(Bag. 1)
Kemungkinan besar, kata manajemen berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang
artinya mengendalikan, pada saat itu kata ini digunakan dalam konteks mengendalikan kuda,
dan juga berasal dari bahasa latin manus yang berarti tangan.
Lalu, bahasa Perancis mengadopsi kata tersebut dari bahasa Inggris menjadi menagement,
yang mempunyai arti yaitu seni mengatur dan melaksanakan. Sedangkan bila berdasarkan
pendapat para ahli, manajemen memiliki pengertian sebagai berikut:
- Manajemen merupakan seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Pengertian ini
mengartikan bahwa seorang manajer (pelaku manajemen) bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain guna mencapai tujuan organisasi. (Mary Parker Follet)
Namun, dari berbagai pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, hingga
saat ini manajemen sendiri belum mempunyai definisi yang mapan dan diterima secara
universal.
Dalam melacak sejarah perkembangan manajemen memang banyak kesulitan yang terjadi.
Namun, ilmu manajemen diketahui telah ada sejak ribuan tahun lalu. Hal tersebut dibuktikan
dengan keberadaan piramida di Mesir.
Piramida dibangun selama 20 tahun oleh lebih dari 100 ribu orang pada masa itu.
Pembangunan piramida-piramida tersebut tak mungkin dapat terlaksana bila tak ada
seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakkan para pekerja, dan
mengontrol pembangunannya.
Dapat disaksikan pula praktik-praktik manajemen lainnya pada tahun 1400-an di kota
Venesia, Italia. Di mana pada masa itu kota ini merupakan pusat perekonomian dan
perdagangan.
Banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini telah dikembangkan oleh
penduduk Venezia sebagai bentuk awal perusahaan bisnis.
Menurut Daniel Wren, Evolusi pemikiran manajemen terbagi menjadi empat fase, yaitu fase
pemikiran awal manajemen, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era modern. Untuk
mengetahui lebih jelas tentang fase-fase tersebut, berikut ulasannya:
1. Pemikiran Awal Manajemen
Menjelang abad ke-20, dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen telah terjadi. Peristiwa
pertama terjadi ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik di tahun 1776
yang berjudul Wealth of Nation.
Keunggulan tersebut yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang lebih spesifik dan
berkelanjutan.
Peristiwa penting kedua adalah Revolusi Industri di Inggris. Ditandai dengan mulainya
penggunaan mesin yang menggantikan tenaga manusia, sehingga berakibat pada pindahnya
kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat produksi khusus yang disebut pabrik.
Adanya perpindahan ini menyebabkan para manajer pada waktu itu memerlukan teori yang
mampu membantu mereka untuk meramalkan permintaan, memastikan cukup tersedianya
bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, dan mengarahkan kegiatan sehari-hari, yang
kemudian membuat para ahli mengembangkan ilmu manajemen lebih jauh lagi.
Dalam buku itu, Taylor memberikan deskripsi tentan manajemen ilmiah sebagai penggunaan
metode ilmiah guna menentukan cara terbaik dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Tahun
terbitnya buku ini dianggap oleh beberapa penulis seperti Stephen Robbins sebagai tahun
lahirnya teori manajemen modern.
Perkembangan manajemen ilmiah didorong pula oleh munculnya pemikiran baru dari Henry
Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt menggagas ide bahwa seorang mandor seharusnya
mampu memberikan pendidikan kepada karyawannya agar bersifat rajin dan kooperatif. Ia juga
mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut dengan Gantt chart, dan
digunakan untuk merancang serta mengontrol pekerjaan.
Sedangkan keluarga Gilberth berhasil menciptakan sebuah alat yang bernama micromotion,
yang dapat mencatat setiap gerakan pekerja dan lamanya waktu yang dipergunakan untuk
melakukan setiap gerakan tersebut. Alat ini diyakini sebagai terobosan dalam menciptakan
sistem produksi yang lebih efisien.
Kehadiran teori administratif juga menandai datangnya era manajemen ilmiah ini. Teori
administratif merupakan teori tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh para manajer dan
bagaimana cara pembentukan praktik manajemen dapat dilakukan dengan baik.
Seorang industriawan Perancis bernama Henri Fayol pada awal abad ke-20 mengajukan
gagasan fungsi utama manajemen yang terdiri dari lima poin, yaitu merancang, mengorganisasi,
memerintah, mengkoordinasi, dan mengendalikan.
Gagasan inilah yang kemudian mulai dipakai sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen
pada pertengahan tahun 1950, dan hingga sekarang juga tetap masih digunakan.
Di samping itu, Henry Fayol juga merupakan penggagas 14 prinsip manajemen yang menjadi
dasar-dasar dan nilai dalam inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Ahli Sosiologi Jerman, Max Weber juga memberikan sumbangan penting lainnya, ia
menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang dinamakan birokrasi.
Birokrasi dapat diartikan sebagai bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja,
hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan beberapa
hubungan yang impersonal.
Tetapi, Weber juga menyadari bahwa bentuk birokrasi yang ideal itu dalam realita tidak akan
pernah ada. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar
sekarang ini.
Pada tahun 1940-an terjadi perkembangan selanjutnya dengan lahirnya ilmu riset operasi oleh
Patrick Blackett.
Ilmu ini merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi
sering pula dikenal dengan sebutan manajemen sains yang mana pendekatan sains dicoba
untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang operasi dan logistik.
Peter F. Drucker yang juga sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen pada tahun 1946
menerbitkan salah satu buku paling awal mengenai manajemen terapan: Konsep Korporasi
(Concept of the Corporation).
Sampai tahun 1930-an, mahzab ini tidak memperoleh pengakuan luas. Katalis utama lahirnya
mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen
Hawthorne.
Eksperimen Hawthorne ini dilakukan pada tahun 1920-an sampai 1930-an di Pabrik
Hawthorne kepunyaan Western Electric Company Works di Cicero, Illenois.
Awalnya, kajian ini mempunyai tujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat
penerangan lampu terhadap produktivitas kerja.
Kajian tersebut menghasilkan berupa indikasi bahwa ternyata berbagai insentif seperti upah,
tunjangan, jabatan, lama jam kerja, dan periode istirahat lebih sedikit pengaruhnya terhadap
output pekerja dibandingkan dengan penerimaan kelompok, tekanan kelompok, serta rasa
aman yang menyertainya.
Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok
adalah penentu utama perilaku kerja individu.
Sumbangan lainnya berasal dari Mary Parker Follet. Follet (1868-1933) yang menjadi terkenal
sesudah terbit bukunya yang berjudul Creative Experience pada tahun 1924 ini memperoleh
pendidikannya di bidang filosofi dan ilmu politik.
Sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi, Follet mengajukan
suatu filosofi bisnis yang mengutamakan integrasi.
Tugas seorang pemimpin dipercayai Follet adalah untuk menentukan tujuan organisasi serta
mengintegrasikannya ke dalam tujuan individu dan tujuan kelompok.
Dirinya mempunyai pemikiran bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok
ketimbang individualisme. Oleh karena itu, manajer dan karyawan semestinya melihat diri
mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Chester Barnard (1886-1961) menulis buku berjudul The Fucntions of the Executive yang
mendeskripsikan suatu teori organisasi dengan tujuan untuk merangsang orang lain memeriksa
sifat sistem koperasi.
Sementara itu organisasi formal merupakan suatu sistem terpadu yang membuat kerjasama,
tujuan bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal.
Barnard mengembangkan pula teori penerimaan otoritas yang didasari pada pemikiran
bahwa atasan hanya mempunyai kewenangan apabila bawahan memang menerima
otoritasnya.
4. Era Modern
Menandai hadirnya era modern ini ialah adanya konsep manajemen kualitas total (total
quality managementTQM) pada abad ke-20 yang dicetuskan oleh beberapa ahli
manajemen. Paling terkenal di antaranya ialah W. Edwards Deming (1900-1993) dan Joseph
Juran (1904).
Walaupun orang Amerika, Deming dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas oleh orang
Jepang. Menurut Deming, sebagian besar permasalahan dalam kualitas ialah karena
sistemnya, dan bukan berasal dari kesalahan pekerja.
Pentingnya peningkatan kualitas sangat ditekankan olehnya dengan mengajukan teori lima
langkah reaksi berantai.
Dirinya berpendapat bahwa dengan meningkatnya kualitas, maka manfaat yang diperoleh
antara lain:
1. Biaya akan berkurang dikarenakan biaya perbaikan juga akan berkurang, minim
terjadinya kesalahan, sedikitnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas
waktu dan material.
2. Produktivitas lebih meningkat.
3. Peningkatan pangsa pasar karena peningkatan kualitas dan penurunan harga.
4. Meningkatnya profitabilitas sehingga akan mampu bertahan dalam bisnis.
5. Jumlah pekerjaan akan meningkat.
Sumbangan berikutnya berasal dari Joseph Juran, dengan pernyataannya bahwa 80% cacat
dikarenakan faktor-faktor yang sesungguhnya bisa dikontrol oleh manajemen.
Usulan Juran kepada manajemen untuk memilih satu area yang mengalami buruknya kontrol
kualitas. Kemudian, area tersebut dianalisis, selanjutnya implementasikan solusi yang telah
dibuat dari permasalahan tersebut.
Sekilas Pengertian dan Asal Mula tentang Management
Science
Management science merupakan salah satu satu bidang dari ilmu manajemen yang bahasan
ialah tentang penyelesaian persoalan-persoalan yang seorang manajer hadapi baik bergerak di
sektor publik ataupun swasta.
Jadi, pada dasarnya management science adalah suatu cabang ilmu dari aplikasi matematika,
sehingga sering kali dalam banyak hal terlihat rumit atau tidak sederhana.
Sering juga management science ini disebut sebagai manajemen kuantitatif yang masuk dalam
kategori manajemen kontemporer.
Management science lahir setelah Howthrone Experiment, yaitu sebuah eksperimen yang
dilakukan oleh Hardvard University di mana hasil penelitian tersebut menunjukkan keanehan
pada produktivitas dari kedua kelompok yang berbeda.
Di mana di satu kelompok kondisi kerjanya sudah ditingkatkan dan yang satu lagi dalam kondisi
tetap, namun tingkat produktivitas yang dihasilkan tetap sama.
Setelah penelitian tersebut, melahirkan teori manajemen kontemporer yang memiliki tiga
aliran, yaitu:
Aliran ini berpendapat untuk memperlakukan manusia baik sebagai individu maupun
kelompok. Ini merupakan teori awal yang berkembang dalam semua teori Motivasi, seperti
salah satunya yaitu Hierarchy Needs dari Maslow.
2. Quantitative Model
Quantitative Model merupakan cabang ilmu yang berkembang setelah perang dunia ke II,
karena dalam keadaan perang semuanya harus bertindak cepat, sehingga pendekatan masalah
dengan matematik dan statistik (solusi yang optimal).
Contoh dari ilmu ini yaitu Metode Transportasi yang dikembangkan oleh George B Dantzig, dan
Program Integer.
3. System
Aliran ini berpendapat tentang pemecahan masalah dengan melihat masalah tersebut secara
system, sehingga juga akan memperhitungka pengaruhnya pada unit lain (tidak hanya sektoral).
Jadi, ilmu management science ialah termasuk pada aliran Quantitative Model. Ilmu
management science menghasilkan aplikasi dalam Metode Transportasi, Program Linier,
Program Integrer, Penugasan, Manajemen Proyek, Model arus jaringan, dan banyak juga yang
lainnya.
Untuk mempelajari ilmu ini secara lebih lengkap, buku yang sangat direkomendasikan adalah
dari Taylor yang diterbitkan oleh Prenhall yang berjudul Management Science 8th atau 9th
Edition.
Dalam buku tersebut dipaparkan dengan lengkap dan mudah dimengerti disertai dengan
contoh-contoh penyelesaiannya baik secara manual ataupun menggunakan program komputer.
Di samping itu, Taylor juga sering disebut sebagai The Father of Scientific Management, atau
bapak dari ilmu management science.
Dalam buku tersebut juga disertakan program komputer apa saja yang dibutuhkan dalam
penyelesaian masalah-masalah tersebut, seperti QM for Windows, Excell QM, TreePlan, Crystall
Ball, dan lain sebagainya. Silahkan anda bisa me-review buku tersebut agar lebih jelas.
Sumber:
http://e-je.blogspot.com/2009/01/management-science.html
Pengantar dan Klasifikasi Teori Manajemen
Pengertian manajemen menurut Mary Parker Follet ialah seni menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain.
Pengertian tersebut mengartikan bahwa seorang manajer mempunyai tugas untuk mengatur
dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Ricky W. Griffin, manajemen merupakan sebuah proses pada perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengendalian sumber daya untuk mencapai sasaran
dengan efektif dan efisien.
Namun, dari berbagai pengertian manajemen yang dikemukakan oleh para ahli, hingga saat ini
manajemen sendiri belum mempunyai definisi yang mapan dan diterima secara universal.
Baca juga: Tingkatan Manajemen dan Keterampilan yang Harus Dimiliki Seorang Manajer
Kemudian, pengembangan lebih jauh tentang manajemen dicetuskan oleh pasangan suami-istri
Frank dan Lilian Gilbreth dengan hadirnya Manajemen ilmiah.
Manajemen Ilmiah
Micromotion berhasil diciptakan keluarga Gilbreth, alat ini dapat mencatat setiap gerakan yang
dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan dalam melakukan setiap gerakan
itu.
Alat ini dapat mengidentifikasi gerakan sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang
untuk kemudian diatasi.
Keluarga Gilbreth menyusun pula skema klasifikasi untuk memberi nama 17 gerakan tangan
dasar seperti mencari, menggenggam, dan memegang.
Gerakan-gerakan mereka beri sebut dengan Therbligs. Dengan skema tersebut, dimungkinkan
untuk dapat menganalisis cara yang lebih sesuai dari unsur-unsur setiap gerakan tangan
pekerja.
Keluarga Gilbreth mendapatkan skema itu dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan
batu bata.
Frank yang sebelumnya bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa 18 gerakan
akan dilakukan seorang pekerja untuk memasang batu bata untuk eksterior dan juga 18
gerakan untuk pemasangan bata pada interior.
Tukang batu bisa lebih produktif dengan menggunakan teknik dari Gilbreth tersebut dan
mengurangi kelelahan mereka di penghujung hari kerja.
Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif merupakan pemakaian sejumlah teknik kuantitatif seperti statistik,
model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer yang berguna untuk membantu
manejemen dalam pengambilan keputusan.
Ketika perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang dipakai itu kemudian
diterapkan pada sektor bisnis.
Sekelompok perwira militer yang mendapat julukan Whiz Kids merupakan pelopor dari hal
ini. Dan para perwira tersebut kemudian bergabung dengan Ford Motor Company di
pertengahan 1940-an, mereka gunakan metode statistika dan model kuantitatif guna
memperbaiki sistem pengambilan keputusan di Ford.
2. Aliran Perilaku
Aliran perilaku banyak yang menyebutnya dengan aliran manajemen hubunga manusia.
Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan manajemen haruslah bisa
memahami manusia.
Aliran manajemen ilmiah memakai matematika dan statistika dalam pengembangan teorinya.
Aliran ini berpendapat bahwa pendekatan kuantitatif adalah sarana utama dan berguna sekali
untuk menjelaskan persoalan manajemen.
Fokus dari aliran ini ialah pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain
untuk mengembangkan teori ini sendiri.
Aliran ini pertama kali yang memperkenalkannya adalah Peter Drucker (1950). Fokus dari
pemikiran ini ialah hasil-hasil yang dicapai dan bukan pada interaksi kegiatan karyawan.
Usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen adalah fokus dari
pemikiran aliran ini.
Sumber: Wikipedia.org