan manajer aktual dan tidak menemukan
perbedaan gender dalam penggunaan perilaku berorientasi tugas atau perilaku suportif.
Namun, studi mereka menemukan bahwa kepemimpinan partisipatif lebih banyak
digunakan oleh wanita daripada pria. Dalam meta-analisis yang lebih baru (Eagly,
Johannesen-Schmidt, & Van Engen, 2003), wanita menggunakan sedikit lebih banyak
perilaku kepemimpinan transformasional daripada pria, dan perbedaan utama adalah
untuk pertimbangan individual, yang mencakup perilaku suportif dan upaya untuk
mengembangkan keterampilan para anggota. dan kepercayaan diri. Hasil untuk
kepemimpinan transaksional ini beragam dan sulit untuk ditafsirkan.
Hasil dari studi tentang perbedaan gender dalam efektivitas
kepemimpinan juga tidak konsisten. Sebuah meta-analisis oleh Eagly et al. (1995) tidak
menemukan perbedaan keseluruhan dalam efektivitas kepemimpinan oleh pria maupun
wanita. Namun, ketika persyaratan peran untuk berbagai jenis posisi kepemimpinan
diidentifikasi, pemimpin pria lebih efektif daripada pemimpin wanita dalam posisi yang
membutuhkan keterampilan tugas yang kuat, dan pemimpin wanita lebih efektif dalam
posisi yang membutuhkan keterampilan interpersonal yang kuat. Karena sebagian besar
posisi kepemimpinan membutuhkan kedua jenis keterampilan, gender tidak mungkin
berguna sebagai prediktor efektivitas kepemimpinan untuk posisi-posisi ini.

14
2.6. Pengelolaan Keberagaman
Keberagaman dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain perbedaan
ras, etnis, usia, jenis kelamin, pendidikan, penampilan fisik, maupun tingkat sosial
ekonomi. Keragaman tenaga kerja meningkat di Amerika Serikat dan Eropa (Milliken &
Martins, 1996). Lebih banyak perempuan memasuki pekerjaan tradisional laki-laki,
jumlah pekerja yang lebih tua meningkat, dan ada lebih banyak keragaman berkaitan
dengan latar belakang etnis, agama, dan ras. Meningkatnya jumlah usaha patungan,
merger, dan aliansi strategis menyatukan orang-orang dari berbagai jenis organisasi dan
budaya nasional.
Keberagaman menawarkan potensi manfaat dan biaya bagi suatu
kelompok atau organisasi (Cox & Blake, 1991; Kochan et al., 2003; Milliken & Martins,
1996; Triandis et al., 1994; van Knippenberg & Schippers, 2007). Keragaman perspektif
yang lebih besar meningkatkan kreativitas, dan pemanfaatan penuh tenaga kerja yang
beragam akan meningkatkan jumlah bakat yang tersedia untuk mengisi pekerjaan penting
yang sesuai dengan bidangnya. Namun, keragaman juga dapat menghasilkan lebih
banyak konflik, kepuasan yang lebih rendah, dan perubahan-perubahan yang lebih tinggi.
Sebuah organisasi cenderung tidak memiliki nilai-nilai yang sama dan komitmen anggota
yang kuat ketika organisasi tersebut memiliki banyak anggota yang berbeda dalam
mengidentifikasi kelompok mereka sendiri. Maka dari itu, pengelolaan keberagaman
merupakan tanggung jawab yang penting dan sulit bagi para pemimpin. Dan sebagai
upaya pemimpin untuk mengelola keberagaman, pemimpin dapat memulai dengan
menjungung tinggi toleransi dan memberikan apresiasi.
Pemimpin dapat melakukan banyak tindakan untuk menumbuhkan
apresiasi dan toleransi terhadap keberagaman. Tindakan tersebut dapat dibagi menjadi
dua kategori yang mirip dengan perbedaan yang dibuat sebelumnya untuk perilaku
kepemimpinan etis. Beberapa tindakan mendorong toleransi dan penghargaan, sedangkan
tindakan lainnya menantang diskriminasi dan intoleransi. Beberapa langkah tindakan
yang direkomendasikan untuk pemimpin individu tercantum dalam Tabel 2.1.

15
Tabel 2.1: Pedoman Pengelolaan Keberagaman bagi Pemimpin

Pedoman Pengelolaan Keberagaman

Mendorong Sikap Toleransi dan Saling Mencegah Sikap Intoleransi dan


Menghargai Diskriminasi

Memberi contoh mengenai menghargai Tidak mendiskripsikan seseorang melalui


keberagaman stereotip

Mengidentifikasi kepercayaan yang biasa


Saling menghormati atas perbedaan
dianggap dan ekspektasi peran yang biasa
masing-masing individu
diduduki oleh Wanita atau minoritas

Memberikan pemahaman mengenai nilai


Menegur seseorang yang membuat
budaya, kepercayaan, maupun tradisi
berkomentar dengan cara berprasangka
yang berbeda

Menjelaskan manfaat keberagaman bagi Berani menentang perlakuan yang tidak


tim atau organisasi baik yang didasari atas prasangka buruk

Mendukung orang yang menerapkan Menindak secara tegas tindakan yang


sikap toleransi atas keberagaman mengusik Wanita atau minoritas

Untuk memanfaatkan secara penuh bakat yang diwakili oleh


keberagaman anggota organisasi, penting untuk menghilangkan kendala yang
menghalangi orang yang memenuhi syarat untuk memilih posisi penting. Banyak hal
yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi persamaan kesempatan dan mengurangi
diskriminasi dalam keputusan personalia (Cox, 1991). Survei sikap karyawan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menilai kemajuan. Media komunikasi
organisasi dapat digunakan untuk menggambarkan apa yang sedang dilakukan untuk
mempromosikan kesempatan yang sama dan melaporkan pencapaian.
Diskriminasi yang tidak adil dapat dikurangi dengan menyeleksi
menggunakan kriteria yang berdasarkan atas keterampilan yang relevan daripada

16
konsepsi yang dipenuhi prasangka. Penilaian yang digunakan atas keputusan seleksi dan
promosi akan lebih akurat jika penilai membuat mereka terlatih untuk mengurangi
prasangka yang disebabkan oleh stereotip peran ras, etnis, atau gender. Stereotip dapat
mencakup fitur positif dan negatif, dan ketika mereka bersembunyi di bawah kesadaran,
pengaruhnya pada interpretasi dan evaluasi perilaku orang lain lebih sulit untuk dideteksi
(Eagly & Chin, 2010). Salah satu metode untuk mengurangi jenis skepsi ini adalah
intervensi "penarikan bebas terstruktur" (Baltes, Bauer, & Frensch, 2007; Bauer & Baltes,
2002). Penilai diminta untuk mengingat contoh perilaku positif dan negatif oleh seorang
kandidat sebelum menilai kualifikasi orang tersebut untuk suatu posisi.
Perkembangan terhadap wanita dan minoritas dapat difasilitasi oleh
program mentorship yang memberikan nasehat, dorongan, dan bantuan yang memadai.
Program pengembangan kepemimpinan harus memberikan kesempatan yang sama bagi
orang-orang yang ingin mempelajari keterampilan yang relevan dan mendapatkan
pengalaman yang berharga. Program tindakan afirmatif dapat membantu jika dirancang
dan diimplementasikan dengan baik (Harrison et al., 2006). Program-program tersebut
kemungkinan akan kurang kontroversial dan lebih berhasil jika kebutuhannya dipahami
dengan jelas oleh anggota organisasi, dan apabila ditemukan cara untuk mendorong
tindakan afirmatif tanpa adanya pemaksaan yang bersifat diskriminatif.
Departemen manajemen sumber daya manusia biasanya memiliki
tanggung jawab utama atas proses yang memengaruhi keragaman dan kesempatan yang
sama, seperti perekrutan, seleksi, orientasi karyawan, penilaian kinerja, pelatihan, dan
pendampingan. Namun, tanggung jawab untuk memberikan kesempatan yang sama tidak
boleh dilimpahkan hanya kepada spesialis staf sumber daya manusia saja. Upaya yang
berhasil untuk meningkatkan keragaman dan kesempatan yang sama membutuhkan
dukungan kuat dari susunan manajemen puncak dan manajer di semua tingkat organisasi.

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan pesatnya globalisasi dan perkembangan ekonomi,
kepemimpinan lintas budaya telah menjadi topik penting untuk diteliti. Beberapa atribut
pemimpin dianggap penting untuk kepemimpinan yang efektif di semua budaya yang
telah dipelajari, tetapi atribut lain berbeda dalam kepentingannya dari satu budaya ke
budaya lain. Nilai-nilai budaya dan keyakinan cenderung mempengaruhi perilaku
pemimpin yang sebenarnya, terutama ketika mereka juga konsisten dengan nilai-nilai inti
bagi organisasi.
Jumlah penelitian lintas budaya semakin meningkat, tetapi kesulitan
metodologis dalam melakukan jenis penelitian ini cukup besar. Kesetaraan makna tidak
dijamin dalam banyak penelitian, prosedur pengambilan sampel tidak memadai, kontrol
untuk faktor pencemar tidak ada, variabel penjelas tidak disertakan, dan interpretasi hasil
dipertanyakan. Kemajuan yang lebih cepat mungkin memerlukan penggunaan proyek
penelitian skala besar yang lebih besar lagi.
Diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dalam pemilihan dan promosi
pemimpin terus menjadi masalah serius di organisasi besar. Ada beberapa alasan berbeda
untuk diskriminasi semacam itu, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
memahami penyebabnya dan menemukan cara untuk mengatasinya. Banyak penelitian
telah meneliti perbedaan berbasis gender dalam perilaku dan efektivitas kepemimpinan,
tetapi temuannya lemah dan tidak konsisten. Penelitian selanjutnya perlu mengontrol
pengaruh variabel yang mungkin mencemari, melaporkan besarnya perbedaan signifikan
yang ditemukan, dan mengukur proses yang memberikan wawasan tentang alasan
perbedaan tersebut.
Tanggung jawab penting bagi para pemimpin di abad baru ini adalah
pengelolaan keragaman, yang dapat mengambil banyak bentuk. Para pemimpin
memainkan peran penting dalam membantu mewujudkan kesempatan yang sama dan
penghapusan diskriminasi yang tidak adil dalam keputusan seleksi dan promosi.
Pemimpin dapat melakukan banyak hal untuk mendorong toleransi dan apresiasi terhadap
keragaman dalam organisasi. Semua pemimpin dalam organisasi harus berbagi tanggung
jawab untuk meningkatkan keragaman dan memastikan kesempatan yang sama.

18
DAFTAR PUSTAKA
Yukl, G. (2013). Leadership in Organizations: Eight Edition. New York: University of
Albany.
Adler, N. J. (1996). Global women political leaders: An invisible history, and increasingly
important future. Leadership Quarterly, 7, 133–161.
Atwater, L., Wang, M., Smither J. W., & Fleenor, J. W. (2009). Are cultural
characteristics associated with the relationship between self and others’ ratings
of leadership? Journal of Applied Psychology, 94 (4), 876–886.
Ayman, R., & Korabik, K. (2010). Leadership: Why gender and culture matter. American
Psychologist, 65, 157–170.
Baltes, B. B., Bauer, C. B., & Frensch, P. A. (2007). Does a structured free recall
intervention reduce the effect of stereotypes on performance ratings and by what
cognitive mechanism? Journal of Applied Psychology, 92 (1), 151–164.
Book, E. W. (2000). Why the best man for the job is a woman: The unique female
qualities of leadership. New York: Harper Business.
Boyacigiller, N., & Adler, N. (1991). The parochial dinosaur: Organizational science in
a global context. Academy of Management Review, 16, 262–290.
Cockburn, C. (1991). In the way of women. London: Macmillan.
Cox, T. H. (1991). The multi-cultural organization. Academy of Management Executive,
5 (2), 34–47.
Den Hartog, D. N., House, R. J., Hanges, P. J., Ruiz-Quintanilla, S. A., Dorfman, P. W.,
& Associates (1999). Culture specific and crossculturally generalizable implicit
leadership theories: Are the attributes of charismatic/transformational
leadership universally endorsed? Leadership Quarterly, 10, 219–256.
Dickson, M. W., Den Hartog, D. N., & Michelson, J. K. (2003). Research on leadership
in a crosscultural context: Making progress and raising new questions.
Leadership Quarterly, 14, 729–768.
Dorfman, P. W. (2003). International and crosscultural leadership research. In B. J.
Punnett & O. Shenkar (Eds.), Handbook for international management
research, 2nd ed. Ann Arbor, MI: University of Michigan.
Eagly, A. H., & Chin, J. L. (2010). Diversity and leadership in a changing world.
American Psychologist, 65, 216–224.

19
Fu, P. P., & Yukl, G. (2000). Perceived effectiveness of influence tactics in the United
States and China. Leadership Quarterly, 11, 251–266.
Guthey, E., & Jackson, B. (2005). CEO portraits and the authenticity paradox. Journal
of Management Studies, 42 (5), 1057–1082.
Harrison, D. A., Kravitz, D. A., Mayer, D. M., Leslie, L. M., & Lev-Arey, D. (2006).
Understanding attitudes toward affirmative action programs in employment:
Summary and meta-analysis of 35 years of research. Journal of Applied
Psychology, 91 (5), 1013–1036.
Jackson, C. L., Colquitt, J. A., Wesson, M. J., & Zapata-Phelan, C. P. (2006).
Psychological collectivism: A measurement validation and linkage to group
member performance. Journal of Applied Psychology, 91 (4), 884–899.
Javidan, M. (2004). Performance orientation. In R. House, V. Gupta, P. J. Hanges, M.
Javidan, & P. W. Dorfman (Eds.), Culture, leadership, and organization: The
Globe Study of 62 Societies. Thousand Oaks, CA: Sage, pp. 239–281.
Jepson, D. (2009). Studying leadership at crosscountry level: A critical analysis.
Leadership, 5 (1), 61–80.
Jung, D. I., & Avolio, B. J. (1999). Effects of leadership style and followers’ cultural
orientation on performance in group and individual task conditions. Academy
of Management Journal, 42, 208–218.
Kabasakal, H., & Bodur, M. (2004). In R. House, V. Gupta, P. J. Hanges, M. Javidan, &
P. W. Dorfman (Eds.), Culture, leadership, and organization: The Globe Study
of 62 Societies. Thousand Oaks, CA: Sage, pp. 564–601.
Milliken, F. J., & Martins, L. L. (1996). Searching for common threads: Understanding
the multiple effects of diversity in organizational groups. Academy of
Management Review, 21, 402–433.
Offermann, L. R., & Hellmann, P. S. (1997). Culture’s consequences for leadership
behavior: National values in action. Journal of Cross-Cultural Psychology, 28
(3), 342–351.
Smith, P. B., Peterson, M. F., Schwartz, S. H., Ahmad, A. H., & Associates (2002).
Cultural values, sources of guidance, and their relevance to managerial
behavior: A 47-nation study. Journal of Cross-Cultural Psychology, 33 (2),
188–208.

20
Stewart, R., Barsoux, J. L., Kieser, A., Ganter, H. D., & Walgenbach, P. (1994).
Managing in Britain and Germany. London: St. Martin’s Press/MacMillan.

21
Leadership: Why Gender and Culture Matter
Roya Ayman Illinois Institute of Technology
Karen Korabik University of Guelph
For decades, understanding of many barriers that they must negotiate.
leadership has been largely based on the The articles in the recent special issue on
results of studies carried out on White men leadership in the American Psychologist
in the United States. We review major (Sternberg, 2007), although recognizing
theories and models of leadership as they the contributions of individual men and
pertain to either gender or culture. We women leaders from various cultural
focus on 3 approaches to leadership: trait backgrounds, were largely founded on the
(including leadership categorization or assumption that leadership and its
implicit leadership theory), behavioral effectiveness are universal. Although for
(including the two-factor, the most part the authors acknowledged
transformational–transactional the general importance of situational
leadership, and leader–member exchange contingencies (Vroom & Jago, 2007;
models), and contingency (i.e., Zaccaro, 2007) and culture (Avolio, 2007)
contingency model of leadership as contextual circumstances in
effectiveness and normative decision determining leadership, they presented
making). We discuss how dynamics leadership as a phenomenon that is
related to either culture or gender (e.g., primarily gender and culture neutral.
stereotypes and schemas, ingroup– Thus, their focus was on the similarities,
outgroup interaction, role expectations, rather than the differences, among the
power and status differentials) can have situations faced by men and women
an important impact on many aspects of leaders and leaders from various cultures
leadership. and ethnic backgrounds. Taking this
stance, however, fails to acknowledge that
Keywords: leadership, gender, culture, additional factors related to the labyrinth
diversity, ethnicity (e.g., stereotypes and schemas, ingroup–
outgroup dynamics, role expectations,

A
lmost two decades have passed
power and status differentials, and
since the American Psychologist
differential attributions made about and
highlighted the importance of
rewards given for similar behavior) can
diversity in leadership (e.g., Hollander &
have an important impact on many aspects
Offermann, 1990; Morrison & Von
of leadership. Moreover, because these
Glinow, 1990). However, although
factors privilege those in majority groups,
interest in the role of diversity in
they can create obstacles that women and
leadership persists, the nature of the issues
ethnocultural minorities need to overcome
has changed since then. For example,
if they are to attain positions of leadership
during the 1990s the glass ceiling was a
or be successful once they have done so.
widespread metaphor used to explain why
We contend that studying leadership
women and ethnocultural minorities often
without the specific inclusion of the role of
lacked access to leadership roles. Today,
gender and culture limits the scope of
women and ethnocultural minorities still
knowledge in this area. At a practical
confront many leadership-related
level, a lack of attention to these factors
challenges. However, Eagly and Carli
and the dynamics that they produce can
(2007) characterized these as taking the
create problems (Chin & Sanchez-Hucles,
form of a labyrinth or maze consisting of
2007) in the development of the leaders of

22
tomorrow. If leaders are to be effective in gender. First, different leadership
a diverse society, they need to understand researchers have used different definitions
their own preferred style and behaviors when referring to these concepts. Second,
and how these may differ from those leaders in a diverse and multicultural
preferred by others. Otherwise, their society need to become aware of these
interactions with others are likely to be distinctions. Although phenomenological
fraught with misattributions, discussions continue, culture primarily
misunderstandings, and can be operationalized in two different
misinterpretations. At a basic scientific ways, based on existing leadership
level, failure to include diverse groups in research. The first is by means of
research limits the validity and characteristics that are visible and on the
generalizability of findings and the surface, such as country boundaries
inclusivity of theories. By contrast, (House, Wright, & Aditya, 1997) or
culturally inclusive research has many individuals’ physical characteristics (e.g.,
benefits, including expanding on theories, skin color, hair texture, eye shape). These
increasing the range of variables, visible characteristics allow for
unconfounding variables, and categorization of people into social groups
understanding the context in which (e.g., by country or nationality). The
behavior occurs (Triandis & Brislin, second operationalization is in terms of
1984). The purpose of this article is to more invisible and deeper differences
illustrate why gender and culture matter in among people (e.g., their values and
our understanding of leadership. We first personalities). For example, Hofstede
briefly define each concept. We then (2001) identified four cultural values that
review the major mainstream theoretical can define cultural categories at the
approaches to the study of leadership, country level (i.e., individualism–
presenting the key findings pertaining to collectivism, power distance, uncertainty
gender and culture. We acknowledge that avoidance, and masculinity– femininity).
gender and culture coexist in a symbiotic The underlying assumption tying together
relationship. In addition, we argue that these two operationalizations of culture is
gender and culture have parallel dynamics that people who look alike, have similar
in relation to leadership. However, languages, or live within the same
because in the leadership literature very geographic boundaries will have similar
few studies have examined their joint cultural values. In today’s global village,
effects, we discuss gender and culture however, this is not always the case. In a
separately. diverse and pluralistic society, many
groups of people live together. These
Definitions groups may vary in their appearance, in
Culture their cultural values, or in both—as do
members of various ethnic groups.
Many have debated the definition of Connerley and Pedersen (2005) proposed
culture (Triandis, 1996). Overall, most a more integrated definition of culture.
agree with Kluckhohn’s (1951) definition They considered it to be a complex
that culture is an acquired and transmitted (multidimensional and multilevel) and
pattern of shared meaning, feeling, and dynamic phenomenon consisting of both
behavior that constitutes a distinctive visible and invisible characteristics that
human group. There are two reasons why may influence leadership. Their categories
it is necessary to distinguish among the of culture include demographic
definitions of culture, ethnicity, and characteristics (e.g., place of residence

2
and physical gender), status phenomenon with many different facets
characteristics (e.g., economic and (Korabik, 1999). These include
educational variables), ethnographic intrapsychic aspects such as gender
characteristics (e.g., nationality, ethnicity, schemas and stereotypes; gender-role
and language), and affiliations. These identity; and gender-role traits, attitudes,
cultural categories are socially and values (Bem, 1993). They also include
constructed and become imbued with the manner in which men and women
meaning. Therefore, people who differ interact with one another (Deaux & Major,
from one another on these categories can 1987) and the social roles that they are
“experience the world in different ways expected to, and frequently do, enact in a
whether those differences are based on society (Eagly, 1987). Moreover, gender
internal differences, external differences is an ascribed status characteristic. Men’s
in the way they are treated by others, or a higher social status means that they have
combination of the two” (Connerley & more access to power and resources than
Pedersen, 2005, p. 4). In leadership women do and, consequently, they are
research, cultural differences are often accorded greater privilege (Ridgeway,
studied with either a single visible or 1992). Thus, gender is both “a hierarchical
invisible cultural marker. Among these structure of opportunity and oppression as
markers, national boundary, gender, and well as an affective structure of identity
ethnicity are the subsets of culture that and cohesion” (Ferree, 1995, p. 125).
have been examined most often. In this
article we include the research pertaining Gender, Culture, and Leadership
to national boundary, ethnicity, and
cultural values in the section on culture. A direct parallel exists between the
Because there is a large volume of dynamics that are due to culture and those
research that has been directed specifically that are due to gender. Both culture and
at gender and leadership, we have chosen gender have physical (visible) and value
to dedicate a separate section to gender. (invisible) components. Both affect
identity and group cohesion, interpersonal
Gender interactions, and access to power and
resources. The cultural and ethnic values
Since the 1970s researchers have that people hold are learned intrapsychic
noted the need to differentiate between beliefs in the same way that gender-role
gender and sex (Bem,1974; beliefs and attitudes are. The physical
Spence,Helmreich, & Stapp, 1975), and characteristics that differentiate people
they have defined gender (i.e., whether into different cultural and ethnic groups
someone is a woman or man) as pertaining act as markers of status that prime
to the psychosocial ramifications of stereotypes and endow privilege in the
biological sex (i.e., whether they are same manner that gender does. We now
female or male; Unger, 1979). Most often present an overview of how these
researchers operationalize gender by dynamics operate in a leadership context,
either observing the behavior of men and with gender as an example. Similar
women or by asking them to selfreport dynamics would be expected to occur for
whether they are male or female. In this culture.
article we use the term sociodemographic Perspectives on gender and
gender to refer to this aspect of gender. leadership. When one examines
Gender, however, consists of much more research on gender and leadership, it is
than sociodemographic gender. Gender is important to distinguish between the
a multidimensional and multilevel

3
manner in which the research has been expressivity, or androgyny) has on his or
carried out and the manner in which it has her behavior and the outcomes achieved.
been interpreted. Most research on gender Some theorists who have adopted the
and leadership has been carried out by social structural perspective focus on the
applying the sociodemographic definition different social roles that men and women
of gender. Thus, a plethora of studies have are expected to play in society (Eagly,
been conducted examining how men and 1987). According to this formulation, the
women differ from one another in their qualitative differences in men’s and
leadership style, behavior, and women’s normative roles affect their
effectiveness. The authors of some of leadership behavior and outcomes. Here,
these studies did not specify a theory gender is important because the
about why gender is expected to have an perception that men’s roles are more
impact on leadership, whereas those of the congruent with the leadership role than are
remainder drew upon a number of those of women can result in prejudice
different theoretical perspectives when against women leaders (Eagly & Karau,
interpreting their findings. These include 2002). Other theorists who have adopted
androgyny theory (Bem, 1974), social role the social structural perspective have
theory (Eagly, 1987), expectation states emphasized the status differences between
theory (Berger, Wagner, & Zelditch, men and women (Ridgeway, 1992). They
1985), and status characteristics theory have viewed sociodemographic gender as
(Ridgeway, 1992). To bring some a visible status marker that affects others’
conceptual clarity to the literature, perceptions, observations, and evaluations
Korabik and Ayman (2007) have of leaders. According to the social
delineated three of the most common structural perspective, different outcomes
theoretical positions that underlie the will be attained by men and women
study of gender and leadership. These are leaders under certain conditions. This is
the intrapsychic perspective, the social because men are attributed higher status
structural perspective, and the and privilege, and they are more likely to
interpersonal perspective, respectively. be in leadership roles that are congruent
Research done from the intrapsychic with their sociodemographic gender. In
perspective focuses primarily on the contrast, women are perceived as having
internal intrapsychic characteristics of the lower status and less privilege, and the
leader. Here gender encompasses such leadership role is seen as being
things as gender schema; gender identity; incongruent with their sociodemographic
and gender-role traits, attitudes, and gender. Meta-analytic findings support
values that are acquired through gender- this perspective by indicating that women
role socialization. According to the leaders are viewed as being less effective
intrapsychic perspective, the leader’s when they are in male-dominated settings
intrapsychic gender-role characteristics or leadership roles that are defined as more
(e.g., instrumentality/masculinity/agency masculine (Eagly, Karau, & Makhijani,
and expressivity/femininity/communion) 1995). The interpersonal interaction
matter because they affect the leader’s perspective focuses on how leaders
preferred style, behavior, and outcomes interact with their superiors, coworkers,
regardless of whether the leader is a man and subordinates. This approach
or a woman. Research done from this incorporates aspects of both the
perspective might, for example, examine intrapsychic and social structural
the impact that a leader’s gender-role perspectives because interactions are
orientation (i.e., instrumentality, viewed as a function of both

4
sociodemographic gender cues, which are differentials; group gender composition;
more visible and overt, and gender-related and the gendered nature of tasks.
beliefs and expectations both about the Culture and leadership. In a
self (schemas) and about others diverse workforce, people from different
(stereotypes), which are less visible and cultural or social groups must constantly
more covert. In addition, these processes interact with each other. In such settings,
are influenced by situational cues (e.g., people’s own cultural identities and their
gender-typed tasks, skewed gender ratios assumptions about and perceptions of
in groups) that make gender more or less others from different social groups (e.g.,
salient and induce priming. According to White and African American, Latino and
the interper sonal interaction perspective, Asian) relate to ingroup–outgroup
gender makes a difference because men dynamics, and these assumptions and
and women leaders will have different perceptions may have an impact on the
types of social interactions with their men leadership experience (Ayman, 2004a). In
and women supervisors, peers, and these types of situations, the composition
subordinates, and these interactions will of dyads or work groups based on their
influence the outcomes experienced by gender or culture matters because it can
each party (Ayman, 1993; Korabik & affect a leader’s ability to be successful.
Ayman, 2007). Korabik and Ayman For example, in an experiment in which a
(2007) proposed an integrative model of Japanese leader behaved either as an
gender and leadership that combines American leader would or as a Japanese
elements from each of these three leader would, his American followers did
perspectives. Here leadership is seen as a not consider him to be as trustworthy
social interaction between leaders and when he was behaving like an American
their supervisors, peers, and subordinates. leader compared with when he behaved
The nature of this interaction is influenced like a Japanese leader (Thomas & Ravlin,
by intrapsychic processes (e.g., genderrole 1995). Moreover, the increasing diversity
orientation, gender-role attitudes and in today’s workforce means that to be
values) in all of the parties. However, effective, leaders need to develop a
these processes are not as salient and multicultural perspective and an
observable as is someone’s understanding of the points of view of
sociodemographic gender. Therefore, those who differ from themselves
sociodemographic gender acts as a marker (Connerley & Pedersen, 2005). Doing so
of status and privilege, as well as of involves two things: (a) eliminating
expectations about prescribed role ethnocentrism (i.e., the belief that one’s
behaviors. As such it is a cue that activates cultural values are the same as everyone
stereotypes and attributions that affect else’s, regardless of the evidence) and (b)
initial judgments and evaluations. These increasing isomorphic attributions or the
processes are moderated by a variety of extent that people from culturally diverse
contextual cues (e.g., gender-typed tasks, social groups are able to reach a similar
skewed gender ratios in groups). The assessment of a given situation or action
literature on gender and leadership (Triandis, 1995). The elimination of
supports this model by demonstrating that ethnocentrism, by reducing the imposition
the following play an important part in the of one’s frame of reference on others, can
leadership process: gender-role result in less hostile judgments toward
socialization; gender-role beliefs, those in outgroups (Duckitt, Callaghan, &
attitudes, and expectations; gender Wagner,
stereotypes; gender-based status

5
2005). In addition, by reducing the difficult to interpret observed mean score
ethnocentrism present in leadership differences meaningfully.” Findings from
research, leadership models can become meta-analyses on gender or cultural
more inclusive of other cultures and differences in leadership, therefore, can be
representative of all social groups. construed as representing true between-
Gender, culture, and groups mean differences only once
leadership. To develop more inclusive equivalence of meaning (i.e.,
theories of leadership, both emic and etic measurement equivalence) has been
perspectives (Berry, 1997; Gelfand, established for these groups.
Raver, & Ehrhart, 2002) need to be
included. The emic approach means Gender and Culture in
studying leadership from within a culture Leadership Research
or a social group, whereas the etic
approach allows for validation of theories Both culture and leadership and
and models of leadership across genders gender and leadership have been studied
and cultural settings. A version of the etic using an emic approach. For example,
approach, imposed etic, is when a theory Misumi (1985) and Sinha (1984) have
or a measure developed within one social approached leadership from Japanese and
group is validated in another. In Indian perspectives, respectively.
leadership, most theories have been Moreover, feminist researchers have
developed in North America and embody explored women’s leadership experiences
a primarily ethnocentric viewpoint. One of (see Chin, Lott, Rice, & Sanchez-Hucles,
the effects of this situation is that the 2007). These studies have addressed the
theory can privilege certain types of issue of whether women or people from
scientific knowledge and marginalize different ethnocultural groups have
other viewpoints (McIntosh, 2003). unique ways of leading. In this article,
Leadership researchers rarely have done however, we focus on the imposed etic
cross-cultural studies to learn the approach to leadership as it pertains to
limitations of their theories. Moreover, gender and culture. We do so because we
when validating their theories on other wish to address a different question: To
groups or in other countries, they rely on what extent do North American models,
an imposed etic approach. Their interest which have been developed primarily by
has not been to understand how the men and mostly validated on men leaders,
theories worked, but only in seeing that apply to women and people from other
they worked. To form an allocentric cultures? Furthermore, we made this
theory, as Triandis (1995) advised, choice because these theories are currently
researchers need a more inclusive effort the focal approaches to leadership in fields
where scholars from various countries such as psychology, management,
using differing methods come together to political science, and education. In
share and gradually put together the pieces addition, these theories served as the
of the puzzle. Furthermore, it is important framework for the 2007 special issue on
to examine whether existing leadership leadership in the American Psychologist
constructs have similar equivalence of (Sternberg, 2007). Our intention in this
meaning across gender and cultures, as article is to highlight the role of gender
well as across sources (e.g., leader’s self- and culture in the research that has been
report and subordinates’ reports). As Raju, done within these paradigms, something
Laffitte, and Byrne (2002, p. 517) said, that was lacking in the previous special
“Without measurement equivalence, it is issue. Before doing so, however, it is

6
important to acknowledge some previous Stogdill’s Handbook of Leadership, Bass
leadership theorists (e.g., Ayman, 1993; (1991) mentioned that leadership has
Chemers, 1997; House, Hanges, Javidan, many definitions. In this article we do not
Dorfman, & Gupta, 2004) who have put forth a particular definition but rather
emphasized the important role that gender acknowledge the variety of approaches to
and culture specifically play in the the way that leadership has been studied
leadership experience. Ayman (1993) did through existing theories and models. The
so by drawing from the cross-cultural main theories and models that we review
approach and methodology. She argued include the following: trait approach
that because leaders’ and subordinates’ (including leadership categorization or
gender or culture influences their frame of implicit leadership theory), behavior
reference, these factors affect how approaches (including the two-factor,
leaders’ behaviors are described and transformational leadership, and leader–
evaluated. Chemers’s (1997) integrative member exchange models), and
model of leadership explicitly contingency approaches (i.e., the
acknowledged a role for culture and contingency model of leadership
gender. In his model, gender and culture effectiveness and the normative decision-
influence the leadership relationship in making model). For each theoretical
multiple ways (e.g., through social norms approach to leadership, we provide
and the leader’s and subordinates’ examples from the literature that illustrate
interpretation of the situation). Both of why culture and gender matter.
these scholars have viewed gender and In any discussion of the intersection
culture as leadership contingencies that of gender or culture with leadership it is
are omnipresent in a diverse society and particularly important to recognize that
that cannot be ignored when leadership is just because someone holds a leadership
studied. The primary focus of the 62- position, it does not imply that they are an
country GLOBE research project (House effective leader. Likewise, the absence of
et al., 2004) has been on establishing a individuals from certain groups (e.g.,
universal model of leadership. Although women or people of color) in leadership
specific findings about the interface of positions does not mean that they would
culture, gender, and leadership are still be ineffectual leaders. It is also critical to
emerging, the picture that has been point out that many of the studies on
painted thus far is very complex. While gender and leadership in the workplace
some universals (such as value-based have examined a selected group of women
charismatic leadership) have been found, leaders who have attained leadership
there is also extensive evidence that these positions by meeting the expectations of
universals are manifested in different the majority. The results of that research
ways in each region of the world. It may may not be generalizable to women in
be that, as Graen (2006) has suggested, the general. Similarly, because most cultural
research questions and approach used by studies have examined people functioning
GLOBE were too limited to portray a in their own culture, we do not know how
global picture of leadership. In support of they would perform in cross-cultural
this, van Emmerik,Euwema,and Wendt situations.
(2008) reviewed other research that
indicates that certain leadership behaviors The Trait Approach
(e.g., the use of superiority, power, and
close supervision) vary as a function of In the interest of brevity we do not
culture. In the latest edition of Bass & review the historical evolution of the trait
approach, the oldest domain of

7
investigation in leadership research (see dealing with both those from foreign
Zaccaro, 2007; Zaccaro, Kemp, & Bader, cultures and those from different
2004). Likewise, we do not deal with the subcultures within one’s own culture (Ang
many traits that have been associated with & Van Dyne, 2008). Thus, it helps
leadership emergence or effectiveness individuals meet the challenges of
(see Judge, Bono, Ilies, & Gerhart, 2002). managing both globalization and
Instead, we discuss only those traits that workforce diversity. CQ has been
are both important to leadership and managerial effectiveness in a number of
relevant to gender or culture. settings (Ang & Van Dyne, 2008). Among
Implicit leadership theory. To the specific traits and competencies
understand the traits associated with associated with CQ are self-monitoring,
leaders, we first examine the literature on holding nonethnocentric attitudes (Abbe,
implicit leadership theory or leadership Gulick, & Herman, 2008), and being open
categorization. Implicit leadership theory to experience (Ang & Van Dyne, 2008),
examines the layperson’s understanding all of which are discussed individually
of leadership. Overall, the results of below.shown to contribute to team,
studies in this area have demonstrated leadership, and managerial effectiveness
strong context effects. That is, the traits in a number of settings (Ang & Van Dyne,
associated with leadership vary depending 2008). Among the specific traits and
on whether the leader is, for example, a competencies associated with CQ are self-
manager, military officer, or politician monitoring, holding nonethnocentric
(Lord, Brown, Harvey, & Hall, 2001). attitudes (Abbe, Gulick, & Herman,
Studies of culture and implicit leadership 2008), and being open to experience (Ang
are limited, but those that do exist show a & Van Dyne, 2008), all of which are
variation in the content of implicit discussed individually below.
leadership across cultures (Ayman & Self-monitoring. One trait that
Bassari, 2009; Gerstner & Day, 1994; has been related to both leadership
Ling, Chia, & Fang, 2000). Much research emergence and effectiveness is self-
has demonstrated that across raters’ age, monitoring (Day, Schleicher, Unckless, &
work experience, and culture, the image of Hiller, 2002). Self-monitoring is the
a leader is strongly associated with men extent to which individuals regulate their
and masculinity (Ayman-Nolley & self-presentation to achieve a desired
Ayman, 2005; Heilman, 2001; Leffler, public appearance (Gangestad & Snyder,
Ayman, & Ayman-Nolley, 2006; Schein, 2000). In leadership research, self-
2002). Furthermore, research shows that monitoring is seen as an indicator of
this stereotyped image develops as early flexibility and responsiveness to social
as kindergarten (e.g., Ayman-Nolley & situations. Day et al.’s (2002) meta-
Ayman, 2005). However, these studies analysis showed that self-monitoring was
also have indicated that girls and women related to leadership ability by
are not as likely to hold this masculine demonstrating that high self-monitors are
image of a leader as are boys and men. By promoted most often. Day et al. also
and large, the fact that these stereotypes reported, however, that women scored
exist is detrimental to women’s ascent into lower on self-monitoring than men. Based
leadership positions (Korabik, 1997). on this finding, it appears that women may
Cultural intelligence (CQ). have less chance of attaining leadership
Recently scholars have focused on the positions than do men. The results of a
relationship between CQ and leadership. small group experiment supported this
CQ is related to enhanced effectiveness in concept by demonstrating that self-

8
monitoring was positively associated with make up the Big Five traits. For example,
leadership emergence more for men than women scored lower than men on the
for women (Ellis & Cronshaw, 1992). assertiveness aspect of extraversion, but
Further research on gender, leadership, they scored higher than men on the
and self-monitoring is needed to explore warmth and positive emotion aspects of
this explanation and to establish whether extraversion.
interventions aimed at enhancing Gender and leadership
women’s level of self-monitoring could emergence. Two lines of research have
help them overcome the barriers they face been conducted on gender and leadership
in achieving leadership positions. Because emergence. The most prominent one looks
we know little about self-monitoring at the sociodemographic gender of the
cross-culturally or across ethnic groups, person who is chosen as the leader. The
more research on culture and self- results of a meta-analysis of studies in this
monitoring is also warranted. Moreover, area (Eagly & Karau, 1991) are consistent
the measurement equivalence for gender with Eagly and Carli’s (2007) findings
or culture for self-monitoring, to the best regarding extraversion and showed that
of our knowledge, still needs to be men and women tended to emerge as
established. leaders in situations that were congruent
The Big Five. The Big Five with their social roles. The implication of
(neuroticism, extraversion, openness to this for women is that their leadership may
experience, agreeableness, and be constrained to more stereotypically
conscientiousness; Hofstede & McCrae, feminine areas.
2004) are considered to be superordinate, A smaller, yet very significant, line
universal personality traits (Marsella, of research has demonstrated that gender-
Dubanoski, Hamada, & Morse, 2000). role orientation, more than
Costa, Terracciano, and McCrae (2001), sociodemographic gender, matters in
using studies from several countries terms of who emerges as a leader. For
across several years, while finding some example, a meta-analysis found that along
similarities, did find some gender and with intelligence, agentic traits such as
cultural differences on the Big Five. masculinity and dominance were most
Overall, the results pertaining to gender characteristic of those who emerged as
and culture (i.e., defined by country or leaders (Lord, De Vader, & Alliger, 1986).
cultural values) do not indicate conclusive Similarly, other research has indicated that
evidence for the universality of the Big a masculine (i.e., high instrumentality,
Five (Marsella et al., 2000). In a meta- low expressivity) gender-role orientation
analysis of the relationship of the Big Five was most related to leadership emergence
to leadership, Judge et al. (2002) found (Goktepe & Schneier, 1989). In contrast,
that extraversion, conscientiousness, and in more recent studies, where group
openness to experience had significant gender composition and the nature of the
relationships with leadership effectiveness task were incorporated as variables, there
and emergence. Agreeableness was is more evidence that androgyny (i.e., high
related to leadership effectiveness but not instrumentality, high expressivity) is
emergence. However, this meta-analysis important for leader emergence. For
did not include culture or gender as example, one study demonstrated that in
moderators. Nonetheless, Eagly and Carli groups composed of women, those who
(2007), using Costa et al.’s (2001) were intelligent and androgynous were
findings, demonstrated that men and more likely to emerge as leaders
women differed on some of the facets that (Gershenoff & Foti, 2003). But, in groups

9
of mixed sociodemographic gender, the perceptions. In this section we highlight
results are not as clear and seem to depend three behavioral approaches (the two-
on the nature of the task. Overall, a trend factor, transformational leadership, and
has been observed in which androgynous leader–member exchange models) that
individuals have the same chance as have paid some attention to gender or
masculine individuals to be identified as culture.
leaders (Kent & Moss, 1994; Moss & The two-factor approach.
Kent, 1996). These findings are Some researchers (e.g., the Ohio State and
encouraging for women’s leadership Michigan studies) have categorized
prospects. Androgyny may offer women a leadership behaviors as falling into two
way out of the double bind they are put in factors: considerate–people oriented or
when they are expected to have the initiating structure–task oriented,
instrumental qualities that are associated respectively (Bass, 1991). A meta-
with leadership ability but also the analysis (Judge, Piccolo, & Ilies, 2004)
expressive qualities associated with their demonstrated that both types of behaviors
prescribed gender role. Thus, adopting an were associated with effectiveness. But
androgynous leadership style may help consideration was more related to job
women to negotiate their way through the satisfaction and organizational
labyrinth. commitment, whereas initiating structure
Summary. As the research cited was more related to performance and
indicates, the traits related to leadership profit. The measurement equivalence of
are not culturally universal. Moreover, the two-factor theory for culture and
because traits have an impact on the way gender is not well documented.
that men and women are perceived as In terms of gender, the intrapsychic
leaders, gender can affect access to leadership perspective predicts that
leadership positions. This is important leadership behavior will be more a
because competency modeling is function of the leader’s gender-role
frequently used for the selection of characteristics than of the leader’s
managers. This approach relies heavily on sociodemographic gender. We have
inferences about which leadership traits carried out a series of studies (Korabik,
and skills are the most effective. These 1996; Korabik & Ayman, 1987, 1989)
inferences are susceptible to being with managers that provided support for
influenced by implicit leadership this perspective. We found that gender-
stereotypes. Moreover, these traits and role orientation accounted for greater
skills are assumed to function similarly for variance in self-reported leadership
people regardless of their culture and behavior than sociodemographic gender.
gender. However, much more empirical We also consistently found instrumental
evidence is necessary to validate this (masculine) gender-role traits to be related
assumption. to initiating structure, expressive
(feminine) personality traits to be related
The Behavioral Approach to consideration, and androgyny to be
related to both structure and consideration.
This approach constitutes the largest Korabik (1981, 1982a, 1982b, 1990) and
body of literature in leadership research. Zugec and Korabik (2003) replicated and
Since the 1950s, the majority of extended these findings in a series of small
researchers, regardless of their theoretical group studies. They demonstrated not
orientation, have primarily examined only that androgynous individuals had the
leaders’ behaviors through self- or others’ ability to display both task- and person-

10
oriented leadership behaviors but also that differential effects will occur as a function
they were able to switch roles in a flexible, of the gender of the leader or subordinate,
adaptive manner to take on whatever or both, and that these will be moderated
leadership function was lacking in a by the context and type of task. In support
group. The vast majority of studies on of this view, we (Becker, Ayman, &
gender and leadership behavior have been Korabik, 2002) found that in corporate,
conducted from the social structural and compared with educational, settings there
social interaction leadership perspectives. were greater discrepancies between
This research has compared the leadership women leaders’ ratings of the extent to
behaviors of men and women (i.e., used which they engaged in both task- and
the sociodemographic operationalization person-oriented leadership behaviors and
of gender). The results of these studies their subordinates’ ratings of the extent to
have been summarized in meta-analyses which the women used these behaviors.
on gender and leadership style (Eagly & For decades researchers have examined
Johnson, 1990), gender and evaluations of the two-factor approach across cultures.
leadership (Eagly, Makhijani, & Klonsky, One study (van Emmerik et al., 2008) was
1992), and gender and leadership able to establish measurement
effectiveness (Eagly et al., 1995). The equivalence, but the findings from other
results show that when studies are studies (Ayman & Chemers, 1983; Smith,
conducted in the field with actual leaders Misumi, Tayeb, Peterson, & Bond, 1989)
(who are presumably more equivalent in have been inconclusive. In particular,
role definition and status), men and Ayman and Chemers (Ayman & Chemers,
women do not differ in their considerate or 1983; Chemers, 1969) referred to two
structuring behavior (Eagly & Johnson, studies: In both cases the subordinates
1990). However, despite the lack of were Iranians, but in one study the leaders
differences in the way that men and were Americans (Chemers, 1969),
women leaders behaved, there were whereas in the other they were Iranian
differences in their effectiveness and in (Ayman & Chemers, 1983). The results
the manner in which others evaluated showed exactly the same factor structure,
them. The social structural leadership making it likely that they were more a
perspective predicts that leadership function of the implicit leadership theory
behavior will be a function of the of the subordinates than of the leader’s
congruence between the leadership role behavior. Additionally, Ayman and
and the leader’s prescribed gender role, Chemers (1983) found evidence for a
attributed status, or both. Consistent with benevolent paternalistic leadership
this view, women leaders were dimension in Iran (before the Islamic
particularly likely to be devalued when revolution). This included both
they adopted stereotypically masculine consideration and initiating structure
leadership styles, when they were in male- behaviors on a single factor. While
dominated leadership roles, or when they defined a bit differently in different
were evaluated by men (Eagly et al., cultures, this same dimension has shown
1992). Furthermore, men were more up in many Asian countries, such as India
effective in maledominated situations and (Sinha, 1984) and China (Cheng, Chou,
in masculine leadership roles. In contrast, Wu, Huang, & Farh, 2004). Thus, the
women were more effective in more cultural evidence questions whether the
feminine leadership roles (Eagly et al., distinction between these two behaviors is
1995). The interpersonal interaction universal. We could find only one study
leadership perspective predicts that (van Emmerik et al., 2008) that examined

11
the joint effects of gender and culture in has demonstrated that gender-role
the context of the two-factor model. That orientation is related to transformational
study included data from 42 countries leadership behavior (Korabik, Ayman, &
grouped into 10 cultural categories. Purc-Stephenson, 2001). Gender-role
Overall, women were found to be higher instrumentality was predictive of higher
in both initiating structure and self-ratings on all four subdimensions of
consideration than men. However, there transformational leadership. Gender-role
were few gender differences outside of expressivity was predictive of higher self-
Western countries. Both initiating ratings on idealized influence,
structure and consideration were found to individualized consideration, and
vary as a function of culture. Moreover, inspirational motivation. Thus, androgyny
culture exerted more of an impact on was related to transformational leadership.
leadership behavior than gender, In addition, the more leaders reported
particularly when it came to initiating being androgynous and transformational,
structure. the more both they and their subordinates
The transformational reported lower job stress and higher job
leadership approach. satisfaction. In a meta-analysis, Eagly,
Transformational leadership theory Johannesen-Schmidt, and van Engen
assumes that a leader who is perceived as (2003) examined the differences between
behaving in a transformational manner men and women on transformational
inspires subordinates to high levels of leadership. Women were found to be
effort and dedication. The dimensions of slightly more transformational than men
transformational leadership behavior are as assessed both by self- and others’
idealized influence, inspirational reports. As well, women scored higher
motivation, individualized consideration, than men on contingent reward and lower
and intellectual stimulation (Bass & on active and passive management by
Avolio, 1993b). Multiple meta-analyses exception and laissez faire leadership.
have provided strong support for this However, transformational leadership
leadership theory as it relates to various may not be as effective when used by
effectiveness indices (e.g., Judge & women leaders as when used by men. For
Piccolo, 2004; Lowe, Kroeck, & example, Ayman, Korabik, and Morris
Sivasubramaniam, 1996). (2009) found that the higher women’s
Antonakis, Avolio, and transformational behavior was in terms of
Sivasubramaniam (2003) demonstrated intellectual stimulation and individualized
that the Multifactor Leadership consideration, the less effective their men,
Questionnaire (the most frequently used but not their women, subordinates thought
measure; Bass & Avolio, 1993a) had they were as leaders. These findings
measurement equivalence for gender provide support for both the social
when subordinates of the same structural leadership perspective and for
sociodemographic gender as the leader did role congruence theory. In most cultures,
the ratings. However, the measurement although the three styles of laissez faire,
equivalence was compromised for transactional, and transformational
heterogeneous dyads and in some other leadership have been found, the behaviors
contexts. Therefore, any gender defining them are not the same (e.g., Den
differences or lack thereof reported in the Hartog, Van Muijen, & Koopman, 1997).
literature should be considered in light of Bass (1997) affirmed this point by
this important information. Research from providing an example that in Indonesia
the intrapsychic leadership perspective boasting about one’s competence is

12
inspirational and builds confidence in Meta-analyses have established a
subordinates, but in Japan this behavior is positive relationship between LMX and
considered to be unseemly. On the whole, leadership effectiveness (Gerstner & Day,
however, many cross-cultural studies have 1997; Ilies, Nahrgang, & Morgeson,
demonstrated the validity of 2006). However, a number of ways of
transformational leadership (Judge & measuring leader–member relationships
Piccolo, 2004). Nonetheless, the limited have been proposed (Gerstner & Day,
evidence for the measurement 1997), and not much has been done to
equivalence of transformational establish the measurement equivalence of
leadership across culture and gender LMX over culture or gender.
suggests that caution must be used when Nevertheless, in response to Scandura and
recommending specific behaviors for Lankau’s (1996) call for a need to study
individuals in specific social groups. This LMX with diverse dyads, investigations
becomes critical when we move from of the effects of culture or gender on LMX
validation studies to implementation and have been carried out. The majority of the
training. Overall, this very valuable leader studies on diversity and LMX have
behavior may not work as effectively for compared dyads in which the members are
those in heterogeneous work groups. similar to one another in
Further research may help identify the sociodemographic gender or ethnicity, or
limitations of this paradigm and the both, with dyads in which the members are
processes that impede its generalizability. different from one another (e.g., Green,
The leader–member exchange Anderson, & Shiver, 1996;
(LMX) approach. This dyadic McCollKennedy & Anderson, 2005). The
leadership model assumes that leaders results are mixed and inconclusive.
treat their subordinates distinctly and that Studies seem to show that in
some employees feel included whereas heterogeneous dyads of employed
others do not (Graen & Uhl-Bien, 1995). individuals, the quality of LMX suffers
Those who experience high LMX feel part (e.g., Green et al., 1996; Vecchio &
of the ingroup and describe their leaders as Brazil, 2007; Vecchio & Bullis, 2001). In
transformational and trustworthy. Those particular, women managers experience
who experience low LMX feel like they lower LMX when they have men rather
are not closely connected to the ingroup than women subordinates (Green et al.,
and describe the leader’s behavior as 1996). In addition, Ayman, Rinchiuso,
transactional and contractual (Graen & and Korabik (2004) found that gender
Uhl-Bien, 1995). This construct assesses dyad composition moderated the relation
the subordinates’ perceptions of their between LMX and employee satisfaction.
leader’s ability, benevolence, and As the number of these studies is small
integrity. Scandura and Dorfman (2004) and their methodologies and results are
stated that trustworthiness, honesty, and inconsistent, future research is warranted.
supportiveness, major components of A few studies have examined LMX in
LMX, are universal characteristics of countries other than the United States,
leadership. Because this paradigm such as Germany (Schyns, Paul, Mohr, &
maintains that the leader treats each Blank, 2005), Turkey (Erdogan, Kraimer,
subordinate differently, it has high & Liden, 2005), and China (Aryee &
potential for understanding the role of Chen, 2006; Chen & Tjosvold, 2007). In
diversity and leadership (Scandura & these studies, similar to those done in the
Lankau, 1996). United States, LMX was related to
positive outcomes, such as higher

13
subjective performance, job satisfaction, Contingency models were
and commitment. However, some introduced during the 1960s and 1970s.
differences were also found. For example, They include trait approaches (the
in China organizational climate was a contingency model of leadership
moderator between LMX and outcomes, effectiveness and cognitive resource
and in Germany tenure did not affect theory) and behavioral approaches (path–
LMX, whereas span of supervision did. goal theory, situational leadership, and
Chen and Tjosvold’s (2007) study is one normative decision making; Ayman,
of the very few that have incorporated 2004b). Here we discuss only how gender
cross-cultural dyads (i.e., an American and culture relate to Fiedler’s (1978)
manager with Chinese subordinates). It contingency model of leadership
also included the Chinese concept of effectiveness and Vroom and Jago’s
guanxi (personal relationship). Their (1988) normative decision-making model.
results demonstrated that guanxi had a The contingency model of
major impact on the openness of the leadership effectiveness. Ayman
interaction between the subordinate and (2002) summarized and updated the
the manager. These international studies research on Fiedler’s (1978) contingency
do show some support for the LMX model of leadership effectiveness. This
paradigm, but they also provide evidence model predicts that the leader’s work
for the need for this model to expand and orientation, as defined by the Least
incorporate contextual factors. The future Preferred Coworker Scale (LPC; Ayman
development of research in this area is & Romano, 1998), will interface with the
promising. leader’s control over the situation to affect
Summary. Research from all three group effectiveness. In this model
behavioral approaches demonstrates that situational variables include the quality of
leadership behaviors are not necessarily the leader–member relationship, the
culturally universal. Thus, there needs to structure of the task, and the position
be more examination of cultural values as power of the leader. Although there have
well as country boundaries in leadership been many challenges to it, the model has
research. In addition, leadership is not a been demonstrated to have validity in
gender-neutral phenomenon. When predicting performance (Peters, Hartke, &
women leaders adopt stereotypically Pohlmann, 1985; Schriesheim, Tepper, &
masculine leadership behaviors, are in Tetrault, 1994; Strube & Garcia, 1981). In
male-dominated settings, or are evaluated addition, there is a validated training
by men, they are particularly susceptible program based on the model (Burke &
to being rated negatively. This illustrates Day, 1986).
some of the additional barriers that women Research shows some support for
encounter as they attempt to negotiate the model cross-culturally (see Ayman,
their way through the labyrinth. 2002). The model not only incorporates
Androgynous leaders, however, are more culture in its conceptualization of the
likely to adopt leadership behaviors that situation (Triandis, 1993), but it also has
combine a task and been validated in several countries. When
personorientationandaretransformationali the leader and followers are from different
nnature;thisis related to enhanced cultures, the leader’s assessment of the
leadership effectiveness. quality of the leader–member relationship
is likely to be low to moderate. In
Contingency Approaches particular, leaders interacting with a
diverse work team will be more

14
susceptible to having a volatile team chosen as a leader (Kuo & Ayman, 2008).
relationship because there may be cultural Thus, although there is some indication
misunderstandings. This is because that sociodemographic gender can affect
multicultural teams, more so than the relationship between LPC score,
culturally homogeneous teams, have the situation, and outcome, more
potential for team members to hold very investigations are needed.
different cultural assumptions about social The normative model of
interactions and mental models of a team. leadership decision making. The
In the studies in which American leaders normative approach to leadership decision
worked with non-Americans, the leader– making presents five decision-making
member aspect of the situation was greatly processes that are based on the leader’s
affected (Chemers, 1969; Fiedler, 1966). choice of actions, from highly autocratic
Overall, the model has been shown to be to highly participative (Vroom & Jago,
supported in some countries but not in 1988). This approach predicts that, on the
others. More research is needed to basis of prescribed decision rules, each of
understand why this is so. these styles can lead to effective
Less is known about the impact of outcomes. Depending on the type of
the gender composition of the work team. outcome desired and the nature of the
Men and women leaders do not differ on situation, different behaviors are
LPC scores. Nonetheless, it is possible prescribed. For example, if the focus
that, depending on the sociodemographic outcome is group cohesion, a participative
gender composition of the group and the style is recommended. But, if there is
type of task, women and men with the conflict in the group, a consultative style
same LPC scores may lead groups may be better. On the other hand, if quality
differently. For example, Offermann’s of decision is needed, then which style is
(1984) study demonstrated that men chosen is highly dependent on the
leading all-women groups had high LPC knowledge of the leader and the followers.
scores (i.e., were more relationship In this model the role of the situation is the
oriented), whereas women leading all- focal point (Vroom & Jago, 2007), and it
men groups had low LPC scores (i.e., were is assumed that the leader is responding to
more task oriented). Offermann assumed the situational determinants. Research
that because she gave the measure of LPC using this model has indicated that
after the group exercise, the sociodemographic gender makes a
sociodemographic gender composition of difference in terms of leadership style and
the group affected the men and women effectiveness. In general, women were
leaders’ LPC scores. However, two more likely to use a participative
studies on leader emergence in teams of leadership style than were men (Eagly &
mixed sociodemographic gender, in which Johnson, 1990), and women’s preferences
the task was consensus building, found were more in line with the prescriptions of
that low LPC (task-oriented) individuals the normative decision-making model
were more likely than high LPC (Jago & Vroom, 1982). However,
(relationship-oriented) individuals to although men leaders were able to use
emerge as leaders (Groag-Blavvise, autocratic decision strategies with some
Scheuer, Ayman, & Roch, 2007; Kuo & success, women leaders who used
Ayman, 2008). When the autocratic styles were rated more harshly
sociodemographic gender of the leader than men leaders who did so. Cross-
was also examined, women seemed to cultural studies examining this leadership
have more chance than men of being approach are few. Ayman (2004b) pointed

15
out that the political situation could be a identities and cultural values can affect the
determinant of managers’ acceptance of choices they make about the manner in
the model. In post-Communist Poland, which they will lead. Moreover, the low
managers became more accepting of using social status that is attributed to leaders
a participative instead of an autocratic who are women and people of color can
style (e.g., Jago, Maczynski, & Reber, result in the devaluation of their
1996). Likewise, the preferred decision- accomplishments by others. In addition,
making style was found to be different in when there is a lack of congruence
three different German-speaking between people’s implicit stereotypes of
European countries (Szabo, Reber, leadership and the traditional roles
Weibler, Brodbeck, & Wunderer, 2001). associated with women and people of
Summary. The contingency color, leaders from these social groups
approaches to leadership have considered experience a higher level of scrutiny and
various situational factors, such as task have more trouble legitimizing their
expertise, subordinate support, and group authority (Eagly & Carli, 2007). The
cohesion, as well as the leader’s position purpose of our review is to illustrate that
power. However, these approaches have both gender and culture do make a
not extensively addressed the role of difference when it comes to leadership.
gender, nor, to the best of our knowledge, Leadership is not universal; rather, it can
have the measures used in these models vary as a direct function of either gender
been tested for measurement equivalence or culture. Furthermore, both gender and
across gender or culture. Therefore, we culture can moderate the relationship
would suggest caution in recommending between leadership behaviors and
the use of certain leadership decision- outcomes. For example, a poor leader–
making strategies for individuals from member relationship appears to be more
diverse groups. Regarding Fiedler’s detrimental for men leaders with women
(1978) model, it is possible that leaders subordinates than for women leaders with
functioning in multicultural and mixed men subordinates. However, a
sociodemographic gender groups may be transformational leadership style appears
faced with low quality leader–member to be less effective for women leaders with
relationships. However, the model men subordinates than for men leaders
provides a prescription for the leader to with women subordinates. Thus,
manage this. leadership theories are not generalizable
over all individuals, regardless of their
Summary gender or culture.

As can be seen from this review, Future Research Directions


gender and culture are important to the
leadership experience. Studies on gender, Directions As we look to the future
culture, and leadership provide support for we see that work still needs to be done to
the influence of intrapsychic processes, better understand the role of cultural
social structural processes, and norms and values in the leadership
interpersonal processes. Thus, both process, as well as to understand the
gender and culture matter because they dynamics attributable to
can affect a leader’s style, behavior, sociodemographic gender, gender-role
emergence, and effectiveness in many orientation, and their intersection.
complex ways. For example, gender and Furthermore, research is needed that
culture matter because leaders’ genderrole explores how the relation between

16
leadership and outcomes is affected by leadership (e.g., Eagly & Carli, 2003;
dyad or group diversity. For example, Rudman & Glick, 2001). This perspective
more investigations need to be carried out has led to a more androgynous conception
that examine the interactions of leaders of leadership. A move toward inclusion of
and subordinates who represent different more women and ethnocultural minorities
nationalities or ethnicities with differing in the workplace could be one factor that
cultural values and assumptions. In has precipitated this change. Globalization
particular, researchers need to be mindful also has had an impact, particularly due to
of the status and privilege that are the influence of Asian management styles,
accorded to North American and Western which have been noted to be more
European leaders working with culturally relationship focused (Triandis, 1993). It
diverse workgroups. Likewise, more may be that this more androgynous
research that examines the impact of both conception of leadership, which gives
overt and covert sexist and ethnocentric equal emphasis to task and people skills,
attitudes on the leadership process is will open up more opportunities for
important. It is critical in a diverse society women and ethnocultural minorities to be
to be cognizant of the impact of people’s considered as leaders and will assist them
appearance and values in social in negotiating their way through the
interactions, as suggested in Chemers’s barriers within the labyrinth (Eagly &
(1997) integrative model. Therefore, Carli, 2007). Other factors that can
gender and culture should become facilitate this process include eradicating
variables that are incorporated into theory the masculine stereotypical image of a
building in leadership. As well, our leader, eliminating the ethnocentrism that
models and measures should be validated creates ingroup–outgroup biases, and
across social groups. In addition, we equalizing access to power and privilege.
recommend that more research teams be Moreover, increasing the cultural
composed of people from diverse awareness of leaders about different
backgrounds with diverse perspectives norms of conduct should enhance the level
who work together as equals. of trust in their relationships with their
subordinates. An examination of the
Conclusion effects of gender and culture has the
potential to change our definition of what
Over time, the image of leadership constitutes leadership and what is
has been evolving. As early as the 1950s, considered to be effective leadership. This
Bales (1951) maintained that the more inclusive conceptualization can
socioemotional leader was the true group expand the vision of leadership to
leader because people skills were not represent all human beings.
context dependent in the same way that
task skills were. Nonetheless, a masculine REFERENCES
leadership prototype has prevailed
(Heilman, 2001; Schein, 2002). Lately, Abbe, A., Gulick, L. M. V., & Herman, J. L.
however, there has been more recognition (2008). Cross-cultural competence in army
leaders: A conceptual and empirical
of the importance of people skills for foundation (Study Report 2008–01).
leaders. Scholars have associated the in Arlington, VA:U.S.Army Research Institute
creased prominence of the for the Behavioral and Social Sciences.
transformational leadership and leader–
member exchange paradigms in the last Ang, S., & Van Dyne, L. (Eds.). (2008). Handbook
of cultural intelligence: Theory, measurement,
three decades with the “feminization” of and applications. Armonk, NY: M. E. Sharpe.

17
Antonakis, J., Avolio, B. J., & (1998). Measures and assessments for the
Sivasubramaniam, N. (2003). Context and contingency model of leadership
leadership: An examination of nine-factor effectiveness. In F. Dansereau & F. J.
full-range leadership theory using the Yammarino (Eds.), Leadership: The multiple-
Multifactor Leadership Questionnaire. The level approaches, classical and new wave (pp.
Leadership Quarterly, 14, 261–295. 97–113). Stamford, CT: JAI Press. Ayman-
doi:10.1016/S1048-9843(03)00030-4 Aryee, Nolley, S., & Ayman, R. (2005). Children’s
S., & Chen, Z. X. (2006). Leader–member implicit theory of leadership. In B. Schyns &
exchange in Chinese context: Antecedents, J. R. Meindl (Eds.), Implicit leadership
mediating role of psychological theories: Essays and explorations (pp. 189–
empowerment and outcomes. Journal of 233). Greenwich, CT: Information Age.
Business Research, 59, 793–801. doi: Bales, R. F. (1951). Interaction process
10.1016/j.jbusres.2005.03.003 Avolio, B. J. analysis. Cambridge, MA: Addison-Wesley.
(2007). Promoting more integrative strategies Bass, B. M. (1991). Bass & Stogdill’s
for leadership theory-building. American handbook of leadership (3rd ed.). New York,
Psychologist, 62, 25–33. NY: Free Press. Bass, B. M. (1997). Does the
doi:10.1037/0003066X.62.1.25 Ayman, R. transactional–transformational leadership
(1993). Leadership perception: The role of paradigm transcend organizational and
gender and culture. In M. M. Chemers & R. national boundaries? American Psychologist,
Ayman (Eds.), Leadership theory and 52, 130–139. doi:10.1037/0003-
research: Perspectives and directions (pp. 066X.52.2.130 Bass, B. M., & Avolio, B. J.
137–166). New York, NY: Academic Press. (1993a). Multifactor leadership questionnaire.
Ayman, R. (2002). Contingency model of Palo Alto, CA: Consulting Psychologists
leadership effectiveness. In L. L. Neider & C. Press. Bass, B. M., & Avolio, B. J. (1993b).
A. Schriesheim (Eds.), Leadership (pp. 197– Transformational leadership: A response to
228). Greenwich, CT: Information Age. critiques. In M. M. Chemers & R. Ayman
Ayman, R. (2004a). Culture and leadership. In (Eds.), Leadership theory and research:
C. Spielberger (Ed.), Encyclopedia of applied Perspectives and directions (pp. 49–80). New
psychology (Vol. 2, pp. 507–519). San Diego, York, NY: Academic Press. Becker, J.,
CA: Elsevier. Ayman, R. (2004b). Situational Ayman, R., & Korabik, K. (2002).
and contingency approaches to leadership. In Discrepancies in self/ subordinates’
J. Antonakis, A. T. Cianciolo, & R. J. perceptions of leadership behaviors: Leader’s
Sternberg (Eds.), The nature of leadership (pp. gender, organizational context, and leader’s
148–170). Thousand Oaks, CA: Sage. Ayman, self-monitoring. Group and Organization
R., & Bassari, A. (2009). The implicit Management, 27, 226–244.
leadership theory of Iranians. Paper presented doi:10.1177/10501102027002004
at the Global to Worldly Leadership Bem,S.L.(1974).Themeasurementofpsycholo
Symposium—The Leadership Trust, Weston- gicalandrogyny.Journal of Consulting and
under-Penyard, Ross-on-Wye, Herefordshire, Clinical Psychology, 42, 155–162.
England. Ayman, R., & Chemers, M. M. doi:10.1037/ h0036215 Bem, S. L. (1993).
(1983). Relationship of supervisory behavior The lenses of gender: Transforming the debate
ratings to work group effectiveness and on sexual inequality. New Haven, CT: Yale
subordinate satisfaction among Iranian University Press. Berger, J., Wagner, D. G., &
managers. Journal of Applied Psychology, 68, Zelditch, M., Jr. (1985). Introduction:
338–341. doi:10.1037/0021-9010.68.2.338 Expectation states theory: Review and
Ayman, R., Korabik, K., & Morris, S. (2009). assessment. In J. Berger & M. Zelditch Jr.
Is transformational leadership always (Eds.), Status, rewards, and influence: How
perceived as effective? Male subordinates’ expectations organize behavior (pp. 1–72).
devaluation of female transformational San Francisco, CA: Jossey-Bass. Berry, J. W.
leaders. Journal of Applied Social (1997). An ecocultural approach to the study
Psychology, 39, 852–879. of cross-cultural industrial/organizational
doi:10.1111/j.1559-1816.2009.00463.x psychology. In P. C. Earley & M. Erez (Eds.),
Ayman, R., Rinchiuso, M., & Korabik, K. New perspectives on international
(2004, August). Organizational commitment industrial/organizational psychology (pp.
and job satisfaction in relation to LMX and 130–147). San Francisco, CA: New Lexington
dyad gender composition. Paper presented at Press.
the International Congress of Psychology, Burke,M.J.,&Day,R.R.(1986).Acumulativest
Beijing, China. Ayman, R., & Romano, R. udyoftheeffectiveness of managerial training.

18
Journal of Applied Psychology, 71, 232–245. (1987). Reporting sex differences. American
doi:10.1037/0021-9010.71.2.232 Chemers, Psychologist, 42, 756–757. doi:10.1037/0003-
M. M. (1969). Cross-cultural training as a 066X.42.7.755 Eagly, A. H., & Carli, L.
means for improving situational (2003). The female leadership advantage: An
favorableness. Human Relations, 22, 531– evaluation of the evidence. The Leadership
546. doi:10.1177/ 001872676902200604 Quarterly, 14, 807–834.
Chemers, M. M. (1997). An integrative theory doi:10.1016/j.leaqua.2003.09.004 Eagly, A.
of leadership. Mahwah, NJ: Erlbaum. Chen, H., & Carli, L. (2007). Through the labyrinth:
N. Y., & Tjosvold, D. (2007). Guanxi and The truth about how women become leaders.
leader member relationships between Boston, MA: Harvard Business School Press.
American managers and Chinese employees: Eagly, A. H., Johannesen-Schmidt, M. C., &
Openminded dialogue as mediator. Asia van Engen, M. L. (2003). Transformational,
Pacific Journal of Management, 24, 171–189. transactional, and laissez-faire leadership
doi:10.1007/s10490-006-9029-9 Cheng, B. styles: A meta-analysis comparing women
S., Chou, L. F., Wu, T. Y., Huang, M. P., & and men. Psychological Bulletin, 129, 569–
Farh, J. L. (2004). Paternalistic leadership and 591. doi:10.1037/0033-2909.129.4.569
subordinate responses: Establishing a Eagly, A. H., & Johnson, B. T. (1990). Gender
leadership model in Chinese organizations. and leadership style: A meta-analysis.
Asian Journal of Social Psychology, 7, 89– Psychological Bulletin, 108, 233–256.
117. doi:10.1111/j.1467-839X.2004.00137.x doi:10.1037/ 0033-2909.108.2.233 Eagly, A.
Chin, J. L., Lott, B., Rice, J. K., & Sanchez- H., & Karau, S. J. (1991). Gender and the
Hucles, J. (2007). Women and leadership: emergence of leaders: A meta-analysis.
Transforming visions and diverse voices. Journal of Personality and Social Psychology,
Malden, MA: Blackwell. 60, 685–710. doi:10.1037/0022-
3514.60.5.685 Eagly, A. H., & Karau, S. J.
Chin, J. L., & Sanchez-Hucles, J. (2007). Diversity (2002). Role congruity theory of prejudice
and leadership. American Psychologist, 62, toward female leaders. Psychological Review,
608–609. doi:10.1037/0003-066X62.6.608 109, 573–598. doi: 10.1037/0033-
Connerley, M. L., & Pedersen, P. B. (2005). 295X.109.3.573 Eagly, A. H., Karau, S. J., &
Leadership in a diverse and multicultural Makhijani, M. G. (1995). Gender and the
environment: Developing awareness, effectiveness of leaders: A meta-analysis.
knowledge, and skills. Thousand Oaks, CA: Psychological Bulletin, 117, 125–145.
Sage. Costa, P. T., Jr., Terracciano, A., & doi:10.1037/0033-2909.117.1.125 Eagly, A.
McCrae, R. R. (2001). Gender differences in H., Makhijani, M. G., & Klonsky, B. G.
personality traits across cultures: Robust and (1992). Gender and the evaluation of leaders:
surprising findings. Journal of Personality and A meta-analysis. Psychological Bulletin, 111,
Social Psychology, 81, 322–331. 3–22. doi:10.1037/0033-2909.111.1.3 Ellis,
doi:10.1037/0022-3514.81.2.322 Day, D. V., R. J., & Cronshaw, S. F. (1992). Self-
Schleicher, D. J., Unckless, A. L., & Hiller, N. monitoring and leader emergence: A test of
J. (2002). Self-mentoring personality at work: moderator effects. Small Group Research, 23,
A meta-analytic investigation of construct 113– 129. doi:10.1177/1046496492231007
validity. Journal of Applied Psychology, 87, Erdogan, B., Kraimer, M. L., & Liden, R. C.
390–401. doi: 10.1037/0021-9010.87.2.390 (2005). Work value congruence and intrinsic
Deaux, K., & Major, B. (1987). Putting gender career success: The compensatory roles of
into context: An interactive model of gender- leader– member exchange and perceived
related behavior. Psychological Review, 94, organizational support. Personnel
369– 389. doi:10.1037/0033-295X.94.3.369 Psychology, 57, 305–332.
Den Hartog, D. N., Van Muijen, J. J., & doi:10.1111/j.1744-6570.2004.tb02493.x
Koopman, P. L. (1997). Transactional versus Ferree, M. M. (1995). Beyond separate
transformational leadership: An analysis of spheres: Feminism and family research. In G.
the MLQ. Journal of Occupational and Bowen & J. Pittman (Eds.), The work and
Organizational Psychology, 70, 19–34. family interface: Toward a contextual effects
Duckitt, J., Callaghan, J., & Wagner, C. perspective (pp. 122–137). Minneapolis, MN:
(2005). Group identification and outgroup National Council on Family Relations.
attitudes in four South African ethnic groups: Fiedler, F. E. (1966). The effect of leadership
A multidimensional approach. Personality and and cultural heterogeneity on group
Social Psychology Bulletin, 31, 633– 646. performance: A test of the contingency model.
doi:10.1177/0146167204271576 Eagly, A. H. Journal of Experimental Social Psychology, 2,

19
237–264. Fiedler, F. E. (1978). The New York, NY. Heilman, M. E. (2001).
contingency model and the dynamics of the Description and prescription: How gender
leadership process. In L. Berkowitz (Ed.), stereotypes prevent women’s ascent up the
Advances in experimental social psychology organizational ladder. Journal of Social
(Vol. 11, pp. 59–96). New York, NY: Issues, 57, 657–674. doi:10.1111/0022-
Academic Press. Gangestad, S. W., & Snyder, 4537.00234 Hofstede, G. (2001). Culture’s
M. (2000). Self-monitoring: Appraisal and consequences (2nd ed.). Thousand Oaks, CA:
reappraisal. Psychological Bulletin, 126, 530– Sage. Hofstede, G., & McCrae, R. R. (2004).
555. doi:10.1037/00332909.126.4.530 Personality and culture revisited: Linking
Gelfand, M. J., Raver, J. L., & Ehrhart, K. H. traits and dimensions of culture. Cross-
(2002). Methodological Cultural Research, 38, 52–88.
doi:10.1177/1069397103259443 Hollander,
issues in cross-cultural organizational research. In E. P., & Offermann, L. R. (1990). Power and
S. G. Rogelberg (Ed.), Handbook of research leadership in organizations: Relationships in
methods in industrial and organizational transition. American Psychologist, 45, 179–
psychology (pp. 216–246). Malden, MA: 189. doi:10.1037/0003-066X.45.2.179 House,
Blackwell. Gershenoff, A. B., & Foti, R. J. R. J., Hanges, P. J., Javidan, M., Dorfman, P.
(2003). Leader emergence and gender roles in W., & Gupta, V. (2004).Culture, leadership,
all-female groups: A contextual examination. and organizations: The GLOBE study of 62
Small Group Research, 34, 170–196. societies. Thousand Oaks, CA: Sage. House,
doi:10.1177/1046496402250429 Gerstner, C. R. J., Wright, N. S., & Aditya, R. N. (1997).
R., & Day, D. V. (1994). Cross-cultural Cross-cultural research on organizational
comparison of leadership prototypes. leadership: A critical analysis and a proposed
Leadership Quarterly, 5, 121–134. Gerstner, theory. In P. C. Earley & M. Erez (Eds.), New
C. R., & Day, D. (1997). Meta-analytic review perspectives on international
of leader– member exchange theory: industrial/organizational psychology (pp.
Correlates and construct issues. Journal of 535–625). San Francisco, CA: New Lexington
Applied Psychology, 82, 827–844. Press. Ilies, R., Nahrgang, J. D., & Morgeson,
doi:10.1037/0021-9010.82.6.827 Goktepe, J. F. P. (2007). Leader–member exchange and
R., & Schneier, C. R. (1989). Role of sex, citizenship behaviors: A meta-analysis.
gender roles, and attraction in predicting Journal of Applied Psychology, 92, 269–277.
emergent leaders. Journal of Applied doi:10.1037/0021-9010.92.1.269 Jago, A. G.,
Psychology, 74, 165–167. doi:10.1037/0021- Maczynski, J., & Reber, G. (1996). Evolving
9010.74.1.165 Graen, G. B. (2006). In the eye leadership styles?: A comparison of Polish
of the beholder: Cross-cultural lesson in managers before and after market economy
leadership from Project GLOBE: A response reforms. Polish Psychological Bulletin, 27,
viewed from the third culture bonding (TCB) 107–115. Jago, A. G., & Vroom, V. H. (1982).
model of cross-cultural leadership. Academy Sex differences in the incidence and
of Management Perspectives, 20, 95–101. evaluation of participative leader behavior.
Graen, G. B., & Uhl-Bien, M. (1995). Journal of Applied Psychology, 67, 776–783.
Relationship-based approach to leadership: doi:10.1037/0021-9010.67.6.776 Judge, T.
Development of leader-member exchange A., Bono, J. E., Ilies, R., & Gerhart, M. W.
(LMX) theory of leadership over 25 years: (2002). Personality and leadership: A
Applying a multi-level multi-domain qualitative and quantitative review. Journal of
perspective. The Leadership Quarterly, 6, Applied Psychology, 87, 765–780.
219–247. doi:10.1016/10489843(95)90036-5 doi:10.1037/0021-9010.87.4.765 Judge, T.
Green, S. G., Anderson, S. E., & Shiver, S. L. A., & Piccolo, R. F. (2004). Transformational
(1996). Demographic and organizational and transactional leadership: A meta-analytic
influences on leader–member exchange and test of their relative validity. Journal of
related work attitudes. Organizational Applied Psychology, 89, 755–768.
Behavior and Human Decision Processes, 66, doi:10.1037/0021-9010.89.5.755 Judge, T.
203–214. doi:10.1006/obhd.1996.0049 A., Piccolo, R. F., & Ilies, R. (2004). The
Groag-Blavvise, O., Scheuer, M., Ayman, R., forgotten ones? The validity of consideration
& Roch, S. (2007, April). Leadership and initiating structure in leadership research.
emergence in face-to-face and virtual groups: Journal of Applied Psychology, 89, 36–51.
Contingency model application. Poster doi:10.1037/00219010.89.1.36 Kent, R. L., &
presented at the meeting of the Society of Moss, S. E. (1994). Effects of sex and gender
Industrial and Organizational Psychology, role on leader emergence. Academy of

20
Management Journal, 37, 1335–1346. doi: University, Keele, England. Kuo, S. V., &
10.2307/256675 Ayman, R. (2008). The effects of rater and
ratee characteristics on leadership emergence.
Kluckhohn, C. (1951). The study of culture. In D. Unpublished manuscript. Leffler, H., Ayman,
Lerner & H. D. Lasswell (Eds.), The policy R., & Ayman-Nolley, S. (2006, July). Do
sciences (pp. 86–101). Stanford, CA: Stanford children possess the same stereotypes as
University Press. Korabik, K. (1981, March). adults? An exploration of children’s implicit
Androgyny and leadership: An integration. leadership theories. Poster presented at the
Paper presented at the annual meeting of the 26th International Congress of Applied
Association for Women and Psychology, Psychology, Athens, Greece. Ling, W., Chia,
Boston, MA. (ERIC Document Reproduction R. C., & Fang, L. (2000). Chinese implicit
Service ED208-274) Korabik, K. (1982a). leadership theory. Journal of Social
Sex-role orientation and leadership style. Psychology, 140, 729–739. doi:10.1080/
International Journal of Women’s Studies, 5, 00224540009600513 Lord, R. G., Brown, D.
328–336. Korabik, K. (1982b, August). Sex- J., Harvey, J. L., & Hall, R. J. (2001).
role orientation and leadership: Further Contextual constraints on prototype
explorations. Paper presented at the annual generation and their multilevel consequences
meeting of the American Psychological for leadership perceptions. The Leadership
Association, Washington, DC. (ERIC Quarterly, 12, 311–338. doi:10.1016/S1048-
Document Reproduction Service ED223-963) 9843(01)00081-9 Lord, R. G., De Vader, C.
Korabik, K. (1990). Androgyny and L., & Alliger, G. M. (1986). A meta-analysis
leadership style. Journal of Business Ethics, 9, of the relation between personality traits and
9–18. Korabik, K. (1996). Gender, leadership leadership perceptions: An application of
style, and managerial effectiveness. validity generalization procedures. Journal of
Proceedings of the Annual Conference of the Applied Psychology, 71, 402–410.
International Association of Management, doi:10.1037/0021-9010.71.3.402 Lowe, K.
Toronto, Ontario, Canada. Korabik, K. B., Kroeck, K. G., & Sivasubramaniam, N.
(1997). Applied gender issues. In S. W. (1996). Effectiveness correlates of
Sadava & D. R. McCreary (Eds.), Applied transformational and transactional leadership:
social psychology (pp. 292–309). Upper A meta-analytic review of the MLQ literature.
Saddle River, NJ: Prentice Hall. Korabik, K. The Leadership Quarterly, 7, 385–425.
(1999). Sex and gender in the new doi:10.1016/S1048-9843(96)90027-2
millennium. In G. N. Powell (Ed.), Handbook Marsella, A. J., Dubanoski, J., Hamada, W. C.,
of gender and work (pp. 3–16). Thousand & Morse, H. (2000). The measurement of
Oaks, CA: Sage. Korabik, K., & Ayman, R. personality across cultures: Historical,
(1987, August). Androgyny and leadership conceptual, and methodological issues and
style: A conceptual synthesis. Paper presented considerations. American Behavioral
at the annual meeting of the American Scientist, 44, 41–62.
Psychological Association, New York, NY. doi:10.1177/00027640021956080 McColl-
(ERIC Document Reproduction Service Kennedy, J. R., & Anderson, R. D. (2005).
ED291-032) Korabik, K., & Ayman, R. Subordinate–manager gender combination
(1989). Androgyny and managerial and perceived leadership style influence on
effectiveness. In J. McGuire (Ed.), emotions, self-esteem and organizational
Proceedings of the Administrative Sciences commitment. Journal of Business Research,
Association of Canada Annual Conference: 58, 115–125. doi:10.1016/S0148-
Women in Management, 10, 1–9. Korabik, K., 2963(03)00112-7 McIntosh, P. (2003). White
& Ayman, R. (2007). Gender and leadership privilege: Unpacking the invisible knapsack.
in the corporate world: A multiperspective
model. In J. L. Chin, B. Lott, J. K. Rice, & J. In S. Plous (Ed.), Understanding prejudice and
Sanchez–Hucles (Eds.), Women and discrimination (pp. 191–196). New York, NY:
leadership: Transforming visions and diverse McGraw-Hill. Misumi, J. (1985). The
voices (pp. 106–124). Malden, MA: behavior science of leadership: An
Blackwell. doi:10.1002/9780470692332.ch5 interdisciplinary Japanese research program.
Korabik, K., Ayman, R., & Purc-Stephenson, Ann Arbor, MI: University of Michigan Press.
R. (2001, June). Genderrole orientation and Morrison, A. M., & Von Glinow, M. A.
transformational (1990). Women and minorities in
leadership.Paperpresentedatthe Conference management. American Psychologist, 45,
on Gender, Work, and Organizations, Keele 200–208. doi:10.1037/0003066X.45.2.200

21
Moss, S. E., & Kent, R. L. (1996). Gender and leadership style measures across cultures.
gender-role categorization of emergent Journal of Occupational Psychology, 62, 97–
leaders: A critical review and comprehensive 109. Spence, J. T., Helmreich, R., & Stapp, J.
analysis. Sex Roles, 35, 79–96. (1975). Ratings of self and peers on sex role
doi:10.1007/BF01548176 Offermann, L. R. attributes and their relation to self-esteem and
(1984). Short-term supervisory experience the conceptions of masculinity and femininity.
and LPC score: Effects of leader’s sex and Journal of Personality and Social Psychology,
group sex composition. Journal of Social 32, 29–39. doi:10.1037/h0076857 Sternberg,
Psychology, 123, 115–121. Peters, L. H., R. J. (2007). Foreword to the special issue on
Hartke, D. D., & Pohlmann, J. T. (1985). leadership. American Psychologist, 62, 1.
Fiedler’s contingency theory of leadership: doi:10.1037/0003-066X.62.1.34 Strube, M. J.,
An application of the meta-analysis & Garcia, J. E. (1981). A meta-analytical
procedures of Schmidt and Hunter. investigation of Fiedler’s contingency model
Psychological Bulletin, 97, 274–285. of leadership effectiveness. Psychological
doi:10.1037/0033-2909.97.2.274 Raju, N. S., Bulletin, 90, 307–321. doi:10.1037/0033-
Laffitte, L. J., & Byrne, B. M. (2002). 2909.90.2.307
Measurement equivalence: A comparison of Szabo,E.,Reber,G.,Weibler,J.,Brodbeck,F.C.,
methods based on confirmatory factor analysis &Wunderer,R.(2001). Values and behavior
and item response theory. Journal of Applied orientation in leadership studies: Reflections
Psychology, 87, 517–529. doi:10.1037/0021- based on findings in three German-speaking
9010.87.3.517 Ridgeway, C. L. (Ed.). (1992). countries. The Leadership Quarterly, 12, 219–
Gender, interaction, and inequality. New 244. doi:10.1016/S1048-9843(01)00070-4
York, NY: Springer-Verlag. Rudman, L. A., Thomas, D. C., & Ravlin, E. C. (1995).
& Glick, P. (2001). Prescriptive gender Responses of employees to cultural adaptation
stereotypes and backlash toward agentic by a foreign manager. Journal of Applied
women. Journal of Social Issues, 57, 743–762. Psychology, 50, 133–146. doi:10.1037/0021-
doi:10.1111/0022-4537.00239 Scandura, T., 9010.80.1.133 Triandis, H. C. (1993). The
& Dorfman, P. (2004). Leadership research in contingency model in cross-cultural
an international and cross-cultural context. perspectives. In M. M. Chemers & R. Ayman
The Leadership Quarterly, 15, 277– 307. (Eds.), Leadership theory and research:
doi:10.1016/j.leaqua.2004.02.004 Scandura, Perspectives and directions (pp. 167–188).
T. A., & Lankau, M. J. (1996). Developing New York, NY: Academic Press. Triandis, H.
diverse leaders: A leader-member exchange C. (1995). A theoretical framework for the
approach. The Leadership Quarterly, 7,243– study of diversity. In M. M. Chemers, S.
263. doi:10.1016/S1048-9843(96)90043-0 Oskamp, & M. A. Costanzo (Eds.), Diversity
Schein, V. E. (2002). A global look at in organizations: New perspectives for a
psychological barriers to women’s progress in changing workplace (pp. 11–36). Thousand
management. Journal of Social Issues, 57, Oaks, CA: Sage. Triandis, H. C. (1996). The
675–688. doi: 10.1111/0022-4537.00235 psychological measurement of cultural
Schriesheim,C.A.,Tepper,B.J.,&Tetrault,L.A. syndromes. American Psychologist, 51, 407–
(1994).Leastpreferred co-worker score, 415. doi:10.1037/0003066X.51.4.407
situational control, and leadership Triandis, H. C., & Brislin, R. W. (1984).
effectiveness: A meta-analysis of contingency Cross-cultural psychology. American
model performance predictions. Journal of Psychologist, 39, 1006–1016.
Applied Psychology, 79, 561–573. doi:10.1037/0003-066X. 39.9.1006 Unger, R.
doi:10.1037/0021-9010.79.4.561 Schyns, B., K. (1979). Toward a redefinition of sex and
Paul, T., Mohr, G., & Blank, H. (2005). gender. American Psychologist, 34, 1085–
Comparing antecedents and consequences of 1094. doi:10.1037/0003-066X.34.11.1085
leader-member exchange in a German van Emmerik, IJ. H., Euwema, M. C., &
working context to findings in the U.S. Wendt, H. (2008). Leadership behaviors
European Journal of Work and Organizational around the world: The relative importance of
Psychology, 14, 1–22. gender versus cultural background.
doi:10.1080/13594320444000191 Sinha, J. B. International Journal of Cross-Cultural
P. (1984). A model of effective leadership Management, 8, 297–315.
styles in India. International Studies of doi:10.1177/1470595808096671 Vecchio, R.
Management and Organization, 14, 86–98. P., & Brazil, D. M. (2007). Leadership and
Smith, P. B., Misumi, J., Tayeb, M., Peterson, sex-similarity: A comparison in a military
M., & Bond, M. (1989). On the generality of

22
setting. Personnel Psychology, 60, 303–335. (2007). Trait-based perspectives of leadership.
doi:10.1111/j.1744-6570.2007.00075.x American Psychologist, 62, 6–16.
doi:10.1037/0003-066X.62.1.6 Zaccaro, S. J.,
Vecchio, R. P., & Bullis, R. C. (2001). Moderators Kemp, C., & Bader, P. (2004). Leader traits
of the influence of supervisor–subordinate and attributes. In J. Antonakis, A. T.
similarity on subordinate outcomes. Journal of Cianciolo, & R. J. Sternberg (Eds.), The
Applied Psychology, 86, 884–896. nature of leadership (pp. 101–124). Thousand
doi:10.1037/0021-9010.86.5.884 Vroom, V. Oaks, CA: Sage. Zugec, L., & Korabik, K.
H., & Jago, A. G. (1988). The new leadership: (2003, June). Multiple intelligences,
Managing participation in organizations. leadership, and androgyny. Paper presented at
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Vroom, the annual meeting of the Canadian
V. H., & Jago, A. G. (2007). The role of the Psychological Association, Hamilton,
situation in leadership. American Ontario, Canada.
Psychologist, 62, 17–24.
doi:10.1037/0003066X.62.1.17 Zaccaro, S. J.

23
Leadership: Why Gender and Culture Matter
Roya Ayman Illinois Institute of Technology
Karen Korabik University of Guelph
Selama beberapa dekade, pemahaman tentang kepemimpinan sebagian besar
didasarkan pada hasil studi yang dilakukan pada pria kulit putih di Amerika Serikat.
Kami meninjau teori dan model utama kepemimpinan yang berkaitan dengan gender atau
budaya. Kami fokus pada 3 pendekatan kepemimpinan: sifat (termasuk kategorisasi
kepemimpinan atau teori kepemimpinan implisit), perilaku (termasuk dua
faktor, kepemimpinan transformasional-transaksional , dan model pertukaran
pemimpin-anggota), dan kontingensi (yaitu, model kontingensi efektivitas kepemimpinan
dan pengambilan keputusan normatif). Kami membahas bagaimana dinamika yang
terkait dengan budaya atau gender (misalnya, stereotip dan skema, interaksi ingroup-
outgroup, harapan peran, perbedaan kekuasaan dan status) dapat berdampak penting
pada banyak aspek kepemimpinan.

Kata kunci: kepemimpinan, gender, budaya, keragaman, etnis

H ampir dua dekade telah berlalu


sejak Psikolog

kepemimpinan (misalnya, Hollander


Amerika
menyoroti pentingnya keragaman dalam
keefektifannya bersifat
universal. Meskipun untuk sebagian besar
penulis mengakui yang umum pentingnya
kontinjensi situasional (Vroom & Jago ,
& Offermann , 1990; Morrison & Von 2007; Zaccaro , 2007) dan budaya
Glinow, 1990). Namun, meskipun bunga (Avolio, 2007) sebagai keadaan
dalam peran keanekaragaman dalam kontekstual dalam menentukan
kepemimpinan tetap berlangsung, kepemimpinan, mereka disajikan
yang sifat dari para isu telah berubah seja kepemimpinan sebagai sebuah fenomena
k saat itu. Misalnya, selama tahun 1990- yang terutama gender dan budaya
an, langit-langit kaca adalah metafora luas netral. Dengan demikian, fokus mereka
yang digunakan untuk menjelaskan adalah pada persamaan, bukan perbedaan,
mengapa perempuan dan minoritas di antara situasi yang dihadapi oleh
etnokultural sering kali tidak memiliki pemimpin dan pemimpin pria dan wanita
akses ke peran kepemimpinan. Saat ini, dari berbagai budaya dan latar belakang
perempuan dan minoritas etnokultural etnis. Mengambil sikap ini,
masih menghadapi banyak tantangan bagaimanapun, gagal untuk mengakui
terkait kepemimpinan. Namun, Eagly dan bahwa faktor tambahan yang terkait
Carli (2007) mencirikan ini sebagai dengan labirin (misalnya, stereotip dan
bentuk labirin atau labirin yang terdiri dari skema, dinamika kelompok-keluar
banyak hambatan yang harus mereka kelompok, harapan peran, perbedaan
negosiasikan. Artikel-artikel dalam kekuasaan dan status, dan atribusi
terbitan khusus baru-baru ini tentang diferensial dibuat tentang dan
kepemimpinan di American Psychologist penghargaan yang diberikan untuk
(Sternberg, 2007), meskipun mengakui perilaku serupa) dapat memiliki dampak
kontribusi pemimpin laki-laki dan penting pada banyak aspek
perempuan dari berbagai latar belakang kepemimpinan. Selain itu, karena faktor-
budaya, sebagian besar didasarkan pada faktor ini hak istimewa mereka dalam
asumsi bahwa kepemimpinan dan kelompok mayoritas, mereka dapat

1
menciptakan hambatan bahwa perempuan hubungan simbiosis. Selain itu, kami
dan etnokultural minoritas perlu untuk m berpendapat bahwa gender dan budaya
engatasi jika mereka adalah untuk memiliki dinamika paralel dalam
mencapai posisi kepemimpinan atau kaitannya dengan kepemimpinan. Namun,
menjadi sukses setelah mereka telah karena dalam literatur kepemimpinan
melakukannya. sangat sedikit studi yang meneliti efek
Kami berpendapat bahwa gabungannya, kami membahas gender dan
mempelajari kepemimpinan tanpa budaya secara terpisah.
penyertaan khusus dari peran gender dan
budaya membatasi ruang lingkup Definisi
pengetahuan di bidang ini. Pada tataran Budaya
praktis, kurangnya perhatian terhadap
faktor-faktor ini dan dinamika yang Banyak yang memperdebatkan
mereka hasilkan dapat menimbulkan definisi budaya ( Triandis , 1996). Secara
masalah (Chin & Sanchez- Hucles , 2007) keseluruhan, sebagian besar setuju dengan
dalam perkembangan para pemimpin definisi Kluckhohn (1951) bahwa budaya
masa depan. Jika para pemimpin ingin adalah pola yang diperoleh dan
efektif dalam masyarakat yang beragam, ditransmisikan dari makna, perasaan, dan
mereka perlu memahami gaya dan perilaku bersama yang membentuk
perilaku pilihan mereka sendiri dan kelompok manusia yang berbeda. Ada
bagaimana ini mungkin berbeda dari yang dua alasan mengapa perlu membedakan
disukai oleh orang lain. Jika tidak, definisi budaya, etnis, dan
interaksi mereka dengan orang lain gender. Pertama, peneliti kepemimpinan
kemungkinan besar akan dipenuhi dengan yang berbeda telah menggunakan definisi
kesalahan atribusi, kesalahpahaman, dan yang berbeda ketika mengacu pada
salah tafsir. Pada tingkat ilmiah dasar, konsep-konsep ini. Kedua, para pemimpin
kegagalan untuk memasukkan berbagai dalam masyarakat yang beragam dan
kelompok dalam penelitian membatasi multikultural perlu menyadari perbedaan
validitas dan generalisasi temuan ini. Meskipun diskusi fenomenologis
dan inklusivitas teori. Sebaliknya, berlanjut, budaya pada dasarnya dapat
penelitian yang inklusif secara budaya dioperasionalkan dalam dua cara berbeda,
memiliki banyak manfaat, termasuk berdasarkan penelitian kepemimpinan
memperluas teori, meningkatkan kisaran yang ada. Yang pertama adalah melalui
variabel, variabel yang tidak ciri-ciri yang terlihat dan di
membingungkan, dan memahami konteks permukaan, seperti batas negara (House,
di mana perilaku terjadi Wright, & Aditya, 1997) atau ciri fisik
( Triandis & Brislin , 1984). Tujuan individu (misalnya warna kulit, tekstur
artikel ini adalah untuk mengilustrasikan rambut, bentuk mata). Karakteristik yang
mengapa gender dan budaya penting terlihat ini memungkinkan pengategorian
dalam pemahaman kita tentang orang ke dalam kelompok sosial
kepemimpinan. Kami pertama-tama (misalnya, menurut negara atau
mendefinisikan secara singkat setiap kebangsaan). Operasionalisasi kedua
konsep. Kami kemudian meninjau adalah dalam hal perbedaan yang lebih
pendekatan teoritis utama utama untuk tidak terlihat dan lebih dalam di antara
studi kepemimpinan, menyajikan temuan orang-orang (misalnya, nilai dan
kunci yang berkaitan dengan gender dan kepribadian mereka). Misalnya, Hofstede
budaya. Kami mengakui bahwa gender (2001) mengidentifikasi empat nilai
dan budaya hidup berdampingan dalam budaya yang dapat mendefinisikan

2
kategori budaya di tingkat negara (yaitu, yang paling sering diteliti. Dalam artikel
individualisme-kolektivisme, jarak ini kami memasukkan penelitian tentang
kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, batas negara, etnis, dan nilai-nilai budaya
dan maskulinitas-feminitas). Asumsi pada bagian tentang budaya. Karena ada
mendasar yang menyatukan kedua sejumlah besar penelitian yang telah
operasionalisasi budaya ini adalah bahwa diarahkan secara khusus pada gender dan
orang yang mirip, memiliki bahasa yang kepemimpinan, kami telah memilih untuk
mirip, atau hidup dalam batas geografis mendedikasikan satu bagian terpisah
yang sama akan memiliki nilai budaya untuk gender.
yang serupa. Namun, di desa global saat
ini, hal ini tidak selalu terjadi. Dalam Jenis kelamin
masyarakat yang beragam dan pluralistik,
banyak kelompok orang Sejak tahun 1970-an para peneliti
hidup bersama. Kelompok-kelompok ini telah mencatat kebutuhan untuk
mungkin berbeda dalam penampilan membedakan antara gender dan jenis
mereka, dalam nilai-nilai budaya mereka, kelamin (Bem, 1974; Spence, Helmreich ,
atau keduanya—seperti halnya anggota & Stapp, 1975), dan mereka telah
dari berbagai kelompok mendefinisikan gender (yaitu, apakah
etnis. Connerley dan Pedersen (2005) seseorang perempuan atau laki-laki) yang
mengusulkan definisi budaya yang lebih berkaitan dengan psikososial. ramalan
terintegrasi. Mereka menganggapnya jenis kelamin biologis (yaitu, apakah
sebagai fenomena yang kompleks mereka perempuan atau laki-laki; Unger,
(multidimensi dan multilevel) dan 1979). Paling sering peneliti
dinamis yang terdiri dari karakteristik mengoperasionalkan gender baik dengan
yang terlihat dan tidak terlihat yang dapat mengamati perilaku laki-laki dan
mempengaruhi kepemimpinan. Kategori perempuan atau dengan meminta mereka
budaya mereka meliputi karakteristik untuk melaporkan sendiri apakah mereka
demografis (misalnya, tempat tinggal dan laki-laki atau perempuan. Dalam artikel
jenis kelamin fisik), karakteristik status ini kami menggunakan istilah gender
(misalnya, variabel ekonomi dan sosiodemografi untuk merujuk pada aspek
pendidikan), karakteristik etnografi gender ini. Gender, bagaimanapun, terdiri
(misalnya, kebangsaan, etnis, dan bahasa), dari lebih dari gender
dan afiliasi. Kategori budaya ini dibangun sosiodemografi. Gender adalah fenomena
secara sosial dan dijiwai dengan multidimensi dan multilevel dengan
makna. Oleh karena itu, orang yang banyak aspek yang berbeda ( Korabik ,
berbeda satu sama lain dalam kategori ini 1999). Ini termasuk aspek intrapsikis
dapat "mengalami dunia dengan cara yang seperti skema gender dan
berbeda apakah perbedaan itu didasarkan stereotip; identitas peran gender; dan ciri-
pada perbedaan internal, perbedaan ciri, sikap, dan nilai-nilai peran gender
eksternal dalam cara mereka diperlakukan ( Bem , 1993). Mereka juga
oleh orang lain, atau kombinasi keduanya" mencakup cara di mana pria dan wanita
( Connerley & Pedersen , 2005, hal. berinteraksi satu sama lain ( Deaux &
4). Dalam penelitian kepemimpinan, Major, 1987) dan peran sosial yang
perbedaan budaya sering dipelajari diharapkan, dan sering mereka lakukan,
dengan satu penanda budaya yang terlihat berlaku dalam masyarakat ( Eagly ,
atau tidak terlihat. Di antara penanda 1987). Selain itu, jenis kelamin adalah
tersebut, batas negara, jenis kelamin, dan karakteristik status yang dianggap
etnis merupakan subkumpulan budaya berasal. Status sosial pria yang lebih
tinggi berarti bahwa mereka memiliki

3
lebih banyak akses ke kekuasaan dan dan wanita berbeda satu sama lain dalam
sumber daya daripada wanita dan, gaya kepemimpinan, perilaku, dan
akibatnya, mereka diberi hak istimewa efektivitas mereka. Penulis dari beberapa
yang lebih besar (Ridgeway, studi ini tidak merinci teori tentang
1992). Dengan demikian, gender adalah mengapa gender diharapkan berdampak
"struktur hierarki peluang dan penindasan pada kepemimpinan, sedangkan sisanya
serta struktur afektif identitas dan kohesi" mengacu pada sejumlah perspektif
(Ferree, 1995, hal. 125). teoretis yang berbeda ketika menafsirkan
temuan mereka. Ini termasuk teori
Gender, Budaya, dan androgini ( Bem , 1974), teori peran sosial
Kepemimpinan ( Eagly , 1987), teori keadaan harapan
(Berger, Wagner, & Zelditch , 1985), dan
Ada paralel langsung antara teori karakteristik status
dinamika yang disebabkan oleh budaya (Ridgeway, 1992). Untuk memberikan
dan yang disebabkan oleh gender. Baik kejelasan konseptual pada
budaya maupun gender memiliki literatur, Korabik dan Ayman (2007) telah
komponen fisik (terlihat) dan nilai (tidak menggambarkan tiga posisi teoritis paling
terlihat). Keduanya memengaruhi umum yang mendasari studi tentang
identitas dan kohesi kelompok, interaksi gender dan kepemimpinan. Ini adalah
antarpribadi, dan akses ke kekuasaan dan perspektif intrapsikis, perspektif
sumber daya. Nilai-nilai budaya dan etnis struktural sosial, dan perspektif
yang dianut orang adalah keyakinan interpersonal, masing-masing. Penelitian
intrapsikis yang dipelajari dengan cara yang dilakukan dari perspektif intrapsikis
yang sama seperti keyakinan dan sikap berfokus terutama pada karakteristik
peran gender. Karakteristik fisik yang intrapsikis internal pemimpin. Di sini
membedakan orang ke dalam kelompok gender mencakup hal-hal seperti skema
budaya dan etnis yang berbeda bertindak gender; identitas gender; dan sifat, sikap,
sebagai penanda status yang memberi dan nilai peran gender yang diperoleh
stereotip utama dan memberikan hak melalui sosialisasi peran gender. Menurut
istimewa dengan cara yang sama seperti perspektif intrapsikis, karakteristik peran
gender. Kami sekarang menyajikan gender intrapsikis pemimpin (misalnya,
gambaran umum tentang bagaimana perantaraan / maskulinitas / agensi dan
dinamika ini beroperasi dalam konteks ekspresifitas / feminitas / persekutuan)
kepemimpinan, dengan gender sebagai penting karena memengaruhi gaya,
contoh. Dinamika serupa diharapkan perilaku, dan hasil yang disukai pemimpin
terjadi untuk budaya. terlepas dari apakah pemimpin itu laki-
Perspektif tentang gender dan laki atau seorang wanita. Penelitian yang
kepemimpinan. Ketika seseorang dilakukan dari perspektif ini mungkin,
meneliti penelitian tentang jender dan misalnya, menguji dampak orientasi peran
kepemimpinan, penting untuk gender seorang pemimpin (yaitu,
membedakan antara cara penelitian instrumentalitas, ekspresivitas, atau
dilakukan dan cara androgini) terhadap perilakunya dan hasil
penafsirannya. Sebagian besar penelitian yang dicapai. Beberapa ahli teori yang
tentang gender dan kepemimpinan telah telah mengadopsi perspektif struktural
dilakukan dengan menerapkan definisi sosial fokus pada perbedaan peran sosial
sosiodemografi tentang gender. Dengan yang diharapkan dimainkan oleh laki-laki
demikian, sejumlah besar penelitian telah dan perempuan dalam masyarakat
dilakukan untuk meneliti bagaimana pria ( Eagly , 1987). Menurut rumusan ini,

4
perbedaan kualitatif dalam peran normatif dan harapan terkait gender baik tentang
laki-laki dan perempuan mempengaruhi diri (skema) dan tentang orang lain.
perilaku dan hasil kepemimpinan stereotip), yang kurang terlihat dan lebih
mereka. Di sini, gender menjadi penting terselubung. Selain itu, proses ini
karena persepsi bahwa peran laki-laki dipengaruhi oleh isyarat situasional
lebih sesuai dengan peran kepemimpinan (misalnya, tugas jenis gender, rasio gender
daripada peran perempuan dapat miring dalam kelompok) yang membuat
menimbulkan prasangka terhadap gender lebih atau kurang menonjol dan
pemimpin perempuan ( Eagly & Karau, mendorong
2002). Ahli teori lain yang mengadopsi priming. Menurut interper sonal interaksi
perspektif struktural sosial telah perspektif, jenis kelamin membuat
menekankan perbedaan status antara laki- perbedaan karena laki-laki dan perempuan
laki dan perempuan (Ridgeway, pemimpin akan memiliki berbagai jenis
1992). Mereka telah melihat gender interaksi sosial dengan laki-laki mereka
sosiodemografi sebagai penanda status dan supervisor perempuan, teman sebaya,
terlihat yang mempengaruhi persepsi dan bawahan, dan interaksi ini akan
orang lain, pengamatan, dan memengaruhi hasil dialami oleh masing-
evaluasi pemimpin. Menurut perspektif masing pihak (Ayman, 1993; Korabik &
struktural sosial, hasil yang berbeda akan Ayman, 2007). Korabik dan Ayman
dicapai oleh pemimpin laki-laki dan (2007) mengusulkan model integratif
perempuan dalam kondisi tertentu. Ini gender dan kepemimpinan yang
karena laki-laki dikaitkan dengan status menggabungkan unsur-unsur dari masing-
dan hak istimewa yang lebih tinggi, dan masing tiga perspektif ini. Di sini
mereka lebih cenderung berada dalam kepemimpinan dipandang
peran kepemimpinan yang sesuai dengan sebagai interaksi sosial antara pemimpin
gender sosiodemografis dengan atasan, rekan sejawat, dan
mereka. Sebaliknya, perempuan dianggap bawahannya. Sifat interaksi ini
memiliki status yang lebih rendah dan hak dipengaruhi oleh proses intrapsikis
istimewa yang lebih rendah, dan peran (misalnya, genderrole orientasi, sikap dan
kepemimpinan dipandang tidak sesuai nilai-nilai genderrole)
dengan jenis kelamin sosiodemografi di semua pihak. Namun, proses ini tidak
mereka. Temuan meta-analitik begitu menonjol dan dapat diamati seperti
mendukung perspektif ini dengan halnya jenis kelamin sosiodemografi
menunjukkan bahwa pemimpin seseorang. Oleh karena itu, gender
perempuan dipandang kurang efektif sosiodemografis bertindak sebagai
ketika mereka berada dalam pengaturan penanda status dan hak istimewa, serta
yang didominasi laki-laki atau peran harapan tentang perilaku peran yang
kepemimpinan yang didefinisikan sebagai ditentukan. Dengan demikian, ini adalah
lebih maskulin ( Eagly , Karau, & isyarat yang mengaktifkan stereotip dan
Makhijani, 1995). Perspektif interaksi atribusi yang memengaruhi penilaian dan
interpersonal berfokus pada bagaimana evaluasi awal. Proses-proses ini
pemimpin berinteraksi dengan atasan, dimoderasi oleh berbagai isyarat
rekan kerja, dan bawahannya. Pendekatan kontekstual (misalnya, tugas dengan tipe
ini menggabungkan aspek dari perspektif gender, rasio gender miring dalam
intrapsikis dan struktural sosial karena kelompok). Literatur tentang gender dan
interaksi dipandang sebagai fungsi dari kepemimpinan mendukung model ini
isyarat gender sosiodemografis, yang dengan menunjukkan bahwa berikut ini
lebih terlihat dan terbuka, dan keyakinan memainkan peran penting dalam proses

5
kepemimpinan: sosialisasi peran terlepas dari bukti) dan (b) meningkatkan
gender; keyakinan, sikap, dan harapan atribusi isomorfik atau sejauh yang orang-
peran gender; stereotip gender; perbedaan orang dari kelompok sosial budaya yang
status berbasis gender; komposisi gender beragam yang mampu mencapai penilaian
kelompok; dan sifat tugas yang serupa terhadap situasi atau tindakan
berdasarkan gender. tertentu ( Triandis , 1995). Penghapusan
Budaya dan etnosentrisme, dengan mengurangi
kepemimpinan. Dalam tenaga kerja pemaksaan kerangka acuan seseorang
yang beragam, orang-orang dari pada orang lain, dapat menghasilkan
kelompok budaya atau sosial yang penilaian yang kurang bermusuhan
berbeda harus terus-menerus berinteraksi terhadap mereka yang berada di luar
satu sama lain. Dalam pengaturan seperti kelompok ( Duckitt , Callaghan, &
itu, identitas budaya masyarakat sendiri Wagner,
dan asumsi mereka tentang dan persepsi 2005). Selain itu, dengan mengurangi
orang lain dari kelompok sosial yang etnosentrisme yang ada dalam penelitian
berbeda (misalnya, Kulit Putih dan Afrika kepemimpinan, model kepemimpinan
Amerika, Latin dan Asia) berhubungan dapat menjadi lebih inklusif terhadap
dengan dinamika ingroup-outgroup, dan budaya lain dan mewakili semua
asumsi dan persepsi ini mungkin kelompok sosial.
berdampak pada pengalaman Gender, budaya, dan
kepemimpinan (Ayman, 2004a). Dalam kepemimpinan. Untuk
situasi seperti ini, komposisi pasangan mengembangkan teori kepemimpinan
atau kelompok kerja berdasarkan jenis yang lebih inklusif, baik perspektif emic
kelamin atau budaya mereka penting maupun etik (Berry, 1997; Gelfand,
karena dapat mempengaruhi kemampuan Raver, & Ehrhart, 2002) perlu
pemimpin untuk sukses. Misalnya, dalam dimasukkan. Pendekatan emic berarti
sebuah eksperimen di mana seorang mempelajari kepemimpinan dari dalam
pemimpin Jepang berperilaku baik seperti budaya atau kelompok sosial, sedangkan
yang dilakukan oleh seorang pemimpin pendekatan etik memungkinkan untuk
Amerika atau seperti yang dilakukan oleh validasi teori dan model kepemimpinan
seorang pemimpin Jepang, pengikut lintas gender dan pengaturan
Amerika-nya tidak menganggapnya dapat budaya. Versi pendekatan etik, etik yang
dipercaya ketika dia berperilaku seperti dipaksakan, adalah ketika teori atau
seorang pemimpin Amerika dibandingkan ukuran yang dikembangkan dalam satu
dengan ketika dia berperilaku seperti itu kelompok sosial divalidasi di kelompok
seorang pemimpin Jepang (Thomas lain. Dalam kepemimpinan, sebagian
& Ravlin , 1995). Selain itu, besar teori telah dikembangkan di
meningkatnya keragaman dalam angkatan Amerika Utara dan mewujudkan sudut
kerja saat ini berarti bahwa untuk menjadi pandang etnosentris. Salah satu efek dari
efektif, para pemimpin perlu situasi ini adalah bahwa teori dapat
mengembangkan perspektif multikultural mengistimewakan jenis pengetahuan
dan pemahaman tentang sudut pandang ilmiah tertentu dan meminggirkan sudut
mereka yang berbeda dari diri mereka pandang lain (McIntosh, 2003). Peneliti
sendiri ( Connerley & Pedersen, kepemimpinan jarang melakukan studi
2005). Melakukan hal melibatkan dua hal: lintas budaya untuk mempelajari
(a) menghilangkan etnosentrisme (yaitu, keterbatasan teori mereka. Apalagi, ketika
keyakinan bahwa nilai-nilai budaya memvalidasi teori mereka pada kelompok
seseorang adalah sama seperti orang lain, lain atau di negara lain, mereka

6
mengandalkan pendekatan etik yang orang dari kelompok etnokultural yang
dipaksakan. Minat mereka bukanlah berbeda memiliki cara memimpin yang
untuk memahami bagaimana teori-teori unik. Namun, dalam artikel ini, kami
itu bekerja, tetapi hanya untuk melihat fokus pada pendekatan etik yang
bahwa teori-teori itu bekerja. Untuk dipaksakan terhadap kepemimpinan yang
membentuk teori allocentric, seperti berkaitan dengan gender dan
yang disarankan Triandis (1995), peneliti budaya. Kami melakukannya karena kami
membutuhkan upaya yang lebih inklusif ingin menjawab pertanyaan yang berbeda:
di mana para sarjana dari berbagai negara Sejauh mana model Amerika Utara, yang
dengan menggunakan metode yang telah dikembangkan terutama oleh pria
berbeda berkumpul untuk berbagi dan dan sebagian besar divalidasi pada
secara bertahap menyusun potongan- pemimpin pria, berlaku untuk wanita dan
potongan teka-teki. Selain itu, penting orang-orang dari budaya
untuk memeriksa apakah konstruksi lain? Selanjutnya, kami
kepemimpinan yang ada memiliki membuat pilihan ini karena teori-teori ini
kesetaraan makna yang sama lintas gender saat ini merupakan pendekatan fokus
dan budaya, serta lintas sumber (misalnya, kepemimpinan di bidang-bidang seperti
laporan diri pemimpin dan laporan psikologi, manajemen, ilmu politik, dan
bawahan). Seperti yang dikatakan pendidikan. Selain itu, teori-teori ini
Raju, Laffitte , dan Byrne (2002, hlm. berfungsi sebagai kerangka kerja untuk
517), "Tanpa kesetaraan pengukuran, sulit edisi khusus 2007 tentang kepemimpinan
untuk menafsirkan perbedaan skor rata- di Psikolog Amerika (Sternberg,
rata yang diamati secara 2007). Niat kami dalam artikel ini adalah
bermakna." Temuan dari meta-analisis untuk menyoroti peran
tentang gender atau perbedaan budaya gender dan budaya di dalam penelitian ya
dalam kepemimpinan, oleh karena itu, ng telah telah dilakukan dalam paradigma
dapat ditafsirkan sebagai mewakili ini, sesuatu yang kurang dalam edisi
perbedaan yang sebenarnya antara khusus sebelumnya. Namun, sebelum
kelompok berarti hanya sekali persamaan melakukannya, penting untuk mengakui
makna (yaitu, pengukuran kesetaraan) beberapa ahli teori kepemimpinan
telah ditetapkan untuk kelompok- sebelumnya (misalnya, Ayman,
kelompok ini. 1993; Chemers , 1997;
House, Hanges , Javidan , Dorfman, &
Gender dan Budaya dalam Gupta, 2004) yang telah menekankan
peran penting bahwa gender dan budaya
Riset Kepemimpinan secara khusus bermain dalam pengalaman
Baik budaya dan kepemimpinan dan kepemimpinan. Ayman (1993)
gender dan kepemimpinan telah dipelajari melakukannya dengan mengambil
dengan menggunakan pendekatan pendekatan dan metodologi lintas
emic. Misumi (1985) dan Sinha (1984) budaya. Dia berpendapat bahwa karena
masing-masing telah mendekati gender atau budaya pemimpin dan
kepemimpinan dari perspektif Jepang dan bawahan memengaruhi kerangka acuan
India. Selain itu, peneliti feminis telah mereka, faktor-faktor ini memengaruhi
mengeksplorasi pengalaman bagaimana perilaku pemimpin
kepemimpinan perempuan (lihat Chin, dideskripsikan dan dievaluasi. Model
Lott, Rice, & Sanchez- Hucles , kepemimpinan integratif Chemers (1997)
2007). Studi-studi ini telah membahas secara eksplisit mengakui peran budaya
masalah apakah perempuan atau orang- dan gender. Dalam modelnya, gender dan

7
budaya memengaruhi hubungan atau teori kepemimpinan implisit),
kepemimpinan dalam berbagai cara pendekatan perilaku (termasuk model dua
(misalnya, melalui norma-norma sosial faktor, kepemimpinan transformasional,
dan interpretasi pemimpin dan bawahan dan model pertukaran pemimpin-
terhadap situasi). Kedua cendekiawan ini anggota), dan pendekatan kontingensi
memandang gender dan budaya sebagai (yaitu, model kontingensi efektivitas
kemungkinan kepemimpinan yang ada di kepemimpinan dan model pengambilan
mana-mana dalam masyarakat yang keputusan normatif). Untuk setiap
beragam dan yang tidak dapat diabaikan pendekatan teoretis terhadap
ketika kepemimpinan dipelajari. Fokus kepemimpinan, kami memberikan contoh
utama dari proyek penelitian GLOBE 62 dari literatur yang menggambarkan
negara (House et al., 2004) telah mengapa budaya dan gender penting.
membangun model kepemimpinan yang Dalam setiap diskusi tentang
universal. Meskipun masih muncul spesi persinggungan gender atau budaya
fi kasi tentang antarmuka budaya, gender, dengan kepemimpinan, sangat penting
dan kepemimpinan, gambaran yang telah untuk menyadari bahwa hanya karena
dilukis sejauh ini sangat seseorang memegang posisi
kompleks. Sementara beberapa universal kepemimpinan, itu tidak berarti bahwa
(seperti kepemimpinan karismatik mereka adalah pemimpin yang
berbasis nilai) telah ditemukan, ada juga efektif. Demikian pula, tidak adanya
bukti ekstensif bahwa universal ini individu dari kelompok tertentu
dimanifestasikan dengan cara yang (misalnya, perempuan atau orang kulit
berbeda di setiap wilayah di berwarna) dalam posisi kepemimpinan
dunia. Mungkin, seperti tidak berarti bahwa mereka akan menjadi
yang disarankan Graen (2006), pemimpin yang tidak efektif. Penting juga
pertanyaan penelitian dan pendekatan untuk ditunjukkan bahwa banyak studi
yang digunakan oleh GLOBE terlalu tentang gender dan kepemimpinan di
terbatas untuk menggambarkan gambaran tempat kerja telah meneliti sekelompok
kepemimpinan secara global. Untuk pemimpin perempuan terpilih yang telah
mendukung hal ini, van Emmerik, mencapai posisi kepemimpinan dengan
Euwema , memenuhi harapan mayoritas. Hasil
dan Wendt (2008) meninjau penelitian lai penelitian itu mungkin tidak bisa
n yang menunjukkan bahwa perilaku digeneralisasikan untuk perempuan secara
kepemimpinan tertentu (misalnya, umum. Demikian pula, karena
penggunaan superioritas, kekuasaan, dan kebanyakan studi budaya telah memeriksa
pengawasan ketat) bervariasi sebagai fungsi orang dalam budaya mereka
fungsi budaya. Dalam Handbook of sendiri, kami tidak tahu bagaimana
Leadership Bass & Stogdill edisi terbaru, mereka akan tampil dalam situasi lintas
Bass (1991) menyebutkan bahwa budaya.
kepemimpinan memiliki banyak
definisi. Dalam artikel ini kami tidak Pendekatan Sifat
mengemukakan definisi tertentu
melainkan mengakui berbagai pendekatan Untuk tujuan singkatnya, kami tidak
terhadap cara kepemimpinan telah meninjau evolusi historis dari pendekatan
dipelajari melalui teori dan model yang sifat, domain investigasi tertua dalam
ada. Teori dan model utama yang kami penelitian kepemimpinan (lihat Zaccaro ,
tinjau meliputi: pendekatan sifat 2007; Zaccaro , Kemp, & Bader,
(termasuk kategorisasi kepemimpinan 2004). Demikian pula, kami tidak
berurusan dengan banyak sifat yang telah

8
dikaitkan dengan kemunculan atau Kecerdasan budaya
efektivitas kepemimpinan (lihat Judge, (KB). Baru-baru ini para sarjana
Bono, Ilies , & Gerhart, berfokus pada hubungan antara CQ dan
2002). Sebaliknya, kami hanya membahas kepemimpinan. CQ terkait dengan
sifat-sifat yang penting bagi peningkatan efektivitas dalam menangani
kepemimpinan dan relevan dengan gender baik yang berasal dari budaya asing
atau budaya. maupun yang berasal dari subkultur
Teori kepemimpinan berbeda dalam budaya sendiri (Ang &
implisit . Untuk memahami ciri-ciri Van Dyne, 2008). Dengan demikian, ini
yang terkait dengan pemimpin, pertama- membantu individu memenuhi tantangan
tama kami memeriksa literatur tentang dalam mengelola globalisasi dan
teori kepemimpinan implisit atau keragaman tenaga kerja. CQ telah
kategorisasi kepemimpinan. Teori menjadi efektivitas manajerial
kepemimpinan implisit memeriksa di sejumlah pengaturan (Ang & Van
pemahaman orang awam tentang Dyne, 2008). Di antara ciri-ciri khusus
kepemimpinan. Secara keseluruhan, hasil dan kompetensi yang terkait dengan CQ
studi di bidang ini telah menunjukkan efek adalah pemantauan diri, memegang sikap
konteks yang kuat. Artinya, ciri-ciri nonetnosentris (Abbe, Gulick, & Herman,
yang terkait dengan kepemimpinan berva 2008), dan terbuka terhadap pengalaman
riasi tergantung pada apakah pemimpin (Ang & Van Dyne, 2008), yang semuanya
itu, misalnya, seorang manajer, perwira dibahas satu per satu di bawah ini.
militer, atau politikus (Lord, Brown, terbukti berkontribusi pada tim,
Harvey, & Hall, 2001). Studi budaya dan kepemimpinan, dan efektivitas manajerial
kepemimpinan implisit terbatas, tetapi di sejumlah pengaturan (Ang & Van
yang ada menunjukkan variasi dalam Dyne, 2008). Di antara ciri-ciri khusus
konten kepemimpinan implisit lintas dan kompetensi yang terkait dengan CQ
budaya (Ayman & Bassari , 2009; adalah pemantauan diri, memegang sikap
Gerstner & Day, 1994; Ling, Chia, & non-etnosentris (Abbe, Gulick, &
Fang, 2000). Banyak penelitian telah Herman, 2008), dan terbuka untuk
menunjukkan bahwa di seluruh usia pengalaman (Ang & Van Dyne, 2008),
penilai, pengalaman kerja, dan budaya, yang semuanya dibahas secara individual
citra seorang pemimpin sangat terkait di bawah ini.
dengan laki-laki dan maskulinitas Pemantauan diri. Salah satu ciri
(Ayman- Nolley & Ayman, yang telah dikaitkan dengan kemunculan
2005; Heilman, 2001; Lef fl er, Ayman, & dan efektivitas kepemimpinan adalah
Ayman- Nolley , 2006; Schein, pemantauan diri (Day,
2002). Selanjutnya, penelitian Schleicher, Unckless , & Hiller,
menunjukkan bahwa citra stereotip ini 2002). Pemantauan diri adalah sejauh
berkembang sejak taman kanak-kanak mana individu mengatur presentasi diri
(misalnya, Ayman- Nolley & Ayman, mereka untuk mencapai penampilan
2005). Namun, studi ini juga publik yang diinginkan
menunjukkan bahwa anak perempuan dan ( Gangestad & Snyder, 2000). Dalam
perempuan tidak memiliki citra maskulin penelitian kepemimpinan, pemantauan
sebagai pemimpin seperti halnya anak diri dilihat sebagai indikator fleksibilitas
laki-laki dan laki-laki. Pada umumnya, dan daya tanggap terhadap situasi
fakta bahwa stereotip ini ada merugikan sosial. Meta-analisis Day et al. (2002)
kenaikan perempuan ke posisi menunjukkan bahwa swa-monitor terkait
kepemimpinan ( Korabik , 1997). dengan kemampuan kepemimpinan

9
dengan menunjukkan bahwa pengawas menunjukkan bukti konklusif untuk
diri yang tinggi paling sering universalitas Lima Besar ( Marsella et al.,
dipromosikan. Hari dkk. juga 2000). Dalam meta-analisis hubungan
melaporkan, bagaimanapun, bahwa Lima Besar dengan kepemimpinan,
wanita mendapat nilai lebih rendah pada Hakim et al. (2002) menemukan bahwa
swa-monitor daripada pria. Berdasarkan extraversion, conscientiousness, dan
temuan ini, tampaknya perempuan openness to experience memiliki
memiliki lebih sedikit kesempatan untuk hubungan yang signifikan dengan
mencapai posisi kepemimpinan efektivitas dan kemunculan
dibandingkan laki-laki. Hasil percobaan kepemimpinan. Persetujuan terkait
kelompok kecil mendukung konsep ini dengan efektivitas kepemimpinan tetapi
dengan menunjukkan bahwa pemantauan bukan kemunculannya. Namun, meta-
diri secara positif terkait dengan analisis ini tidak memasukkan budaya
munculnya kepemimpinan lebih untuk atau gender sebagai moderator. Meskipun
laki-laki daripada perempuan (Ellis & demikian, Eagly dan Carli (2007),
Cronshaw, 1992). Penelitian lebih lanjut menggunakan temuan Costa et al. (2001),
tentang gender, kepemimpinan, dan menunjukkan bahwa pria dan wanita
pemantauan diri diperlukan untuk berbeda dalam beberapa aspek yang
mengeksplorasi penjelasan ini dan untuk membentuk Lima Ciri Besar. Misalnya,
menetapkan apakah intervensi yang skor wanita lebih rendah daripada pria
bertujuan untuk meningkatkan tingkat dalam aspek asertif ekstraversi, tetapi skor
pemantauan diri perempuan dapat mereka lebih tinggi daripada pria dalam
membantu mereka mengatasi hambatan aspek kehangatan dan emosi positif dari
yang mereka hadapi dalam mencapai ekstraversi.
posisi kepemimpinan. Karena kita hanya Gender dan munculnya
tahu sedikit tentang pemantauan diri lintas kepemimpinan. Dua jalur penelitian
budaya atau lintas kelompok etnis, lebih telah dilakukan tentang gender dan
banyak penelitian tentang budaya dan munculnya kepemimpinan. Yang paling
pemantauan diri juga diperlukan. Selain menonjol melihat jenis kelamin
itu, pengukuran kesetaraan gender atau sosiodemografi dari orang yang dipilih
budaya untuk swa-monitor, sepanjang sebagai pemimpin. Hasil meta-analisis
pengetahuan kita, masih perlu dibangun. studi di bidang ini ( Eagly & Karau, 1991)
Lima Besar. The Big Five konsisten dengan temuan Eagly dan Carli
(neuroticism, extraversion, openness to (2007) mengenai ekstraversi dan
experience, agreeableness, and menunjukkan bahwa pria dan wanita
conscientiousness; Hofstede & McCrae, cenderung muncul sebagai pemimpin
2004) dianggap sebagai superordinat, ciri dalam situasi yang sesuai dengan sosial
kepribadian universal mereka. peran. Implikasinya bagi
( Marsella , Dubanoski , Hamada, & perempuan adalah bahwa kepemimpinan
Morse, 2000). Costa, Terracciano , dan mereka mungkin dibatasi pada wilayah
McCrae (2001), menggunakan studi dari yang lebih stereotip feminin.
beberapa negara selama beberapa tahun, Sebuah jalur penelitian yang lebih
sambil menemukan beberapa kesamaan, kecil, namun sangat signifikan, telah
menemukan beberapa perbedaan gender menunjukkan bahwa orientasi peran
dan budaya pada Lima Besar. Secara gender, lebih dari gender sosiodemografi,
keseluruhan, hasil yang berkaitan dengan penting dalam hal siapa yang muncul
gender dan budaya (yaitu, ditentukan oleh sebagai seorang pemimpin. Sebagai
nilai-nilai negara atau budaya) tidak contoh, sebuah meta-analisis menemukan

10
bahwa bersama dengan kecerdasan, sifat- ciri-ciri yang terkait dengan
sifat agen seperti maskulinitas dan kepemimpinan tidak universal secara
dominasi adalah karakteristik paling khas budaya. Selain itu, karena sifat berdampak
dari mereka yang muncul sebagai pada cara pria dan wanita dianggap
pemimpin (Lord, De Vader, & Alliger , sebagai pemimpin, gender dapat
1986). Demikian pula, penelitian lain memengaruhi akses ke posisi
telah menunjukkan bahwa orientasi peran kepemimpinan. Ini penting karena
gender maskulin (yaitu, instrumentalitas pemodelan kompetensi sering digunakan
tinggi, ekspresivitas rendah) paling terkait untuk pemilihan manajer. Pendekatan ini
dengan munculnya sangat bergantung pada kesimpulan
kepemimpinan ( Goktepe & Schneier , tentang sifat dan keterampilan
1989). Sebaliknya, dalam studi yang lebih kepemimpinan mana yang paling
baru, di mana komposisi gender kelompok efektif. Kesimpulan ini rentan
dan sifat tugas dimasukkan sebagai dipengaruhi oleh stereotip kepemimpinan
variabel, ada lebih banyak bukti bahwa implisit. Selain itu, sifat dan keterampilan
androgini (yaitu, instrumentalitas tinggi, ini dianggap berfungsi sama bagi orang-
ekspresivitas tinggi) penting untuk orang tanpa memandang budaya dan jenis
munculnya pemimpin. Misalnya, satu kelamin mereka. Namun, lebih
penelitian menunjukkan bahwa dalam banyak bukti empiris diperlukan untuk
kelompok yang terdiri dari wanita, mereka memvalidasi asumsi ini.
yang cerdas dan berkelamin dua lebih
cenderung muncul sebagai pemimpin Pendekatan Perilaku
( Gershenoff & Foti , 2003). Namun,
dalam kelompok jenis kelamin campuran Pendekatan ini merupakan
sosiodemografi, hasilnya tidak begitu kumpulan literatur terbesar dalam
jelas dan tampaknya tergantung pada sifat penelitian kepemimpinan. Sejak tahun
tugas. Secara keseluruhan, tren telah 1950-an, mayoritas peneliti, terlepas dari
diamati mana individu androgini orientasi teoritis mereka, terutama
memiliki yang meneliti perilaku pemimpin melalui
sama kesempatan sebagai maskulin indivi persepsi diri atau orang lain. Pada bagian
du untuk menjadi diidentifikasi sebagai ini kami menyoroti tiga pendekatan
pemimpin (Kent & Moss, 1994; Moss & perilaku (model dua faktor,
Kent, 1996). Temuan ini mendorong kepemimpinan transformasional, dan
prospek kepemimpinan pertukaran pemimpin-anggota) yang telah
perempuan. Androgini mungkin memberikan perhatian pada gender atau
menawarkan perempuan jalan keluar dari budaya.
ikatan ganda yang mereka alami ketika Pendekatan dua
mereka diharapkan memiliki kualitas faktor. Beberapa peneliti (misalnya,
instrumental yang terkait dengan Ohio State dan Michigan studi) telah
kemampuan kepemimpinan tetapi juga mengkategorikan perilaku kepemimpinan
kualitas ekspresif yang terkait dengan sebagai jatuh ke dalam dua faktor:
peran gender yang ditentukan. Dengan perhatian-orang berorientasi atau memulai
demikian, mengadopsi gaya struktur-tugas, masing-masing (Bass,
kepemimpinan androgini dapat membantu 1991). Sebuah meta-analisis (Judge,
perempuan untuk menegosiasikan jalan Piccolo, & Ilies , 2004) menunjukkan
mereka melalui labirin. bahwa kedua jenis perilaku dikaitkan
Ringkasan. Seperti yang dengan efektivitas. Tetapi pertimbangan
ditunjukkan oleh penelitian yang dikutip, lebih terkait dengan kepuasan kerja dan

11
komitmen organisasi, sedangkan struktur gender). Hasil penelitian ini telah
awal lebih terkait dengan kinerja dan diringkas dalam meta-analisis tentang
keuntungan. Kesetaraan pengukuran teori gender dan gaya kepemimpinan ( Eagly &
dua faktor untuk budaya dan gender tidak Johnson, 1990), gender dan evaluasi
didokumentasikan dengan baik. kepemimpinan ( Eagly , Makhijani, &
Dalam hal gender, perspektif Klonsky, 1992), dan gender dan
kepemimpinan intrapsikis memprediksi efektivitas kepemimpinan ( Eagly et al. .,
bahwa perilaku kepemimpinan akan lebih 1995). Hasilnya menunjukkan bahwa
merupakan fungsi dari karakteristik peran ketika studi dilakukan di lapangan dengan
gender pemimpin daripada gender pemimpin yang sebenarnya (yang
sosiodemografis pemimpin. Kami telah mungkin lebih setara dalam definisi peran
melakukan serangkaian studi ( Korabik , dan status), pria dan wanita tidak berbeda
1996; Korabik & Ayman, 1987, 1989) dalam perhatian atau perilaku penataan
dengan manajer yang memberikan mereka ( Eagly & Johnson,
dukungan untuk perspektif ini. Kami 1990). Namun, meskipun tidak ada
menemukan bahwa orientasi peran gender perbedaan dalam cara pemimpin laki-laki
menyumbang variasi yang lebih besar dan perempuan berperilaku, ada
dalam perilaku kepemimpinan yang perbedaan dalam keefektifan mereka
dilaporkan sendiri daripada gender dan cara orang lain mengevaluasi
sosiodemografi. Kami juga secara mereka. Perspektif kepemimpinan
konsisten menemukan ciri-ciri peran struktural sosial memprediksi bahwa
gender instrumental (maskulin) terkait perilaku kepemimpinan akan menjadi
dengan struktur awal, ciri kepribadian fungsi dari kesesuaian antara peran
ekspresif (feminin) terkait dengan kepemimpinan dan peran gender yang
pertimbangan, dan androgini terkait ditentukan pemimpin, status yang
dengan struktur dan dikaitkan, atau keduanya. Konsisten
pertimbangan. Korabik (1981, 1982a, dengan pandangan ini, pemimpin
1982b, 1990) perempuan sangat mungkin diremehkan
dan Zugec dan Korabik (2003) ketika mereka mengadopsi gaya
mereplikasi dan memperluas temuan ini kepemimpinan stereotip maskulin, ketika
dalam serangkaian studi kelompok mereka dalam peran kepemimpinan yang
kecil. Mereka menunjukkan tidak didominasi laki-laki, atau ketika mereka
hanya bahwa individu androgini memiliki dievaluasi oleh laki-laki ( Eagly et
kemampuan untuk menampilkan baik al., 1992). Lebih jauh, laki-laki lebih
perilaku kepemimpinan yang berorientasi efektif dalam situasi
pada tugas dan orang, tetapi juga bahwa yang didominasi laki-laki dan dalam
mereka dapat bertukar peran dengan cara peran kepemimpinan
yang fleksibel dan adaptif untuk maskulin. Sebaliknya, wanita lebih efektif
mengambil fungsi kepemimpinan apa pun dalam peran kepemimpinan yang lebih
yang kurang dalam sebuah feminin ( Eagly et al., 1995). Perspektif
kelompok. Sebagian besar studi tentang kepemimpinan interaksi interpersonal
gender dan perilaku kepemimpinan telah memprediksi bahwa efek diferensial akan
dilakukan dari perspektif kepemimpinan terjadi sebagai fungsi dari jenis kelamin
struktural sosial dan interaksi pemimpin atau bawahan, atau keduanya,
sosial. Penelitian ini membandingkan dan ini akan dimoderasi oleh konteks dan
perilaku kepemimpinan laki-laki dan jenis tugas. Untuk mendukung pandangan
perempuan (yaitu, menggunakan ini, kami (Becker, Ayman, & Korabik ,
operasionalisasi sosiodemografi 2002) menemukan bahwa di perusahaan,

12
dibandingkan dengan pengaturan model dua faktor. Studi tersebut
pendidikan, ada perbedaan yang lebih mencakup data dari 42 negara yang
besar antara peringkat pemimpin dikelompokkan ke dalam 10 kategori
perempuan sejauh mana mereka terlibat budaya. Secara keseluruhan, wanita
dalam tugas dan pribadi. perilaku ditemukan lebih tinggi dalam struktur
kepemimpinan berorientasi dan peringkat awal dan pertimbangan dibandingkan
bawahan mereka sejauh mana perempuan pria. Namun, ada sedikit perbedaan
menggunakan perilaku ini. Selama gender di luar negara-negara Barat. Baik
beberapa dekade, para peneliti telah struktur inisiasi maupun pertimbangan
memeriksa pendekatan dua faktor lintas ditemukan bervariasi sebagai fungsi
budaya. Satu studi (van Emmerik et al., budaya. Selain itu, budaya memberikan
2008) mampu membangun kesetaraan pengaruh yang lebih besar pada perilaku
pengukuran, tetapi temuan dari studi lain kepemimpinan daripada gender, terutama
(Ayman & Chemers , 1983; Smith, dalam hal pembentukan struktur.
Misumi, Tayeb, Peterson, & Bond, 1989) Pendekatan kepemimpinan
tidak meyakinkan. Secara khusus, transformasional . Teori
Ayman dan Chemers (Ayman kepemimpinan transformasional
& Chemers , 1983; Chemers , 1969) mengasumsikan bahwa seorang pemimpin
merujuk pada dua studi: Dalam kedua yang dianggap berperilaku
kasus bawahannya adalah orang Iran, transformasional menginspirasi bawahan
tetapi dalam satu studi pemimpinnya untuk upaya dan dedikasi tingkat
adalah orang Amerika ( Chemers , 1969), tinggi. Dimensi perilaku kepemimpinan
sedangkan di lain Iran (Ayman transformasional adalah pengaruh ideal,
& Chemers , 1983). Hasilnya motivasi inspirasional, pertimbangan
menunjukkan struktur faktor yang persis individual, dan stimulasi intelektual (Bass
sama , sehingga kemungkinan bahwa & Avolio, 1993b). Beberapa meta-analisis
faktor-faktor tersebut lebih merupakan telah memberikan dukungan kuat untuk
fungsi dari teori kepemimpinan implisit teori kepemimpinan ini karena berkaitan
bawahan daripada perilaku dengan berbagai indeks efektivitas
pemimpin. Selain itu, Ayman (misalnya, Hakim & Piccolo, 2004;
dan Chemers (1983) menemukan bukti Lowe, Kroeck , & Sivasubramaniam ,
adanya dimensi kepemimpinan 1996).
paternalistik yang baik hati di Iran Antonakis , Avolio,
(sebelum revolusi Islam). Ini termasuk dan Sivasubramaniam (2003)
pertimbangan dan perilaku struktur awal menunjukkan bahwa Kuesioner
pada satu faktor. Sementara didefinisikan Kepemimpinan Multifaktor (ukuran yang
sedikit berbeda dalam budaya yang paling sering digunakan; Bass & Avolio,
berbeda, dimensi yang sama ini telah 1993a) memiliki kesetaraan pengukuran
muncul di banyak negara Asia, seperti untuk gender ketika bawahan dari jenis
India (Sinha, 1984) dan Cina (Cheng, kelamin sosiodemografi yang sama
Chou, Wu, Huang, dengan pemimpin melakukan
& Farh , 2004). Dengan demikian, penilaian. Namun, kesetaraan pengukuran
budaya bukti pertanyaan apakah yang me dikompromikan untuk diad heterogen dan
mbedakan antara dua perilaku tersebut dalam beberapa konteks lain. Oleh karena
adalah universal. Kami hanya dapat itu, setiap perbedaan gender atau
menemukan satu studi (van Emmerik et ketiadaan yang dilaporkan dalam literatur
al., 2008) yang meneliti efek gabungan harus
dari gender dan budaya dalam konteks dipertimbangkan berdasarkan informasi

13
penting ini . Penelitian dari perspektif dukungan untuk kedua perspektif
kepemimpinan intrapsikis telah kepemimpinan struktural sosial dan teori
menunjukkan bahwa orientasi gender kesesuaian peran. Dalam kebanyakan
peran berhubungan dengan perilaku budaya, meskipun tiga gaya
kepemimpinan transformasional kepemimpinan laissez faire, transaksional,
( Korabik , Ayman, & purc -Stephenson, dan transformasional telah ditemukan,
2001). Perantaraan peran gender perilaku yang mendefinisikannya tidak
memprediksi penilaian diri yang lebih sama (misalnya, Den Hartog,
tinggi pada keempat subdimensi Van Muijen , & Koopman, 1997). Bass
kepemimpinan (1997) menegaskan hal ini dengan
transformasional. Ekspresivitas peran memberikan contoh bahwa di Indonesia
gender adalah prediksi penilaian diri yang membual tentang kompetensi seseorang
lebih tinggi pada pengaruh ideal, bersifat inspiratif dan membangun
pertimbangan individual, dan motivasi kepercayaan pada bawahan, namun di
inspirasional. Dengan demikian, Jepang perilaku ini dianggap
androgini terkait dengan kepemimpinan tidak pantas. Secara
transformasional. Selain itu, semakin keseluruhan , bagaimanapun, banyak
banyak pemimpin melaporkan sebagai studi lintas budaya telah menunjukkan
androgini dan transformasional, semakin validitas kepemimpinan transformasional
baik mereka dan bawahan mereka (Judge & Piccolo, 2004). Meskipun
melaporkan stres kerja yang lebih rendah demikian, bukti-bukti yang terbatas untuk
dan kepuasan kerja yang lebih kesetaraan pengukuran kepemimpinan
tinggi. Dalam sebuah meta- transformasional di budaya dan jenis
analisis, Eagly , Johannesen-Schmidt, dan kelamin menunjukkan bahwa hati-hati
van Engen (2003) meneliti perbedaan harus digunakan ketika
antara pria dan wanita dalam merekomendasikan spesifik perilaku untu
kepemimpinan transformasional. Wanita k individu di kelompok sosial spesifik. Ini
ditemukan sedikit lebih transformasional menjadi penting ketika kita beralih dari
daripada pria seperti yang dinilai baik oleh studi validasi ke implementasi dan
laporan diri sendiri maupun orang pelatihan. Secara keseluruhan, perilaku
lain. Selain itu, skor wanita lebih tinggi pemimpin yang sangat berharga ini
daripada pria dalam hal reward kontingen mungkin tidak bekerja secara efektif bagi
dan lebih rendah pada manajemen aktif mereka yang berada dalam kelompok
dan pasif dengan pengecualian dan kerja yang heterogen. Penelitian lebih
kepemimpinan laissez faire. Namun, lanjut dapat membantu mengidentifikasi
kepemimpinan transformasional mungkin batasan paradigma ini dan proses yang
tidak seefektif ketika digunakan oleh menghalangi generalisasi.
pemimpin perempuan seperti ketika Pendekatan pertukaran
digunakan oleh laki-laki. Sebagai contoh, pemimpin-anggota (LMX). Model
Ayman, Korabik , dan Morris (2009) kepemimpinan diadik ini mengasumsikan
menemukan bahwa semakin tinggi bahwa pemimpin memperlakukan
perilaku transformasional perempuan bawahan mereka dengan jelas dan bahwa
dalam hal stimulasi intelektual dan beberapa karyawan merasa dilibatkan
pertimbangan individual, semakin tidak sedangkan yang lain tidak
efektif laki-laki mereka, tetapi bukan ( Graen & Uhl -Bien, 1995). Mereka yang
perempuan mereka, bawahan mengalami LMX tinggi merasa menjadi
menganggap mereka sebagai bagian dari ingroup dan menggambarkan
pemimpin. Temuan ini memberikan pemimpin mereka sebagai

14
transformasional dan dapat kualitas LMX menderita (misalnya, Green
dipercaya. Mereka yang mengalami LMX et al., 1996; Vecchio & Brazil, 2007;
rendah merasa tidak terkait erat dengan Vecchio & Bullis , 2001). Secara khusus,
ingroup dan menggambarkan perilaku manajer wanita mengalami LMX yang
pemimpin sebagai transaksional dan lebih rendah ketika mereka memiliki
kontraktual ( Graen & Uhl -Bien, bawahan pria daripada wanita (Green et
1995). Konstruksi ini menilai persepsi al., 1996). Selain itu, Ayman, Rinchiuso ,
bawahan tentang kemampuan, kebajikan, dan Korabik (2004) menemukan bahwa
dan integritas pemimpin komposisi angka dua gender memoderasi
mereka. Scandura dan Dorfman (2004) hubungan antara LMX dan kepuasan
menyatakan bahwa kepercayaan, karyawan. Karena jumlah penelitian ini
kejujuran, dan dukungan, komponen kecil dan metodologi serta hasilnya tidak
utama LMX, adalah karakteristik konsisten, penelitian di masa depan
universal dari kepemimpinan. Karena diperlukan.
paradigma ini menyatakan bahwa Beberapa penelitian telah meneliti LMX
pemimpin memperlakukan setiap di negara selain Amerika Serikat, seperti
bawahan secara berbeda, ia memiliki Jerman ( Schyns , Paul, Mohr, & Blank,
potensi tinggi untuk memahami peran 2005), Turki (Erdogan, Kraimer , &
keragaman dan kepemimpinan Liden, 2005), dan China ( Aryee & Chen,
( Skandura & Lankau , 1996). 2006). ; Chen & Tjosvold , 2007). Dalam
Meta-analisis telah membentuk studi ini, serupa dengan yang dilakukan di
hubungan positif antara LMX dan Amerika Serikat, LMX terkait dengan
efektivitas kepemimpinan (Gerstner & hasil positif, seperti kinerja subjektif yang
Day, 1997; Ilies , Nahrgang , lebih tinggi, kepuasan kerja , dan
& Morgeson , komitmen. Namun ditemukan juga
2006). Namun, sejumlah cara untuk beberapa perbedaan. Misalnya, di Cina
mengukur hubungan pemimpin-anggota iklim organisasi menjadi moderator antara
telah diusulkan (Gerstner & Day, 1997), LMX dan hasil, dan di Jerman masa
dan tidak banyak yang telah dilakukan jabatan tidak memengaruhi LMX,
untuk menetapkan kesetaraan pengukuran sedangkan rentang pengawasan
LMX atas budaya atau gender. Namun memengaruhi. Studi Chen
demikian, dalam menanggapi panggilan dan Tjosvold (2007) adalah salah satu
Scandura dan Lankau (1996) untuk dari sedikit yang telah memasukkan
kebutuhan untuk mempelajari LMX pasangan lintas budaya (yaitu, seorang
dengan diad yang beragam, penyelidikan manajer Amerika dengan bawahan
efek budaya atau gender pada LMX telah Cina). Itu juga termasuk konsep Cina
dilakukan. Mayoritas studi tentang tentang guanxi (hubungan pribadi). Hasil
keragaman dan LMX membandingkan mereka menunjukkan bahwa guanxi
angka dua di mana anggotanya mirip satu berdampak besar pada keterbukaan
sama lain dalam jenis kelamin atau etnis interaksi antara bawahan dan
sosiodemografi, atau keduanya, dengan manajer. Studi internasional ini memang
angka dua di mana anggotanya berbeda menunjukkan beberapa dukungan untuk
satu sama lain (mis., Green, Anderson, & paradigma LMX, tetapi mereka juga
Shiver , 1996; McCollKennedy & memberikan bukti perlunya model ini
Anderson, 2005). Hasilnya beragam dan untuk memperluas dan memasukkan
tidak meyakinkan. Studi tampaknya faktor kontekstual. Pengembangan
menunjukkan bahwa dalam pasangan penelitian di masa depan di bidang ini
heterogen individu yang dipekerjakan, cukup menjanjikan.

15
Ringkasan. Penelitian dari ketiga pemimpin, seperti yang didefinisikan oleh
pendekatan perilaku menunjukkan bahwa Skala Rekan Kerja yang Paling Tidak
perilaku kepemimpinan tidak selalu Disukai (LPC; Ayman & Romano, 1998),
universal secara budaya. Oleh karena itu, akan berinteraksi dengan kendali
perlu ada pemeriksaan lebih lanjut tentang pemimpin atas situasi untuk
nilai-nilai budaya serta batas-batas negara mempengaruhi efektivitas
dalam penelitian kepemimpinan. Selain kelompok. Dalam model ini variabel
itu, kepemimpinan bukanlah fenomena situasional meliputi kualitas hubungan
yang netral gender. Ketika pemimpin pemimpin-anggota, struktur tugas, dan
perempuan mengadopsi perilaku kekuatan posisi pemimpin. Meskipun ada
kepemimpinan yang stereotip maskulin, banyak tantangan untuk itu, model telah
berada dalam lingkungan yang didominasi terbukti memiliki validitas dalam
laki-laki, atau dievaluasi oleh laki-laki, memprediksi kinerja (Peters, Hartke,
mereka sangat rentan untuk dinilai secara & Pohlmann , 1985; Schriesheim ,
negatif. Ini mengilustrasikan beberapa Tepper, & Tetrault , 1994; Strube &
hambatan tambahan yang dihadapi Garcia, 1981). Selain itu, ada program
perempuan ketika mereka mencoba untuk pelatihan yang divalidasi berdasarkan
menegosiasikan jalan mereka melalui model (Burke & Day, 1986).
labirin. Pemimpin androgini, Penelitian menunjukkan beberapa
bagaimanapun, lebih cenderung dukungan untuk model lintas budaya
mengadopsi perilaku kepemimpinan yang (lihat Ayman, 2002). Model tersebut tidak
menggabungkan tugas dan orientasi hanya memasukkan budaya dalam
orang dan sifat transformasional; konseptualisasi situasinya ( Triandis ,
ini terkait dengan peningkatan efektivitas 1993), tetapi juga telah divalidasi di
kepemimpinan. beberapa negara. Ketika pemimpin dan
pengikut berasal dari budaya yang
Pendekatan Kontingensi berbeda, penilaian pemimpin kualitas
hubungan pemimpin-
Model kontingensi diperkenalkan anggota adalah kemungkinan untuk menj
selama tahun 1960-an dan 1970- adi rendah ke sedang. Secara khusus,
an. Mereka termasuk pendekatan sifat pemimpin yang berinteraksi dengan tim
(model kontingensi efektivitas kerja yang beragam akan lebih rentan
kepemimpinan dan teori sumber daya terhadap hubungan tim yang tidak stabil
kognitif) dan pendekatan perilaku (teori karena mungkin ada kesalahpahaman
jalur-tujuan, kepemimpinan situasional, budaya. Ini karena tim multikultural, lebih
dan pengambilan keputusan normatif; dari tim yang homogen secara budaya,
Ayman, 2004b). Di sini kita hanya memiliki potensi bagi anggota tim untuk
membahas bagaimana gender dan budaya memiliki asumsi budaya yang sangat
berhubungan dengan model kontingensi berbeda tentang interaksi sosial dan model
efektivitas kepemimpinan Fiedler (1978) mental tim. Dalam studi di mana para
dan model pengambilan keputusan pemimpin Amerika bekerja dengan non-
normatif Vroom dan Jago (1988). Amerika, aspek pemimpin-anggota situasi
Model kontingensi efektivitas sangat terpengaruh ( Chemers , 1969;
kepemimpinan. Ayman (2002) Fiedler, 1966). Secara keseluruhan, model
meringkas dan memperbarui penelitian tersebut telah terbukti didukung di
tentang model kontingensi efektivitas beberapa negara tetapi tidak di negara
kepemimpinan Fiedler (1978). Model ini lain. Diperlukan lebih banyak penelitian
memprediksi bahwa orientasi kerja untuk memahami mengapa demikian.

16
Sedikit yang diketahui tentang normatif untuk pengambilan keputusan
dampak komposisi gender dalam tim kepemimpinan hadiah lima proses
kerja. Pemimpin pria dan wanita tidak pengambilan keputusan yang didasarkan
berbeda dalam skor LPC. Meskipun pada pilihan pemimpin tindakan, dari
demikian, ada kemungkinan bahwa, yang sangat otokratis ke sangat partisipatif
tergantung pada komposisi gender (Vroom & Jago , 1988). Pendekatan ini
sosiodemografis kelompok dan jenis memprediksi bahwa, berdasarkan aturan
tugas, perempuan dan laki-laki dengan keputusan yang ditentukan, masing-
skor LPC yang sama dapat memimpin masing gaya ini dapat memberikan hasil
kelompok secara berbeda. Sebagai yang efektif. Tergantung pada jenis hasil
contoh, penelitian Offermann (1984) yang diinginkan dan sifat situasi, perilaku
menunjukkan bahwa laki-laki yang yang berbeda ditentukan. Misalnya, jika
memimpin semua kelompok perempuan hasil fokus adalah kohesi kelompok, gaya
memiliki skor LPC yang tinggi (yaitu, partisipatif direkomendasikan. Tetapi,
lebih berorientasi pada hubungan), jika ada konflik dalam kelompok, gaya
sedangkan perempuan yang memimpin konsultatif mungkin lebih baik. Di sisi
semua kelompok laki-laki memiliki skor lain, jika kualitas keputusan dibutuhkan,
LPC yang rendah (yaitu, lebih berorientasi maka gaya mana yang dipilih sangat
pada tugas). Offermann berasumsi bahwa bergantung pada pengetahuan pemimpin
karena dia memberikan ukuran LPC dan pengikutnya. Dalam model ini peran
setelah latihan kelompok, komposisi situasi adalah focal point (Vroom & Jago ,
gender sosiodemografi kelompok 2007), dan diasumsikan bahwa pemimpin
mempengaruhi skor LPC pemimpin laki- merespon determinan
laki dan perempuan. Namun, dua studi situasional. Penelitian yang menggunakan
tentang kemunculan pemimpin dalam tim model ini menunjukkan bahwa gender
dengan jenis kelamin sosiodemografi sosiodemografi membuat perbedaan
campuran, di mana tugasnya adalah dalam hal gaya dan efektivitas
membangun konsensus, menemukan kepemimpinan. Secara umum, wanita
bahwa individu dengan LPC rendah lebih cenderung menggunakan gaya
(berorientasi tugas) lebih mungkin kepemimpinan partisipatif daripada pria
muncul daripada individu LPC ( Eagly & Johnson, 1990), dan preferensi
(berorientasi hubungan) tinggi untuk wanita lebih sejalan dengan resep model
muncul sebagai pemimpin ( Groag). - pengambilan keputusan normatif ( Jago &
Blavvise , Scheuer, Ayman, & Roch , Vroom, 1982). Namun, meskipun
2007; Kuo & Ayman, 2008). Ketika pemimpin pria mampu menggunakan
gender sosiodemografi pemimpin juga strategi keputusan otokratis dengan
diperiksa, perempuan tampaknya beberapa keberhasilan, pemimpin wanita
memiliki lebih banyak kesempatan yang menggunakan gaya otokratis dinilai
daripada laki-laki untuk dipilih sebagai lebih keras daripada pemimpin pria yang
pemimpin ( Kuo & Ayman, 2008). Jadi, melakukannya. Sedikit studi lintas budaya
meskipun ada beberapa indikasi bahwa yang meneliti pendekatan kepemimpinan
gender sosiodemografi dapat ini. Ayman (2004b) menunjukkan bahwa
mempengaruhi hubungan antara skor situasi politik dapat menjadi penentu
LPC, situasi, dan hasil, penyelidikan lebih penerimaan model oleh manajer. Di
lanjut diperlukan. Polandia pasca-Komunis, manajer
Model normatif pengambilan menjadi lebih menerima penggunaan gaya
keputusan partisipatif daripada gaya otokratis
(misalnya, Jago , Maczynski , & Reber ,
kepemimpinan. The pendekatan

17
1996). Demikian pula, gaya pengambilan nilai budaya pemimpin dapat
keputusan yang disukai ditemukan memengaruhi pilihan yang mereka buat
berbeda di tiga negara Eropa berbahasa tentang cara mereka akan
Jerman yang memimpin. Selain itu, status sosial yang
berbeda (Szabo, Reber , Weibler , Brodbe rendah yang dikaitkan dengan pemimpin
ck , & Wunderer , 2001). yang perempuan dan orang kulit berwarna
Ringkasan. Pendekatan dapat mengakibatkan devaluasi prestasi
kontingensi kepemimpinan telah mereka oleh orang lain. Selain itu, ketika
mempertimbangkan berbagai faktor ada kurangnya kesesuaian antara
situasional, seperti keahlian tugas, orang' s stereotip implisit kepemimpinan
dukungan bawahan, dan kohesi dan peran tradisional yang terkait dengan
kelompok, serta kekuatan posisi perempuan dan orang kulit berwarna,
pemimpin. Namun, pendekatan ini belum pemimpin dari kelompok-kelompok
secara ekstensif membahas peran gender, sosial mengalami tingkat yang lebih tinggi
atau, sejauh pengetahuan kami, dari pengawasan
pengukuran yang digunakan dalam model dan memiliki lebih kesulitan melegitimas
ini belum diuji untuk pengukuran i mereka otoritas ( Eagly & Carli,
kesetaraan lintas gender atau 2007). Tujuan dari tinjauan kami adalah
budaya. Oleh karena itu, kami akan untuk mengilustrasikan bahwa gender dan
menyarankan kehati-hatian dalam budaya memang membuat perbedaan
merekomendasikan penggunaan strategi dalam hal kepemimpinan. Kepemimpinan
pengambilan keputusan kepemimpinan tidak universal; melainkan, itu dapat
tertentu untuk individu dari kelompok bervariasi sebagai fungsi langsung dari
yang beragam. Mengenai model Fiedler gender atau budaya. Lebih jauh, gender
(1978), ada kemungkinan bahwa para dan budaya dapat memoderasi hubungan
pemimpin yang berfungsi dalam antara perilaku dan hasil
kelompok gender multikultural dan kepemimpinan. Misalnya, hubungan
sosiodemografi campuran mungkin pemimpin-anggota yang buruk tampaknya
dihadapkan pada hubungan pemimpin- lebih merugikan bagi pemimpin laki-laki
anggota yang berkualitas rendah. Namun, dengan bawahan perempuan daripada
model tersebut memberikan resep bagi bagi pemimpin perempuan dengan
pemimpin untuk mengelolanya. bawahan laki-laki. Namun, gaya
kepemimpinan transformasional
Ringkasan tampaknya kurang efektif untuk
pemimpin perempuan dengan bawahan
Seperti yang dapat dilihat dari ulasan laki-laki dibandingkan dengan pemimpin
ini, gender dan budaya penting untuk laki-laki dengan bawahan
pengalaman kepemimpinan. Studi tentang perempuan. Dengan demikian, teori
gender, budaya, dan kepemimpinan kepemimpinan tidak dapat
memberikan dukungan untuk pengaruh digeneralisasikan atas semua individu,
proses intrapsikis, proses struktural sosial, terlepas dari jenis kelamin atau budaya
dan proses interpersonal. Jadi, baik gender mereka.
maupun budaya penting karena dapat
mempengaruhi gaya, perilaku, Arah Penelitian Masa Depan
kemunculan, dan efektivitas seorang
pemimpin dalam banyak cara yang Arah Ketika kita melihat ke masa
kompleks. Misalnya, gender dan budaya depan, kita melihat bahwa pekerjaan
penting karena identitas peran gender dan masih perlu dilakukan untuk lebih

18
memahami peran norma dan nilai budaya pemimpin kelompok yang sebenarnya
dalam proses kepemimpinan, serta untuk karena keterampilan orang tidak
memahami dinamika yang terkait dengan bergantung pada konteks seperti halnya
gender sosiodemografis, orientasi peran keterampilan tugas. Meskipun demikian,
gender, dan dinamikanya. prototipe kepemimpinan maskulin telah
persimpangan. Selanjutnya, diperlukan berlaku (Heilman, 2001; Schein,
penelitian yang mengeksplorasi 2002). Akhir-akhir ini, bagaimanapun,
bagaimana hubungan antara telah ada lebih banyak pengakuan tentang
kepemimpinan dan hasil dipengaruhi oleh pentingnya keterampilan orang bagi para
keragaman diad atau kelompok. Sebagai pemimpin. Para sarjana telah
contoh, penyelidikan lebih lanjut perlu mengasosiasikan dengan
dilakukan yang meneliti interaksi para peningkatan keunggulan kepemimpinan
pemimpin dan bawahan yang mewakili transformasional dan paradigma
kebangsaan atau etnis yang berbeda pertukaran pemimpin-anggota dalam tiga
dengan nilai budaya dan asumsi yang dekade terakhir dengan "feminisasi"
berbeda. Secara khusus, peneliti perlu kepemimpinan (misalnya, Eagly & Carli,
memperhatikan status dan hak istimewa 2003; Rudman & Glick, 2001). Perspektif
yang diberikan kepada para pemimpin ini telah menyebabkan konsepsi
Amerika Utara dan Eropa Barat yang kepemimpinan yang lebih
bekerja dengan kelompok kerja yang androgini. Pergerakan menuju inklusi
beragam secara budaya. Selain itu, lebih banyak perempuan dan minoritas
penelitian lebih lanjut yang meneliti etnokultural di tempat kerja bisa menjadi
dampak dari sikap seksis dan etnosentris salah satu faktor yang mempercepat
yang terbuka dan terselubung pada proses perubahan ini. Globalisasi juga
kepemimpinan adalah penting. Sangat berdampak, terutama karena pengaruh
penting dalam masyarakat yang beragam gaya manajemen Asia, yang tercatat lebih
untuk menyadari dampak penampilan dan berfokus pada hubungan ( Triandis ,
nilai orang dalam interaksi sosial, seperti 1993). Mungkin konsep kepemimpinan
yang disarankan dalam model yang lebih androgini ini, yang
integratif Chemers (1997). Oleh karena memberikan penekanan yang sama pada
itu, gender dan budaya harus menjadi tugas dan keterampilan orang,
variabel yang dimasukkan ke dalam akan membuka lebih banyak kesempatan
pembentukan teori dalam bagi perempuan dan minoritas
kepemimpinan. Selain itu, model dan etnokultural untuk dianggap
ukuran kami harus divalidasi di seluruh sebagai pemimpin dan akan membantu
kelompok sosial. Selain itu, kami mereka dalam menegosiasikan jalan
menyarankan agar lebih banyak tim mereka melalui hambatan di dalam
peneliti terdiri dari orang-orang dari labirin. ( Eagly & Carli, 2007). Faktor lain
berbagai latar belakang dengan perspektif yang dapat memfasilitasi proses ini
berbeda yang bekerja sama secara termasuk menghapus citra stereotip
sederajat. maskulin seorang pemimpin,
menghilangkan etnosentrisme yang
Kesimpulan menciptakan bias ingroup-outgroup, dan
menyamakan akses ke kekuasaan dan hak
Seiring waktu, citra kepemimpinan istimewa. Selain itu, meningkatkan
telah berkembang. Pada awal tahun 1950- kesadaran budaya para pemimpin tentang
an, Bales (1951) menyatakan bahwa berbagai norma perilaku harus
pemimpin sosioemosional adalah meningkatkan tingkat kepercayaan dalam

19
hubungan mereka dengan 148–170). Thousand Oaks, CA: Sage. Ayman,
bawahannya. Pemeriksaan pengaruh R., & Bassari, A. (2009). The implicit
leadership theory of Iranians. Paper presented
gender dan budaya berpotensi mengubah at the Global to Worldly Leadership
definisi kita tentang apa yang dimaksud Symposium—The Leadership Trust, Weston-
dengan kepemimpinan dan apa yang under-Penyard, Ross-on-Wye, Herefordshire,
dianggap sebagai kepemimpinan yang England. Ayman, R., & Chemers, M. M.
efektif. Konseptualisasi yang lebih (1983). Relationship of supervisory behavior
ratings to work group effectiveness and
inklusif ini dapat memperluas visi subordinate satisfaction among Iranian
kepemimpinan untuk mewakili seluruh managers. Journal of Applied Psychology, 68,
umat manusia. 338–341. doi:10.1037/0021-9010.68.2.338
Ayman, R., Korabik, K., & Morris, S. (2009).
REFERENSI Is transformational leadership always
perceived as effective? Male subordinates’
Abbe, A., Gulick, L. M. V., & Herman, J. L. devaluation of female transformational
(2008). Cross-cultural competence in army leaders. Journal of Applied Social
leaders: A conceptual and empirical Psychology, 39, 852–879.
foundation (Study Report 2008–01). doi:10.1111/j.1559-1816.2009.00463.x
Arlington, VA:U.S.Army Research Institute Ayman, R., Rinchiuso, M., & Korabik, K.
for the Behavioral and Social Sciences. (2004, August). Organizational commitment
and job satisfaction in relation to LMX and
Ang, S., & Van Dyne, L. (Eds.). (2008). Handbook dyad gender composition. Paper presented at
of cultural intelligence: Theory, measurement, the International Congress of Psychology,
and applications. Armonk, NY: M. E. Sharpe. Beijing, China. Ayman, R., & Romano, R.
Antonakis, J., Avolio, B. J., & (1998). Measures and assessments for the
Sivasubramaniam, N. (2003). Context and contingency model of leadership
leadership: An examination of nine-factor effectiveness. In F. Dansereau & F. J.
full-range leadership theory using the Yammarino (Eds.), Leadership: The multiple-
Multifactor Leadership Questionnaire. The level approaches, classical and new wave (pp.
Leadership Quarterly, 14, 261–295. 97–113). Stamford, CT: JAI Press. Ayman-
doi:10.1016/S1048-9843(03)00030-4 Aryee, Nolley, S., & Ayman, R. (2005). Children’s
S., & Chen, Z. X. (2006). Leader–member implicit theory of leadership. In B. Schyns &
exchange in Chinese context: Antecedents, J. R. Meindl (Eds.), Implicit leadership
mediating role of psychological theories: Essays and explorations (pp. 189–
empowerment and outcomes. Journal of 233). Greenwich, CT: Information Age.
Business Research, 59, 793–801. doi: Bales, R. F. (1951). Interaction process
10.1016/j.jbusres.2005.03.003 Avolio, B. J. analysis. Cambridge, MA: Addison-Wesley.
(2007). Promoting more integrative strategies Bass, B. M. (1991). Bass & Stogdill’s
for leadership theory-building. American handbook of leadership (3rd ed.). New York,
Psychologist, 62, 25–33. NY: Free Press. Bass, B. M. (1997). Does the
doi:10.1037/0003066X.62.1.25 Ayman, R. transactional–transformational leadership
(1993). Leadership perception: The role of paradigm transcend organizational and
gender and culture. In M. M. Chemers & R. national boundaries? American Psychologist,
Ayman (Eds.), Leadership theory and 52, 130–139. doi:10.1037/0003-
research: Perspectives and directions (pp. 066X.52.2.130 Bass, B. M., & Avolio, B. J.
137–166). New York, NY: Academic Press. (1993a). Multifactor leadership questionnaire.
Ayman, R. (2002). Contingency model of Palo Alto, CA: Consulting Psychologists
leadership effectiveness. In L. L. Neider & C. Press. Bass, B. M., & Avolio, B. J. (1993b).
A. Schriesheim (Eds.), Leadership (pp. 197– Transformational leadership: A response to
228). Greenwich, CT: Information Age. critiques. In M. M. Chemers & R. Ayman
Ayman, R. (2004a). Culture and leadership. In (Eds.), Leadership theory and research:
C. Spielberger (Ed.), Encyclopedia of applied Perspectives and directions (pp. 49–80). New
psychology (Vol. 2, pp. 507–519). San Diego, York, NY: Academic Press. Becker, J.,
CA: Elsevier. Ayman, R. (2004b). Situational Ayman, R., & Korabik, K. (2002).
and contingency approaches to leadership. In Discrepancies in self/ subordinates’
J. Antonakis, A. T. Cianciolo, & R. J. perceptions of leadership behaviors: Leader’s
Sternberg (Eds.), The nature of leadership (pp. gender, organizational context, and leader’s

20
self-monitoring. Group and Organization McCrae, R. R. (2001). Gender differences in
Management, 27, 226–244. personality traits across cultures: Robust and
doi:10.1177/10501102027002004 surprising findings. Journal of Personality and
Bem,S.L.(1974).Themeasurementofpsycholo Social Psychology, 81, 322–331.
gicalandrogyny.Journal of Consulting and doi:10.1037/0022-3514.81.2.322 Day, D. V.,
Clinical Psychology, 42, 155–162. Schleicher, D. J., Unckless, A. L., & Hiller, N.
doi:10.1037/ h0036215 Bem, S. L. (1993). J. (2002). Self-mentoring personality at work:
The lenses of gender: Transforming the debate A meta-analytic investigation of construct
on sexual inequality. New Haven, CT: Yale validity. Journal of Applied Psychology, 87,
University Press. Berger, J., Wagner, D. G., & 390–401. doi: 10.1037/0021-9010.87.2.390
Zelditch, M., Jr. (1985). Introduction: Deaux, K., & Major, B. (1987). Putting gender
Expectation states theory: Review and into context: An interactive model of gender-
assessment. In J. Berger & M. Zelditch Jr. related behavior. Psychological Review, 94,
(Eds.), Status, rewards, and influence: How 369– 389. doi:10.1037/0033-295X.94.3.369
expectations organize behavior (pp. 1–72). Den Hartog, D. N., Van Muijen, J. J., &
San Francisco, CA: Jossey-Bass. Berry, J. W. Koopman, P. L. (1997). Transactional versus
(1997). An ecocultural approach to the study transformational leadership: An analysis of
of cross-cultural industrial/organizational the MLQ. Journal of Occupational and
psychology. In P. C. Earley & M. Erez (Eds.), Organizational Psychology, 70, 19–34.
New perspectives on international Duckitt, J., Callaghan, J., & Wagner, C.
industrial/organizational psychology (pp. (2005). Group identification and outgroup
130–147). San Francisco, CA: New Lexington attitudes in four South African ethnic groups:
Press. A multidimensional approach. Personality and
Burke,M.J.,&Day,R.R.(1986).Acumulativest Social Psychology Bulletin, 31, 633– 646.
udyoftheeffectiveness of managerial training. doi:10.1177/0146167204271576 Eagly, A. H.
Journal of Applied Psychology, 71, 232–245. (1987). Reporting sex differences. American
doi:10.1037/0021-9010.71.2.232 Chemers, Psychologist, 42, 756–757. doi:10.1037/0003-
M. M. (1969). Cross-cultural training as a 066X.42.7.755 Eagly, A. H., & Carli, L.
means for improving situational (2003). The female leadership advantage: An
favorableness. Human Relations, 22, 531– evaluation of the evidence. The Leadership
546. doi:10.1177/ 001872676902200604 Quarterly, 14, 807–834.
Chemers, M. M. (1997). An integrative theory doi:10.1016/j.leaqua.2003.09.004 Eagly, A.
of leadership. Mahwah, NJ: Erlbaum. Chen, H., & Carli, L. (2007). Through the labyrinth:
N. Y., & Tjosvold, D. (2007). Guanxi and The truth about how women become leaders.
leader member relationships between Boston, MA: Harvard Business School Press.
American managers and Chinese employees: Eagly, A. H., Johannesen-Schmidt, M. C., &
Openminded dialogue as mediator. Asia van Engen, M. L. (2003). Transformational,
Pacific Journal of Management, 24, 171–189. transactional, and laissez-faire leadership
doi:10.1007/s10490-006-9029-9 Cheng, B. styles: A meta-analysis comparing women
S., Chou, L. F., Wu, T. Y., Huang, M. P., & and men. Psychological Bulletin, 129, 569–
Farh, J. L. (2004). Paternalistic leadership and 591. doi:10.1037/0033-2909.129.4.569
subordinate responses: Establishing a Eagly, A. H., & Johnson, B. T. (1990). Gender
leadership model in Chinese organizations. and leadership style: A meta-analysis.
Asian Journal of Social Psychology, 7, 89– Psychological Bulletin, 108, 233–256.
117. doi:10.1111/j.1467-839X.2004.00137.x doi:10.1037/ 0033-2909.108.2.233 Eagly, A.
Chin, J. L., Lott, B., Rice, J. K., & Sanchez- H., & Karau, S. J. (1991). Gender and the
Hucles, J. (2007). Women and leadership: emergence of leaders: A meta-analysis.
Transforming visions and diverse voices. Journal of Personality and Social Psychology,
Malden, MA: Blackwell. 60, 685–710. doi:10.1037/0022-
3514.60.5.685 Eagly, A. H., & Karau, S. J.
Chin, J. L., & Sanchez-Hucles, J. (2007). Diversity (2002). Role congruity theory of prejudice
and leadership. American Psychologist, 62, toward female leaders. Psychological Review,
608–609. doi:10.1037/0003-066X62.6.608 109, 573–598. doi: 10.1037/0033-
Connerley, M. L., & Pedersen, P. B. (2005). 295X.109.3.573 Eagly, A. H., Karau, S. J., &
Leadership in a diverse and multicultural Makhijani, M. G. (1995). Gender and the
environment: Developing awareness, effectiveness of leaders: A meta-analysis.
knowledge, and skills. Thousand Oaks, CA: Psychological Bulletin, 117, 125–145.
Sage. Costa, P. T., Jr., Terracciano, A., & doi:10.1037/0033-2909.117.1.125 Eagly, A.

21
H., Makhijani, M. G., & Klonsky, B. G. 9010.74.1.165 Graen, G. B. (2006). In the eye
(1992). Gender and the evaluation of leaders: of the beholder: Cross-cultural lesson in
A meta-analysis. Psychological Bulletin, 111, leadership from Project GLOBE: A response
3–22. doi:10.1037/0033-2909.111.1.3 Ellis, viewed from the third culture bonding (TCB)
R. J., & Cronshaw, S. F. (1992). Self- model of cross-cultural leadership. Academy
monitoring and leader emergence: A test of of Management Perspectives, 20, 95–101.
moderator effects. Small Group Research, 23, Graen, G. B., & Uhl-Bien, M. (1995).
113– 129. doi:10.1177/1046496492231007 Relationship-based approach to leadership:
Erdogan, B., Kraimer, M. L., & Liden, R. C. Development of leader-member exchange
(2005). Work value congruence and intrinsic (LMX) theory of leadership over 25 years:
career success: The compensatory roles of Applying a multi-level multi-domain
leader– member exchange and perceived perspective. The Leadership Quarterly, 6,
organizational support. Personnel 219–247. doi:10.1016/10489843(95)90036-5
Psychology, 57, 305–332. Green, S. G., Anderson, S. E., & Shiver, S. L.
doi:10.1111/j.1744-6570.2004.tb02493.x (1996). Demographic and organizational
Ferree, M. M. (1995). Beyond separate influences on leader–member exchange and
spheres: Feminism and family research. In G. related work attitudes. Organizational
Bowen & J. Pittman (Eds.), The work and Behavior and Human Decision Processes, 66,
family interface: Toward a contextual effects 203–214. doi:10.1006/obhd.1996.0049
perspective (pp. 122–137). Minneapolis, MN: Groag-Blavvise, O., Scheuer, M., Ayman, R.,
National Council on Family Relations. & Roch, S. (2007, April). Leadership
Fiedler, F. E. (1966). The effect of leadership emergence in face-to-face and virtual groups:
and cultural heterogeneity on group Contingency model application. Poster
performance: A test of the contingency model. presented at the meeting of the Society of
Journal of Experimental Social Psychology, 2, Industrial and Organizational Psychology,
237–264. Fiedler, F. E. (1978). The New York, NY. Heilman, M. E. (2001).
contingency model and the dynamics of the Description and prescription: How gender
leadership process. In L. Berkowitz (Ed.), stereotypes prevent women’s ascent up the
Advances in experimental social psychology organizational ladder. Journal of Social
(Vol. 11, pp. 59–96). New York, NY: Issues, 57, 657–674. doi:10.1111/0022-
Academic Press. Gangestad, S. W., & Snyder, 4537.00234 Hofstede, G. (2001). Culture’s
M. (2000). Self-monitoring: Appraisal and consequences (2nd ed.). Thousand Oaks, CA:
reappraisal. Psychological Bulletin, 126, 530– Sage. Hofstede, G., & McCrae, R. R. (2004).
555. doi:10.1037/00332909.126.4.530 Personality and culture revisited: Linking
Gelfand, M. J., Raver, J. L., & Ehrhart, K. H. traits and dimensions of culture. Cross-
(2002). Methodological Cultural Research, 38, 52–88.
doi:10.1177/1069397103259443 Hollander,
issues in cross-cultural organizational research. In E. P., & Offermann, L. R. (1990). Power and
S. G. Rogelberg (Ed.), Handbook of research leadership in organizations: Relationships in
methods in industrial and organizational transition. American Psychologist, 45, 179–
psychology (pp. 216–246). Malden, MA: 189. doi:10.1037/0003-066X.45.2.179 House,
Blackwell. Gershenoff, A. B., & Foti, R. J. R. J., Hanges, P. J., Javidan, M., Dorfman, P.
(2003). Leader emergence and gender roles in W., & Gupta, V. (2004).Culture, leadership,
all-female groups: A contextual examination. and organizations: The GLOBE study of 62
Small Group Research, 34, 170–196. societies. Thousand Oaks, CA: Sage. House,
doi:10.1177/1046496402250429 Gerstner, C. R. J., Wright, N. S., & Aditya, R. N. (1997).
R., & Day, D. V. (1994). Cross-cultural Cross-cultural research on organizational
comparison of leadership prototypes. leadership: A critical analysis and a proposed
Leadership Quarterly, 5, 121–134. Gerstner, theory. In P. C. Earley & M. Erez (Eds.), New
C. R., & Day, D. (1997). Meta-analytic review perspectives on international
of leader– member exchange theory: industrial/organizational psychology (pp.
Correlates and construct issues. Journal of 535–625). San Francisco, CA: New Lexington
Applied Psychology, 82, 827–844. Press. Ilies, R., Nahrgang, J. D., & Morgeson,
doi:10.1037/0021-9010.82.6.827 Goktepe, J. F. P. (2007). Leader–member exchange and
R., & Schneier, C. R. (1989). Role of sex, citizenship behaviors: A meta-analysis.
gender roles, and attraction in predicting Journal of Applied Psychology, 92, 269–277.
emergent leaders. Journal of Applied doi:10.1037/0021-9010.92.1.269 Jago, A. G.,
Psychology, 74, 165–167. doi:10.1037/0021- Maczynski, J., & Reber, G. (1996). Evolving

22
leadership styles?: A comparison of Polish of gender and work (pp. 3–16). Thousand
managers before and after market economy Oaks, CA: Sage. Korabik, K., & Ayman, R.
reforms. Polish Psychological Bulletin, 27, (1987, August). Androgyny and leadership
107–115. Jago, A. G., & Vroom, V. H. (1982). style: A conceptual synthesis. Paper presented
Sex differences in the incidence and at the annual meeting of the American
evaluation of participative leader behavior. Psychological Association, New York, NY.
Journal of Applied Psychology, 67, 776–783. (ERIC Document Reproduction Service
doi:10.1037/0021-9010.67.6.776 Judge, T. ED291-032) Korabik, K., & Ayman, R.
A., Bono, J. E., Ilies, R., & Gerhart, M. W. (1989). Androgyny and managerial
(2002). Personality and leadership: A effectiveness. In J. McGuire (Ed.),
qualitative and quantitative review. Journal of Proceedings of the Administrative Sciences
Applied Psychology, 87, 765–780. Association of Canada Annual Conference:
doi:10.1037/0021-9010.87.4.765 Judge, T. Women in Management, 10, 1–9. Korabik, K.,
A., & Piccolo, R. F. (2004). Transformational & Ayman, R. (2007). Gender and leadership
and transactional leadership: A meta-analytic in the corporate world: A multiperspective
test of their relative validity. Journal of model. In J. L. Chin, B. Lott, J. K. Rice, & J.
Applied Psychology, 89, 755–768. Sanchez–Hucles (Eds.), Women and
doi:10.1037/0021-9010.89.5.755 Judge, T. leadership: Transforming visions and diverse
A., Piccolo, R. F., & Ilies, R. (2004). The voices (pp. 106–124). Malden, MA:
forgotten ones? The validity of consideration Blackwell. doi:10.1002/9780470692332.ch5
and initiating structure in leadership research. Korabik, K., Ayman, R., & Purc-Stephenson,
Journal of Applied Psychology, 89, 36–51. R. (2001, June). Genderrole orientation and
doi:10.1037/00219010.89.1.36 Kent, R. L., & transformational
Moss, S. E. (1994). Effects of sex and gender leadership.Paperpresentedatthe Conference
role on leader emergence. Academy of on Gender, Work, and Organizations, Keele
Management Journal, 37, 1335–1346. doi: University, Keele, England. Kuo, S. V., &
10.2307/256675 Ayman, R. (2008). The effects of rater and
ratee characteristics on leadership emergence.
Kluckhohn, C. (1951). The study of culture. In D. Unpublished manuscript. Leffler, H., Ayman,
Lerner & H. D. Lasswell (Eds.), The policy R., & Ayman-Nolley, S. (2006, July). Do
sciences (pp. 86–101). Stanford, CA: Stanford children possess the same stereotypes as
University Press. Korabik, K. (1981, March). adults? An exploration of children’s implicit
Androgyny and leadership: An integration. leadership theories. Poster presented at the
Paper presented at the annual meeting of the 26th International Congress of Applied
Association for Women and Psychology, Psychology, Athens, Greece. Ling, W., Chia,
Boston, MA. (ERIC Document Reproduction R. C., & Fang, L. (2000). Chinese implicit
Service ED208-274) Korabik, K. (1982a). leadership theory. Journal of Social
Sex-role orientation and leadership style. Psychology, 140, 729–739. doi:10.1080/
International Journal of Women’s Studies, 5, 00224540009600513 Lord, R. G., Brown, D.
328–336. Korabik, K. (1982b, August). Sex- J., Harvey, J. L., & Hall, R. J. (2001).
role orientation and leadership: Further Contextual constraints on prototype
explorations. Paper presented at the annual generation and their multilevel consequences
meeting of the American Psychological for leadership perceptions. The Leadership
Association, Washington, DC. (ERIC Quarterly, 12, 311–338. doi:10.1016/S1048-
Document Reproduction Service ED223-963) 9843(01)00081-9 Lord, R. G., De Vader, C.
Korabik, K. (1990). Androgyny and L., & Alliger, G. M. (1986). A meta-analysis
leadership style. Journal of Business Ethics, 9, of the relation between personality traits and
9–18. Korabik, K. (1996). Gender, leadership leadership perceptions: An application of
style, and managerial effectiveness. validity generalization procedures. Journal of
Proceedings of the Annual Conference of the Applied Psychology, 71, 402–410.
International Association of Management, doi:10.1037/0021-9010.71.3.402 Lowe, K.
Toronto, Ontario, Canada. Korabik, K. B., Kroeck, K. G., & Sivasubramaniam, N.
(1997). Applied gender issues. In S. W. (1996). Effectiveness correlates of
Sadava & D. R. McCreary (Eds.), Applied transformational and transactional leadership:
social psychology (pp. 292–309). Upper A meta-analytic review of the MLQ literature.
Saddle River, NJ: Prentice Hall. Korabik, K. The Leadership Quarterly, 7, 385–425.
(1999). Sex and gender in the new doi:10.1016/S1048-9843(96)90027-2
millennium. In G. N. Powell (Ed.), Handbook Marsella, A. J., Dubanoski, J., Hamada, W. C.,

23
& Morse, H. (2000). The measurement of approach. The Leadership Quarterly, 7,243–
personality across cultures: Historical, 263. doi:10.1016/S1048-9843(96)90043-0
conceptual, and methodological issues and Schein, V. E. (2002). A global look at
considerations. American Behavioral psychological barriers to women’s progress in
Scientist, 44, 41–62. management. Journal of Social Issues, 57,
doi:10.1177/00027640021956080 McColl- 675–688. doi: 10.1111/0022-4537.00235
Kennedy, J. R., & Anderson, R. D. (2005). Schriesheim,C.A.,Tepper,B.J.,&Tetrault,L.A.
Subordinate–manager gender combination (1994).Leastpreferred co-worker score,
and perceived leadership style influence on situational control, and leadership
emotions, self-esteem and organizational effectiveness: A meta-analysis of contingency
commitment. Journal of Business Research, model performance predictions. Journal of
58, 115–125. doi:10.1016/S0148- Applied Psychology, 79, 561–573.
2963(03)00112-7 McIntosh, P. (2003). White doi:10.1037/0021-9010.79.4.561 Schyns, B.,
privilege: Unpacking the invisible knapsack. Paul, T., Mohr, G., & Blank, H. (2005).
Comparing antecedents and consequences of
In S. Plous (Ed.), Understanding prejudice and leader-member exchange in a German
discrimination (pp. 191–196). New York, NY: working context to findings in the U.S.
McGraw-Hill. Misumi, J. (1985). The European Journal of Work and Organizational
behavior science of leadership: An Psychology, 14, 1–22.
interdisciplinary Japanese research program. doi:10.1080/13594320444000191 Sinha, J. B.
Ann Arbor, MI: University of Michigan Press. P. (1984). A model of effective leadership
Morrison, A. M., & Von Glinow, M. A. styles in India. International Studies of
(1990). Women and minorities in Management and Organization, 14, 86–98.
management. American Psychologist, 45, Smith, P. B., Misumi, J., Tayeb, M., Peterson,
200–208. doi:10.1037/0003066X.45.2.200 M., & Bond, M. (1989). On the generality of
Moss, S. E., & Kent, R. L. (1996). Gender and leadership style measures across cultures.
gender-role categorization of emergent Journal of Occupational Psychology, 62, 97–
leaders: A critical review and comprehensive 109. Spence, J. T., Helmreich, R., & Stapp, J.
analysis. Sex Roles, 35, 79–96. (1975). Ratings of self and peers on sex role
doi:10.1007/BF01548176 Offermann, L. R. attributes and their relation to self-esteem and
(1984). Short-term supervisory experience the conceptions of masculinity and femininity.
and LPC score: Effects of leader’s sex and Journal of Personality and Social Psychology,
group sex composition. Journal of Social 32, 29–39. doi:10.1037/h0076857 Sternberg,
Psychology, 123, 115–121. Peters, L. H., R. J. (2007). Foreword to the special issue on
Hartke, D. D., & Pohlmann, J. T. (1985). leadership. American Psychologist, 62, 1.
Fiedler’s contingency theory of leadership: doi:10.1037/0003-066X.62.1.34 Strube, M. J.,
An application of the meta-analysis & Garcia, J. E. (1981). A meta-analytical
procedures of Schmidt and Hunter. investigation of Fiedler’s contingency model
Psychological Bulletin, 97, 274–285. of leadership effectiveness. Psychological
doi:10.1037/0033-2909.97.2.274 Raju, N. S., Bulletin, 90, 307–321. doi:10.1037/0033-
Laffitte, L. J., & Byrne, B. M. (2002). 2909.90.2.307
Measurement equivalence: A comparison of Szabo,E.,Reber,G.,Weibler,J.,Brodbeck,F.C.,
methods based on confirmatory factor analysis &Wunderer,R.(2001). Values and behavior
and item response theory. Journal of Applied orientation in leadership studies: Reflections
Psychology, 87, 517–529. doi:10.1037/0021- based on findings in three German-speaking
9010.87.3.517 Ridgeway, C. L. (Ed.). (1992). countries. The Leadership Quarterly, 12, 219–
Gender, interaction, and inequality. New 244. doi:10.1016/S1048-9843(01)00070-4
York, NY: Springer-Verlag. Rudman, L. A., Thomas, D. C., & Ravlin, E. C. (1995).
& Glick, P. (2001). Prescriptive gender Responses of employees to cultural adaptation
stereotypes and backlash toward agentic by a foreign manager. Journal of Applied
women. Journal of Social Issues, 57, 743–762. Psychology, 50, 133–146. doi:10.1037/0021-
doi:10.1111/0022-4537.00239 Scandura, T., 9010.80.1.133 Triandis, H. C. (1993). The
& Dorfman, P. (2004). Leadership research in contingency model in cross-cultural
an international and cross-cultural context. perspectives. In M. M. Chemers & R. Ayman
The Leadership Quarterly, 15, 277– 307. (Eds.), Leadership theory and research:
doi:10.1016/j.leaqua.2004.02.004 Scandura, Perspectives and directions (pp. 167–188).
T. A., & Lankau, M. J. (1996). Developing New York, NY: Academic Press. Triandis, H.
diverse leaders: A leader-member exchange C. (1995). A theoretical framework for the

24
study of diversity. In M. M. Chemers, S. Vecchio, R. P., & Bullis, R. C. (2001). Moderators
Oskamp, & M. A. Costanzo (Eds.), Diversity of the influence of supervisor–subordinate
in organizations: New perspectives for a similarity on subordinate outcomes. Journal of
changing workplace (pp. 11–36). Thousand Applied Psychology, 86, 884–896.
Oaks, CA: Sage. Triandis, H. C. (1996). The doi:10.1037/0021-9010.86.5.884 Vroom, V.
psychological measurement of cultural H., & Jago, A. G. (1988). The new leadership:
syndromes. American Psychologist, 51, 407– Managing participation in organizations.
415. doi:10.1037/0003066X.51.4.407 Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. Vroom,
Triandis, H. C., & Brislin, R. W. (1984). V. H., & Jago, A. G. (2007). The role of the
Cross-cultural psychology. American situation in leadership. American
Psychologist, 39, 1006–1016. Psychologist, 62, 17–24.
doi:10.1037/0003-066X. 39.9.1006 Unger, R. doi:10.1037/0003066X.62.1.17 Zaccaro, S. J.
K. (1979). Toward a redefinition of sex and (2007). Trait-based perspectives of leadership.
gender. American Psychologist, 34, 1085– American Psychologist, 62, 6–16.
1094. doi:10.1037/0003-066X.34.11.1085 doi:10.1037/0003-066X.62.1.6 Zaccaro, S. J.,
van Emmerik, IJ. H., Euwema, M. C., & Kemp, C., & Bader, P. (2004). Leader traits
Wendt, H. (2008). Leadership behaviors and attributes. In J. Antonakis, A. T.
around the world: The relative importance of Cianciolo, & R. J. Sternberg (Eds.), The
gender versus cultural background. nature of leadership (pp. 101–124). Thousand
International Journal of Cross-Cultural Oaks, CA: Sage. Zugec, L., & Korabik, K.
Management, 8, 297–315. (2003, June). Multiple intelligences,
doi:10.1177/1470595808096671 Vecchio, R. leadership, and androgyny. Paper presented at
P., & Brazil, D. M. (2007). Leadership and the annual meeting of the Canadian
sex-similarity: A comparison in a military Psychological Association, Hamilton,
setting. Personnel Psychology, 60, 303–335. Ontario, Canada.
doi:10.1111/j.1744-6570.2007.00075.x

25

Anda mungkin juga menyukai