Anda di halaman 1dari 2

Nama : Badzliah Khairunizzahrah

NPM : 1606924316

Kelas : MPK Agama Islam A201

PENGALAMAN RELIGI

Saat SMA, saya dikenal sebagai anak yang tergolong rajin dan pintar. Hal itu terlihat dari peringkat
yang selalu saya dapatkan selalu tinggi. Saat itu, kami sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi
berbagai macam ujian, seperti UN, SBMPTN, Ujian Mandiri, dan ujian lainnya. Seperti biasa, saya
mengerahkan semua kemampuan untuk mendapatkan nilai terbaik, dan terutama agar dapat lolos
menjadi mahasiswi FKG Universitas Indonesia.

Saya ingat bahwa saat itu saya sangat menghindari ujian tertulis (SBMPTN). Oleh karena itu, saya
sangat berharap pada jalur SNMPTN. Saat itu saya sangat percaya diri dapat diterima melalui jalur
SNMPTN mengingat nilai raport saya yang (bagi saya) sangat memuaskan. Walaupun begitu, saya tetapi
sambil mempersiapkan diri untuk SBMPTN. Sejak 6 bulan sebelum ujian tersebut, saya tidak pernah
berhenti belajar.

Pengumuman SNMPTN pun sudah di depan mata. Saya tidak cemas karena saya percaya saya
dapat diterima di jurusan yang saya inginkan tersebut. Saya pun berdoa dengan seadanya karena rasa
percaya diri tersebut. Namun, takdir ternyata saya tidak berhasil lolos di SNMPTN tersebut. Hati saya
begitu hancur dan merasa sangat terpuruk hingga menangis seharian. Ditambah melihat banyak teman-
teman saya yang berhasil lolos ke jurusan impian mereka masing-masing. Saya merasa kecewa sekaligus
marah dengan semuanya.

Namun saya sadar bahwa ujian SBMPTN dan ujian-ujian lainnya masih ada di depan mata. Saya
pun bertekad akan mengerahkan semua kemampuan yang saya bisa agar bisa lolos di ujian-ujian tersebut.
Hari demi hari saya habiskan penuh di tempat les. Bahkan di hari yang bukan merupakan jadwal kelas pun
saya habisan di tempat les dengan maksud agar dapat berkonsultasi dengan guru les di luar jam kelas.
Saya tidak mau kalah dengan teman-teman saya yang lain.

Hari ujian SBMPTN pun tiba. Saya merasa sangat percaya diri. Saya sudah mengerahkan semua
usaha yang saya bisa, mengorbankan jam tidur dan energi yang saya punya agar bisa lolos di ujian ini. Dan
ujian pun berjalan lancar. Saya merasa punya harapan untuk lolos di ujian SBMPTN tersebut. Sembari
menunggu pengumuman, saya tetap beajar dengan mati-matian. Saya selalu belajar tanpa henti dan lupa
agar mengimbanginya dengan berdoa sungguh-sungguh.

Setelah mengikuti beberapa ujian mandiri dengan lancar, akhirnya hari pengumuman SBMPTN
pun tiba. Saya merasa sangat percaya diri. Dan lagi-lagi saya dikecewakan karena saya gagal di ujian
SBMPTN tersebut. Saat itu saya merasakan sedih yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Mulai hari
itu, saya benar-benar merasa sangat terpuruk dan mulai stress.
Setelah itu, saya menghabiskan waktu mengurung diri di kamar dan menangis. Di pikiran saya saat
itu adalah, pertama, apa kata teman-teman melihat saya, siswi yang tergolong pintar di sekolah, belum
juga mendapatkan perguruan tinggi saat yang lain sudah. Kedua, saya merasa semua ini tidak adil karena
saya sudah belajar dengan sungguh-sungguh tapi hasil yang saya dapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi.

Pengumuman ujian tertulis lainnya pun mulai tiba. Hasilnya pun nihil. Saya tidak diterima di
universitas manapun. Hati saya benar-benar hancur. Bahkan saya sangat marah kepada Allah, apa yang
sebenarnya direncanakan olehNya?

Satu bulan berlalu. Saya berhenti berdoa dan shalat. Saya merasa semua itu tidak ada gunanya,
karena saya berpikir berdoa dengan bagaimanapun tidak akan merubah keadaan yang ada. Hingga
akhirnya pada suatu malam saya bermimpi sesuatu yang merubah cara piker saya mulai dari hari itu. Saya
bermimpi sedang berada di padang rumput dan bertemu dengan cahaya yang terang sekali. Saat itu saya
sedang menangis di bawah pohon. Cahaya itu pun bertanya mengapa saya menangis. Saya pun
menceritakan semua kekecewaan saya mengenai gagalnya saya untuk tembus di semua ujian masuk
perguruan tinggi. Ia bertanya bagaimana amalan shalat dan doa saya. Dengan malu saya menjawab
seadanya, yaitu bahwa shalat dan doa saya masih belum maksimal, bahkan saya berkata saya sedang
berhenti untuk shalat karena kekecewaan tersebut. Setelah menjawab itu, saya merasa kepala saya
dieulus dan dibisiki “Semua hal yang kamu alami tidak akan berubah selagi kamu tidak memperbaiki
amalan shalat dan doamu, saya bisa menjamin jika kamu berjanji memperbaiki semuanya, kamu akan
mendapatkan apa yang kamu mimpikan” setelah itu cahaya tersebut menghilang dan saya pun terbangun.
Saya pun langsung menangis dan langsung mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat subuh.

Dari kejadian tersebut, saya tidak pernah melewatkan waktu shalat. Bahkan saya ingat langsung
mencari tahu tata acara dan mnafaat shalat tahajjud beserta shalat hajat dan segera melakukannya setiap
hari tanpa putus. Pola pikir saya berubah 180 derajat, saya merasa tidak ada hal lain yang dapat
membantu saya selain Allah SWT. Hari demi-hari saya habiskan untuk mendekatkan diri dengan-Nya.
Setiap habis shalat saya selalu mencurahkan isi hati saya dan menangis, meminta kepada-Nya agar diberi
petunjuk dari semua kegagalan ini. Saat itu saya sudah merasa ikhlas kalau memang saya harus mengikuti
ujian SBMPTN satu tahun lagi.

Kekecewaan itu perlahan mulai hilang dan hati saya merasa sangat tenang. Hingga datanglah hari
dimana pengumuan ujian mandiri terakhir yang saya ikuti tiba. Sebelum membukanya, saya berdoa
dengan sepenuh hati, saya ingat kala itu tidak berharap dengan berlebihan. Saya berkata kepada Allah
SWT bahwa apapun hasil yang muncul saya serahkan sepenuhnya kepada-Nya. Saya percaya rencana yang
ia siapkan untuk saya lebih indah dari apa yang saya impikan. Dan ternyata kali ini pengumuman tersebut
bukan berisi perkataan “maaf” melainkan di situ dikatakan bahwa saya diterima sebagai mahasiswi FKG
Universitas Sriwijaya. Saya pun langsung bersujud dan menangis.Anggota keluarga saya pun ikut menangis
karena akhirnya melihat saya mendapatkan titik terang dari semua cobaan yang saya lewati. Walaupun
bukan di universitas yang saya inginkan, namun saya merasa sangat terharu dan bahagia. Ternyata sosok
di mimpi saya itu benar. Dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, keadaan saya berubah. Saya sangat
bersyukur telah mendapatkan mimpi itu. Dan sejak itu, saya tidak pernah lagi menyepelekan shalat dan
saya selalu berusaha untu memperbaiki amalan saya. Hingga dengan cara itu pun, saya berhasil lolos
menjadi mahasiswi Universitas Indonesia di tahun berikutnya. Alhamdulillah.

Anda mungkin juga menyukai