Pengawas setiap kegiatan bertanggung jawab atas semua aspek dari keselamatan kerja
termasuk penerapan dari prosedur - prosedur perusahaan, undang - undang dan peraturan -
peraturan yang berlaku.
Pengendalian bahaya tidak hanya dilakukan sebagai suatu reaksi terhadap suatu kecelakaan
atau sebagai hasil dari inspeksi yang telah dilakukan di tempat kerja.
Permintaan pada setiap karyawan untuk melakukan semua kegiatan operasinya dengan
mencapai standar tertinggi dari keselamatan kerja dengan sasaran NIHIL KECELAKAAN.
a. Melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui dan mengurangi potensi-
potensi bahaya. Melakukan audit internal sesuai dengan program serta menindak lanjuti
hasil temuan untuk mencegah kecelakaan sedini mungkin.
b. Mengembangkan pelatihan bagi seluruh karyawan dan mendorong mereka untuk
memberikan masukan dengan cara berbagi informasi melalui sistem komunikasi dua
arah.
c. Mengembangkan perencanaan tindakan darurat beserta prosedur penanggulangan yang
efektif, apakah untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan atau
bersifat keamanan. Dengan demikian akan mengurangi dampak negatif terhadap
Perusahaan lainnya.
d. Memastikan bahwa setiap kegiatan lapangan mempunyai prosedur pelaporan
Kecelakaan/Insiden dan setiap kecelakaan diselidiki secara menyeluruh,
didokumentasikan dan dicatat biaya-biayanya.
2.1 Kebijakan HSE PT. Enviromate Technology International.
3
2.2 Kebijakan Penggunaan Obat – Obatan Terlarang dan Alkohol
5
3. Key Performance Indicator (KPI)
3.1 Leading dan Lagging Indicator.
No Item Target Satuan Evidence Keterangan
Jumlah pekerja
1 10 Orang Absensi Laporan harian HSE
LEADING INDICATOR
Safety Talk / Harian Daftar Actual ≥ Target
10 Tool box hadir &
Meeting Notulen
HSE Meeting 1x/ minggu Laporan & Actual ≥ Target
11
notulen
12 HSE Inspection 1x/minggu Laporan Actual ≥ Target
Kepatuhan APD 95% Laporan Actual ≥ Target
13
7
3.2 Sasaran & Target Proyek
Sasaran dan Target yang akan dicapai dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Program keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan , Hygiene dan Sanitasi di
lingkungan kerja Perusahaan dapat terlaksana dengan baik.
2. Perilaku tenaga kerja dapat terkontrol dengan baik.
3. Zero Accident.
4. Zero Occupational.
5. Zero Polution.
6. Zero Fire.
Direktur
HSE Manager
Manager Proyek
Site Manager
HSE Site
Supervisor
Manager Proyek :
- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan HSE di site
- Mengatur dan membuat Schedule pekerjaan di site
- Mendukung dan melaksanakan semua program HSE di lapangan
- Membuat Instruksi keselamatan kerja di site
- Memastikan semua staffnya telah menerima instruksi kerja dan telah dilaksanakan
- Memberikan semua dukungan sarana dan prasarana terhadap teksnis pekerjaan dan
keselamatannya
Manager HSE
Mengkoordinasikan aspek keselamatan pekerjaan di proyek dengan melakukan rapat
tentang keselamatan secara periodik, didokumentasi dan dicatat dan menyebarluaskan
pemahaman aspek keselamatan kerja kepada semua karyawan yang terlibat.
HSE Site:
- Membantu mengurus Ijin kerja
- Mensosialisasikan dan mempromosikan sistem HSE di site
- Mengimplementasikan program program HSE di site
- Mengawasi implementasi HSE di site
- Membuat laporan implementasi HSE di site
- Memberikan pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaaan atau sakit disite
- Memberikan saran dan teknis terhadap masalah yang berkaitan HSE disite.
Operator :
- Melaksanakan Instruksi dari Coordinator dan Supervisor Site
- Mengimplementasikan Program Program HSE
- Memastikan pekerjaan yang dilakukan aman
- Bekerja sesuai dengan Instruksi kerja dan prosedur HSE
9
- Memelihara peralatan dan perlengkapan Peralatan Operasional
- Melaporkan semua Bahaya kepada Koordinator Site dan Safety Site
- Memakai Alat Pelindung Diri / APD sesuai dengan standart pekerjaannya.
Pekerja :
- Melaksanakan perintah dari Koordinator dan supervisor site
- Mengimplementasikan Program program HSE dan prosedur HSE
- Memastikan pekerjaan dilakukan dengan aman
- Memakai Alat Pelindung diri sesuai standartnya
- Melaporkan semua Bahaya kepada Koordinator site atau Safety site
- Menjaga kebersihan area kerja dan melaksanakan house keeping setiap akan pulang kerja
dan selesai kerja
Driver :
- Melaksanakan Instruksi kerja dari coordinator site
- Mengimplementasikan Program program HSE
- Memastikan Pekerjaaan dilakukan dengan aman
- Mengoperasikan alat sesuai dengan prosedur HSE
- Memelihara peralatan operasional kerja
- Memakai Alat Pelindung Diri sesuai standartnya
- Melaporkan setiap ada bahaya atau kecelakaan kerja .
5. MANAGEMEN RESIKO
5.1 Metode Risk Managemen
Setiap pekerjaan adalah memiliki resiko sesuai dengan tingkat bahaya yang ada
pada daerah dan sifat pekerjaan tersebut. Resiko-resiko ini harus dinilai sedemikian rupa
agar dapat ditentukan langkah apa yang harus dilakukan agar setiap resiko dapat di
minimalisir. Penilaian risiko perlu dilakukan pada setiap jenis pekerjaan. Konsekuensi dan
keseringan (consequency & probality) dinilai dengan objektif dan seksama sehingga dapat
menghasilkan tingkatan resiko sebagai panduan dalam menentukan pengendalian terhadap
resiko tersebut. Tindakan pengendalian harus dilakukan secara SMART (suitanable,
measurable, acceptable, reasonable, timeable).
JSA (Job Safety Analysis), HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment And
Determine Control) dan aspek dampak lingkungan dibuat bersama-sama sebelum
pekerjaan dilaksanakan. Kegiatan ini mencakup terhadap seluruh aktivitas yang berpotensi
bahaya selama pelaksanaan pekerjaan.
JSA adalah identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pemantauan pengendalian
yang harus dilakukan untuk mengetahui jenis kegiatan yang dilakukan, sumber bahaya
dari pekerjaan tersebut, dampak dan resiko yang dihadapi, tindakan pencegahan dan
perbaikannya sesuai nilai resiko pekerjaan tersebut.
Hasil dari identifikasi dan analisa dapat berupa tindakan pencegahan dan
perbaikan, penyediaan APD sesuai resiko pekerjaan. Resiko pekerjaan dan tindakan
penanggulangannya harus disosialisasikan, dimengerti dan dipatuhi semua pekerja.
Aspek lingkungan adalah elemen dari kegiatan, produk atau service yang
berhubungan dengan lingkungan. Dampak lingkungan adalah setiap perubahan terhadap
lingkungan, apakah merugikan atau menguntungkan, secara keseluruhan atau sebagian
yang dihasilkan dari kegiatan, produk atau jasa.
Setiap aspek pekerjaan di lokasi kerja harus mempertimbangkan dampak terhadap
lingkungan yang ditimbulkan untuk melakukan tindakan pencegahan polusi terhadap
udara, air dan tanah.
PT. ETI tidak mentolelir suatu kondisi yang membahayakan, tidak aman, tidak
sehat atau yang secara lingkungan tidak baik. Jika ditemukan adanya kondisi atau kegiatan
yang demikian, termasuk pelanggaran terhadap standar HSE yang harus ditaati, maka
Managemen PT ETI akan segera melakukan tindakan yang diperlukan untuk
menghilangkan, menghentikan, meredakan, atau memperbaiki kondisi atau kegiatan
tersebut.
5.2 Job Health Safety And Environment Analysis.
Dalam komitmen melaksanakan aspek HSE disetiap project PT. Enviromate
Technology International melaksakan identifikasi resiko dalam hal ini Job Health Safety
and Environment dari setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Ini merupakan salah satu
usaha untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang mungkin timbul secara dini terhadap
potensi - potensi bahaya dalam kegiatan kerja. Sebagai langkah awal Manajemen
11
mendorong dan mewajibkan kepada Koordinator / Pengawas dilapangan untuk
memahami dan mensosialisakan Job Health Safety and Environment sebelum setiap
jenis pekerjaan
Dengan dilaksakannya indentifikasi potensi bahaya, PT. Enviromate Technology
International dapat menentukan teknik pengendalian yang akan diimplentasikan di area
project
Semua kondisi atau praktek kerja yang tidak aman atau tidak sehat akan
dievaluasi dan bila perlu dikoreksi setiap saat diperlukan mengingat potensi bahaya dan
resiko pekerjaan tersebut. Adapun hasil identifikasi Job Health Safety and Environment
Analysis adalah sebagai berikut :
Identifikasi Bahaya
R: Rutin; NR: Non-rutin; P: Probabilitas / Kemungkinan; S: Severity / Keparahan; H: Health /Kesehatan; S: Safety /Keselamatan E : Environment, R : Resiko
PPL: Peraturan dan Persyaratan Lain yang terkait
ELI: Eliminasi; SUB: Substitusi; KTS: Kendali Teknis; ADM: Administratif; APD: Alat pelindung diri
Kendali
Aktifitas / Alat / Operasional S Penting Pengendalian / Mitigasi
R/
No Material / Produk / NR Bahaya Kerja Risiko Kerja yang saat ini Ya/Tdk
P R PPL
Layanan Sisa
H S E ELI SUB KTS ADM APD
Resiko
Persiapan Kerja
Persiapan Personel Personel tidak fit / tidak Pekerja Sakit Pemeriksaan kesehaytan Permenakertras RI no2 th Pemeriksaan kesehatan L
sehat pekerja 1980 pekerja
Personel Kurang Kompeten Salah pengerjaan Kompetensi pekerja Prosedur Pelatihan dan Personel orang yang L
dibidangnya kompetensi kompeten sesuai bidangnya
Persiapan Peralatan Peralatan kerja tidak Peralatan kerja rusak Pengecekan peralatan Prosedur Inspeksi peralatan Inspeksi peralatan kerja yang L
Kerja standart akan digunakan
Peralatan kerja tidak Pekerjaan terhambat Pengecekan peralatan Prosedur Inspeksi Peralatan Inspeksi peralatan kerja yang L
sesuai akan digunakan
Persiapan APD pekerja APD tidak sesuai APD tidak standart Data APD Permenakertrans Ri no Menyiapkan APD sesuai dengan L
08/MEN/VII/2010 standart dari klien
Jumlah APD tidak sesuai APD kurang Mendata Jumlah APD Mendata jumlah pekerja yang L
dengan data terlibat
Persiapan Data Ijin kerja belum disetujui kecelakaan kerja Prosedur Ijin kerja Prosedur ijin kerja Pastikan data kerja sudah di L
approved orang yang berwenang
Mobilisasi Alat dan NRMengoperasikan mobil Kecelakaan selama SIM Operator / Driver 3 1 3 1 M Prosedur berkendara Ya Pastikan driver orang yang L
2
Material perjalanan kompeten .
Mobil Rusak selama Mobilisasi terhambat Prosedur Inspeksi Prosedur Inspeksi Peralatan Pengecekan Mobil sebelum L
perjalanan peralatan mobilisasi
Mobil kena tilang Mobilisasi terhambat Data Mobil Prosedur berkendara Pastikan Dokumen mobil komplit L
3 Pekerjaan NRAlat pancang yang Alat rusak sehingga Inspeksi alat, SILO 2 1 3 1 M Permenaker RI no 05 Ya Pastikan Alat Panacang sesuai L
Pemancangan beton digunakan tidak standart pekerjaan terhambat /MEN/1985 standart
Material yang diangkat Material jatuh Pengecekan peralatan Prosedur Pengagkatan Operator orang yang kompeten di M
lepas kerja bidangnya
Titik Pancang tidak ada Salah dalam PID 3 1 2 1 M ya Titik pancang sudah di pahami L
marking pemancangan operator
Operator crane tidak Crane terbalik SIO operator Prosedur pengoperasian Operator orang yang kompeten L
kompeten peralatan
SIO Operator sesuai
Pekerjaan Penggalian NRTanah galian labil Tanah longsor Prosedur Penggalian 2 1 3 3 M Prosedur Penggalian ya Galian di beri turap L
Personel Terjatuh ke dalam Cidera pekerja Prosedur Penggalian Prosedur Penggalian Galian di beri Safety sign dan L
galian polisi line / barier
Manual Handling Mengangkat dan Tangan Terkilir , Prosedur manual Prosedur kerja aman Maksimal Handling 25 kg / orang L
mengangkut material Kesleo handling
Personel Tidak mampu kesleo, cidera Prosedur Handling Prosedur kerja aman Menggunakan alat bantu angkat L
mengangkat
Pekerjaan Pembesian Tergores,Tertusuk besi Cidera pekerja APD Prosedur APD Menggunakan APD ( Pelindung L
tangan)
Pemasangan Begesting NRTerjepit kayu dan besi, Cidera pekerja APD 3 1 3 1 M Prosedur APD ya Dilakukan oleh orang yang L
dan pekerjaan kayu paku,tergores, terpukul palu kompeten dibidangnya
Kerja diketinggian Jatuh dari ketinggian Cedera Serius / fatal APD Permenaker No 9 Tahun 2016 Memakai APD Safety Body L
harnest
Persenel tidak kompeten Personel tidak Personel Kompeten 2 1 3 1 M Prosedur kerja diketinggian ya Personel diberi pelatihan kerja di L
kerja diketinggian paham kerja ketinggian
diketinggian
Pemasangan Perancah NRPersonel Pemasang Perancah tidak Kompetensi Pekerja 3 1 3 1 M Permenaker No 9 Tahun 2016 ya Personel orang yang kompeten L
perancah tidak kompeten standart
Mempunyai sertifikat scafolding
Perancah , tidak sesuai Scafolding Roboh Prosedur Perancah Prosedur Kerja di ketinggian Inspeksi Scafiolding sebelum L
standart digunakan.
Pekerjaan piping
Handling / Menangani NRKejatuhan Material / Cidera personel Prosedur manual 3 1 3 1 M Prosedur Kerja aman ya Mengikuti prosedur manual L
Material atau barang barang handling handling
Menyediakan APAR
Terpapar sinar Radiasi Penyakit kerja APD Prosedur Pengelasan Memakai APD pelindung mata L
dan asap dan pernapasan
Terkena percikan Api Cidera pekerja APD Prosedur Pengelasan Memakai APD pelindung kulit L
welding
Grinding Pipa Mata Kena percikan Cidera Mata APD Prosedur Pengelasan Memakai APD pelindung mata. L
griding
Percikan Grinding kena Kebakaran APAR Prosedur Pengelasan bahan mudah terbakar L
bahan mudah terbakar disingkirkan / proteksi
Instalasi Pipa Personel tidak kompeten Salah dalam Instalasi Kompeten Personel Prosedur Pelatihan dan POastikan personel kompeten L
pipa kompetensi dalam instalasi pipa
Memasang pipa Cidera karena terjepit APD Prosedur APD memakai APD sesuai standartnya L
pipa
Hidrotest Line Pipa Tekanan air dan udara Kebocoran pipa Inspeksi pipa Prosedur kerja aman Check dan inspeksi pipa sebelum L
dilakukan hidro test
Pengecatan manual Terkena , menghirup uap Gangguan Prosedur MSDS Prosedur penanganan bahan Memakai APD pelindung L
cat, tiner dll pernapasan berbahaya pernapasan
Terkena cat Iritasi pada kulit Prosedur MSDS Prosedur penanganan bahan Memakai APD pelindung tangan / L
berbahaya kulit dan MSDS
Pekerjaan Instrumen
15
Lifting Instrumen Alat angkat tidak mampu Peralatan demage Prosedur Lifting 3 1 4 1 H Permenaker RI no 05 ya Tidak melebihi SWL alat angkat M
mengangkat /MEN/1985
Sesuai dengan Load Chart
Operator tidak kompeten Kegagalan dalam Prosedur lifting 2 1 4 1 M Prosedur Pengangkatan dan ya Operator kompeten M
pengangkatan alat angkat
SIO operator masih valid
Pemasangan Instrumen Salah pemasangan Terhambatnya Gambar kerja Koordinasi kerja sebelum L
Instrumen pekerjaan pelaksanaan
Instrumen tidak sesuai Terhambat pekerjaan Gambar kerja pastikan instrument sesuai L
dengan kebutuhan dengan kebutuhan
Tergores,Terjepit dalam Cidera personel APD Prosedur APD Memakai APD sesuai dengan L
memasang instrumen standart
Pekerjaan Electrical
Pekerjaan Penggalian Terkena peralatan Cidera personel Prosedur Inspeksi Prosedur Inspeksi peralatan Inspeksi peralatan sebelum L
penggalian peralatan digunakan
Salah dalam menentukan Tidak sesuai dengan PID 2 1 3 1 M ya Pastikan lay out penggaalian L
lokasi penggalian data sudah di approvel
Pemasangan Cabel Tray NRPemotongan dengan Cidera mata karena APD pelindung mata 3 2 3 3 M Prosedur pembakaran dan ya Memakai APD pelindung mata L
gerinda percikan Grinding pemotongan
Kerja diketinggian Cisera serius jatuh APD pelindung jatuh 3 1 3 1 M Prosedur Kerja di ketinggian ya Memakai Safety body Harnest L
dari ketinggian
Manual handling material Cidera karena tangan APD pelindung tangan 3 1 2 1 M Prosedur APD ya Memakai Sarung tangan L
terjepit ,tergores
Pulling Cabel NRTangan Tergores,Terjepit, Cidera pekerja Prosedur kerja aman 3 1 2 1 M Prosedur Kerja aman ya Memakai APD pelindung tangan L
Terbentur
Pembersihan Area Personel Terpeleset, Cidera personel Prosedur APD Prosedur Kerja aman Memakai APD standart L
Kerja teregores, Terjatuh dll
Sampah berserakan Pencemaran Prosedur penanganan 3 2 2 3 M Kepmenaker Ri No.Kep- ya Pembunagan sampah / limbah L
lingkungan limbah 187/MEN/1999 tentang B3 sesuai dengan kenis dan
karakternya
Tempat sampah tidak Pencemaran Prosedur penanganan Prosedur Penanganan limbah Menyediakan Tempat sampah L
mencukupi lingkungan limbah yang mencukupi
Probability (P)
Resiko (R)
VH;Sangat Tinggi, H:Tinggi, M:Sedang, L:Rendah, VL:Sangat 5 4 3 2 1
rendah Sering Sering Kadang Jarang Tidak pernah
sekali Terjadi kadang Terjadi Terjadi
4 : Fatal VH VH H M M
Severity (S) 3 : Serius VH H M M L
2 : Ringan H M M L VL
1 : First aid M M L VL VL
17
6. PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO
19
menjelaskan metode kerja dan identifikasi tindakan pencegahan yang akan dilaksanakan
oleh karyawanny.
Untuk proyek ini Surat Izin Kerja Aman (SIKA) akan merefer ke Prosedur SIKA
Klien.
6.5 MSDS
MSDS harus disimpan dan dipelihara oleh bagian HSE untuk memberikan
informasi terkini kepada karyawan mengenai bahan I material tersebut.
Berikut ini adalah langkah dilakukan untuk menangani bahan kimia berbahaya atau
campuran di tempat kerja.
- Setiap bahan kimia berbahaya harus memiliki MSDS di tempat kerja dan tersedia bagi
karyawan.
- Simpan MSDS untuk referensi penggunaan dan di masa mendatang
- Melatih para pekerja tentang bahaya dan upaya perlindungan sesuai dengan petunjuk dari
MSDS tersebut.
21
2. Pemeriksaan fisik
3. Test darah rutin
4. Test urine rutin
5. X-ray dada rutin
6. Test laboratorium
7. Audiogram
8. Gigi
9. Treadmill test
10. Abdominal test
11. Mata
12. Obat-obat terlarang, dll
Konsultasi kesehatan dengan instansi kesehatan, misalkan puskesmas atau rumah
sakit terdekat harus dilakukan untuk mengetahui pandemik penyakit yang sering berjangkit
serta tindakan penanganan dan pencegahan.
Koordinator di lapangan harus memastikan para pekerja di lapangan bekerja di
lingkungan kerja yang bersih dan sehat, termasuk makanan yang dikonsumsi dan sumber air
yang digunakan.
23
Safety Safety Safety Ear Safety Safety Mask Welding Work Face
Pekerjaan
Shoes Helmet Glass Plug Harnest Glove Protection Mask Vest Shield
Work √ √ √ √ √
General
Welding √ √ √ √ √ √ √
Grinding √ √ √ √ √ √ √ √
Kerja Listrik √ √ √ √ √
Kerja √ √ √ √ √ √
Ketinggian
Confine √ √ √ √ √ √
space
Operation √ √ √ √ √
Alat
Kerja Galian √ √ √ √ √
Kerja Area √ √ √ √ √ √
Bising
Kerja area √ √ √ √ √ √
berdebu
Kerja √ √ √ √ √ √
Scafolding
Kerja Diatas √ √ √ √ √ √
Air
Rencana Metrik APD
1 Basic Safety √ √ √ √ √ √ √
2 JSA √ √ √ √ √ √ √
3 APAR √ √ √ √ √ √
25
4 Investigasi √ √ √
Kecelakaan
5 First Aid √ √ √ √ √ √
6 APD √ √ √ √ √ √
7. KEADAAN DARURAT
7.1 Prosedur Keadaan Darurat
PT.ETI akan membentuk alur komunikasi keadaan darurat, yang meliputi Project
Manager dan Personel PT. ETI, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), pelayanan
kesehatan rujukan, dinas pemadam kebakaran dan kepolisian setempat. Informasi pertama
keadaan darurat harus singkat dan menunjukkan pada sifat dan keseriusan kecelakaan,
perkiraan keparahan, dan kebutuhan untuk bantuan dari rumah sakit / pelayanan kesehatan
rujukan, dinas pemadam kebakaran, dan lain-lain. Lokasi dan nomor telepon darurat harus
terpasang di lokasi pekerjaan. Ketika kecelakaan/ kondisi darurat terjadi, alur komunikasi
dan organisasi tanggap darurat harus diinduksikan ke seluruh pekerja.
Dalam kasus cedera, P3K harus diberikan kepada orang yang terluka. Ketika cedera
serius terjadi kasus kebakaran, pekerjaan yang berada di sekitar lokasi kebakaran
menghentikan pekerjaannya dan segera menuju lokasi aman. Selanjutnya petugas fire
fighting memadamkan titik api sebelum petugas pemadam kebakaran dari dinas pemadam
kebakaran setempat tiba.
Ketika terjadi ledakan, karena ada kemungkinan ledakan lain, semua pekerja di
sekitarnya berhenti bekerja, matikan seluruh peralatan dan segera menuju titik kumpul
aman, dan selanjutnya menunggu instruksi lebih lanjut.
Jika kecelakaan melibatkan kematian, LTI, atau sakit atau kerusakan serius pada
peralatan seperti proses, fasilitas atau peralatan karena kebakaran ledakan atau bencana
alam, Site Manager harus melaporkan ke Managemen tertinggi PT ETI dan jika diperlukan
kepolisian setempat.
7.1.1 Kebakaran
a. Ketika terjadi kebakaran, foreman / pengawas Lapangan memerintahkan seluruh
pekerja (selain petugas fire fighter dan first aider) untuk berhenti bekerja dan menuju
titik aman yang telah ditetapkan dan diberitahukan di dalam toolbox meeting. Lokasi
kebakaran diisolasi, listrik dimatikan dan sumber bahan bakar lain di lokasi pekerjaan
yang dekat dengan titik api harus dijauhkan.
b. Petugas fire fighter melakukan tugasnya memadamkan titik api, dan petugas first aider
memberikan pertolongan pertama bila ada korban terluka.
c. Foreman atau pekerja lainnya memberitahukan kepada Site Manager yang
bertanggung jawab dalam proyek tersebut bahwa telah terjadi kebakaran
d. Site Manager dan melaporkan kejadian beserta kerusakan yang telah terjadi kepada
incident commander. Informasi yang diberikan berupa :
Lokasi terjadinya kebakaran
Tindakan yang dilakukan terkait kebakaran
Ada korban atau tidak
Bila ada, siapa korbannya dan cedera yang diderita
Pertolongan yang telah diberikan
Aset yang terbakar atau rusak
e. Incident commander memerintahkan tim tanggap darurat untuk melaksanakan
tugasnya menangani situasi darurat yang terjadi.
f. Bila kebakaran tidak terkendali, Site Manager menghubungi Dinas Pemadam
Kebakaran setempat dan kepolisian.
g. Incident Commander melaporkan kejadian darurat ke atasan / client
7.1.2 Kebocoran Gas
Jika terjadi kebocoran, pastikan tidak ada titik api di lokasi kebocoran sampai
titik kebocoran telah diatasi / diisolasi
a. Ketika terjadi kebocoran, foreman / pengawas memerintahkan seluruh pekerja (selain
petugas fire fighter dan first aider) untuk berhenti bekerja dan menuju titik aman.
Lokasi diisolasi.
b. Foreman/pengawas memerintahkan untuk memastikan titik kebocoran dan
memastikan seluruh titik api telah dimatikan dilokasi kebocoran.
27
c. Foreman/pengawas melaporkan kejadian kepada site manager dan site manager
melaporkan kejadian kepada incident commander.
d. Bila kebocoran besar, incident commander memerintahkan tim tanggap darurat untuk
melaksanakan tugasnya menangani situasi darurat yang terjadi.
7.1.3 Darurat Medis / Kecelakaan kerja
a. Ketika terjadi kecelakaan yang mengakibatkan pekerjaan mengalami cidera, foreman /
pengawas pekerjaan memerintahkan petugas first aider untuk melaksanakan tugasnya.
Lokasi pekerjaan dilakukan pengisolasian.
b. Bila cidera yang dialami oleh pekerja tersebut tidak dapat ditangani oleh petugas first
aider, maa foreman/pengawas pekerjaan menghubungi layanan medis setempat untuk
mengirimkan ambulans, foreman/pengawas pekerjaan langsung mengantarkan korban
ke lokasi pelayanan medis yang telah disepakati sebelumnya.
c. Foreman / pengawas pekerjaan melaporkan kejadian kepada site manager dan site
manager melaporkan kejadian ini kepada incident commander. Informasi yang
diberikan berupa
Lokasi kejadian
Pekerja yang cedera
Cedera yang terjadi
Pertolongan pertama yang diberikan
Rujukan pelayanan medis
7.1.4 Tumpahan Minyak
a. Jika terjadi tumpahan minyak segera hentikan pekerjaan dan isolasi area kerja tempat
terjadinya tumpahan minyak
b. Kemudian Melaporkan tumpahan minyak kepada pengawas lapangan
c. Pengawas lapangan melaporkan kepada Incident commander bahwa telah terjadi
tumpahan minyak
d. Incident Commander memerintahkan team penanggulangan keadaan darurat untuk
mengisolasi area tumpahan minyak
e. Jika tumpahan minyak tidak dapat diatasi meminta bantuan dari luar.
7.1.5 Huru Hara
a. Jika melihat / mengetahui huru hara seperti perkelahian atau pencurian segera
laporkan kepada pengawas anda jangan main hakim sendiri.
b. Segera laporkan kepada team keamanan area kerja.
c. Jika team keamanan tidak bisa mengatasi keadaan huru hara laporkan kepada pihak
yang berwajib dari luar.
7.2 Kelengkapan Informasi Keadaan Darurat
Daftar Nomor Telepon Darurat
Organisasi, Departement
No. Nama No. Telp
dan Personel
1 Rumah Sakit Klinik Trimitra 021 867 2005
2 Kantor Polisi Polsek Gunung Putri 021 8671405
Bulan Ke
No. Pelatihan Keadaan Darurat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pelatihan Evakuasi √ √
Keadaan Darurat
Jangan panik, Hentikan
pekerjaan, Matikan
peralatan,Tangani jika bisa,
29
ERT Supporting Incident Commander Client
Safety
31
8.1 Prosedur Pelaporan dan Investigasi Kecelakaan
Untuk cidera pertolongan pertama, kerusakan property, kebakaran / ledakan dan near miss /
kejadian berbahaya lainnya Site manager, Supervisor dan Safety Site harus :
Membuat laporan kecelakaan paling lama dalam dua puluh empat (24) jam.
Membuat laporan investigasi kecelakaan paling lama (2x24 jam)
Untuk kecelakaan fatal dan kehilangan waktu kecelakaan (LTA), kerusakan property besar
dan fire / ledakan, harus:
Segera memberitahu Project manager dan Direktur melalui telepon / fax segera
Membuat laporan kecelakaan dalam waktu dua puluh empat (24) jam.
Dalam kasus kematian, kerusakan Property dengan dampak, fire / ledakan, Site manager
harus segera memberitahukan Manajer Proyek dan Direktur melalui telepon. Site manager
harus memastikan bahwa semua kecelakaan dilaporkan kepada perwakilan resmi klien
dalam waktu 12 jam dari insiden terjadi. Sebuah salinan semua laporan insiden disampaikan
kepada perwakilan resmi klien
INSIDEN DILOKASI
Cidera atau Sakit
Ya EVAKUASI SELESAI
Tidak
LAPORAN FIRST AID
KE KLIEN
RUMAH SAKIT TERDEKAT /
RUMAH SAKIT RUJUKAN.
33
TINJAU INSIDEN DALAM CATAT INSIDEN
STATISTIK
KECELAKAAN
TOOLBOX MEETING HSE
CATAT KECELAKAAN
PER BULAN
TINDAK LANJUTI DAN
TINDAKAN PERBAIKAN
END
END
35
Calon sub kontraktor harus memenuhi kompetensi sesuai bidang keahliannya
apabila akan menjadi subkontraktor dalam proyek ini.Sebelum mengajukan penawaran
Subkontraktor akan mensubmit kompetensi perusahaan sesuai bidang keahliannya
10.3 Aspek HSE Sub kontraktor
Adapun subkontraktor dalam prosesnya wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Form Evaluasi kontraktor
b. Sistem Managemen HSE kontraktor.
c. Performa HSE kontraktor selama tiga tahun terakhir.