Anda di halaman 1dari 96

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Analisa Potensi Bahaya dengan


Menggunakan Metode Job Safety
Analysis (Jsa) pada Petugas Bak Valve
Di Pt Pgas Solution Tahun 2018

Jauhari, Muhammad Agus

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2211
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA POTENSI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA PETUGAS BAK VALVE
DI PT PGAS SOLUTION TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :
MUHAMMAD AGUS JAUHARI
NIM : 131000269

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISA POTENSI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA PETUGAS BAK VALVE
DI PT PGAS SOLUTION TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :
MUHAMMAD AGUS JAUHARI
NIM : 131000269

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISA POTENSI

BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY

ANALYSIS (JSA) PADA PETUGAS BAK VALVE DI PT PGAS SOLUTION

TAHUN 2018” ini beserta isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau

klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2018


Yang Membuat Pernyataan

M. Agus Jauhari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

ANALISA POTENSI BAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE


JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) PADA PETUGAS BAK VALVE
DI PT PGAS SOLUTION TAHUN 2018

Yang Disiapkan dan Dipertahankan Oleh

MUHAMMAD AGUS JAUHARI


NIM : 131000269

Disahkan Oleh :
Komisi Pembimbing Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes
NIP. 196506151996012001 NIP. 197911072005012003

Medan, Januari 2018


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si


NIP. 196803201993082001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan mengenal


berbagai potensi-potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. A nalisa potensi
bahaya yang paling popular dan paling sering digunakan dilingkungan kerja
adalah menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA ). Job Safety Analysis
(JSA ) merupakan sebuah metode yang menganalisis potensi bahaya yang terdapat
pada sistem dan prosedur kerja serta manusia sebagai pekerjanya.
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu
menggambarkan proses analisa keselamatan kerja dengan menggunakan metode
Job Safety Analysis (JSA ) dengan tujuan untuk mengetahui proses pekerjaan yang
memiliki potensi bahaya. Objek yang diteliti adalah proses pekerjaan pada petugas
Bak Valve di PT PGA S Solution tahun 2018.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada proses pekerjaan perawatan
Bak Valve memiliki potensi bahaya seperti kecelakan lalu lintas, ledakan gas,
keracunan gas, sesak nafas, pingsan akibat ruangan terbatas, terluka benda tajam
dan alat-alat kerja berat yang berpotensi bahaya kepada petugas Bak Valve seperti
Chain Block yang menimpa bagian kepala, tutup Bak Valve yang terlepas dari
Crane atau Tripod yang menimpa bagian kaki petugas Bak Valve.
Peneliti menyarankan kepada pihak manajemen PT PGA S Solution untuk
terus meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan upaya
pengendalian dari berbagai potensi bahaya pada setiap pekerjaan terutama pada
proses pekerjaan petugas Bak Valve.

Kata Kunci: Potensi Bahaya, Job Safety Analysis (JSA), Petugas Bak Valve

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Work accident could be avoid by knowing and recognized the various


potential hazards that exist in the work environment. The most commonly used to
potential hazard analysis was Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis
(JSA) was a method that analyze the potential hazards that exist in the system,
work procedures and humans as their workers.
The type of this research is descriptive survey which describe the
potetntial hazard at the process of safety by using Job Safety Analisys (JSA)
method. The object under study is the work process on Bak Valve officer at PT
PGAS Solution on 2018.
The results of this study indicate that in the work process of Bak Valve has
potential hazard such as traffic accident, gas explosion, gas poisoning, out of
breath, fainting due to confined space, injured by sharp objects and heavy work
tools that has potential hazard to Bak Valve officer such as Chain Block hit the
hat, Bak Valve Cover of the Crane or Tripod fall and hit the foot Bak Valve
officer.
Suggested to the management of PT PGAS Solution to continuously
improve Occupational Safety and Health by making efforts to control from
various potential hazards on every job especially on job process Bak Valve
officer.

Keywords: Potential Hazard, Job Safety Analysis (JSA), Bak Valve Officer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisa Potensi Bahaya Dengan Metode

Job Safety Analysis (JSA) Pada Petugas Bak Valve Di PT PGAS Solution

Tahun 2018”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Keselamatan dan

Kesehata Kerja (K3).

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dan juga sebagai Dosen Penguji I yang telah meluangkan

waktu dan pemikiran.

4. dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak membimbing, memberikan saran, serta arahan dalam penyelesaian

skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak membimbing, memberikan saran, serta arahan dalam penyelesaian

skripsi ini.

6. Umi Salmah, SKM., M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan

waktu dan pemikiran.

7. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku dosen penasehat akademik yang

telah memberikan bimbing dan motivasi kepada penulis selama mengikuti

pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarkat Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan

selama masa perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Andri Siregar, SKM selaku HSSE di PT PGAS Solution yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

10. Orang tua tersayang Ir. Yusuf Dedy Hernawan dan Enny Hartaty yang telah

membesarkan, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang begitu berharga

serta memberi dukungan dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan

pendidikan dan penulisan skripsi ini.

11. Utari Adrianti yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini kemungkinan masih banyak

kekurangan, baik dari penulisan, pemahaman materi, pemakaian bahasa,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyampaian materi, dan lain-lain. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Januari 2018


Penulis

M. Agus Jauhari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................... i


HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Aplikatif ........................................................................................ 6
1.4.2 Manfaat Teoritif ........................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8


2.1 Job Safety Analysis (JSA) ............................................................................ 8
2.1.1 Manfaat Job Safety Analysis (JSA) .................................................. 9
2.1.2 Langkah Menentukan Job Safety Analysis (JSA) .......................... 10
2.2 Potensi Bahaya .......................................................................................... 12
2.2.1 Jenis Bahaya .................................................................................. 13
2.2.2 Sumber Bahaya dari Lingkungan Kerja......................................... 16
2.2.3 Sumber Bahaya dari Pekerja .......................................................... 17
2.2.4 Sumber Bahaya dari Bahan Kimia dan Peralatan .......................... 19
2.2.5 Analisa Potensi Bahaya Pekerjaan ................................................. 20
2.3 Kecelakaan Kerja di Dunia Industri .......................................................... 22
2.3.1 Kecelakaan Kerja ........................................................................... 22
2.3.2 Klasifikasi Kecelakaan Industri ..................................................... 22
2.3.3 Penyebab Kecelakaan Kerja .......................................................... 26
2.3.4 Dampak Kecelakaan Kerja ............................................................ 26
2.4 Perusahaan Gas Negara ............................................................................. 27
2.4.1 Ruang Terbatas (Confined Space) ................................................. 28
2.4.2 Bak Valve ....................................................................................... 39
2.4.3 Tahapan Pekerjaan Petugas Bak Valve .......................................... 39
2.5 Alur Penelitian ........................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 42
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 42
3.2.1 Lokasi Penelitian............................................................................ 42
3.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 42
3.3 Variabel Penelitian..................................................................................... 42
3.4 Objek Penelitian ........................................................................................ 42
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 43
3.6 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 43
3.6.1 Data Primer .................................................................................... 43
3.6.2 Data Sekunder ................................................................................ 43
3.7 Definisi Operasional .................................................................................. 43
3.8 Analisis Data.............................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 45


4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................... 45
4.1.1 Bidang Usaha di PT PGAS Solution ............................................. 45
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan .............................................................. 46
4.1.3 Budaya Perusahaan ........................................................................ 46
4.1.4 Kebijakan Mutu dan Keselamatan Kerja PT PGAS Solution........ 47
4.1.5 Struktur Organisasi K3 PT PGAS Solution ................................... 48
4.1.6 Program K3 PT PGAS Solution .................................................... 51
4.2 Job Safety Analysis pada Petugas Bak Valve di PT PGAS Solution.......... 53
4.2.1 Memilih Pekerjaan ......................................................................... 53
4.2.2 Menguraikan Pekerjaan ................................................................. 54
4.3 Mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification) ..................................... 55
4.4 Pengendalian Bahaya (Hazard Control).................................................... 56

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 58


5.1 Job Safety Analysis (JSA) pada Proses Pekerjaan Bak Valve ................... 58
5.1.1 Pemeriksaan Kondisi Lingkungan Sekitar Bak Valve ................... 58
5.1.2 Pembersihan Lingkungan Sekitar Luar Bak Valve ........................ 59
5.1.3 Membuka Tutup Bak Valve .......................................................... 60
5.1.4 Mendeteksi Kebocoran Gas pada Bak Valve ................................. 60
5.1.5 Pemeriksaan Kondisi Pipa dan Katup-katup ................................. 61
5.1.6 Pemeriksaan Dinding dalam Bak Valve......................................... 61
5.1.7 Menutup Bak Valve ...................................................................... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 64


6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 64
6.2 Saran .......................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66


LAMPIRAN ....................................................................................................... 69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Energi dan Bentuk Bahaya ..................................................... 15

Tabel 4.1 Program K3 di PT PGAS Solution. ................................................. 51

Tabel 4.2 Menguraikan Pekerjaan pada Petugas Bak Valve .......................... 54

Tabel 4.3 Pengendalian Bahaya pada Pekerjaan Petugas Bak Valve .............. 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Penelitian ......................................................................... 41

Gambar 4.1 Struktur Organisasi K3 PT PGAS Solution .............................. 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Job Safety Analysis (JSA) ........................................................ 69

Lampiran 2. Dokumentasi ............................................................................ 72

Lampiran 3. Desain Gambar Bak Valve ....................................................... 77

Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ................................................................. 81

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian............................................................ 82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muhammad Agus Jauhari lahir pada tanggal 7 Juni 1994

di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Bertempat tinggal di Jalan Bunga Baldu

No.59 Medan, Sumut. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari

pasangan Ir. Yusuf Dedy Hernawan dan Enny Hartaty.

Pendidikan formal penulis dimulai di Taman Kanak-kanak Sultan Iskandar

Muda Medan pada tahun 2000 dan selesai pada tahun 2001, penulis melanjutkan

pedidikan Sekolah Dasar Sultan Iskandar Muda Medan pada tahun 2001 dan

selesai pada tahun 2007, penulis melanjutkan pedidikan Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Medan pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010, kemudian

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Medan pada tahun

2010 dan selesai pada tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis melanjutkan

pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat

seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi

masyarakat Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja

yang beraneka ragam. Perkembangan industri yang sangat pesat ini diiringi pula

oleh adanya risiko bahaya yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya

alih teknologi dimana penggunaan mesin dan peralatan kerja yang semakin

kompleks untuk mendukung berjalannya proses produksi. Hal ini dapat

menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010).

Minyak dan gas adalah bagian pokok dalam peradaban modern dan

industri. Industri minyak dan gas tumbuh sejalan dengan perkembangan ekonomi

dan masyarakat. Industri minyak dan gas telah membuat revolusi dalam

kehidupan manusia, meningkatkan standar kehidupan kita, dan produk-produk

tersebut merupakan dasar dalam setiap tingkat produksi dan konsumsi disemua

sektor penting kehidupan. Pasokan minyak dan gas yang stabil diperlukan untuk

menjaga keberlanjutan pembangunan ekonomi kita. Kedua industri tersebut

mempunyai sifat sangat padat modal. Meskipun demikian, bagian-bagian

signifikan dari produksinya masih mengandalkan input manusia. Hubungan

pengusaha dan pekerja yang stabil menjadi sangat penting untuk stabilitas

produksi dan pasokan minyak dan gas ( Anwar dan Senyonga, 2007).

Indonesia menduduki peringkat ke-11 dari 20 Negara dengan cadangan

gas terbesar dalam satuan triliun kaki kubik dan menjadi negara ke-9 dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ladang gas terbesar. Sebagian besar cadangan gas alam Indonesia ditemukan lepas

pantai, namun tidak semua cadangan tersebut secara komersial menguntungkan

untuk dieksplorasi. Pada tahun 2004, Indonesia berada di ranking ke 13 di antara

produsen gas alam dunia, dan merupakan pengekspor gas alam cair terbesar di

dunia (Kementerian ESDM RI, 2017).

Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang

pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

diharapkan masih tetap memberikan sumbangan yang cukup berarti.

Pertambangan minyak dan gas bumi banyak mengandung risiko-risiko

kecelakaan. Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang

tidak dapat diduga”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau

diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan.

Statistik mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang

tidak selamat (unsafe act), dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak selamat (unsafe

condition) (Silalahi, 1991). Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya

pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas dan

keanekaragaman ukuran organisasi, yang semuanya itu dapat mempengaruhi

kinerja keselamatan dalam suatu perusahaan/industri. Kecelakaan di tempat kerja

merupakan penyebab utama penderitaan perorangan dan penurunan produktivitas

(Sastrohadiwiryo dan Siswanto, 2002).

Hal ini diperkuat dengan kejadian kecelakaan kerja pada sebuah ledakan

gas di wilayah permukiman Rosario, kota terbesar ketiga di Argentina, terjadi

pada 6 Agustus 2013. Peristiwa tersebut disebabkan oleh sebuah kebocoran gas

yang besar sebuah bangunan yang ada di dekatnya runtuh, dan bangunan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lainnya mengalami kerusakan struktur yang tinggi. Dua puluh dua orang tewas,

dan enam puluh orang luka-luka. Pemerintah provinsi mengadakan sebuah

investigasi untuk mencari sebab-sebab dari ledakan tersebut. Terdakwa utamanya

adalah Litoral Gas (penyedia gas alam untuk Rosario) dan seorang karyawan yang

melalaikan kerja utamanya di bangunan tersebut pada hari itu ( BBC News, 2013).

Tenaga kerja merupakan aset yang harus diberikan perlindungan

mengingat risiko yang berhubungan dengan pekerjaan yang konsekuensinya dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan kerja. Kebijakan perlindungan tersebut

ditetapkan dalam UU RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Peraturan

pelaksana UU ini oleh pemerintah RI ditetapkan dalam bentuk lex specialis

(peraturan khusus) dan lex generalis (peraturan pemerintah, peraturan menteri,

keputusan menteri dan surat edaran menteri) (Depnaker RI, 1970).

Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan mengenal

berbagai potensi-potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Berbagai potensi-

potensi bahaya tersebut, kita eliminasi untuk menghilangkan risiko kecelakaan

yang akan terjadi. Apabila bahaya tersebut tidak bisa dihilangkan, maka tindakan

pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan potensi bahaya

sampai risikonya dapat diterima oleh pekerja (Ramli, 2010).

Analisa potensi bahaya yang paling popular dan paling sering digunakan

di lingkungan kerja untuk upaya pencegahan kecelakaan kerja adalah dengan

menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA)

merupakan sebuah metode analisa potensi bahaya yang menganalisis potensi

bahaya yang terdapat pada sistem kerja dan prosedur serta manusia sebagai

pekerjanya, serta mampu memberikan rekomendasi perbaikan atau cara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pencegahan terhadap kecelakaan kerja pada suatu pekerjaan (Ramli, 2010).

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang Migas, PT Perusahaan Gas

Negara (Persero) Tbk selalu di hadapkan pada risiko bahaya yang sangat tinggi.

Risiko-risiko bahaya tersebut jika tidak di kelola dengan baik maka akan

menimbulkan suatu kerugian baik terhadap manusia, bahan, peralatan maupun

lingkungan. Hal ini sangat mempengaruhi citra PT Perusahaan Gas Negara

(Persero) Tbk di berbagai pihak (konsumen, masyarakat, pelanggan, penanam

modal) yang akhirnya akan menentukan keberadaan PT Perusahaan Gas Negara

(Persero) Tbk dimasa mendatang.

Ruang terbatas (confined space) mengandung beberapa sumber bahaya

yang berasal dari bahan kimia yang mengandung racun dan mudah terbakar dalam

bentuk gas, uap, asap, debu dan sebagainya. Selain itu masih terdapat bahaya lain

berupa terjadinya oksigen defisiensi atau sebaliknya kadar oksigen yang

berlebihan, suhu yang ekstrim, terjebak, maupun risiko fisik lainnya yang timbul

seperti kebisingan, permukaan yang basah licin dan kejatuhan benda keras yang

terdapat di ruang terbatas tersebut yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja

sampai dengan kematian tenaga kerja yang bekerja di dalamnya (Tarwaka, 2012).

Bak Valve dikategorikan dalam ruang kerja yang terbatas (confined space).

Bak Valve adalah tempat penampung valve. Valve adalah sebuah katup yang

mengatur aliran tekanan gas dengan menutup, membuka atau menghambat

sebagian dari jalannya aliran. Bak Valve adalah tempat penampung valve - valve

yang terpasang dibawah tanah dan berfungsi sebagai penyalur 3 (tiga) tekanan gas

yang berbeda terdiri dari tekanan gas tinggi, menengah dan rendah. Tekanan gas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tersebut didistribusikan kepada konsumen yang bergerak di bidang industri dan

rumah tangga.

Petugas Bak Valve mengoperasikan dan melakukan perawatan pada Bak

Valve. Tahapan pekerjaan pada petugas Bak Valve dimulai dari memeriksa

kondisi lingkungan di sekitar Bak Valve, membersihkan lingkungan sekitar luar

Bak Valve, membuka tutup Bak Valve, mendeteksi kebocoran gas dengan Gas

Detector, memeriksa kondisi pipa dan Valve di dalam Bak Valve, menutup

kembali tutup Bak Valve (PGN, 2016).

Peran petugas Bak Valve sangat penting pada perusahaan, karena

perawatan dan pengontrolan tekanan aliran gas harus dilakukan secara hati-hati

sesuai standar perusahaan. Potensi bahaya yang terjadi pada petugas Bak Valve itu

sendiri adalah kurangnya oksigen serta kualitas udara yang buruk, bahaya

kebakaran yang terjadi kemungkinan akibat ledakan karena liquid dan gas, bahaya

bahan kimia pada campuran gas, bahaya kecelakaan seperti peralatan yang

bergerak, terbelit, tergelincir ataupun terjatuh, dan radiasi ataupun bahaya biologis

yang terjadi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Analisa Potensi Bahaya dengan Menggunakan Metode

Job Safety Analysis (JSA) pada Petugas Bak Valve di PT PGAS Solution Tahun

2018”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah analisa potensi

bahaya dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) pada petugas Bak

Valve di PT PGAS Solution 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa potensi bahaya dengan

menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) pada petugas Bak Valve di PT

PGAS Solution 2018.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 M anfaat A plik atif

1. Sebagai masukan bagi PT PGA S Solution untuk meningkatkan pelindungan

terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta menanggulangi potensi-

potensi bahaya yang ditemukan pada proses Bak Valve dengan upaya

pembenahan dan perbaikan.

2. Sebagai masukan bagi para pekerja untuk mengenali potensi-potensi bahaya

dilingkungan kerja Valve dan Bak Valve agar dapat terhindar dari risiko

kecelakaan.

1.4.2 M anfaat T eoritif

Sebagai masukan dalam pengembangan keilmuan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3). Khususnya bidang manajemen K3 yang berkaitan

dengan program pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk

menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya

disetiap langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah

terjadinya kecelakaan.

Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah penganalisaan aktivitas

kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan pencegahan yang memadai di

tempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai sistematis identifikasi potensi bahaya

di tempat kerja sebagai langkah untuk mengendalikan risiko yang mungkin akan

terjadi disuatu lingkungan kerja.

Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan

menemukan bahaya yang :

1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain

permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.

3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran

yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan

analisa keselamatan kerja membuat strategi yang terstruktur dalam mencegah

kecelakaan kerja yaitu dengan melakukan pengenalan terhadap bahaya,

melakukan evaluasi dan pengendalian risiko (Cipto, 2010).

Job Safety Analysis (JSA) sangat diperlukan dalam setiap pekerjaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kriteria pekerjan yang memerlukan kajian Job Safety Analysis (JSA) menurut

Ramli (2010) adalah sebegai berikut :

1. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka kecelakaan

yang tinggi.

2. Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal misalnya industry

pertambangan.

3. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis bahaya

yang ada.

Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat

kecelakaan atau cidera.

2.1.1 Manfaat Job Safety Analysis (JSA)

Analisa keselamatan kerja atau JSA bermanfaat dalam keamanan kerja dan

melindungi produktivitas pekerja. Manfaatnya adalah :

1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.

2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.

3. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam metode

kerja.

4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan meningkatkan

produktivitas.

5. Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk petunjuk

dan pelatihan tenaga kerja manusia.

6. Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja

efisien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.2 Langkah Menentukan Job Safety Analysis (JSA)

Occupational Health and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah

Job Safety Analysis (JSA) adalah sebagai berikut :

1. Memilih pekerjaan ( Job selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan

harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa,

hal penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. frekuensi kecelakaan

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan

prioritas utama dalam JSA.

b. tingkat cedera yang menyebabkan cacat

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke

dalam JSA.

c. kekerasan potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan

namun mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d. pekerjaan baru

Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak

boleh ditunda hingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.

e. mendekati bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi

prioritas JSA. Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering

terjadi itu berubah menjadi kecelakaan.

2. Menguraikan pekerjaan ( Job breakdown)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-

tahapan pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas

dari tahap awal sampai akhir. Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi

seperti :

a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga

dapat menimbulkan langkah yang tidak penting

b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga

langkah- langkah dasar tindak dapat dibedakan.

3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification)

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam

keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua

potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi

dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menggambarkan

indentifikasi bahaya diantaranya :

1. Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja?

2. Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?

3. Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?

4. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir, tergilas, terjepit,

terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain sebagainya.

5. Apakah pekerja berpotensi terperangkap, tertanam, tertimbun dan potensi

membahayakan pekerja lainnya.

4. Pengendalian bahaya (Hazard control)

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan

pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga pekerjaan

dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien.

Dalam mengendalikan bahaya, intervensi yang paling efektif yang

dapat kita lakukan adalah dengan menerapkan hirarki kontrol. Tahapan hirarki

kontrol yang dimaksud adalah sebagai berikut :

i. Primary control : Mencakup pengendalian pertama

dengan fokus intervensi pada alat dan mesin dengan upaya rekayasa.

ii. Secondary control : Mencakup pengendalian administrasi

dengan cara membatasi paparan terhadap risiko tertentu.

iii. Tertiari control : Pengendalian yang dilakukan dengan

mengajarkan praktek kerja yang benar atau melakukan prosedur

kerja yang baik dalam suatu pekerjaan tertentu dengan sistematis.

iv. APD : Pengendalian yang menjadi pilihan terakhir

dalam upaya penanggulangan yang ditujukan kepada pekerja dengan

memberikan alat pelindung diri terhadap potensi bahaya tertentu.

2.2 Potensi Bahaya

ILO (1986) dalam Anugrah (2009), mendefinisikan potensi bahaya atau

bahaya kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu

situasi yang berhubungan dengan pekerja, pekerjaan dan lingkungan kerja

yang berpotensi menyebabkan gangguan/kerugian. Bahaya di tempat kerja

timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu

manusia, peralatan, material, proses, atau metoda kerja. Dalam proses

produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin, material,

lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja. Karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut,

yaitu manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur

(Ramli, 2010).

Potensi bahaya merupakan segala sesuatu yang mempunyai

kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta benda, lingkungan

maupun manusia. Di tempat kerja, potensi bahaya sebagai sumber risiko

keselamatan dan kesehatan akan selalu dijumpai.

Jika setiap bahaya-bahaya tersebut dapat diidentifikasi, tindakan harus

diambil untuk menghilangkan atau meminimalkan risiko yang dihadapi oleh

pekerja. Jika bahaya -bahaya tersebut tidak dapat dihilangkan, suatu

penilaian risiko perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencegahan apa

saja yang harus diambil, Hal ini diupayakan untuk melindungi pekerja yang

merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan.

2.2.1 Jenis Bahaya

Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar

kita terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai

tubuh kita baik cedera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat

mencegah berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali

bahayanya dengan baik.

Ramli (2010) mengklasifikasikan jenis bahaya sebagai berikut:

a. Bahaya Mekanis

b. Bahaya Listrik

c. Bahaya Fisis

d. Bahaya Biologis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Bahaya Kimia

A. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda

bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual

maupun dengan penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa

dan lain-lain.

Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan

mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan

lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan

seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkupas.

B. Bahaya Listrik

Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat

mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan

hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya

listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin

yang menggunakan energi listrik.

C. Bahaya Kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat

dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi.

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain:

a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)

b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air

aki dan lainnya

c. Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak

tanah, premium, LPG, batubara dan lainnya.

d. Polusi dan pencemaran lingkungan

Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis

bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan

dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik,

bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat

kronis dalam jangka waktu yang panjang.

D. Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :

a. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan

indera pendengaran

b. Tekanan

c. Getaran

d. Suhu panas atau dingin

e. Cahaya atau penerangan

f. Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah

E. Bahaya Biologis

Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur

biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau

berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri

makanan, Farmasi, Pertanian dan Kimia, Pertambangan, Minyak dan Gas

Bumi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.2 Sumber Bahaya dari Lingkungan Kerja

Banyak sekali sumber energi yang dapat menjadi suatu potensi

bahaya disuatu lingkungan kerja. Sebagian diantaranya sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jenis Energi dan Bentuk Bahaya


JENIS ENERGI BENTUK BAHAYA
Gravitasi 1. Dapat terjadi jika suatu benda jatuh
menimpa orang, jatuh dari ketinggian
atau terpleset
2. Cedera bervariasi mulai dari terkilir,
luka dan fatal
Bising dan Getaran 1. Ditemukan jika terpapar suara bising
atau getaran
2. Cedera beragam dari ringan sampai
ketulian
Kimia 1. Dapat terjadi jika manusia menghirup,
menelan atau menyerap cairan, debu, gas
atau yang dapat mengakibatkan
kerusakan seperti kebakaran, peledakan,
korosi dan lainnya.
2. Cidera bervariasi mulai dari akut, kronis,
dan kematian
Listrik 1. Ditemukan dalam penggunaan listrik
untuk mengoperasikan peralatan
2. Cedera bervariasi mulai dari cidera luka
bakar sampai mati
Mekanikal 1. Terdapat pada mesin atau bagian
bergerak atau berputar yang
mengeluarkan bagian yang tajam,
runcing, atau lontaran benda.
2. Cedera beragam mulai luka sayat, putus,
dan mati
Termal 1. Terjadi pada lingkungan panas, dingin
atau peralatan yang menggunakan dan
menghasilkan panas atau dingin seperti
dapur, ruang pendingin, proses panas,
pengelasan, benda panas atau dingin
2. Cedera bervariasi mulai luka bakar,
strees panas sampai mati
Tekanan 1. Ditemukan pada bejana atau objek
bertekanan termasuk boiler, botol
bertekanan dan kompresor
2. Cedera bervariasi mulai dari luka sampai
mati
Radiasi 1. Ditemukan pada pekerjaan atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


peraralatan yang menggunakan sinar X,
Radiasai Ultra Violet, gelombang mikro,
laser atau pengelasan
2. Cidera bervariasi mulai luka bakar
sampai mati
Mikrobiologis 1. Dapat terjadi jika terpajan dengan
bakteri, virus atau zat pathogen lainnya
misalnya dalam menara pendingin, organ
tubuh manusia atau hewan
2. Cedera bervariasi mulai akut, kronis,
yang bersifat jangka panjang
menimbulkan kematian seperti HIV,
Hepatitis, Keracunan
(Ramli, 2010)

2.2.3 Sumber Bahaya dari Pekerja

Menurut penelitian dalam Djati (2002) hampir 85% kecelakaan terjadi

disebabkan faktor manusia yang melakukan tindakan tidak aman. Tindakan

tidak aman ini dapat disebabkan oleh:

a. Karena tidak tahu

Yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan

dengan aman dan tidak tahu bahaya-bahaya yang ada.

b. Karena tidak mampu/tidak bias

Yang bersangkutan telah mengetahui cara kerja yang aman, bahaya-

bahaya yang ada tetapi karena belum mampu, kurang terampil dia

melakukan kesalahan.

c. Walaupun telah mengetahui dengan jelas cara kerja dan

peraturan- peraturannya serta yang bersangkutan dapat

melaksanakannya, tetapi karena tidak mau melaksanakan maka terjadi

kecelakaan. Misalnya tidak mau memakai alat keselamatan atau

melepas alat pengaman.

Beberapa prilaku yang tidak aman yang sering menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pekerja celaka atau berpotensi untuk celaka sebagai penyebab tidak langsung

dari suatu kecelakaan kerja yang sering ditemukan dalam aktivitas

pertambangan menurut H.W. Heinrich dalam Suryani (2012), yaitu :

1. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang tidak layak

2. Mengoperasikan peralatan tanpa perintah.

3. Menggunakan peralatan yang tidak layak.

4. Menggunakan peralatan yang telah rusak atau cacat.

5. Gagal memperingatkan pekerja dan peralatan.

6. tidak menggunakan alat pelindung diri.

7. Bekerja dengan posisi yang salah atau tidak aman.

8. Bermain-main, bersenda gurau.

9. Konsumsi alcohol.

10. Konsumsi obat-obatan.

2.2.4 Sumber Bahaya dari Bahan Kimia dan Peralatan

Bahan kimia dan peralatan yang digunakan pada suatu perusahaan juga

menjadi sumber bahaya yang dapat mengancam para pekerja setiap saat. Bahaya

akan muncul ketika ada interakasi anatara pekerja dan bahan kimia maupun

peralatan yang digunakan. Jika tidak ada Kontrol dan pemeriksaan berkala,

potensi kecelakaan kerja dimungkinkan akan terjadi pada para pekerja.

Pada penggunaan bahan-bahan kimia, terdapat sejumlah tindakan yang

dapat dilakukan untuk menghilangkan bahaya sehingga mencegah pekerja dari

risiko terkena penyakit. Jika bahayanya tidak dapat dihilangkan, tindakan

pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan risiko dari bahan-

bahan kimia yang dihadapi pekerja (Riedley, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Efek dari bahan kimia sebagian besar tidak kita sadari dampaknya, hal ini

dikarenakan efeknya yang akan timbul dalam jangka waktu yang relatif lama.

Tentu ini sangat berbeda dengan efek yang ditimbulkan dari bahaya peralatan

seperti mesin dan peralatan lainnya yang akan menimbulkan efek dengan segera

mungkin apabila terjadi kecelakaan pada pekerja baik itu cidera ringan sampai

cidera berat sekalipun.

Untuk itu, perlunya upaya identifikasi, penilaian, dan pengukuran secara

berkala terhadap bahan kimia dan peralatan yang digunakan di dalam suatu

perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai potensi bahaya yang

akan ditimbulkan sehingga dapat dilakukan upaya evaluasi dan perlindungan

terhadap pekerja.

2.2.5 Analisa Potensi Bahaya Pekerjaan

Analisa potensi bahaya pekerjaan adalah sebuah upaya yang dilakukan

untuk mengindentifikasi setiap potensi bahaya yang berhubungan dengan

pekerjaan sebelum kecelakaan itu terjadi. Dan semua hasil temuan potensi bahaya

itu akan dihilangkan. Apabila tidak bisa dihilangkan maka akan diminimalkan

dengan pengelolaan lingkungan kerja baik secara teknis maupun administratif

sampai potensi bahaya itu berkurang sampai pada tingkat risiko yang dapat

diterima oleh para pekerja.

Analisa potensi bahaya sangat penting untuk dilakukan terutama pada

pekerjaan-pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi

pekerjaan seperti pertambangan. Hal ini dikarenakan lingkungan kerja yang begitu

ekstrem dan alat-alat yang begitu kompleks yang digunakan dalam dunia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pertambangan, sehingga sedikit kelalaian atau kesalahan kecil yang dilakukan

dalam pekerjaannya akan menyebabkan kerugian yang begitu besar baik secara

materi maupun produktivitas pekerja. Dalam Ramli (2010), Untuk menganalisa

potensi bahaya ada beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya :

1. Hazard and Operability Study (HAZOPS) adalah teknik analisa

potensi bahaya dengan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis.

Namun kelemahan HAZOPS adalah memerlukan waktu yang sangat

panjang, tim ahli, dan cendrung membosankan.

2. Job Safety Analysis (JSA) adalah teknik yang sangat popular dan

banyak digunakan di lingkungan kerja. Teknik ini menganalisa dengan

pengamatan terhadap sistem kerja, prosedur kerja serta pekerja itu

sendiri.

3. Analisa pohon kegagalan (Fault Tree Analysis) adalah analisa

bersifat dedeuktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak

yang mungkin terjadi.

Semua potensi bahaya harus dianalisa secara berkala, hal ini dikarenakan

setiap potensi bahaya itu akan berubah setiap saat. Setiap ada interaksi antara

manusia dengan mesin dan peralatan kerja yang ada di lingkungan kerja, disaat

itulah munculnya potensi bahaya. Semakin bervariasi interaksi antara pekerja

dengan mesin, peralatan, dan lingkungan kerja, maka semakin berbeda pula

potensi bahaya yang dihasilkan.

Analisa potensi bahaya harus dilakukan secara terencana dan komprehensif.

Banyak perusahaan yang telah melakukan analisa potensi bahaya, tetapi ternyata

angka kecelakaan kerja masih tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bahwa proses analisa potensi bahaya yang dilakukan belum berjalan dengan

efektif. Analisa potensi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan

adanya teknologi dan ilmu terbaru. Banyak bahaya yang belum dikenal tetapi

saat ini menjadi suatu potensi bahaya besar dalam pekerjaan. Selain itu,

melibatkan pekerja dalam proses analisa potensi bahaya sangat diperlukan. Hal ini

dikarenakan karena mereka yang paling mengetahui adanya potensi bahaya di

lingkungan kerjanya dan mereka pula yang berkepentingan terhadap

pengendalian di lingkungan kerjanya (Ramli, 2010).

2.3 Kecelakaan Kerja Di Dunia Industri

2.3.1 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan

kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula

kecelakaan terjadi dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja. Kecelakaan kerja

merupakan kejadian yang tidak terduga dan tidak diinginkan, baik kecalakaan

akibat langsung maupun kecelakaan yang terjadi pada saat pekerjaan sedang

dilakukan (Hadipoetro, 2014).

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seorang atau kelompok dalam

rangka melaksanakan kerja di lingkungan industri atau perusahaan.

Kecelakaan kerja biasanya timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor,

seperti faktor peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam

suatu pabrik, terkadang ada mesin yang kurang baik, seperti tidak

dilengkapi alat pengaman yang cukup, maka kondisi seperti ini dapat

menjadi sumber risiko (Siahaan, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.2 Klasifikasi Kecelakaan Industri

Terlalu banyak jenis kecelakaan yang terjadi menyulitkan

pengembangan metode klasifikasi dan pencatatan yang dapat memberikan

informasi penting guna pencegahan kecelakaan tanpa membuatnya menjadi

terlalu rumit. Menurut Olii- Kamil (1996), jenis-jenis kecelakaan

diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kecelakaan dalam industri berdasarkan jenis kecelakaannya:

a. Orang jatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Menginjak, melanggar atau terpukul benda diluar benda-benda jatuhan.

d. Terperangkap/terjepit

e. Kehabisan tenaga atau penggerakan yang terlampau lambat

f. Terkena atau tersentuh benda panas

g. Terkena atau tersentuh arus listrik

h. Terkena atau tersentuh bahan-bahan yang merusak atau mengandung

radiasi

i. Jenis- jenis kecelakan lain yang tidak terkelompok karena kekurangan data

yang cukup

2. Kecelakaan dalam industri berdasarkan perantaranya:

a. Mesin

1) Mesin-mesin penggerak, kecuali motor listrik

2) Mesin transmisi

3) Mesin-mesin pengerjaan logam

4) Mesin-mesin kayu dan sejenisnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5) Mesin pertanian

6) Mesin pertambangan

7) Mesin-mesin lain yang tak terkelompokkan

b. Alat-alat angkutan dan peralatan terkelompokkan

1) Mesin pengangkat dan peralatannya

2) Alat-alat angkutan yang menggunakan rel

3) Alat-alat angkutan beroda lainnya, diluar kereta api

4) Alat-alat angkutan udara

5) Alat-alat angkutan air

6) Alat-alat angkutan lainnya

c. Peralatan lain

1) Alat-alat bertekanan tinggi

2) Tanur, tungku dan kilang

3) Alat-alat pendingin

4) Instalasi-instalasi listrik, termasuk motor listrik, diluar perkakas

dengan bertenaga listrik

5) Tangga, tangga berjalan

6) Perancah (scalfolding)

7) Perantara lain yang tidak terkelompokkan

d. Material, bahan-bahan dan radiasi

1) Bahan peledak

2) Debu, gas, cairan dan bahan kimia diluar peledak

3) Keping-kepingan terbang

4) Radiasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5) Material dan bahan lainnya yang tidak terkelompokkan

e. Lingkungan kerja

1) Diluar bangunan

2) Di dalam bangunan

3) Di bawah tanah

3. Kecelakaan dalam industri berdasarkan sifat yang diakibatkannya

a. Patah tulang

b. Keseleo dan kejang-kejang

c. Geger otak dan luka dalam lainnya

d. Amputasi dn enukleasi

e. Luka-luka luar

f. Memar dan retak

g. Luka bakar

h. Keracunan akut

i. Dampak akibat cuaca, cahaya dan kodisi sejenis

j. Sesak nafas

k. Akibat arus listrik

l. Akibat radiasi

m. Luka majemuk dengan sifat yang berbeda-beda

n. Luka-luka lain yang tak terkelompokkan

4. Kecelakaan dalam industri berdasarkan lokasi tempat luka-luka pada tubuh

a. Kepala

b. Leher

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Badan

d. Lengan

e. Kaki

f. Luka umum

g. Luka pada lokasi tubuh yang tak terkelompokkan

2.3.3 Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh

karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar

untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab

itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan

kecelakaan serupa tidak terulang kembali (Suma’mur, 2009).

Kecelakaan kerja disebabkan oleh dua fakor yaitu :

1. Faktor Mekanis dan Lingkungan

Yaitu segala faktor yang menyangkut mesin dan peralatan-peralatan yang

digunakan pada suatu pekerjaan tertentu serta segala kondisi potensi

bahaya yang berada di lingkungan suatu tempat kerja yang berkontribusi

terhadap terjadinya suatu kecelakaan kerja.

2. Faktor manusia

Yaitu segala faktor yang menyangkut tindakan para pekerja dalam

melakukan pekerjaannya yang cenderung mengabaikan prosedur kerja

yang telah ditetapkan terhadap suatu pekerjaan tertentu sehingga

menimbulkan potensi bahaya kecelakaan kerja pada dirinya dalam

pekerjaannya (Suma’mur, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.4 Dampak Kecelakaan Kerja

Dampak Kecelakaan Kerja

Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja yaitu:

a. Meninggal dunia, merupakan akibat kecelakaan yang paling fatal yang

menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan

pertolongan dan perawatan.

b. Cacat permanen total, yaitu cacat yang mengharukan penderita secara

permanen tidak mampu lagi melakukan pekerjaan produktif karena

berfungsinya salah satu bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu

mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki.

c. Cacat permanen sebagian, yaitu cacat yang mengakibatkan satu bagian

tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

d. Tidak mampu bekerja sementara ketika dalam masa pengobatan maupun

karena harus beristirahat menunggu kesembuhan.

Selain dampak langsung diatas, ada juga dampak kecelakaan kerja secara

tidak langsung, seperti dampak psikologi dan psikososial berupa kegelisahan

(Buntarto, 2015).

2.4 Perusahaan Gas Negara

PT PGAS Solution merupakan anak perusahaan dari PT PGN yang

menjaga dan memelihara seluruh jaringan pipa milik PGN, baik yang ada di darat

maupun di laut. PT PGAS Solution tidak lepas dari kerja sama antara Perusahaan

dengan pelanggan dan semua sumber daya yang di miliki, oleh karena itu

kesejahteraan karyawan dan kepuasan pelanggan senantiasa menjadi prioritas. PT

PGAS Solution berkomitmen untuk terus mendorong dan mengeksplorasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kemampuan, memprioritaskan kerjasama tim agar berat dipikul bersama, demi

lompatan sukses yang signifikan di masa depan.

PT PGAS Solution merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang sangat mengutamakan perlindungan terhadap karyawan di

tempat kerja dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) sesuai dengan amanat Undang – Undang No. 13 Tahun 2003 pasal

87 ayat 1 tentang Ketenagakerjaan yang selanjutnya diatur dalam Peraturan

Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan kerja Kerja (SMK3).

PT PGAS Solution menjaga dan mengoperasikan seluruh jaringan pipa gas

milik PGN, baik yang berada di darat maupun berada di dasar laut. PGN selalu

berusaha untuk menghadirkan rasa aman kepada masyarakat, dan dimanapun

terdapat pipa milik PGN masyarakat tidak merasa terancam. PGN memiliki

standar pelayanan respon timen terhadap pengaduan dari pelanggan ialah 1 x 24

jam. Oleh karena itu secara rutin melakukan pengecekan melalui kompetensi PT

PGAS Solution, yaitu:

1. Patroli dan Survey Kebocoran Jaringan Pipa dan Fasilitasnya

2. Operasi dan Pemeliharaan Proteksi Katodik

3. Operasi dan Pemeliharaan Sistem Bak Valve

4. Operasi dan Pemeliharaan Metering Regulating Station

5. Operasi dan Pemeliharaan Off-Take (Stasiun Gas)

2.4.1 Ruang Terbatas (Confined Space)

Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau

sumber-sumber bahaya, termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,

halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan

dengan tempat kerja tersebut (UU Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 1).

a. Definisi Ruang Terbatas (confined space)

Dengan mengacu kepada OSHA General Industry Definition (29 CFR

1910.146), secara umum, ruang terbatas adalah ruang yang cukup besar dimana

seorang pekerja dapat memasukinya sebagian atau seluruh badannya kedalam

ruang tersebut dan mengerjakan tugasnya disana. Ruang terbatas (confined space)

juga mempunyai keterbatasan dalam jalur masuk maupun keluar, yang tidak

dirancang untuk tempat tinggal atau keadaan dimana satu atau lebih tanda-tanda

berikut ini :

1) Kurang atau tidak tersedianya ventilasi secara alami atau secara mekanis

2) Ventilasi alami yang tidak bagus, sehingga udara yang mengalir adalah udara

yang kotor atau udara yang berpotensi mengendapnya gas berbahaya atau

beracun.

3) Potensi kurangnya kandungan oksigen di dalam udara ruang terbatas.

4) Adanya udara yang dapat terbakar atau meledak di dalam ruang terbatas.

5) Adanya konsentrasi pencemar udara.

6) Adanya kemungkinan terjadi bahaya terlepasnya energi secara tidak terduga.

7) Tersimpannya produk yang mempunyai sifat tidak stabil dalam ruangan.

8) Tertutupnya atau terhambatnya jalur masuk atau keluar, seperti halnya tangki,

sumur, bejana proses atau boiler, galian,terowongan, ruang bawah tanah, parit air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kotor, dan lain-lain

9) Lepasnya energi secara tidak terduga.

10) Sifat tidak stabil dari bahan-bahan yang tersimpan

Adapun yang termasuk confined space adalah: tangki, lubang masuk

(manhole), saluran air kotor bawah tanah (sewers), ketel pemanas (boilers),

tungku pembakaran, bak (bins/corong penuang hoppers), ruangan besi, pipa, parit,

terowongan, saluran udara.

Ruang terbatas (confined space) merupakan ruangan yang commit to user

didesain memiliki tempat masuk terbatas dan tempat keluar terbatas, ventilasi

alami yang kurang baik yang dapat mengandung dan menghasilkan kontaminan

udara berbahaya, dan tidak dimaksudkan sebagai hunian pekerja secara terus

menerus (National Institute for Occupational Safety and Health atau NIOSH).

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan Kesehatan Kerja, (2006)

menyebutkan bahwa ruang terbatas (confined space) berarti ruangan yang :

1) Cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat

masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya

2) Mempunyai akses keluar masuk

b. Kategori Ruang Terbatas (confined space)

Ada dua kategori ruang terbatas menurut HSE Corporate, 2010, yaitu :

1) Ruang terbatas dengan keharusan mempunyai izin masuk yang mempunyai

sifat antara lain:

a) Berisi atau berpotensi menyimpan udara yang berbahaya, seperti kekurangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


maupun terlalu tinggi kadar oksigen, adanya udara beracun ataupun yang bersifat

iritasi terhadap manusia.

b) Berisi bahan yang berpotensi menghambat jalur masuk/keluar.

c) Mempunyai bentuk tertentu yang dapat membuat seseorang yang masuk

terperangkap di dalamnya atau terhimpit dinding atau lantai yang miring ke bawah

dan berpotensi terdorong masuk ke dalam lubangnya seperti galian tanah.

d) Berisi bahan-bahan atau peralatan yang berbahaya secara fisik seperti peralatan

mekanikal, listrik, cairan atau gas, panas atau dingin, atau bahan-bahan yang juga

berbahaya untuk kesehatan.

Seluruh izin masuk yang dikeluarkan harus disertai dengan tanda-tanda

yang dipasang di sekitar jalan masuk dan keluar sehingga dapat mencegah orang

yang tidak mempunyai izin secara tidak sengaja memasuki Ruang Tertutup

tersebut.

2) Ruang terbatas tanpa diperlukan izin masuk yang mempunyai sifat tidak

mengandung zat- zat berbahaya tetapi terdapat benda-benda yang dapat

menyebabkan kematian atau cedera berat, seperti halnya jatuhnya plafon atau

benda bergerak.

Yang dimaksud dengan terbatasnya jalan masuk dan keluar adalah:

a) Lubang terbuka untuk masuk – keluar dengan garis tengah terkecil 18 inchi.

b) Sulit untuk dimasuki dengan menggunakan peralatan pernafasan tabung udara

atau alat bantu pertolongan yang lainnya (life saving equipment).

c) Sulit untuk mengeluarkan commit to user pekerja yang tidak berdaya di dalam

ruangan, dalam posisi terlipat atau membungkuk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d) Sulit untuk keluar dari lubang terbuka yang lebar dikarenakan adanya tangga,

alat angkat dan lain-lain.

c. Keselamatan Ruang Terbatas

Keselamatan ruang terbatas yaitu mencakup ruang lingkup tentang syarat-syarat

prosedur dan kegiatan yang harus dilakukan dalam upaya melindungi bekerja dari

bahaya saat memasuki dan bekerja didalam ruang terbatas yang memerlukan ijin

khusus. Hal tersebut berlaku untuk semua orang yang mengurus memasuki dan

bekerja di ruang terbatas (Tarwaka, 2012).

d. Identifikasi potensi bahaya

Setelah dapat ditentukan bahwa suatu pekerjaan termasuk kategori ruang terbatas,

maka perlu dilakukan identifikasi potensi bahaya. Bahaya-bahaya yang mungkin

terkait dengan pekerjaan dalam ruang terbatas menurut HSE Corporate, 2010

adalah :

1) Bahaya energi mekanis (mixers, crushers).

2) Kekurangan atau kelebihan oksigen <19,5% atau >23,5%.

3) Cairan, gas dan uap mudah terbakar (metana, hidrogen, asetilen, propana, dan

lain-lain).

4) Cairan, gas dan uap beracun : karbon monoksida, hydrogen sulfida, asap dari

pengelasan, bahan yang bersifat merusak (korosi), air raksa.

5) Bahan Radioaktif: Instrumen, Normally Occuring Radioactive Material

(NORM).

6) Endapan besi sulfide.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7) Bahaya listrik.

8) Kebisingan atau getaran.

9) Bahaya permukaan (licin, tersandung, jatuh).

10) Pekerjaan di ruang terbatas sering kali, termasuk pemanjatan, bekerja di

lingkungan yang sulit, berdiri pada permukaan lantai yang licin.

11) Suhu atau kelembaban ekstrem.

12) Tertutupnya jalan masuk/keluar.

13) Bahaya listrik statis.

14) Masuknya bahan berbahaya melalui saluran atau pipa.

15) Runtuhnya galian.

16) Permukaan licin, tersandung dan jatuh dari ketinggian.

17) Potensi benda-benda jatuh (perhatian khusus harus dilakukan untuk

menghindari cedera dikarenakan benda-benda jatuh).

18) Ketegangan karena panas (sering beristirahat dan banyak minum air).

19) Asap (uap logam) dari las potong las listrik (sediakan ventilasi yang

mencukupi selama pekerjaan pemotongan dan pengelasan berlangsung).

Kumpulan uap berbahaya dan uap logam dapat menimbulkan gas inert (gas

mulia) yang dapat membuang commit to user oksigen dari tempat itu.

Menurut (Tarwaka, 2012) menyebutkan bahwa jenis pekerjaan yang

menyebabkan orang memasuki ruang terbatas antara lain :

1) Pemeliharaan (pembersihan, pencucian)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Pemeriksaan

3) Pengelasan, pelapisan dan pelindung karat..

4) Perbaikan

5) Penyelamatan dan memberikan pertolongan kepada pekerja yang cidera atau

pingsan dari ruang terbatas, dan

6) Jenis pekerjaan lain yang mengharuskan masuk ke dalam ruang terbatas.

e. Peralatan mauk ruang terbatas

Peralatan yang dipakai untuk pekerjaan di ruang terbatas menurut HSE

Corporate, 2010 adalah peralatan khusus yang harus disediakan untuk para

pekerja, dirawat seefektif mungkin dan dipakai dengan cara yang benar.

Bermacam- macam peralatan khusus diperlukan dan dipakai untuk mengevaluasi

dan mengendalikan bahaya-bahaya di dalam ruang terbatas.

Peralatan-peralatan itu umumnya terdiri dari system ventilasi, instrumen

penguji mutu udara, peralatan komunikasi, peralatan pernafasan dengan tanki

udara, peralatan penyelamatan darurat, peralatan pelindung diri, lampu jalan tahan

ledakan (portable explosion- proof lighting), penghalang dan tameng (protective

barriers and shields) jika terdapat bahaya kebocoran radiasi dari instrumen,

tangga dan peralatan panjat.

Peralatan listrik atau elektronik seperti kipas listrik, instrumen penguji,

lampu jalan harus sesuai dengan ketentuan lokasi (classified locations) seperti

yang ditetapkan pada National Electrical Code (NEC), diharuskan tahan percikan

dan tahan ledakan.

f. Upaya pengendalian terhadap potensi dan faktor bahaya pada ruang terbatas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ruang terbatas (confined space) merupakan salah satu tempat yang

memiliki potensi bahaya besar, diperlukan upaya-upaya pengendalian terhadap

potensi bahaya yang ada pada ruang terbatas sehingga tenaga kerja dapat masuk

dan melakukan pekerjaan dengan aman..

1) Isolasi energi

Setiap pekerja yang akan memasuki ruang terbatas, diharuskan

mematikan/menonaktifkan segala macam jenis energi yang ada. Tujuan dari

menonaktifkan energi ini ialah :

a) Pencegahan kecelakan melalui isolasi energi berbahaya terhadap pekerja yang

dapat terpapar langsung dari energy berbahaya tersebut.

b) Sebagai bukti pelaksanaan isolasi energi berbahaya yang benar.

c) Dihilangkannya kemungkinan ketidak sengajaan atas pengaktifan energi

berbahaya yang dapat berkontak langsung dengan pekerja. (HSE Corporate,2010).

2) Ventilasi

Sisa gas yang masih ada di dalam ruang terbatas itu selanjutnya harus

dibersihkan dengan cara menghembus dengan udara, menghisap dengan kipas

hisap melalui bagian yang terbuka di atas dan di bawah dari ruang terbatas itu.

Jenis Ventilasi :

a) Ventilasi Alami : Penggunaan arus udara alami untuk menggerakan udara

melalui suatu ruang

b) Ventilasi Mekanis : Pergerakan udara yang disebabkan oleh penggunaan kipas

atau alat penggerak udara mekanis lain (HSE Corporate, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3) Mengukur udara dalam ruang terbatas

Setelah dilakukan pembersihan/pengkosongan gas dalam ruang terbatas,

sebelum orang diizinkan masuk, harus dilakukan dalam ruang terbatas. Uji

seluruh tempat ruang terbatas (atas, tengah bawah) karena kemungkinan

terperangkapnya gas di bagian-bagian tertentu dalam ruang terbatas mengingat

commit gas to metana user lebih ringan dari udara, hidrogen sulfida lebih berat

dari udara, risiko kekurangan oksigen. Pengujian gas dilakukan (disaat awal dan

secara terus menerus) untuk memastikan tidak adanya uap atau gas yang bisa

menimbulkan bahaya.

Pekerjaan tidak diizinkan jika ditengarai ada kandungan gas atau ada

potensi timbulnya kandungan gas yang dapat menimbulkan kebakaran/ledakan,

pencemar udara yang beracun atau berbahaya. Langkah pengamanan tertentu

harus diambil untuk pekerjaan pembersihan tangki/vessel atau penggantian

saringan bahan bakar (fuel filter), dikarenakan kemungkinan adanya residu yang

mengandung pyrophoric (Oxides/Iron Sulfides) yang dapat terbakar dengan

sendirinya jika bercampur dengan udara dalam keadaan kering.

Semua area dari ruang kerja harus benar-benar diuji sebelum pekerjaan

dimulai di dalam suatu ruang terbatas. Udara normal memiliki kerapatan (density)

sebesar 1,0. Gas yang lain mengacu pada suatu angka yang lebih tinggi atau lebih

rendah daripada udara normal.

4) Alat pelindung diri

Mengacu kepada Occupational Safety & Health Administration (OSHA)

General Industry Standards tentang perlunya alat pelindung diri jika ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kemungkinan cedera pada anggota badan. Tetapi, commit to user alat pelindung

diri baku seperti sarung tangan, topi pelindung kepala, peralatan pernafasan, baju

kerja (coverall), penutup telinga, sepatu pelindung, kacamata keselamatan dan

yang lain-lainnya tidak bisa menghilangkan bahaya, peralatan itu hanya berfungsi

untuk mengurangi akibat dari bahaya yang bisa menimpa pemakai alat pelindung

diri tersebut.

Semua peralatan harus dijaga tingkat kemampuannya sebagai pelindung

seperti aslinya dan pemeriksaan berkala untuk mengetahui kerusakan seperti

retak, pecah, robek, lapuk, dan kehilangan bagian-bagiannya yang dapat

menurunkan keefektifan peralatan tersebut.

Khusus untuk pekerjaan di ruang terbatas, peralatan pernafasan mungkin

diperlukan apabila udara di dalam ruangan itu berbahaya atau beracun yang

membahayakan pekerja seperti pasokan udara bersih melalui selang (hose),

masker dan peralatan pernafasan dengan tangki udara. Disamping itu, alat

pelindung diri tambahan yang diperlukan untuk keperluan komunikasi dan

pertolongan harus juga disediakan.

g. Persyaratan kesehatan

Persyaratan kesehatan untuk orang yang berada di ruang terbatas

(Tarwaka, 2012) menjelaskan bekerja di ruang terbatas memberikan tekanan fisik

dan psikologis, pengurus wajib memastikan petugas yang bekerja di ruang

terbatas dalam keadaan sehat secara fisik dan psikologis dan dinyatakan oleh

dokter bahwa petugas tersebut tidak memiliki riwayat :

1) Sakit sawan atau epilepsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2) Penyakit jantung atau gangguan jantung

3) Asma atau sesak napas

4) Gangguan pendengaran

5) Sakit kepala

6) Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya

7) Gangguan atau sakit tulang belakang

8) Kecacatan penglihatan permanen

9) Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan kerja di ruang

terbatas

h. Tata cara sebelum memasuki ruang terbatas

1) Seluruh saluran, termasuk saluran pembuangan yang terhubung dengan ruang

tertutup harus diperiksa sesuai dengan kemungkinan adanya bahaya-bahaya.

Seluruh saluran pembuangan dalam keadaan tertutup atau terisolasi.

2) Hanya lampu senter yang sudah diklasifikasikan aman atau lampu gantung

dengan kabel berisolasi tebal.

3) Setiap pekerja yang akan bekerja di dalam ruang tertutup diharuskan membaca

tata cara memasuki ruang tertutup.

4) Setiap pekerja yang memasuki ruang tertutup harus mengenakan seluruh APD

yang diperlukan.

5) Sebelum membuka tutup lubang (man hole) dari ruang tertutup, keadaan udara

disekitarnya harus di pantau terlebih dahulu (HSE Corporate, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.2 Bak Valve

Valve adalah sebuah katup. Bak Valve adalah tempat penampung valve -

valve yang terpasang dibawah tanah dan berfungsi sebagai penyalur 3 (tiga)

tekanan gas yang berbeda terdiri dari tekanan gas tinggi, menengah dan rendah.

Tekanan gas tersebut didistribusikan kepada konsumen yang bergerak di bidang

industri dan rumah tangga. Valve adalah sebuah alat yang mengatur aliran tekanan

gas dengan menutup, membuka atau menghambat sebagian dari jalannya aliran

gas.

Petugas Bak Valve terdiri dari 4 tim dengan 1 tim terdiri dari 3 orang. Bak

Valve tersebar sebanyak 200 titik di seluruh kota Medan. Jam kerja Petugas Bak

Valve dimulai dari jam 08.00-17.00 WIB pada hari kerja yaitu hari Senin sampai

dengan hari Jumat.

2.4.3 Tahapan Pekerjaan Petugas Bak Valve

1. Pastikan fungsi OPEL sub wilayah membuat jadwal pemeliharaan valve

dan Bak Valve.

2. Pastikan personil menggunakan peralatan dan APD yang sesuai.

3. Pasang rambu-rambu (segitiga pengaman) di sekitar lokasi kerja.

4. Gas Control harus sudah diinformasikan sebelum mengoperasikan valve

yang dapat mempengaruhi aliran gas. Petugas yng bertanggung jawab

terhadap fasilitas pipa serta pengukuran volume gas yang juga harus

diinformasikan.

5. Pastikan kondisi sekitar Bak Valve aman, terutama lalu lintasnya.

6. Buka tutup Bak Valve menggunakan chain block dan tripod/craine.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Periksa kondisi Bak Valve, cek secara umum apakah tidak ada yang rusak

atau bocor/bolong/ada embesan air tanah, berlumut. Untuk daerah tertentu,

periksa apakah lokasi bak dilintasi oleh kendaraan berat.

8. Periksa kondisi secara visual, dari kemungkinan terjadinya kebocoran,

korosi, atau kondisi lain yang dapat mempengaruhi pengoperasian valve.

9. Periksa kondisi mastic.

10. Periksa bagian flensa valve, pastikan tidak ada kebocoran.

11. Pastikan valve dapat berfungsi dengan memutar tuas valve perlahan-lahan,

kemudian kembalikan posisi semula. Bila perlu tambahkan sealant.

12. Valve diinspeksi dan di pelihara sesuai dengan petunjuk dari pabrikan.

13. Pastikan kondisi valve tidak terendam air.

14. Dokumentasikan kondisi sebelum dan sesudah pemeliharaan.

15. Setelah pekerjaan selesai Gas Control dan petugas terkait harus

diinformasikan bahwa pekerjaan telah selesai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5 Alur Penelitian

Job Safety Analysis (JSA)

Potensi Bahaya pada Petugas Bak Valve

Job Selection Job Breakdown


Perawatan Valve dan Bak
1. Pemeriksaan kondisi lingkungan
Valve
sekitar Bak Valve
2. Pembersihan lingkungan sekitar
luar Bak Valve
3. Membuka Tutup Bak Valve
4. Mendeteksi Kebocoran Gas
pada Bak Valve
5. Pemeriksaan Kondisi Pipa dan
Katup-katup
6. Pemeriksaan Dinding Dalam
Bak Valve
7. Menutup Tutup Bak Valve

Identifikasi Bahaya

Control

Gambar 2.1 Alur Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif

yaitu menggambarkan proses analisa keselamatan kerja pada proses suatu

pekerjaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Peneliaan

Penelitian dilakukan di PT PGAS Solution Kota Medan, pemilihan lokasi

dikarenakan :

1. Perusahaan gas adalah salah satu pekerjaan yang memiliki tingkat risiko yang

tinggi di dunia.

2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak PT PGAS Solution Kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari Juli 2017 sampai dengan Januari 2018.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah bahaya (Hazard).

3.4 Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah proses kerja petugas Bak Valve terdiri dari :

1. Pemeriksaan kondisi lingkungan sekitar Bak Valve

2. Pembersihan lingkungan sekitar luar Bak Valve

3. Membuka tutup Bak Valve

4. Mendeteksi kebocoran gas pada Bak Valve

5. Pemeriksaan kondisi pipa dan Katup-katup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Pemeriksaan dinding dalam Bak Valve

7. Menutup tutup Bak Valve

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan lembar Job Safety Analysis (JSA) menurut

Ramli (2010) untuk menganalisa potensi bahaya dan media foto untuk membantu

dalam proses analisa potensi bahaya.

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian

yang menggunakan instrumen penelitian yaitu lembar Job Safety Analysis (JSA)

dan dokumentasi.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan PT PGAS Solution

Kota Medan dan hasil penelitian yang berkaitan dengan JSA. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Pedoman Prosedur Kerja dan Instruksi Kerja Pekerjaan Jasa Operasi dan

Pemeliharaan Jaringan Pipa Gas PT PGAS Solution Tahun 2014.

b. Data kebijakan manajemen terhadap pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.7 Definisi Operasional

1. Potensi Bahaya : Potensi bahaya adalah situasi yang berhubungan

dengan pekerja, pekerjaan, dan lingkungan kerja yang berpotensi

menyebabkan gangguan atau kerugian.

2. Job Safety Analysis : Job Safety Analysis adalah teknik manajemen

keselamatan yang berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya

yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak

dilakukan.

3. Bak Valve : Bak Valve adalah tempat penampung katup-katup

(Valves) yang berfungsi sebagai penyalur tekanan gas.

3.8 Analisa Data

Analisis data dilakukan untuk melihat potensi bahaya yang ada pada

petugas Bak Valve dengan menguraikan pekerjaan (Job Breakdown),

mengidientifikasi dan menganalisa bahaya dan menentukan pengendalian

(Control), kemudian dideskripsikan dan disajikan dalam bentuk narasi yang telah

di modifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT PGAS Solution sebagai bagian dari PGN Group didirikan dengan

maksud dapat mendukung PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dibidang

keteknikan. PT PGAS Solution siap mendukung PGN sebagai induk perusahaan

yang hadir dan siap meneruskan energi baik ke area yang lebih luas lagi, sehingga

keramahan energi ini dapat menumbuhkan harapan baru bagi masyarakat dan

lingkungan disekitarnya. PT PGAS Solution menjadi salah satu anak perusahaan

yang siap terjun secara langsung untuk memastikan bahwa energi ini dapat sampai

kepada tujuannya tanpa terbuang sia-sia. PT PGAS Solution mengontrol, dan

menjaga seluruh jaringan pipa milik PGN.

4.1.1 Bidang Usaha PT PGAS Solution

PT PGAS solution memiliki bidang usaha Operation & Maintenance,

Engineering, EPC & Trading. Masing-masing bidang usaha tersebut meliputi

kegiatan-kegiatan berikut:

1. Bidang Operation & Maintenance : Pipeline Operation, Station Facility

Operation, Metering System Operation & Emergency and Repair Services

2. Bidang Engineering : Consultancy Services, Feedm Basic Design,

Assessment & Survey

3. Bidang EPC : Detail Design, Contruction services, Technical Inspection,

Procrument & Commissioning

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Bidang Trading : Agent of Engineering Software, Agent of IT Technology

& Agent of Oil and gas Product.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Sebagai sebuah perusahaan jasa konstruksi insfrastruktur energi, PT PGAS

Solution memiliki slogan “Service for Excelence”, visi nya adalah menjadi

partner yang dapat diandalkan dibidang infrastruktur energi. Sedangkan misi

perusahaan adalah menyediakan solusi yang inovatif dengan membangun: Sumber

daya yang kuat, Jaringan kerjasama yang luas & tata kelola perusahaan yang baik

untuk meningkatkan nilai stakeholder.

4.1.3 Budaya Perusahaan

PT PGAS Solution memiliki 8 (delapan) nilai inti budaya yang diambil

dari kalimat “Solution” pada nama perusahaan, yakni:

1. S - Service Excelence : Senantiasa memberikan pelayanan terbaik untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan.

2. O - On Target : Pro Aktif & Fokus Mencapai Target.

3. L -Loyalty : Setia, loyal & Patuh terhadap perusahaan.

4. U - Unstopable Improvement : Melakukan perbaikan berkelanjutan

disetiap bidang.

5. T - Team Work: Menjunjung Tinggi Nilai-nilai kebersamaan.

6. I - Integrity : Memiliki Integritas dalam melaksanakan tugas & tanggung

jawab.

7. O - Optimist : Yakin dalam menjalankan tugas & Kewajiban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. N - No Compromise to Safety : Mengutamakan Keselamatan, kesehatan

kerja & peduli terhadap lingkungan.

4.1.4 Kebijakan Mutu, K3, Pengelolaan Lingkungan dan Pengamanan PT

PGAS Solution

PT PGAS Solution adalah perusahaan yang bergerak di bidang rekayasa

keteknikan dengan bidang usaha yang meliputi kegiatan Operation and

Maintenance pada sektor gas bumi. Engineering Procurement and Construction

serta kegiatan komersial lainnya. Dalam melaksanakan aktifitas kegiatan usaha,

PT PGAS Solution Berkomitmen untuk Menerapkan Sistem Manajemen Mutu,

Keselamatan dan Kesahatan Kerja, Pengelolaan Lingkungan dan Pengamanan di

setiap proses kerja melalui upaya – upaya sebagai berikut:

1. Memenuhi kepuasan pelanggan dan stakeholder melalui pelayanan yang

diberikan setiap saat secara maksimal dan konsisten

2. Menjalankan seluruh proses kegiatan secara profesional, inovatif, efisien

dan efektif dengan mengidentifikasi risiko terkait aspek mutu keselamatan

dan kesehatan kerja, pengelolaan lingkungan dan pengamanan sebagai

upaya pengendalian

3. Menjalin komunikasi dan kerjsama yang baik antar individu Perusahaan

dan pihak lainnya

4. Melaksanakan pembinaan kepada setiap pekerja dan pemberian

penghargaan serta sanksi untuk meningkatkan kesadaran dan kompetensi

5. Menjalankan tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance) sesuain ketentuan hukum dan persyaratan lain yang berlaku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman

dan ramah lingkungan melalui tindakan proaktif dan preventif

7. Menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan mengacu pada isu

pelestarian lingkungan hidup dan sosial baik sekitar maupun global

8. Melakukan kerjasama dengan komunitas di lingkungan operasional

Perusahaan sebagai instrumen pengamanan dan pengelolaan lingkungan

9. Melaksanakan evaluasi kinerja Sistem Manajemen Mutu, Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, Pengelolaan Lingkungan dan Pengamanan secara regular

guna perbaikan yang berkesinambungan

4.1.5 Struktur Organisasi K3 PT PGAS Solution

Struktur Organisasi K3 di PT PGAS Solution dapat dilihat pada gambar

dibawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.1 Struktur Organisasi K3 PT PGAS Solution

Sumber Daya Manusia Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT PGAS

Solution memiliki tim HSSE (Health Safety Security and Environment) yang

tugasnya memastikan setiap kegiatan di lapangan dilakukan tanpa adanya

kecelakaan di tempat kerja, dan semua tim dapat bekerja dengan damai dan

optimal. HSSE di PT PGAS Solution telah memiliki sertifikat ahli K3 Umum.

Bagi PT PGAS Solution keselamatan di tempat kerja adalah wajib untuk

semua tim. Perusahaan terus berupaya meningkatkan penerapan dan keandalan

pengelolaan keselamatan kerja bagi karyawan, pelanggan, subkontarktor dan

seluruh stakeholder, termasuk mereka yang tinggal di wilayah operasional

perusahaan. PT PGAS Solution telah meningkatkan jam kerja yang aman,

meningkatkan kesadaran akan keselamatan pekerja dan subkontraktor melalui

program Manajemen Keselamatan Kontraktor.

Oleh karena itu, Tim HSSE bertanggung jawab untuk hal :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Mengendalikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta

tanggung jawab sosial dan lingkungan

2. Melakukan pelatihan dan sosialisasi ke semua fungsi terkait

pelaksanaan kerja HSSE

3. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap manajemen K3, dan juga

memastikan bahwa alat K3 tersedia di seluruh unit kerja.

4. Memberikan pelatihan dan pengembangan kapasitas terkait HSSE

5. Melaksanakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran di bidang

HSSE kepada semua individu di PT PGAS Solution. Kedepannya

diharapkan keselamatan kerja tidak lagi menjadi aturan, melainkan sebagai

budaya perseroan. Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di PT PGAS Solution. PT PGAS Solution dalam

melaksanakan dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja di

lingkungan kerja mengacu pada:

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

3. Permenaker No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

4. Permen Pertambangan dan Energi RI No. 06.P/0746/M.PE/1991

Tentang Inspeksi Keselamatan Terhadap Instalasi dan Peralatan

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Per-

02/Men/1980 tentang pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam

Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per-

03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan

Kecelakaan.

7. OHSAS 18001 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

8. Keputusan Dirjen Migas No. 36/KPTSD/DJ/MIGAS/1977

9. ISO 14001: 2015

4.1.6 Program K3 PT PGAS Solution

Tabel 4.1 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT PGAS Solution

Program K3 PT PGAS Solution Pengertian


1. Safety Training & Refreshment 1. Untuk Fungsi OM,
2. Safety Meeting Coordination Proyek, dan HSSE
2. Memastikan CSC berjalan
3. Reward & Recognition 3. Semua Pekerja
4. Safety Media & Promotion 4. Memastikan HSSE Board
5. Implementasi OHSAS 18001 – Pamflet – Poster terisi
dan update
& SMK3 PP 50/2012
5. Pendampingan Diagnostic
6. Pemeliharaan Alat/ Instalasi Assessment, Memastikan
Emergency Seluruh Klausul terpenuhi.
Penyusunan IBPR-
7. Proses Safety Management
HIRADC
8. MERE/ERE 6. Memastikan kelayakan
peralatan Emergency
7. Memastikan berjalan
PSAP (Direksi-GM-
Manager)
8. Gedung – Kantor Area -
Stasiun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Occupational Health : 1. Setiap 3 bulan, melalui
kerjasama RS dan dokter
klinik PGN
1. Edukasi Kesehatan
2. Seluruh Pekerja
2. Medical Check Up 3. Kontrak kerjasama dengan
RS terdekat Stasiun
3. Pelayanan Kesehatan 4. All Station – Kantor Area
PGN – Kantor Area
4. HRA
PGASOL
5. P2HIV 5. Peringkat Gold

Environment Management :

1. Pemantauan Lingkungan 1. Pendampingan kegiatan


oleh vendor-laboratorium,
Offtake Stasiun
kompilasi laporan
2. Pengangkutan Limbah B3 2. Pendampingan kegiatan,
3. Environmental Promotion & rekapitulasi log book dan
neraca limbah B3
Media
3. Memastikan HSSE Board
4. Environmental Coordination – Pamflet – Poster terisi
& Meeting dan update
4. Melalui CSC
5. Persiapan ISO 14001 : 2015
5. Penyususan Identifikasi
Aspek Dampak
Lingkungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety
Analysis (JSA) Pada Petugas Bak Valve di PT PGAS Solution
Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode Job Safety Analysis

(JSA) menurut Ramli (2010) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memilih pekerjaan (Job selection)

2. Menguraikan pekerjaan (Job breakdown)

3. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification)

4. Pengendalian bahaya (Hazard control)

1.2.1 Memilih Pekerjaan (Job Selection)

PT PGAS Solution memiliki 5 bidang pekerjaan yang berbeda yaitu:

1. Patroli dan survey kebocoran jaringan pipa dan fasilitasnya

2. Operasi dan pemeliharaan proteksi katodik

3. Operasi dan perawatan sistem Bak Valve

4. Operasi dan pemeliharaan metering regulating station

5. Operasi dan pemeliharaan off-take (stasiun gas)

Pekerjaan yang dipilih untuk dianalisa adalah perawatan sistem Bak Valve

karena memiliki potensi kecelakaan yang berbahaya terhadap petugas Bak Valve.

Proses kerja petugas Bak Valve terdiri dari:

1. Pemeriksaan kondisi lingkungan sekitar Bak Valve

2. Pembersihan limgkungan sekitar luar Bak Valve

3. Membuka tutup Bak Valve

4. Mendeteksi kebocoran gas pada Bak Valve

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Pemeriksaan kondisi pipa dan Katup-katup

6. Pemeriksaan dinding dalam Bak Valve

7. Menutup tutup Bak Valve

1.2.2 Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown)

Pada proses kerja petugas Bak Valve langkah-langkah yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Menguraikan Pekerjaan (Job Breakdown) pada petugas Bak Valve

No Tahapan Pekerjaan Proses Kerja


1 Pemeriksaan kondisi lingkungan  Petugas memasang rambu-rambu
sekitar Bak Valve (segitiga pengaman) di lokasi kerja
sebelum melakukan pekerjaan
 Petugas memeriksa jalan
lingkungan Bak Valve aman untuk
bekerja
2 Pembersihan lingkungan sekitar  Petugas menyapu benda-benda
luar Bak Valve tajam seperti paku, kaca, batu,
pasir di bagian area tutup Bak
Valve
3 Membuka tutup Bak Valve  Petugas mengeluarkan alat kerja
seperti Chain Block, Crane/Tripod,
Body Hardnees
 Petugas mengikat Chain Block
pada tutup Bak Valve
 Petugas Menarik tutup Bak Valve
dengan Chain Block
4 Mendeteksi kebocoran gas pada  Petugas mendeteksi kebocoran gas
Bak Valve dengan alat Gas Control dan Gas
Detector
5 Pemeriksaan kondisi pipa dan  Petugas melakukan Bubble Test
Katup-katup pada pipa dan katup-katup
 Petugas memeriksa Katup-katup
berfungsi dengan baik
6 Pemeriksaan dinding dalam Bak  Petugas memeriksa dinding Bak
Valve Valve yang rusak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Petugas menguras air di dalam Bak
Valve
7 Menutup tutup Bak Valve  Petugas menarik keluar petugas
dari dalam Bak Valve
 Petugas mengikat Chain Block
pada tutup Bak Valve
 Petugas menurukan tutup Bak
Valve sampai rapat

4.3 Mengidentifikasi Bahaya (Hazard Identification) dan Pengendalian


Bahaya (Hazard Control)
Segala potensi bahaya yang terdapat pada proses kerja petugas Bak Valve

akan diidentifikasi dan selanjutnya akan diberikan pengendalian atau control yang

berguna sebagai upaya pencegahan.

Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification) dan Pengendalian


Bahaya (Hazard Control) pada proses pekerjaan petugas Bak Valve
Tahapan
No Potensi Bahaya Pengendalian Bahaya
Pekerjaan
1 Pemeriksaan
kondisi
lingkungan
sekitar Bak Valve
 Memasang  Melakukan Safety
 Terhantam
rambu-rambu Briefing sebelum
kendaaran yang bekerja
(segitga melintas
pengaman) di
lokasi kerja  Menggunakan APD
 Terinjak benda Seperti: Sepatu
 Petugas tajam seperti kaca, Safety, Helm Safety,
memeriksa paku dan lain-lain Masker dan Sarung
jalan  Terjatuh akibat Tangan
lingkungan jalanan yang licin
Bak Valve  Memasang rambu-
aman untuk rambu K3 (papan
bekerja peringatan, billboard)
2 Pembersihan
lingkungan
sekitar luar Bak
Valve

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Menyapu  Terinjak benda  Menggunakan APD
bagian area tajam seperti kaca, seperti : Sepatu
tutup Bak paku dan lain-lain Safety, Masker dan
Valve Sarung Tangan
3 Membuka tutup
Bak Valve
 Tertimpa alat kerja - Menggunakan APD
 Mengeluarka
yang berat seperti seperti ; Sarung
n alat kerja
Chain Block, Tangan dan Sepatu
seperti
Crane/Tripod Safety
Chain Block,
- Bekerja sesuai
Crane/Tripo
dengan instruksi kerja
d,Body
perusahaan
Harness
 Tangan terjepit pada - Memeriksa Chain
 Mengikat Chain Block Block bersih dari
Chain Block korosi
pada tutup
Bak Valve  Tangan terkilir
 Menarik
tutup Bak
Valve
dengan
Chain Block
4 Mendeteksi
kebocoran gas
pada Bak Valve
 Keracunan gas - Memakai Masker
 Mendeteksi
 Luka bakar akibat - Pastikan tidak ada
kebocoran
ledakan gas sumber api di sekitar
gas dengan
lokasi kerja (tidak ada
alat Gas
yang merokok, tidak
Control dan
ada yang
Gas
menggunakan
Detector
pemantik api dan
lain-lain)
5 Pemeriksaan
kondisi pipa dan
Katup-katup
 Melakukan  Keracunan gas  Menggunakan APD
Bubble Test  Pingsan akibat seperti masker dan
pada pipa ruang terbatas sarung tangan
dan katup- (Confined Space)  Bekerja sesuai
katup  Tangan terluka dengan instruksi
oleh pipa dan kerja perusahaan
 Memeriksa Valve yang  Memastikan
katup-katup berkarat Bodyharnees

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berfungsi terpasang kuat pada
dengan baik  Tangan terkilir badan
akibat menarik
Valve yang macet
 Tangan terjepit
Valve yang macet
6 Pemeriksaan
dinding dalam
Bak Valve
 Memeriksa  Terkena kotoran  Mengunakan APD
dinding Bak dan debu seperti kacamata
Valve yang  Kepala tertimpa safety, sepatu safety,
rusak Chain Block helm safety, masker
dan sarung tangan
 Menguras air  Terendam air  Melapisi dengan
di dalam Bak akibat dinding semen pada dinding
Valve bocor Bak Valve yang
 Terpeleset akibat bocor atau rusak
dinding licin
 Terbentur dinding
Bak Valve
7 Menutup tutup
Bak Valve
 Menarik  Tertimpa tutup  Menggunakan APD
keluar petugas Bak Valve seperti helm safety,
dari dalam sarung tangandan
Bak Valve sepatu safety
 Terjepit Chain  Bekerja sesuai
 Mengikat Block dengan instruksi
Chain Block  Terkilir kerja perusahaan
pada tutup  Memeriksa Chain
Bak Valve Block bersih dari
 Terjepit tutup Bak
 Menurukan Valve korosi
tutup Bak
Valve sampai
rapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Pekerjaan Bak Valve

5.1.1 Pemeriksaan kondisi lingkungan sekitar Bak Valve

Beberapa potensi bahaya pada proses pekerjaan ini adalah petugas

terhantam kendaraan yang melintas, terinjak benda tajam seperti paku, kaca dan

lain-lain, petugas berpotensi terjatuh akibat jalanan yang licin. Potensi bahaya ini

dapat terjadi karena kurang hati-hati dalam bekerja hal ini sesuai dengan

Suma’mur (2009) bahwa faktor manusia dalam timbulnya kecelakaan kerja sangat

penting. Selalu di temui dari hasil-hasil penelitian sebanyak 80-85% kecelakaan

kerja di sebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia (unsafe human act).

Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk menghindari potensi-

potensi bahaya tersebut dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). Alat

Pelindung Diri (APD) menurut OSHA (Occupational Safety and Health

Administration) didefenisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi

pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan

bahaya atau hazard di tempat kerja. APD yang dapat digunakan petugas Bak

Valve adalah sepatu safety, helm safety, masker dan sarung tangan. Sepatu safety

berguna untuk melindungi petugas Bak Valve dari benda-benda berbahaya

disekitar lokasi Bak Valve, helm safety berguna untuk melindungi bagian kepala

petugas Bak Valve dari benturan benda keras pada saat terjatuh atau tergelincir,

dan masker berguna untuk perlindungan atau menghindari dan mengurangi

kemungkinan akan tercemar debu yang membahayakan pernafasan atau tercemar

infeksi atau keracunan udara di sekitar lokasi Bak Valve.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk menghindari

kecelakaan lalu lintas pada petugas Bak Valve adalah dengan memasang rambu-

rambu K3 di sekitar lokasi Bak Valve. Pemasangan rambu berguna untuk

membuat pengendara menjadi lebih hati-hati ketika melintasi daerah sekitar Bak

Valve.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa rambu-rambu yang di

pasang hanya segitiga pengaman pada saat bekerja. Untuk itu disarankan petugas

Bak Valve untuk mengganti rambu segitiga pengaman dengan rambu-rambu K3

seperti papan peringatan atau billboard K3.

5.1.2 Pembersihan lingkungan sekitar luar Bak Valve

Pada saat proses pembersihan lingkungan sekitar luar Bak Valve di

temukan banyak benda-benda tajam seperti paku, kaca dan lain-lain yang

berpotensi terinjak oleh petugas. Hal ini di sebabkan karena petugas Bak Valve

tidak berhati-hati saat menyapu dibagian area tutup Bak Valve. Sesuai dengan

teori Domino Effect oleh Heinrich (2012) penyebab kasus kecelakaan kerja

berasal dari faktor kelalaian manusia sebesar 88% (unsafe action) meliputi dari

sikap dan tingkah laku yang kurang baik, kurang pengetahuan dan keterampilan

atau keahlian.

Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan adalah petugas Bak Valve

menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sepatu safety, sarung tangan dan

masker.

5.1.3 Membuka tutup Bak Valve

Potensi bahaya pada proses kerja ini adalah petugas tertimpa alat kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang berat seperti Chain Block dan Crane/Tripod, tangan terjepit pada Chain

Block, tangan terkilir akibat menarik Chain Block. Hal ini di sebabkan metode

kerja yang salah dalam mengeluarkan alat kerja dan penggunaan alat pada saat

bekerja. Sependapat dengan Sahab dalam Hayati (2009) metode kerja atau cara

kerja yang salah dapat membahayakan pekerjanya itu sendiri maupun orang lain

disekitarnya.

Tindakan pengendalian untuk mencegah potensi bahaya pada proses

membuka tutup Bak Valve adalah menggunakan APD seperti sarung tangan dan

sepatu safety, dan bekerja sesuai instruksi kerja perusahaan. Memeriksa Chain

Block bersih dari korosi dengan tujuan apabila Chain Block tersebut terdapat

korosi maka akan berpotensi Chain Block terlepas dan tutup Bak Valve menimpa

petugas.

5.1.4 Mendeteksi kebocoran gas pada Bak Valve

Potensi bahaya saat mendeteksi kebocoran gas pada Bak Valve adalah

keracunan gas dan luka bakar akibat ledakan gas. Salah seorang petugas Bak

Valve menyatakan bahwa petugas Bak Valve pernah pingsan akibat keracunan

gas.

Untuk menghindari keracunan gas pada petugas Bak Valve, upaya

pengendalian yang dapat dilakukan adalah menggunakan masker. Pastikan tidak

ada sumber api di sekitar lokasi kerja (tidak ada yang merokok, tidak ada yang

menggunakan pemantik api dan lain-lain untuk menghindari ledakan akibat gas).

5.1.5 Pemeriksaan kondisi pipa dan katup-katup

Potensi bahaya pada proses pekerjaan ini adalah keracunan gas, pingsan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


akibat ruang terbatas (confined space), tangan terluka oleh pipa dan valve yang

berkarat, tangan terkilir akibat valve yang macet, dan tangan terjepit akibat valve

yang macet. Hal ini di sebabkan karena kondisi peralatan kerja yang tidak aman.

Sesuai dengan teori Domino Effect oleh Heinrich (2012) penyebab kasus

kecelakaan kerja berasal dari faktor kelalaian manusia sebesar 88% (unsafe

action), dan 12% di sebabkan faktor ketidaklayakan mesin, peralatan, bahan,

lingkungan kerja, proses kerja, sifat pekerjaan, cara kerja (unsafe condition).

Pingsan akibat ruang terbatas (Confined Space) berpotensi terjadi karena

Bak Valve dikategorikan dalam ruang kerja terbatas (Confined Space) sesuai

dengan Occupational Safety and Health Administration (OSHA) dalam Tarwaka

(2012) bahwa pekerjaan ruang terbatas mempunyai potensi bahaya besar dengan

kondisi tidak ada ventilasi alami yang tidak bagus, sehingga udara yang mengalir

adalah udara yang kotor atau udara yang berpotensi mengendap gas berbahaya

atau beracun.

Tindakan pengendalian untuk mencegah potensi bahaya pada proses kerja

ini adalah petugas Bak Valve menggunakan APD seperti masker, sarung tangan

safety, dan bekerja sesuai dengan instruksi kerja perusahaan. Memastikan

Bodyharnees terpasang kuat pada badan ditujukan kepada petugas Bak Valve agar

tidak jatuh kedalam Bak.

5.1.6 Pemeriksaan dinding dalam Bak Valve

Potensi bahaya pada proses kerja ini adalah petugas terkena kotoran dan

debu, terendam air akibat dinding yang bocor, terpeleset akibat dinding yang licin,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terbentur dinding dalam Bak Valve.

Adapun potensi bahaya lainnya adalah ketika Chain Block terlepas dan

menimpa bagian kepala petugas yang memeriksa kondisi dinding Bak Valve

dengan posisi badan di tahan oleh Chain Block. Berdasarkan artikel dari

radarlombo.co.id (2017) telah terjadi kecelakaan kerja yang menimpa petugas

bongkar muat di pelabuhan Lembar Lombok Barat. Pada saat memindahkan

barang dari kapal ke darat dengan menggunakan kren katrol baja, tiba-tiba rantai

pemegang katrol putus dan kepala katrol mengarah ke petugas tersebut dan

mengenai kepala petugas sehingga mengakibatkan petugas tersebut meninggal

dunia.

Tindakan pengendalian bahaya pada proses kerja ini adalah menggunakan

Alat Pelindung Diri (APD) sepeti masker untuk mencegah petugas mengalami

sesak nafas dan mencegah petugas terhindar dari kotoran dan debu pada saat

bekerja. Memakai APD seperti helm safety, body hardnees, sepatu safety untuk

mencegah petugas terkena benturan dan kejatuhan benda berat yang dapat

membahayakan keselamatan petugas. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan

bahwa petugas hanya melakukan tindakan menguras air pada saat kondisi Bak

Valve terendam air maka untuk itu disarankan agar melapisi dengan semen pada

dinding dalam Bak Valve untuk mencegah terjadinya kebocoran atau rembesan air

masuk kedalam Bak Valve.

5.1.7 Menutup tutup Bak Valve

Potensi bahaya yang terdapat pada proses kerja ini adalah tertimpa tutup

Bak Valve, terjepit Chain Block, terkilir, terjepit tutup Bak Valve. Hal ini di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebabkan karena metode kerja yang salah dalam menggunakan Chain Block.

Sesuai dengan Sahab dalam Hayati (2009) metode kerja atau cara kerja yang salah

dapat membahayakan pekerjanya itu sendiri maupun orang lain disekitarnya.

Tindakan pengendalian bahaya pada proses kerja menutup tutup Bak Valve

adalah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm safety untuk

menghindari benturan di bagian kepala, memakai APD seperti sarung tangan

safety, sepatu safety untuk mencegah terkilir pada bagian tangan dan kaki, sepatu

safety disarankan untuk mencegah apabila tertimpa benda berat seperti tutup Bak

Valve dan petugas Bak Valve bekerja sesuai dengan istruksi kerja perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai

analisa potensi bahaya pada proses pekerjaan perawatan pada Bak Valve PT

PGAS Solution didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Potensi bahaya yang paling berisiko terdapat pada proses kerja mendeteksi

kebocoran gas pada Bak Valve yaitu keracunan gas dan luka bakar akibat ledakan

gas.

2. Proses kerja yang memiliki potensi bahaya terbanyak adalah pemeriksaan

kondisi pipa dan katup-katup, dan pemeriksaan dinding dalam Bak Valve.

3. Potensi bahaya yang dianalisa pada proses perawatan pada Bak Valve rata-rata

disebabkan oleh lingkungan, alat kerja yang tidak aman untuk petugas dan

kelalaian petugas pada saat bekerja (Unsafe Condition & Unsafe Action).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT PGAS Solution

peneliti menyarankan:

1. Mengganti rambu segitiga pengaman dengan rambu-rambu K3 sejenis papan

peringatan atau billboard K3.

2. Tetap mempertahankan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm

safety, masker, kacamata, sarung tangan, sepatu safety, coverall anti flame.

3. Disarankan untuk melapisi dinding dalam Bak Valve dengan semen untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mencegah masuknya air kedalam.

4. Tetap mengikuti instruksi kerja yang ditetapkan oleh PT PGAS Solution bagian

kerja perawatan Bak Valve.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, D., 2009. Tinjauan Persepsi. http://www.danger-theory.com/

Anwar, Ratih P., Muyanja, Senyonga., 2007. Publikasi ILO : Kertas Kerja No.
254, Mengembangkan Hubungan Industrial yang Baik pada
Industri Minyak dan Gas di Indonesia.
http://embargo.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---
ilo-jakarta/documents/publication/wcms_123676.pdf

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. 2013.


Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Departemen Kesehatan:
Jakarta.

Buntarto, 2015. Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk


Industri. PT. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.

BBC News.2013. Ledakan di Argentina tewaskan 12 orang.


http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/08/130807_argentina_blast

Cipto, T., 2010. Analisis Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job
Safety Analysis (JSA) Pada Bagian Produksi di PT PP LONSUM
INDONESIA. Skripsi : Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU.

Depnaker RI. 1970. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja. Jakarta.

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2006.


Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Djati, I. 2006. Bagaimana Mencapai Zero Accident di Perusahaan, Jakarta :


UI Press.

Hadipoetro, Sajidi., Kadir., Achmad,A. 2014. Manajemen Komprehensif


Keselamatan Kerja. Yayasan Patra Tarbiyyah Nusantara : Jakarta.

Hidayat, Benny, Rudy Ferial, dan Novia Anggraini. 2016. Kecelakaan Kerja
Proyek Konstruksi di Indonesia Tahun 2005-2015: Tinjauan Content
Analysis dari Artikel Berita. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Heinrich, H. W. & Petersen, D. & Roos, N. 2012. Industrial Accident
Prevention. New York: McGraw-Hill.

Hayati, Afnu N. 2009. Analisa Efektifitas Pelaksanaan Safety Pro-Active


Activity PT Astra Daihatsu Motor Assembly Plant Jakarta Utara.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


National Institute the Occupational Safety and Health (NIOSH), 2007.
Ergonomic Guidelines For Manual Material Handling 4676
Columbia Parkway Cincinnati. http://www.cdc.gov/niosh/docs.

Novianto, F. 2010. Analisis Kecelakaan dan Kesehatan Kerja dan Upaya


Pencegahannya di Bagian Flooring dengan Pendekatan Risk
Assesment PT. Dharma Satya Nusantara Surabaya. Skripsi. Fakultas
Teknologi Industri. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”: Jawa
Timur.
Olii-Kamil, T., 1996. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Bandung : ITB.

OSHA General Industry Definition (29CFR 1910.146).

PGN-Solution.2016. http://www.pgn-solution.co.id/distribusi.php

Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan kerja Kerja (SMK3).

Ramli, S., 2010. Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk


Management, Jakarta : Dian Rakyat.

Sastrohadiwiryo., S. B. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Edisi 2.PT.


Bumi Aksara; Jakarta.

Siahaan, H.2009., Cetakan Kedua, Jakarta: PT. Elex Manajemen Resiko Pada
Perusahaan dan Birokrasi Media Komputindo.

Silalahi, N.B.B. dan B.R. Silalahi, 1991.Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja. Cetakan kedua, Institut Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Suma’mur, P.K. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja


(HIPERKES), Jakarta: CV Sagung Seto.

Riedley, J., 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Edisi ketiga, Jakarta:
Erlangga.

Tarwaka, 2012. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan


Kecelakaan di Tempat Kerja. Harapan Press: Surakarta.

The Health and safety Executive united kingdom (HSE) UK. (2010).
Understanding ergonomic at work: reduce accidents and ill health
and increase productivity by fitting the taks to the worker.

_______. 2005. Gas Journal,. From: U.S. Energy Information Administration.


Vol. 103, No.47. http://www.eia.doe.gov/emeu/international/petroleu.html

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


______. 2013. Job Safety Analysis, Canada : Occupational Health and
Safety(OSH). http://www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/job-haz.html

Zul.2017. Petugas Bongkar Muat Tewas Terkena Katrol Saat Bekerja.


http://radarlombok.co.id. Diakses tanggal 16 Desember 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

Perusahaan : PT PGAS Solution


Pekerjaan : Maintenance Bak Valve
Tahapan
No Potensi Bahaya Pengendalian Bahaya
Pekerjaan
1 Pemeriksaan
kondisi
lingkungan
sekitar Bak Valve
 Memasang  Melakukan Safety
 Terhantam
rambu-rambu Briefing sebelum
kendaaran yang
(segitga bekerja
melintas
pengaman) di
lokasi kerja  Menggunakan APD
 Terinjak benda Seperti: Sepatu
 Petugas tajam seperti kaca, Safety, Helm Safety,
memeriksa paku dan lain-lain Masker dan Sarung
jalan  Terjatuh akibat Tangan
lingkungan jalanan yang licin
Bak Valve  Memasang rambu-
aman untuk rambu K3 seperti
bekerja papan peringatan atau
billboard K3
2 Pembersihan
lingkungan
sekitar luar Bak
Valve
 Menyapu  Terinjak benda  Menggunakan APD
bagian area tajam seperti kaca, seperti : Sepatu
tutup Bak paku dan lain-lain Safety, Masker dan
Valve Sarung Tangan
3 Membuka tutup
Bak Valve
 Tertimpa alat kerja - Menggunakan APD
 Mengeluarka
yang berat seperti seperti ; Sarung
n alat kerja
Chain Block, Tangan dan Sepatu
seperti
Crane/Tripod Safety
Chain Block,
- Bekerja sesuai
Crane/Tripo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d, dengan instruksi kerja
Bodyharnees perusahaan
 Tangan terjepit pada - Memeriksa Chain
 Mengikat
Chain Block Block bersih dari
Chain Block
korosi
pada tutup
Bak Valve
 Tangan terkilir
 Menarik
tutup Bak
Valve
dengan
Chain Block
4 Mendeteksi
kebocoran gas
pada Bak Valve
 Keracunan gas - Memakai Masker
 Mendeteksi
 Luka bakar akibat - Pastikan tidak ada
kebocoran
ledakan gas sumber api di sekitar
gas dengan
lokasi kerja (tidak ada
alat Gas
yang merokok, tidak
Control dan
ada yang
Gas
menggunakan
Detector
pemantik api dan
lain-lain)
5 Pemeriksaan
kondisi pipa dan
katup-katup
 Melakukan  Keracunan gas  Menggunakan APD
Bubble Test  Pingsan akibat seperti masker dan
pada pipa kekurangan udara sarung tangan
dan katup-  Tangan terluka  Bekerja sesuai
katup oleh pipa dan dengan instruksi
Valve yang kerja perusahaan
 Memeriksa berkarat  Memastikan
katup-katup Bodyharnees
berfungsi terpasang kuat pada
 Tangan terkilir
dengan baik badan
akibat menarik
Valve yang macet
 Tangan
terjepitValve yang
macet

6 Pemeriksaan
dinding dalam
Bak Valve
 Terkena kotoran  Mengunakan APD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


 Memeriksa dan debu seperti kacamata
dinding Bak  Kepala tertimpa safety, sepatu safety,
Valve yang Chain Block helm safety, masker
rusak safety dan sarung
 Terendam air tangan
 Menguras air
akibat dinding  Melapisi dengan
di dalam Bak
bocor semen pada dinding
Valve
 Terpeleset akibat Bak Valve yang
dinding licin bocor atau rusak
 Terbentur dinding
Bak Valve
7 Menutup tutup
Bak Valve
 Menarik  Tertimpa tutup  Menggunakan APD
keluar petugas Bak Valve seperti helm safety,
dari dalam sarung tangandan
Bak Valve sepatu safety
 Terjepit Chain  Bekerja sesuai
 Mengikat Block dengan instruksi
Chain Block  Terkilir kerja perusahaan
pada tutup  Memeriksa Chain
Bak Valve Block bersih dari
 Terjepit tutup Bak
 Menurukan Valve korosi
tutup Bak
Valve sampai
rapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

Dokumentasi

Gambar 1
Petugas Bak Valve sedang mengikat tutup Bak Valve Pada Chain Block

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2
Petugas Bak Valve sedang menahan bagian Crane Atau Tripod

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3
Petugas sedang memasuki dalam Bak Valve ditahan dengan Body Harnees

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4 dan 5
Petugas Bak Valve yang sedang melakukan perawatan Bak Valve di daerah
Tanjung Morawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 6 dan 7
Petugas Bak Valve yang sedang melakukan perawatan Bak Valve di daerah
Tanjung Morawa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3
Desain Gambar Bak Valve

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai