Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PERBAIKAN

MATA KULIAH MENGGAMBAR MESIN

NAMA : Badzlina Khairunizzahrah


NIM : I0315018

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2015
BAB 1
IDENTITAS BUKU

JUDUL : Investasi Pada Pasar Modal Syariah


PENULIS : Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution
TAHUN : 2008
PENERBIT : Prenada Media Group
HALAMAN : 194
BAB 2
REVIEW BUKU

Dalam buku yang berjudul Investasi pada Pasar Modal Syariah


karya Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution berisi tentang
pengembangan konsep-konsep ekonomi Islam khususnya pada bidang
pasar modal syariah.

Pada bab I, penulis menggambarkan tentang konsep harta dalam


perspektif ekonomi Islam dan bagaimana mengembangkan atau
mengelolanya. Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren
merupakan konsekuensi logis dari kesempurnaan Islam itu sendiri.
Islam menuntut kepada umatnya untuk mewujudkan keislamannya
dalam seluruh aspek kehidupannya. Salah satunya dalam mewujudkan
kehidupan ekonomi, sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan
sumber dayanya di alam raya ini. Harta adalah sesuatu yang
digandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan untuk
digunakan saat dibutuhkan. Namun harta tersebut tidak akan bernilai
kecuali bila diperbolehkan menggunakannya secara syariat. Dalam
syariat, harta dibagi menjadi dua bagian; harta tetap dan harta
bergerak. Terkait dengan hak terhadap harta ada tiga bagian; harta
pribadi, harta milik Allah dan harta milik bersama.

Pada bab II, membahas tentang konsep-konsep yang terkait dengan


investasi baik pendekatan konvensional maupun syariah. Investasi
adalah penempatan sejumlah kekayaan untuk mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang. Investasi ada dua macam yaitu;
investasi pada financial asset dan real asset. Investasi pada financial
asset dilakukan pada pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito,
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dll. Ada pula yang dapat
dilakukan di pasar modal, seperti saham, obligasi dll. Sedangkan
investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian asset
produktif, pendirian pabrik perkebunan dll.

Beberapa motif seseorang melakukan investasi;


1) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang
2) mengurangi tekanan inflasi
3) sebagai usaha untuk menghemat pajak.

Beberapa tahapan dalam pengambilan kepuitusan investasi;


1) menentukan kebijakan investasi
2) analisis sekuritas
3) pembentukan portofolio
4) melakukan revisi portofolio
5) evaluasi kinerja portofolio.

Kategori investor dilihat dari tipikal investor terbagi menjadi dua


macam yaitu; tipikal berani mengambil risiko (risk taker) dan tidak
berani mengambil risiko (nonris taker).
Risk taker dibagi menjadi tiga bagian;
1) mereka yang berani mengambil risiko tinggi dengan harapan imbal
hasil yang juga relatif tinggi (high risk high return),
2) mereka yang cukup berani risiko yang moderat dengan imbal hasil
yang juga moderat (medium risk medium return),
3) mereka yang hanya berani mengambil risiko dalam tingkat yang
relatif rendah dengan imbal hasil yang relatif rendah juga (low risk
low return).
Risiko dalam investasi adalah kemungkinan keuntungan menyimpang
lebih besar atau lebih kecil dari return yang diharapkan. Investasi
dalam perspektif syariah merupakan salah satu ajaran dari konsep
Islam yang memenuhi proses tadrij dan trichotomy pengetahuan.
Scheller dalam trichotomy pengetahuan ada 3 jenis pengetahuan yaitu
pengetahuan instrumental, pengetahuan intelektual dan pengetahuan
spiritual. Norma dalam berinvestasi adalah terbebas dan terhindar dari
unsur MAGHRIB dan syubhat.

Pada bab III sampai dengan bab IV, membahas tentang keberadaan
dari instrumen-instrumen pada pasar modal syariah, seperti saham
syariah, obligasi syariah, reksa dana syariah dan sukuk. Dalam pasal 1
butir 13 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 dinyatakan bahwa pasar
modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek (surat berharga), perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek. Perkembangan instrumen syariah di pasar
modal diawali dengan lahirnya reksadana syariah yang diprakarsai
dana reksa. PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Dana
Reksa Invesment Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic
Index (JII) yang mencakup 30 jenis saham dari emiten-emiten yang
kegiatan usahanya memenuhi ketentuan tentang hukum syariah.
Penentuan kriteria dari komponen JII tersebut disusun berdasarkan
persetujuan dari Dewan Pengawas syariah DIM. Dalam kerangka
kegiatan pasar modal syariah ada beberapa lembaga penting yang
secara langsung terlibat dalam kegiatan pengawasan dan perdagangan,
yaitu Bapepam, Dewan Syariah Nasional (DSN), bursa efek, emiten,
profesi dan lembaga penunjang pasar modal serta pihak terkait
lainnya. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas sebuah
perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam
nomianal ataupun persentasi tertentu. Pada umumnya saham yang
diterbitkan oleh sebuah perusahaan (emiten) yang melakukan
penawaran umum (Initial Public Offering) ada dua macam, yaitu
saham biasa (cammon stock) dan saham istimewa (prefered stock).
Diperbolehkan jual beli saham karena sesuai dengan terminolog yang
melekat padanya, maka saham yang dimiliki oleh seseorang
menunjukkan sebuah bukti kepemilikan atas perusahaan tertentu yang
berbentuk aset, sehingga saham dapat diperjualbelikan sebagaimana
layaknya barang.
Beberapa kendala dalam mengembangkan pasar modal syariah;
1) belum ada ketentuan yang menjadi legitimasi pasar modal syariah
dari Bapepam atau pemerintah, seperti Undang-Undang,
2) pasar modal syariah lebih popular sebagai sebuah wacana,
3) sosialisasi instrumen syariah di pasar modal perlu dukungan
berbagai pihak.
Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh
suatu lembaga, dengan nilai nominal (nilai pari/ par value) dan waktu
jatuh tempo tertentu. Merujuk pada fatwa DSN No. 32/DSN-
MUI/IX/2002, obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membanyar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil/ margin/ fee, serta membanyar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan sekaligus investasi
memungkinkan beberapa bentuk struktur yang dapat ditawarkan untuk
tetap menghindarkan pada riba, seperti memberikan;
1) bagi hasil berdasarkan akad mudharabah/ muqaradhah/ qiradh atau
musyarakah, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan
penggunaan term indicative/ expeted return karena sifatnya yang
floating dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan,
2) margin/ fee berdasarkan akad murabahah atau salam atau istishna,
atau ijarah, olligasi jenis ini akan memberikan fixed return.
UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 27 menyatakan reksa
dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi.
Fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 mendefinisikan reksa
dana syariah sebagai reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan
dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal
sebagai milik harta (shahibul maal) dengan manajer investasi, maupun
antara manajer investasi dengan pengguna investasi. Sukuk atau
obligasi syariah adalah surat berharga sebagai instrumen investasi
yang diterbitkan berdasar suatu transaksi atau akad syariah yang
melandasinya (underlying transaction), yang dapat berupa ijarah
(sewa), mudharabah (bagi hasil), musyarakah atau yang lain.

Dalam buku Investasi Syariah: Implementasi Konsep pada


Kenyataan Empirik editor Jusmaliani berisi tentang analisis beberapa
penulis mengenai investasi yang Islami.
Pada bab I, dibahas mengenai landasan filosofi investasi yang Islami.
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu investasi
merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana
lainnya yang dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk
memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Ada
empat landasan normatif dalam etika Islami, yang dapat
direpresentasikan dalam aksioma etika yaitu; landasan tauhid,
keadilan & keseimbangan, kehendak bebas serta pertanggungjawaban.
Rambu-rambu pengembangan harta kekayaan diantaranya harus
terhindar dari unsur MAGHRIB dan kebhatilan serta ketidakadilan.
Adapun alternatif pola investasi dalam Islam ada dua yaitu qordhul
hasan & penyertaan modal (pola pengelolaan modal sendiri dan pola
kemitraan).

Pada bab II, membahas tentang berkembangnya investasi secara


sederhana menjadi investasi SRI (Socially Responsible Investment).
Investasi SRI (Socially Responsible Investment) berkaitan dengan
investasi saham di perusahaan dengan memasukkan pertimbangan
lingkungan dan social dalam putusan-putusan investasinya. Seperti
menghindar dari menginvestasikan dananya pada perusahaan yang
menghasilkan rokok, alkohol dan judi.

Pada bab III, mengkaji batasan-batasan yang diberikan dalam


investasi portofolio. Islam tidak memperbolehkan kekayaan ditumpuk
dan ditimbun oleh karena itu kekayaan tersebut harus diputar. Ada
aturan-aturan dalam Islam yang menerapkan batasan mana aktivitas
yang halal dan haram untuk dilakukan. Berdasarkan al-Quran, hadits
dan pendapat para ahli fiqih tentang sesuatu yang diharamkan atau
dilarang, antara lain; haram karena bendanya, haram selain karena
bendanya dan tidak sah akadnya.
Beberapa kondisi yang memungkinkan belum diimplementasikan
prinsip-prinsip syariah tersebut antara lain;
1) sebagian industri/perusahaan masih terikat oleh instrumen
riba/bunga dalam menjalankan aktivitas bisnisnya,
2) kondisi pasar modal saat ini yang tidak terlepas dari aktivitas
spekulasi,
3) spekulasi merupakan sumber penyebab krisis keuangan,
4) spekulasi adalah outcome dari sikap mentalcepat ingin kaya.
Kriteria investasi berdasarkan fatwa DSN yaitu;
1) sektor usaha (pembangunan dan perdagangan yang diperbolehkan
oleh syariah),
2) perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan/sumber dana dari
utang tidak lebih dari 30 % modal,
3) pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15 %,
4) perusahaan yang memiliki aktiva kas/piutang yang jumlah piutang
dagangnya atau total piutangnya tidak lebih dari 50 %.

Pada bab IV, digambarkan kondisi investasi yang nyata di Indonesia.


Mengacu pada UU Penanaman Modal no. 25 Tahun 2007, yang
dimaksud penanaman modal adalah semua bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah RI yang dilakukan oleh penanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanaman
Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh pihak
asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Perkembangan
PMDN dan PMA, ternyata perbandingan antara realisasi investasi
dengan persetujuan investasi dalam 11 tahun terakhir lebih tinggi
PMA (rata-rata mencapai 40,13 %), sedangkan PMDN rata-rata
mencapai 28,03 %. Sumber investasi negara-negara muslim belum
dimanfaatkan secara optimal.

Pada bab V, membahas perbandingan kinerja pasar modal syariah dan


konvensional di Indonesia. Di lihat dari karakteristik data, ada tiga
jenis data yang digunakan yaitu Jakarta Islamic Index (JII), Index 45
saham paling likuid atau LQ45 Index dan Indeks harga Saham
Gabungan (IHSG) atau Jakarta Composite index (JCI). Di lihat dari
model Volatilitas (ketidakpastian), ada dua jenis data yang diamati
yaitu GARCH Model (Bollerslev,1986) dan GJR Model (Glostenet
al,1993). Selanjutnya di lihat dari investasi optimal.

Pada bab VI, membahas investasi di negara-negara muslim. Investasi


di negara-negara muslim bervariasi antara satu dengan yang lain,
negara-negara yang relatif aman cenderung memiliki tingkat investasi
yang lebih besar dibandingkan dengan negara yang kurang aman.
Ketidaktertarikan para investor untuk berinvestasi dipengaruhi oleh
banyak faktor, di antaranya; keamanan, infrastruktur, regulasi atau
kebijakan pemerintah yang tidak kondusif.
Pada bab VII, membahas peran strategis zakat dalam fungsi investasi
Islami. Zakat mempunyai peranan sebagai pendorong kaum muslim
untuk senantiasa mendayagunakan aset yang dimilikinya. Islam tidak
membenarkan umatnya bersikap pasif dan berharap keuntungan tanpa
berani menanggung risiko dan tidak mau bekerja.
Pada bab VIII, membahas tentang wakaf sebagai instrumen investasi
publik. Wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya
dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal (tidak diwariskan,
tidak dijual dsb), lalu menjadikan manfaatnya berlaku umum. Kalau
harta wakaf produktif, maka wakaf tidak hanya sekedar penunjang
sarana ibadah dan kegiatan sosial saja tapi sangat berguna dalam
melancarkan fungsi-fungsi financial intermediary sehingga terjadi arus
penyaluran dana yang lancar dari surplus unit ke deficit unit dalam
semua tingkat sosial.

Pada bab IX dan bab X, membahas tentang sukuk, asuransi, baik


asuransi syariah maupun asuransi konvensional. Sukuk adalah surat
berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasar suatu
transaksi atau akad syariah yang melandasinya (underlying
transaction), yang dapat berupa ijarah (sewa), mudharabah (bagi
hasil), musyarakah, atau yang lain. Asuransi adalah perjanjian yang
menyebutkan seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan menerima premi sebagai pengganti apabila terjadi
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
yang kemungkinan akan dideritanya apabila terjadi suatu peristiwa
yang menimpanya.
ANALISIS

Dalam buku yang berjudul Investasi pada Pasar Modal Syariah


karya Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, diperoleh pengertian
investasi adalah penempatan sejumlah kekayaan untuk mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang.
Sedangkan dalam buku Investasi Syariah: Implementasi Konsep
pada Kenyataan Empirik editor Jusmaliani, diperoleh pengertian
investasi merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber
dana lainnya yang dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan
untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.

Dari kedua buku tersebut diatas, ditemukan pengertian investasi yang


tidak jauh beda dan pada esensinya sama yaitu target mendapatkan
sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.

Adapun terkait dengan obligasi dan perkembangannya ke depan di


Indonesia. Obligasi menurut definisi umum adalah surat utang yang
dikeluarkan oleh perusahaan kepada investor dengan janji membanyar
bunga secara periodik selama periode tertentu serta membayar nilai
nominalnya pada saat jatuh tempo. Para investor tersebut akan
mendapatkan return dalam bentuk suku bunga tertentu, yang besarnya
sangat bervariasi dan sangat tergantung pada bisnis penerbitnya. Pada
umumnya, bunga yang ditawarkan perusahaan melalui penerbitan
obligasi berada diantara bunga deposito dan tabungan.
Sedangkan dalam sistem lembaga keuangan syariah obligasi syariah
lebih popular disebut dengan sukuk. Pada prinsipnya, sukuk atau
obligasi syariah adalah surat berharga sebagai instrumen investasi
yang diterbitkan berdasar suatu transaksi atau akad syariah yang
melandasinya (underlying transaction), yang dapat berupa ijarah
(sewa), mudharabah (bagi hasil), musyarakah, atau yang lain.
Penerbitan instrumen investasi ini dapat dipandang sebagai inovasi
baru dalam keuangan syariah, sukuk bukan instrumen utang piutang
dengan bunga, tetapi sebagai instrumen investasi dengan suatu
underlying transaction dengan prinsip syariah yang jelas.
Namun, untuk penerapan sukuk di Indonesia saat ini antara peluang
dan kendala masih banyak kendalanya, antara lain:
Masih kurangnya pemahaman masyarakat akan keberadaan obligasi
syariah
Kecenderungan investor dalam berinvestasi masih berorientasi pada
keuntungan yang ditawarkan, sehingga mereka masih sering
membandingkan dengan keuntungan yang ditawarkan obligasi
konvensional.
Masih sedikitnya jumlah perusahaan yang menerbitkan obligasi
syariah
Belum adanya payung hukum yang jelas sebagai landasan hukum
penerbitan sukuk.

Anda mungkin juga menyukai