Anda di halaman 1dari 82

DISPERSI KASAR

SUTRIYO
DISPERSI KASAR
Suspensi Farmasetik Emulsi Farmasetik
1. Suspensi yang baik 1. Pengemulsi
2. Faktor yang mempengaruhi 2. Identifikasi tipe emulsi
stabilitas suspensi
3. Ketidakstabilan emulsi
3. Sedimentasi
4. Dispersi kasar
 Teori dan kecepatan
sedimentasi
 Parameter sedimentasi :
volume sedimentasi dan
derajat flokulasi
4. Pembuatan suspensi stabil
secara fisik
Sistem Partikulat

Berdasarkan ukuran Dispersi molekular

Sistem koloid

Dispersi kasar
KLASIFIKASI SISTEM DISPERSI
BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

KISARAN
JENIS
UKURAN KARAKTERISTIK SISTEM CONTOH
DISPERSI
PARTIKEL
Dispersi < 1,0 nm (mµ)  Partikel terlihat dalam mikroskop elektron; Molekul oksigen,
Molekuler  melewati ultrafilter dan membran ion2 biasa, glukosa
semipermeabel;
 mengalami difusi cepat
Dispersi koloidal 1,0 nm-0,5 µm  Partikel tidak terlihat dengan mikroskop Sol Perak koloidal,
biasa walaupun dapat terdeteksi di bawah polimer alam dan
ultramikroskop, sintetik
 terlihat dalam mikroskop elektron;
 melewati kertas saring tetapi tidak
melewati membran semipermeabel;
 berdifusi dengan lambat
Dispersi kasar > 0,5 µm (µ)  Partikel terlihat dengan mikroskop biasa; Butiran pasir, emulsi
 tidak melewati kertas saring normal atau dan suspensi
terdialisa melalui membran farmasi, sel darah
semipermeabel; merah
 partikel tidak berdifusi
SUSPENSI FARMASETIKA
SUSPENSI FARMASETIK
• Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase
cair (FI IV)
• Suspensi adalah dispersi kasar, dimana partikel padat
yang tidak larut terdispersi dalam medium cair
• Ukuran partikel >0,1 µm, beberapa partikel terlihat di
bawah mikroskop biasa, memperlihatkan gerak Brown
jika dispersinya encer
• Konsentrasi fase terdispersi tidak lebih dari 20 %
• Dikenal: Suspensi oral, eksternal, suspensi parenteral
“External” Forces Acting on
Particles
Gravity Brownian Movement

V(-o)g

• Sedimentation
equilibrium: Gravity is
neutralized by 2-5 m
Brownian movement
CONTOH
• Suspensi oral: Sirup antibiotik oral, mengandung 125-500
mg/5 ml bahan padat
• Suspensi untuk pediatrik drops, konsentrasi bahan
tersuspensi dapat menjadi lebih besar
• Suspensi antasid dan radioopak mengandung padatan
terdispersi dalam konsentrasi tinggi
• Suspensi untuk penggunaan eksternal yang digunakan
secara topikal didisain untuk sediaan dermatologi, kosmetik
dan tujuan perlindungan
• Suspensi parenteral mengandung 0,5-30% partikel padat
• Viskositas dan ukuran partikel adalah faktor bermakna
karena dapat mempengaruhi mudahnya injeksi dan
ketersediaan obat dalam terapi depot
Suspensi yang baik
a. Partikel tersuspensi tidak cepat mengendap
b. Partikel yang mengendap tidak boleh
membentuk endapan yang keras, tetapi harus
mudah didispersikan kembali menjadi campuran
seragam jika dikocok
c. Ketika dituang suspensi tidak boleh terlalu
kental, harus mengalir dengan bebas dari mulut
botol, atau
d. Suspensi parenteral harus dapat melewati jarum
suntik (syringability)
a. Untuk losio obat luar, produk harus
 cukup encer untuk menyebar dengan mudah
pada permukaan yang diaplikasikan tetapi
jangan terlalu encer sehingga mudah keluar
dari permukaan tempat penggunaan
 cepat kering sehingga memberikan film
pelindung elastis yang tidak mudah dihapus,
 mempunyai warna dan bau yang dapat
diterima
PENTING
• Karakteristik fase terdispersi harus dipilih secara
hati-hati, agar dihasilkan suspensi yang
mempunyai sifat-sifat fisika, kimia dan
farmakologi yang optimum
• Distribusi ukuran partikel, luas permukaan
spesifik, hambatan pertumbuhan kristal, dan
perubahan bentuk polimorfisme merupakan
kebermaknaan yang khas, dan formulator harus
memastikan bahwa sifat2 ini tidak berubah
selama penyimpanan
• Untuk tujuan farmasetik, kestabilan suspensi
secara fisika harus diperhatikan: tdk
beraggregat, dan tetap seragam terdistribusi
di seluruh dispersi.
• Keadaan ini jarang diperoleh, oleh karena itu
harus ditambahkan pernyataan, jika partikel
mengendap, harus mudah disuspensikan
kembali dengan pengadukan sedang
Sifat Antarmuka Partikel Tersuspensi

• Dibutuhkan kerja untuk mengecilkan partikel


solid menjadi partikel kecil dan
mendispersikannya dalam medium pendispersi
• Karena partikel digerus halus , maka luas
permukaan total partikel bertambah diikuti
dengan peningkatan energi permukaan, yang
mengakibatkan sistem secara termodinamika
tidak stabil, dimana partikel-partikel
memperoleh energi tinggi dan cenderung untuk
mengelompok kembali, shg menurunkan luas
total dan mengurangi energi bebas permukaan.
• Partikel dalam suspensi cenderung berflokulasi
membentuk fluffy conglomerates yang lembut
dan ringan, yg disatukan dengan gaya van der
Waals
• Dalam keadaan tertentu dapat terbentuk cake,
dimana partikel berikatan dengan gaya yg lebih
kuat membentuk agregat
• Caking sering terjadi dengan pertumbuhan dan
penyatuan bersama kristal-kristal dalam endapan
menghasilkan agregat padat
• Pembentukan tiap jenis aglomerat baik agregat
maupun flokulasi, merupakan suatu ukuran
kecenderungan sistem mencapai keadaan yg
lebih stabil secara termodinamika
• Peningkatan kerja W atau energi bebas
permukaan ∆G dapat dilakukan dengan membagi
solid menjadi partikel-partikel yang lebih kecil
dan akibatnya luas permukaan ∆A meningkat:
∆G = SL . ∆A
SL = tegangan antar permukaan antara medium cair dan partikel padat
Contoh
• Hitung energi bebas permukaan dari padatan
dalam suspensi jika permukaan total ditingkatkan
dari 103m2 menjadi 107m2. dengan asumsi
tegangan antar muka antara padatan dan cairan
pendispersi SL 100 dyne/cm
– G1 = 100 x 103 =105ergs/cm2
– G2 = 100 x 107 =109ergs/cm2
– Perubahan energi bebas ∆G21=109 -105  109 ergs/cm2
– Energi bebas permukaan ditingkaatkan menjadi 109
sehingga sistem secara termodinamika menjadi tidak
stabil.
• Untuk mendapatkan keadaan stabil, sistem
cenderung mengurangi energi bebas
permukaan; kesetimbangan terjadi jika ∆G=0
• Hal ini akan dicapai jika ada pengurangan
tegangan antar muka atau melalui pendekatan
penurunan luas permukaan.
• penurunan luas permukaan dicapai dengan
flokulasi atau agregasi
• Tegangan antarmuka dapat dikurangi dengan
penambahan surfaktan, tetapi tidak bisa
dibuat sampai 0.
• Dengan demikian suspensi partikel tidak larut
biasanya mempunyai harga tegangan
antarmuka positif tertentu, dan partikel
cenderung untuk berflokulasi
• Hal ini bisa juga digunakan untuk menjelaskan
pecahnya emulsi.
• Gaya pada permukaan partikel dapat
mempengaruhi derajat flokulasi dan
aglomerasi dalam suspensi
• Gaya tarik menarik adalah jenis London-van
der Waals
• Gaya tolak menolak muncul dari interaksi
elektrik double layer yang mengelilingi setiap
partikel
• Energi potensial dari dua partikel digambarkan
sebagai fungsi dari pemisahan jarak.
• Dalam gambar ada energi tarik menarik,
energi tolak menolak dan energi net, satu
puncak dengan dua minima.
• Jika energi tolak menolak tinggi, barier
potensial juga tinggi dan tabrakan partikel
dilawan.
DLVO: Optimal Distance

Energy
No flocks can form

Repulsion
Attraction Attraction

Distance
Controlled Flocculation
• Flocculating agent
changes zeta-potential
+ of the particles (it can
Non-caking be electrolyte, charged
surfactant or charged
Caking Caking polymer adsorbing on a
surface).
F=Vu/Vo• If the absolute value of
the zeta-potential is too
high the system
deflocculates because
of increased repulsion
Flocculating Agent and the dispersion
- cakes.
+
Zeta-potential
• Sistem tetap terdeflokulasi dan jika sedimentasi
sempurna, partikel membentuk susunan yang
berdekatan dimana partikel halus mengisi voids di
antara partikel besar
• Partikel yang paling bawah dalam sedimen akan
ditumpuk oleh partikel di atasnya secara berangsur-
angsur sehingga energi barrier dilewati, dan partikel
menjadi semakin dekat/rapat susunannya.
• Resuspensi/redispersi partikel2 ini sulit, dibutuhkan
energi untuk mengatasi energi barrier yang tinggi – tdk
bisa diaduk biasa, partikel cenderung semakin kuat
terikat satu sama lain dan membentuk cake
• Jika partikel berflokulasi, energi barrier masih
tetap terlalu besar untuk dilewati, partikel
yang mendekat ditempatkan kembali dalam
energi minimum kedua, yg berada pada jarak
pemisahan sekitar 100-2000 A
• Jarak ini cukup untuk membentuk flok yang
strukturnya longgar
• Konsep ini dikembangkan dari teori DLVO
untuk kestabilan sol liofobik
• Partikel terflokulasi terikat dengan gaya yg
lemah, mengendap dengan cepat, tidak
membentuk cake, dan mudah diresuspensi
• Partikel terdeflokulasi mengendap dengan
lambat, dan membentuk sedimen dimana
agregasi terjadi dengan akibat pembentukan
cake yang keras yang sulir diresuspensi
PENGENDAPAN SUSPENSI
1. Teori Sedimentasi: hukum Stokes
a. Suspensi farmasetik encer mengandung zat padat 2
g/100 ml; (Hukum stokes valid jika konsentrasi
kurang dari 0,5 g/100 ml)
b. Dalam suspensi encer, partikel tidak saling
interferensi satu dengan yang lain selama
pengendapan sehingga free settling
c. Sebagian besar suspensi farmasetik mengandung zat
padat 5%; 10% or >>: Partikel saling berinterferensi
dan terjadi hindered settling -  Stokes law
d. Di bawah kondisi ini, suspensi akan menunjukkan
stabilitas secara fisik jika diencerkan hingga
mengandung padatan terdispersi 0,5-2 % b/v
Untuk menghitung ketidakseragaman ukuran dan
bentuk partikel yang terdapat dalam sistem, dibuat
bentuk lain dari Stokes:
v’ = v n
 v’ : laju jatuh melalui suatu jarak
 v : kecepatan sedimentasi menurut hukum Stoke
  : porositas awal dari sistem, yaitu fraksi volume
awal dari suspensi yang tercampur dengan seragam,
0-1
 n adalah ukuran ‘hindered’ (tersembunyi) dari sistem
Contoh soal
• Diameter rata-rata CaCO3 dalam suspensi
54m, bobot jenis CaCO3 dan air masing-
masing 2,7 dan 0,997 g/cm3. Viskositas air
0,009 poise pada 25C. Hitung kecepatan
jatuh dari dua porositas yang berbeda 1= 0,95
dan 2= 0,5 jika nilai n=19,73
• Hukum stokes
PARAMETER SEDIMENTASI
1. Volume sedimentasi (F)
2. Derajat flokulasi (
Parameter Sedimentasi
• Volume sedimentasi : perbandingan antara volume
sedimen (Vu) dengan volume suspensi pada keadaan
akhir.
 F = Vu / V0

• F = V / V0
•  = F/F Vu / V0
   Vu / V
V / V0
ultimate se dim en volumeof floculated suspension
• 
ultimate se dim en volumeof defloculated suspension
Contoh Soal
• Hitung volume sedimentasi 5% berat/volume
suspensi magnesium karbonat dalam air.
Volume awal Vo = 100 ml dan volume akhir
sedimen Vu = 30 ml. Jika derajat flokulasi  =
F/F = 1,3 , berapakah volume sedimentasi
deflokulasi F ?

Vu / V0
   Vu / V
V / V0
FORMULASI SUSPENSI
Pendekatan:
• Menggunakan pembawa terstruktur untuk
mempertahankan partikel deflokulasi dalam
suspensi
• Menggunakan prinsip flokulasi untuk
menghasilkan flocks, yang walaupun
mengendap dengan cepat, mudah
disuspensikan kembali dengan pengocokan
minimum
Pembawa terstruktur
• Pembawa terstruktur: pseudoplastik, plastik. Tiksotropik
juga dikaitkan dengan kedua tipe aliran di atas. Pembawa
terstruktur ini bertindak dengan menjerat partikel
(biasanya deflokulasi), sehingga idealnya tidak akan
mengendap. Pada kenyataannya, beberapa derajat
sedimentasi biasanya terjadi
• Sifat ‘shear thinning’ dari pembawa ini akan memudahkan
reformasi dispersi seragam jika diterapkan shear
• Kerugian sistem deflokulasi adalah terbentuknya caking jika
partikel mengenap – dianjurkan sistem terflokulasi:
kestabilan fisik optimum, penampilan diperoleh dengan
pembawa terstruktur tipe koloid hidrofilik
• Apapun pendekatannya, produk suspensi harus: mudah
mengalir dari wadah, dan mempunyai distribusi ukuran
partikel yang seragam untuk setiap dosis
Pembasahan Partikel
• Serbuk ditambahkan pada permukaan cairan –
sukar, karena terjadi lapisan udara yg teradsorpsi,
adanya sejumlah kecil lemak, dan kontaminan
lain.
• Ini karena serbuk tidak sempurna terbasahi,
walaupun densitinya besar, dia akan melayang
pada permukaan cairan.
• Wettability, sudut kontak 90, <90, 0.
• Sulit: sulfur, arang, talk, magnesium stearat-
hidrofobik
• Mudah: ZnO, magnesium karbonat-hidrofilik
• Surfaktan : menurunkan tegangan antar muka antara
partikel padat dan cairan pembawa - sudut kontak akan
turun, udara akan pindah dari permukaan partikel, terjadi
pembasahan dan deflokulasi.
• Octoxynol: surfaktan nonionik, efek deflokulasi,
meningkatkan laju disolusi prednisolon dari tablet. Tablet
pecah menjadi granul halus yg terdeflokulasi dalam
suspensi dimana efek deflokulasi sebanding dengan
konsentrasi surfaktan. Tapi pada konsentrasi yang sangat
tinggi (15xcmc), surfaktan menghasilkan flokulasi yang
besar.
• Gliserin, senyawa higroskopik sejenis…..mekanismenya?
• Dispersi partikel gum koloid alkohol, gliserin, propilen
glikol……
Deflocculation and flocculation
• Deflocculation of particles is obtained when the zeta
potential is higher than the critical value and the
repulsive forces supersede the attractive forces.
• The addition of a small amount of electrolyte reduces
the zeta potential. When this zeta potential goes below
the critical value, the attractive forces supersede the
repulsive forces and flocculation occurs.
• It should be noted that the deflocculated suspensions
should be avoided because of the formation of
irreversible solid hard cake. Although flocculated
suspensions sediment faster and form a clear
supernatant, these are easy to redisperse.
SUSPENSI
Flocculated Non-flocculated
1. Particles forms loose aggregates 1. Particles exist as separate entities
and form a network like 2. Rate of sedimentation is slow
structure 3. Sediment is slowly formed
2. Rate of sedimentation is high 4. Sediment is very closely packed and a
3. Sediment is rapidly formed hard cake is formed
4. Sediment is loosely packed and 5. Sediment is difficult to redisperse
doesn’t form a hard cake 6. Suspension is pleasing in appearance
5. Sediment is easy to redisperse 7. They don’t stick to the sides of the
6. Suspension is not pleasing in bottle
appearance
7. The floccules stick to the sides of
the bottle
Controlled flocculation
• Addition of electrolyte
• Addition of surfactant
• Addition of polymers
Addition of electrolyte
• Most frequently used flocculating agents are
electrolytes, which reduce the zeta potential
surrounding the solid particles.
• This leads to decrease in repulsion potential and
makes the particle come together to from loosely
arrange structure (floccules).
• The flocculating power increases with the valency
of the ions. As for example, calcium ions are more
powerful than sodium ions because the velency
of calcium is two whereas sodium has valency of
one
Addition of surfactant
• Both ionic and non-ionic surfactants could be
used to control flocculation
• Surfactant adsorbed on the surface of solid
particle leading to neutralization or reversing
the surface charge
• Since most of surfactants act as wetting
agents and flocculating agents, the amount of
surfactant to be added should be calculated
based on this fact
Addition of polymers
• Polymers are long-chained, high molecular-weight compounds
containing active groups spaced along their length.
• These agents promote flocculation through adsorption of part of
the chain on the surface of particle and the remaining part project
out into the dispersion medium
• Hydrophilic polymers also act as protective colloids resulting in
coated particles have fewer tendencies to form cake.
• Polymers exhibits pseudoplastic flow in solution that promotes the
physical stability of suspension
• Some polymers like gelatin stabilize the suspension based on the pH
and ionic strength of dispersion medium (carry charge)
• An example of polymer is xanthan gum
• Positively charged Liposomes (vesicles of phospholipids) adsorbed
on negatively charged particles to prevent caking formation
Sedimentation
• Sedimentation of particles in a suspension is governed by
several factors: particle size, density of the particles,
density of the vehicle, and viscosity of the vehicle.
• The velocity of sedimentation of particles in a suspension
can be determined by using the Stoke's law:

d  S    g
2

Where: v
v = velocity of sedimentation 18
d = diameter of the particle
g = acceleration of gravity
r1 = density of the particle
r2 = density of the vehicle
h = viscosity of the vehicle
Stoke's law
• According to the Stoke's equation, the velocity of sedimentation of
particles in a suspension can be reduced by decreasing the particle
size and also by minimizing the difference between the densities of
the particles and the vehicle.
• Since the density of the particles is constant for a particular
substance and cannot be changed, the changing of the density of
the vehicle close to the density of the particle would minimize the
difference between the densities of the particles and the vehicle.
• The density of the vehicle of a suspension can be increased by
adding the following substances either alone or in combination:
polyethylene glycol, polyvinyl pyrolidone, glycerin, sorbitol, and
sugar.
• The viscosity of the vehicle also affects the velocity of
sedimentation.
• It decreases as the viscosity of the vehicle increases.
• The viscosity and density of any vehicle are related to each other, so
any attempt to change one of these parameters will also change the
other one
Flokulasi Terkontrol
• Flokulasi dalam suspensi: elektrolit, surfaktan,
polimer
• Elektrolit: bahan penflokulasi
– menurunkan barrier elektrik antara partikel –
– menurunkan potensial zeta dan pembentukan
jembatan antara partikel yang berdekatan
sehingga menghubungkan masing2 dalam struktur
yang tersusun longgar
• Surfaktan: ionik maupun non ionik,
menyebabkan flokulasi dari partikel
tersuspensi. Senyawa ini bekerja juga sebagai
zat pembasah dan pendeflokulasi.
• Polimer: menaikkan volume sedimentasi,
polimer hidrofilik – koloid pelindung,
mengurangi kemungkinan terbentuknya
caking, aliran pseudoplastik dalam larutan,
meningkatkan kestabilan fisik suspensi.
Gelatin, sodium sulfatiazol
Flokulasi dalam Pembawa terstruktur
• F  or = 1
• Ditambahkan suspending agent untuk menahan
sedimentasi dari flocs – CMC, Carbopol 934, Veegum,
tragacanth, bentonit baik tunggal maupun dalam
kombinasi
• Masalah incomptability? Muatan partikel awal dan
muatan yang dibawa bahan pengflokulasi dan bahan
pensuspensi.
• Membuat suspensi partikel bermuatan positif yang
diflokulasi dengan penambahan konsentrasi tepat
elektrolit anionik elektrolit monobasic potassium
phosphate. Tambahkan juga hidrokoloid, masalah….?
Penyiapan Suspensi
• Grinding/levigating bahan tdk larut dalam mortir
sampai menjadi pasta yang halus dengan
pembawa yang mengandung penstabil dispersi
• Secara berturut2 tambahkan fase cair lain, bahan
yg larut dalam pembawa dilarutkan terlebih
dahulu
• Campuran dipindahkan dalam gelas ukur, mortir
dibilas, dan suspensi dicukupkan sampai
volumenya
• Peralatan yang digunakan: ball, pebble, colloid
mills, dough mixers, pony mixers,
Kestabilan Fisik Suspensi
• Kenaikan suhu----flokulasi dari suspensi yg secara steris stabil
(distabilkan oleh surfaktan non ionik)
• Repulsi karena interaksi steris bergantung pada keadaan,
ketebalan, dan kesempurnaan lapisan yg teradsorpsi surfaktan
pada permukaan partikel
• Suspensi dihangatkan----energi repulsi antar partikel akan turun
karena dehidrasi gugus polioksietilen dari surfaktan
• ----energi atraksi akan naik dan partikel berflokulasi
• Freeze-thaw, Ostwald ripening,
• Fluktuasi suhu: particle size distribution, polymorhic form,
mengubah laju absorpsi dan BA, suhu naik---pelarutan krisyal---
konsentrasi bertambah menjadi supersaturated---pertumbuhan
kristal (yg berbeda). Dapat diatasi dengan penambahan polimer
dari surfaktan
• Sulfatiazol—pvp
Evaluation of suspensions
• Suspensions are evaluated by determining
their physical stability.
• Two useful parameters for the evaluation of
suspensions are sedimentation volume and
degree of flocculation
Sedimentation volume: (F)
• Sedimentation volume of a suspension is
expressed by the ratio of the equilibrium volume
of the sediment (Vu) to the total volume (Vo) of
the suspension.
F = Vu/Vo
• The value of F normally lies between 0 to 1 for
any pharmaceutical suspension.
• The value of F provides a qualitative knowledge
about the physical stability of the suspension
Settling and Aggregation
• The suspension shall form loose
networks of flocks that settle rapidly, do flock
not form cakes and are easy to
resuspend.

• Settling and aggregation may result in


formation of cakes (suspension) that is
difficult to resuspend or phase
separation (emulsion)
cake
Sediment Volume
F={volume of sediment Vu}/{original volume Vo}

•Vu

•Vo •Vo

•Vu

F=0.5 F=1.0 F=1.5


F= 1 No sedimentation, no clear supernatant

50% of the total volume is occupied by


F =0.5
sediment
Sediment volume is greater than the
F>1 original volume due to formation of
floccules which are fluffy and loose
Degree of flocculation: (ß),
• Degree of flocculation is the ratio of the sedimentation volume of
the flocculated suspension, F, to the sedimentation volume of the
deflocculated suspension, F
ß = F / F
(Vu/Vo) flocculated
ß = --------------------
(Vu/Vo) deflocculated
• When the total volume of both the flocculated and the
deflocculated suspensions are same; the degree of flocculation,
• ß = (Vu)floc/(Vu)defloc .
• The minimum value of ß is 1; this is the case when the
sedimentation volume of the flocculated suspension is equal to the
sedimentation volume of deflocculated suspension.
• ß is more fundamental parameter than F since it relates the volume
of flocculated sediment to that in a deflocculated system
Rheological consideration
• viscosity of suspension affects and controls the settling
of dispersed particle.
• It, also, affects pouring the product from bottle and
spreading qualities in case of lotion.
• Best viscosity for suspension is to be high during
storage to prevent sedimentation and to be low at high
shear to ease the administration.
• Thus, pseudoplastic/ thixotropic and plastic/
thixotropic suspending agents could be use for this
purpose.
• Combination of two suspending agents can enhance
the stability of suspension
EMULSI
1. Kegunaan dalam Farmasi 1. Bahan Pengemulsi
2. Teori emulsifikasi 2. Identifikasi tipe emulsi
a. Adsorpsi monomolekuler, 3. Ketidakstabilan emulsi
b. Adsorpsi multimolekuler-
pembentukan film,
c. Adsorpsi partikel padat
3. Kestabilan Fisik emulsi:
a. Flokulasi dan creaming
b. coalescence dan breaking
c. Perubahan fisika dan kimia,
d. inversi fase
4. Creaming dan hukum Stokes,
5. Coalescence dan breaking,
6. Evaluasi stabilitas
7. Inversi fase
8. Pengawetan Emulsi
9. Sifat Rheologi Emulsi
10. Mikroemulsi
Kegunaan dalam Farmasi
• Emulsi Dermatologi
• Emulsi Oral
• Emulsi Parenteral
Teori Emulsifikasi
 Emulsi : Sediaan cair yang terdiri dari dua cairan
yg tidak bercampur diaduk sehingga salah satu
cairan terdispersi dalam bentuk tetesan kecil
dalam cairan yang lain, dan distabilkan dengan
bahan pengemulsi.
 Secara termodinamika, emulsi tidak stabil dan
cenderung memisah kembali.
 Tujuan emulsifikasi adalah memperoleh emulsi
yang stabil
 Kegagalan untuk tetap terdispersi disebabkan
gaya kohesi lebih besar dari gaya adhesi
• Gaya kohesi dari masing2 fase dimanifestasikan sebagai
energi atau tegangan antar muka pada batas antara dua
cairan yang tidak bercampur
• Jika salah satu cairan pecah menjadi partikel-partikel kecil,
luas antar muka globul menjadi amat besar dibandingkan
dengan luas permukaan cairan asal
• Misalkan 1 cm3 minyak mineral didispersikan menjadi
globul yang mempunyai diameter volume-permukaan, dvs
sebesar 0,01 um (0,01x10-4 cm) di dalam 1 cm3 air sehingga
membentuk emulsi yang halus, luas permukaan tetesan
minyak menjadi 600 m2. Energi bebas permukaan terkait
area ini sekitar 34x107 erg atau 8 kalori. Volume total dari
sistem tidak naik, tetap 2 cm3
6
• Sv = d vs

• Sv =
6
6
 6 x106 cm 2  600m 2
10
• Kerja yang dibutuhkan atau kenaikan energi
bebas permukaan W = ow x ∆A dan tegangan
antar muka ow , antara minyak mineral dan air
adalah 57dyne/cm (erg/cm2)
• Maka: W = 57 erg/cm2 x (6x106cm2 )
= 34 x 107erg = 34 joules
• Dan karena 1 cal = 4,184 joules
maka 34 joules : 4.184 = 8 calori
• Jadi jika 1 cm3 minyak mineral didispersikan
menjadi globul yang mempunyai diameter
volume-permukaan, dvs sebesar 0,01 um (10-6
cm) di dalam 1 cm3 air sehingga membentuk
emulsi yang halus, luas permukaan tetesan
minyak menjadi 600 m2. (Dalam kenyataan
partikel biasanya 10-100 kali lebih besar dari ini,
dan luas permukaan lebih kecil)
• Kenaikan energi 8 calori yg dikaitkan dengan luas
permukaan yg sangat besar cukup untuk
membuat sistem secara termodinamika tidak
stabil, sehingga tetesan mempunyai
kecenderungan untuk berkoalesens
Emulsifying Agent
 Untuk menghindari koalesense, digunakan emulsifying
agent yang akan membentuk film di sekitar globul
 Jenis emulsifying agent:
– Surfaktan yg teradsorpsi pada antarmuka minyak-air
membentuk film monomolekuler dan mengurangi
tegangan antarmuka
– Koloid Hidrofilik yang membentuk multimolekuler film di
sekeliling globul minyak yg terdispersi dalam emulsi o/w
– Partikel padat yang sangat halus yang teradsorpsi pada
antarmuka antara dua cairan yg tdk tercampur yang
membentuk film partikel di sekitar globul yg terdispersi
Emulsifying Agent
Adsorpsi Monomolekuler
• Surfaktan/amfifil mengurangi tegangan antar
muka karena adsorpsinya pada antar muka
minyak dan air membentuk film monomolekuler
• Karena energi bebas permukaaan naik W = ow x
∆A , dan ∆A harus tetap dipertahankan tinggi,
maka pengurangan tegangan antar muka akan
menurunkan energi bebas permukaan shg ada
kecenderungan untuk koalesensi
• Pengurangan ow menjadi 1 dyne/cm akan
menurunkan energi permukaan sistem menjadi
sekitar 1/60 dari semula.
• Droplet terdispers dikelilingi oleh monolayer yang koheren
, mencegah koalesens antar dua droplet jika saling
mendekat
• Film harus fleksibel sehingga mampu terbentuk kembali
dengan cepat jika droplet pecah atau terganggu
• Efek lain yang memberikan kestabilan adalah adanya
muatan pada permukaan yang akan menyebabkan tolak
menolak antara partikel yang berdekatan
• Kombinasi dari emulsifying agents: sodium cetyl sulfate +
kolesterol; sodium cetyl sulfate+oleyl alcohol; cetyl
alcohol+sodium oleate. Gambar
• tween+span: Boyd et al, J.Coll. Interface Sci. 41, 359. 1972.
Gambar
 Tipe emulsi yang dihasilkan: o/w atau w/o, bergantung
pada sifat emulsifying agent: HLB
 Emulsi o/w akan terbentuk jika HLB emulsifier antara 9-12;
w/o akan terbentuk jika range HLB emulsifier 3-6
 Emulsi dengan emulsifier HLB tinggi: kombinasi Tween 20
dan Span 20 antara 3-6 akan membentuk emulsi o/w. Span
saja akan membentuk emulsi w/o dengan HLB 4,7
 Type emulsi merupakan fungsi relative solubility surfaktan,
fase dimana lebih larut menjadi fase kontinu.
 emulsifier HLB tinggi-larut di air: emulsi o/w
 Emulsifier HLB rendah-larut di minyak: w/o
Adsorpsi Multi Molekuler dan
Pembentukan Film
• Penggunaan hydrated lyophilic colloids sebagai
emulsifying agent menurun karena adanya surfaktan
sintetik.
• hydrated lyophilic colloids berbeda dengan surfaktan
sintetik:
a. tidak menimbulkan penurunan tegangan antarmuka
b. membentuk multilayer, bukan monolayer, film pada
antarmuka
c. aksi emulsifying agent nya terletak pada multilayernya:
lapisan multilayer yg kuat dan menahan koalesense
• Kebanyakan lapisan multilayer membentuk emulsi o/w
karena hidrofilik
Adsorpsi Partikulat
• Partikel sangat halus yang dibasahi dapat
bertindak sebagai emulsifying agent, karena
terkonsentrasi pada antar muka, yang akan
membentuk lapisan disekeliling droplet
terdispersi untuk mencegah koalesens
• Powder wetted by water: o/w emulsion
• Powder wetted by oil: w/o emulsion
Kestabilan Fisik Emulsi
 Emulsi stabil:
₋ Tidak ada koalesense pada fase internal
₋ Tidak ada creaming
₋ Dapat mempertahankan penampilan yang elegan : bau, warna dan
sifat fisik lain.
 Emulsi tidak stabil
₋ Aglomerasi fase terdispersi
₋ Pemisahan produk
 Creaming sebagai hasil dari flokulasi dan konsentrasi globul pada
fase internal – kadang2 bukan tanda ketidakstabilan.
 Emulsi merupakan sistem yang dinamis sehingga Flokulasi dan
creaming adalah tahap awal koalesense fase internal.
 Creaming: ketidakseragaman distribusi obat/dosis – kocok dahulu
 Inversi fase penting dalam preparasi dan stabilisasi emulsi
Kestabilan Emulsi
a. Flokulasi dan creaming
b. Coalesence dan breaking
c. Perubahan fisika dan kimia lain
d. Inversi fase
Creaming dan Hukum Stokes
• Kecepatan creaming.
• Emulsi o/w minyak mineral dengan density
0.90 didispersikan dalam fase air dgn density
1.05. Jika partikel minyak mempunyai
diameter 5 um, fase eksternal memp
viskositas 0.5 poise (dyne dtk cm-2 atau g cm-1
det), g=981 cm det-2. Berapakah kecepatan
creaming?
• Untuk menurunkan kecepatan creaming dapat
dilakukan dengan meningkatkan viskositas fase
eksternal dengan penambahan viscosity improver
atau thickening agent, tanpa melebihi batas
konsistensi yang dapat diterima.
Coalescence and Breaking
• Creaming berbeda dengan breaking: creaming –
reversible, breaking – irreversible
• Creaming bisa dikocok kembali karena film yg
menyelimutinya masih ada, pada breaking
selimutnya sudah rusak dan minyak cenderung
untuk coalescence
• Meningkatkan stabilitas :
– ukuran partikel kecil dan homogen
– Pengaruh viskositas cukup kecil dalam emulsi yang
stabil
– Elektrostatik repulsion
STABILITAS EMULSI
• Emulsi tidak stabil secara fisik jika :
a. Terjadi agregasi fase terdispersi membentuk
agregat atau globul,
b. Globul atau agregat yang besar bergerak ke atas
atau turun ke bawah membentuk lapisan fase
terdispersi (Creaming)
c. Terjadi pemisahan fasa
Aggregation and Coalescence
• Creaming : Agregat atau globul dari
fase internal cenderung naik ke
atas emulsi atau jatuh ke bawah
• Tidak ada coalesence
• proses reversibel.
• dapat didistribusikan lebih
homogen setelah pengocokan
• Secara estetika creaming kurang
menarik bagi konsumen.
• Berpotensi terjadi coalesense
Persamaan Stokes
• laju pemisahan fasa terdispersi emulsi terkait faktor-faktor :
– ukuran partikel
– perbedaan densitas antara fase terdispersi dan fase pendispersi
– viskositas fase eksternal
• Tingkat pemisahan meningkat dengan
– peningkatan ukuran partikel dari fase internal,
– Perbedaan densitas yang lebih besar antara dua fase,
– penurunan viskositas dari fase eksternal.
• Oleh karena itu, untuk meningkatkan stabilitas emulsi,
– globul atau partikel Ukuran harus dikurangi sehalus mungkin,
– perbedaan kepadatan antara fase internal dan eksternal harus minimal,
– viskositas fase eksternal harus cukup tinggi.
• Pengental seperti tragakan dan mikrokristalin selulosa sering ditambahkan
ke emulsi untuk meningkatkan viskositas fase eksternal.
Instability processes in an emulsion

flocculation
Emulsion
Ostwal ripening

coalesence

creaming
Phase invertion
Stabilitas Fisik Emulsi
Creaming, Flocculation, Coalescence

Anda mungkin juga menyukai