Anda di halaman 1dari 106

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA MENGGUNAKAN

JOB SAFETY ANALYSIS DI PERUSAHAAN DAERAH


INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DESA
PARSAORAN NAINGGOLAN
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

SRI ASTUTI SIANTURI


NIM : 131000309

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI ASTUTI SIANTURI


NIM : 131000309

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN


MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
2018
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA MENGGUNAKAN JOB

SAFETY ANALYSIS DI PERUSAHAAN DAERAH INDUSTRI DAN

PERTAMBANGAN DESA PARSAORAN NAINGGOLAN TAPANULI

UTARA TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri

dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku di masyarakat keilmuan kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim lain dari pihak lain terhadap keaslian karya saya

ini.

Medan, Oktober
2018

Sri Astuti Sianturi

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Identifikasi Potensi Bahaya Menggunakan Job
safety Analysis di Perusahaan Daerah Industri dan
Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan
Tapanuli Utara Tahun 2018
Nama Mahasiswa : Sri Astuti Sianturi
Nomor Induk Mahasiswa 131000309
Departemen : Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Ketua

(Isyatun Mardhiyah Syahri SKM, M.Kes)


NIP. 1977013012008122002

Dekan

Tanggal Lulus : 16 Oktober 2018

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 16 Oktober 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Isyatun Mardhiyah Syahri SKM, M.Kes


Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K
2. Umi Salmah SKM, M.Kes

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan mengenal berbagai
potensi-potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Identifikasi potensi bahaya
yang paling popular dan paling sering digunakan dilingkungan kerja adalah
menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). Job Safety Analysis (JSA)
merupakan sebuah metode yang menganalisis potensi bahaya yang terdapat pada
sistem dan prosedur kerja serta manusia sebagai pekerjanya seacara lebih
terperinci. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu menggambarkan
hasil identifikasi bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan metode
Job Safety Analysis pada proses kerja penambangan batu (stone getting), pemecah
batu (stone crushing) , pengangkutan batu (stone hauling) di Perusahaa Daerah
Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa disetiap proses kerja terdapat potensi bahaya. Pada proses
pemuatan batu ke dumptruck oleh excavator dan pada proses pemecahan batu
merupakan pekerjaan dengan potensi bahaya terbanyak. Potensi bahaya yang
terjadi diantaranya tabrakan antar unit, bucket excavator jatuh kedalam bak
dumptruck, tersengat arus listrik tegangan tinggi pada saat menghidupkan mesin
crusher, bucket excavator yang masuk ke hoper crusher. Peneliti menyarankan
kepada pihak pengelola di Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran
Nainggolan untuk terus meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan
melakukan upaya pengendalian dari berbagai potensi bahaya pada setiap
pekerjaan.

Kata kunci: Penambangan Batu, Pemecahan Batu, Pengangkutan batu, Job


Safety Analisys

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

We can avoid work accidents by knowing the various potential hazards that exist
in the work environment. Identification of potential hazards that are the most
popular and most commonly used in the work environment are using the Job
Safety Analysis (JSA) method. Job Safety Analysis (JSA) is a method that
analyzes the potential hazards contained in the work system and procedures as
well as human beings as workers in more detail. This type of research is
qualitative research that describes the identification of hazards in a work process
by using the JSA method (Job Safety Analysis) in the process of stone getting,
stone crushing, stone hauling in the Perusahaan Daerah Industri dan
Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan. The results of this study indicate
that in every work process there is a potential danger. In the process of loading
the rock into the dumptruck by the excavator and in the process of loading stone
is the work with the most potential hazards. Potential hazards that occur include
collisions between units, bucket excavators fall into dumptruck tanks, stung by
high voltage electric current when starting the crusher machine, bucket
excavators that enter the hoper crusher. The researcher suggested to the
management in Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran
Nainggolan to continue to improve Occupational Safety and Health by
controlling the various potential hazards in each job.

Keywords :Stone Getting, Stone Chruser, Stone Hauling, Job safety Analysis

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul “Identifikasi Potensi Bahaya Menggunakan Job Safety Analysis di

Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan

Tapanuli Utara Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat

meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Isyatun Mardhiyah Syahri, SKM, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan dan

saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. dr.Halinda Sari Lubis, M.K.K.K. dan Umi Salmah, SKM, M.Kes. selaku

Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan saran dan masukan

dalam penyelesaian skripsi ini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing selama proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

atas segala ilmu, wawasan dan pembelajaran yang telah diberikan.

8. Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

yang banyak membantu dalam mengurus segala administrasi.

9. Teristimewa keluarga tersayang dalam doa yang dipanjatkan kepada

Tuhan Yesus, ayah Jaumur Sianturi, ibu Rohani Panggabean, kakak Ria

Yanti Sianturi, abang Darwis Ali Putra Sianturi, adek Rapidah Sianturi,

Faijal Sianturi, atas bantuan, motivasi, dukungan dan semangat yang telah

memberikan kekuatan kepada penulis dalam masa perkuliahan hingga

penyelesaian skripsi.

10. Teman seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang saling

memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini dan semua pihak

yang telah berjasa dan tak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan

kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengaharapkan semoga skripsi

ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas,

pengembangan ilmu dibidang kesehatan masyarakat khususnya keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

Medan, Oktober 2018

Penulis

Sri Astuti Sianturi

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i


HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
RIWAYAT HIDUP xiv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 8
Bahaya 8
Jenis bahaya 9
Sumber informasi bahaya 16
Identifikasi Bahaya 17
Tujuan idetifikasi bahaya 20
Teknik idetifikasi bahaya 21
Pemilihan teknik identifikasi bahaya 23
Proses identifikasi bahaya 26
Job Safety Analysis (JSA) 27
Manfaat job safety analysis 28
Langkah melakukan job safety analysis 30
Kerangka Pikir 32

Metode Penelitian 33
Jenis Penelitian 33
Lokasi dan Waktu Penelitian 33
Informan Penelitian 33
Instrumen Penelitian 34
Metode Pengumpulan Data 34
Data primer 34
Data sekunder 34
Defenisi Istilah 35
Metode Analisis Data 36

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil dan Pembahasan 38
Gambaran Umum Perusahaan 38
Sejarah singkat perusahaan 38
Visi dan misi perusahaan 38
Rencana produksi perusahaan 38
Sumber daya manusia dan pengembangan ekonomi
masyarakat tanggung jawab sosial 39
Karakteristik Informan 39
Uraian Pekerjaan 40
Penambang batu 40
Pemecahan batu (stone crushing) 41
Pengangkutan batu (stone hauling) 43
Mengidentifikasi Bahaya 44
Identifikasi potensi bahaya pada proses penambangan batu 44
Identifikasi potensi bahaya pada proses pemecahan batu 47
Identifikasi potensi bahaya pada proses pengangkutan batu 50
Pembahasan 51
Potensi bahaya pada penambangan batu 51
Potensi bahaya pada penambangan batu 54
Potensi bahaya pada penambangan batu 58

Kesimpulan dan Saran 60


Kesimpulan 60
Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62
LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Identitas Informan 40

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Rasio Kecelakaan 20

2 Program Identifikasi Bahaya yang Sesuai Untuk 25


Menjangkau Potensi Bahaya dalam Kegiatan
Perusahaan
3 Proses Identifikasi Potensi Bahaya K3 26

4 Form Job safety Analysis 32

5 Kerangka Pikir 32

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Izin Penelitian 65

2 Surat Balasan dari Perusahaan Daerah Industri dan 66


Pertambangan Parsaoran Nainggolan

3 Pedoman Wawancara 67

4 Transkrip Wawancara 68

5 Dokumentasi 76

6 Form Job Safety Analysis 81

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan

Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat

seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrial masyarakat

Indonesia makin cepat dengan berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang

beranekaragam. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat

penggunaan alat-alat produksi semakin komplek. Makin kompleknya peralatan

yang digunakan, makin besar pula potensi bahaya yang mungkin terjadi dan

makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan

penanganan dan pengendalian sebaik mungkin. Setiap tahun ada lebih dari 250

juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit

karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat

kecelakaan dan sakit di tempat kerja menurut ILO, 2013 yang dikutip oleh

(Farsiyah, 2017)

Proses industrial masyarakat Indonesia makin cepat dengan berdirinya

perusahaan dan tempat kerja yang beranekaragam, salah satunya adalah

pertambangan. Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan

galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis

maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah

permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, batu

alam pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas,

perak dan bijih mangan . Usaha pertambangan merupakan kegiatan dengan risiko

tinggi terjadinya suatu kecelakaan. Industri pertambangan yang pesat tanpa

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

disertai upaya penanganan efek samping penerapan teknologi akan menimbulkan

berbagai masalah terutama masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena

itu sangat dibutuhkan upaya pencegahan dan penanganan serta penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja pada semua sektor kegiatan proses produksi

khususnya dalam industri pertambangan secara berkesinambungan (Ghaisani,

2014).

Peraturan tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Pertambangan umum

sudah ada sejak tahun 1930 dengan nama Mijn Politie Reglement (MPR) yang

merupakan peraturan yang dibuat pada masa pemerintahan Hindia – Belanda.

Disusul dengan PPRI No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan dan pengawasan

keselamatan kerja di bidang pertambangan yang dilakukan oleh Menteri

Pertambangan. Setelah mempelajari pertimbangan ilmu teknologi modern

mengenai pemakaian peralatan pertambangan dan dalam rangka memperlancar

usaha–usaha aktifitas pembangunan, maka pada tahun 1995 telah disempurnakan

dengan terbitnya Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.

555/K/26/M.PE/1995 tanggal 22 mei 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Pertambangan Umum (Direktorat Pertambangan dan Energi, 1995).

Dari penelitian yang dilakukan oleh (Ghaisani, 2014), potensi bahaya yang

muncul di area pertambangan adalah potensi bahaya keselamatan kerja seperti

tertimpa, kebakaran dan ledakan serta potensi bahaya kesehatan kerja seperti

paparan debu mineral dari lokasi atau kondisi area pertambangan yang berstruktur

tanah kering dan berpasir yang dapat menyebabkan silikosis atau paparan

kebisingan yang bersumber dari pengoperasin alat kerja yang mengakibatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pekerja dapat mengalami penurunan daya dengar, terpeleset, tersandung, dan

terjatuh, terhirup debu mineral, tertimpa butiran batuan, tertabrak, terjepit alat

berat, munculnya air tambang, terhirup gas beracun serta kekurangan oksigen.

Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran

Nainggolan yang merupakan objek penelitian ini adalah sebuah perusahaan yang

sudah berdiri selama 2 tahun di daerah Tapanuli Utara. Bergerak di bidang

perindustrian stone chruser (pemecah batu). Di Perusahaan pertambangan batu ini

terdapat 3 tahap pekerjaan yang dilakukan yaitu stone getting (penambangan

batu), stone chruser (pemecah batu), stone hauling (pengangkutan batu).

Pengolahan batu di Perusahaan pertambangan batu ini dimulai dari tahap

penambangan batu dari dalam sungai dengan menggunakan excavator dan

selanjutnya dimuat ke dumptruck. Setelah itu batu dibawa ke ROM (Run of

Mine) untuk dipecah dengan menggunakan mesin chruser menjadi batu kecil

yang disesuaikan dengan permintaan pasar. Pada proses pemecahan batu ini

disebut chrushing. Batu yang sudah dipecah di ROM diangkut (stone hauling)

kedalam dumptruck menggunakan excavator dan siap untuk dipasarkan.

Setiap tahapnya, kegiatan pertambangan batu yang berada di wilayah

Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan

melibatkan mesin dan alat-alat berat yang dapat menjadikan potensi bahaya bagi

pekerja. Di Perusahaan ini terdapat banyak potensi bahaya yang tejadi yang

dapat mengganggu kesehatan pekerja dan juga membahayakan keselamatan

pekerja yang mengakibatkan kan produktivitas pekerja yang terus menurun.


Adapun aspek kesehatan pekerja terganggu yaitu banyak pekerja yang

mengalami cedera, kehadiran menurun dengan alasan sakit, paparan debu mineral

dari lokasi atau kondisi area pertambangan yang berstruktur tanah kering dan

berpasir yang dapat menyebabkan silikosis atau paparan kebisingan yang

bersumber dari pengoperasin alat kerja yang mengakibatkan pekerja dapat

mengalami penurunan daya dengar, terpeleset, tersandung, dan terjatuh, terhirup

debu mineral, munculnya air tambang, terhirup gas beracun serta kekurangan

oksigen.

Dan aspek keselamatan yang membahayakan pekerja yaitu banyaknya

kecelakaan yang terjadi di pertambangan, seperti kebakaran, peledakan,

adakalanya batu melompat dari mesin pemecah batu yang mengenai pekerja,

tertimpa butiran batuan, tertabrak, terjepit alat berat, tersengat listrik.

Keselamatan kerja erat hubungannya dengan peningkatan produksi dan

produktivitas. Sehingga dengan diperhatikannya masalah keselamatan dan

kesehatan kerja, maka perusaahaan dapat menciptakan suasana, kondisi dan

lingkungan kerja yang aman dan sehat, sehingga dapat memberikan kenyamanan

bagi pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik sehingga produksi

dapat ditingkatkan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan pada 3 -10 Februari

2018 diperoleh data kecelakaan di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan

Desa Parsaoran Nainggolan pada tahun 2015 sebanyak 2 orang, tahun 2016

sebanyak 2 orang dan tahun 2017 sebanyak 3 orang. Total kecelakaan pada tahun
2015-2017 adalah 6 orang. Pekerja yang mengalami kecelakaan mengalami

cedera ringan dan diobati ditempat kerja.

Perusahaan ini belum memiliki bagian K3 serta ahli K3 dan juga belum

pernah dilakukan identifikasi menggunakan JSA, sehingga pengawasan dilakukan

oleh supervisor. Supervisor juga yang menetapkan kebijakan-kebijakan untuk

dapat meningkatkan efisiensi kerja. Apabila terjadi kasus kecelakaan akan

dilaporkan kepada supervisor untuk dilakukan penanganan kecelakaan serta

pencatatan.

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Arif,2014), untuk

mengidentifikasi potensi bahaya di pertambangan dilakukan dengan

menggunakan Job Safety Analysis (JSA). Didapat bahwa potensi bahaya yang

sering terjadi di pertambangan batu adalah tersengat listrik pada saat operator

menyalakan mesin chruser untuk memulai stone chrushing, bucket excavator

lepas dan masuk ke dalam dumptruck, tabrakan yang terjadi antar unit dan unit

menabrak pekerja pada saat pekerjaan pada saat proses hauling berlangsung.

Bahaya-bahaya kerja dapat diidentifikasi melalui prosedur analisis

keselamatan kerja (Job Safety Analysis atau JSA). JSA biasa digunakan bagi

perusahaan yang memiliki bahaya-bahaya berkaitan dengan mesin-mesin dan

peralatan-peralatan seperti: pusat kegiatan, perangkat penyaluran tenaga, sumber

energi bahaya, area bukan tempat kerja di sekeliling mesin-mesin (Zeremia,

2017).

JSA merupakan salah satu teknik analisa bahaya yang sangat populer dan

banyak digunakan di lingkungan kerja. Teknik ini bertujuan untuk


mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan. Hal ini sejalan

dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau

tindakan tidak aman saat melakukan suatu aktivitas, dengan melakukan

identifikasi bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah

pencegahan yang tepat dan efektif (Ramli , 2010).

Alasan penulis menggunakan Job Safety Analysis karena JSA salah satu

teknik identifikasi bahaya yang sesuai dengan proses pekerjaan yang ada

Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan. Di

perusahaan ini terdapat 3 tahap pekerjaan yaitu penggalian batu, pemecahan batu,

dan pengangkutan batu. Setiap tahapnya, kegiatan pertambangan batu yang

berada di wilayah Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran

Nainggolan melibatkan mesin dan alat-alat berat yang dapat menjadikan potensi

bahaya bagi pekerja. Dalam penelitian ini, JSA sangat sesuai digunakan untuk

mengidentifikasi potensi bahaya dari setiap detail (lebih terinci) dari ke tiga tahap

pekerjaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui

bagaimana identifikasi potensi bahaya kerja di Perusahaan Daerah Industri dan

Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan dengan menggunakan JSA.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah potensi bahaya apa saja yang terjadi di Perusahaan Daerah

Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.


Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi bahaya

kerja dari ketiga tahapan kerja yang terdapat di di Perusahaan Daerah Industri dan

Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan yaitu penggalian batu, pemecah batu

dan pengangkutan batu.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi pekerja untuk mengenali potensi-potensi

bahaya yang terjadi di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan

Desa Parsaoran Nainggolan.

2. Sebagai bahan masukan pada pihak perusahaan dalam menanggulangi

potensi-potensi bahaya yang ditemukan di Perusahaan Daerah Industri dan

Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.


Tinjauan Pustaka

Bahaya

Menurut Ridley (2014), bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi

menyebabkan kerugian/ kelukaan. Menurut Ramli (2010), bahaya adalah segala

sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan

atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Menurut

Suma‟mur (2014), bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan

pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya tersebut disebut

potensial, jika faktor- faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika

kecelakaan telah terjadi, maka bahaya tersebut sebagai bahaya nyata.

Menurut Arif (2014) yang mengutip pendapat Healey dan Walker, bahaya

kesehatan adalah sesuatu yang dapat menghasilkan efek negatif terhadap

kesehatan masyarakat,baik langsung atau dari waktu ke waktu. Menurut WHO

(1999), telah melakukan identifikasi langkah-langkah utama dalam penilaian

bahaya kesehatan: identifikasi bahaya, karakterisasi resiko, penilaian paparan, dan

estimasi risiko. Menyelesaikan penilaian bahaya yang sukses membutuhkan

bantuan orang terlatih dalam kesehatan masyarakat yang berdedikasi untuk

mencegah masalah kesehatan ditempat kerja.

Jenis bahaya. Menurut Kurniawidjaja (2010), bahaya kesehatan ditempat

kerja dapat berasal dari semua komponen kerja berupa:

1. Bahaya tubuh pekerja (somatic hazard)

Bahaya tubuh pekerja, merupakan bahaya yang berasal dari dalam tubuh

pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya seorang

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9

pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh dengan

kabel listrik warna-warni, bahaya somatiknya dapat membahayakan dirinya

maupun orang lain sekeliling nya bila ia salah menyambung warna kabel listrik

tertentu karena tindakan ini berpotensi menimbulkn kebakaran dan ledakan.

2. Bahaya perilaku kesehatan (behavioral hazard)

Bahaya perilaku kesehatan yaitu bahaya yang terkait dengan perilaku

kerja. Contohnya adalah mode rambut panjang diruang mesin berputar telah

mengakibatkan seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam mesin dan

hancur tubuhnya karena tergiling mesin penggiling bongkahan batu (crusher).

3. Bahaya lingkungan kerja (environmental hazard)

Bahaya lingkungan kerja dapat berupa faktor fisik, kimia, biologi,

berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas

pajanannya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja (efek

kesehatannya masuk kedalam penyakit akibat kerja).

Faktor fisik berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja (PAK), dari

penyakit yang ringan sampai yang berat. Jenis bahaya yang termasuk dalam

golongan faktor fisik serta pekerja beresiko terpajan antara lain:

a. Bahaya mekanik

Bahaya mekanik dapat menimbulkan risiko trauma atau terluka akibat

kecelakaan. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor mekanik ditempat kerja

antara lain adalah terbentur, tertusuk, tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh,

terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar, terkena serpihan ledakan,tersiram, dan

tertelan. Sementara itu, risiko kecelakaan yang dapat timbul dari faktor mekanik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tersebut adalah cedera seperti luka, luka bakar, perdarahan, tulang patah, jaringan

robek, sesak napas, jantung berhenti berdetak, serta masuknya benda asing ke

dalam tubuh (khususnya mata), bila cedera yang ditimbulkan berat dapat

menimbulkan kematian.

b. Bising

Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikehendaki dan dapat

mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan

pendengaran (ketulian). Di tempat kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi,

dari area produksi, area generator, area kompresor, area dapur, area umum seperti

di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin, suara benturan

alat, hingga suara gaduh manusia. Pekerja berisiko terpajan bising adalah mereka

yang bekerja di pabrik bermesin bising terutama di bagian produksi dan di bagian

perawatan mesin, pekerja sektor kendaraan umum, pekerja di bengkel, dan

lainnya.

c. Getar dan vibrasi

Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskuluskeletal,

keseimbangan, white finger, dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi

dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat memajani seluruh tubuh (whole body

vibration) seperti pemotong rumput yang membawa mesin di punggungnya dan

pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan

lengan, contohnya adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko

terpajan getar di tangannya adalah mereka yang menggunakan alat tangan getar
dan/ atau pneumatik perkusi, seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan

memukul pelat baja.

d. Suhu ekstrem panas

Tekanan panas yang melebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan

heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja,

tekanan panas (heat stress) dapat timbul akibat pajanan suhu ekstrem panas yang

bersumber dari peralatan maupun lokasi kerja tertentu. Contoh peralatan kerja

yang dapat mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat pembakaran

(furnace), dapur atau tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik

(generator) atau mesin lainnya.

e. Suhu ekstrem dingin

Pajanan suhu ekstrem dingin di lingkungan kerja, dapat menimbulkan

frostbite yang ditandai dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun

telinga, serta gejala hipotermia yaitu suhu di bawah 35ºC dan dapat mengancam

jiwa. Pekerja yang berisiko terpajan bahaya suhu ekstrem dingin adalah penyelam,

pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam

suhu ekstrem dingin, pekerja konstruksi, dan lainnya.

f. Cahaya

Cahaya yang kurang dan terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau

terus menerus bekerja di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka

pendek menimbulkan ketidaknyamanan pada mata (eye strain), berupa nyeri atau

kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue, dalam jangka panjang dapat

menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya rabun jauh pada
usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga

dapat menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Semua pekerja berpotensi

mengalami insufisiensi cahaya dalam bekerja bila tidak memperhatikan

kecukupan cahaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu, terutama dalam

melaksanakan pekerjaan yang memerlukan cahaya yang cukup dan ketelitian

tinggi. Sedangkan pekerja berisiko terpajan silaunya cahaya contohnya pekerja

yang menggunakan visual display terminal seperti komputer dan televisi.

Faktor kimia berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat

luas spektrumnya, dari yang ringan seperti bersih-bersin, kulit gatal, sampai yang

berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal ginjal dan cacat fungsi paru,

bahkan menimbulkan kanker, cacat bawaan bagi janin yang dikandung oleh

pekerja yang terpajan, yang terberat adalah kematian. Bahkan kimia dapat

merupakan suatu zat toksik yang tunggal atau berupa campuran senyawa kimia

toksik.

Pekerja berisiko adalah mereka yang bekerja dengan menggunakan bahan

kimia. Bahan kimia yang ada di tempat kerja sangat beragam jenis maupun

bentuknya, yang paling sering digunakan dalam dunia kerja dan dunia usaha

adalah Solvent/ pelarut organic. Pelarut organik adalah kelompok senyawa

hidrokarbon (HC), seperti hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik, atau

hidrokarbon bersubtitusi. Pelarut organik yang banyak digunakan di industri

antara lain adalah asam sulfat, asam fosfat, benzena, toluena, xylena, formaldehid,

aseton, tetraklorokarbon, trikloretilen, alkohol, alkali, dan ester. Penggunaan


pelarut organik sangat luas hampir di semua bidang kegiatan manusia, sebagai

contoh antara lain digunakan untuk:

a) Melarutkan hidrokarbon lain seperti tar, lilin, minyak, dan bahan

petrokimia

b) Memproduksi polimer dari monomer, misalnya monomer acrylamide

menghasilkan polimer acrylamide yang digunakan untuk penghancur

pengendapan di bidang waste dan water treatment

c) Membuat pupuk asam fosfat, pigment inorganik, serat tekstil buatan,

bubur kertas dari asam sulfat

d) Mengencerkan cat, tinta, perekat

e) Menghilangkan oli pada perlengkapan mesin

f) Mencuci pakaian cara kering (dry clean)

g) Sebagai bahan pemuti Sebagai bahan pendukung dalam proses produksi di

bidang farmasi

Faktor biologi berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja, dari

penyakit yang ringan seperti flu biasa sampai SAR bahkan HIV-AIDS bagi

pekerja kesehatan. Jenis mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor

biologi serta pekerja berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV),

bakteri (Tuberkulosis, Bruselosis, Leptospirosis), jamur (Coccidiomycosis,

Aktinomikosis), serta parasite (Hookworm, Malaria).

a) Bahaya ergonomik (ergonomic hazard) berupa faktor postur janggal,

beban berlebih, durasi panjang, frekuensi tinggi. Bahaya ergonomik yang


dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan peralatan kerja yang

digunakan oleh pekerja termasuk work station.

b) Bahaya pengorganisasian pekerjaan (work organization hazard) dan

budaya kerja (work culture hazard). Contohnya adalah faktor stres kerja

berupa beban kerja berlebih atau pembagian pekerjaan yang tidak

proporsional, budaya kerja sampai jauh malam dan mengabaikan

kehidupan sosial pekerja.

Menurut Ramli (2010), jenis bahaya dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Bahaya mekanis

Bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya

mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak.

Misalnya mesin gerinda, press, tempa, pengaduk, dan lain-lain. Bahaya pada

mesin yang bergerak mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong,

menempa, menjepit, menekan, dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini

dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong,

atau terkupas.

2. Bahaya listrik

Bahaya listrik merupakan sumber bahaya yang berasal dari energi listrik

yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik,

dan hubungan singkat arus pendek. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya

listrik, baik dari jaringan listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang

menggunakan energi listrik.


3. Bahaya kimiawi

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi oleh bahan-

bahan kimia antara lain:

a. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic).

b. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam sulfat,

cuka air aki, dan lainnya.

c. Kebakaran dan peledakan, beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat

mudah terbakar dan meledak misalnya golongan senyawa hidrokarbon

seperti minyak tanah, premium, LPG, dan lainnya.

d. Polusi dan percemaran lingkungan seperti H2S.

4. Bahaya fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain:

a. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan

indera pendengaran.

b. Tekanan

c. Getaran

d. Suhu panas atau dingin

e. Cahaya atau penerangan

f. Radiasi dan bahan radioaktif, sinar ultra violet, atau infra merah

5. Bahaya biologis

Di berbagai lingkungan terdapat bahaya yang bersumber dari unsur

biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkunga kerja atau berasal

dari
aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,

pertanian, kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

Sumber informasi bahaya. Menurut Ramli (2010), bahaya dapat diketahui

dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari peristiwa atau

kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan

wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi

industri, data keselamatan bahan (material safety data sheet).

1. Kejadian kecelakan

Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui

informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, terutama dari hasil penelitian

dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa.

Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya

misalnya:

a. Lokasi kejadian

b. Peralatan atau alat kerja

c. Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan

d. Data-data korban berkaitan dengan usia, pengalaman, pendidikan, masa

kerja, kondisi kesehatan, dan kondisi fisik serta informasi lainnya

e. Waktu kejadian

f. Bagian badan yang cedera

g. Keparahan kejadian
2. Kecenderungan kejadian

Identifikasi bahaya juga dapat dilakukan dengan mempelajari

kecenderungan atau trend kejadian dalam perusahaan. Misalnya dalam periode

setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita penyakit pernafasan, terkena

semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk

mengidentifikasi potensi bahaya yang ada di tempat kerja (Ramli, 2010)

Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya sistematis

untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya

merupakan landasan manajemen risiko untuk menjawab pertanyaan apa potensi

bahaya yang dapat terjadi atau menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana

terjadinya (Ramli, 2010).

Menurut Ridley (2014) ada beberapa cara untuk mengidentifikasi bahaya

antara lain sebagai berikut:

1. Inspeksi keselamatan kerja (melakukan survei keselamatan umum di tempat

kerja).

2. Mengadakan patroli keselamatan kerja (mengidentifikasi bahaya di sepanjang

rute patroli yang ditetapkan terlebih dahulu).

3. Mengambil sampel keselamatan kerja (melakukan pemeriksaan hanya untuk

satu jenis bahaya, kemudian mengulanginya untuk bahaya yang lainnya).

4. Mengaudit keselamatan kerja (membuat hitungan jumlah bahaya berbeda

yang ditemukan sebagai pembanding dengan audit yang serupa pada

waktu sebelumnya dan yang akan datang).


5. Melakukan survei kondisi lingkungan.

6. Membuat laporan kecelakaan.

7. Melaporkan kondisi yang hampir menimbulkan kecelakaan atau

„nyaris celaka‟.

8. Meminta masukan dari para pekerja.

9. Melapor dari media pers dan asosiasi perdagangan.

Menurut Rijanto (2011), untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya khusus

yang berhubungan dengan pekerjaan, maka dapat dimulai dengan mencari

bahaya-bahaya. Untuk itu perlu dijawab beberapa pertanyaan tentang setiap

langkahnya:

1. Apakah ada bahaya terbentur, terpukul, atau lainnya yang membuat

luka, dengan suatu objek?

2. Dapatkah pekerja terjepit pada, atau diantara objek?

3. Apakah ada potensi untuk terpeleset, atau tersandung? Apakah pekerja

dapat terjatuh, pada lantai yang sama atau yang lain?

4. Apakah ada ketegangan karena mendorong, menarik, membungkuk,

atau memelintir?

5. Apakah lingkungan membahayakan keselamatan atau kesehatan?

Contohnya, apakah ada konsentrasi gas racun, uap, asap, debu, panas, atau

radiasi? Pengamatan terhadap pekerjaan harus diulang sesering mungkin

sesuai dengan kebutuhan sampai semua bahaya dan potensi kecelakaan

teridentifikasi.
Kadang risiko timbul secara tidak tetap, dan kondisi yang menunjukkan

risiko yang sebenarnya mungkin tidak timbul saat dilakukan pengamatan. Untuk

itu pekerja-pekerja dapat membantu mengidentifikasi risiko-risiko berdasarkan

pengalaman mereka.

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan risiko

adalah melakukan penilaian setiap laporan survei dan/ atau inspeksi K3 atau

lingkungan yang berhubungan dengan lokasi. Sumber-sumber tambahan yang

mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko antara lain:

1. Analisis dan prosedur kerja yang dilaksanakan pada atau di dekat

lokasi kerja.

2. Laporan kecelakaan/ insiden dari area umum di lokasi kerja.

3. Laporan pengamatan kerja.

4. Peraturan kerja khusus di lokasi.

5. Kebutuhan alat pelindung diri.

6. Gambar, skema atau diagram alir berkaitan dengan lokasi.

Tujuan identifikasi bahaya. Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya

merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian

risiko. Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain:

1. Mengurangi peluang kecelakaan

Identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan

melakukannya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu

kecelakaan dapat diketahui dan dihilangkan sehingga kecelakaan dapat ditekan.


1
Fatal

30
Kecelakaan berat

300
Kecelakaan serius

3000
Kecelakaan ringan

30.000
Tindakan dan kondisi tidak aman

Gambar 1. Rasio kecelakaan menurut Dupont

Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah 1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000 yang

artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan tidak aman atau kondisi tidak

aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat, 300 kali

kecelakaan serius, dan 3000 kali kecelakaan ringan.

Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi penyebab

kecelakaan yang menjadi dasar piramida, maka peluang terjadinya kecelakaan

dapat diturunkan. Maka dari itu perlunya diupayakan mengidentifikasi seluruh

sumber bahaya di tempat kerja.

2. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja,

manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas

perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan

operasi perusahaan.
3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi

pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan menentukan skala

prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan

hasilnya akan lebih efektif.

4. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya

dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan.

Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko usaha

yang akan dilakukan (Ramli, 2010).

Teknik identifikasi bahaya. Menurut Ramli (2010), identifikasi bahaya

adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu

bahan, alat, atau sistem. Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang

dapat diklasifikasikan atas:

1. Teknik pasif

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara

langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlamat, karena langkah pencegahan

diambil setelah kecelakaan terjadi.

2. Teknik semi proaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita

tidak perlu mengalaminya sendiri. Namun teknik ini juga kurang efektif karena;

a. Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak

kejadian kecelakaan.

b. Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak

lain untuk diambil sebagai pelajaran.


c. Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian,

walaupun menimpa pihak lain.

Sejalan dengan hal ini, setiap sistem K3 mensyaratkan untuk melakukan

penyelidikan kecelakaan sebagai “lesson learning” agar kejadian serupa tidak

terulang kembali.

3. Teknik proaktif

Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif atau

mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang

merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan:

a. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan

kecelakaan atau cedera.

b. Bersifat peningkatan berkelanjutan (continual improvement) karena

dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.

c. Meningkatkan kepedulian (awareness) semua pekerja setelah mengetahui

dan mengenal bahaya di tempat kerja.

d. Mencegah pemborosan, karena bahaya dapat menimbulkan kerugian.

Dewasa ini telah berkembang berbagai macam teknik identifikasi bahaya

yang bersifat proaktif antara lain:

1. Daftar periksa dan audit atau inspeksi K3

2. Hazops (hazard and operability study)

3. Analisa keselamatan pekerjaan (job safety analysis-JSA)

4. Analisa risiko pekerjaan (task risk analysis-TRA)


5. Analisa bahaya awal (preliminary hazards analysis-PHA)

6. Analisa moda kegagalan dan efek (failure mode and effect analysis-FMEA)

7. Analisa what if (what if analysis-ETA)

8. Analisa pohon kegagalan (fault tree analysis-FTA)

Pemilihan teknik identifikasi bahaya. Teknik identifikasi bahaya yang

digunakan harus sesuai, karena sangat menentukan efektivitas identifikasi bahaya

yang dilakukan. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik

identifikasi bahaya yang tepat antara lain:

1. Sistematis dan terstruktur

2. Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang

belum pernah dikenal sebelumnya

3. Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan

4. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang diperlukan

Sumber bahaya di tempat kerja dapat berasal dari unsur-unsur produksi

antara lain:

1. Manusia

Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada

saat melakukan aktivitasnya masing-masing.

2. Peralatan

Semua peralatan di tempat kerja seperti mesin, pesawat uap, alat angkut,

dan lainnya dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang menggunakannya.
3. Material

Material yang digunakan baik sebagai bahan baku, bahan antara atau

hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan

karakteristik masing-masing.

4. Proses

Semua kegiatan dalam proses produksi mengandung bahaya baik bersifat

fisis atau kimia. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi

dapat menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran.

5. Sistem dan prosedur

Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat

mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Contohnya seorang pekerja yang

bekerja secara terus menerus selama 8 jam maka akan menimbulkan kelelahan

yang akan mendorong terjadinya kondisi yang tidak aman, misalnya

menurunnya konsentrasi pada akhirnya mendorong terjadinya kecelakaan.

Tidak ada teknik identifikasi yang mampu menjangkau 100% bahaya yang

ada tetapi dapat dibagi sesuai kondisi umum, sifat kegiatan, sumber bahaya

dominan, dan unsur produksi yang merupakan objek penelitian.


Lain-lain
What if, Hazard identification, dll Proses
Hazard and Operability study, Fault Tree Analysis, What If, Preliminary Hazard Analysis
Manusia
Job Safety Analysis, Task Risk Analysis

Sistem dan Prosedur


Job Safety Analysis, What If, dll
Peralatan/ Teknis
Failure Mode and Effect Analysis, What If

Gambar2. Program identifikasi bahaya yang sesuai untuk menjangkau potensi


bahaya dalam kegiatan perusahaan

Proses identifikasi bahaya. Secara garis besar tahapan identifikasi

bahaya adalah merinci bahaya-bahaya yang ada sampai level detail dan kemudian

menetukan signifikansinya (potensi) dan penyebabnya, melalui program survei

dan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada.


Mesin dan peralatan

Sumber
tenaga
Proses kerja Identifikasi bahaya
kerja dan
bahan berbahaya

Lokasi kerja

Gambar 3. Proses identifikasi bahaya K3

Tahapan identifikasi bahaya diawali dengan menyusun daftar kejadian

kejadian yang tidak diharapkan yang mungkin menyebabkan terjadi kecelakaan

maupun gangguan kesehatan.

Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu teknik yang dipakai untuk

menganalisa suatu pekerjaan secara sistematis untuk bisa mengenali bahaya

disetiap langkahnya sehingga bisa dikembangkan solusi untuk mencegah

terjadinya kecelakaan. Job Safety Analysis (JSA) pada dasarnya adalah

penganalisaan aktivitas kerja dan tempat kerja untuk menentukan tindakan

pencegahan yang memadai ditempat kerja. Dengan kata lain, JSA sebagai

sistematis identifikasi potensi bahaya di tempat kerja sebagai langkah untuk

mengendalikan risiko yang terjadi disuatu lingkungan kerja.


Job Safety Analysis (JSA) digunakan untuk meninjau metode kerja dan

menemukan bahaya yang :

1. Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain

permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses

2. Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.

3. Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Badan resmi yang bertanggung jawab dalam proses ini membuat gambaran

yang paling aman, efisien dari setiap bentuk pekerjaan yang diberikan. Badan

analisa keselamatan kerja membuat strategi yang terstruktur dalam mencegah

kecelakaan kerja yaitu dengan melakukan pengenalan terhadap bahaya,

melakukan evaluasi dan pengendalian risiko (Cipto, 2010).

Manfaat job safety analysis (JSA). Analisa keselamatan kerja atau JSA

bermanfaat dalam keamaan kerja dan melindungi produktivitas pekerja.

manfaatnya adalah :

1. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan di tempat kerja.

2. Menemukan bahaya fisik yang ada di lingkungan kerja.

3. Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam

metode kerja.

4. Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah dan

meningkatkan Produktivitas.

5. Penentuan standar-standar yang diperlukan untuk keamanan, termasuk

petunjuk dan pelatihan tenaga kerja manusia.

6. Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja


efisien.

Teknologi keamanan sistem adalah suatu segmen yang dibentuk dengan

baik dan dikenal secara formal dari teknisi sistem modern. Sebagian besar dari

metodologinya dikembangkan untuk membantu mencegah terjadinya kecelakaan

dalam sistem-sistem yang disponsori atau dikontrol pemerintah Amerika Serikat.

Dianjurkan agar langkah pertama dalam identifikasi bahaya sistematis adalah

mempersiapkan sebuah daftar dari tipe-tipe kecelakaan yang terjadi untuk produk,

peralatan, sistem, atau daerah operasi yang diteliti. Setelah semua bahaya telah

diidentifikasikan dari masing-masing tahap pekerjaan, pada tahap berikutnya yaitu

mencari solusi pengembangan terhadap desain untuk pemisahan atau sebaliknya

pengawasan atau kontrol terhadap desain untuk mengetahui hubungan tiap bahaya

dengan tahapan suatu pekerjaan. Solusi yang biasa digunakan untuk mengontrol

bahaya adalah berikut :

1. Merubah lingkungan fisik pekerjaan.

2. Mengurangi frekuensi pekerjaan pada pekerjaan yang berbahaya.

3. Menggunakan pakaian pelindung/alat pelindung.

4. Melakukan prosedur kerja yang baik.

Analisa keselamatan kerja (JSA) biasanya dikembangkan dengan

mengamati pekerja-pekerja yang berpengalaman dalam melaksanakan

pekerjaannya dan atau dengan mendiskusikan metode kerja dengan mereka.

Observasi dan diskusi ini digunakan untuk mengidentifikasi langkah-langkah

dasar dari sebuah pekerjaan yang spesifik dan untuk mempersiapkan suatu daftar

bahaya. Kontrol bahaya ini meliputi pelaksanaan prosedur keamanan kerja,


penghilangan sumber-sumber tenaga kerja dan bahan-bahan yang berbahaya serta

penggunaan pakaian dan perlengkapan pengaman dan lain-lain. Penurunan tingkat

bahaya dan solusi-solusi yang digunakan seharusnya dibicarakan dengan para

pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut. Semakin pekerja dilibatkan dan

diizinkan untuk memberi kontribusi maka semakin sukses dan efektiflah JSA

tersebut. Metode pelaksanaan yang efisien pada analisa keselamatan kerja adalah

melalui observasi langsung pada performa kerja. Dalam banyak hal observasi

langsung mungkin tidak praktis, seperti pada pekerjaan baru dan hal lain yang

jarang dikerjakan. Pada kondisi seperti ini JSA dapat dibuat melalui diskusi

dengan orang yang menggeluti pekerjaan tersebut (Cipto, 2010).

Langkah melakukan job safety analysis (JSA). Occupational Health

and Safety (OSH, 2013) menjelaskan langkah Job Safety Analysis (JSA) adalah

sebagai berikut :

1. Memilih pekerjaan (Job selection)

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan

harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa, hal

penting yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Frekuensi kecelakaan.

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan

merupakan prioritas utama dalam JSA.

b. Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.


c. Kekerasan potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun

mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

d. Pekerjaan baru

Untuk setiap pekerjaan baru harus memiliki JSA. Analisa tidak boleh

ditunda hingga kecelakaan atau kejadian hampir celaka terjadi.

e. Mendekati bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.

Hal ini dimaksudkan agar potensi bahaya yang sering terjadi itu berubah

menjadi kecelakaan.

2. Menguraikan pekerjaan (job breakdown)

Pekerjaan yang akan dianalisis harus diuraikan berdasarkan tahapan-

tahapan pekerjaannya. Tahapan setiap pekerjaan harus dijelaskan secara jelas dari

tahap awal sampai akhir.

Hindari keselahan-kesalahan yang sering terjadi seperti :

a. Terlalu rinci dalam menentukan langkah pekerjaan, sehingga

dapat menimbulkan langkah yang tidak penting.

b. Terlalu umum dalam menguraikan langkah pekerjaan, sehingga langkah-

langkah dasar tindak dapat dibedakan.

3. Mengidentifikasi bahaya (hazard identification)

Proses identifikasi bahaya merupakan bagian yang sangat penting dalam

keberhasilan suatu analisa keselamatan kerja. Dalam upaya identifikasi semua

potensi bahaya harus dicermati dan dianalisa dengan baik agar semua potensi
dapat ditanggulangi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat

menggambarkan indentifikasi bahaya diantaranya :

a. Apakah metode kerja dan sikap pekerja aman dalam bekerja?

b. Apakah lingkungan kerja membahayakan pekerja?

c. Apakah kapasitas beban pekerja terlalu besar?

d. Apakah pekerja berpotensi tertusuk, terpotong, tergelincir,

tergilas, terjepit,terpukul, tertanduk, terseruduk, dan lain

sebagainya.

e. Apakah pekerja berpotensi terperangkap, tertanam, tertimbun dan

potensi membahayakan pekerja lainnya.

4. Pengendalian bahaya (hazard control)

Pada tahap terakhir dari dari analisa kecelakaan kerja adalah melakukan

pengendalian bahaya dengan menemukan solusi alternatif yang dapat

mengembangkan suatu prosedur keselamatan dalam bekerja sehingga pekerjaan

dapat dikerjakan secara aman, efektif dan efisien. Dalam mengendalikan bahaya,

intervensi yang paling efektif yang dapat kita lakukan adalah dengan

menerapkan hirarki kontrol. Tahapan hirarki control yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

a. Primary control : Mencakup pengendalian pertama dengan fokus

intervensi pada alat dan mesin dengan upaya rekayasa.

b. Secondary control : Mencakup pengendalian administrasi dengan cara

membatasi paparan terhadap risiko tertentu.

c. Tertiari control : Pengendalian yang dilakukan dengan mengajarkan

praktek kerja yang benar atau melakukan prosedur kerja yang baik dalam

suatu pekerjaan tertentu dengan sistematis.


d. APD : Pengendalian yang menjadi pilihan terakhir dalam upaya

penanggulangan yang ditujukan kepada pekerja dengan memberikan alat

pelindung diri terhadap potensi bahaya tertentu.

Adapun contoh form Job Safety Analysis (JSA) oleh OHS (2013) :

Gambar 4. Form job safey analysis (JSA)

Kerangka Pikir

Identifikasi potensi

bahaya Menggunakan

JSA

Penambangan batu Pemecahan batu Pengangkutan batu

Gambar 5. Kerangka pikir


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu menggambarkan hasil

identifikasi bahaya pada suatu proses kerja dengan menggunakan metode JSA

(Job Safety Analysis) pada proses kerja penambangan batu (stone getting),

pemecah batu (stone crushing) , pengangkutan batu (stone hauling) di Perusahaa

Daerah Industri dan Desa Parsaoran Nainggolan. Menurut Sugiyono (2013),

dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural setting

(kondisi yang alamiah), sumber data primer, teknik pengumpulan data lebih

banyak pada observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Perusahaan Daerah Industri

dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan, pada proses kerja penambangan

batu (stone getting), pemecah batu (stone crushing), pengangkutan batu (stone

hauling).

Waktu penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2018 sampai

dengan selesai.

Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek

penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami nya. Fungsi

informan dalam penelitian adalah untuk mencari informasi secara mendalam

mengenai bahaya-bahaya kerja di Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran

Nainggolan. Informan dalam penelitian yaitu orang yang berpengalaman dan ahli

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34

dalam hal tesebut. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah supervisor,

operator di bagian dumptruck, operator di stone chruser.

Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yaitu

Sri Astuti sianturi Mahasiswi peminatan Kehatan dan Keselamatan Kerja,

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan. Karena peneliti sebagai pengumpul

data yang mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Untuk data yang diinginkan,

peneliti menggunakan instrumen berupa:

1. Pedoman observasi untuk mengetahui informasi mengenai pekerja dan

lingkungan kerja, dan mesin yang digunakan.

2. Pedoman wawancara untuk mengenai pekerja, tahap kerja(proses kerja),

dan bahaya kerja yang akan di lamprikan dalam form JSA.

3. Berupa dokumen resmi Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran

Nainggolan.

4. Laptop.

5. Form JSA.

6. Alat tulis dan kertas catatan

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer diperoleh dari observasi pada proses kerja,

hasil dokumentasi dan wawancara mendalam dengan informan. Yang

hasilnya akan dilampirkan dalam form JSA(Job Safety Analysis).

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dokumen Perusahaan Daerah

Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan yaitu data tahap kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penambangan batu (stone getting), pemecah batu (stone crushing) , pengangkutan

batu (stone hauling) di Perusahaa Daerah Industri dan Desa Parsaoran

Nainggolan.

Definisi Istilah

1. Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam suatu upaya

sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi.

Identifikasi bahaya merupakan landasan manajemen risiko untuk

menjawab pertanyaan apa potensi bahaya yang dapat terjadi atau

menimpa organisasi/ perusahaan dan bagaimana terjadinya.

2. Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia,

kerusakan atau gangguan lainnya.

3. Stone getting : proses penggalian atau penambangan untuk mendapatkan

batu. Pengolahan batu di Perusahaan pertambangan batu ini dimulai dari

tahap penambangan batu dari dalam sungai dengan menggunakan

excavator dan selanjutnya dimuat ke dumptruck. Setelah itu batu dibawa

ke ROM (Run of Mine) untuk dipecah dengan menggunakan mesin

chruser.

4. Stone crushing : proses pemecahan batu oleh mesin crusher. Batu yang ada

dalam ROM (Run of Mine) dipecah dengan menggunakan mesin chruser

menjadi batu kecil yang disesuaikan dengan permintaan pasar. Pada

proses pemecahan batu ini disebut chrushing.


5. Stone hauling : proses dimana batu yang sudah dipecah di ROM diangkut

ke dumptruck menggunakan excavator dan siap dipasarkan.

6. Job safety analysis adalah suatu teknik yang digunakan untuk

menganalisa potensi bahaya yang terdapat dalam setiap tahap pekerjaan

pada proses stone getting, stone crushing, stone hauling.

Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, analisis data dilaksanakan setelah data di lapangan

berhasil dikumpulkan dan diorganisasikan dengan baik. Hal ini dilakukan setelah

peneliti mendapatkan verbatim hasil wawancara. Analisis dilakukan dengan

mencatat kronologis peristiwa yang penting dan relevan serta insiden kritis

berdasarkan urutan kejadian serta menjelaskan proses yang terjadi selama

wawancara berlangsung dan juga isu-isu pada wawancara yang penting dan

sejalan serta relevan dalam penelitian.

Pada penelitian ini metode analisi data menggunakan analisi tematik.

Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan

daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya

terkait dengan tema itu, atau hal-hal di antara atau gabungan dari yang telah

disebutkan. Tema-tema tersebut memungkinkan interpretasi fenomena.

Suatu tema dapat diidentifikasi pada tingkat termanifestasi (manifest

level), yakni yang secara langsung dapat terlihat. Suatu tema juga dapat

ditemukan pada tingkat laten (latent level), tidak secara eksplisit terlihat tetapi

mendasari atau membayangi (underlying the phenomena). Tema-tema dapat


diperoleh secara induktif dari informasi mentah atau diperoleh secara deduktif

dari teori atau penelitian-penelitian sebelumnya (Poerwandari, 2005).


Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Perusahaan

Sejarah singkat perusahaan. Perusahaan Daerah Industri dan

Pertambangan, Kabupaten Tapanuli Utara dibentuk pada Tahun 1996 melalui

Peraturan Daerah (PERDA) TINGKAT II Kabupaten Tapanuli Utara Nomor 14

Tahun 1996. Perusahaan ini telah di bangun di bebarapa kecamatan, khususnya

kecamatan Pahae Jae.

Pada bulan Mei tahun 2014 Perusahaan ini dibangun . Yang bertempat di

Kecamatan Pahae jae yang diberi nama dengan Perusahaan Daerah Industri dan

Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.

Visi dan misi perusahaan. Adapun visi dari Perusahaan Daerah Industri

dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan ini adalah “Menjadi Perusahaan

Daerah yang paling dipercaya melalui produktivitas dan kreativitas”. Dan misi

dari Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan

adalah:

1. Menerapkan praktik manajemen bisnis yang transparan

2. Membuat kegiatan-kegiatan usaha baru yang inovatif

3. Meningkatkan hubungan baik dengan setiap rekanan

4. Ikut serta berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat

5. Membangun kabupaten Tapanuli Utara menjadi kabupaten mandiri

Rencana produksi perusahaan. Perusahaan Daerah Industri dan

Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan telah memulai kegiatan-kegiatan dalam

rangka persiapan produksi, yang meliputi kelengkapan perizinan, pembangunan

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39

infrastruktur penunjang, termasuk persiapan pembangunan perencanaan

penambangan dan sebagainya.

Sumber daya manusia dan pengembangan ekonomi masyarakat

tanggung jawab sosial. Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa

Parsaoran Nainggolan percaya bahwa untuk menjadi sebuah perusahaan yang

kuat perusahaan harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada seluruh

pemangku kepentingan. Juga menempatkan kepentingan Konsumen, Karyawan,

Lingkungan dan Komunitas pada tingkat yang tinggi. Hal inilah yang menjadi

dasar pelaksanaan program Pengembangan Masyarakat di daerah Perusahaan

Daerah Industri dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan.

Karakteristik Informan

Penelitian ini melibatkan lima orang informan yang secara sukarela

telah bersedia memberikan keterangan yang diperlukan. Informan tersebut

antara lain terdiri dari 1 orang supervisor, 1 orang operator excalator

penambang batu, 1 orang operator pemecah batu, 1 orang operator excalator

pengangkutan batu, 1 orang operator dumptruck. Identitas informan dapat

dilihat dalam tabel 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 1
Identitas informan
Informan Jenis kelamin Usia Pekerjaan Masa
kerja
1 Laki-laki 39 tahun Supervisor 4 tahun
2 Laki-laki 42 tahun Operator excavator 4 tahun
Penambang batu

3 Laki-laki 35 tahun Operator Pemecah 3 tahun


Batu
4 Laki-laki 38 tahun Operator excavator 4 tahun
pengangkutan batu

5 Laki-laki 38 tahun Operator dumptruck 3 tahun


pengangkutan batu

Uraian Pekerjaan

Dari proses kerja penambangan batu, pemecehan batu, dan pengangkutan

batu yang merupakan tahapan beruntun yang dapat digunakan menjadi suatu

prosedur kerja. Berdasarkan dari SOP yang berlaku di Perusahaan ini, berikut

adalah uraian langkah-langkah dasar dari masing-masing pekerjaan yang sudah

ditentukan:

Penambangan batu. Pada proses penambangan batu, langkah- langkah

kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja.

Sebelum memulai aktivitas kerja, setiap pekerja diwajibkan untuk

memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja

yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja yang

harus diperiksa sebelum memulai kegiatan penambangan adalah excavator dan

dumptruck.
2. Operator naik ke excavator

Setelah pemeriksaan harian dilakukan, operator naik ke unit excavator dan

melakukan persiapan berupa gerakan-gerakan yang disebut sebagai senam

excavator untuk memastikan excavator siap untuk digunakan.

3. Operator mengoperasikan Excavator

Excavator bergerak menuju lahan penambangan. Excavator akan berjalan

dari areal parkir menuju lahan untuk memulai aktivitas penambangan. Disini

excavator akan mulai menggali kedalam sungai.

4. Pemuatan batu ke dumptruck

Batubara yang dari hasil galian selanjutnya akan dimuat ke dumptruk yang

telah mengantri di area pengangkutan.

5. Pengangkutan batu ke tempat penimbunan batu yang siap dipecah atau

disebut ROM (Run Of Mine)

Batu yang yang telah dimuat ke dumptruk selanjutnya akan dibawa ke

ROM yang jaraknya lebih kurang 1 KM dari penambangan.

Pemecahan batu (stone crushing). Pada proses pemecahan batu, langkah-

langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja

Sebelum memulai aktivitas kerja, setiap pekerja diwajibkan

untuk

memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja

yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja yang

harus diperiksa sebelum memulai kegiatan pemecahan batu adalah excavator, dan

chruser
2. Menghidupkan generator/genset

Pekerja dibagian mesin akan menghidupkan generator dengan menekan

tombol panel switch on.

3. Menghidupkan mesin crusher

Setelah mesin generator hidup dan tegangan arus stabil, selanjutnya

pekerja dibagian mesin kembali menekan panel switch on secara bertahap pada

panel mesin crusher untuk menggerakkan mesin crusher.

4. Operator naik ke excavator

Setelah pemeriksaan harian dilakukan, operator naik ke unit excavator dan

melakukan persiapan berupa gerakan-gerakan yang disebut sebagai senam

excavator untuk memastikan excavator siap untuk digunakan.

5. Excavator bergerak ke ROM

Excavator akan berjalan dari areal parkir menuju ROM untuk memulai

aktivitas pemecahan batu. Disini excavator akan mulai mengumpulkan batu agar

dekat dengan jangkauan keruknya.

6. Memuat batu ke mangkuk pemecah batu (hoper)

Setelah excavator berada pada posisi yang aman pada proses pemuatan

Selanjutnya batu akan dimasukkan ke mangkuk (hoper) mesin crusher.

7. Pemecahan batu (stone crushing)

Setelah batu masuk ke hoper mesin crusher selanjutnya batu akan terpecah

secara otomatis oleh mesin crusher sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Batu

yang telah dipecah selanjutnya akan bergerak sendiri oleh mesin loader dan

kemudian ditimbun membentuk timbunan kerucut-kerucut pada derah terbuka


tepat di bawah loader. Timbunan membentuk kerucut dimaksudkan untuk

memperkecil permukaan dan memadatkan batu.

Pengangkutan batu (stone hauling). Pada proses pengangkutan

batu, langkah- langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja

Sebelum memulai aktivitas kerja, setiap pekerja diwajibkan

untuk

memeriksa seluruh unit kerjanya untuk memastikan alat-alat maupun unit kerja

yang digunakan aman dan siap untuk digunakan. Adapun alat dan unit kerja

yang harus diperiksa sebelum memulai kegiatan pengangkutan batu adalah

excavator dan dumptruck

2. Operator naik ke excavator

Setelah pemeriksaan harian dilakukan, operator naik ke unit excavator dan

melakukan persiapan berupa gerakan-gerakan yang disebut sebagai senam

excavator untuk memastikan excavator siap untuk digunakan.

3. Excavator bergerak ke penimbunan batu yang telah dipecah

Excavator akan berjalan dari areal parkir menuju penimbunan batu untuk

memulai aktivitas penambangan. Disini excavator akan mulai menggaruk lapisan

batu.

4. Memuat batu ke dumptruck

Batu yang telah dipecahkan oleh mesin crusher selanjutnya akan dimuat

ke dumptruk yang telah mengantri.


5. Pengangkutan batu oleh dumptruck

Batu yang yang telah dimuat ke dumptruk selanjutnya akan diangkut dan

siap dipasarkan.

Mengidentifikasi Bahaya

Segala potensi bahaya yang terdapat pada proses pemecahan batu akan

diidentifikasi mulai dari proses penambangan batu, pemecehan batu dan

pengangkutan batu. Data dari hasil penelitian pada penelitian ini didapatkan

melalui wawancara mendalam yang dilakukan oleh Peneliti dan para informan

yang merupakan pekerja di Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa

Parsaoran Nainggolan.

Identifikasi potensi bahaya pada proses penambangan batu. Dalam

proses penambangan batu dari setiap tahap kerja yang dilakukan memiliki potensi

bahaya. Hal ini dibuktikan berdasarkan wawancara mendalam yang peneliti

lakukan dengan informan. Adapun potensi bahaya yang terjadi pada setiap

tahapan yang ada proses penambangan batu adalah

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja.

Pada proses kerja ini , potensi bahaya yang muncul yaitu tertimpa dan terjepit

oleh cover mesin, terpapar debu. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang

dilakukan penulis (Lampiran 78).

2. Operator naik ke excavator.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul adalah terpeleset dan

terjatuh karena pijakan kotor dan licin, dan tergelincir dari tempat duduk. Hal ini

dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan penulis (Lampiran 78).


3. Operator mengoperasikan Excavator.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya adalah terbalik dan terguling akibat

geometris tanah tidak stabil, terperosok kedalam sungai, tertabrak unit lain nya,

menabrak pekerja, terpapar kebisingan dan getaran yang berasal dari mesin.

Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara penulis dengan informan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan informan yang mengatakan :

“Adek dengar sendirikan disini itu sangat bising, suara mesin excavator,
dumptruck, dan mesin pemecah batu semua sama-sama bising. Juga kadang
cepat capek kerja karena getaran dari mesin itu mungkin ya. Pernah juga pas
menggali batu, kita kan tidak bisa melihat kedalam sungai karena sungai nya
sangat keruh. eh rupanya pas di tempat galian batuan nya sangat keras yang
membuat excavator hampir terperosok kedalam sungai”. (I2; 23/07/2018)

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada saat memasuki dan

memperhatikan area kerja memang melihat sungai nya yang sangat keruh

berwarna coklat sehingga tidak terlihat kedalam sungai (Lampiran 79).

Pada proses penambangan batu merupakan lingkungan kerja yang bising

(Arif, 2012). Sebagaimana nilai ambang batas yang telah ditetapkan untuk

lingkungan kerja yaitu 85 dB untuk paparan 8 jam kerja. Kebisingan akan

menggangu konsentrasi pekerja dan menimbulkan reaksi psikologis yang tidak

menyenangkan terhadap bising dan komunikasi terganggu, merasa gugup, susah

tidur, kelelahan, menurunkan gairah kerja dan menyebabkan meningkatnya

absensi dan menurunkan produktivitas. Kebisingan dengan pajanan yang terus

menerus dapat menyebabkan sensasi suara gemuruh dan berdenging hingga

menyebabkan ketulian.
4. Pemuatan batu ke dumptruck.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah bucket

excalator terjatuh kedalam bak dumptruck. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

(Arif, 2012), dalam proses penambangan batu sering terjadi bucket excalator

terjatuh kedalam bak dumptruck, yang dapat mengakibatkan dumptruck terbalik

yang dapat membahayakan operator dan para pekerja disekitarnya.

Potensi bahaya yang terjadi juga adalah adanya benturan antara bucket dan

badan dumptruck. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hazyiya,

2014), sering terjadi adanya benturan antara bucket excavator dan badan

dumptruck, yang mengakibatkan dumptruck terbalik dan membahayakan operator

dumptruck dan juga para pekerja disekitar lingkungan kerja.

Potensi bahaya yang selanjutnya yaitu adanya tabrakan antar unit yaitu

antara sesama dumptruck dan juga dumptruck dengan excavator. Berdasarkan

observasi yang peneliti lakukan pada saat memasuki dan memperhatikan area

kerja memiliki geometris tanah yang tidak stabil membuat dumptruk susah

mengambil posisi yang pas pada saat akan melakukan pemuatan batu (Lampiran

81).

Berdasarkan observasi peneliti akibat suara dari mesin excavator dan juga

dumptruck, aba-aba yang diberikan pemandu tidak terdengar. Sehingga sering

terjadi tabrakan antara unit. Melihat keadaan seperti ini seharusnya perlu adanya

alat pengeras suara seperti toa.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan yang

merupakan operator excavator berikut pernyataan nya :


“Pernah kejadian bucket nya terjatuh kedalam bak truck karena pengikat antara
bucket nya sudah longgar akibat terlalu lama menggali, padahal seharusnya
penggalian tidak boleh terlalu lama itu aja sih yang biasa terjadi, palingan juga
yang tejadi itu pada saat saya memuat batu ke dumptruck bucket nya terbentur ke
bak dumptruck dan membuat dumptruck nya terbalik. Pada saat mengambil
posisi antrian truck yang didepan kita terlalu cepat dan kadang mau menabrak
truck yang dibelakangnya” (I2;24/07/2018).
“ Truck saya pernah tuh depan nya kena tabrak. trus pernah juga pas mau
mengambil posisi antre terjadi tabrakan antar unit dumptruck dan excavator
karena mengemudi terlalu cepat dan tidak melihat posisi excavator. Sebenar
nya ada operator khusus yang memandu hanya saja kami kurang mendengar
kan karena mesin nya telalu berisik” (I5; 24/07/2018).
5. Pengangkutan batu ke tempat penimbunan batu yang siap dipecah atau

disebut ROM (Run Of Mine).

Dalam proses kerja ini potensi bahaya adalah adanya tabrakan dengan unit

lain, terbalik akibat geometris tanah tidak stabil. Dari hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti, perusahaan ini memiliki geometris tanah yang tidak

stabil, dan jalan pengangkutan yang belum beraspal memungkinkan terjadinya

dumptruck terbalik (Lampiran 81).

Identifikasi potensi bahaya pada proses pemecahan batu. Pada proses

pemecahan batu terdapat adanya potensi bahaya. Dari setiap tahap kerja yang

ada memiliki potensi yang dapat membahayakan pekerja. Adapun potensi bahaya

dalam proses pemecahan batu yaitu:

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah tangan terkilir

dan terjepit, tangan terkelupas, terpapar debu, terkena semburan air radiator yang

panas (Lampiran 78).


2. Menghidupkan generator/genset dan menghidupkan mesin crusher.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah Tersengat listrik

pada saat menyalakan generator.Tersengat listrik sering terjadi pada pekerja

dibagian generator (Arif, 2012). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan

informan, berikut pernyataan nya:

“Pada proses pemecahan batu ini sering terjadi bahaya , pada saat menyalakan
generator saya kesetrum, rupanya kabel nya ada yang terkelupas mungkin
karena mesin nya sudah lama kali ya” (I3; 25/07/2018).

3. Excavator bergerak ke ROM.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah terpapar debu

dan juga adanya tabrakan antar unit sama hal nya dengan potensi bahaya yang

terjadi pada tahap penambangan batu.

4. Memuat batu ke mangkuk pemecah batu.

Dalam proses ini potensi bahaya yang terjadi adalah adanya benturan

antara bucket excavator dengan hoper yang dapat menyebabkan ledakan. Dalam

Bagus (2010), bahaya yang paling sering terjadi dalam dunia pertambangan yaitu

adanya ledakan akibat dari adanya benturan dan juga jatuhnya bucket excavator

kedalam hoper atau bak mesin pemecah batu. Berdasarkan wawancara penulis

dengan informan yang mengatakan:

“Pada saat memuat batu ke hoper , hampir saja bucket terbentur ke badan
chruser pada kejadian itu memang saya lagi kurang fokus lagi capek dan
juga bahkan bisa terjadi bucket nya jatuh ke dalam hoper , bucket nya kan
tidak memiliki penyangga jadi kalo misalkan terlalu sering digunakan bisa
lepas, untung saja sih di sini belum pernah kejadian”(I3;25/07/2018).
5. Pemecahan batu (stone crushing).

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang terjadi adalah terkena batu

yang terlempar keluar dari mesin pemecah batu. Mesin pemecah batu tidak

memiliki penutup, sehingga bisa terjadi kemungkinan batu terlempar dari mesin

dan terkena para pekerja yang berada disekitar mesin, terpapar kebisingan,

getaran, panas, dan debu Berdasarkan hasil wawancara, informan mengatakan:

“Pernah kejadian batu nya terlempar keluar dari mesin pemecah hampir
mengenai saya untung saya bisa mengelak. Di sekitar area mesin ini tuh panas,
bising dan juga tersasa getaran nya. Sebenarnya kurang nyaman juga sih kerja
di bagian pemecah batu ini” (I3; 25/07/2018).

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada proses kerja pemecahan

batu termasuk lingkungan kerja yang bising. Sumber bising berasal dari mesin

pemecah batu dan mesin genarator. Pada proses kerja ini juga pekerja terpapar

oleh debu yang berasal dari mesin pemecah batu dan juga dari lingkungan kerja

yang dipenuhi oleh pasir dan batu. Debu adalah partikel padat kecil yang

menggantung di udara dan dapat terhirup oleh pekerja. debu dapat dihasilkan oleh

proses alami atau mekanis seperti pemecahan, penghalusan dan penggilingan.

Pajanan debu dengan menghirup terlalu banyak dapat meniumbulkan penyakit

akibat kerja yang disebut pneumoconiosis.

Adanya paparan getaran yang barasal dari mesin yang dapat mengganggu

kesehatan. Paparan getaran dapat menyebabkan penyakit akibat kerja yaitu

sindroma getaran , getaran seluruh badan dan getaran tangan-lengan., gangguan

kenyamanan kerja.

Dan juga adanya paparan panas. Lingkungan kerja yang panas akan

mempengaruhi kesehatan tenaga kerja. Potensi bahaya suhu lingkungan kerja


yang panas disebabkan oleh temperatur mesin yang meningkat dikarenakan proses

operasi mesin terus-menerus dan uap panas mesin. Sesuai dengan nilai ambang

batas yang telah ditetapkan dalam lingkungan kerja adalah 18-30ºC. Suhu

lingkungan yang melibihi ambang batas dapat menimbulkan efek fisik dan psikis.

Efek fisik adalah menigkatkan denyut jantung, mudah berkeringat, tidak seimbang

kadar air dan garam dalam tubuh dan perubahan aliran darah. Dan efek psiskis

adalah kemampuan kerja yang berkurang, mudah lelah, dan konsentrasi kurang.

Identifikasi potensi bahaya pada proses pengangkutan batu. Sama hal

nya dengan penambangan batu dan pemecahan batu , pada proses pengangkutan

batu juga tedapat potensi bahaya. Adapun potensi bahaya yang terjadi adalah

1. Pemeriksaan pemeliharaan harian (P2H) semua unit kerja.

Pada tahap kerja ini , potensi bahaya yang muncul yaitu tertimpa dan

terjepit oleh cover mesin, terpapar debu, tersembur air radiator, terpapar oli. Hal

ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan penulis (Lampiran 79).

2. Operator naik ke excavator.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul adalah terpeleset dan

terjatuh karena pijakan kotor dan licin, dan tergelincir dari tempat duduk. Hal ini

dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan penulis (Lampiran 78).

3. Excavator bergerak ke penimbunan batu yang telah dipecah.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul adalah terpapar debu.

Hasil observasi yang peneliti lakukan pada pengangkutan batu lingkungan kerja

nya yang dipenuhi batu dan geometris tanah yang berpasir membuat pekerja

terpapar debu. Berdasarkan hasil wawancara kepada informan tentang potensi


bahaya apa yang terjadi pada saat proses kerja pengangkutan batu,

berikut pernyataan informan di bagian pengangkutan batu mengatakan:

“Ya, palingan menghirup debu lah dek setiap harinya. Lihat sendirikan
debu sangat banyak.”(I4;25/07/2018).
4. Memuat batu ke dumptruck.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul adanya benturan

antara bucket excavator dengan badan dumptruck dan juga bucket terjatuh

kedalam bak dumptruck. Pada proses pengangkutan batu potensi bahaya hampir

sama dengan potensi bahaya pada proses pengangkutan batu. Hal ini sesuai

dengan pernyataan informan, yang mengatakan :

“Di bagian pengakutan batu juga sama proses kerjanya dengan


penambangan batu, jadi potensi bahaya nya juga sama yang seperti dikatakan
tadi adanya benturan antara bucket dengan badan truck, bucket nya terjatuh
kedalam bak truck.”(I4;25/07/2018).
5. Pengangkutan batu oleh dumptruck.

Dalam proses kerja ini potensi bahaya yang muncul dumptruck terbalik.

Geometris tanah yang tidak stabil juga dapat menyebabkan dumptruck terbalik

dan terjatuh sesuai dengan wawancara peneliti dengan informan yang

mengatakan:

“Pernah kejadian truck hampir terbalik, soalnya kan tanah nya tidak padat
dan ban mobil belakang yang sebelah kiri terjerembab, beban yang saya bawa
kan juga berat sehingga truck nya susah dikemudi.” (I5;25/07/2018).

Pembahasan

Potensi bahaya pada penambangan batu. Pada proses penambangan

batu, masih terdapat beberapa tahapan kerja yang masih berpotensi menimbulkan

terjadinya kecelakaan kerja. Dan yang paling banyak menimbulkan potensi


bahaya pada pekerja yaitu pada tahapan kerja pemuatan batu ke dalam dumptruck

oleh excavator yang dapat menyebabkan cedera bagi pekerja.

Pada saat pemeriksaan pemeliharaan harian seluruh unit gerak, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan pekerja, terutama saat memeriksa bagian

mesin. Beberapa kebiasaan pekerja ketika membuka cover mesin tidak menopang

cover mesin pada tiang yang telah disediakan, melainkan menopang dengan

tangan dan tangan yang satu memeriksa keadaan mesin dan ketika menutup cover

engine kebiasaan pekerja menekan cover yang seharusnya hanya melepaskan

cover engine pada ketinggian 10-15 cm dari panel kunci dan cover terkunci

dengan sendirinya. Hal ini sering terjadi terutama pada pemeriksaan pemeliharaan

harian. Oleh sebab itu, potensi bahaya tertimpa dan terjepit cover, cover mesin

penyot mungkin terjadi. Untuk menghindari bahaya ini, peletakan cover pada

penyangga badan mesin sangat dianjurkan.

Pada saat pengoperasian unit terutama ketika excavator ke lahan

penambangan komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan

mengingat jarak pandang operator alat berat yang sangat terbatas. Begitu pula

dengan jarak aman antara pekerja dengan unit yang sedang beroperasi. Namun

kedua hal ini sering diabaikan pekerja sehinga terkadang menempatkan pekerja

pada tindakan dan kondisi yang tidak aman. Apalagi tidak adanya alat pengeras

suara sehingga ketika diberi perintah tidak terdengar oleh operator dengan baik.

Jarak pekerja dengan unit yang terlalu dekat, hal ini cukup memungkinkan

terjadinya tabrakan antar unit dan unit menabrak pekerja.


Mengoperasikan excavator pada kecepatan rendah dan stabil merupakan

alternatif yang baik untuk menghindarkan bahaya tersebut. Karena ukuran

beberapa alat berat yang digunakan didalam industri begitu besar, hal ini

menyebabkan operator kesulitan dalam menempatkan posisi alat serta melihat apa

yang ada maupun apa yang sedang terjadi disekitarnya. Dengan demikian,

komunikasi merupakan hal vital yang sangat penting karena tanpa komunikasi,

mesin tersebut akan menjadi mesin pembunuh yang dapat mengancam siapa saja

(Woodson, 1992).

Pada Saat proses pemuatan batu ke dumptruck, pekerja yang bertugas

mengintruksi proses pemuatan, terkadang berada terlalu dekat dengan unit alat

berat excavator. Pekerja berada di area penggalian batu yang mana seharusnya

area ini harus bebas dari dari pekerja maupun unit lainnya. Kondisi ini

memungkinkan pekerja terseruduk dan terhantam bucket excavator. Hal ini terjadi

karena perkerja lupa akan jarak aman yang diperkenankan saat berada di belakang

alat berat. Untuk mengingatkan pekerja akan jarak aman berada dibelakang unit,

pemasangan rambu jarak aman disetiap unit alat berat sangat dianjurkan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan ILO dalam (Arif, 2014) yang

mengungkapkan unsur penyebab utama kecelakaan 85% disebabkan oleh faktor

manusia dan 15% merupakan faktor kondisi yang berbahaya.

Pada saat batu dibawa ke ROM kondisi jalan yang sempit dan banyak unit

lain, menimbulkan bahaya tersendiri didalam perjalanan. Ditambah lagi jika

kondisi cuaca tidak bagus yang di sertai curah hujan yang tinggi, hal ini akan

membuat kondisi jalan dari menuju ROM berlumpur. Kondisi yang tidak aman
ini, jika dibarengi dengan tindakan yang tidak aman seperti memacu

kendaraan dengan kecepatan diatas ketentuan di jalan tambang, cukup

memungkinkan terjadinya tabrakan antar unit, unit terbalik dan unit terguling.

Dalam hal ini sangat diperlukan sanksi yang tegas bagi pekerja yang

melanggar kecepatan maksimum yang telah ditentukan pihak manajemen di

areal pertambangan.

Saat proses pemindahan batu di ROM, pandangan operator dumptruck

yang terbatas sehingga tidak dapat melihat kondisi dibelakang dumptruck. Dengan

demikian membuat komunikasi menjadi hal vital yang penting untuk di

perhatikan, jika terjadi kegagalan kemunikasi antara supir dumptruck dengan

pekerja yang bertugas sebagai pekerja dalam mengintruksikan proses

pemindahan memungkinkan pekerja kejatuhan dan tertimbun material batu. Untuk

menghindari hal ini, sosialisasi jarak aman saat proses pemindahan batu sangat

penting di sampaikan sebelum melakukan pekerjaan.

Potensi bahaya pada pemecahan batu. Pada proses pemecahan batu ,

masih terdapat beberapa tahapan kerja yang masih berpotensi menimbulkan

terjadinya kecelakaan kerja. Sama halnya dengan diatas tindakan yang tidak aman

yang dilakukan pekerja saat pemeriksaan pemeliharaan harian memungkinkan

pekerja tertimpa dan terjepit cover mesin atau membuat cover mesin penyot. Saat

hendak menghidupkan mesin genset sebagai sumber energi utama untuk mesin

crusher, terkadang pekerja sangat mengabaikan keselamatannya. Pekerja

menempatkan dirinya pada kondisi yang tidak aman akibat tindakannya yang

tidak aman yaitu tidak memakai sarung tangan, tangan dalam keadaan basah

ketika hendak menghidupkan mesin genset, jika ada kabel yang lepas dari karet
pelindungnya, hal ini memungkinkan pekerja tersengat arus listrik secara

langsung. Potensi ini dapat kita minimalisir dengan menggunakan sarung tangan

isolator saat hendak menghidupkan genset.

Setelah generator dihidupkan dan listrik stabil selanjutnya mesin crusher

dihidupkan dengan menekan tombol pada lemari panel crusher. Potensi bahaya

pada saat menghidupkan mesin crusher ini sangat tinggi, hal ini dikarenakan

lemari panel crusher tidak dilengkapai oleh isolator didalamnya. Hal ini sangat

memungkinkan pekerja tersengat arus listrik jika ada kabel yang lepas dari karet

pelindung dan menempel pada lemari panel crusher. Jika hal ini terjadi, pekerja

akan tersengat arus listrik.

Dalam Arif (2014), yang menerangkan bahwa dalam instalasi digunakan

berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak dipergunakan

dengan semestinya serta tidak dilengkapi pelindung dan pengaman, peralatan

tersebut dapat menimbulkan berbagai macam bahaya seperti kebakaran, sengatan

listrik, ledakan, ataupun cidera. Agar peralatan ini aman dipakai maka harus

diberi pengaman yang sesuai dengan peraturan dibidang keselamatan kerja.

Untuk peralatan yang rumit perlu disediakan petunjuk pengoperasiannya. Para

pekerja yang bekerja di area mesin crusher, sering mengabaikan kesehatan dan

keselamatannya dalam bekerja. Hal ini terlihat dari posisi pekerja terkadang

terlalu dekat dengan unit yang sedang beroprasi dan posisi antar unit terlalu dekat

saat beroperasi, sementara komunikasi diarea ini cukup sulit karena kebisingan

yang ditimbulkan oleh mesin crusher, hal ini memungkinkan terjadi tabrakan

antar unit atau unit menabrak pekerja ketika excavator turun maupun naik dari
ROM. Selain itu, kondisi lingkungan yang cukup berdebu dan bising saat

pemecahan batu berlangsung menyebabkan debu partikulat batu berterbangan di

area kerja. Kondisi yang tidak aman ini, ditambah oleh tindakan yang tidak aman

dari pekerja dengan tidak memakai masker dan alat pelindung telinga,

memungkinkan terjadinya gangguan pernafasan dan gangguan pendengaran pada

para pekerja disuatu saat nanti.

Keadaan ini sesuai dengan pendapat (Tarwaka, 2008) yaitu setiap proses

produksi, peralatan atau mesin ditempat kerja yang digunakan untuk

menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila

tidak mendapatkan perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan

kerja. Kondisi lingkungan kerja yang bising dengan NAB > 85dB dan getaran >

4 m/det² dalam kesehatan kerja dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi

kondisi fisik dan psikis tenaga kerja. Selain berbahaya bagi kesehatan tenaga

kerja, kondisi seperti ini juga dapat memicu strees (cepat marah), hilangnya

konsentrasi terhadap pekerjaan dan mengganggu komunikasi antar lawan bicara

saat bekerja (Tarwaka, 2004).

Pada saat proses pemuatan batu ke hoper, posisi unit sangat penting untuk

diperhatikan, posisi unit dianjurkan agar lebih tinggi dari posisi hoper crusher,

jika posisi unit sejajar atau lebih rendah dari hoper hal ini memungkinkan

terjadinya benturan antar bucket excavator dan hoper mesin crusher. Keahlian

operator dalam pengoperasian excavator sangat penting untuk menanggulangi

bahaya ini, untuk itu sertifikasi operator sangat penting untuk dilakukan, sehingga
ia mampu menjaga jarak ketinggian antara bucket dan hoper crusher. Saat proses

pemuatan batu ke hoper crusher sangat mungkin sekali bucket excavator jatuh

dan masuk kedalam mesin crusher dan merusak mesin crusher.

Hal ini dikarenakan saat proses penggalian batu bucket excavator menjadi

longgar dan terkadang terlepas akibat sentuhan dengan permukaan batu yang

keras terlebih tidak ada penyangga yang akan menopang gigi bucket excavator

jika gigi bucket terlepas. Kejadian gigi bucket masuk ke hoper sangat sering

terjadi sehingga perlu perhatian khusus dari pihak manajemen. Salah satu cara

yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir potensi bahaya ini adalah dengan

memasang plat penyangga pada gigi bucket excavator.

Durasi pengoperasian mesin crusher sangat penting untuk diatur.

Pemaksaan terhadap kerja mesin hanya akan membuat dinamo mesin hangus dan

terbakar. Terlebih jika cuaca tidak baik dengan curah hujan tinggi, disaat kondisi

seperti ini, debu dan partikulat batu akan menjadi lumpur dan mengendap di

dalam mesin crusher. Hal ini akan membuat mesin bekerja dengan beban ekstra

karena lumpur batu menghambat putaran dinamo mesin. Kondisi ini

memungkinkan dinamo mesin crusher hangus terbakar jika mesin tidak segera di

hentikan. Untuk itu, sangat penting untuk diperhatikan kapasitas produksi dengan

durasi kerja mesin, agar dynamo mesin tidak hangus.

Proses produksi dikemas melalui suatu sistem dan prosedur yang

diperlukan sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan. Secara langsung sistem dan

prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat menimbulkan bahaya yang potensial

(Ramli, 2010).
Potensi bahaya pada pengangkutan batu. Pada proses pengangkutan

batu masih terdapat beberapa tahapan kerja yang dapat memungkinkan

terjadinya kecelakaan kerja yang dapat membahayakan pekerja. Saat

pemeriksaan pemeliharaan harian unit, penopang yang tidak layak

cara menutup cover yang salah memungkinkan pekerja tertimpa cover mesin dan

membuat cover penyot.

Saat proses pemuatan batu ke dumptruck para pekerja yang bekerja di area

ROM, sering mengabaikan kesehatan dan keselamatannya dalam bekerja. Hal ini

terlihat dari posisi pekerja terkadang terlalu dekat dengan unit yang sedang

beroperasi dan posisi antar unit terlalu dekat saat beroperasi, sementara

komunikasi diarea ini cukup sulit karena kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin

crusher, hal ini memungkinkan terjadi tabrakan antar unit atau unit menabrak

pekerja ketika operator mengendarai excavator ke ROM. Oleh sebab itu, menjaga

kecepatan dan menjalankan unit dengan kecepatan rendah dan stabil adalah hal

yang paling aman yang harus dilakukan operator excavator.

Selain itu, hal yang paling sering dilakukan dan berbahaya bagi

keselamatan yang dilakukan pekerja adalah keluar dari unit dumptruck saat proses

loading sedang berlangsung. Bahkan tak jarang pekerja tersebut naik ke atas atap

kabin unit untuk mengintruksikan proses pemuatan batu. Hal ini sangat berbahaya

mengingat jarak antara pekerja dengan bucket excavator cukup dekat, sehingga

memungkinkan pekerja terseruduk dan terhantam bucket excavator.

Untuk itu, berada didalam kabin mobil saat proses pemuatan batu

merupakan tindakan yang paling aman yang harus dilakukan. Hal ini

sesuai
dengan pendapat Ramli (2010) bahwa bahaya ditempat kerja terjadi ketika ada

interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses

dan metode kerja. Material yang digunakan baik sebagai bahan baku , bahan

antara atau hasil produksi mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan

sifat dan karakteristiknya masing-masing. Material yang berupa bahan kimia

mengandung bahaya seperti keracunan, iritasi, kebakaran dan pencemaran

lingkungan.

Kondisi yang tidak aman ini, jika dibarengi dengan tindakan yang tidak

aman seperti memacu kendaraan dengan kecepatan diatas ketentuan di jalur

pengangkutan , cukup memungkinkan terjadinya tabrakan antar unit, unit terbalik

dan unit terguling. Jika curah hujan tinggi, kontur tanah tebing di pinggiran jalan

pun merenggang, hal ini memungkinkan terjadinya longsoran yang akan

mengakibatkan akses jalan tertimbun dan tertutup akibat longsoran tebing. Untuk

itu pemetaan daerah rawan longsor dan pemberian sanksi tegas kepada pekerja

yang melanggar kecepatan maksimum yang telah ditentukan pihak manajemen

pada areal jalan tambang sangat penting untuk dilakukan.


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifiksi dan pembahasan hasil penelitian mengenai

identifikasi potensi bahaya pada setiap tahap kerja di Perusahaan Daerah Industri

dan Pertambangan Desa Parsaoran Nainggolan, Potensi bahaya yang terdapat

pada proses kerja di perusahaan ini diantaranya:

1. Pada proses penambangan batu potensi bahaya yang paling tinggi yaitu

adanya benturan antara bucket excavator dan badan dumptruck, bucket

excavator terjatuh kedalam bak dumptruck yang dapat membuat

dumptruck terbalik adanya tabrakan antara unit yang dapat membahayakan

para pekerja.

2. Pada proses pemecahan batu potensi bahaya yang paling tinggi yaitu

tersetrum arus listrik, terpapar debu, terpapar kebisingan, terpapar

getaran, terpapar panas, dan juga terkena batu yang terlempar dari mesin

pemecah batu.

3. Pada proses pengangkutan batu potensi bahaya yang paling tinggi yaitu

adanya benturan antara bucket excavator dan badan dumptruck, adanya

tabrakan antara unit, bucket excavator terjatuh kedalam bak dumptruck,

terpapar debu, dumptruck terbalik dan terjatuh.

60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
61

Saran

1. Pada proses penambangan batu diharapkan dapat melakukan pemeriksaan

terlebih dahulu semua alat yang akan digunakan dan badan excavator agar

pekerja dapat bekerja dengan aman dan selamat dan membuat rambu jarak

pekerja dengan mesin dan lahan penambangan

2. Pada proses pemecahan batu diharapkan dapat memasang isolator pada

tombol panel generator untuk menghilangkan potensi bahaya tersengat

arus litrik dan memasang rambu jarak aman di belakang setiap unit alat

berat agar pekerja dapat menjaga jarak dengan unit yang sedang

beroperasi.

3. Pada proses pengangkutan batu diharapkan dapat mengganti jalan

pengangkutan dengan jalan pengangkutan baru yaitu menjadi jalan

beraspal dan membuat standart kecepatan pada saat mengemudi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Andita. (2012). Analisis pelaksanaan job safety analysis (JSA) dalam


identifikasi bahaya kerja di terminal PT X di kabupaten Kutai (Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah). Diakses dari
http://repository.uin.ac.id/handle/367813763/73457.

Anugerah, ahmad. (2017). Implementasi job safety analysis (JSA) pada kegiatan
finishing di industri meubel kecamatan Somba, kabupaten Gow (Skrpsi,
Universitas Islam Negeri Alauddin). Diakses dari http://repository.uin-
alauddin.ac.id/handle/34687890/34679.

Arif, Muhammad. (2014). Analisa potensi bahaya dengan menggunakan metode


job safety analysis (JSA) pada proses coal chain dipertambangan
Batubara PT.Mifa Bersaudara Meulaboh (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara).
Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/32653617/2478.

Arif. (2002). Buku ajar perencanaan tambang (Ed. Ke-2). Bandung: ITB.
Bagus. (2010). Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada Pertambangan
batubara di PT. Marunda grahamineral, job Site Laung Tuhup (Skripsi,
Universitas Sebelas Maret). Diakses dari
http://repository.usm.ac.id/handle/35623798/3583.

Cipto, T. (2010). Analisis otensi bahaya dengan menggunakan metode job


dafety analysis (JSA) pada bagian produksi di PT PP Lonsum Indonesia
(Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/2362578/21223.

Djati, I. (2006). Bagaimana mencapai zero accident di perusahaan (Ed. Ke-1).


Jakarta : UI Press

Ghaisani. (2015). Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian


risiko pada Proses blasting di PT Cibaliung Sumberdaya Banten
(Skripsi, Universitas Airlangga). Diakses dari
http://repository.unair.ac.id/handle/35996428/109358.

Hakim, A. (2001). Analisa potensi bahaya pada karyawan produksi industri


kayu X (Skripsi, Universitas Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/23587206/35871.

Indah, (2014). Identifikasi potensi bahaya kerja dan pengendalian dampak di


Unit produksi palm kernel chrusing PT. Wilmar cahaya Indonesia (Skripsi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Universitas Tanjung Pura). Diakses dari


http://repository.untjpra.ac.id/handle/23582606/24736.

Lena, F. (2017). Identifikasi potensi bahaya kecelakaan kerja di workshop


PT.Putra tunas megah Medan Tahun 2017 (Skripsi, Universitas Sumatera
Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/436743930/129372.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (1973). Pengaturan
dan pengawasan keselamatan kerja No. 19 tahun 1973 tentang bidang
Pertambangan. Diakses dari
http://kemahiperkes.fk.uns.ac.id/wp=content/uploads/1973/19/PP-No-19-
tahun-1973-tentang-bidang-pertambangan-copy.pdf.

Poerwandari. (2005). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi (Ed. Ke-2).


Jakarta: LPSP3 UI.

Ramli, S. (2010). Pedoman praktis manajemen risiko dalam perspektif K3 OHS


risk management (Ed. Ke -1). Jakarta: Dian Rakyat

Ridley, J. (2008). Kesehatan dan keselamatan kerja (Ed. Ke-3). Jakarta: Erlangga

Samosir, Zeremia. 2016. Identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada

modifikasi
onshore rig di PT.X Kota Batam Tahun 2016. (Skripsi, Universitas
Sumatera Utara). Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/1487730000/127772.

Saryono. 2010. Metodologi penelitian kualitatif dalam bidang kesehatan (Ed. Ke-
1). Yogyakarta: Nuha Media

Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D (Ed. Ke-1).
Bandung : Alfabeta.

Suma’mur. 2009. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja (Ed. Ke-2). Jakarta :
CV Sagung Seto.

Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk keselamatan kerja dan produktivitas (Ed. Ke-2).
Jakarta : UNIBA Press.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Selesai Penelitian
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara

1. Profil informan

Nama informan :
Jabatan /pekerjaan :
Masa kerja :
2. Pertanyan
1. Proses kerja apa yang sedang dikerjakan ?
2. Bahaya apa yang terjadi pada saat melakukan pekerjaan tersebut ?
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara

DATA UMUM INFORMAN PERTAMA


Nama / Inisial : I1
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 39 tahun
Pekerjaan : Supervisor
Masa Kerja : 4 tahun

PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Selasa, 24 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit

No. S / I1 Verbatim
1 S Selamat siang Pak, Terimakasih sebelumnya yang telah
menyempatkan waktu untuk menjadi informan dalam penelitian
saya ini
I1 Iya sama-sama,
S Baiklah Pak, untuk pertanyaan pertama. Apa saja proses kerja
yang ada di perusahaan ini ?
I1 Di sini itu ada 3 proses pekerjaan yang pertama penambangan,
kedua pemecehan batu dan terakhir itu pengangkutan .
S Bisa kah bapak jelaskan setiap prosesnya singkat saja Pak

I1 Yang pertama kan penambangan batu , nah proses disini itu


menggali batu dari sungai menggunakan excavator. Nanti batu
yang digali ini akan diantar ke tempah pemecahan batu oleh
dumptruck. Setelah itu batu yang tersebut akan di pecah
menggunkan chruser. Disini pemecahan batu dipecah sesuai
permintaan konsumen. Setelah selesai batu yang dipecah tadi
akan diangkut dan siap di pasarkan
S Untuk pertanyaan selanjutnya Pak, kan tadi ada 3 proses kerja.
Disetiap proses kerja itu apa saja potensi bahaya yang bisa
terjadi pak ?
I1 Yah, lumayan banyak sih dek, kamu sendiri bisa lihat kan
kondisi kerja nya, kebanyakan menggunakan mesin. Mesin nya
pun lumayan besar. Di setiap proses kerja pasti ada potensi
bahaya. Potensi bahaya yang paling banyak itu di proses
penambangan dek. Pernah kejadian excvator nya hampir
nyemplung kesungai , untung saja operator nya jago , bisa
ngelak. Pas kita cek rupanaya ada batu yang cukup besar dan
tidak bisa digali jadi kita suruh operator pindah tempat
S Tadi kan Bapak bilang disetiap proses kerja pasti ada potensi
bahaya, yang tadi Bapak sebut kan di proses penambangan
bagaimana dengan proses pemecahan dan pengangkutan pak ?
I1 Iya dek, kalau di bagian proses pemecahan itu juga banyak.
Mesin pemecahnya kan lumayan bising yah, nah itu kan kalau
semakin lama bisa merusak telinga operator, mesin mya cukup
panas, banyak debu, kadang juga batu nya bisa juga terlempar
dari dalam coba kalo misalkan terkena ke operator kan bisa
bahaya itu. Nah, kalau di proses pengangkutan itu paling
dumptruck nya aja yah hampir pernah terbalik. Adek sendiri
lihatkan jalanan nya bukan aspal masih tanah gambut.
S Iya Pak, tadi juga saya pas kesini hampir jatuh karena tanah nya
berlumpur, licin. Di perusahaan ini apa sudah ada menerapkan
manajemen K3?
I1 Sampai sekarang ini belom ada dek.
S Kenapa Pak ? perusahaan ini kan lumayan besar, dan dari
cerita Bapak lumayan banyak potensi bahaya yang bisa
terjadi. Dan juga yang saya lihat para pekerja tidak ada yang
menggunakan alat pelindung diri
I1 Iya sih dek, itu sangatlah penting. Mungkin nanti akan kami
pikirkan untuk membentuk K3 di perusahaan ini. Kalau soal
APD dek paling para pekerja menyediakan nya sendiri tidak
ada dana untuk menyiapkan nya. Tapi gaji pekerja disini
paling berpalah cukup-cukup makan. Jadi pekerja pun jadi
kurang berminat membeli APD. Pakai yang seadanya saja.
S Begitu ya Pak, sangat disayangkan sekali kalau perusahaan
sebesar ini belum memilik manajemen K3. Semoga segera
dibentuk manajemen K3 di perusahaan ini. Karena
keselamatan dan kesahatan pekerja sangat berpengaruh
terhadap produktitas kerja.
I1 Iya dek. Kita juga berharap nya begitu. Kami bisa diskusikan
dengan direkturnya nanti
S Baiklah Pak terimakasih atas informasi yang telah diberikan
kepada saya. Mohon maaf sebelumnya telah mengganggu
waktu bapak
DATA UMUM INFORMAN KEDUA
Nama : I2
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 42 tahun
Pekerjaan : Operator Excavator penambang batu
Masa Kerja : 4 tahun

PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Selasa, 24 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit

No. S / I2 Verbatim
2 S Selamat Siang Bapak, terimakasih sudah meluangkan
waktunya hari ini
I2 Haha.. iya dek tidak apa-apa. Tanya saja lah
S Baik Pak, saya mau bertanya proses-proses kerja apa saja
yang ada di penambangan batu Pak ? mulai dari awal
sebelum melakukan penggalian
I2 Oke.. jadi yang pertama sekali itu pemeriksaan mesin dulu
dek. Mengecek air radiator nya , oli nya apa masih ada , dan
ban nya. Kalo kira-kira sudah lengkap semua yah tinggal
menyalakan mesin nya. Setelah itu melakukan penggalian.
Itu saja sih dek.
S Oh iya pak, pertanya kedua pak. Dari setiap proses yang
bapak sebutkan tadi . ada potensi bahaya apa saja pak yang
bisa terjadi ?
I2 Potensi bahaya nya yah banyak sih. Pas bapak naik ke
excavator aja kadang susah kan tinggi tuh, pijakan nya pun
kadang licin karna berlumpur, saya pernah hampir jatuh.
Suara mesinnya juga bising dek, getaran mesin nya juga kuat
kadang bapak kalo lama didalam bisa pusing.
S Begitu ya pak , oh iya pak tadi juga pak Evan bilang pernah
excavator hampir masuk kesungai. Apa itu benar pak ?

I2 Haha iyaa pernah dek.. wah disitu saya sudah benar-benar


kaget. Untung saja bapak jago , tidak jadi masuk ke sungai.
Haha. Itu memang kenangan pahit itu
70

S Wah syukur ya pak, penyebab nya itu apa pak ?


I2 Jadi itu pas saya ingin menggali, kok susah gitu bucket nya
diangkat . saya coba lagi tiba-tiba terjadi goyangan. Spontan
saya langsung mematikan mesin nya agar mengurangi
getaran. Sungai nya kan keruh jadi tidak bisa lihat kedalam.
Nah ada teman langsung neyemplung kesungai. Eh rupanya
ada batu yang cukup besar. Jadi excavator tidak kuat
mengangkat dan tidak muat di bucket.
S Bahaya juga ya pak. Kira-kira masih ada potensi bahaya
lain?
I2 Apalagi yah. Paling pas pemuatan batu lah dek. Pernah
kejadian bucket excavator terbentur ke dinding dumptruck.
Untung benturan nya tidak kuat. Coba kalo kuat terbalik
pasti dumptrucknya. Kan bisa bahaya supirnya. Paling itu aja
sih dek
S Baik pak. Dalam proses penambangan lumayan banyak juga
ya pak potensi bahaya nya. Terimakasih banyak pak
informasinya

DATA UMUM INFORMAN KETIGA


Nama : I3
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Pekerjaan : Operator pemecah batu
Masa Kerja : 3 tahun

PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Rabu, 25 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit

No. S /I3 Verbatim


3 S Selamat siang Pak, terima kasih atas kesediaan bapak menjadi
informan saya.
I3 Iya selamat siang. Silahkan !
S Baik pak. pertanyaan pertama, saya mau bertanya proses-
proses kerja apa saja yang ada pada proses pemecahan batu
Pak ? mulai dari awal sampai proses pemecahan batu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I3 Pertama sekali itu pemeriksaan mesin nya dek. Di cek dulu oli
nya air radiator nya, trus minya generator nya. Nah kalo
semua sudah lengkap. Generator nya dinyalakan kemudian
mesin chruser nya dinyalakan. Tapi sebelum itu batu nya
sudah diisi ke wadah pemecah ya. Nanti kalau belum terisi
apa yang mau di pecah Haha. Kan sia-sia di nyalain mesin
nya. Itu saja sih
S Hehe iya pak. Baik pak pertanyaan kedua, kira-kira di setiap
proses yang bapak sebutkan tadi potensi bahaya apa saja yang
terjadi ?
I3 Kalau potensi bahaya nya ada sih dek . mesin chruser itu kan
bising dek dan getaran nya juga kuat , kalau terlalu lama dekat
mesin bisa pusing, trus cepat juga capek. Paling juga sering
juga batu nya terlempar dari mesin chruser.kalau terkena kita
kan bahaya, bisa-bisa bocor kepala. Tapi pernah sih kejadian
pekerja terkena lemparan batu kena ke punggung nya. Untung
batunya tidak terlalu tajam, hanya luka sedikit.
S Bahaya juga ya pak, potensi bahaya yang lain masih ada pak ?
kalau pas saat menyalakan generator ada pak ?
I3 Oh itu ada, paling kesetrum sih dek, tapi gak terlalu
berbahaya. Paling karena kabel nya yang rusak, trus terkena
air.
S Hehe kesetrum listrik itu sangat berbahaya pak. Kira-kira
masih ada pak ?
I3 Apalagi yah, oh itu dek pas pemuatan batu ke hoper bisa
terjadi benturan bucket excavator dengan badan chruser, trus
juga bucket excavator jatuh ke hoper karena mungkin
excavator terlalu sering digunakan jadi gigi bucket nya jadi
longgar. Itu yang paling bahaya dek bisa menyebab kan
ledakan.
S Sangat berbahaya ya pak, apa pernah kejadian di perusahaan
ini ?

I3 Pernah dek tapi sudah lama kejadian nya, beruntung tidak


sampai meledak. Itu saja sih paling potensi bahaya yang ada
S Baiklah pak, terimakasih banyak informasinya pak.

I3 Iyah sama-sama dek


72

DATA UMUM INFORMAN KEEMPAT


Nama : I4
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Pekerjaan : Operator Excavator pengangkutan batu
Masa Kerja : 4 tahun

PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Rabu, 25 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit

No. S / I4 Verbatim
4 S Selamat siang pak, terimakasih atas kesediaan bapak
menjadi informan dalam penelitian saya ini
I4 Iya selamat siang.
S Baiklah pak , langsung saja kita mulai. Pada proses
pengangkutan batu , proses apa saja yang dilakukan mulai
dari awal sampai proses pengkutan ?
I4 Yang paling awal itu pemeriksaan mesin, sama seperti
proses penambangan di periksa semua dari oli, minyak
nya, dan ban. Biar tidak ada kendala pada saat bekerja.
Setelah itu menyalakan mesin excavator, kemudian
melakukan penggalian. Sesudah itu melakukan pemuatan
ke dumptruck yang sudah antre. Udah itu saja
S Hampir sama dengan proses di penambangan batu ya pak
?
I4 Iya dek, sama .
S Oke pak. Kira-kira potensi bahaya apa saja yang terjadi di
setiap proses kerja nya ?
I4 Potensi bahaya nya paling karena terbanyak debu dek,
jadi agak mengganggu sistem pernapasan, suara mesin
yang bising, getaran dari mesin yang membuat cepat
capek. Hampir sama sih potensi bahaya nya dengan
proses di penambangan batu.

S Oh gitu ya pak , kalo benturan antar unit pernah terjadi


juga ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


I4 Pernah juga dek, benturan kecil aja sih paling.

S Baik pak, terimakasih banyak atas informasinya pak


I4 Iya dek sama-sama ya.

DATA UMUM INFORMAN KELIMA


Nama : I5
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Pekerjaan : Operator dumptruck pengangkutan
batu Masa Kerja : 4 tahun

PELAKSANAAN WAWANCARA
Pewawancara : Sri / S
Waktu : Rabu, 25 Juli 2018
Durasi : ± 15 menit

No. S / I5 Verbatim
5 S Selamat siang pak, terimakasih atas kesediaan bapak
menjadi informan dalam penelitian saya ini
I5 Iya selamat siang.
S Bisa bapak jelaskan proses kerja apa saja yang ada pada
pengangkutan batu ? mulai dari awal lah pak
I5 Oh jadi tahap awal itu seperti yang lain juga kita pertama
sekali memeriksa mesin dari dumptruck, minyak nya apakah
sudah terisi, ban nya kempes atau tidak. Pokok nya
keseluruhan dari dumptruck lah. Kalau kondisi mesin dan
semua nya sudah lengkap baru kita menyalakan mesin, kita
operasikan ambil antrian dan posisi pas dekat excavator.
Tapi gak dekat kali ya dek. Agak ada jarak lah. Udah, siap
itu excavator nya melakukan proses pemuatan. Setalah siap
udah tinggal kita pasarkan.
S Oh iya pak.di setiap proses yang bapak sebutkan tadi apa
saja kira-kira potensi bahaya yang bisa terjadi pak ?
I5 Kalau soal potensi bahaya nya paling, terbalik dek, adek
lihat sendiri kan tanah nya masih belum padat, berlumpur.
Licin, apalagi kalau kelebihan muatan bisa juga dumptruck
nya terbalik. Pernah juga hampir menabrak unit lain karena
kita tidak melihat ke belakang. Sebenarnya ada supervisor
yang memberi arahan agar menjaga jaga jarak, memberi aba-
aba siap untuk mundur misalnya. Tapi kadang tidak
kedengaran, karena adek taulah sekeliling itu sangat lah
bising. Padahal si pemberi aba-aba tidak pake toa.
S Oh begitu pak, harus nya melihat kondisi bising begini
menggunakan pengeras suara. Agar semua pekerja bisa
mendengar.
I5 iya sih dek, itu memang sangat perlu
S Kalau kejadian bucket terbentur ke dumptruck seperti di
proses penambangan kata nya pernah kejadian pak ? si
pengangkutan juga pernah kejadian ?
I5 Iya iyaa itu pernah dek, bahkan sering juga terjadi dek .
kadang saya yang didalam kaget . kan itu benturan keras
saya yang didalam pun dibuat oyong. Untung dumptruck nya
tidak terbalik
S Kenapa bapak tidak menunggu diluar saja pas pemuatan nya
pak ?
I5 Capek dek naik turun, tau sendiri kan pijakan nya tinggi
nanti kalau asik naik turun bisa encok pinggang bapak haha.
Pijakan nya pun licin berlumpur. Yaudah makanya bapak
nunggu didalam truk saja.udah itu pun kan pas udah siap
memuat langsung bisa gerak, yang di belakang kita tidak
usah lagi menunggu
S Tapi kan bahaya pak, seperti yang bapak ceritain tadi .
gimana kalau misalkan kejadian benturan terjadi lagi dan
dumptruck nya terbalik. Kan bisa bahaya pak hehe.
I5 Haha iya sih dek. Tapi doakan saja semoga tidak terjadi

S Haha iya pak. Kira-kira masih ada yang lain pak potensi
bahaya nya ?
I5 Saya rasa itu saja sih dek,

S Oke baik pak. Terimakasih banyak informasinya dan juga


waktu nya pak.
I5 Iya sama-sama.
Lampiran 5 : Dokumentasi

Gambar 1. Excavator

Gambar 2. Pemeriksaan Pemeliharaan Harian (P2H) semua unit kerja pada


excavator
Gambar 3. Penambangan batu

Gambar 4. Excavator melakukan gerakan melayang sebelum


memuat batu kedalam dumptruck
Gambar 5. Memuat batu ke dumptruck

Gambar 6. Mengantar batu ke ROM


Gambar 7. Geometris tanah yang tidak stabil

Gambar 8. Operator pemecahan batu


Gambar 9. Pemecahan batu

Gambar 10. Perbaikan jalur pengangkutan


Gambar 11. Jalur pengangkutan batu

Gambar 12. Wawancara dengan supervisor dan operator dumptruck


Gambar 13. Wawancara dengan para operator excavator dan operator dumptruck
Lampiran 6 : Form Job Safety Analysis

Pekerjaan : Penambangan Batu

Lokasi pekerjaan : Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa


Parsaoran Nainggolan

No. Tahapan Kerja Potensi Bahaya

1 Pemeriksaan
Pemeliharaan
Harian (P2H) All 1. Tertimpa dan terjepit oleh
Unit : (excavator cover mesin
dan dumptruck) 2. Terpapar debu dari batu
1. Membuka cover mesin hasil galian sebelumnya

2. Mengecek air radiator 1. Tersandung dan terpeleset


2. Tersembur air radiator
3. Mengecek oli 1. Terpapar oli akibat mesin
bocor dan tutup oli
renggang
4. Mengecek ban 1. Terpapar debu
2 Operator naik ke
excavator: 1. Terjatuh karena engsel
1. Membuka pintu pintu licin
excavator
2. Meletakkan kaki di pijakan 1. Terpeleset dan terjatuh

karena pijakan kotor dan

licin

3. Mengangkat badan dan 1. Tergelincir


duduk
3 Operator mengoperasikan
excavator
:
1. Atur porseneling, 1. Tangan terkilir akibat
membunyikan klakson porseneling yang terlalu
dan menyalakan mesin keras
2. Kebisingan akibat
klakson terlalu bising
2. Operator menjalankan 1. Terbalik dan terguling
excavator menuju lahan akibat geomtris tanah tidak
penambangan stabil
2. Terperosok kedalam sungai
3. Tertabrak unit lain nya
4. Menabrak pekerja
5. Terpapar getaran dari mesin

4 Pemuatan batu ke dumptruck


1. Operator mengoperasikan 1. Terbalik dan terguling
dumptruck mendekati 2. Terperosok kedalam sungai
excavator dan mengambil 3. Menabrak unit lain yang
posisi akan membahayakan
operator
4. Terseruduk oleh bucket
excavator
2. Operator mengoperasikan 1. Excavator terperosok ke
Excavator melakukan dalam sungai akibat dari
penggalian kemudin galian yang terlalu keras
excavator melelakukan yang akan menyebabkan
gerakan melayang operator cedera

3. Operator melakukan 1. Bucket (timba) dari excavator


pemuatan batu ke terbentur ke dumptruck yang
dumptruck mengakibatkan dumptruck
terlempar dan membahayaka
dan membuat operator cedera
2. Bucket (timba) dari excavator
terjatuh ke bak dumptruck
mengakibatkan guncangan dan
membuat dumptruck terbalik
yang dapat mengakibatkan
pekerja cedera

5 Pengangkutan batu ke ROM


1. Operator menyalakan 1. Adanya tabrakan dengan
mesin dumptruck dan unit lain
berjalan menuju ROM 2. Terbalik akibat geometris
tanah tidak stabil.
Pekerjaan : Pemecahan Batu

Lokasi pekerjaan : Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa


Parsaoran Nainggolan

No. Tahapan Kerja Potensi Bahaya

Pemeriksaan Pemeliharaan
Harian
1 (P2H) semua unit kerja
1. Tangan terkilir dan terjepit
1. Membuka cover 2. Tangan terkelupas
mesin pemecah batu 3. Terpapar debu
1. Kena semburan air radiator
yang panas
2. Mengecek air radiator 1. Tersembur oli bisa tertelan
oleh operator
3. Mengecek oli

Menghidupkan generator
2 1. Operator menekan tombol
on pada mesin 1. Tersengat arus listrik
2. Terpapar kebisingan

Menghidupkan mesin crusher 1. Tersengat arus listrik


3 1. Operator menekan tombol 2. Terpapar kebisingan
on pada mesin 3. Terpapar debu
4. Operator terpeleset karena
lingkungan kerja yang licin

Operator naik ke 1. Terjatuh karena engsel pintu


4 excavator: licin
1. Membuka pintu excavator
2. Meletakkan kaki di pijakan 1. Terpeleset dan terjatuh
karena pijakan kotor dan
licin
3. Mengangkat badan 1. Tergelincir
dan duduk

Operator mengoperasikan
5 excavator :
1. Atur porseneling dan 1. Tangan terkilir akibat
membunyikan klakson porseneling yang terlalu
dan menyalakan mesin keras
2. Kebisingan akibat klakson
terlalu bising
85

2. Operator menjalankan 1. Terbalik dan terguling


excavator menuju ROM akibat geomtris tanah tidak
stabil
2. Terperosok kedalam sungai
3. Tertabrak unit lain nya
4. Menabrak pekerja
5. Terpapar getaran dari mesin
Pemuatan batu kedalam mangkuk
6 mesin pemecah batu (hoper) 1. Terpapar getaran
1. Operator 2. Terpapar kebisingan
mengoperasikan
Excavator melakukan
penggalian kemudian
excavator melelakukan
gerakan melayang 1. Terapapar debu
1. Operator melakukan 2. Bucket (timba) dari
pemuatan batu ke excavator terbentur ke
hoper hoper yang mengakibatkan
hoper terlempar dan
membuat mesin meledak,
membahayaka dan membuat
operator cedera

7 Pemecahan batu 1.
kebisingan
2. Terpapar
debu
(partikula
t batu)
3. Kejatuha
n batu
yang
melompat
dari
mesin
4. Tersengat
listrik
5. Terpapar
getaran di
area kerja
6. Terpapar
suhu
panas
dari
mesin
7. Terbakar/
meledak
karena
kelebihan
muatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86

Operator
mengopera
sikan 1. Tan
8 excavator : gan
1. Atu terk
r ilir
por aki
sen bat
elin por
g, sen
me elin
mb g
uny yan
ika g
n terl
kla alu
kso ker
n as
dan 2. Kebisinga
me n akibat
nya klakson
laka
n
mes
in

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Operator menjalankan 1. Terbalik dan terguling
excavator turun dari ROM akibat geometris tanah tidak
stabil
2. Terperosok
3. Tertabrak unit lain nya
4. Menabrak pekerja
5. Terpapar getaran dari mesin
9 Parkirkan excavator
1. Operator mengoperasikan 1. Terperosok karena
excavator dan bergerak geometris tanah yang tidak
menuju parkiran stabil dan tidak rata
2. Menabrak pekerja dan unit
lain

2. Mematikan mesin dan 1. Tangan terkilir karena


mengatur porseneling pada porseneling yang keras
posisi standby

3. Operator turun dari 1. Terpeleset karena pijakan


excavator licin

4. Operator memeriksa 1. Terpapar debu


sekeliling excavator 2. Terpapar suhu panas dari
mesin
88

Pekerjaan : stone hauling (Pengangkutan batu)

Lokasi pekerjaan : Perusahaan Daerah Industri dan Pertambangan Desa


Parsaoran Nainggolan

No. Tahap Kerja Potensi bahaya

1 Pemeriksaan
Pemeliharaan
Harian (P2H) All 1. Tertimpa dan terjepit
Unit : (excavator oleh cover mesin
dan dumptruck) 2. Terpapar debu dari batu
1. Membuka cover mesin hasil galian sebelumnya

2. Mengecek air radiator 1. Tersandung dan


terpeleset
2. Tersembur air radiator
3. Mengecek oli 1. Terpapar oli akibat
mesin bocor dan tutup
oli renggang
1. Mengecek ban 1. Terpapar debu
2 Operator naik ke
excavator: 1. Terjatuh karena engsel
pintu licin
1. Membuka pintu excavator
2. Meletakkan kaki di pijakan 1. Terpeleset dan terjatuh
karena pijakan kotor
dan licin
3. Mengangkat badan dan duduk 1. Tergelincir
3 Operator mengoperasikan excavator
1. Atur porseneling dan 1. Tangan terkilir akibat
membunyikan klakson dan porseneling yang terlalu
menyalakan mesin keras
2. Kebisingan akibat
klakson terlalu bising
2. Operator menjalankan 1. Terbalik dan terguling
excavator menuju penimbunan akibat geomtris tanah
batu yang telah dipecah tidak stabil
2. Terperosok kedalam
sungai
3. Tertabrak unit lain nya
4. Menabrak pekerja
5. Terpapar getaran dari
mesin
Pemuatan batu ke dumptruck
4. Operator mengoperasikan 5. Terbalik dan terguling

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dumptruck mendekati 6. Terperosok kedalam
excavator dan mengambil posisi sungai
7. Menabrak unit lain yang
akan membahayakan
operator
4 Pemuatan batu ke dumptruck
1. Operator mengoperasikan 1. Terbalik dan terguling
dumptruck mendekati akibat geometris tanah
excavator dan mengambil posisi tidak stabil dan tidak
datar
2. Menabrak unit lain yang
akan membahayakan
operator
2. Operator mengoperasikan 1. Terpapar debu
Excavator melakukan 2. Terpapar getaran dari
penggalian kemudin excavator mesin
melelakukan gerakan melayang

3. Operator melakukan 1. Bucket (timba) dari


pemuatan batu ke dumptruck excavator terbentur ke
dumptruck yang
mengakibatkan
dumptruck terlempar dan
membahayaka dan
membuat operator cedera
2. Bucket (timba) dari
excavator terjatuh ke bak
dumptruck mengakibatkan
guncangan dan membuat
dumptruck terbalik yang
dapat mengakibatkan
pekerja cedera

5 Pengangkutan batu oleh dumptruck


1. Operator mengoperasikan
dumptruck dan begerak 1. Dumptruck terbalik
menuju jalur keluar area akibat kelebihan muatan
industri dan batu siap dan juga geometris
dipasarkan tanah yang tidak stabil
dan rata.

Anda mungkin juga menyukai