Jika dalam hubungan vertikal (atasan dengan bawahan) maupun dalam hubungan
horizontal masing-masing sesama karyawan tidak dapat menerima perbedaan
individu maka dapat berakibat pada salah paham, konflik yang menimbulkan
inefisiensi organisasi. Dan pada akhirnya dapat menurunkan kinerja organisasi
Hubungan antara Individu dengan
Organisasi
Indivudu dengan organisasi, dalam hal ini di ibaratkan hubungan karyawan
dengan perusahaannya memiliki korelasi kuat dan saling tergantung. hal tersebut
dilihat dari sisi kontribusi dan kompensasi sebagai berikut (Sule dan Saefullah
2013):
Kontribusi: apa yang dapat diberikan oleh individu bagi organisasi atau
perusahaan
Kompensasi :apa yang dapat diberikan oleh organisasi atau perusahaan bagi
individu
Hubungan antara Individu dengan
Organisasi
Nilai merupakan gambaran dialog yang selalu terjadi dalam diri kita yang
menentukan apa yang penting dan apa yang tidak. Apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh dilakukan. Apa yang benar dan apa yang salah. Nilai merupakan dasar
terdalam, acuan dan motor penggerak motivasi, sikap dan tindakan. Nilai juga
merupakan suatu tuntunan atau pedoman yang mendasari bagaimana seseorang
atau sebuah organisasi berpikir, mengambil keputusan, bersikap, dan bertindak
Nilai terminal adalah keyakinan pribadi tentang tujuan atau sasaran seumur
hidup.
Nilai instrumental merupakan keyakinan pribadi tentang mode yang diinginkan
perilaku atau cara berperilaku. nilai-nilai terminal sering menyebabkan
pembentukan norma-norma yang tidak tertulis,
Kode etik informal, seperti berperilaku jujur atau sopan, yang menetapkan
bagaimana orang harus bertindak dalam situasi tertentu dan dianggap penting
oleh sebagian besar anggota kelompok atau organisasi
Nilai-nilai ini tidak dapat dipalsukan, karena apa yang dipikirkan, dilakukan,
dan disikapi akan terlihat dengan jelas yang merupakan refleksi dari nilai-nilai
yang dianut seseorang. Nilai-nilai yang dianut dan dijalankan oleh karyawan
dalam organisasi inilah yang merupakan faktor penentu bagaimana organisasi
tersebut secara kolektif memiliki kualitas, kapasitas, dan kapabilitas dalam
pembuatan keputusan, perilaku, dan tindakan organisasi.
Pada dasarnya, nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Nilai menjadi dasar
untuk memahami sikap dan motivasi, karena nilai mempengaruhi persepsi
kita. Pemahaman bahwa nilai-nilai individu berbeda sesuai dengan
generasinya, penting untuk memperkirakan perilaku karyawan
Tipe – tipe Nilai
Self-ranscendence
Openness to Change
Conservation
Self-hancement
Tipe – tipe Nilai
Values Congruence
Nilai-nilai keselarasan mengacu pada situasi di mana dua atu lebih entitas
mempunyai system nilai yang sama. Nilai-nilai keselarasan berlaku untuk
lebih dari karyawan dan perusahaan dalam satu negara yang juga
berhubungan dengan kecocokan nilai-nilai organisasi dengan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat dalam melakukan bisnis.
Nilai-nilai Lintas Budaya
Salah satu referensi mengenai nilai lintas budaya ini diperkenalkan oleh Geert
Hofstede yang mengemukakan bahwa manajer dan karyawan bervariasi dalam lima
dimensi dari budaya nacional, yaitu:
Jarak Kekuasaan, adalah dimensi budaya di mana orang-orang menerima distribusi
kekuasaan yang tidak sama/tidak setara dalam masyarakat. Dengan kata lain, ada
penerimaan dalam kesenjangan kekuasaan di masyarakat
Emosi dan sikap yang ditunjukkan oleh seseorang tergabung dalam suatu
organisasi secara spesifik akan mempengaruhi perilaku dan berdampak lebih
lanjut pada kinerja orang yang bersangkutan serta organisasi tempat bernaung.
Contoh : penerapan peraturan baru tentang jam kerja di sebuah kantor, hal ini
tentu akan memancing emosi dan sikap yang berbeda pada setiap karyawan.
Apabila reaksi emosi dan sikap yang ditunjukkan mengarah pada penolakan dan
tindakan yang melampaui kenormalan tentu akan menimbulkan masalah bagi
kantor tersebut. Oleh itu, emosi dan sikap karyawan perlu ditangani dan dikelola
dengan baik.
Emosi
Emosi apabila ditinjau dari makna kata berasal dari bahasa latin yang berarti
“gerakan tenaga”, Childre dan Martin (1999 dalam Sharifah & Ahmad 2006:1).
Kata ini sudah menjadi kata umum yang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari ditujukan untuk mengungkapkan reaksi mental dan psikologis seseorang.
McShane dan Von Glinow mengatakan bahwa :
Emotions are psychological and physiological episodes toward an object,
person, or event that create a state of readiness
Emosi juga dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan yang kuat mengarah
pada seseorang atau sesuatu, Robbins & Judge (2007:230). Dari dua
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan reaksi mental
dan psikologis yang terarah pada manusia, benda atau peristiwa. Emosi
tersebut sangat objektif dan bersifat spontan.
Emosi
Emosi negatif dapat berupa : sedih, risau, marah, murung, tertekan, dendam,
dengki, cemburu, tersisih, rendah diri, takut, kecewa, gelisah, muram, curiga,
malu, bosan, sensitif tidak bertempat, dan sebagainya.
Zapf (2002 dalam Sharifah & Ahmad 2006:2) menyimpulkan bahwa emosi negatif
memberi kesan terhadap karyawan seperti : tekanan perasaan, omelan dan
pencapaian diri yang rendah.
Emosi negatif juga membawa tekanan kerja dan kepuasan kerja yang rendah,
Briner (1999 Sharifah & Ahmad 2006:2)
Emosi
Larson, Diener dan Lucas dalam MacShane & Van Glinow mengemukakan
bahwa emosi akan berkaitan dengan pergerakan seorang karyawan.
Kaitan dua hal ini digambarkan dalam The Affect Circumplex, (gambar di
bawah).
Macshane & Van Glinow mengemukakan bahwa sikap itu terdiri atas tiga komponen yang
saling berkaitan erat. Tiga komponen tersebut adalah :
a) Belief (keyakinan)
Keyakinan adalah ketetapan persepsi terhadap suatu objek. Keyakinan terbangun dari
pengalaman masa lampau dan pembelajaran
b) Feeling (perasaan)
Perasaan merupakan perwujutan evaluasi positif atau negative terhadap suatu objek
Gaya Manager
Teknologi
Kebisingan
Rekan Kerja
Sistem Penghargaan
Rencana Kompensasi
Kesempatan Karir
PERILAKU KERJA
DASAR PEMAHAMAN PERILAKU KERJA
FAKTOR DEMOGRAFIS
PERILAKU KETURUNAN
KERJA
LINGKUNGAN
PERBEDAAN INDIVIDU DI TEMPAT KERJA
Kepribadian
Kemampuan &
Persepsi Sikap
keterampilan
Perilaku Kerja
oProduktivitas
oKreativitas
oKInerja
KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN
KEMAMPUAN
Perilaku
Faktor yang mempengaruhi
Pelaku
Objek
osilasi Situasi
KEPRIBADIAN
Cara seseorang berinteraksi
dengan lingkungannya
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KEPRIBADIAN
1. Keturunan (genetik), ditentukan sejak lahir,
berupa sifat-sifat bawaan baik fisik maupun
mental yang mempengaruhi perbuatan,
perasaan, dan pikiran.
2. Lingkungan, berupa budaya, norma, nilai
dimana seseorang dibesarkan dalam lingkungan
keluarga, teman, kelompok sosial, masyarakat.
3. Situasi, kepribadian orang bisa berubah-ubah
akibat perubahan situasi/kontek tertentu.
Bagaimana Artinya kepribadian bisa direkayasa atau
dirubah dan berubah (misalnya dengan proses
kepribadian pendidikan, belajar)
mereka ?