Anda di halaman 1dari 36

1. GENERAL.

1.1 Profil Perusahaan.


 Nama Perusahaan : PT. Enviromate Technology International
 Nama Presiden Direktur : Suriyanto B.Com MTM.
 Nama Pengawas HSE : Muladi
 Alamat Perusahaan : Kirana Office Tower 17-18th Floor, Jl.Boulevard
Timur No.88 Kelapa Gading, Jakarta Utara
14240
 Telepon / Fax. : 021-296 29768 / 021-296 29769
 Alamat Email : info@envirotechintl.com
1.2 Gambaran Umum Proyek
 Nama Pekerjaan : Pembangunan Waste Water Treatment Plant
 Risiko Pekerjaan : High Risk
 Nomor Tender : _
 Lokasi Pekerjaan : PT Syngenta Gunung Putri
 Lama Pekerjaan : ±120 Hari
 Jumlah Pekerja : ±10 Orang

1.3 Ruang Lingkup Proyek


Pekerjaan Pengadaan jasa pelaksana proyek penyelesaian sisa lingkup Pekerjaan
Pembangunan Jetty Port dan Conveyor System yang meliputi:
1. Preparation work
2. Field Engineering work
3. Procurement, Conctruction dan Instalation
4. Completion Work.
5. Commisioning.

2. KEPEMIMPINAN & KOMITMEN


Managemen PT. Enviromate Technology International memiliki komitmen utama dan
berkelanjutan untuk melindungi karyawan dan harta benda milik perusahaan dari suatu
kerugian yang tidak diinginkan. Setiap kegiatan perusahaan mempunyai sasaran utama
untuk mencapai nilai tanpa kecelakaan.

Pengawas setiap kegiatan bertanggung jawab atas semua aspek dari keselamatan kerja
termasuk penerapan dari prosedur - prosedur perusahaan, undang - undang dan peraturan -
peraturan yang berlaku.
Pengendalian bahaya tidak hanya dilakukan sebagai suatu reaksi terhadap suatu kecelakaan
atau sebagai hasil dari inspeksi yang telah dilakukan di tempat kerja.

Permintaan pada setiap karyawan untuk melakukan semua kegiatan operasinya dengan
mencapai standar tertinggi dari keselamatan kerja dengan sasaran NIHIL KECELAKAAN.
a. Melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui dan mengurangi potensi-
potensi bahaya. Melakukan audit internal sesuai dengan program serta menindak lanjuti
hasil temuan untuk mencegah kecelakaan sedini mungkin.
b. Mengembangkan pelatihan bagi seluruh karyawan dan mendorong mereka untuk
memberikan masukan dengan cara berbagi informasi melalui sistem komunikasi dua
arah.
c. Mengembangkan perencanaan tindakan darurat beserta prosedur penanggulangan yang
efektif, apakah untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan atau
bersifat keamanan. Dengan demikian akan mengurangi dampak negatif terhadap
Perusahaan lainnya.
d. Memastikan bahwa setiap kegiatan lapangan mempunyai prosedur pelaporan
Kecelakaan/Insiden dan setiap kecelakaan diselidiki secara menyeluruh,
didokumentasikan dan dicatat biaya-biayanya.
2.1 Kebijakan HSE PT. Enviromate Technology International.

3
2.2 Kebijakan Penggunaan Obat – Obatan Terlarang dan Alkohol

5
3. Key Performance Indicator (KPI)
3.1 Leading dan Lagging Indicator.
No Item Target Satuan Evidence Keterangan
Jumlah pekerja
1 10 Orang Absensi Laporan harian HSE

Jumlah Hari Data hari Laporan bulanan


2 120 Hari
kerja aman kerja aman HSE
3 Jumlah Jam 12.000 Jam Data jam Laporan Bulanan
Kerja aman kerja HSE
LAGGING INDICATOR
No Item Target Actual Evidence Keterangan
Kecelakaan 0 Angka Actual ≤ Terget
4
Fatal total kasus
Kecelakaan 0 Laporan Actual ≤ Terget
5
Besar
0 Laporan Actual ≤ Terget
Kecelakaan
6
Sedang
Kecelakaan 0 Laporan Actual ≤ Terget
7
Ringan
First aid 3≤ Laporan Actual ≤ Terget
8

3≤ Laporan Actual ≤ Terget


9 Near Miss Case

LEADING INDICATOR
Safety Talk / Harian Daftar Actual ≥ Target
10 Tool box hadir &
Meeting Notulen
HSE Meeting 1x/ minggu Laporan & Actual ≥ Target
11
notulen
12 HSE Inspection 1x/minggu Laporan Actual ≥ Target
Kepatuhan APD 95% Laporan Actual ≥ Target
13

Kepatuhan 95% Laporan Actual ≥ Target


14
Prosedur HSE
Tindak lanjut Min 95% Laporan Actual ≥ Target
15
HSE Inspection Closed
Managemen Min3 bulan 1x Laporan Actual ≥ Target
16
Visit
17 Training HSE Min1x Laporan Actual ≥ Target
18 Safe PPE Min 95% Laporan Actual = Target
19 Safe PTW Min 95% Laporan Actual = Target

20 Laporan HSE Kontraktor (minimal mencakup HSE Plan) Setiap Bulan ke


Client

7
3.2 Sasaran & Target Proyek
Sasaran dan Target yang akan dicapai dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Program keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan , Hygiene dan Sanitasi di
lingkungan kerja Perusahaan dapat terlaksana dengan baik.
2. Perilaku tenaga kerja dapat terkontrol dengan baik.
3. Zero Accident.
4. Zero Occupational.
5. Zero Polution.
6. Zero Fire.

4. STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, DAN TANGGUNG JAWAB.

4.1 Struktur Organisasi Proyek

Direktur

HSE Manager

Manager Proyek

Site Manager
HSE Site

Supervisor

Operator Pekerja Driver


4.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pekerja

Manager Proyek :
- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan HSE di site
- Mengatur dan membuat Schedule pekerjaan di site
- Mendukung dan melaksanakan semua program HSE di lapangan
- Membuat Instruksi keselamatan kerja di site
- Memastikan semua staffnya telah menerima instruksi kerja dan telah dilaksanakan
- Memberikan semua dukungan sarana dan prasarana terhadap teksnis pekerjaan dan
keselamatannya

Manager HSE
Mengkoordinasikan aspek keselamatan pekerjaan di proyek dengan melakukan rapat
tentang keselamatan secara periodik, didokumentasi dan dicatat dan menyebarluaskan
pemahaman aspek keselamatan kerja kepada semua karyawan yang terlibat.

HSE Site:
- Membantu mengurus Ijin kerja
- Mensosialisasikan dan mempromosikan sistem HSE di site
- Mengimplementasikan program program HSE di site
- Mengawasi implementasi HSE di site
- Membuat laporan implementasi HSE di site
- Memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaaan atau sakit disite
- Memberikan saran dan teknis terhadap masalah yang berkaitan HSE disite.

Site Manager dan Supervisor :


- Mengkoordinasikan pekerjaan kepada bawahannya
- Mengkoordinir kepada karyawan untuk memakai APD
- Mensosialisasikan prosedur prosedur kerja HSE kepada bawahannya
- Menginstruksikan kepada pekerja agar mematuhi standart standart HSE
- Mengimplementasikan Program HSE di site
- Koordinasi dengan Departemen terkait masalah pekerjaan.

Operator :
- Melaksanakan Instruksi dari Coordinator dan Supervisor Site
- Mengimplementasikan Program Program HSE
- Memastikan pekerjaan yang dilakukan aman
- Bekerja sesuai dengan Instruksi kerja dan prosedur HSE

9
- Memelihara peralatan dan perlengkapan Peralatan Operasional
- Melaporkan semua Bahaya kepada Koordinator Site dan Safety Site
- Memakai Alat Pelindung Diri / APD sesuai dengan standart pekerjaannya.

Pekerja :
- Melaksanakan perintah dari Koordinator dan supervisor site
- Mengimplementasikan Program program HSE dan prosedur HSE
- Memastikan pekerjaan dilakukan dengan aman
- Memakai Alat Pelindung diri sesuai standartnya
- Melaporkan semua Bahaya kepada Koordinator site atau Safety site
- Menjaga kebersihan area kerja dan melaksanakan house keeping setiap akan pulang kerja
dan selesai kerja

Driver :
- Melaksanakan Instruksi kerja dari coordinator site
- Mengimplementasikan Program program HSE
- Memastikan Pekerjaaan dilakukan dengan aman
- Mengoperasikan alat sesuai dengan prosedur HSE
- Memelihara peralatan operasional kerja
- Memakai Alat Pelindung Diri sesuai standartnya
- Melaporkan setiap ada bahaya atau kecelakaan kerja .

5. MANAGEMEN RESIKO
5.1 Metode Risk Managemen
Setiap pekerjaan adalah memiliki resiko sesuai dengan tingkat bahaya yang ada
pada daerah dan sifat pekerjaan tersebut. Resiko-resiko ini harus dinilai sedemikian rupa
agar dapat ditentukan langkah apa yang harus dilakukan agar setiap resiko dapat di
minimalisir. Penilaian risiko perlu dilakukan pada setiap jenis pekerjaan. Konsekuensi dan
keseringan (consequency & probality) dinilai dengan objektif dan seksama sehingga dapat
menghasilkan tingkatan resiko sebagai panduan dalam menentukan pengendalian terhadap
resiko tersebut. Tindakan pengendalian harus dilakukan secara SMART (suitanable,
measurable, acceptable, reasonable, timeable).
JSA (Job Safety Analysis), HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment And
Determine Control) dan aspek dampak lingkungan dibuat bersama-sama sebelum
pekerjaan dilaksanakan. Kegiatan ini mencakup terhadap seluruh aktivitas yang berpotensi
bahaya selama pelaksanaan pekerjaan.
JSA adalah identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pemantauan pengendalian
yang harus dilakukan untuk mengetahui jenis kegiatan yang dilakukan, sumber bahaya
dari pekerjaan tersebut, dampak dan resiko yang dihadapi, tindakan pencegahan dan
perbaikannya sesuai nilai resiko pekerjaan tersebut.
Hasil dari identifikasi dan analisa dapat berupa tindakan pencegahan dan
perbaikan, penyediaan APD sesuai resiko pekerjaan. Resiko pekerjaan dan tindakan
penanggulangannya harus disosialisasikan, dimengerti dan dipatuhi semua pekerja.
Aspek lingkungan adalah elemen dari kegiatan, produk atau service yang
berhubungan dengan lingkungan. Dampak lingkungan adalah setiap perubahan terhadap
lingkungan, apakah merugikan atau menguntungkan, secara keseluruhan atau sebagian
yang dihasilkan dari kegiatan, produk atau jasa.
Setiap aspek pekerjaan di lokasi kerja harus mempertimbangkan dampak terhadap
lingkungan yang ditimbulkan untuk melakukan tindakan pencegahan polusi terhadap
udara, air dan tanah.
PT. ETI tidak mentolelir suatu kondisi yang membahayakan, tidak aman, tidak
sehat atau yang secara lingkungan tidak baik. Jika ditemukan adanya kondisi atau kegiatan
yang demikian, termasuk pelanggaran terhadap standar HSE yang harus ditaati, maka
Managemen PT ETI akan segera melakukan tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan, menghentikan, meredakan, atau memperbaiki kondisi atau kegiatan
tersebut.
5.2 Job Health Safety And Environment Analysis.
Dalam komitmen melaksanakan aspek HSE disetiap project PT. Enviromate
Technology International melaksakan identifikasi resiko dalam hal ini Job Health Safety
and Environment dari setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Ini merupakan salah satu
usaha untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang mungkin timbul secara dini terhadap
potensi - potensi bahaya dalam kegiatan kerja. Sebagai langkah awal Manajemen

11
mendorong dan mewajibkan kepada Koordinator / Pengawas dilapangan untuk
memahami dan mensosialisakan Job Health Safety and Environment sebelum setiap
jenis pekerjaan
Dengan dilaksakannya indentifikasi potensi bahaya, PT. Enviromate Technology
International dapat menentukan teknik pengendalian yang akan diimplentasikan di area
project
Semua kondisi atau praktek kerja yang tidak aman atau tidak sehat akan
dievaluasi dan bila perlu dikoreksi setiap saat diperlukan mengingat potensi bahaya dan
resiko pekerjaan tersebut. Adapun hasil identifikasi Job Health Safety and Environment
Analysis adalah sebagai berikut :
Identifikasi Bahaya
R: Rutin; NR: Non-rutin; P: Probabilitas / Kemungkinan; S: Severity / Keparahan; H: Health /Kesehatan; S: Safety /Keselamatan E : Environment, R : Resiko
PPL: Peraturan dan Persyaratan Lain yang terkait
ELI: Eliminasi; SUB: Substitusi; KTS: Kendali Teknis; ADM: Administratif; APD: Alat pelindung diri

Kendali
Aktifitas / Alat / Operasional S Penting Pengendalian / Mitigasi
R/
No Material / Produk / NR Bahaya Kerja Risiko Kerja yang saat ini Ya/Tdk
P R PPL
Layanan Sisa
H S E ELI SUB KTS ADM APD
Resiko
Persiapan Kerja

Persiapan Personel Personel tidak fit / tidak Pekerja Sakit Pemeriksaan kesehaytan Permenakertras RI no2 th Pemeriksaan kesehatan L
sehat pekerja 1980 pekerja
Personel Kurang Kompeten Salah pengerjaan Kompetensi pekerja Prosedur Pelatihan dan Personel orang yang L
dibidangnya kompetensi kompeten sesuai bidangnya
Persiapan Peralatan Peralatan kerja tidak Peralatan kerja rusak Pengecekan peralatan Prosedur Inspeksi peralatan Inspeksi peralatan kerja yang L
Kerja standart akan digunakan
Peralatan kerja tidak Pekerjaan terhambat Pengecekan peralatan Prosedur Inspeksi Peralatan Inspeksi peralatan kerja yang L
sesuai akan digunakan

Persiapan APD pekerja APD tidak sesuai APD tidak standart Data APD Permenakertrans Ri no Menyiapkan APD sesuai dengan L
08/MEN/VII/2010 standart dari klien
Jumlah APD tidak sesuai APD kurang Mendata Jumlah APD Mendata jumlah pekerja yang L
dengan data terlibat
Persiapan Data Ijin kerja belum disetujui kecelakaan kerja Prosedur Ijin kerja Prosedur ijin kerja Pastikan data kerja sudah di L
approved orang yang berwenang

Mobilisasi Alat dan NRMengoperasikan mobil Kecelakaan selama SIM Operator / Driver 3 1 3 1 M Prosedur berkendara Ya Pastikan driver orang yang L
2
Material perjalanan kompeten .

SIM sesuai dan masih berlaku

Mobil Rusak selama Mobilisasi terhambat Prosedur Inspeksi Prosedur Inspeksi Peralatan Pengecekan Mobil sebelum L
perjalanan peralatan mobilisasi

Mobil kena tilang Mobilisasi terhambat Data Mobil Prosedur berkendara Pastikan Dokumen mobil komplit L

3 Pekerjaan NRAlat pancang yang Alat rusak sehingga Inspeksi alat, SILO 2 1 3 1 M Permenaker RI no 05 Ya Pastikan Alat Panacang sesuai L
Pemancangan beton digunakan tidak standart pekerjaan terhambat /MEN/1985 standart

SILO masih berlaku


Sling untuk memancang Menyebabkan korban Inspeksi alat dan sling Prosedur Inspeksi peralatan Inspeksi alat dan sling sebelum M
putus jiwa digunakan

Material yang diangkat Material jatuh Pengecekan peralatan Prosedur Pengagkatan Operator orang yang kompeten di M
lepas kerja bidangnya

Titik Pancang tidak ada Salah dalam PID 3 1 2 1 M ya Titik pancang sudah di pahami L
marking pemancangan operator

Operator crane tidak Crane terbalik SIO operator Prosedur pengoperasian Operator orang yang kompeten L
kompeten peralatan
SIO Operator sesuai

Pekerjaaan Civil dan


Struktur

Pekerjaan Penggalian NRTanah galian labil Tanah longsor Prosedur Penggalian 2 1 3 3 M Prosedur Penggalian ya Galian di beri turap L

Galian diberi barier dan safety sign

Personel Terjatuh ke dalam Cidera pekerja Prosedur Penggalian Prosedur Penggalian Galian di beri Safety sign dan L
galian polisi line / barier
Manual Handling Mengangkat dan Tangan Terkilir , Prosedur manual Prosedur kerja aman Maksimal Handling 25 kg / orang L
mengangkut material Kesleo handling

Personel Tidak mampu kesleo, cidera Prosedur Handling Prosedur kerja aman Menggunakan alat bantu angkat L
mengangkat

Pekerjaan Pembesian Tergores,Tertusuk besi Cidera pekerja APD Prosedur APD Menggunakan APD ( Pelindung L
tangan)
Pemasangan Begesting NRTerjepit kayu dan besi, Cidera pekerja APD 3 1 3 1 M Prosedur APD ya Dilakukan oleh orang yang L
dan pekerjaan kayu paku,tergores, terpukul palu kompeten dibidangnya

Dilakukan orang yang kompeten


dibidangnya
Pekerjaan Pengecoran Kena percikan Cor / Cidera mata APD Prosedur APD Memakai APD pelindung mata L
Concrete

Begesting tidak kuat Begesting roboh Check begesting sebelum L


menahan Cor / concrete pengecoran
Cor terkena kulit Iritasi pada Kulit APD Prosedur APD Memakai APD pelindung kulit L

Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian Cedera Serius / fatal APD Permenaker No 9 Tahun 2016 Memakai APD Safety Body L
harnest
Persenel tidak kompeten Personel tidak Personel Kompeten 2 1 3 1 M Prosedur kerja diketinggian ya Personel diberi pelatihan kerja di L
kerja diketinggian paham kerja ketinggian
diketinggian
Pemasangan Perancah NRPersonel Pemasang Perancah tidak Kompetensi Pekerja 3 1 3 1 M Permenaker No 9 Tahun 2016 ya Personel orang yang kompeten L
perancah tidak kompeten standart
Mempunyai sertifikat scafolding

Perancah , tidak sesuai Scafolding Roboh Prosedur Perancah Prosedur Kerja di ketinggian Inspeksi Scafiolding sebelum L
standart digunakan.

Pekerjaan piping

Handling / Menangani NRKejatuhan Material / Cidera personel Prosedur manual 3 1 3 1 M Prosedur Kerja aman ya Mengikuti prosedur manual L
Material atau barang barang handling handling

Memakai Alat bantu kerja


Fabrikasi Pipa Terjepit, tergores pipa Cidera pekerja APD Prosedur APD Menggunakan APD pelindung L
tangan.
Personel kurang Salah dalam FabrikasiKompetensi personel Pastikan personel orang yang L
kompeten kompeten dibidangnya
Welding Pipa NR Percikan api kena bahan Kebakaran APAR 3 1 4 3 H Instruksi Menaker No ya Bahan mudah terbakar di L
mudah terbakar 11/M/B/tahun 1997 jauhkan / proteksi

Menyediakan APAR
Terpapar sinar Radiasi Penyakit kerja APD Prosedur Pengelasan Memakai APD pelindung mata L
dan asap dan pernapasan
Terkena percikan Api Cidera pekerja APD Prosedur Pengelasan Memakai APD pelindung kulit L
welding
Grinding Pipa Mata Kena percikan Cidera Mata APD Prosedur Pengelasan Memakai APD pelindung mata. L
griding
Percikan Grinding kena Kebakaran APAR Prosedur Pengelasan bahan mudah terbakar L
bahan mudah terbakar disingkirkan / proteksi
Instalasi Pipa Personel tidak kompeten Salah dalam Instalasi Kompeten Personel Prosedur Pelatihan dan POastikan personel kompeten L
pipa kompetensi dalam instalasi pipa
Memasang pipa Cidera karena terjepit APD Prosedur APD memakai APD sesuai standartnya L
pipa

Hidrotest Line Pipa Tekanan air dan udara Kebocoran pipa Inspeksi pipa Prosedur kerja aman Check dan inspeksi pipa sebelum L
dilakukan hidro test
Pengecatan manual Terkena , menghirup uap Gangguan Prosedur MSDS Prosedur penanganan bahan Memakai APD pelindung L
cat, tiner dll pernapasan berbahaya pernapasan
Terkena cat Iritasi pada kulit Prosedur MSDS Prosedur penanganan bahan Memakai APD pelindung tangan / L
berbahaya kulit dan MSDS

Pekerjaan Instrumen

15
Lifting Instrumen Alat angkat tidak mampu Peralatan demage Prosedur Lifting 3 1 4 1 H Permenaker RI no 05 ya Tidak melebihi SWL alat angkat M
mengangkat /MEN/1985
Sesuai dengan Load Chart
Operator tidak kompeten Kegagalan dalam Prosedur lifting 2 1 4 1 M Prosedur Pengangkatan dan ya Operator kompeten M
pengangkatan alat angkat
SIO operator masih valid
Pemasangan Instrumen Salah pemasangan Terhambatnya Gambar kerja Koordinasi kerja sebelum L
Instrumen pekerjaan pelaksanaan
Instrumen tidak sesuai Terhambat pekerjaan Gambar kerja pastikan instrument sesuai L
dengan kebutuhan dengan kebutuhan
Tergores,Terjepit dalam Cidera personel APD Prosedur APD Memakai APD sesuai dengan L
memasang instrumen standart

Pekerjaan Electrical

Pekerjaan Penggalian Terkena peralatan Cidera personel Prosedur Inspeksi Prosedur Inspeksi peralatan Inspeksi peralatan sebelum L
penggalian peralatan digunakan
Salah dalam menentukan Tidak sesuai dengan PID 2 1 3 1 M ya Pastikan lay out penggaalian L
lokasi penggalian data sudah di approvel

Pemasangan Cabel Tray NRPemotongan dengan Cidera mata karena APD pelindung mata 3 2 3 3 M Prosedur pembakaran dan ya Memakai APD pelindung mata L
gerinda percikan Grinding pemotongan

Kerja diketinggian Cisera serius jatuh APD pelindung jatuh 3 1 3 1 M Prosedur Kerja di ketinggian ya Memakai Safety body Harnest L
dari ketinggian

Manual handling material Cidera karena tangan APD pelindung tangan 3 1 2 1 M Prosedur APD ya Memakai Sarung tangan L
terjepit ,tergores

Pulling Cabel NRTangan Tergores,Terjepit, Cidera pekerja Prosedur kerja aman 3 1 2 1 M Prosedur Kerja aman ya Memakai APD pelindung tangan L
Terbentur

Kurang Koordinasi Miss komunikasi Breafing pekerja Koordinasi kerja sebelum L


pelaksanaan
Merger Kabel Personel tidak kompeten Salah Dalam Merger Kompeten Pekerja Prosedur Kerja listrik Dilakukan oleh orang yang L
kompeten
Terminasi Kabel Personel tidak kompeten Salah dalam Kompeten personel Prosedur Kerja Listrik Hanya dilakukan oleh orang yang L
dibidangnya terminasi listrik kompeten
Kesetrum listrik Kecelakaan fatal Prosedur pekerjaan Prosedur LOTO Pastikan power dalam kondisi off M
listrik / LOTO dan ikuti prosedur LOTO
Kabel / material electrical Tidak sesuai dengan KAK Pastikan spec kabel power sesuai L
tidak standart Specnya dengan specnya
Testing dan Tidak dilakukan inspeksi Ada kebocoran jalur Prosedur Inspeksi Prosedur Inspeksi Dilakukan Inspeksi dsebelum L
Commisioning Instrumen pipa Testing
Kelengkapan Instrument Getaran Prosedur Inspeksi Dilakukan Inspeksi sebelum L
Tidak komplit / Tidak commisioning
sesuai
Kebisingan Instrumen Menyebabkan APD Prosedur APD Memakai APD pelindung telinga L
telingan tuli ear plug atau ear muff
Kebakaran Instrumen Menyebabkan luka Penyediaan APAR Menyediakan APAR M
bakar

Pembersihan Area Personel Terpeleset, Cidera personel Prosedur APD Prosedur Kerja aman Memakai APD standart L
Kerja teregores, Terjatuh dll

Sampah berserakan Pencemaran Prosedur penanganan 3 2 2 3 M Kepmenaker Ri No.Kep- ya Pembunagan sampah / limbah L
lingkungan limbah 187/MEN/1999 tentang B3 sesuai dengan kenis dan
karakternya
Tempat sampah tidak Pencemaran Prosedur penanganan Prosedur Penanganan limbah Menyediakan Tempat sampah L
mencukupi lingkungan limbah yang mencukupi

Probability (P)
Resiko (R)
VH;Sangat Tinggi, H:Tinggi, M:Sedang, L:Rendah, VL:Sangat 5 4 3 2 1
rendah Sering Sering Kadang Jarang Tidak pernah
sekali Terjadi kadang Terjadi Terjadi
4 : Fatal VH VH H M M
Severity (S) 3 : Serius VH H M M L
2 : Ringan H M M L VL
1 : First aid M M L VL VL

17
6. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO

6.1 Kontrol Masuk / Access Control


Setiap karyawan yang masuk dan bekerja di area kerja project harus mengikuti
prosedur yang telah di tetapkan oleh Klien. Setiap Karyawan yang bekerja harus
melaporkan kepada Control Pengendali daerah sebagai informasi bahwa ada karyawan
bekerja di area tersebut.

6.2 Orientasi dan Induksi HSE


Induksi (pengarahan) dilakukan oleh PT.ETI kepada setiap karyawan, pekerja baru,
dan subkontraktor oleh personil yang relevan untuk memastikan kepada setiap orang dan
peralatan yang digunakan dan masuk ke area kerja dalam kondisi yang aman dan selamat.
Setiap orang yang telah diberikan induksi harus telah memahami dan mematuhi peraturan
dan persyaratan yang telah ditentukan.
Karyawan adalah asset yang paling berharga bagi PT ETI. Kualitas dan keselamatan
kerja tidak akan dapat dicapai jika tidak didukung oleh kemampuan yang cukup dari setiap
personil.
Pengembangan kemampuan personil dilakukan melalui pelatihan-pelatihan dan
penyegaran (refreshing) yang dilakukan berkesinambungan.
Training internal dan eksternal dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Setiap personil
yang diikutsertakan dalam pelatihan wajib untuk mengikuti dan memahami training
tersebut. Pelatihan yang relevan diselenggarakan / dilaksanakan sebelum mulai pekerjaan
bagi semua orang yang melaksanakan pekerjaan di lapangan.

6.3 JSA ( Job Safety Analysis )


Identifikasi sumber bahaya (Hazards Identification) adalah usaha-usaha untuk
mengetahui secara dini, mengenal dan memperkirakan adanya resiko bahaya yang mungkin
terjadi. Hal ini berguna untuk memberikan peringatan lebih awal serta mengetahui resiko
bahaya yang ada, potensi-potensi dan akibat bahaya. Untuk itu sebagai langkah awal
Manajemen mendorong dan mewajibkan kepada Coordinator dan pengawas di lapangan
untuk memahami dan mensosialisasikan Job Safety Analysis (JSA) sebelum
dimulainya setiap jenis pekerjaan. JSA di isi dalam form JSA. Job Safety Analysis (JSA)
adalah satu alat yang digunakan untuk mengenali potensi bahaya dari pekerjaan/ kegiatan
untuk dilakukan pengendalian terhadap resiko yang mungkin terjadi.
JSA harus dilakukan untuk setiap pekerjaan yang melibatkan bahaya menengah dan
tinggi dan harus ditinjau secara teratur karena bahaya baru mungkin timbul dari operasi di
tempat kerja baru dimulai, perubahan dalam prosedur tugas pekerjaan atau personil, dan
dari kombinasi bahaya.
Job Safety Analysis (JSA) merupakan suatu pendekatan terstruktur untuk
mengidentifikasi suatu potensi bahaya dalam pekerjaan dan merancang langkah-langkah
pencegahannya.
Semua kondisi atau praktek kerja yang tidak aman atau tidak sehat akan dievaluasi
dan bila perlu dikoreksi. Kondisi tersebut akan dikoreksi setiap saat di perlukan
mengingat resiko / bahaya bahaya tersebut.

6.4 SIKA / Work Permit (Surat Izin Kerja Aman)


Suatu sistem ijin kerja harus dilaksanakan pada proyek ini sebelum melaksanakan
suatu aktifitas pekerjaan bertujuan untuk memastikan bahwa semua aktifitas pekerjaan
telah diketahui dan siap untuk di kerjakan / eksekusi. Dari suatu perijinan kerja kita
dapat mengenali sumber bahaya / risiko yang ada dan langkah pencegahanya, juga kita
mengetahui apa jenis pekerjaan yang akan dilakukan, jadi semuanya dilakukan sesuai
perencanaan secara sistematis dan menyeluruh.
Dalam hal ini Coordinator dan pengawas harus mempersiapkan aplikasi izin
untuk bekerja yang diajukan ke Project Manager dan di lakukan pemeriksaan oleh HSE.
Sistem perijinan kerja untuk semua aktifitas pekerjaan seperti :
a. Pekerjaan Dingin
b. Masuk ruang terbatas / Confined space
c. Pekerjaan panas (pengelasan,pemotongan, Menggerinda)
d. Pekerjan penggalian
e. Pekerjaan ketinggian
f. Pekerjaan radiografi dan lainnya
Semua aktifitas pekerjaan diatas harus dibuatkan ijin kerjanya setiap
melakukan pekerjaannya dan melampirkan Job Safety Analysis (JSA).
Filosofi yang mendasari untuk sistem izin bekerja adalah bahwa pelaksanaan
pekerjaan dilapangan menerima izin setelah ditinjau oleh Coordinator lapangan terkait
pekerjaan ini dan disetujui oleh Project Manager dan dipastikan pekerjaan aman untuk
dilaksanakan oleh HSE. Selanjutnya, izin kerja sebagai bentuk pernyataan kerja, yang

19
menjelaskan metode kerja dan identifikasi tindakan pencegahan yang akan dilaksanakan
oleh karyawanny.
Untuk proyek ini Surat Izin Kerja Aman (SIKA) akan merefer ke Prosedur SIKA
Klien.

6.5 MSDS
MSDS harus disimpan dan dipelihara oleh bagian HSE untuk memberikan
informasi terkini kepada karyawan mengenai bahan I material tersebut.
Berikut ini adalah langkah dilakukan untuk menangani bahan kimia berbahaya atau
campuran di tempat kerja.
- Setiap bahan kimia berbahaya harus memiliki MSDS di tempat kerja dan tersedia bagi
karyawan.
- Simpan MSDS untuk referensi penggunaan dan di masa mendatang
- Melatih para pekerja tentang bahaya dan upaya perlindungan sesuai dengan petunjuk dari
MSDS tersebut.

6.6 Pengendalian dan Pengelolaan Limbah / Sampah


Secara umum semua limbah ditangani dalam tiga langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan sampah I limbah sesuai jenisnya sebelum mengirim ke
daerah pembuangan atau pengolah limbah.
b. Menerima otorisasi I instruksi untuk penanganan limbah selanjutnya.
c. Mengirim limbah dari limbah yang dikumpulkan ditempat penampungan sementara
ke lokasi pembuangan limbah atau penampungan akhir, kecuali limbah B3 akan diserahkan
kepada Pihak pengumpul / pemusnah limbah B3 yang mempunyai izin resmi dari KLH.
Khusus area untuk tempat penampungan limbah B3, kami akan melarang setiap
orang yang tidak berwenang memasuki area tersebut. Tempat I lokasi harus dilengkapi
dengan tanda I sign untuk mengingatkan akan bahaya diarea tersebut.
Sampah dan limbah makanan akan dikumpulkan pada tempat sampah yang
disediakan sesuai kategorinya yaitu organic, non organic di sejumlah tempat strategis,
yaitu di area kantor / office, dan lain lain.
Tempat sampah akan dibersihkan setiap hari oleh kru kebersihan.. Untuk
limbah B3 yang dihasilkan kami akan meminta ijin dengan klien untuk penggunaan
tempat penampungan sementara Limbah B3 yang telah dimiliki oleh Klien.
6.7 HSE Meeting
Rapat-rapat keselamatan dilakukan sebagai sarana sosialisai, diskusi, dengar
pendapat dan menampung aspirasi karyawan. Harus dipastikan bahwa rapat dilakukan
dengan konsisten dan berkesinambungan. Catatan rapat dan daftar hadir disimpan dan
dilaporkan kepada Klien.
Pada pekerjaan Pekerjaan Project ini komunikasi, partisipasi dan konsultasi, dan
rapat keselamatan mencakup:
1. Safety Induksi, dilakukan minimal sekali bagi pekerja baru atau pekerja yang
ditempatkan pada proyek terkait, durasi waktu disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan. Dalam safety induction akan dijelaskan informasi terkait safety, potensi
sumber bahaya yang ada pada setiap pekerjaan dan penjelasan lokasi tempat kerja.
2. Tool box meeting, dilakukan setiap akan memulai pekerjaan, selama lebih kurang 10
menit. Dalam tool box meeting akan dibahas tentang identifikasi bahaya dan isu-isu HSE
lainnya yang dapat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3. Safety Meeting, dilakukan secara regular mingguan atau bulanan. Jika disyaratkan, PT
ETI akan mengikuti safety meeting yang dilaksanakan Klien sesuai schedule yang
ditetapkan.
4. Promosi / kampanye / sosialisasi HSE dilakukan sesuai program-program yang bertujuan
sebagai tindakan pencegahan (preventive action). PT ETI melakukan program promosi
dan awareness, seperti buletin Board, poster dan spanduk-spanduk / banner.

6.8 Pemeriksaan Kesehatan Rutin.


Kesehatan kerja menjadi yang diperhatikan oleh PT. ETI. Saat proses seleksi
karyawan kami akan mempekerjakan karyawan yang sehat secara jasmani dan rohani. Hal
ini harus dibuktikan dengan surat rekomendasi dari dokter.
Adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala yang dilakukan oleh tenaga medis
yang ditunjuk perusahaan. Setiap karyawan yang akan bekerja di lapangan harus sudah
melakukan pemeriksaan kesehatan dan mendapat rekomendasi dokter bahwa dirinya dalam
keadaan sehat untuk bekerja (fit to work).
Karyawan yang ditemukan tidak sehat dan mengganggu kesehatannya jika
pekerjaanya dilanjutkan maka akan dikeluarkan rekomendasi yang bijak yang berorientasi
kepada kesejahteraan kesehatan karyawan itu sendiri. MCU (Personil Inti) yang dilakukan,
seperti tidak terbatas pada:
1. Ringkasan riwayat kesehatan

21
2. Pemeriksaan fisik
3. Test darah rutin
4. Test urine rutin
5. X-ray dada rutin
6. Test laboratorium
7. Audiogram
8. Gigi
9. Treadmill test
10. Abdominal test
11. Mata
12. Obat-obat terlarang, dll
Konsultasi kesehatan dengan instansi kesehatan, misalkan puskesmas atau rumah
sakit terdekat harus dilakukan untuk mengetahui pandemik penyakit yang sering berjangkit
serta tindakan penanganan dan pencegahan.
Koordinator di lapangan harus memastikan para pekerja di lapangan bekerja di
lingkungan kerja yang bersih dan sehat, termasuk makanan yang dikonsumsi dan sumber air
yang digunakan.

6.9 Rambu Rambu Promosi HSE


Selain rapat komunikasi di atas, media informasi dan kampanye tentang HSE
juga disampaikan melalui papan buletin, spanduk / banner, poster, buku saku
keselamatan dan kesehatan kerja (Handbook HSE) dan papan informasi HSE yang
akan diberikan untuk mengingatkan para pekerja agar bekerja dalam cara yang aman setiap
saat.
Semua media akan diupdate pada periode waktu tertentu, yaitu data statistik
performance HSE akan update setiap bulan; Spanduk / Banner dan Poster akan diatur
kembali setiap bulan dan diperbaharui setiap saat ; papan informasi yang akan dipasang
sesuai dengan informasi update tentang HSE. Semua komunikasi yang dilakukan harus
didokumentasikan. Dokumentasi harus mencakup subjek I topik diskusi dan tingkat
kehadiran rapat.
Dokumentasi ini akan ditinjau/diaudit secara berkala untuk memastikan
pelaksanaannya. Untuk menyediakan komunikasi yang jelas antara semua pekerja yang
terlibat maka digunakan dua bahasa yang akan dipilih yaitu bahasa Bahasa Indonesia

6.10 House Keeping area kerja


House keeping merupakan salah satu program kebersihan lingkungan kerja
yang akan dilakukan di site proyek. Setiap seminggu sekali akan dilakukan general house
keeping untuk semua karyawan sebelum memulai bekerja untuk.
Bagian HSE bekerja sama dengan karyawan umum akan menyediakan kantong
plastik untuk sampah yang di bersihkan oleh karyawan , kemudian sampah tersebut di
taruh di tempat sampah yang telah disediakan sesuai dengan jenisnya. Dan untuk house
keeping diarea kerja masing masing dilakukan setiap hari setelah tool box meeting yang
dipimpin oleh Coordinator / pengawas masing masing. Seperti hal berikut dibawah ini:
a. Coordinator area kerja bertanggung jawab terhadap kebersihan area kerjanya
masing-masing (tempat kerja, peralatan kerja)
b. Setiap personil perusahaan yang bekerja diarea proyek wajib membersihkan area
tempat kerja dan merapikan kembali tempat kerja dan peralatan kerjanya setelah
selesai bekerja.
c. Setiap aktivitas Pekerjaan material harus dipastikan tidak menimbulkan bahaya
baru / mengganggu akses lalu lalang pekerja, harus ditempatkan dengan benar dan
rapi sesuai dengan jenis materialnya.

6.11 Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri adalah alat pelindung diri pekerja sebagai usaha terakhir yang
bertujuan untuk mengurangi akibat dari kecelakaan yang terjadi. APD atau PPE
diidentifikasi sesuai hasil JSA / HIRADC. PT.ETI akan menyediakan APD sebelum
pekerjaan di lapangan dimulai.
Jumlah dan spesifikasi dari APD minimal akan mengikuti persyaratan Klien. Setiap
karyawan wajib memelihara dengan baik dan mempergunakan APD secara maksimal
untuk keselamatan dirinya. Komitmen pemakaian APD dan kondisi kelayakan APD di
control dan diinspeksi di lapangan secara teratur.
Pelatihan penggunaan APD dilakukan agar APD dapat dipakai secara baik dan
maksimal melindungi karyawan.
APD yang digunakan adalah tidak terbatas hanya pada :
1. Safety Helmet (Helm keselamatan)
2. Safety Shoes (Sepatu Keselamatan)
3. Safety Body Harnest (Penahan Jatuh)
4. Hand glove (Sarung tangan)
5. Ear protection (pelindung telinga)
6. Mask Protection (masker)
7. Face Shield
8. Rompi
9. Coverall
10. Kotak First aid
11. Gas Detector
12. Dll

23
Safety Safety Safety Ear Safety Safety Mask Welding Work Face
Pekerjaan
Shoes Helmet Glass Plug Harnest Glove Protection Mask Vest Shield
Work √ √ √ √ √
General
Welding √ √ √ √ √ √ √

Grinding √ √ √ √ √ √ √ √

Kerja Listrik √ √ √ √ √

Kerja √ √ √ √ √ √
Ketinggian
Confine √ √ √ √ √ √
space
Operation √ √ √ √ √
Alat
Kerja Galian √ √ √ √ √

Kerja Area √ √ √ √ √ √
Bising
Kerja area √ √ √ √ √ √
berdebu
Kerja √ √ √ √ √ √
Scafolding
Kerja Diatas √ √ √ √ √ √
Air
Rencana Metrik APD

6.12 LOTO ( lock out, Tag out )


Label Bahaya Perorangan (Personal Danger Tag / Do not Operate dan Padlock /gembok)
sebelum dipasang :
 Gunakan pemandu / Spotter jika unit masuk / keluar area kerja.
 Hentikan dan matikan mesin, dan pasang ganjal (Wheel Chock).
 Pastikan bahwa sudah tidak ada energi yang muncul / tertinggal di dalam system
operasi, dengan melakukan pengontrolan ulang.
 Lengkapi keterangan yang jelas pada label Padlock.
 Gantungkan label Padlock dengan kuat pada isolator positif.
 Bersihkan daerah kerja, dan buang sisa-sisa material / parts yang tidak terpakai setelah
selesai kerja.
 Pastikan bahwa karyawan lain dalam posisi aman.
 Lepaskan label bahaya / Padlock bila selesai dan hidupkan kembali sumber energi.
 Uji / hidupkan kembali peralatan tersebut, jika anda berwenang.
 Hanya Site Manager atau pengawas keselamatan yang boleh melepas label Padlock,
bila yang memasang pertama lupa.

6.13 Pelatihan HSE


Pengembangan kemampuan personil dilakukan melalui pelatihan-pelatihan dan
penyegaran (refreshing) yang dilakukan berkesinambungan. Training internal dan
eksternal dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Setiap personil yang diikutsertakan dalam
pelatihan wajib untuk mengikuti dan memahami training tersebut.
Pelatihan yang relevan diselenggarakan / dilaksanakan sebelum mulai pekerjaan
bagi semua orang yang melaksanakan pekerjaan di lapangan. standar, kompetensi,
pelatihan dan induksi yang diberikan tidak terbatas pada:
a. Peraturan perundangan-undangan yang berhubungan dengan keselamatan, kesehatan,
dan lingkungan; dan yang diberlakukan dalam pekerjaan ini.
b. Prosedur dan petunjuk kerja yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan di area Client

Rencana Training dan Pelatihan HSE.

No Jenis Manager Supervisor Staff Mechanic Electric Driver Helper Ket


Pelatihan

1 Basic Safety √ √ √ √ √ √ √

2 JSA √ √ √ √ √ √ √

3 APAR √ √ √ √ √ √

25
4 Investigasi √ √ √
Kecelakaan

5 First Aid √ √ √ √ √ √

6 APD √ √ √ √ √ √

6.14 Sertifikasi Peralatan


Peralatan yang akan di gunakan di area kerja harus memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh klien.dan telah di uji kelayakan dari pihak yang berwenang / SILO .
Semua peralatan harus di sertifikasi dan dikalibrasi dan masih valid untuk
digunakan.dan untuk operator peralatan tersebut harus mempunyai Surat Ijin operasional
alat tersebut.dan dipastikan SIO untuk operator masih valid.

7. KEADAAN DARURAT
7.1 Prosedur Keadaan Darurat
PT.ETI akan membentuk alur komunikasi keadaan darurat, yang meliputi Project
Manager dan Personel PT. ETI, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), pelayanan
kesehatan rujukan, dinas pemadam kebakaran dan kepolisian setempat. Informasi pertama
keadaan darurat harus singkat dan menunjukkan pada sifat dan keseriusan kecelakaan,
perkiraan keparahan, dan kebutuhan untuk bantuan dari rumah sakit / pelayanan kesehatan
rujukan, dinas pemadam kebakaran, dan lain-lain. Lokasi dan nomor telepon darurat harus
terpasang di lokasi pekerjaan. Ketika kecelakaan/ kondisi darurat terjadi, alur komunikasi
dan organisasi tanggap darurat harus diinduksikan ke seluruh pekerja.
Dalam kasus cedera, P3K harus diberikan kepada orang yang terluka. Ketika cedera
serius terjadi kasus kebakaran, pekerjaan yang berada di sekitar lokasi kebakaran
menghentikan pekerjaannya dan segera menuju lokasi aman. Selanjutnya petugas fire
fighting memadamkan titik api sebelum petugas pemadam kebakaran dari dinas pemadam
kebakaran setempat tiba.
Ketika terjadi ledakan, karena ada kemungkinan ledakan lain, semua pekerja di
sekitarnya berhenti bekerja, matikan seluruh peralatan dan segera menuju titik kumpul
aman, dan selanjutnya menunggu instruksi lebih lanjut.
Jika kecelakaan melibatkan kematian, LTI, atau sakit atau kerusakan serius pada
peralatan seperti proses, fasilitas atau peralatan karena kebakaran ledakan atau bencana
alam, Site Manager harus melaporkan ke Managemen tertinggi PT ETI dan jika diperlukan
kepolisian setempat.

7.1.1 Kebakaran
a. Ketika terjadi kebakaran, foreman / pengawas Lapangan memerintahkan seluruh
pekerja (selain petugas fire fighter dan first aider) untuk berhenti bekerja dan menuju
titik aman yang telah ditetapkan dan diberitahukan di dalam toolbox meeting. Lokasi
kebakaran diisolasi, listrik dimatikan dan sumber bahan bakar lain di lokasi pekerjaan
yang dekat dengan titik api harus dijauhkan.
b. Petugas fire fighter melakukan tugasnya memadamkan titik api, dan petugas first aider
memberikan pertolongan pertama bila ada korban terluka.
c. Foreman atau pekerja lainnya memberitahukan kepada Site Manager yang
bertanggung jawab dalam proyek tersebut bahwa telah terjadi kebakaran
d. Site Manager dan melaporkan kejadian beserta kerusakan yang telah terjadi kepada
incident commander. Informasi yang diberikan berupa :
 Lokasi terjadinya kebakaran
 Tindakan yang dilakukan terkait kebakaran
 Ada korban atau tidak
 Bila ada, siapa korbannya dan cedera yang diderita
 Pertolongan yang telah diberikan
 Aset yang terbakar atau rusak
e. Incident commander memerintahkan tim tanggap darurat untuk melaksanakan
tugasnya menangani situasi darurat yang terjadi.
f. Bila kebakaran tidak terkendali, Site Manager menghubungi Dinas Pemadam
Kebakaran setempat dan kepolisian.
g. Incident Commander melaporkan kejadian darurat ke atasan / client
7.1.2 Kebocoran Gas
Jika terjadi kebocoran, pastikan tidak ada titik api di lokasi kebocoran sampai
titik kebocoran telah diatasi / diisolasi
a. Ketika terjadi kebocoran, foreman / pengawas memerintahkan seluruh pekerja (selain
petugas fire fighter dan first aider) untuk berhenti bekerja dan menuju titik aman.
Lokasi diisolasi.
b. Foreman/pengawas memerintahkan untuk memastikan titik kebocoran dan
memastikan seluruh titik api telah dimatikan dilokasi kebocoran.

27
c. Foreman/pengawas melaporkan kejadian kepada site manager dan site manager
melaporkan kejadian kepada incident commander.
d. Bila kebocoran besar, incident commander memerintahkan tim tanggap darurat untuk
melaksanakan tugasnya menangani situasi darurat yang terjadi.
7.1.3 Darurat Medis / Kecelakaan kerja
a. Ketika terjadi kecelakaan yang mengakibatkan pekerjaan mengalami cidera, foreman /
pengawas pekerjaan memerintahkan petugas first aider untuk melaksanakan tugasnya.
Lokasi pekerjaan dilakukan pengisolasian.
b. Bila cidera yang dialami oleh pekerja tersebut tidak dapat ditangani oleh petugas first
aider, maa foreman/pengawas pekerjaan menghubungi layanan medis setempat untuk
mengirimkan ambulans, foreman/pengawas pekerjaan langsung mengantarkan korban
ke lokasi pelayanan medis yang telah disepakati sebelumnya.
c. Foreman / pengawas pekerjaan melaporkan kejadian kepada site manager dan site
manager melaporkan kejadian ini kepada incident commander. Informasi yang
diberikan berupa
 Lokasi kejadian
 Pekerja yang cedera
 Cedera yang terjadi
 Pertolongan pertama yang diberikan
 Rujukan pelayanan medis
7.1.4 Tumpahan Minyak
a. Jika terjadi tumpahan minyak segera hentikan pekerjaan dan isolasi area kerja tempat
terjadinya tumpahan minyak
b. Kemudian Melaporkan tumpahan minyak kepada pengawas lapangan
c. Pengawas lapangan melaporkan kepada Incident commander bahwa telah terjadi
tumpahan minyak
d. Incident Commander memerintahkan team penanggulangan keadaan darurat untuk
mengisolasi area tumpahan minyak
e. Jika tumpahan minyak tidak dapat diatasi meminta bantuan dari luar.
7.1.5 Huru Hara
a. Jika melihat / mengetahui huru hara seperti perkelahian atau pencurian segera
laporkan kepada pengawas anda jangan main hakim sendiri.
b. Segera laporkan kepada team keamanan area kerja.
c. Jika team keamanan tidak bisa mengatasi keadaan huru hara laporkan kepada pihak
yang berwajib dari luar.
7.2 Kelengkapan Informasi Keadaan Darurat
Daftar Nomor Telepon Darurat

Organisasi, Departement
No. Nama No. Telp
dan Personel
1 Rumah Sakit Klinik Trimitra 021 867 2005
2 Kantor Polisi Polsek Gunung Putri 021 8671405

3 Pemadam Kebakaran Damkar Bogor 0251-313113


4 Direktur Afin 0818 0744 6449
5 Project Manager Ridwan S Raya 0813 1961 3448
6 HSE Manager M.Sofyan 0812 9509 2239
7 Site Manager Irbian 0858 8398 0563
8 Insiden Leader Supervisi Muladi 0813 2809 9317

Matrix Pelatihan Keadaan Darurat

Bulan Ke
No. Pelatihan Keadaan Darurat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pelatihan Evakuasi √ √

2 Pelatihan Pemadaman Api √ √

3 Pelatihan Medical Evacuation √ √

7.3 INFORMASI KEADAAN DARURAT.


Struktur Organisasi Emergency Response Team

Keadaan Darurat
Jangan panik, Hentikan
pekerjaan, Matikan
peralatan,Tangani jika bisa,

29
ERT Supporting Incident Commander Client

HSE Manager Site Manager Bantuan dari luar

ERT Leader Supervisi

Safety

Team Evakuasi Team First Aider Team Fire Fighthing

1. Ketua 1. Ketua 1. Ketua

2. Anggota 2. Anggota 2. Anggota

3. Anggota 3. Anggota 3. Anggota

4. Anggota 4. Anggota 4. Anggota

7.4 Peralatan P3K :


a. Standart Minimal Daftar Isi kotak P3K mengacu pada Permenaker no 15 tahun 2018
minimal:
No ISI Kotak A( 25 Kotak B Kotak C
(50 orang atau (100 orang
orang atau
kurang) kurang) atau kurang)
1 Kasa steril terbungkus 20 40 40
2 Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3 Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4 Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5 Plester cepat 10 15 20
6 Kapas (25 gram) 1 2 3
7 Kain segitiga/mittela 2 4 6
8 Gunting 1 1 1
9 Peniti 12 12 12
10 Sarung tangan sekali 2 3 4
pakai
11 (pasangan) 2 1 1
12 Masker 1 1 1
13 Pinset 1 1 1
14 Lampu senter 1 1 1
15 Gelas untuk cuci mata 1 2 3
16 Kantong plastik bersih 1 1 1
17 Aquades (100 ml lar. 1 1 1
Saline)
18 Povidon Iodin )60 ml) 1 1 1
19 Alkohol 70 % 1 1 1
20 Buku panduan P3K 1 1 1
21 Buku catatan Daftar isi 1 1 1
kotak

b. Jenis kotak P3K berdasarkan Jumlah Karyawan.

Jumlak Kotak P3K tiap I


Jumlah Pekerja/buruh Jenis Kotak P3K
unit kerja
< 26 pekerja/buruh A 1 Kotak A
26 s.d 50 pekerja/buruh B/A 1 Kotak B atau,2 Kotak A
1 Kotak C atau,
2 Kotak B atau,
51 s.d 100 pekerja/buruh C/B/A
4 Kotak A atau,
1 Kotak B dan 2 Kotak A
1 Kotak C atau,
C/B/A 2 Kotak B atau,
Setiap 100 pekerja/buruh
4 Kotak A atau,
1 Kotak B dan 2 Kotak A

8. INCIDENT, ACCIDENT & PELAPORAN INVESTIGASI KECELAKAAN

31
8.1 Prosedur Pelaporan dan Investigasi Kecelakaan
Untuk cidera pertolongan pertama, kerusakan property, kebakaran / ledakan dan near miss /
kejadian berbahaya lainnya Site manager, Supervisor dan Safety Site harus :
 Membuat laporan kecelakaan paling lama dalam dua puluh empat (24) jam.
 Membuat laporan investigasi kecelakaan paling lama (2x24 jam)

Untuk kecelakaan fatal dan kehilangan waktu kecelakaan (LTA), kerusakan property besar
dan fire / ledakan, harus:
 Segera memberitahu Project manager dan Direktur melalui telepon / fax segera
 Membuat laporan kecelakaan dalam waktu dua puluh empat (24) jam.
Dalam kasus kematian, kerusakan Property dengan dampak, fire / ledakan, Site manager
harus segera memberitahukan Manajer Proyek dan Direktur melalui telepon. Site manager
harus memastikan bahwa semua kecelakaan dilaporkan kepada perwakilan resmi klien
dalam waktu 12 jam dari insiden terjadi. Sebuah salinan semua laporan insiden disampaikan
kepada perwakilan resmi klien

8.2 Alur Pelaporan Kecelakaan

SISTEM PELAPORAN KECELAKAAN

INSIDEN DILOKASI
Cidera atau Sakit

LAKUKAN PENANGANAN P3K

APAKAH KORBAN DAPAT


DTANGANI DI SITE ?

Ya EVAKUASI SELESAI

Tidak
LAPORAN FIRST AID
KE KLIEN
RUMAH SAKIT TERDEKAT /
RUMAH SAKIT RUJUKAN.

LAPORAN MEDICAL TREATMENT


EVAKUASI SELESAI
KE KLIEN

ALUR PELAPORAN KEJADIAN BAHAYA

JIKA TERJADI INSIDEN


TANPA CIDERA SEGERA
MEMBERITAHUKAN KEPADA
PENNGAWAS LAPANGAN

PENGAWAS KERJA DAN HSE OFFICER


SAFETY MELENGKAPI
LAPORAN
MENYELIDIKI BERSAMA

PROJECT MANAGER RECEIVES ORIGINAL


Memberitahukan OF COMPLETED
kepada Perwakilan EVALUASI DAN MENYELIDIKI INCIDENT REPORT
Klient TEMUAN DAN MENYETUJUI
TINDAKAN PERBAIKAN

33
TINJAU INSIDEN DALAM  CATAT INSIDEN
 STATISTIK
KECELAKAAN
TOOLBOX MEETING HSE
 CATAT KECELAKAAN
PER BULAN
 TINDAK LANJUTI DAN
TINDAKAN PERBAIKAN

END

END

9. INSPEKSI DAN AUDIT.


9.1 Prosedur Inspeksi
Inspeksi HSE akan dilakukan Pengawas HSE dan Supervisor lapangan.
Tujuan daripada Inspeksi untuk menjaga konsistensi penerapan standart HSE
dilingkungan kerja.
Inspeksi dilakukan Team HSE dan Supervisor meliputi seluruh area kerja terutama
terhadap area yang telah di identifikasikan mempunyai potensi bahaya , kecelakaan dan
pencemaran akan diberikan perhatian yang lebih.
Pengawas HSE dan Supervisor akan langsung memberikan perintah lisan ditempat
untuk menghentikan pekerjaan bilamana di temukan keadaan yang berbahaya.
9.2 Rencana Scedule Inspeksi .
No Jenis Inspeksi dan Audit Frekuensi PIC
1 Inspeksi APD Mingguan Safety Officer
Safety Officer,
2 Inspeksi Area kerja Bulanan
Supervisor
Setiap Akan
Safety Officer,
3 Inspeksi Peralatan Kerja digunakan dan
Supervisor
Mingguan
4 Inspeksi Alat Berat Setiap akan Safety dan Klient
digunakan dan
Bulanan
5 Inspeksi Vehicle / Mobil Bulanan Safety,Supervisor
Setiap akan
6 Inspeksi Scafolding Safety, Supervisor
digunakan.
7 Inspeksi P3K Bulanan Safety
8 Inspeksi APAR Bulanan Safety
9 Inspeksi Industrial Hygiene Bulanan Safety ,Supervisor

9.3 Prosedur Audit


Secara periodik PT ETI akan mengevaluasi penerapan sistim pengelolaan HSE dan
lingkungan dengan cara audit secara internal. Perencanaan audit berupa program dan jadwal
audit akan ditetapkan oleh komite SMHSE. Audit akan dilakukan oleh managemen yang
telah mengikuti pelatihan internal audit untuk SMHSE / OHSAS 18001/ ISO 14001.
Prosedur audit internal adalah prosedur sistim SMHSE yang menjelaskan
mekanisme audit internal dari perencanaan, pelaksanaan dan pendokumentasian catatan
audit internal. Ruang lingkup dari audit ini diterapkan untuk mengimplementasikan Sistem
Pengolahan HSE dan Lingkungan di PT ETI.
Rencana dan scedule Audit
No Jenis Audit Rencana PIC
Team Managemen
1 Audit Internal Setiap 6 bulan sekali
Kontraktor
Petengahan project dan akhir
2 Audit Eksternal Team Audit Client
project atau setiap 6 bulan

10. MANAGEMEN SUB KONTRAKTOR


10.1 Managemen Subkontraktor
Secara umum , calon kontraktor sebelum mengajukan penawaran atau dalam tahap
tender / lelang sudah dijelaskan tentang persyaratan / ketentuan sistem HSE jika nantinya
terpilih sebagai subkontraktor.
Secara Khusus, subkontraktor yang terpilih wajib mengikuti peraturan yang telah
ditentukan dalam melaksanakan pekerjaannya.
10.2 Kompetensi Subkontraktor

35
Calon sub kontraktor harus memenuhi kompetensi sesuai bidang keahliannya
apabila akan menjadi subkontraktor dalam proyek ini.Sebelum mengajukan penawaran
Subkontraktor akan mensubmit kompetensi perusahaan sesuai bidang keahliannya
10.3 Aspek HSE Sub kontraktor
Adapun subkontraktor dalam prosesnya wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Form Evaluasi kontraktor
b. Sistem Managemen HSE kontraktor.
c. Performa HSE kontraktor selama tiga tahun terakhir.

Anda mungkin juga menyukai