SKRIPSI
Oleh
Oleh
UTARA TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku di masyarakat keilmuan kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
dalam karya saya ini, atau klaim lain dari pihak lain terhadap keaslian karya saya
ini.
Medan, Oktober
2018
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Identifikasi Potensi Bahaya Menggunakan Job
safety Analysis di Perusahaan Daerah Industri dan
Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan
Tapanuli Utara Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Sri Astuti Sianturi
Nomor Induk Mahasiswa 131000309
Departemen : Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Ketua
Dekan
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan mengenal berbagai
potensi-potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Identifikasi potensi bahaya
yang paling popular dan paling sering digunakan dilingkungan kerja adalah
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA)
merupakan sebuah metode yang menganalisis potensi bahaya yang terdapat pada
sistem dan prosedur kerja serta manusia sebagai pekerjanya seacara lebih
terperinci. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu menggambarkan
hasil identifikasi bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan metode
Job Safety Analysis pada proses kerja penambangan batu (stone getting), pemecah
batu (stone crushing) , pengangkutan batu (stone hauling) di Perusahaa Daerah
Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa disetiap proses kerja terdapat potensi bahaya. Pada proses
pemuatan batu ke dumptruck oleh excavator dan pada proses pemecahan batu
merupakan pekerjaan dengan potensi bahaya terbanyak. Potensi bahaya yang
terjadi diantaranya tabrakan antar unit, bucket excavator jatuh kedalam bak
dumptruck, tersengat arus listrik tegangan tinggi pada saat menghidupkan mesin
crusher, bucket excavator yang masuk ke hoper crusher. Peneliti menyarankan
kepada pihak pengelola di Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran
Nainggolan untuk terus meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan
melakukan upaya pengendalian dari berbagai potensi bahaya pada setiap
pekerjaan.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
We can avoid work accidents by knowing the various potential hazards that exist
in the work environment. Identification of potential hazards that are the most
popular and most commonly used in the work environment are using the Job
Safety Analysis (JSA) method. Job Safety Analysis (JSA) is a method that
analyzes the potential hazards contained in the work system and procedures as
well as human beings as workers in more detail. This type of research is
qualitative research that describes the identification of hazards in a work process
by using the JSA method (Job Safety Analysis) in the process of stone getting,
stone crushing, stone hauling in the Perusahaan Daerah Industri dan
Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan. The results of this study indicate
that in every work process there is a potential danger. In the process of loading
the rock into the dumptruck by the excavator and in the process of loading stone
is the work with the most potential hazards. Potential hazards that occur include
collisions between units, bucket excavators fall into dumptruck tanks, stung by
high voltage electric current when starting the crusher machine, bucket
excavators that enter the hoper crusher. The researcher suggested to the
management in Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran
Nainggolan to continue to improve Occupational Safety and Health by
controlling the various potential hazards in each job.
Keywords :Stone Getting, Stone Chruser, Stone Hauling, Job safety Analysis
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Tapanuli Utara Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat
Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
5. dr.Halinda Sari Lubis, M.K.K.K. dan Umi Salmah, SKM, M.Kes. selaku
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
Tuhan Yesus, ayah Jaumur Sianturi, ibu Rohani Panggabean, kakak Ria
Yanti Sianturi, abang Darwis Ali Putra Sianturi, adek Rapidah Sianturi,
Faijal Sianturi, atas bantuan, motivasi, dukungan dan semangat yang telah
penyelesaian skripsi.
memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini dan semua pihak
yang telah berjasa dan tak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
Penulis
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 8
Bahaya 8
Jenis bahaya 9
Sumber informasi bahaya 16
Identifikasi Bahaya 17
Tujuan idetifikasi bahaya 20
Teknik idetifikasi bahaya 21
Pemilihan teknik identifikasi bahaya 23
Proses identifikasi bahaya 26
Job Safety Analysis (JSA) 27
Manfaat job safety analysis 28
Langkah melakukan job safety analysis 30
Kerangka Pikir 32
Metode Penelitian 33
Jenis Penelitian 33
Lokasi dan Waktu Penelitian 33
Informan Penelitian 33
Instrumen Penelitian 34
Metode Pengumpulan Data 34
Data primer 34
Data sekunder 34
Defenisi Istilah 35
Metode Analisis Data 36
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil dan Pembahasan 38
Gambaran Umum Perusahaan 38
Sejarah singkat perusahaan 38
Visi dan misi perusahaan 38
Rencana produksi perusahaan 38
Sumber daya manusia dan pengembangan ekonomi
masyarakat tanggung jawab sosial 39
Karakteristik Informan 39
Uraian Pekerjaan 40
Penambang batu 40
Pemecahan batu (stone crushing) 41
Pengangkutan batu (stone hauling) 43
Mengidentifikasi Bahaya 44
Identifikasi potensi bahaya pada proses penambangan batu 44
Identifikasi potensi bahaya pada proses pemecahan batu 47
Identifikasi potensi bahaya pada proses pengangkutan batu 50
Pembahasan 51
Potensi bahaya pada penambangan batu 51
Potensi bahaya pada penambangan batu 54
Potensi bahaya pada penambangan batu 58
DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Identitas Informan 40
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Rasio Kecelakaan 20
5 Kerangka Pikir 32
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
3 Pedoman Wawancara 67
4 Transkrip Wawancara 68
5 Dokumentasi 76
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang
yang digunakan, makin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi dan
makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan
penanganan dan pengendalian sebaik mungkin. Setiap tahun ada lebih dari 250
juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit
karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat
kecelakaan dan sakit di tempat kerja menurut ILO, 2013 yang dikutip oleh
(Farsiyah, 2017)
galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis
maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah
permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, batu
alam pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas,
perak dan bijih mangan . Usaha pertambangan merupakan kegiatan dengan risiko
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
berbagai masalah terutama masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena
keselamatan dan kesehatan kerja pada semua sektor kegiatan proses produksi
2014).
sudah ada sejak tahun 1930 dengan nama Mijn Politie Reglement (MPR) yang
Disusul dengan PPRI No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan dan pengawasan
Dari penelitian yang dilakukan oleh (Ghaisani, 2014), potensi bahaya yang
tertimpa, kebakaran dan ledakan serta potensi bahaya kesehatan kerja seperti
paparan debu mineral dari lokasi atau kondisi area pertambangan yang berstruktur
tanah kering dan berpasir yang dapat menyebabkan silikosis atau paparan
terjatuh, terhirup debu mineral, tertimpa butiran batuan, tertabrak, terjepit alat
berat, munculnya air tambang, terhirup gas beracun serta kekurangan oksigen.
Nainggolan yang merupakan objek penelitian ini adalah sebuah perusahaan yang
Mine) untuk dipecah dengan menggunakan mesin chruser menjadi batu kecil
yang disesuaikan dengan permintaan pasar. Pada proses pemecahan batu ini
disebut chrushing. Batu yang sudah dipecah di ROM diangkut (stone hauling)
melibatkan mesin dan alat-alat berat yang dapat menjadikan potensi bahaya bagi
pekerja. Di Perusahaan ini terdapat banyak potensi bahaya yang tejadi yang
mengalami cedera, kehadiran menurun dengan alasan sakit, paparan debu mineral
dari lokasi atau kondisi area pertambangan yang berstruktur tanah kering dan
debu mineral, munculnya air tambang, terhirup gas beracun serta kekurangan
oksigen.
adakalanya batu melompat dari mesin pemecah batu yang mengenai pekerja,
lingkungan kerja yang aman dan sehat, sehingga dapat memberikan kenyamanan
bagi pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga produksi
dapat ditingkatkan.
Desa Parsaoran Nainggolan pada tahun 2015 sebanyak 2 orang, tahun 2016
sebanyak 2 orang dan tahun 2017 sebanyak 3 orang. Total kecelakaan pada tahun
2015-2017 adalah 6 orang. Pekerja yang mengalami kecelakaan mengalami
Perusahaan ini belum memiliki bagian K3 serta ahli K3 dan juga belum
pencatatan.
menggunakan Job Safety Analysis (JSA). Didapat bahwa potensi bahaya yang
sering terjadi di pertambangan batu adalah tersengat listrik pada saat operator
lepas dan masuk ke dalam dumptruck, tabrakan yang terjadi antar unit dan unit
menabrak pekerja pada saat pekerjaan pada saat proses hauling berlangsung.
keselamatan kerja (Job Safety Analysis atau JSA). JSA biasa digunakan bagi
2017).
JSA merupakan salah satu teknik analisa bahaya yang sangat populer dan
dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau
Alasan penulis menggunakan Job Safety Analysis karena JSA salah satu
teknik identifikasi bahaya yang sesuai dengan proses pekerjaan yang ada
perusahaan ini terdapat 3 tahap pekerjaan yaitu penggalian batu, pemecahan batu,
Nainggolan melibatkan mesin dan alat-alat berat yang dapat menjadikan potensi
bahaya bagi pekerja. Dalam penelitian ini, JSA sangat sesuai digunakan untuk
mengidentifikasi potensi bahaya dari setiap detail (lebih terinci) dari ke tiga tahap
pekerjaan tersebut.
Perumusan Masalah
penelitian ini adalah potensi bahaya apa saja yang terjadi di Perusahaan Daerah
kerja dari ketiga tahapan kerja yang terdapat di di Perusahaan Daerah Industri dan
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi pekerja untuk mengenali potensi-potensi
Bahaya
Menurut Arif (2014) yang mengutip pendapat Healey dan Walker, bahaya
Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berasal dari dalam tubuh
pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya seorang
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan
maupun orang lain sekeliling nya bila ia salah menyambung warna kabel listrik
kerja. Contohnya adalah mode rambut panjang diruang mesin berputar telah
penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam
a. Bahaya mekanik
tertelan. Sementara itu, risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik
robek, sesak napas, jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke
dalam tubuh (khususnya mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat
menimbulkan kematian.
b. Bising
Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat
pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi,
dari area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti
di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan
alat, hingga suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka
yang bekerja di pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian
lainnya.
keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi
dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body
pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan
terpajan getar di tangannya adalah mereka yang menggunakan alat tangan getar
dan/ atau pneumatik perkusi, seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan
heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja,
tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan suhu ekstrem panas yang
bersumber dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja
frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun
telinga, serta gejala hipotermia yaitu suhu di bawah 35ºC dan dapat mengancam
jiwa. Pekerja yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin adalah penyelam,
pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam
f. Cahaya
Cahaya yang kurang dan terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau
terus menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka
pendek menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau
kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat
menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada
usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga
dapat menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua pekerja berpotensi
luas spektrumnya, dari yang ringan seperti bersih-bersin, kulit gatal, sampai yang
berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru,
bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh
pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahkan kimia dapat
merupakan suatu zat toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia
toksik.
kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun
bentuknya, yang paling sering digunakan dalam dunia kerja dan dunia usaha
antara lain adalah asam sulfat, asam fosfat, benzena, toluena, xylena, formaldehid,
petrokimia
bidang farmasi
penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi
biologi serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV),
budaya kerja (work culture hazard). Contohnya adalah faktor stres kerja
berikut:
1. Bahaya mekanis
Misalnya mesin gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain. Bahaya pada
menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini
atau terkupas.
2. Bahaya listrik
Bahaya listrik merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik
dan hubungan singkat arus pendek. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya
listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam sulfat,
4. Bahaya fisis
indera pendengaran.
b. Tekanan
c. Getaran
f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah
5. Bahaya biologis
biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkunga kerja atau berasal
dari
aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,
dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau
wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi
1. Kejadian kecelakan
informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian
misalnya:
a. Lokasi kejadian
e. Waktu kejadian
g. Keparahan kejadian
2. Kecenderungan kejadian
semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk
Identifikasi Bahaya
bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana
kerja).
„nyaris celaka‟.
langkahnya:
atau memelintir?
Contohnya, apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau
teridentifikasi.
Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan
risiko yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk
pengalaman mereka.
adalah melakukan penilaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau
lokasi kerja.
30
Kecelakaan berat
300
Kecelakaan serius
3000
Kecelakaan ringan
30.000
Tindakan dan kondisi tidak aman
artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak
aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali
manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas
operasi perusahaan.
3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi
pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala
adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu
bahan, alat, atau sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang
1. Teknik pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara
langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlamat, karena langkah pencegahan
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita
tidak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;
kejadian kecelakaan.
terulang kembali.
3. Teknik proaktif
mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang
merugikan.
6. Analisa moda kegagalan dan efek (failure mode and effect analysis-FMEA)
antara lain:
1. Manusia
2. Peralatan
Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut,
dan lainnya dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang menggunakannya.
3. Material
Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau
hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan
karakteristik masing-masing.
4. Proses
fisis atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi
Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat
bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan kelelahan
Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya yang
ada tetapi dapat dibagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya
bahaya adalah merinci bahaya-bahaya yang ada sampai level detail dan kemudian
Sumber
tenaga
Proses kerja Identifikasi bahaya
kerja dan
bahan berbahaya
Lokasi kerja
Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk
pencegahan yang memadai ditempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai
1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain
Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran
yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan
Manfaat job safety analysis (JSA). Analisa keselamatan kerja atau JSA
manfaatnya adalah :
metode kerja.
meningkatkan Produktivitas.
baik dan dikenal secara formal dari teknisi sistem modern. Sebagian besar dari
mempersiapkan sebuah daftar dari tipe-tipe kecelakaan yang terjadi untuk produk,
peralatan, sistem, atau daerah operasi yang diteliti. Setelah semua bahaya telah
pengawasan atau kontrol terhadap desain untuk mengetahui hubungan tiap bahaya
dengan tahapan suatu pekerjaan. Solusi yang biasa digunakan untuk mengontrol
dasar dari sebuah pekerjaan yang spesifik dan untuk mempersiapkan suatu daftar
diizinkan untuk memberi kontribusi maka semakin sukses dan efektiflah JSA
tersebut. Metode pelaksanaan yang efisien pada analisa keselamatan kerja adalah
melalui observasi langsung pada performa kerja. Dalam banyak hal observasi
langsung mungkin tidak praktis, seperti pada pekerjaan baru dan hal lain yang
jarang dikerjakan. Pada kondisi seperti ini JSA dapat dibuat melalui diskusi
and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job Safety Analysis (JSA) adalah
sebagai berikut :
harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, hal
a. Frekuensi kecelakaan.
d. Pekerjaan baru
Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh
e. Mendekati bahaya
Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.
Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah
menjadi kecelakaan.
tahapan pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari
potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi
dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat
sebagainya.
Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan
dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien. Dalam mengendalikan bahaya,
intervensi yang paling efektif yang dapat kita lakukan adalah dengan
sebagai berikut :
praktek kerja yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam
Adapun contoh form Job Safety Analysis (JSA) oleh OHS (2013) :
Kerangka Pikir
Identifikasi potensi
bahaya Menggunakan
JSA
Jenis Penelitian
identifikasi bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan metode JSA
(Job Safety Analysis) pada proses kerja penambangan batu (stone getting),
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, teknik pengumpulan data lebih
batu (stone getting), pemecah batu (stone crushing), pengangkutan batu (stone
hauling).
dengan selesai.
Informan Penelitian
penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami nya. Fungsi
Nainggolan. Informan dalam penelitian yaitu orang yang berpengalaman dan ahli
33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
dalam hal tesebut. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah supervisor,
Instrumen Penelitian
data yang mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Untuk data yang diinginkan,
Nainggolan.
4. Laptop.
5. Form JSA.
Data primer. Data primer diperoleh dari observasi pada proses kerja,
Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan yaitu data tahap kerja
Nainggolan.
Definisi Istilah
chruser.
4. Stone crushing : proses pemecahan batu oleh mesin crusher. Batu yang ada
berhasil dikumpulkan dan diorganisasikan dengan baik. Hal ini dilakukan setelah
mencatat kronologis peristiwa yang penting dan relevan serta insiden kritis
wawancara berlangsung dan juga isu-isu pada wawancara yang penting dan
daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya
terkait dengan tema itu, atau hal-hal di antara atau gabungan dari yang telah
level), yakni yang secara langsung dapat terlihat. Suatu tema juga dapat
ditemukan pada tingkat laten (latent level), tidak secara eksplisit terlihat tetapi
Pada bulan Mei tahun 2014 Perusahaan ini dibangun . Yang bertempat di
Kecamatan Pahae jae yang diberi nama dengan Perusahaan Daerah Industri dan
Visi dan misi perusahaan. Adapun visi dari Perusahaan Daerah Industri
Daerah yang paling dipercaya melalui produktivitas dan kreativitas”. Dan misi
adalah:
38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
kuat perusahaan harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada seluruh
Lingkungan dan Komunitas pada tingkat yang tinggi. Hal inilah yang menjadi
Karakteristik Informan
Uraian Pekerjaan
batu yang merupakan tahapan beruntun yang dapat digunakan menjadi suatu
prosedur kerja. Berdasarkan dari SOP yang berlaku di Perusahaan ini, berikut
ditentukan:
memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja
yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja yang
dumptruck.
2. Operator naik ke excavator
dari areal parkir menuju lahan untuk memulai aktivitas penambangan. Disini
Batubara yang dari hasil galian selanjutnya akan dimuat ke dumptruk yang
untuk
memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja
yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja yang
harus diperiksa sebelum memulai kegiatan pemecahan batu adalah excavator, dan
chruser
2. Menghidupkan generator/genset
pekerja dibagian mesin kembali menekan panel switch on secara bertahap pada
Excavator akan berjalan dari areal parkir menuju ROM untuk memulai
aktivitas pemecahan batu. Disini excavator akan mulai mengumpulkan batu agar
Setelah excavator berada pada posisi yang aman pada proses pemuatan
Setelah batu masuk ke hoper mesin crusher selanjutnya batu akan terpecah
secara otomatis oleh mesin crusher sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Batu
yang telah dipecah selanjutnya akan bergerak sendiri oleh mesin loader dan
untuk
memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja
yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja
Excavator akan berjalan dari areal parkir menuju penimbunan batu untuk
batu.
Batu yang telah dipecahkan oleh mesin crusher selanjutnya akan dimuat
Batu yang yang telah dimuat ke dumptruk selanjutnya akan diangkut dan
siap dipasarkan.
Mengidentifikasi Bahaya
Segala potensi bahaya yang terdapat pada proses pemecahan batu akan
pengangkutan batu. Data dari hasil penelitian pada penelitian ini didapatkan
melalui wawancara mendalam yang dilakukan oleh Peneliti dan para informan
Parsaoran Nainggolan.
proses penambangan batu dari setiap tahap kerja yang dilakukan memiliki potensi
lakukan dengan informan. Adapun potensi bahaya yang terjadi pada setiap
Pada proses kerja ini , potensi bahaya yang muncul yaitu tertimpa dan terjepit
oleh cover mesin, terpapar debu. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul adalah terpeleset dan
terjatuh karena pijakan kotor dan licin, dan tergelincir dari tempat duduk. Hal ini
Dalam proses kerja ini potensi bahaya adalah terbalik dan terguling akibat
geometris tanah tidak stabil, terperosok kedalam sungai, tertabrak unit lain nya,
menabrak pekerja, terpapar kebisingan dan getaran yang berasal dari mesin.
“Adek dengar sendirikan disini itu sangat bising, suara mesin excavator,
dumptruck, dan mesin pemecah batu semua sama-sama bising. Juga kadang
cepat capek kerja karena getaran dari mesin itu mungkin ya. Pernah juga pas
menggali batu, kita kan tidak bisa melihat kedalam sungai karena sungai nya
sangat keruh. eh rupanya pas di tempat galian batuan nya sangat keras yang
membuat excavator hampir terperosok kedalam sungai”. (I2; 23/07/2018)
memperhatikan area kerja memang melihat sungai nya yang sangat keruh
(Arif, 2012). Sebagaimana nilai ambang batas yang telah ditetapkan untuk
menyebabkan ketulian.
4. Pemuatan batu ke dumptruck.
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah bucket
excalator terjatuh kedalam bak dumptruck. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
(Arif, 2012), dalam proses penambangan batu sering terjadi bucket excalator
Potensi bahaya yang terjadi juga adalah adanya benturan antara bucket dan
2014), sering terjadi adanya benturan antara bucket excavator dan badan
Potensi bahaya yang selanjutnya yaitu adanya tabrakan antar unit yaitu
observasi yang peneliti lakukan pada saat memasuki dan memperhatikan area
kerja memiliki geometris tanah yang tidak stabil membuat dumptruk susah
mengambil posisi yang pas pada saat akan melakukan pemuatan batu (Lampiran
81).
Berdasarkan observasi peneliti akibat suara dari mesin excavator dan juga
terjadi tabrakan antara unit. Melihat keadaan seperti ini seharusnya perlu adanya
Dalam proses kerja ini potensi bahaya adalah adanya tabrakan dengan unit
lain, terbalik akibat geometris tanah tidak stabil. Dari hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti, perusahaan ini memiliki geometris tanah yang tidak
pemecahan batu terdapat adanya potensi bahaya. Dari setiap tahap kerja yang
ada memiliki potensi yang dapat membahayakan pekerja. Adapun potensi bahaya
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah tangan terkilir
dan terjepit, tangan terkelupas, terpapar debu, terkena semburan air radiator yang
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah Tersengat listrik
“Pada proses pemecahan batu ini sering terjadi bahaya , pada saat menyalakan
generator saya kesetrum, rupanya kabel nya ada yang terkelupas mungkin
karena mesin nya sudah lama kali ya” (I3; 25/07/2018).
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah terpapar debu
dan juga adanya tabrakan antar unit sama hal nya dengan potensi bahaya yang
Dalam proses ini potensi bahaya yang terjadi adalah adanya benturan
antara bucket excavator dengan hoper yang dapat menyebabkan ledakan. Dalam
Bagus (2010), bahaya yang paling sering terjadi dalam dunia pertambangan yaitu
adanya ledakan akibat dari adanya benturan dan juga jatuhnya bucket excavator
kedalam hoper atau bak mesin pemecah batu. Berdasarkan wawancara penulis
“Pada saat memuat batu ke hoper , hampir saja bucket terbentur ke badan
chruser pada kejadian itu memang saya lagi kurang fokus lagi capek dan
juga bahkan bisa terjadi bucket nya jatuh ke dalam hoper , bucket nya kan
tidak memiliki penyangga jadi kalo misalkan terlalu sering digunakan bisa
lepas, untung saja sih di sini belum pernah kejadian”(I3;25/07/2018).
5. Pemecahan batu (stone crushing).
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah terkena batu
yang terlempar keluar dari mesin pemecah batu. Mesin pemecah batu tidak
memiliki penutup, sehingga bisa terjadi kemungkinan batu terlempar dari mesin
dan terkena para pekerja yang berada disekitar mesin, terpapar kebisingan,
“Pernah kejadian batu nya terlempar keluar dari mesin pemecah hampir
mengenai saya untung saya bisa mengelak. Di sekitar area mesin ini tuh panas,
bising dan juga tersasa getaran nya. Sebenarnya kurang nyaman juga sih kerja
di bagian pemecah batu ini” (I3; 25/07/2018).
batu termasuk lingkungan kerja yang bising. Sumber bising berasal dari mesin
pemecah batu dan mesin genarator. Pada proses kerja ini juga pekerja terpapar
oleh debu yang berasal dari mesin pemecah batu dan juga dari lingkungan kerja
yang dipenuhi oleh pasir dan batu. Debu adalah partikel padat kecil yang
menggantung di udara dan dapat terhirup oleh pekerja. debu dapat dihasilkan oleh
Adanya paparan getaran yang barasal dari mesin yang dapat mengganggu
kenyamanan kerja.
Dan juga adanya paparan panas. Lingkungan kerja yang panas akan
operasi mesin terus-menerus dan uap panas mesin. Sesuai dengan nilai ambang
batas yang telah ditetapkan dalam lingkungan kerja adalah 18-30ºC. Suhu
lingkungan yang melibihi ambang batas dapat menimbulkan efek fisik dan psikis.
Efek fisik adalah menigkatkan denyut jantung, mudah berkeringat, tidak seimbang
kadar air dan garam dalam tubuh dan perubahan aliran darah. Dan efek psiskis
adalah kemampuan kerja yang berkurang, mudah lelah, dan konsentrasi kurang.
nya dengan penambangan batu dan pemecahan batu , pada proses pengangkutan
batu juga tedapat potensi bahaya. Adapun potensi bahaya yang terjadi adalah
Pada tahap kerja ini , potensi bahaya yang muncul yaitu tertimpa dan
terjepit oleh cover mesin, terpapar debu, tersembur air radiator, terpapar oli. Hal
ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan penulis (Lampiran 79).
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul adalah terpeleset dan
terjatuh karena pijakan kotor dan licin, dan tergelincir dari tempat duduk. Hal ini
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul adalah terpapar debu.
Hasil observasi yang peneliti lakukan pada pengangkutan batu lingkungan kerja
nya yang dipenuhi batu dan geometris tanah yang berpasir membuat pekerja
“Ya, palingan menghirup debu lah dek setiap harinya. Lihat sendirikan
debu sangat banyak.”(I4;25/07/2018).
4. Memuat batu ke dumptruck.
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul adanya benturan
antara bucket excavator dengan badan dumptruck dan juga bucket terjatuh
kedalam bak dumptruck. Pada proses pengangkutan batu potensi bahaya hampir
sama dengan potensi bahaya pada proses pengangkutan batu. Hal ini sesuai
Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul dumptruck terbalik.
Geometris tanah yang tidak stabil juga dapat menyebabkan dumptruck terbalik
mengatakan:
“Pernah kejadian truck hampir terbalik, soalnya kan tanah nya tidak padat
dan ban mobil belakang yang sebelah kiri terjerembab, beban yang saya bawa
kan juga berat sehingga truck nya susah dikemudi.” (I5;25/07/2018).
Pembahasan
batu, masih terdapat beberapa tahapan kerja yang masih berpotensi menimbulkan
beberapa hal yang harus diperhatikan pekerja, terutama saat memeriksa bagian
mesin. Beberapa kebiasaan pekerja ketika membuka cover mesin tidak menopang
cover mesin pada tiang yang telah disediakan, melainkan menopang dengan
tangan dan tangan yang satu memeriksa keadaan mesin dan ketika menutup cover
cover engine pada ketinggian 10-15 cm dari panel kunci dan cover terkunci
dengan sendirinya. Hal ini sering terjadi terutama pada pemeriksaan pemeliharaan
harian. Oleh sebab itu, potensi bahaya tertimpa dan terjepit cover, cover mesin
penyot mungkin terjadi. Untuk menghindari bahaya ini, peletakan cover pada
mengingat jarak pandang operator alat berat yang sangat terbatas. Begitu pula
dengan jarak aman antara pekerja dengan unit yang sedang beroperasi. Namun
kedua hal ini sering diabaikan pekerja sehinga terkadang menempatkan pekerja
pada tindakan dan kondisi yang tidak aman. Apalagi tidak adanya alat pengeras
suara sehingga ketika diberi perintah tidak terdengar oleh operator dengan baik.
Jarak pekerja dengan unit yang terlalu dekat, hal ini cukup memungkinkan
beberapa alat berat yang digunakan didalam industri begitu besar, hal ini
menyebabkan operator kesulitan dalam menempatkan posisi alat serta melihat apa
yang ada maupun apa yang sedang terjadi disekitarnya. Dengan demikian,
komunikasi merupakan hal vital yang sangat penting karena tanpa komunikasi,
mesin tersebut akan menjadi mesin pembunuh yang dapat mengancam siapa saja
(Woodson, 1992).
mengintruksi proses pemuatan, terkadang berada terlalu dekat dengan unit alat
berat excavator. Pekerja berada di area penggalian batu yang mana seharusnya
area ini harus bebas dari dari pekerja maupun unit lainnya. Kondisi ini
memungkinkan pekerja terseruduk dan terhantam bucket excavator. Hal ini terjadi
karena perkerja lupa akan jarak aman yang diperkenankan saat berada di belakang
alat berat. Untuk mengingatkan pekerja akan jarak aman berada dibelakang unit,
pemasangan rambu jarak aman disetiap unit alat berat sangat dianjurkan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan ILO dalam (Arif, 2014) yang
Pada saat batu dibawa ke ROM kondisi jalan yang sempit dan banyak unit
kondisi cuaca tidak bagus yang di sertai curah hujan yang tinggi, hal ini akan
membuat kondisi jalan dari menuju ROM berlumpur. Kondisi yang tidak aman
ini, jika dibarengi dengan tindakan yang tidak aman seperti memacu
memungkinkan terjadinya tabrakan antar unit, unit terbalik dan unit terguling.
Dalam hal ini sangat diperlukan sanksi yang tegas bagi pekerja yang
areal pertambangan.
yang terbatas sehingga tidak dapat melihat kondisi dibelakang dumptruck. Dengan
menghindari hal ini, sosialisasi jarak aman saat proses pemindahan batu sangat
terjadinya kecelakaan kerja. Sama halnya dengan diatas tindakan yang tidak aman
pekerja tertimpa dan terjepit cover mesin atau membuat cover mesin penyot. Saat
hendak menghidupkan mesin genset sebagai sumber energi utama untuk mesin
menempatkan dirinya pada kondisi yang tidak aman akibat tindakannya yang
tidak aman yaitu tidak memakai sarung tangan, tangan dalam keadaan basah
ketika hendak menghidupkan mesin genset, jika ada kabel yang lepas dari karet
pelindungnya, hal ini memungkinkan pekerja tersengat arus listrik secara
langsung. Potensi ini dapat kita minimalisir dengan menggunakan sarung tangan
dihidupkan dengan menekan tombol pada lemari panel crusher. Potensi bahaya
pada saat menghidupkan mesin crusher ini sangat tinggi, hal ini dikarenakan
lemari panel crusher tidak dilengkapai oleh isolator didalamnya. Hal ini sangat
memungkinkan pekerja tersengat arus listrik jika ada kabel yang lepas dari karet
pelindung dan menempel pada lemari panel crusher. Jika hal ini terjadi, pekerja
listrik, ledakan, ataupun cidera. Agar peralatan ini aman dipakai maka harus
pekerja yang bekerja di area mesin crusher, sering mengabaikan kesehatan dan
keselamatannya dalam bekerja. Hal ini terlihat dari posisi pekerja terkadang
terlalu dekat dengan unit yang sedang beroprasi dan posisi antar unit terlalu dekat
saat beroperasi, sementara komunikasi diarea ini cukup sulit karena kebisingan
yang ditimbulkan oleh mesin crusher, hal ini memungkinkan terjadi tabrakan
antar unit atau unit menabrak pekerja ketika excavator turun maupun naik dari
ROM. Selain itu, kondisi lingkungan yang cukup berdebu dan bising saat
area kerja. Kondisi yang tidak aman ini, ditambah oleh tindakan yang tidak aman
dari pekerja dengan tidak memakai masker dan alat pelindung telinga,
Keadaan ini sesuai dengan pendapat (Tarwaka, 2008) yaitu setiap proses
menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila
kerja. Kondisi lingkungan kerja yang bising dengan NAB > 85dB dan getaran >
4 m/det² dalam kesehatan kerja dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi
kondisi fisik dan psikis tenaga kerja. Selain berbahaya bagi kesehatan tenaga
kerja, kondisi seperti ini juga dapat memicu strees (cepat marah), hilangnya
Pada saat proses pemuatan batu ke hoper, posisi unit sangat penting untuk
diperhatikan, posisi unit dianjurkan agar lebih tinggi dari posisi hoper crusher,
jika posisi unit sejajar atau lebih rendah dari hoper hal ini memungkinkan
terjadinya benturan antar bucket excavator dan hoper mesin crusher. Keahlian
bahaya ini, untuk itu sertifikasi operator sangat penting untuk dilakukan, sehingga
ia mampu menjaga jarak ketinggian antara bucket dan hoper crusher. Saat proses
pemuatan batu ke hoper crusher sangat mungkin sekali bucket excavator jatuh
Hal ini dikarenakan saat proses penggalian batu bucket excavator menjadi
longgar dan terkadang terlepas akibat sentuhan dengan permukaan batu yang
keras terlebih tidak ada penyangga yang akan menopang gigi bucket excavator
jika gigi bucket terlepas. Kejadian gigi bucket masuk ke hoper sangat sering
terjadi sehingga perlu perhatian khusus dari pihak manajemen. Salah satu cara
yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir potensi bahaya ini adalah dengan
Pemaksaan terhadap kerja mesin hanya akan membuat dinamo mesin hangus dan
terbakar. Terlebih jika cuaca tidak baik dengan curah hujan tinggi, disaat kondisi
seperti ini, debu dan partikulat batu akan menjadi lumpur dan mengendap di
dalam mesin crusher. Hal ini akan membuat mesin bekerja dengan beban ekstra
memungkinkan dinamo mesin crusher hangus terbakar jika mesin tidak segera di
hentikan. Untuk itu, sangat penting untuk diperhatikan kapasitas produksi dengan
diperlukan sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan. Secara langsung sistem dan
prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat menimbulkan bahaya yang potensial
(Ramli, 2010).
Potensi bahaya pada pengangkutan batu. Pada proses pengangkutan
cara menutup cover yang salah memungkinkan pekerja tertimpa cover mesin dan
Saat proses pemuatan batu ke dumptruck para pekerja yang bekerja di area
ROM, sering mengabaikan kesehatan dan keselamatannya dalam bekerja. Hal ini
terlihat dari posisi pekerja terkadang terlalu dekat dengan unit yang sedang
beroperasi dan posisi antar unit terlalu dekat saat beroperasi, sementara
komunikasi diarea ini cukup sulit karena kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin
crusher, hal ini memungkinkan terjadi tabrakan antar unit atau unit menabrak
pekerja ketika operator mengendarai excavator ke ROM. Oleh sebab itu, menjaga
kecepatan dan menjalankan unit dengan kecepatan rendah dan stabil adalah hal
Selain itu, hal yang paling sering dilakukan dan berbahaya bagi
keselamatan yang dilakukan pekerja adalah keluar dari unit dumptruck saat proses
loading sedang berlangsung. Bahkan tak jarang pekerja tersebut naik ke atas atap
kabin unit untuk mengintruksikan proses pemuatan batu. Hal ini sangat berbahaya
mengingat jarak antara pekerja dengan bucket excavator cukup dekat, sehingga
Untuk itu, berada didalam kabin mobil saat proses pemuatan batu
merupakan tindakan yang paling aman yang harus dilakukan. Hal ini
sesuai
dengan pendapat Ramli (2010) bahwa bahaya ditempat kerja terjadi ketika ada
dan metode kerja. Material yang digunakan baik sebagai bahan baku , bahan
antara atau hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan
lingkungan.
Kondisi yang tidak aman ini, jika dibarengi dengan tindakan yang tidak
dan unit terguling. Jika curah hujan tinggi, kontur tanah tebing di pinggiran jalan
mengakibatkan akses jalan tertimbun dan tertutup akibat longsoran tebing. Untuk
itu pemetaan daerah rawan longsor dan pemberian sanksi tegas kepada pekerja
Kesimpulan
identifikasi potensi bahaya pada setiap tahap kerja di Perusahaan Daerah Industri
1. Pada proses penambangan batu potensi bahaya yang paling tinggi yaitu
para pekerja.
2. Pada proses pemecahan batu potensi bahaya yang paling tinggi yaitu
getaran, terpapar panas, dan juga terkena batu yang terlempar dari mesin
pemecah batu.
3. Pada proses pengangkutan batu potensi bahaya yang paling tinggi yaitu
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61
Saran
terlebih dahulu semua alat yang akan digunakan dan badan excavator agar
pekerja dapat bekerja dengan aman dan selamat dan membuat rambu jarak
arus litrik dan memasang rambu jarak aman di belakang setiap unit alat
berat agar pekerja dapat menjaga jarak dengan unit yang sedang
beroperasi.
Anugerah, ahmad. (2017). Implementasi job safety analysis (JSA) pada kegiatan
finishing di industri meubel kecamatan Somba, kabupaten Gow (Skrpsi,
Universitas Islam Negeri Alauddin). Diakses dari http://repository.uin-
alauddin.ac.id/handle/34687890/34679.
Arif. (2002). Buku ajar perencanaan tambang (Ed. Ke-2). Bandung: ITB.
Bagus. (2010). Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada Pertambangan
batubara di PT. Marunda grahamineral, job Site Laung Tuhup (Skripsi,
Universitas Sebelas Maret). Diakses dari
http://repository.usm.ac.id/handle/35623798/3583.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (1973). Pengaturan
dan pengawasan keselamatan kerja No. 19 tahun 1973 tentang bidang
Pertambangan. Diakses dari
http://kemahiperkes.fk.uns.ac.id/wp=content/uploads/1973/19/PP-No-19-
tahun-1973-tentang-bidang-pertambangan-copy.pdf.
Ridley, J. (2008). Kesehatan dan keselamatan kerja (Ed. Ke-3). Jakarta: Erlangga
modifikasi
onshore rig di PT.X Kota Batam Tahun 2016. (Skripsi, Universitas
Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/1487730000/127772.
Saryono. 2010. Metodologi penelitian kualitatif dalam bidang kesehatan (Ed. Ke-
1). Yogyakarta: Nuha Media
Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D (Ed. Ke-1).
Bandung : Alfabeta.
Suma’mur. 2009. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Ed. Ke-2). Jakarta :
CV Sagung Seto.
Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk keselamatan kerja dan produktivitas (Ed. Ke-2).
Jakarta : UNIBA Press.
1. Profil informan
Nama informan :
Jabatan /pekerjaan :
Masa kerja :
2. Pertanyan
1. Proses kerja apa yang sedang dikerjakan ?
2. Bahaya apa yang terjadi pada saat melakukan pekerjaan tersebut ?
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara
PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Selasa, 24 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit
No. S / I1 Verbatim
1 S Selamat siang Pak, Terimakasih sebelumnya yang telah
menyempatkan waktu untuk menjadi informan dalam penelitian
saya ini
I1 Iya sama-sama,
S Baiklah Pak, untuk pertanyaan pertama. Apa saja proses kerja
yang ada di perusahaan ini ?
I1 Di sini itu ada 3 proses pekerjaan yang pertama penambangan,
kedua pemecehan batu dan terakhir itu pengangkutan .
S Bisa kah bapak jelaskan setiap prosesnya singkat saja Pak
PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Selasa, 24 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit
No. S / I2 Verbatim
2 S Selamat Siang Bapak, terimakasih sudah meluangkan
waktunya hari ini
I2 Haha.. iya dek tidak apa-apa. Tanya saja lah
S Baik Pak, saya mau bertanya proses-proses kerja apa saja
yang ada di penambangan batu Pak ? mulai dari awal
sebelum melakukan penggalian
I2 Oke.. jadi yang pertama sekali itu pemeriksaan mesin dulu
dek. Mengecek air radiator nya , oli nya apa masih ada , dan
ban nya. Kalo kira-kira sudah lengkap semua yah tinggal
menyalakan mesin nya. Setelah itu melakukan penggalian.
Itu saja sih dek.
S Oh iya pak, pertanya kedua pak. Dari setiap proses yang
bapak sebutkan tadi . ada potensi bahaya apa saja pak yang
bisa terjadi ?
I2 Potensi bahaya nya yah banyak sih. Pas bapak naik ke
excavator aja kadang susah kan tinggi tuh, pijakan nya pun
kadang licin karna berlumpur, saya pernah hampir jatuh.
Suara mesinnya juga bising dek, getaran mesin nya juga kuat
kadang bapak kalo lama didalam bisa pusing.
S Begitu ya pak , oh iya pak tadi juga pak Evan bilang pernah
excavator hampir masuk kesungai. Apa itu benar pak ?
PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Rabu, 25 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit
PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Rabu, 25 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit
No. S / I4 Verbatim
4 S Selamat siang pak, terimakasih atas kesediaan bapak
menjadi informan dalam penelitian saya ini
I4 Iya selamat siang.
S Baiklah pak , langsung saja kita mulai. Pada proses
pengangkutan batu , proses apa saja yang dilakukan mulai
dari awal sampai proses pengkutan ?
I4 Yang paling awal itu pemeriksaan mesin, sama seperti
proses penambangan di periksa semua dari oli, minyak
nya, dan ban. Biar tidak ada kendala pada saat bekerja.
Setelah itu menyalakan mesin excavator, kemudian
melakukan penggalian. Sesudah itu melakukan pemuatan
ke dumptruck yang sudah antre. Udah itu saja
S Hampir sama dengan proses di penambangan batu ya pak
?
I4 Iya dek, sama .
S Oke pak. Kira-kira potensi bahaya apa saja yang terjadi di
setiap proses kerja nya ?
I4 Potensi bahaya nya paling karena terbanyak debu dek,
jadi agak mengganggu sistem pernapasan, suara mesin
yang bising, getaran dari mesin yang membuat cepat
capek. Hampir sama sih potensi bahaya nya dengan
proses di penambangan batu.
PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Rabu, 25 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit
No. S / I5 Verbatim
5 S Selamat siang pak, terimakasih atas kesediaan bapak
menjadi informan dalam penelitian saya ini
I5 Iya selamat siang.
S Bisa bapak jelaskan proses kerja apa saja yang ada pada
pengangkutan batu ? mulai dari awal lah pak
I5 Oh jadi tahap awal itu seperti yang lain juga kita pertama
sekali memeriksa mesin dari dumptruck, minyak nya apakah
sudah terisi, ban nya kempes atau tidak. Pokok nya
keseluruhan dari dumptruck lah. Kalau kondisi mesin dan
semua nya sudah lengkap baru kita menyalakan mesin, kita
operasikan ambil antrian dan posisi pas dekat excavator.
Tapi gak dekat kali ya dek. Agak ada jarak lah. Udah, siap
itu excavator nya melakukan proses pemuatan. Setalah siap
udah tinggal kita pasarkan.
S Oh iya pak.di setiap proses yang bapak sebutkan tadi apa
saja kira-kira potensi bahaya yang bisa terjadi pak ?
I5 Kalau soal potensi bahaya nya paling, terbalik dek, adek
lihat sendiri kan tanah nya masih belum padat, berlumpur.
Licin, apalagi kalau kelebihan muatan bisa juga dumptruck
nya terbalik. Pernah juga hampir menabrak unit lain karena
kita tidak melihat ke belakang. Sebenarnya ada supervisor
yang memberi arahan agar menjaga jaga jarak, memberi aba-
aba siap untuk mundur misalnya. Tapi kadang tidak
kedengaran, karena adek taulah sekeliling itu sangat lah
bising. Padahal si pemberi aba-aba tidak pake toa.
S Oh begitu pak, harus nya melihat kondisi bising begini
menggunakan pengeras suara. Agar semua pekerja bisa
mendengar.
I5 iya sih dek, itu memang sangat perlu
S Kalau kejadian bucket terbentur ke dumptruck seperti di
proses penambangan kata nya pernah kejadian pak ? si
pengangkutan juga pernah kejadian ?
I5 Iya iyaa itu pernah dek, bahkan sering juga terjadi dek .
kadang saya yang didalam kaget . kan itu benturan keras
saya yang didalam pun dibuat oyong. Untung dumptruck nya
tidak terbalik
S Kenapa bapak tidak menunggu diluar saja pas pemuatan nya
pak ?
I5 Capek dek naik turun, tau sendiri kan pijakan nya tinggi
nanti kalau asik naik turun bisa encok pinggang bapak haha.
Pijakan nya pun licin berlumpur. Yaudah makanya bapak
nunggu didalam truk saja.udah itu pun kan pas udah siap
memuat langsung bisa gerak, yang di belakang kita tidak
usah lagi menunggu
S Tapi kan bahaya pak, seperti yang bapak ceritain tadi .
gimana kalau misalkan kejadian benturan terjadi lagi dan
dumptruck nya terbalik. Kan bisa bahaya pak hehe.
I5 Haha iya sih dek. Tapi doakan saja semoga tidak terjadi
S Haha iya pak. Kira-kira masih ada yang lain pak potensi
bahaya nya ?
I5 Saya rasa itu saja sih dek,
Gambar 1. Excavator
1 Pemeriksaan
Pemeliharaan
Harian (P2H) All 1. Tertimpa dan terjepit oleh
Unit : (excavator cover mesin
dan dumptruck) 2. Terpapar debu dari batu
1. Membuka cover mesin hasil galian sebelumnya
licin
Pemeriksaan Pemeliharaan
Harian
1 (P2H) semua unit kerja
1. Tangan terkilir dan terjepit
1. Membuka cover 2. Tangan terkelupas
mesin pemecah batu 3. Terpapar debu
1. Kena semburan air radiator
yang panas
2. Mengecek air radiator 1. Tersembur oli bisa tertelan
oleh operator
3. Mengecek oli
Menghidupkan generator
2 1. Operator menekan tombol
on pada mesin 1. Tersengat arus listrik
2. Terpapar kebisingan
Operator mengoperasikan
5 excavator :
1. Atur porseneling dan 1. Tangan terkilir akibat
membunyikan klakson porseneling yang terlalu
dan menyalakan mesin keras
2. Kebisingan akibat klakson
terlalu bising
85
7 Pemecahan batu 1.
kebisingan
2. Terpapar
debu
(partikula
t batu)
3. Kejatuha
n batu
yang
melompat
dari
mesin
4. Tersengat
listrik
5. Terpapar
getaran di
area kerja
6. Terpapar
suhu
panas
dari
mesin
7. Terbakar/
meledak
karena
kelebihan
muatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
Operator
mengopera
sikan 1. Tan
8 excavator : gan
1. Atu terk
r ilir
por aki
sen bat
elin por
g, sen
me elin
mb g
uny yan
ika g
n terl
kla alu
kso ker
n as
dan 2. Kebisinga
me n akibat
nya klakson
laka
n
mes
in
1 Pemeriksaan
Pemeliharaan
Harian (P2H) All 1. Tertimpa dan terjepit
Unit : (excavator oleh cover mesin
dan dumptruck) 2. Terpapar debu dari batu
1. Membuka cover mesin hasil galian sebelumnya