Anda di halaman 1dari 126

HASIL PENELITIAN SKRIPSI

UNIVERSITAS ANDALAS

ANALISIS RISIKO PEKERJAAN DENGAN METODE HAZARD

IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DETERMINING

CONTROL (HIRADC) PADA BAGIAN PRODUKSI

DI PT. IGASAR KOTA PADANG

Oleh:

FEBRIA MAYA SYAFITRI


No. BP 1511211056

Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
i
i
ii
iii
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, Juni 2019

FEBRIA MAYA SYAFITRI, No. BP. 1511211056

ANALISIS RISIKO PEKERJAAN DENGAN METODE HAZARD


IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DETERMINING CONROL
(HIRADC) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. IGASAR KOTA PADANG

xi + 100 halaman, 23 tabel, 9 gambar, 10 lampiran

ABSTRAK

Tujuan
Setiap lingkungan kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan serta potensi bahaya
yang tinggi. PT. Igasar merupakan perusahaan yang memproduksi beton jadi dan
beton cetak. Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. Igasar terjadi 13 kasus
kecelakaan selama 5 tahun terakhir. Potensi bahaya yang terdapat berupa kebisingan,
bahan mudah terbakar, debu, arus listik dan kejatuhan material. Salah satu upaya
preventif dalam mencegah berbagai risiko kecelakaan kerja yaitu dengan
melaksanakan manajemen risiko. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis risiko di bagian produksi PT. Igasar Kota Padang tahun 2019.

Metode
Desain penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini berlangsung pada Januari-Juni
2019. Analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja menggunakan metode
HIRADC. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu wawancara,
observasi lapangan, dan telaah dokumen, Informan yang dipilih sebanyak 8 orang
menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil
Hasil identifikasi didapatkan sumber bahaya berasal dari kendaraan wheel loader,
alat stone crusher, alat batching plan, mesin cetak hollow brick RH5 dan mesin
cetak paving block KY. Penilaian risiko bagian produksi terbagi atas 3 risiko sangat
tinggi, 31 risiko tinggi, 14 risiko sedang, dan 1 risiko rendah. Pengendalian yang
telah diterapkan adalah penggunaan APD, pemeriksaan mesin, pemasangan rambu
K3, dan APAR.

Kesimpulan
Terdapat 8-12 sumber bahaya pada tiap tahapan produksi. Penilaian risiko pada tiap
bagian produksi umumnya berisiko tinggi. Pengendalian risiko belum terlaksana
dengan baik. Maka disarankan kepada perusahaan untuk meningkat pelatihan pada
pekerja seperti pelatihan mengenai K3, dan pelatihan terhadap operator serta
pengawasan dalam penegakan K3 di lingkungan kerja.

Daftar pustaka : 40 (1970-2017)


Kata Kunci : Analisis Risiko, HIRADC, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja

i
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduate thesis, June 2019

Febria Maya Syafitri, No. BP. 1511211056

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH RISK ANALYSIS WITH


HAZARD IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND DETERMINING
CONTROL (HIRADC) METHOD AT PRODUCTION DIVISION IN PT.
IGASAR PADANG

ix + 100 pages, 23 tables, 9 pictures, 10 appendices

ABSTRACT

Objectives
Every workplace has a risk of accidents and high potential hazards. PT. Igasar is a
company that produces ready mix concrete and printed concrete. Based on data
accident occured during production process as much 13 accidents in the last 5 years.
Potential hazards include noise, combustible materials, dust, electric current and
material fallout. One preventive effort in preventing various risks of workplace
accidents is by implementing risk management. So that this study aims to analyze the
risks in the production division of PT. Igasar Padang City in 2019.

Method
Design of this study is qualitative. This research that held on in January until June
2019. The risk analysis of occupational health and safety used the HIRADC method.
The techniques for collecting data were interview, occupational observation, and
document analysis. Informant of this research consist of 8 people that were
determined by purposive sampling technique.

Results
The identification results obtained from the source of danger came from vehicle
wheel loaders, stone crusher tools, batching plan tools, RH5 hollow brick molding
machines and KY paving block machines. Production risk assessment is divided into
3 very high risks, 31 high risks, 14 moderate risks, and 1 low risk. The controls that
have been implemented are the use of PPE, inspection of machines, installation of
K3 signs, and APAR.

Conclusion
There were 8-12 sources of danger at each stage of production. Risk assessment in
each part of production is generally high risk. Risk control has not been implemented
properly. So it is advisable for companies to increase training for workers such as
HSE training, and training for operators and supervision in HSE enforcement in the
workplace.

Bibliography : 40 (1970-2017)
Keywords : Risk Analysis, HIRADC, Occupational Safety and Health

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul

“Analisis Risiko Pekerjaan Dengan Metode Hazard Identification, Risk

Assessment And Determining Control (HIRADC) Pada Bagian Produksi Di PT.

Igasar Kota Padang”. Penyusunan dan penulisan proposal ini merupakan

rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di program studi S1 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas dan sebagai prasyarat dalam

menyelesaikan pendidikan.

Dalam penyusunan proposal ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, PhD selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Andalas.

2. Ibu Ade Suzana Eka Putri, SKM, M.Comm Health Sc, PhD selaku ketua

program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Unibersitas Andalas.

3. Bapak Dr. Nopriadi, SKM, M.Kes sebagai pembimbing satu yang telah

memberikan bimbingan, pemikiran dan arahan kepada penulis untuk

menyelesaikan proposal ini.

4. Ibu Septia Pristi Rahmah, SKM, MKM, sebagai pembimbing dua yang telah

memberikan bimbingan, pemikiran dan arahan kepada penulis untuk

menyelesaikan proposal ini.

5. Bapak Yudi Pradipta, SKM, MPH, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan dukungan selama masa perkuliahan.

iii
6. Bapak Luthfil Hadi Anshari, SKM, M.Sc dan Ibu Putri Nilam Sari, SKM,

M.Kes. selaku penguji yang telah memberikan saran dan kritikan demi

kesempurnaan penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu dosen serta staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Andalas yang telah mendidik, memberikan saran selama masa perkuliahan.

8. Teristimewa kepada Ibu, Ayah, Adik dan semua keluarga yang telah

memberikan kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil dalam

proses penyusunan proposal.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik unutk perbaikan di masa

mendatang. Akhir kata, semoga proposal ini dapat diterima dan bermanfaat. Aamiin.

Padang, Juni 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI

PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN ........................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xii

BAB 1 : PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah.........................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................5

1.3.1 Tujuan Umum ..........................................................................................5

1.3.2 Tujuan Khusus .........................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................................6

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................7

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................................................7

2.1.1 Defenisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ..............................................7

2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................................8

2.1.3 Sasaran Kesehatan Keselamatan Kerja ......................................................8

v
2.2 Kecelakaan Kerja ............................................................................................8

2.2.1 Teori Kecelakaan Kerja ............................................................................9

2.2.2 Faktor-Faktor Kecelakaan Kerja ............................................................. 12

2.3 Bahaya Kerja ................................................................................................. 13

2.4 Manajemen Risiko ........................................................................................ 14

2.4.1 Pengertian Risiko ................................................................................... 14

2.4.2 Tujuan Manajemen Risiko ......................................................................15

2.4.3 Manfaat Manajemen Risiko .................................................................... 15

2.5 Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control ................. 15

2.5.1 Menentukan Klasifikasi Pekerjaan .......................................................... 16

2.5.2 Identifikasi Bahaya ................................................................................. 17

2.5.3 Penilaian Risiko...................................................................................... 18

2.5.4 Pengendalian Risiko ............................................................................... 21

2.6 Telaah Sistematis .......................................................................................... 25

2.7 Kerangka Teori ............................................................................................. 27

2.8 Alur Pikir ......................................................................................................28

BAB 3 : METODE PENELITIAN .......................................................................... 29

3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 29

3.2 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 29

3.3 Informan Penelitian ....................................................................................... 29

3.4 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 30

3.5 Sumber Data ................................................................................................. 30

3.6 Keabsahan Data............................................................................................. 31

3.7 Pengolahan Data ........................................................................................... 31

3.8 Analisis Data ................................................................................................. 32

3.9 Penyajian Data .............................................................................................. 32

3.10 Definisi Istilah ............................................................................................. 33

vi
BAB 4 : HASIL ......................................................................................................34

4.1 Gambaran Umum Perusahaan .......................................................................34

4.1.1 Profil Perusahaan .................................................................................... 34

4.1.2 Jenis Peralatan dan Sarana Produksi ....................................................... 36

4.1.3 Jumlah Karyawan dan Waktu Operasi Pabrik .........................................37

4.1.4 Kecelakaan Kerja ................................................................................... 38

4.1.5 Tahapan Produksi PT. Igasar ..................................................................38

4.1.6 Karakteristik Informan............................................................................ 40

4.2 Identifikasi Bahaya ........................................................................................ 41

4.2.1 Bahaya dan Risiko di Bagian Stock Pail ................................................. 41

4.2.2 Bahaya dan Risiko di Bagian Penggilingan ............................................. 43

4.2.3 Bahaya dan Risiko di Bagian Pengadukan Material ................................ 44

4.2.4 Bahaya dan Risiko di Bagian Produksi Beton Cetak ............................... 46

4.3 Penilaian Risiko ............................................................................................ 50

4.3.1 Penyimpanan Material (Stockpail) .......................................................... 50

4.3.2 Penggilingan Material ............................................................................. 51

4.3.3 Pengadukan Material .............................................................................. 52

4.3.4 Produksi Beton Cetak ............................................................................. 53

4.4 Rekomendasi Pengendalian Risiko ................................................................ 55

4.4.1 Penyimpanan Material (Stockpail) .......................................................... 55

4.4.2 Penggilingan Material ............................................................................. 56

4.4.3 Pengadukan Material .............................................................................. 57

4.4.4 Produksi Beton Cetak ............................................................................. 58

BAB 5 : PEMBAHASAN ....................................................................................... 59

5.1 Proses Tahapan Produksi ............................................................................... 59

5.2 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko ..................... 59

5.2.1 Area Stockpail (Penyimpanan Material) .................................................. 59

vii
5.2.2 Penggilingan Material ............................................................................. 63

5.2.3 Pengadukan Material .............................................................................. 66

5.2.4 Produksi Beton Cetak ............................................................................. 70

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 74

6.1 Kesimpulan ...................................................................................................74

6.2 Saran ............................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 77

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Model Haddon......................................................................................... 11

Tabel 2.2 Penilaian Likelihood ................................................................................ 19

Tabel 2.3 Penilaian Severity ................................................................................... 20

Tabel 2.4 Matriks Penilaian Tingkat Risiko ............................................................. 20

Tabel 2.5 Tingkatan Prioritas Pengendalian Risiko ................................................. 21

Tabel 2.6 Telaah Sistematis..................................................................................... 25

Tabel 3.1 Defenisi Istilah ........................................................................................ 33

Tabel 4.1 Kapasitas Produksi .................................................................................. 35

Tabel 4.2 Jumlah Kecelakaan Kerja ........................................................................38

Tabel 4.3 Karakteristik Informan Wawancara ......................................................... 41

Tabel 4.4 Identifikasi bahaya kerja di Area Stockpail .............................................. 42

Tabel 4.5 Identifikasi Bahaya di Bagian Penggilingan ............................................. 44

Tabel 4.6 Identifikasi Bahaya Kerja di Bagian Pengadukan Material ....................... 45

Tabel 4.7 Identifikasi Bahaya Kerja di Bagian Produksi Beton Cetak ...................... 47

Tabel 4.8 Matriks Triangulasi Metode.....................................................................48

Tabel 4.9 Penilaian Risiko bagian Penyimpanan ..................................................... 50

Tabel 4.10 Penilaian Risiko bagian Penggilingan Material ......................................51

Tabel 4.11 Penilaian Risiko di Bagian Pengadukan Material ...................................52

Tabel 4.12 Penilaian Risiko Bagian Produksi Beton Cetak ......................................53

Tabel 4.13 Rekomendasi Pengendalian Bagian Stockpail ........................................55

Tabel 4.14 Rekomendasi Pengendalian Bagian Penggilingan Material .................... 56

Tabel 4.15 Rekomendasi Pengendalian Bagian Pengadukan Material ...................... 57

Tabel 4.16 Rekomendasi Pengendalian Bagian Produksi Beton Cetak ..................... 58

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Teori Domino ........................................................................................9

Gambar 2.2 Kerangka Teori .................................................................................... 27

Gambar 2.3 Alur Pikir ............................................................................................. 28

Gambar 4.1 Peta PT. Igasar ..................................................................................... 34

Gambar 4.2 Peta Bagian Produksi PT. Igasar .......................................................... 35

Gambar 4.3 Bahaya di Area Stockpail .....................................................................42

Gambar 4.4 Bahaya di Bagian Penggilingan Material.............................................. 43

Gambar 4.5 Bahaya di Bagian Penggilingan Material.............................................. 45

Gambar 4.6 Potensi Bahaya di Bagian Produksi Beton Cetak ..................................46

x
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

1. APD : Alat Pelindung Diri


2. AS/NZS : Australian Standard/New Zealand Standard
3. Conseivable : Terjadi sewaktu-waktu
4. HIRADC : Hazard Identification, Risk Assessment and Determining
Control
5. ILO : International Labour Organization
6. Inconceivable : Terjadi pada keadaan tertentu
7. ISO : International Organization for Standardization
8. K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
9. Likelihood : Peluang/Kemungkinan
10. Likely : Cenderung Terjadi
11. Most Likely : Sangat sering terjadi
12. OHSAS : Occupational Heatlh and Safety Assessment Series
13. PAK : Penyakit Akibat Kerja
14. Possible : Mungkin terjadi
15. PPE : Personal Protectif Equipment
16. Remote : Kemungkinan terjadi jarang
17. Severity : Dampak/Keparahan
18. SIO : Surat Izin Operator
19. SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja
20. WHO : World Health Organization

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Informan

Lampiran 2 : Tabel HIRADC

Lampiran 3 : Lembar Observasi

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara

Lampiran 5 : Tabel Matriks Triangulasi Sumber

Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian

Lampiran 9 : Formulir Menghadiri Seminar

Lampiran 10 : Hasil Similarity

Lampiran 11 : Dokumentasi Penelitian

xii
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap lingkungan kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan serta potensi

bahaya yang tinggi. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, serta

teknologi yang digunakan serta pengendalian terhadap risiko yang dilakukan.

Disamping itu, semakin tinggi tingkat teknologi yang digunakan, maka semakin

tinggi pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga kerja agar

dapat mengurangi dampak negatif bagi manusia dan dapat menghindari terjadinya

kecelakaan.(1)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk

menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan kerja dan

bahaya yang dapat terjadi baik mental, fisik, maupun emosional terhadap para

pekerja, perusahaan, serta masyarakat dan lingkungan. Sumber-sumber bahaya perlu

dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk

mengendalikan sumber bahaya, maka sumber bahaya harus ditemukan dan dilakukan

identifikasi terhadap sumber bahaya potensial di tempat kerja. (2)

Menurut UU No. 1 tahun 1970 mengenai Keselamatan kerja, kecelakaan

kerja yaitu suatu kejadian yang tidak terduga sebelumnya dan tidak dikehendaki,

yang mengacaukan proses yang telah diatur dan dapat menimbulkan kerugian baik

korban manusia maupun harta benda. Oleh karena itu, untuk mengurangi terjadinya

kecelakaan kerja, dibutuhkanlah manajemen risiko. (2)

Manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mananggapi

risiko yang telah diketahui sebelumnya melalui rencana analisis risiko dan lainnya

untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin terjadi. Oleh karena itu

1
2

dibutuhkan upaya mengelola risiko melalui pendekatan manajemen risiko untuk

melindungi keselamatan dan kesehatan kerja, mensejahterakan pekerja dan

meningkatkan produktivitas.(3)

Manajemen risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika diterapkan

sejak awal kegiatan dan diseluruh bagian perusahaan. Salah satu teknik analisa yang

digunakan di lingkungan kerja untuk menganalisis bahaya adalah dengan metode

Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC).(4)

Metode HIRADC bertujuan untuk mengidentifikasi semua faktor bahaya

yang ada di tempat kerja dengan berbagai tingkat keparahan. HIRADC menganalisa

bahaya berdasarkan klasifikasi pekerjaan yang ada, lalu melakukan identifikasi

risiko, penilaian risiko dan pengendalian risiko. (5)

Badan dunia International Labour Organization (ILO) tahun 2016,

mengemukakan penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan sebesar

34% adalah penyakit kanker, 25% kecelakaan, 21% penyakit saluran pernapasan,

15% penyakit kardiovaskuler, dan 5% yang disebabkan oleh faktor lainnya. Pada

situs ini juga disebutkan bahwa: “Setiap 15 detik seorang pekerja meninggal dari

kecelakaan kerja atau penyakit. Setiap 15 detik 153 pekerja mengalami kecelakaan

yang berhubungan dengan pekerjaan. Setiap hari lebih dari 2,78 juta kematian per

tahunnya akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Selain itu sekitar 374

juta jumlah kecelakaan yang terjadi pada pekerja per tahunnya, banyak dari

kecelakaan tersebut yang mengakibatkan absen panjang pekerja”.(6, 7)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusia Salmawati, Hasanah

dan Bunniati tahun 2017 tentang Analisis Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja

dengan Menggunakan Metode Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk

Control (HIRARC) pada Area Produksi PT. Chungsung Kota Palu didapatkan bahwa
3

3 risiko tergolong risk level high, 3 risiko tergolong medium dan 1 risiko tergolong

low. Hal tersebut diakibatkan oleh unsafe action dan kelalaian dari operator dalam

penggunaan APD.(8)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mitbasman Mikra tahun

2017 tentang Analisis Risiko Pekerjaan pada bagian produksi dengan metode

HIRARC di Perusahaan Karet PT. BHB Kota Padang didapatkan hasil bahwa

penilaian risiko pada bagian produksi terbagi atas 14 risiko tinggi. 71 risiko sedang,

dan 1 risiko rendah. Pengendalian yang telah diterapkan yaitu berupa penggunaan

APD, maintenance bulanan (mesin), dan SIO forklit.(9)

PT. Igasar merupakan salah satu perusahaan yang terafiliasi dengan PT.

Semen Padang dengan kegiatan usaha bidang distributor semen, transportasi dan alat

berat, industri bahan bangunan berbasis semen (ready mix dan beton cetak), dan

general contraktor. PT. Igasar memproduksi beton jadi dan beton cetak, beton cetak

terdiri dari hollow brick dan paving block. Kapasitas produksi yang dimiliki oleh PT.

Igasar pada beton jadi yaitu 2500 m3/bulan, sedangkan beton cetak yaitu dengan

hollow brick 1200 pcs/hari, dan pavin block 2000 pcs/hari. Adapun tahapan

produksinya dimulai dari pengumpulan dan pemuatan bahan baku, penggilingan,

pengadukan sedangkan pada beton cetak, hingga ke bagian pencetakan. Jumlah

pekerjanya mencapai 135 orang yang tersebar di 9 bagian baik shift harian maupun

bulanan. (10)

Proses produksi di PT. Igasar menggunakan batching plant dan beberapa alat

pendukung lainnya. Risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi diakibatkan oleh

potensi bahaya diantaranya berupa kebisingan, bahan mudah terbakar, debu, arus

listrik, dan kejatuhan material. Dampak dari risiko yang ada yaitu berupa luka, patah

anggota tubuh, luka bakar di anggota tubuh, dll. PT. Igasar telah dilakukan audit
4

SMK3 semenjak tahun 2017 dan telah mendapatkan setifikat medali perak. Agar

semua proses produksi dapat berjalan dengan lancar perlu didukung oleh budaya

kerja yang sehat dan aman. Oleh karena itu salah satu upaya preventif yang dapat

dilakukan oleh PT. Igasar dalam mencegah berbagai risiko kecelakaan kerja yaitu

dengan manajemen risiko.

PT. Igasar telah menerapkan manajemen risiko dengan menggunakan metode

HIRADC tetapi masih belum berjalan dengan baik karena masih adanya kecelakaan

kerja yang terjadi. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan di PT. Igasar

didapatkan data kejadian kecelakaan kerja di PT. Igasar pada tahun 2017 yaitu

sebanyak 3 kasus, yaitu berupa terpeleset, jatuh, dan tertimpa sehingga menyebabkan

pekerja mengalami cidera, luka, bahkan patah tangan. Sedangkan hingga bulan Maret

tahun 2018 didapatkan baru satu kasus kecelakaan kerja yaitu berupa accu mobil

yang meledak sehingga menyebabkan muka dan mata pekerja terkena air aki. Upaya

pencegahan bahaya yang telah dilakukan oleh PT. Igasar yaitu berupa penggunaan

APD, tetapi masih belum mencukupi untuk semua pekerja yang ada. Hal yang

menjadi perhatian peneliti adalah walaupun telah memiliki sertifikat SMK3, tetapi

manajemen risiko pada PT. Igasar masih belum berjalan dengan baik.

Berdasarkan uraian diatas, walaupun PT. Igasar telah memiliki sertifikat

SMK3 serta telah menerapkan kebijakan mengenai K3, namun angka kecelakaan

kerja menunjukan fakta bahwa potensi bahaya serta risiko kecelakaan kerja masih

cukup tinggi sehingga masih perlu dikaji lagi sehingga bisa ditemukan upaya dan

solusi yang tepat sasaran agar angka kecelakaan kerja bisa menurun dan mencapai

zero accident. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

analisis risiko pekerjaan pada bagian produksi dengan metode HIRADC di PT.

Igasar.
5

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: Bagaimanakah penerapan manajemen risiko mulai dari identifikasi risiko,

penilaian risiko dan pengendalian risiko menggunakan metode HIRADC pada bagian

produksi di PT. Igasar Kota Padang?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen risiko

menggunakan metode HIRADC di bagian produksi PT. Igasar.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi sumber bahaya (hazard identification) dan risiko pada tiap

tahap pekerjaan di area produksi PT. Igasar mulai dari pengumpulan bahan

baku, pemuatan, pengisian, dan pencetakan.

2. Menentukan analisis risiko serta penilaian risiko (risk assessment) dari

sumber bahaya yang mungkin timbul dari segala kegiatan yang dilakukan

dengan menilai tingkat keparahan (severity) dan kemungkinan atau

peluangnya (likelihood) dari risiko di tiap pekerjaan pada proses produksi di

PT. Igasar.

3. Mengetahui upaya pengendalian dan merekomendasikan perbaikan

pengendalian (determining control) kecelakaan kerja di bagian produksi PT.

Igasar.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi, rekomendasi, dan

acuan bagi perusahaan untuk kemudian dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan atau masukan dalam mengambil kebijakan mengenai potensi


6

bahaya dan pengendalian risiko sehingga dapat meningkatkan produktivitas

perusahaan dan kesejahteraan pekerja.

2. Bagi Institusi

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi

penelitian sejenis selanjutnya serta menjadi masukan dalam pengembangan

bidang keilmuan bidang kesehatan keselamatan kerja terutama tentang

identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.

3. Bagi Peneliti

Kesempatan bagi peneliti dalam memperdalam pengetahuan,

wawasan, serta kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, terutama mengenai identifikasi bahaya,

penilaian risiko, dan pengendalian risiko.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada 4 tahapan produksi yaitu pengumpulan bahan baku,

pemuatan/pengisian dan penggilingan, hingga ke bagian pencetakan.

2. Penelitian yang dilakukan mengenai bahaya-bahaya yang dapat disebabkan

oleh manusia, peralatan dan lingkungan kerja.

3. Penilaian risiko menggunakan analisis risiko dengan menghitung nilai

severity dan likelihood.


BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2.1.1 Defenisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana

kerja yang aman dan tentram bagi para pekerja di tempat kerja. Keselamatan kerja

juga merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti cacat dan

kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan

perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting dari perlindungan tenaga

kerja.(11)

Kesehatan kerja merupakan suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar

pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,

maupun sosial dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau

gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun

penyakit umum. Sedangkan keselamatan kerja merupakan suatu keadaan terhindar

dari bahya selama melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja sangat bergantung pada

jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. (12)

Menurut ILO/WHO (1998) keselamatan dan kesehatan kerja adalah sutau

promosi, perlindungan, dan peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

mencakup aspek fisik, mental dan sosial untuk kesejahteraan seluruh pekerja di

tempat kerja.(13)

Maka dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja yaitu suatu

upaya untuk menciptakan keamanan serta perlindungan dari risiko terjadinya

kecelakaan dan bahaya terhadap pekerja, masyarakat, maupun lingkungan.

7
8

2.1.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu:(14)

1. Melindungi serta menjamin keamanan dan keselamatan tenaga kerja dan

orang lain di tempat kerja dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan.

2. Menjamin bahwa sumber produksi yang ada di tempat kerja dapat digunakan

secara aman dan efisien.

3. Meningkatkan kesejahteraan perusahaan serta meningkatkan produktivitas

nasional.

2.1.3 Sasaran Kesehatan Keselamatan Kerja


Sasaran dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:(15)

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, ledakan, dan kebakaran.

2. Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja.

3. Mencegah dan mengurangi angka kematian, kecacatan, dan luka.

4. Mengamankan material bangunan, mesin, bahan, dan alat kerja.

5. Meningkatkan produktivitas kerja.

6. Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal.

7. Menjamin tempat kerja yang aman dan nyaman.

2.2 Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak

terkendali, dan tidak dikehendaki pada saat bekerja. Kecelakaan kerja atau

kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja

dengan perusahaan, atau kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau

pada waktu melaksanakan pekerjaan. (15)

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak terduga sebelumnya

dan tidak diharapkan, baik kecelakaan yang diakibatkan langsung oleh pekerjaan

maupun kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja. Adapun,
9

sebanyak 80-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian (unsafe human acts) dan

kesalahan manusia (human error) yang meliputi faktor usia, jenis kelamin,

pengalaman kerja, dan pendidikan. Kesalahan akan meningkat ketika pekerja

mengalami stress atau ketika kapasitas kerja menurun akibat kelelahan.(11)

Sedangkan menurut OHSAS 18001:2007, kecelakaan kerja didefenisikan

sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan

cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian yang dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpotensi menyebabkan kerusakan

lingkungan. (16)

2.2.1 Teori Kecelakaan Kerja


Beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli mengenai kecelakaan kerja

yang dapat menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja.

1. Teori Domino Heinrich

Menurut teori ini, kecelakaan terjadi melalui hubungan beberapa faktor

penyebab kecelakaan kerja yang saling berhubungan sehingga menimbulkan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta beberapa kerugian lainnya. (12) Ada

lima faktor yang terhubung dalam rangkaian tersebut yaitu: lingkungan,

kesalahan manusia, perilaku atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan dan

cidera atau kerugian.(17)

Gambar 2.1 Teori Domino


10

Menurut Heinrich, kecelakaan itu dapat dihindari dengan cara

mengilangkan salah satu kartu domino, ia mengusulkan untuk menghilangkan

kondisi tidak aman atau tindakan tidak aman yang merupakan faktor utama

dalam urusan kecelakaan kerja. Teori ini memberikan dasar untuk langkah-

langkah pencegahan kecelakaan yang bertujuan untuk mencegah tindakan

tidak aman atau kondisi yang tidak aman. (17)

Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja yaitu: penyebab

langsung, penyebab tidak langsung, dan penyebab dasar kecelakaan kerja.

Faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor pekerjaan dan

faktor pribadi.(12) Menurut Heinrich, penyebab kasus kecelakaan kerja adalah

disebabkan oleh 88% perilaku tidak aman (unsafe act), 10% kondisi tidak aman

(unsafe condition) dan 2% faktor lain-lain (unavoidable).(18)

2. Model Gordon (1949)

Model ini digunakan untuk mempelajari hubungan kausal antara faktor

lingkungan dan penyakit. Teoti ini juga cocok untuk mempelajari hubungan

kausal antara faktor lingkungan dan kecelakaan. Maka untuk memahami

penyebab terjadinya kecelakaan, perlu adanya identifikasi karakteristik dari

pekerja yang menjadi korban kecelakaan, perantara (moderator) terjadinya

kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus diidentifikasi secara

terperinci.(19)

3. Model Haddon (1970)

Haddon matriks adaah paradigma yang paling umum digunakan di

bidang pencegahan cedera akibat pekerjaan. Konsep ini dikembangkan oleh

William Haddon tahun 1970, matriks ini melihat faktor yang berhubungan

dengan atribut pribadi, vektor atau agen atribut, dan atribut lingkungan sebelum,

selama, dan setelah cedera atau kematian. (19)


11

Dengan memanfaatkan kerangka kerja ini, kemudian dapat berpikir

tentang mengevaluasi kepentingan relatif dari faktor yang berbeda dan intevensi

desain.

Tabel 2.1 Model Haddon(19)

Phase Human Factors Vehicles and Environmental


Equipment Factors Factors
Pre-crash a. Information a. Roadworthiness a. Road design and
b. Attitudes b. Lighting road layout
c. Impairment c. Breaking b. Speed limits
d. Police d. Speed c. Pedestrian
enforcement management facilities
Crash a. Use of a. Occupant Crash-protective
restrains restraints roadside object
b. Impairments b. Other safety
devices
c. Crash-protective
desain
Post- a. First-aid skills a. Ease of access a. Rescue facilities
crash b. Access to b. Fire risk b. Congestion
medics

Mencegah cedera (Kesepuluh item yang sering disebut “Strategi Haddon”). Beberapa

cara yang mungkin dilakukan untuk mencegah cidera meliputi berbagai tahapan,

yaitu:(19)

1. Mencegah adanya penyebab;

2. Mencegah terjadinya penyebab;

3. Memisahkan penyebab dari pekerja;

4. Memberikan perlindungan bagi pekerja.


12

Meminimalkan jumlah penyebab yang ada, yaitu dengan cara: (19)

1. Mengontrol pola pelepasan penyebab untuk meminimalkan kerusakan;

2. Mengontrol interaksi antara penyebab dan pekerja untuk meminimalkan

kerusakan;

3. Meningkatkan ketahanan pekerja.

Tindakan sesudah kejadian, yaitu dengan cara: (19)

1. Memberikan respons, pengobatan yang cepat untuk pekerja;

2. Memberikan pengobatan dan rehabilitasi bagi pekerja.

2.2.2 Faktor-Faktor Kecelakaan Kerja


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja umumnya

disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Manusia

Penyebab kecelakaannya dari faktor menusia meliputi aturan kerja,

kemampuan pekerja, disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan

kecelakaan, ketidak cocokan fisik maupun mental, serta penggunaan alat yang

tidak sesuai dan tidak aman.(20)

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yaitu berupa mesin yang tidak dilengkapi oleh alat

pelindung, alat pelindung yang tidak dipakai, serta alat-alat kerja yang rusak.

Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor keadaan

lingkungan yang berpengaruh dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan

rumah tangga seperti rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku, dan

letak alat kerja yang tidak pada tempatnya. Ventilasi yang tidak sempurna

sehingga ruangan kerja berdebu dan lembab yang mengakibatkan ketidak

nyamanan saat bekerja serta pencahayaan yang tidak sempurna. (20)


13

2.3 Bahaya Kerja


Bahaya kerja adalah setiap keadaan di lingkungan kerja yang dapat

menimbulkan terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Jenis bahaya

kerja dapat diklasifikasikan antara lain:(21)

1. Bahaya Kimiawi

Bahaya kimiawi meliputi konsentrasi uap, gas, atau aerosol, dalam bentuk

debu atau fume yang berlebihan di lingkungan kerja. Para pekerja dapat terpajan oleh

bahaya kimiawi dengan cara inhalasi, absorbsi melalui kulit, atau dengann cara

mengiritasi kulit.

2. Bahaya Fisik

Bahaya fisik mencakup kebisingan, getaran, suhu lingkungan kerja yang

ekstrem, radiasi, dan tekanan udara.

3. Bahaya Biologis

Bahaya biologis mencakup jamur, bakteri, parasit, serangga, virus dan lain-

lainnya yang terdapat di lingkungan kerja. Para pekerja dengan sanitasi perorangan

atau lingkungan yang buruk, dan kebersihan lingkungan kerja yang tidak memadai,

dapat terpajan oleh bahaya biologis ini.

4. Bahaya Ergonomis

Bahaya ergonomis mencakup desain peralatan kerta, mesin, dan tempat kerja

yang buruk, aktivitas mengangkat beban, jangkauan yang berlebihan, penerangan

yang tidak memadai, getaran, gerakan yang berulang-ulang secara berlebihan, posisi

kerja yang janggal, dapat mengakibatkan timbulnya gangguan muskuluskeletal di

tempat kerja.

5. Bahaya Psikologis

Bahaya psikologis meliputi konflik antar personal, komunikasi yang tidak

adekuat, kurangnya kekuatan atau sumber daya untuk menyelesaikan masalah


14

pekerjaan, beban tugas yang terlalu berat, tidak adanya shift kerja, lembur kerja,

lingkungan tempat kerja yang kurang memadai dan lainnya.

2.4 Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mananggapi

risiko yang telah diketahui sebelumnya melalui rencana analisis risiko dan lainnya

untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin terjadi. Oleh karena itu

dibutuhkan upaya mengelola risiko melalui pendekatan manajemen risiko untuk

melindungi keselamatan dan kesehatan kerja, mensejahterakan pekerja dan

meningkatkan produktivitas. Salah satu manajemen K3 yang berlaku global adalah

OHSAS 18001.(3)

Menurut OHSAS 18001 yang dikutip Ramli (2010), sesuai persyaratan

OHSAS 18001, organisasi harus menetapkan prosedur mengenai identifikasi bahaya

(hazard identification), penilaian risiko (risk assessment), dan pengendalian bahaya

(determining control) atau disingkat HIRADC.(4)

2.4.1 Pengertian Risiko


Risiko adalah manivestasi atau permujudan potensi bahaya yang

mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara

pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah

sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi potensi

bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak

terjadi kerugian yang lainnya.(22)

Menurut OHSAS 18001, risiko adalah kombinasi dari kemungkinan

terjadinya bahaya atau paparan dengan keparahan dari cidera atau gangguan

kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut.(3)


15

2.4.2 Tujuan Manajemen Risiko


Menurut Australian Standard / New Zealand Standard 4360 tahun 1999,

tujuan manajemen risiko yaitu:(23)

1. Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan terjadi.

2. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalisasikan

kerugian

3. Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga memberikan

keuntungan bukan kerugian

4. Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua level.

5. Menyusun program yang tepat untuk meminimalisasi kerugian pada saar

terjadi kegagalan.

6. Menciptakan manajemen yang bersifat proaktif bukan reaktif..

2.4.3 Manfaat Manajemen Risiko


Manfaat yang dapat diperoleh dari menerapkan manajemen risiko antara

lain.(3)

1. Menjamin kelanjutan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap pekerjan

yang menyebabkan bahaya.

2. Mengurangi biaya untuk menanggulangi kejadian yang tidak diinginkan.

3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai

kelangsungan dan keamanan investasi

4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi untuk

setiap umur dalam organisasi perusahaan.

2.5 Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control


HIRADC merupakan serangkaian proses mengidentifikasi bahaya yang dapat

terjadi dalam aktivitas rutin ataupun nonrutin di perusahaan kemudian melakukan


16

penilaian risiko dari bahaya tersebut dan membuat program pengendalian bahaya

agar dapat diminimaliris tingkat risikonya ke yang lebih rendah dengan tujuan

mencegah terjadinya kecelakaan.(3)

HIRADC dimulai dengan menentukan klasifikasi perkerjaannya, lalu

kemudian mengidentifikasi bahaya yang mungkin terjadi sehingga didapatkan risiko.

Kemudian dilakukan penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mengurangi

bahaya dari setiap jenis pekerjaan yang dilakukan.

Tujuan dari HIRADC yaitu:(5)

1. Mengidentifikasi faktor penyebab kerusakan dan kecelakaan kerja.

2. Mempertimbangkan peluang-peluang yang mungkin menyebabkan kecelakaan

dan kemungkinan keparahan yang dapat ditimbulkan.

3. Memudahkan para perkerja dalam merencanakan, mengenal dan memonitor

pencegahan yang diterapkan.

Untuk mencapai tujuan dari HIRADC tersebut, maka dilakukanlah langkah-

langkah dalam menjalankan HIRADC, yaitu:(5)

1. Menentukan klasifikasi pajanan

2. Identifikasi bahaya

3. Penilaian risiko

4. Pengendalian risiko

2.5.1 Menentukan Klasifikasi Pekerjaan


Menentukan klasifikasi pekerjaan didasarkan pada kesamaan pekerja, yaitu: (5)

1. Wilayah geografis dan fisik bangunan baik di dalam maupun di luar

2. Tahapan dalam produksi atau proses pelayanan

3. Cakupan yang tidak terlalu besar seperti pembuatan mobil

4. Cakupan yang tidak terlalu kecil seperti memperbaiki baut

5. Tugas yang ditetapkan seperti loading, packing, mixing.


17

2.5.2 Identifikasi Bahaya


Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk

mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.(24)

Identifikasi bahya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan

atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat

ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat

dijalankan.(4)

Tindakan awal dari suatu sistem manajemen pengendalian risiko yang

merupakan suatu cara untuk mencari dan mengenali terhadap semua jenis kegiatan,

alat, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera atau sakit yang

bertujuan dalam upaya mengenali dampak negatif risiko yang dapat mengakibatkan

kerugian aset perusahaan, baik berupa manusia sebagai tenaga kerja, material, mesin,

hasil produksi, maupun finansial.(25)

Berikut merupakan cara mengidentifikasi bahaya yaitu:(24)

1. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja,

sistem kerja, kondisi kerja, dll) yang ada di tempat kerja

2. Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya.

3. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja

yang berhubungan degan objek-objek tersebut.

4. Meriview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya.

5. Mencatat seluruh hazard yang telah diidentifikasi.

Prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko harus

memperhatikan:(16)

1. Aktifitas rutin dan non-rutin

2. Aktifitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat kerja.


18

3. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya.

4. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada

kesehatan dan keselamatan pekerja di dalam kendali organisasi di

lingkungan tempat kerja.

5. Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja

yang terkait dalam kendali organisasi.

6. Prasarana, peralatan dan material di tempat kerja yang disediakan, baik

oleh organisasi maupun pihak lain.

7. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi,

aktivitas-aktivitas atau material.

8. Modifikasi sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan

dampaknya kepada operasional, proses dan aktivitas.

9. Rancangan area-area kerja, proses-proses, instalasi-instalasi,

mesin/peralatan, prosedur, operasional dan organisasi kerja, termasuk

adaptasinya kepada kemampuan manusia.

2.5.3 Penilaian Risiko


Menurut PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja lampiran I mengenai pedoman penerapan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bahwa penilaian risiko adalah proses

untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah diidentifikasi sehingga

digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko

kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Risiko adalah kemungkinan kerugian dari suatu bahaya yang dapat terjadi

pada periode waktu tertentu. Tingkat risiko merupakan hasil kombinasi antara

keparahan (severity), dan kekerapan (likelihood).(24) Sedangkan penilaian risiko

adalah proses evaluasi risiko-risiko yang diakibatkan dari bahaya-bahaya, dengan


19

mempertimbangkan kecukupan pengendalian yang dimiliki dan menentukan apakah

risiko dapat diterima atau tidak.(16)

Risiko bisa dilihat dari berbagai cara dalam menganalisis risiko tersebut

untuk mengambil keputusan pengendaliannya. Risiko adalah kombinasi antara

likelihood (L) dan severity (S) dalam sebuah bahaya yang spesifik. Secara matematis

risiko bisa dihitug melalui rumus berikut:(5)

Risk = L x S

L = likelihood

S = severity

Tingkat kekerapan atau peluang harus dipertimbangkan seberapa sering dan

berapa lama seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Dengan demikian daat

dibuat keputusan tentang tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi untuk

setiap potensi bahaya yang diidentifikasi. Penentuan tingkat keparahan dari suatu

kecelakaan juga memerlukan suatu pertimbangan tentang berapa banyak orang yang

ikut terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja yang

dapat terpapar potensi bahaya.(24)

Proses penilaian risiko ini dilakukan untuk menilai tingkat risiko kecelakaan

atau cidera dan sakit dengan melihat tabel pembanding likelihood dan severity.

Tabel 2.2 Penilaian Likelihood(5)

Tingkatan Penjelasan Contoh Penjelasan


5 Most Likely Terjadi hampir di semua keadaan
4 Possible Sangat mungkin terjadi hampir di semua keadaan
3 Conseivable Dapat terjadi sewaktu-waktu
2 Remote Kemungkinan terjadi jarang
1 Inconceivable Hanya terjadi pada keadaan tertentu
20

Tingkat kekerapan atau peluang (likelihood) harus dipertimbangkan seberapa

sering dan berapa lama seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Kemudian

ditentukan tingkatannya sesuai tabel:

Tabel 2.3 Penilaian Severity (5)

Tingkatan Penjelasan Contoh Penjelasan


5 Catastrophic Kematian, keracunan hingga ke luar area efek
gangguan, kerugian finansial sangat besar.
4 Fatal Cidera berat, kehilangan kemampuan produksi,
penanganan luar efek tanpa efek negatif, kerugian
finansial besar.
3 Serious Memerlukan perawatan medis, penanganan di
tempat dengan bantuan pihak luar, kerugian
finansial sedang.
2 Minor P3K, penanganan kecelakaan di tempat, kerugian
finansial kecil.
1 Negligible Tidak terjadi cidera yang berarti, kerugian finansial
sangat kecil.

Penentuan tingkat keparahan (severity) dari suatu kecelakaan juga diperlukan

pertimbangan atas berapa banyak orang yang ikut terkena dampak akibat kecelakaan

dan bagian-bagian tubuh mana saja yang dapat terpapar potensi bahaya. Kemudian

ditentukanlah tingkatanya sesuai tabel di atas. Setelah dilakukan penaksiran terhadap

likelihood dan severity, selanjutnya dapat ditentukan tingkat risiko dari masing-

masing bahaya yang telah diidentifikasi dan dinilai dengan tabel :

Tabel 2.4 Matriks Penilaian Tingkat Risiko(5)

Severity (S)
Likelihood (L) 1 2 3 4 5
5 5 10 15 20 25
4 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5
21

Nilai severity dan likelihood dimasukkan ke dala table matriks penilaian

tingkat risiko sehingga didapatkan tingkat risiko dari suatu pekerjaan atau

lingkungan kerja. Selanjutnya menentukan skala prioritas risiko untuk setiap potensi

bahaya yang telah diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian risiko.

Tabel 2.5 Tingkatan Prioritas Pengendalian Risiko (5)

Risiko Deskripsi
10-25 Extreme (sangat tinggi)
4-10 High (Tinggi)
3-6 Moderate (Sedang)
1-4 Low (Rendah)

Tindakan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan tabel di atas untuk

mengatasi risiko yang diteukan oleh penulis. Risiko tingi memerlukan penanganan

yang cepat untuk mengendalikan bahaya. Risiko sedang memerlukan perencanaan

dalam pengendaliannya. Risiko rendah masih dapat dipertimbangkan namun tidak

diabaikan.

2.5.4 Pengendalian Risiko


Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan yang

berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang positif.(23)

Tingkat pengendalian terhadap bahaya yang ada harus dilakukan sesuai dengan

hirarki pengendalian. Hirarki pengendalian bahaya yaitu:(5)

1. Sumber bahaya / at the Source of the hazard

a. Eliminasi

Teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya dari

pekerjaan, peralatan, proses, mesin, atau substansi lain yang memungkinkan

melindungi pekerja.
22

b. Substitusi

Teknik pengendalian ini dimaksudkan untuk mengganti bahan yang

berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau yang tidak berbahaya

sama sekali.

2. Engineering Control

a. Redesign

Proses-proses pekerjaan dirombak untuk menjadikannya lebih aman.

Perombahan dalam bentuk desain bisa dilihat dari bundar menjadi lonjong atau

semacamnya.

b. Isolation

Jika suatu bahaya tidak dapat dieliminasi maka bahaya tersebut dapat

diisolasi atau dijauhkan dari pekerja. Sebagai contoh ruangan yang terlindung

atau menggunakan pendingin ruangan dapat melindungi operator dari bahan

kimia beracun.

c. Automation

Proses-proses yang berbahaya dapat dijalankan oleh mesin atau robot.

Contohnya robot yang dikendalikan dengan komputer dapat mengoperasikan

pengelasan di pabrik mobil. Pengendalian dapat difokuskan pada perlindungan

pekerja terhadap bahaya yang ditimbulkan dari robot/mesin tersebut.

d. Barriers

Suatu bahaya dapat dihambat sebelum mengenai pekerja. Sebagai contoh

adalah penghalang khusus yang dapat mencegah timbulnya vedera mata akibat

pancaran radiasi atau pengelasan.


23

e. Absorption

Pencegahan bahaya dengan melakukan penyerapan pada bahaya, dapat

berupa bising yang dapat diserap oleh baffle kit.

f. Dilution

Bahan berbahaya atau bahan beracun dapat dikendalikan atau dicegah

melalui pengenceran atau aliran listrik. Sebagai contoh adalah aliran udara yang

beracun diencerkan untuk mencegah gas beracun terhirup oleh pekerja.

3. Administrative Control

a. Safe work prosedure

Pekerja diharapkan mengikuti prosedur kerja dan diawasi oleh

supervisor/mandor dan prosedur harus ditinjau ulang dalam jangka waktu

tertentu.

b. Supervision and training

Pengawasan dan pelatihan yang diberikan pada pekerja dapat mengurangi

pekerja terpapar dengan bahaya atas bantuan pelatihan yang telah dilewati oleh

pekerja dan pengawasan.

c. Job rotation

Rotasi kerja dapat mengurangi waktu para pekerja yang terpapar dengan

bahaya karena pekerja yang pekerjaannya selalu menggunakan tendon dan

pergerakan otor repetitif dapat dicegah. Proses kerja ditempat bising dapat

dirotasikan dengan jadwal yang jelas sehingga penurunan tingkat pendengaran

dapat dihindari.

d. Housekeeping, repair, and maintenance programs

Housekeeping termasuk pembersihan pembuangan zat sisa dan

pembersihan limbah serta pembersihan mesin dan peralatan kerja.


24

e. Hygiene

Praktek kebersihan dapat mengurangi risiko dari bahaya beracun yang

mungkin bisa terbawa oleh pekerja ke rumah dan keluarganya. Seperti baju yang

dipakai ke tempat kerja dipisah dengan baju kerja yang mungkin mengandung bahan

toksik.

4. Personal protektif equipment (PPE) / Alat Pelindung Diri (APD)

APD adalah cara pengendalian lain yang apabila cara lain tidak

memungkinkan dan ketika proteksi tambahan diperlukan. Para pekerja harus dilatih

dan untuk menggunakan dan memelihara APD. Pemeliharaan harus dilakukan untuk

memastikan bahwa alat tersebut bekerja dengan semestinya. Jika tidak, APD dapat

membahayakan pekerja karena APD tersebut menjadi tidak berarti.


2.6 Telaah Sistematis
Tabel 2.6 Telaah Sistematis

No. Nama Peneliti Tahun Judul Desain Hasil


1. Albert Wijaya, Evaluasi Kesehatan Dan Persentase kegiatan berbahaya pada seluruh
Togar Panjaitan, Keselamatan Keja Dengan Metode Observasi dan pekerjaan yaitu risiko extreme 0%, risiko high
2015
Herry Cristian HIRARC pada PT. Charoen deskriptif 23,53%, dan moderate 23,53%.
Pokphand Indonesia.
2. Lusia Analisis Risiko Keseatan Dan Tingkat risiko pada setiap tahap pekerjaan
Salmawati, Keselamatan Kerja Dengan terdapat risiko tergolong high 3, medium 3,
Observasi dan
Hasanah, 2017 Menggunakan Metode HIRARC dan low 1.
deskriptif
Bunniati Area Produksi PT Chungsung Kota
Palu
3. Mitbasman Analisis Risiko Pekerjaan Pada Penilaian risiko pada bagian produksi teragi
Mikra Bagia Produksi Dengan Metode atas 14 risikotinggi, 71 risiko sedang, dan 1
2017 Kualitatif
HIRARC di Perusahaan Karet PT. rendah.
BHB Kota Padang
4. Nella Ika Puspa Analisis Risiko Keselamatan dan Hasil identifikasi bahaya pada PT. Lembah
Dewi 2017 Kesehatan Kerja dengan Metode Deskriptif Analitik Karet terdapat risiko yang terbagi atas 6
HIRARC (Hazard Identification, extream risk, 37 high risk, 14 moderate risk,

25
26

Risk Assessment and Risk Control) dan 3 low risk.


Pada Area Produksi PT. Lembah
Karet Padang Tahun 2017
5. Anggraini Yuni Analisis Risiko Keselamatan Dan Hasil identifikasi didapatkan 53 sumber
Setiyowati kesehatan Kerja Pada Departemen bahaya. Penilaian risiko departemen
2018 Kualitatif
Woodyard PT. Riau Andalan Pulp woodyard terbagi aats 20 risiko ekstrim, 15
and Paper di Pangkalan Kerinci tinggi, 10 sedang, dan 11 rendah.
6. Nurul Alfatiah Analisis Potensi Bahaya dan Hasil identifikasi didapatkan sumber bahaya
Pengendaliannya di Bagian berasal dari alat angkut material, raw mill,
Produksi Pabrik Indarunh V PT. coal mill, suspension preheater, kiln, cooler,
2018 Semi Kuantitatif
Semen Padang dan cement mill. Penilaian risiko bagian
produksi terbagi atas 21 risiko sangat tinggi,
25 risiko priority 1, dan 2 risiko substansial.

Perbedaan Penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di PT. Igasar Kota Padang.

2. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi lapangan serta menggunakan formulir HIRADC.
2.7 Kerangka Teori
Berdasarkan teori manajemen risiko AS/NZS 4360:2004 maka dikembangkan

suatu kerangka teori yaitu:(23)

Manajemen Risiko

K M
O
Ruang Lingkup O
M N
U I
N T
K O
A Identifikasi Risiko R
S I
I N
G
&
Analisis Risiko
&
K
O R
N E
S Evaluasi Risiko V
U I
L E
T
W
A
S Pengendalian Risiko
I

Gambar 2.2 Kerangka Teori(23)

27
2.8 Alur Pikir
Alur pikir dalam penelitian merupakan prinsip dari HIRADC.

Identifikasi Bahaya
(Hazard Identification)
Identifikasi proses
produksi:
- pengumpulan dan
pemuatan material
- penggilingan material
- pengadukan
- produksi beton cetak

Analisis dan Penilaian


Risiko (Risk Assessment)
- Severity
- Likelihood

Pengendalian Bahaya
(Determining Control)
- Eliminasi
- Subtitusi
- Engineering control
- Adminidtrative
control
- Alat pelindung diri

Gambar 2.3 Alur Pikir

28
BAB 3 : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan pendekatan manajemen risiko

dengan metode Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control

(HIRADC). Metode ini berguna untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan

faktor risiko yang dapat menjadi penyebab kecelakaan dan kemungkinan keparahan

yang ditimbulkan, sehingga memudahkan pekerja dalam merencanakan, mengenal

dan memonitor pengendalian risiko serta pencegahannya.

3.2 Waktu dan Tempat


Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Juni 2019. Tempat penelitian

yaitu bagian produksi beton jadi dan beton cetak PT. Igasar yang berlokasi di

Indarung Kota Padang.

3.3 Informan Penelitian


Informan pada penelitian ini dipilih menggunakan teknik Purposive Sampling

yaitu informan tidak dipilih secara acak, tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti

dengan mempertimbangkan siapa yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan

informan.

Informan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi 3 bagian:

1. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini yaitu pekerja yang bekerja langsung di

tahapan produksi PT. Igasar yaitu pengumpulan dan pemuatan material,

penggilingan material, pengadukan material serta produksi beton cetak.

29
30

2. Informan Kunci

Informan kunci yaitu informan yang tidak terlibat langsung dengan pekerjaan

namun berpengalaman dan ahli di bidang tersebut. informan kunci dalam

penelitian ini adalah kepala produksi sebagai pengawas bagian produksi PT.

Igasar.

3. Informan Pendukung

Informan pendukung yaitu informan yang memiliki andil dalam penanganan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) perusahaan. Informan kunci dalam

penelitian ini adalah kepala bagian K3 PT. Igasar.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Pedoman wawancara dan lembar observasi untuk mengidentifikasi bahaya

yang terdapat di bagian produksi PT. Igasar.

2. Tabel HIRADC untuk menganalisis bahaya-bahaya yang ada di setiap

tahapan produksi PT. Igasar.

3. Alat perekam suara dan video (Handphone)

4. Alat tulis

5. Kamera

6. Kertas catatan

3.5 Sumber Data


1. Data Primer

Pengumpulan data primer berupa gambaran bahaya dan risiko serta

pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan diperoleh dengan cara

melakukan observasi terhadap peralatan yang digunakan, kondisi tempat kerja dan
31

tahapan produksi. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara terstruktur terhadap

pekerja tiap tahapan produksi, pimpinan produksi dan bagian personalia.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data perusahaan yaitu berupa profil perusahaan,

dokumen K3 perusahaan, data kecelakaan dan data pendukung lainnya yang tersedia

di PT. Igasar .

3.6 Keabsahan Data


Peneliti menggunakan teknik triangulasi sebagai teknik untuk mengecek

keabsahan data yang ada. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dan

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara dengan

objek penelitian.(26)

Menjaga keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi yaitu:

a. Triangulasi sumber data dilakukan degan manggali informasi melalui berbagai

metode da sumber perolehan data baik berupa catatan resmi maupun arsip dan

tulian pribadi serta gambar atau foto.(27)

b. Triangulasi metode, dilakukan dengan mengecek data kepada smber yang sama

dengan teknik yang berbeda, yaitu observasi dan wawacara.(28)

Untuk mengurangi subjektifitas, maka dilakukan prosedur validasi data yaitu

dengan melakukan pemeriksaan oleh ahli (pembimbing) dan mempertimbangkan

jawaban dari responden dan kepustakaan.

3.7 Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan untuk menganalisis risiko di tahapan proses

produksi dengan menggunakan formulir HIRADC. Pengolahan data yang dilakukan

peneliti adalah sebagai berikut:


32

a. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan

dokumen

b. Melakukan identifikasi bahaya berdasarkan data yang telah diperoleh.

3.8 Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini yaitu menghitung nilai likelihood dan

severity dari tiap risiko yang ditemukan sehingga bisa menentukan tingkatan risiko

dari suatu pekerjaan atau kondisi lingkungan pekerjaan pada bagian produksi PT.

Igasar. Penentuan likelihood dan severity didapatkan berdasarkan hasil wawancara,

data kecelakaan kerja, dan pengendalian yang sudah ada di PT. Igasar Kota Padang

menggunakan metode HIRADC.

Rumus yang digunakan yaitu:

Risk = L x S

L = likelihood

S = severity

3.9 Penyajian Data


Data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tabel HIRADC dan

dilengkapi dengan hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil

pengamatan lapangan dan analisis dokumen.


3.10 Definisi Istilah
Tabel 3.1 Defenisi Istilah
Cara
Variabel Definisi Istilah Skala Hasil Ukur
Pengukuran
Hazard Segala sesuatu yang Observasi dan Formulir Ditemukan
(Potensi berpotensi menyebabkan wawancara HIRADC potensi bahaya
Bahaya) luka, cedera atau penyakit dan jenis
pada manusia, kerusakan bahaya.
atau gangguan lingkungan,
properti atau harta benda,
gedung dan peralatan
lainnya.
Likelihood Peluang terjadinya suatu Observasi dan Formulir 5= Most likely
(peluang) kecelakaan mulai dari wawancara HIRADC 4= Possible
pajanan hingga 3= Conceivable
menimbulkan suatu 2= Remote
kecelakaan dan 1=
dampaknya. Inconceivable
Severity Akibat atau dampak yang Observasi dan Formulir 5= Catastrophic
(Dampak/ mungkin ditimbulkan dari wawancara HIRADC 4= Fatal
keparahan) suatu kejadian. 3= Serious
2=Minor
1=Negligible
Risk Tingkat risiko keselamatan Matriks Matriks 10-25= Extreme
(Tingkat kerja penilaian Analisis 4-10= High
Risiko) risiko Risiko 3-6= Moderate
1-4= Low
Determining Tindakan untuk Observasi dan Formulir 1. Eliminasi
Control meminimalisasi efek wawancara HIRADC 2. Substitusi
(Pengendali negatif atau meningkatkan 3. Engineering
an Risiko) peluang positif. control
4. Administrati
ve control
5. APD

33
BAB 4 : HASIL

4.1 Gambaran Umum Perusahaan


4.1.1 Profil Perusahaan
nPT. Igasar merupakan salah satu perusahaan yang terafiliasi di Semen

Padang Group. PT. Igasar terletak di Jl. Indarung, Lubuk Kilangan, Kota Padang,

Sumatera Barat yang didirikan pada 12 September 1974. PT Igasar memiliki total

luas area 15.000 m2, sedangkan luas area bagian produksi 6000 m2.

Sejarah PT. Igasar bermula dari proyek khusus PT. Semen Padang pada tahun

1971, arah dan tujuan proyek khusus ini semakin jelas setelah bentuknya dirubah

menjadi “Yayasan Igasar Semen Padang” dengan akte notaris No. 25. Yayasan ini

didirikan dengan dasar dan tujuan untuk membantu tugas PT. Semen Oadang

terutama dalam bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Kegiatan komisi ekonomi dari

Yayasan Igasar ini berkembang terutama dalam hal pengangkutan semen. Melihat

prospek Yayasan Igasar Semen Padang ini, maka dirobahlah status komisi ekonomi

yang ada menjadi suatu Perseroan Terbatas (PT) yang resminya terbentuk pada

tanggal 12 September 1974 dengan akte No. 17.

Gambar 4.1 Peta Lokasi PT. Igasar

34
35

Kantor pusat PT. Igasar berada di dalam kawasan PT. Semen Padang.

Sedangkan bagian produksi PT igasar letaknya terpisah dari kantor pusat. Bagian

produksi PT. Igasar terletak di kawasan Packing Plan Indarung (PPI).

Perkembangan usaha yang meningkat sehubungan dengan demand konsumen

yang sangat banyak, untuk itu PT. Igasar juga memproduksi dan melayani

permintaan terhadap concrete panel, jasa alat berat, ready mix, real estate serta

perdagangan umum. Mulai tahun 2000 PT. Semen Padang mempercayai PT. Igasar

untuk mengelola bengkel pabrikasi dan konstruksi. Sekarang PT. Igasar memiliki

kegiatan usaha di bidang distributor semen, jasa transportasi dan rental alat berat,

industri bahan bangunan berbasis semen (Ready Mix dan beton cetak), dan General

Contractor (kontraktor umum). nPT. Igasar memproduksi beton jadi dan beton cetak,

beton cetak terdiri dari hollow brick, dan paving block. (10)

Tabel 4.1 Kapasitas Produksi

Jenis Produksi Kapasitas Produksi


Beton Jadi 2500 m3/bulan
Hollow Brick 1200 buah/hari
Paving Block 2000 buah/hari
Sumber: Divisi Produksi PT. Igasar

Gambar 4.2 Peta Bagian Produksi PT. Igasar


36

Bagian Produksi PT. Igasar memiliki 4 tahapan produksi, yaitu pengumpulan

material di stockpail, penggilingan material, pengadukan material dan produksi beton

jadi. PT. Igasar telah diaudit SMK3 sejak tahun 2017 dan telah mendapatkan

Sertifikasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan sertifikasi ISO

9001 (Standarisasi Manajemen Mutu). Total pekerja pada PT Igasar pada tahun

2019 yaitu 125 orang.

4.1.2 Jenis Peralatan dan Sarana Produksi


Ditinjau dari fungsinya peralatan produksi di PT. Igasar dapat dikategorikan

menjadi beberapa kategori antara lain:(29)

1. Peralatan pengangkutan dan penyimpanan material (stockpail)

a. Kendaraan Wheel loader

Secara umum wheel loader adalah alat yang digunakan untuk mengangkat

material atau mengangkut material dari stockpail yang akan dimuat ke dalam

stone crusher. Fungsi Utamanya adalah untuk memuat dan mengangkut

material dari stockpail ke atas dumptruck, mengisi hopper stone crusher, dan

batching plant. Penggunaan alat ini yaitu pada area yang datar.

b. Penyimpanan (Stock pail)

Fungsi dari stock pail adalah untuk menyimpan bahan baku atau material

untuk pembuatan beton, seperti pasir, semen, dan kerikil. Stock pail terbagi

atas 3, yaitu untuk penyimpanan abu batu, penyimpanan split dan

penyimpanan semen (silo semen).

2. Peralatan penggilingan material (stone crusher)

Secara umum peralatan penggilingan material menggunakan mesin stone

crusher berfungsi sebagai alat untuk memecahkan batu alam menjadi ukuran

yang lebih kecil sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan. Jenis stone crusher

yang digunakan di PT. Igasar yaitu jaw primery untuk pemecahan tahap pertama
37

dan jaw secondary untuk pemecahan tahap kedua. Hasil dari stone crusher yaitu

berupa abu batu dan split. abu batu nantinya akan digunakan untuk pembuatan

beton cetak dan split untuk ke batching plan.

3. Peralatan Pengadukan Material (Batching plan)

Batching plant merupakan alat yang berfungsi untuk

mencampur/memproduksi beton ready mix dalam produksi yang besar. Bagian-

bagian dari batching plan yaitu: silo semen, belt conveyor, bin, storahe bin, dan

timbangan. Alat berat yang digunakan yaitu dump truck, wheel loader, cement

truck, dan concrete mixer truck.

4. Peralatan Beton Cetak

Produksi beton cetak di PT. Igasar terbagi atas 2 yaitu produksi hollow

brick dan pavingblock. Untuk hollow brick menggunakan mesin RH5,

sedangkan untuk pavingblock menggunakan mesin KY. Pada dasarnya tata cara

penggunaan mesin ini sama, yang membedakan hanyalah cetakannya.

4.1.3 Jumlah Karyawan dan Waktu Operasi Pabrik


Bagian Produksi PT. Igasar beroperasi dalam satu minggu yaitu 5 hari kerja

dengan jam kerja dimulai pada pukul 08.00 - 17.00 WIB. Terkecuali jika ada

tambahan pesanan sehingga pekerja dapat bekerja hingga hari Sabtu dan Minggu.

Jumlah karyawan PT. Igasar tahun 2019 yaitu 125 orang. Tenaga kerja yang terlibat

dalam operasional produksi ini berjumlah 40 orang dengan klasifikasi dan kualifikasi

tertentu.

Jumlah hari kerja dalam seminggu : 5 hari kerja

Jumlah jam kerja per hari : 9 jam kerja

Jam kerja : 08.00-17.00


38

4.1.4 Kecelakaan Kerja


Gambaran jumlah kecelakaan kerja selama 5 tahun terakhir di bagian

produksi PT. Igasar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Kecelakaan Kerja (30)

No. Tahun Jumlah

1. Tahun 2014 3 kasus

2. Tahun 2015 3 kasus

3. Tahun 2016 2 kasus

4. Tahun 2017 3 kasus

5. Tahun 2018 2 kasus

Sumber: Data Primer dan Sekunder

Berdasarkan tabel 4.2 maka dapat dilihat jumlah kasus kecelakaan kerja yang

terdapat pada bagian produksi PT. Igasar. Sedangkan hingga Bulan April 2019,

terdapat satu kecelakaan kerja yang terjadi pada bagian produksi. Jenis kecelakaan

kerja yang pernah terjadi yaitu terpeleset, jatuh, dan tertimpa, terjepit, accu mobil

meledak sehingga menyebabkan pekerja mengalami cidera, luka, bahkan patah

tangan serta muka dan mata pekerja terkena air aki.(30)

4.1.5 Tahapan Produksi PT. Igasar


Alur produksi di PT. Igasar dimulai dari pengumpulan bahan baku,

penggilingan material, pengadukan material, dan produksi beton cetak. Berikut

tahapan produksi di PT. Igasar Padang: (31)

1. Pengumpulan bahan baku

Bahan baku dikumpulkan di area stock pail. Dimulai dari area stock pail

selanjutnya dilakukan proses preblending untuk menghomogenkan bahan baku

yang digunakan sehingga didapat kualitas serta kuantitas bahan baku yang

diinginkan. Pada area stockpail bahan baku ditumpuk dengan tumpukan yang
39

tinggi sesuai jengan jenis masing-masing material. Area stockpail terletak di

tempat yang tinggi berupa hamparan yang luas dengan tumpukan-tumpukan

material di atasnya.

2. Penggilingan material

Penggilingan material merupakan tahapan selanjutnya pada proses

produksi. Penggilingan material menggunakan alat bernama stone crusher. Pada

tahap penggilingan material, ruangan operator atau pekerja berada lebih tinggi

dari pada mesin stone crusher. Ruangan operator berada sama tinggi dengan

area stockpail dan peralatan mesin stone crusherberada dibawahnya.

Langkah-langkah pekerjaannya yaitu material dipindahkan dari stock pail

ke hopper bahan baku menggunakan mesin wheel loader. Lalu dari hopper

turun ke jaw primery (pemecah pertama), hasil dari jaw primery dibawa oleh

betl conveyor ke feeder I. Di feeder 1 dilakukan penyaringan, keluarannya yaitu

berupa abu batu,split I/II, lalu sisa dari feeder I masuk ke jaw secendary,

selanjutnya dibawa oleh belt convyeor ke feeder II, di vidder II dikeringkan

kembali. Keluarannya yaitu abu batu, split I/II, dan sisanya kembali ke jaw

secondary. Hasil dari stone crusher nantinya yaitu berupa abu batu akan

digunakan untuk ke beton cetak, sedangkan untuk split I/II untuk ke batching

plant.

3. Pengadukan material

Pengadukan material menggunakan mesin bernama batching plan.

Material yang dibutuhkan saat pengadukan yaitu pasir, split, semen, air, dan zat

adiktif. Operator atau pekerja bekerja pada sebuah ruangan yang terletak di

sebelah mesin batching plan. Langkah-langkahnya yaitu material diisikan ke

dalam hopper menggunakan mesin wheel loader. Material ditimbang sesuai


40

dengan komposisi yang dibutuhkan, lalu dipindahkan menggunakan bell

conveyor ke dalam truk mixer untuk proses pengadukan. Lalu saat proses

pengadukan dilakukan stel akhir untuk menyesuaikan sesuai dengan permintaan

konsumen. Timbangan untuk proses pengadukan terbagi 3, yaitu: timbangan

untuk pasir, timbangan untuk split dan timbangan untuk semen.

4. Produksi Beton Cetak

Selain memproduksi beton jadi, PT. Igasar juga memproduksi beton

cetak. Produksi beton cetak menggunakan abu batu dan semen. Beton cetak yang

di produksi oleh PT. Igasar yaitu hollowbrick dan pavinblock. Proses pembuatan

hollowbrick dan pavinblock sama, yang membedakan hanya cetakannya saja.

Prosesnya yaitu material dimasukan ke dalam bucket, lalu dari bucket

dicurahkan ke mixer. Saat di mixer dilakukan pengadukan dan pencampuran air.

Setelah rata dituangkan ke mesin pencetakan. Pada mesin pencetakan dilakukan

pemadatan menggunakan press dan getaran. Selanjutnya langkah terakhir dari

produksi beton cetak yaitu pengeringan. Beton cetak diangkat dari mesin

cetakan, lalu hasil cetakan dipindahkan ke hamparan pertama yang tidak

terpapar sinar matahari, lalu setelah 15 jam dipindahkan ke hamparan kedua

yang terpapar sinar matahari (stockpail).

4.1.6 Karakteristik Informan


Data primer yang didapatkan oleh peneliti dalam penelitian ini merupakan

hasil wawancara dan observasi lapangan mengenai bahaya dan risiko yang ada pada

bagian Produksi PT. Igasar Padang. Wawancara dilakukan terhadap 8 orang

informan terkait dengan bahaya dan risiko yang ada di bagian produksi PT. Igasar.
41

Tabel 4.3 Karakteristik Informan Wawancara

Kode
Jabatan Jenis Kelamin Umur Masa Kerja
Informan
Inf-1 Ahli K3 Laki-laki 46 tahun 14 tahun
Kepala bagian
Inf-2 Laki-laki 51 tahun 11 tahun
produksi
Seksi Operasional
Inf-3 Laki-laki 31 tahun 7 tahun
Produksi
Inf-4 Pekerja wheel loader Laki-laki 39 tahun 8 tahun
Inf-5 Pekerja stockpail Laki-laki 49 tahun 5 tahun
Inf-6 Pekerja batching plan Laki-laki 49 tahun 20 tahun
Inf-7 Pekerja hollow brick Laki-laki 45 tahun 10 tahun
Inf-8 Pekerja pavingblock Laki-laki 30 tahun 3 tahun
Sumber: Data Primer

4.2 Identifikasi Bahaya


Identifikasi bahaya yang dilakukan di bagian Produksi PT. Igasar

menggunakan metode HIRADC. Identifikasi bahaya dilakukan dengan wawancara

pekerja, observasi lapangan dan telaah dokumen yang dapat menjadi sumber

masukan untuk mengetahui bahaya yang ada di bagian produksi PT. Igasar mulai

dari tenpat pengumpulan material, penggilingan material, pengadukan material,

hingga pencetakan beton cetak.

4.2.1 Bahaya dan Risiko di Bagian Stock Pail


Bahaya-bahaya yang terdapat pada tempat pengumpulan dan penyimpanan

material berupa alat berat wheel loader dan tumpukan material. Sumber bahaya

tersebut diperoleh dari wawancara dengan pekerja, seperti yang diperoleh dari

informan berikut:

“....Bisa lo tagaliciak masinnyo tu diak, dek materialnyo tu kerikil kan,


kadang licin”(Inf-3)

“....Yang paliang bahayo bana yang pacah selang os diak, kok kanai ka
muko jo badan bisa luko baka, soalnyo isinyo oli” (inf-4)

“... sumber bahaya di igasar ini ada ya, tapi untuk kecelakaan jarang terjadi.
Kita sudah mempunyai HIRADC yang diperbaharui setiap satu kali setahun. Kalau
di bagian stockpail paling bahayanya terjatuh atau tersandung...” (Inf-1)
42

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan peneliti juga

menemukan bahaya berupa genangan air di stock pail. Jenis kecelakaan kerja yang

pernah terjadi di bagian stock pail berupa terluka yang mengakibatkan cidera ringan.

Gambar 4.3 Bahaya di Area Stockpail


Kesimpulan identifikasi bahaya dan risiko di bagian stock pail merupakan

hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen perusahaan dapat ditunjukan

sebagai berikut:

Tabel 4.4 Identifikasi bahaya kerja di Area Stockpail

Kegiatan /
Sumber Bahaya Dampak
Pekerjaan
Pengangkutan Kendaraan wheel a. Terkena jatuhan
material loader material
b. Terjatuh dari
kendaraan
c. Wheel loader
terguling
Debu dari material Gangguan Pernapasan
Beraktifitas di Ketinggian Terjatuh
area tinggi
Pelumasan mesin Penggunaan oli a. Sumber api dari
rembesan oli
b. Terpeleset
Pecah selang os Luka bakar karena oli
Aktifitas di Longsoran material Tertimpa material
semua area
Genangan air Terpeleset
Kebisingan akibat Gangguan pendengaran
mesin stone crusher
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
43

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada area stock pail terdapat 8 sumber

bahaya dengan 11 risiko atau dampaknya.

4.2.2 Bahaya dan Risiko di Bagian Penggilingan


Bahaya-bahaya yang terdapat pada tempat penggilingan material yaitu berupa

alat stone crusher dan material produksi. Sumber bahaya tersebut diperoleh dari

wawancara dengan pekerja, seperti yang diperoleh dari informan berikut:

“...kalau bahaya di bagian stone crusher tu biasanya karna bising, soalnya


alatnya berisik jadi harus pakai pengaman telinga...” (inf-2)

“...kalau bahayanyo banyak diak, ndk buliah wak dakek-dakek jo masin.


Kalau kanai bisa aut(mati) kito kan, tu material ko kan tinggi lataknyo dari awak,
bisa kanai wak deknyo...” (inf-5)
“bahaya di mesin stone crusher tu ya bisa terjepit karna mesin, karna rambu-
rambu tanda bahaya masih kurang ya....sudah dibuatkan program pengamanannya
tapi ya belum ada dana, belum jalan.” (Inf-1)

Observasi langsung yang dilakukan peneliti di lapangan memperkuat

pernyataan yang disampaikan oleh informan, ditambah bahaya yang terdapat di stone

crusher berupa sumber arus listrik, kebisingan, debu, serta kejatuhan material.

Gambar 4.4 Bahaya di Bagian Penggilingan Material


Kesimpulan identifikasi bahaya dan risiko di bagian penggilingan material

merupakan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen perusahaan dapat

ditunjukan sebagai berikut:


44

Tabel 4.5 Identifikasi Bahaya di Bagian Penggilingan

Kegiatan /
Sumber Bahaya Dampak
Pekerjaan
Pemeliharaan Kebisingan Kehilangan pendengaran
mesin
Proses a. Material panas a. Tertimpa jatuhan material
penggilingan b. Benda berputar b. Terpapar debu mateial
material c. Tindakan tidak aman c. Terluka karena mesin
Pengecekan Arus listrik a. Pekerja tersengat arus listrik
mesin b. Konsleting listrik
c. Kebakaran
Semua a. Gempa bumi a. Tertimpa reruntuhan
kegiatan di b. Longsoran material b. Tertimpa longsoran material
sekitar area c. Genangan air c. Terpeleset
a. Ketinggian a. Terjatuh
b. Tindakan tidak aman b. Terjepit
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pada bagian penggilingan bahan

menggunakan alat stone crusher terdapat 10 sumber bahaya dengan 12 risiko atau

dampaknya.

4.2.3 Bahaya dan Risiko di Bagian Pengadukan Material


Sumber bahaya pada bagian pengadukan material menggunakan alat batching

plan yaitu berupa kebisingan dari alat batching plan, genangan air di sekitar area,

dan arus listrik. Seperti yang diperoleh dari informan berikut:

“....Batching plan ko pakai zat adiktif, tapi lai ndk langsuang bakontak do,
pakai selang. Tu paliang banyak abu nyo, tapi lai diwajibkan pakai masker satiok
bakarajo” (Inf-3)

“....Kalau di batching plan paling ribut, tapi sudah biasa dan ada pakai
APD, ada baok tiok hari, bilo apo(tidak dipakai) di bukak kan. Tu bila konslet ini
besi semua kan, kalau konslet bahaya kita kan. tu alat bekonfeor kalau seandainya
ndak pas jalannya bisa material terbuang-buang,kena kita nanti kan” (Inf-6)

“...batching plan ni kita pakai bahan kimia ya, jadi bahayanya karna bahan
kimia, kalau kena ke kita bisa iritasi ke kulit dan mata kan... bising juga bisa jadi
bahayanya karna pengaman mesin belum ada tapi sudah dibuatkan programnya,
hanya saja belum jalan” (Inf-1)
45

Observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti menemukan sumber bahaya

lain berupa genangan air di sekitar area batching plan, jenis kecelakaan kerja yang

pernah terjadi di bagian pengadukan yaitu berupa terjepit karena mesin, konsleting

listrik.

Gambar 4.5 Bahaya di Bagian Penggilingan Material


Kesimpulan identifikasi bahaya dan risiko di bagian pengadukan material

merupakan hasil wawancara, observasi langsung, dan telaah dokumen perusahaan

yang dapat ditunjukan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Identifikasi Bahaya Kerja di Bagian Pengadukan Material

Kegiatan /
Sumber Bahaya Dampak
Pekerjaan
Pemindahan Kendaraan wheel a. Wheel loader terguling
bahan/material loader b. Terjatuh dari kendaraan
a. Genangan air a. Mesin wheel loader
b. Debu tergelincir
b. Terpapar debu material
Pemuatan Arus listrik a. Konsleting listrik
material b. Pekerja tersengat arus
listrik
Tindakan tidak aman Tidak menggunakan APD
Zat kimia berbahaya Iritasi mata dan kulit
Pengadukan Kebisingan Terpapar saat berada di
material sekitar area
Material Tertimpa material
Stel akhir Tindakan tidak aman Tergelincir, tidak
menggunakan APD saat stel
akhir
46

Kegiatan di a. Gempa bumi a. Tertimpa reruntuhan


semua area b. Longsoran b. Tertimpa material
material
Genangan air Terpeleset / tergelincir
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada bagian pengadukan material terdapat

12 sumber bahaya dengan 14 risiko atau dampaknya.

4.2.4 Bahaya dan Risiko di Bagian Produksi Beton Cetak


Sumber bahaya pada bagian pembuatan beton cetak berupa terpeleset,

terjepit, dan bangunan yang kurang layak. Seperti yang diperoleh dari informan

berikut:

“kalau sumber bahaya di bagian ko banyak yo, cuma lai jarang tajadi.
Misalnyo sling putus jadi kalau taimpok ka tangan bisa putuih tangan deknyo, tu
kalau ribuik ko penyesuaian se, kok sakali-sakali memang taraso ribuiknyo, tapi kok
lah tiok hari penyesuaian se lai diak, kalau abu emang ado, tapi dilua area ko, ndak
di area iko do.” (inf-7)

“bahayo nyo disiko paliang bangunan ko, lah lamo. Ndak ado diperbaiki,
jadi kok gampo bisa runtuah. tu iko becek dek bocor atoknyo jadi aia taganang bisa
tagaliciak.” (inf-8)

“....produksi beton cetak ni letaknya di dalam bangunan ya, kondisi


bangunan sudah kurang layak, mengancam keselamatan pekerja...” (Inf-1)

Observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti menemukan sumber bahaya

lain berupa tertimpa material serta debu yang ada di sekitar area karena pekerja yang

tidak menggunakan masker saat bekerja. Jenis kecelakaan kerja yang pernah terjadi

di bagian produksi beton cetak ini yaitu berupa terpeleset dan tangan terjepit.

Gambar 4.6 Potensi Bahaya di Bagian Produksi Beton Cetak


47

Kesimpulan identifikasi bahaya dan risiko di bagian produksi beton cetak

merupakan hasil wawancara, observasi, dan telaah dokumen perusahaan dapat

ditunjukan sebagai berikut :

Tabel 4.7 Identifikasi Bahaya Kerja di Bagian Produksi Beton Cetak

Kegiatan / Sumber
Dampak
Pekerjaan Bahaya
Pengankutan Kebisingan Kehilangan pendengaran
material Sling putus Tertimpa hopper
(hopper)
Pemindahan Debu Gangguan pernapasan
material Alat (palu atau Terluka karena tidak
besi) menggunakan APD
Pengadukan Alat mixer Tangan terjepit karena mixer
material
Pencetakan Mesin press Tertimpa mesin press
Hasil cetakan Tertimpa hasil beton cetak
Pengangkutan Serpihan benda Terluka karena tidak
hasil beton cetak tajam menggunakan APD
Pemeliharaan Arus listrik Konsleting listrik
mesin
Aktifitas di Bangunan Tertimpa bangunan
sekitar area
Genangan air Tergelincir
Gempa Tertimpa bangunan dan Hasil
Produksi
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahya pada bagian produksi beton cetak terdapat

11 sumber bahaya dengan 12 risiko atau dampaknya.


Tabel 4.8 Matriks Triangulasi Metode

No. Aspek Wawancara Telaah Dokumen Observasi Kesimpulan

1. Bahaya Sumber bahaya di bagian Berdasarkan dokumen Berdasarkan hasil Terdapat beberapa bahaya pada
bagian stockpail berupa area identifikasi bahaya terdapat observasi ditemui bahaya area stockpail yaitu area, alat,
Stockpail kerikil, alat, dan mesin bahaya tertimpa, terjepit, lain berupa genangan air, mesin, ketinggian, genangan air,
yang kurang aman. tersandung, terluka ketinggian, oli, longsoran oli, longsoran material, dan
material dan kebisingan. kebisingan

Risiko Risiko kerja yang terdapat Risiko nya yaitu terluka, Dengan risiko berupa Risiko kerja berupa mesin
bagian pada bagian Stock pail patah, terkilir dan luka. terpeleset, terjatuh, tergelincir, pecah selang os, pekerja
StockPail yaitu mesin tergelincir Data kecelakaan kerja pada tertimpa longsoran terpeleset, terjatuh, tertimpa
kerikil, dan pecah selang tahun 2017 yang ada yaitu material, dan gangguan longsoran maetrial, dan gangguan
os. tertimpa material dengan pendengaran pendengaran
cidera luka di kepala
2. Bahaya Sumber bahaya di bagian Terjatuh, terjepit, Berdasarkan hasil Terdapat bahaya yaitu kebisingan,
bagian penggilingan yaitu berupa tersandung, terputar mesin, observasi yang ditemui mesin, material, debu, arus listrik,
Penggiling kebisingan, mesin, dan terputar belt conveyor. bahaya lain berupa sumber dan material.
an material. arus listrik, dan debu.

Risiko Risiko kerja yang terdapat Dengan risiko kematian, Dengan risiko berupa luka Risiko kerja berupa kebakaran,
bagian pada bagian penggilingan patah, terkilir, luka. bakar atau kebakaran, dan kehilangan pendengaran, gangguan
Penggiling yaitu kehilangan Data kecelakaan kerja pada gangguan pernapasan. pernapasan, dan tertimpa material
an pendengaran karena tahun 2017 yang ada yaitu
kebisingan, terluka, tangan terjepit
tertimpa material

3. Bahaya Sumber bahaya di bagian Bahaya terjatuh, tersandung Hasil observasi Bahaya yang ada yaitu berupa zat
bagian pengadukan yaitu berupa terkena zat kimia, dan menunjukan bahaya lain adiktif, , debu, kebisingan, mesin,

48
49

pengaduka penggunaan zat adiktif, konsleting berupa genangan air di konsleting listrik, genangan air di
n debu, kebisingan, mesin, sekitar areadan mesin sekitar areadan mesin wheel loader
dan konsleting listrik. wheel loader

Risiko Risiko kerja yang terdapat Risikonya yaitu patah, Risiko yang dapar terjadi Risiko kerja berupa terpapar zat
bagian pada bagian pengadukan terbakar, iritasi mata dan yaitu tergelincir, terjatuh, adiktif, kehilangan pendengaran,
pengaduka yaitu terpapar zat adiktif, kulit. serta mesin wheel loader gangguan pernapasan, kebakaran,
n kehilangan pendengaran, yang terguling atau tertimpa material, tergelincir,
gangguan pernapasan, dan tergelincir. terjatuh, serta mesin wheel loader
kebakaran. yang terguling atau tergelincir.

4. Bahaya Sumber bahaya di bagian Identifikasi bahaya yang ada Bahaya berupa debu, Bahaya yang ada berupa sling
bagian produksi beton cetak yaitu yaitu terjatuh, tersandung, material, tidak putus, mesin press, kebisingan,
produksi berupa sling putus, mesin konsleting menggunakan APD, dan bangunan, genangan air, debu,
beton press, kebisingan, arus listrik. material, tidak menggunakan APD,
cetak bangunan, dan genangan dan konsleting listrik.
air.

Risiko Risiko kerja yang terdapat Risikonya yaitu patah, Risiko kerja yang ada Risiko kerja berupa kehilangan
bagian pada bagian produksi terbakar, kebakaran berupa gangguan anggota tubuh, tertimpa mesin,
produksi beton cetak yaitu Data kecelakaan kerja yang pernapasan, tertimpa kehilangan pendengaran, tertimpa
beton kehilangan anggota tubuh, terjadi tahun 2019 yaitu material, terluka karena bangunan, tergelincir, gangguan
cetak tertimpa mesin, kehilangan tergelincir karena genangan tidak menggunakan APD, pernapasan, tertimpa material,
pendengaran, tertimpa air dan konsleting listrik. terluka karena tidak menggunakan
bangunan, dan tergelincir. APD, dan konsleting listrik.
4.3 Penilaian Risiko
Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang didapatkan dari penelitian

di PT. Igasar Padang tahun 2019 dapat digambarkan melalui:

4.3.1 Penyimpanan Material (Stockpail)


Identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada area stockpail didasarkan pada

observasi yang dilakukan oleh peneliti yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Penilaian Risiko bagian Penyimpanan

1. Hazard Identification 2. Risk Analysis


Pengendalian
No Pekerjaan Bahaya Dampak yang ada (jika L S R
ada)
1 Pengangk Kendaraan a. Terkena - P3K 3 2 6
utan wheel jatuhan - Rambu-rambu
material loader material K3 3 3 9
b. Terjatuh dari
kendaraan
c. Wheel loader 2 4 8
terguling
Debu dari Gangguan APD ( masker 5 2 10
material pernapasan dan kacamata
hitam)
Beraktifita Ketinggian Terjatuh Rambu-rambu K3 3 3 9
s di area
tinggi
Pelumasan Penggunaan a. Sumber api APD (sepatu 2 4 8
mesin oli dari safety)
rembesan oli 3 2 6
b. Terpeleset
Pecah Luka bakar - Membuat 2 3 6
selang os karena oli program
Aktifitas Longsoran Tertimpa Rambu-rambu K3 3 3 9
di semua material material
area
Genangan Terpeleset APD (sepatu 4 2 8
air safety)
Kebisingan Gangguan APD (earplug) 2 4 8
pendengaran
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya kerja serta penilaian risiko di bagian

penyimpanan material, diketahui bahwa terdapat 8 risiko tinggi dan 3 risiko sedang.

50
51

4.3.2 Penggilingan Material


Identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada bagian penggilingan material

menggunakan alat stone crusher didasarkan pada observasi yang dilakukan oleh

peneliti yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.10 Penilaian Risiko bagian Penggilingan Material

1. Hazard Identification 2. Risk Analysis


Pengendalian yang
No Pekerjaan Bahaya Dampak L S R
ada (jika ada)
2 Pemelihar Kebisingan Kehilangan APD (earplug / 1 4 4
aan mesin pendengaran penutup telinga)
Proses a. Material a. Tertimpa a. APD (helm) 3 2 6
penggiling panas jatuhan b. APD (masker)
an b. Benda material c. UU No. 1 Th
1970 tentang 5 2 10
material berputar b. Terpapar
kesehatan dan
c. Tindakan debu keselamatan
tidak material kerja 3 4 12
aman c. Terluka
karena
mesin
Pengeceka Arus listrik a. Pekerja a. APD (sarung 2 3 6
n mesin tersengat tangan)
arus listrik b. Rambu-rambu
K3 2 3 6
b. Konsleting
listrik
c. kebakaran 1 4 4

Semua a. Gempa a. Tertimpa a. Rambu jalur 2 4 8


kegiatan bumi reruntuhan evakuasi
di sekitar b. Longsora b. Tertimpa b. APD (helm dan 3 4 12
sepatu safety)
area n material longsoran
c. Genangan material
air c. Terpeleset 3 2 6

a. Ketinggian a. Terjatuh APD (sarung 3 3 9


b. Tindakan b. Terjepit tangan, helm) 3 2 6
tidak aman P3K
Pemelihar Kebisingan Kehilangan APD (penutup 1 4 4
aan mesin pendengaran telinga)
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
52

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risikodi bagian

penggilingan material, diketahui bahwa terdapat 2 risiko sangat tinggi yaitu pekerja

yang berhubungan dengan mesin dan longsoran material, sedangkan untuk risiko lain

terdapat 6 risiko tinggi, dan 4 risiko sedang.

4.3.3 Pengadukan Material


Identifikasi bahaya dan penilaian risiko bagian pengadukan material

menggunakan mesin batching plan didasarkan pada observasi yang dilakukan oleh

peneliti yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.11 Penilaian Risiko di Bagian Pengadukan Material

1. Hazard Identification 2. Risk Analysis


Pengendalian
No Pekerjaan Bahaya Dampak yang ada (jika L S R
ada)
3 Pemindah Kendaraan a. Wheel loader APD 2 4 8
an wheel terguling
bahan/mat loader b. Terjatuh dari 3 3 9
erial kendaraan
a. Genangan a. Mesin wheel - 2 4 8
air loader APD (masker)
b. Debu tergelincir
b. Terpapar
5 2 10
debu
material
Pemuatan Arus listrik a. Konsleting a. APD (sarung 2 3 6
material listrik tangan)
b. Pekerja b. APAR
2 3 6
tersengat
arus listrik
Tindakan Kebisingan APD (earplug) 2 4 8
tidak aman

Zat kimia Iritasi mata dan


a. Rambu- 1 3 3
berbahaya kulit rambbu K3
b. APD (sarung
tangan)
Pengaduka a. Kebising a. Terpapar saat a. APD (earplug) 2 4 8
n material an berada di
sekitar area
53

b. Material b. Tertimpa b. APD (helm) 2 2 4


material
Stel akhir Tindakan Tergelincir, APD (sepatu 3 2 6
tidak aman tidak safety)
menggunakan
APD saat stel
akhir
Kegiatan a. Gempa a. Tertimpa a. Rambu jalur 2 4 8
di semua bumi reruntuhan evakuasi
area b. Longsor b. Tertimpa b. APD (helm) 3 3 9
an material
material
Genangan Terpeleset / APD (sepatu 3 2 6
air tergelincir safety)
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya kerja serta penilaian risiko di bagian

penggilingan material, diketahui bahwa terdapat 9 risiko tinggi, 4 risiko sedang dan 1

risiko rendah.

4.3.4 Produksi Beton Cetak


Identifikasi bahaya dan penilaian risiko bagian produksi beton cetak

didasarkan pada observasi yang dilakukan oleh peneliti yang dapat dilihat dalam

tabel berikut:

Tabel 4.12 Penilaian Risiko Bagian Produksi Beton Cetak

1. Hazard Identification 2. Risk Analysis


Pengendalian yang
No Pekerjaan Bahaya Dampak L S R
ada (jika ada)
4 Pengangk Kebisingan Kehilangan Rambu-rambu 3 4 12
utan pendengaran
material
(hopper)
Sling putus Tertimpa SOP 1 4 4
hopper
Pemindah Debu Gangguan Rambu-rambu 3 2 6
an pernapasan
material
Alat (palu Terluka karena Rambu-rambu 3 3 9
atau besi) tidak
menggunakan
APD
54

Pengaduka Alat mixer Tangan terjepit SOP 2 4 8


n material karena mixer

Pencetaka Mesin press Tertimpa - 1 4 4


n mesin press
Hasil Tertimpa hasil - 2 3 6
cetakan beton cetak
Pengangk Serpihan Terluka karena Rambu-rambu 4 2 8
utan hasil benda tajam tidak
beton menggunakan
cetak APD
Pemelihar Arus listrik Konsleting APD (sarung 2 3 6
aan mesin listrik tangan)
Aktifitas Bangunan Tertimpa - 1 5 5
di sekitar kurang bangunan
area layak
Genangan Tergelincir - 4 2 8
air
Gempa Tertimpa Rambu jalur 1 5 5
bangunan dan evakuasi
hasil produksi
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risikodi bagian produksi

beton cetak, diketahui bahwa terdapat 1 risiko sangat tinggi yaitu bahaya berupa

kebisingan karena pekerja yang tidak menggunakan APD, sedangkan untuk risiko

lain terdapat 8 risiko tinggi, dan 3 risiko sedang.


4.4 Rekomendasi Pengendalian Risiko
4.4.1 Penyimpanan Material (Stockpail)
Berdasarkan observasi dan wawancara pada kegiatan penyimpanan material ditemukan beberapa risiko yang digolongkan kepada

risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah. Berikut tabel upaya pengendalian risiko pada stockpail:

Tabel 4.13 Rekomendasi Pengendalian Bagian Stockpail

No. Bahaya Risiko Pengendalian yang Ada Rekomendasi Pengendalian


(jika ada)
1 Kendaraan wheel a. Terkena jatuhan material a. P3K a. Adanya Instruksi kerja
loader b. Terjatuh dari kendaraan b. Rambu-rambu K3 b. Pelatihan operator K3 alat berat
c. Wheel loader terguling c. Penggunaan APD yang lengkap seperti
masker khusus, helm, sepatu safety,
sarung tangan, dan earplug
2 Debu dari material Gangguan pernapasan APD ( masker dan Menggunakan APD yang sesuai dengan
kacamata hitam) standar
3 Ketinggian Terjatuh Rambu-rambu K3 a. Safety talk, himbauan budaya K3
b. Penyediaan kotak P3K yang lengkap
4 Penggunaan oli a. Sumber api dari rembesan oli APD (sepatu safety) a. Rambu-rambu keselamatan
b. Terpeleset b. APAR dan Hydrant yang mencukupi
5 Pecah selang os Luka bakar karena oli Membuat program a. APD wajib (masker, kaca mata)
pengamanan terhadap b. Bekerja sesuai dengan SOP
alat-alat utama c. Menyediakan isi P3K yang lengkap
6 Longsoran material Tertimpa material Rambu-rambu K3 a. Penggunaan APD yang lengkap
b. Rambu-rambu K3
7 Genangan air Terpeleset APD (sepatu safety) a. Penyediaan kotak P3K yang lengkap
b. Penyediaan APD yang lengkap
8 Kebisingan Gangguan pendengaran APD (earplug) Pemeriksaan kesehatan secara rutin
Inspeksi rutin terkait K3
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder

55
56

4.4.2 Penggilingan Material


Berdasarkan observasi dan wawancara pada kegiatan penggilingan material ditemukan beberapa risiko yang digolongkan kepada

risiko sangat tinggi, risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah. Berikut tabel upaya pengendalian risiko pada bagian penggilingan

material:

Tabel 4.14 Rekomendasi Pengendalian Bagian Penggilingan Material

No. Bahaya Risiko Pengendalian yang ada Rekomendasi Pengendalian


1 Kebisingan Kehilangan pendengaran APD (earplug / penutup a. Memberlakukan peredam pada mesin
telinga) produksi
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
2 a. Material panas a. Tertimpa jatuhan a. APD (helm) a. Penggunaan APD yang lengkap dan
b. Benda berputar material b. APD (masker) sesuai standar
c. Tidak menggunakan b. Terpapar debu material c. UU No. 1 Th 1970 b. Maintenance rutin
tentang kesehatan dan
APD c. Terluka karena mesin
keselamatan kerja
3 Arus listrik a. Pekerja tersengat arus a. APD (sarung tangan) a. Penggunaan APD yang lengkap dan
listrik b. Rambu-rambu K3 sesuai dengan standar
b. Konsleting listrik b. Penyediaan APAR yang cukup
c. Penyediaan Hydrant
c. kebakaran
d. Diadakan simulasi kebakaran

4 a. Gempa bumi a. Tertimpa reruntuhan a. Rambu jalur evakuasi a. Penyediaan rambu-rambu K3


b. Longsoran material b. Tertimpa longsoran b. APD (helm dan sepatu b. Adanya simulasi gempa
c. Genangan air material safety) c. Penggunaan APD yang lengkap dan
sesuai standar
c. Terpeleset
5 a. Ketinggian a. Terjatuh a. APD (sarung tangan, a. Adanya instruksi kerja
b. Tindakan tidak aman b. Terjepit helm) b. Safety talk
b. P3K
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
57

4.4.3 Pengadukan Material


Berdasarkan observasi dan wawancara pada kegiatan pengadukan material ditemukan beberapa risiko yang digolongkan kepada

risiko sangat tinggi, risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah. Berikut tabel upaya pengendalian risikonya yaitu:

Tabel 4.15 Rekomendasi Pengendalian Bagian Pengadukan Material

No. Bahaya Risiko Pengendalian yang ada Rekomendasi Pengendalian


1 Kendaraan wheel a. Wheel loader terguling - a. Adanya instruksi kerja
loader b. Terjatuh dari kendaraan APD b. Pelatihan operator K3 alat berat
c. Penggunaan APD yang lengkap seperti
masker, helm, sarung tangan, sepatu
safety, earplug)
2 a. Genangan air a. Mesin wheel loader tergelincir - a. Pemeriksaan mesin rutin dan berkala
b. Debu b. Terpapar debu material APD (masker) b. Penggunaan masker yang sesuai standar
3 Arus listrik a. Konsleting listrik a. APD (sarung tangan) a. Penyediaan APAR
b. Pekerja tersengat arus listrik b. APAR b. Penyediaan isi P3K yang lengkap
4 Tidak Kebisingan APD (earplug) Inspeksi rutin
menggunakan APD
5 Zat kimia Iritasi mata dan kulit a. Rambu-rambu K3 a. Pelatihan bagi pekerja
berbahaya b. APD (sarung tangan) b. Instruksi kerja
6 Kebisingan Terpapar saat berada di sekitar APD (earplug) a. Pemeriksaan rutin kesehatan pekerja
area b. Memberlakukan peredam pada mesin
7 Material Tertimpa material APD (helm) a. APD wajib
b. Pengamanan pada mesin
8 Tindakan tidak Tergelincir APD (sepatu safety) APD wajib
aman
9 a. Gempa bumi a. Tertimpa reruntuhan a. Rambu jalur evakuasi a. Konstruksi bangunan tahan gempa
b. Longsoran b. Tertimpa material b. APD (helm) b. Simulasi gempa
material c. Alarm gempa
10 Genangan air Terpeleset / tergelincir APD (sepatu safety) Pembuatan aliran genangan air
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
58

4.4.4 Produksi Beton Cetak


Berdasarkan observasi dan wawancara pada kegiatan produksi beton cetak ditemukan beberapa risiko yang digolongkan kepada

risiko sangat tinggi, risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko rendah. Berikut tabel upaya pengendalian risikonya yaitu:

Tabel 4.16 Rekomendasi Pengendalian Bagian Produksi Beton Cetak

No. Bahaya Risiko Pengendalian yang ada Rekomendasi Pengendalian


1 Kebisingan Kehilangan pendengaran Rambu-rambu a. Pemeriksaan kesehatan pekerja secara rutin
b. Memberlakukan peredam pada mesin
c. APD wajib (earplug)
2 Sling putus Tertimpa hopper SOP a. Pemeriksaan mesin secara rutin
3 Debu Gangguan pernapasan Rambu-rambu APD wajib (masker)
4 Alat (palu atau Terluka karena tidak Rambu-rambu a. Inspeksi rutin
besi) menggunakan APD b. APD wajib
c. Standar Operasional Prosedur (SOP)
5 Alat mixer Tangan terjepit karena SOP a. Pemeriksaan mesin secara berkala
mixer b. APD wajib
6 Mesin press Tertimpa mesin press - a. Pemeriksaan mesin secara berkala
b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
7 Hasil cetakan Tertimpa hasil beton cetak - APD wajib (sepatu safety)
8 Serpihan benda Terluka karena tidak Rambu-rambu a. Inspeksi rutin
tajam menggunakan APD b. Mewajibkan menggunaan APD
9 Arus listrik Konsleting listrik APD (sarung tangan) a. Himbauan budaya K3
b. APAR
10 Bangunan yang Tertimpa bangunan - Perbaikan terhadap bangunan yang kurang layak
kurang layak
11 Genangan air Tergelincir - APD wajib
12 Gempa Tertimpa bangunan dan Rambu jalur evakuasi a. Konstruksi bangunan tahan gempa
hasil produksi b. Peta jalur evakuasi
c. Alarm dan simulasi gempa
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
BAB 5 : PEMBAHASAN

5.1 Proses Tahapan Produksi


Tahapan produksi di PT. Igasar dimulai dari pengumpulan bahan baku di

stockpail, penggilingan material menggunakan mesin stone crusher, pengadukan

material menggunakan mesin batching plan, serta produksi beton cetak. Pekerja yang

melakukan aktivitas di area produksi diharuskan menggunakan APD yang telah di

sediakan seperti: helm, sepatu safety, sarung tangan, dan masker serta mengikuti

instruksi kerja dalam setiap pekerjaan. Selain APD wajib, instruksi kerja dan SOP

PT. Igasar sudah memasang APAR pada beberapa area untuk mencegah jika suatuy

saat terjadi kebakaran di lingkungan kerja produksi. Sesuai dengan Permenakertrans

No. PER.04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR

tertulis bahwasanya untuk mensiap-siagakan pemberantasan terjadinya kebakaran


(32)
maka harus menyediakan APAR.

Meskipun demikian masih terdapat beberapa pekerja yang belum

menggunakan APD sesuai dengan yang telah ditetapkan misalnya tidak

menggunakan masker selama di area, padahal area produksi sangat terpapar oleh

debu. Adapun yang menggunakan masker hanya sekedar penutup mulut dan hidung,

bukan masker yang bisa melindungi dari paparan debu. Peneliti merekomendasikan

inspeksi rutin mengenai keselamatan kerja di bagian produksi PT. Igasar untuk

memastikan bahwa pekerja telah menggunakan APD seperti yang diwajibkan.

5.2 Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko


5.2.1 Area Stockpail (Penyimpanan Material)
1. Kegiatan Pengangkutan Material

59
60

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahaya yaitu kendaraan wheel loader

bisa tergelincir karena bahan baku yang ada seperti kerikil, bahaya lainnya yaitu

pecahnya selang os yang bisa menyebabkan terjadinya iritasi dan luka bakar pada

kulit. Pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk menurunkan risiko yaitu

dengan penggunaan APD berupa sepatu safety, helm, dan sarung tangan.

Sejalan dengan Permenakertrans RI No. PER. 09/MEN/VII/2010 tentang

operator dan petugas pesawat angkat dan angkut, operator dan petugas harusnya

diberi arahan atau instruksi kerja serta pelatihan mengenai keselamatan dan

kesehatan kerja operator alat berat. Bagian produksi PT. Igasar telah menjalankan

pekerjaan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku, namun

pelatihan terhadap pakerja serta instruksi kerja masih belum terlaksana. Peneliti

merekomendasikan pembuatan instruksi kerja pengangkutan material, dan pelatihan

K3 operator alat berat sesuai dengan Permenakertrans RI No. PER.


(33)
09/MEN/VII/2010 tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut.

2. Debu dari Material

Material-material yang disimpan di stockpail berpotensi menimbulkan bahaya

debu dengan asumsi pekerja terpapar debu sehingga berdampak pada gangguan

pernapasan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Saiku Rokhim tentang

Penilaian Risiko terhadap Paparan Debu pada Perbaikan Ruangan di PT. X

(PERSERO) Surabaya tahun 2013 dengan hasil menyatakan bahwa debu semen

memiliki risiko gangguan pernapasan bila tidak ada tindakan pengendalian. (34)

PT. Igasar telah mewajibkan pekerja untuk menggunakan masker pada saat

bekerja, tetapi masker yang digunakan terbuat dari kain, dan bukan masker yang

memang diperuntukan untuk menghalangi debu masuk ke dalam tubuh. Untuk

mengurangi risiko hingga lebih rendah peneliti merekomendasikan penggunaan APD


61

masker yang sesuai dengan standar sesuai dengan Permenakertrans No.

PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri masker yang berfungsi untuk

melindungi organ pernapasan dari partikel debu. (35)

3. Beraktifitas di Area tinggi

Area stockpail terletak di tempat yang cukup tinggi, bahaya ketinggian saat

beraktifitas di area stockpail dengan asumsi jika pekerja terjatuh saat berada di area

tinggi maka dampak yang dapat timbul berupa luka ringan. Sejalan dengan penelitian

oleh M.Fill Socrates tentang Analisis Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode

HIRARC pada alat Suspension Preheter bagian Produksi Plan 6 PT. Indocement

Tunggal Prakarsa tahun 2013 yang menyatakan hasil analisis menunjukan terdapat

risiko cidera ringan hingga berat saat bekerja pada area tinggi.(36)

Berdasarkan Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang APD

berupa penggunaan alat pelindung kaki dan kepala, untuk mengurangi risiko hingga

lebih rendah. PT. Igasar telah menyediakan APD seperti helm dan sepatu safety

tetapi terkadang pekerja masih enggan untuk menggunakannya dengan alasan kurang

nyaman. Peneliti merekomendasikan penggunaan sepatu safety dan helm safety saat

berjalan di area tinggi.(35)

4. Pelumasan Mesin

Bahaya tumpahan oli dan bahan mudah terbakar di area stockpail dengan

asumsi pekerja jika kontak dengan api maka akan menyebabkan kebakaran sehingga

menimbulkan korban manusia dan kerusakan material. Bahaya lainnya yaitu

pecahnya selang OS yang berisi oli pada kendaraan wheel loader sehingga dapat

menyebabkan iritasi dan luka bakar pada pekerja. Sesuai dengan Permenakertrans

No. PER.04/MEN/1980 mengenai APAR bahwasanya untuk mensiapsiagakan

pemberantasan terjadinya kebakaran maka diperlukan penyediaan APAR. (32)


62

PT. Igasar telah memasang APAR di tiap bagian produksi, seperti di kantor

divisi produksi, di ruangan operator penggilingan material, ruangan operator

pengadukan material, dan ruangan pengawas produksi beton cetak, tetapi masih

belum memiliki hydrant. Peneliti merekomendasikan penggunaan rambu-rambu

keselamatan dan kesehatan kerja, serta penyediaan hydrant di area-area yang

berpotensi untuk kebakaran.

5. Semua Aktifitas di Area Stockpail

Bahaya longsoran material di area stockpail dengan asumsi pekerja dapat

tertimpa longsoran material dengan dampak luka ringan hingga berat. Serta bahaya

genangan air dengan asumsi pekerja dapat terpeleset dengan dampak luka ringan.

Sejalan dengan penelitian oleh Puti Antika tentang IPDK sebagai Upaya Pencegahan

Kecelakaan kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik Pabrik

Tuban Jawa Timur Tahun 2011 yang menyatakan hasil analisis menunjukan terdapat

risiko terpeleset di area dengan genangan air.(37)

Pada area stockpail, terdapat timbunan-timbunan material yang cukup tinggi,

serta genangan air di sekitar area, tetapi PT. Igasar telah mewajibkan penggunaan

APD seperti sepatu safety dan helm untuk pengendalian. Untuk mengurangi risiko

menjadi lebih rendah, peneliti merekomendasikan untuk penggunaan APD wajib

seperti helm dan sepatu safety, serta pembuatan rambu-rambu keselamatan kerja

terkait longsoran material dan genangan air, serta penyediaan kotak P3K yang

lengkap.

Bahaya kebisingan saat berada di area stockpail karena dekat dengan mesin

stone crusher yang bising dengan asumsi pekerja dapat terpapar bunyi yang sangat

tinggi dengan dampak berupa gangguan pendengaran. Sejalan dengan Permenaker

No. 04 tahun 1985 tentang pesawat tenaga dan produksi pada pasal 5 menyebutkan
63

bahwa “semua alat pelindung harus direncanakan, dibuat, dipasang, dan digunakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.(38) Pengendalian dalam mencegah kebisingan

yang ditimbulkan oleh mesin-mesin masih belum memadai karena masih dapat

menimbulkan penyakit akibat hubungan kerja. Peneliti merekomendasikan

pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala dan penggunaan peredam suara pada

mesin. Penggunaan alat peredam dapat mengurangi intensitas bunyi, meskipun pada

dasarnya bunyi tersebut tidak dapat dihilangkan.(39) Peneliti sependapat dengan hal

tersebut, diharapkan perusahaan menggunakan bahan peredam bising pada mesin

produksi PT. Igasar. Penyediaan earplug dan earmuff yang mencukupi, sesuai

dengan Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 berupa kewajiban perusahaan

menyediakan alat pelindung telinga, serta inspeksi rutin agar pekerja selalu

menggunakan earplug/earmuff saat bekerja di sekitar area stone crusher.(35)

5.2.2 Penggilingan Material

1. Pemeliharaan mesin

Bahaya kebisingan saat berada di area penggilingan material karena mesin

stone crusher dengan asumsi pekerja dapat terpapar bunyi yang sangat tinggi dengan

dampak berupa gangguan pendengaran. Peneliti merekomendasikan pemeriksaan

kesehatan pekerja secara berkala dan penggunaan peredam suara pada mesin.

Penggunaan alat peredam dapat mengurangi intensitas bunyi, meskipun pada

dasarnya bunyi tersebut tidak dapat dihilangkan. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Dr. Haryano Setiyo dan Sri Sumiyati bahwasanya setiap bahan

memiliki kemampuan yang berbeda dalam mentransmisikan bunyi. Karena sesuai

dengan karakteristik sound barrier bahwa memperbesar nilai transmission loss dapat

dilakukan dengan menggunakan material yang lebih berat.(39) Peneliti sependapat

dengan hal tersebut, diharapkan perusahaan menggunakan bahan peredam bising


64

pada mesin produksi PT. Igasar. Penyediaan earplug dan earmuff yang mencukupi,

sesuai dengan Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 berupa kewajiban

perusahaan menyediakan alat pelindung telinga, serta inspeksi rutin agar pekerja

selalu menggunakan earplug/earmuff saat bekerja di sekitar area stone crusher.(35)

2. Penggilingan material

Bahaya material panas dengan asumsi pekerja dapat tertimpa jatuhan material

yang sedang digiling dengan dampak luka ringan hingga sedang. Mesin juga

berdampak menyebabkan bahaya dengan asumsi pekerja terluka saat memeriksa

mesin yang memiliki dampak luka ringan hingga berat. Pada pekerjaan penggilingan

material, mesin-mesin yang digunakan diperiksa tiap satu sampai dua kali dalam

sebulan. Peneliti merekomendasikan pengecekan mesin secara rutin untuk

pengendalian bahaya.

Bahaya debu yang dihasilkan dengan asumsi pekerja terpapar debu sehingga

berdampak pada gangguan pernapasan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh

Saiku Rokhim tentang Penilaian Risiko terhadap Paparan Debu pada Perbaikan

Ruangan di PT. X (PERSERO) Surabaya tahun 2013 dengan hasil menyatakan

bahwa debu semen memiliki risiko gangguan pernapasan bila tidak ada tindakan

pengendalian.(34) Penggunaan APD berupa masker telah diwajibkan kepala seluruh

pekerja bagian produksi PT. Igasar, tetapi masih terdapat pekerja yang tidak

menggunakan masker di bagian penggilingan dengan alasan kurang nyaman. Untuk

mengurangi risiko hingga lebih rendah peneliti merekomendasikan penggunaan APD

masker yang sesuai dengan standar sesuai dengan Permenakertrans No.

PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri masker yang berfungsi untuk

melindungi organ pernapasan dari partikel debu. (35)

3. Pengecekan Mesin
65

Bahaya yang ada saat pengecekan mesin yaitu bahaya arus listrik dengan

asumsi pekerja tersengat arus listrik saat mengoperasikan mesin sehingga dampaknya

yaitu luka bakar pada pekerja. Konsleting listrik juga dapat menyebabkan kebakaran,

perusahaan sudah memasang APAR sesuai Permenakertrans No. PER.04/MEN/1980

bahwasanya untuk mensiapsiagakan pemberantasan terjadinya kebakaran maka

diperlukan penyediaan APAR.(32) PT. Igasar telah memasang APAR di beberapa

bagian area produksi, tetapi masih belum terdapat hydrant. Oleh karena itu peneliti

merekomendasikan untuk penyediaan APAR yang cukup, penyediaan hydrant,

diadakannya simulasi kebakaran dan penggunaan APD wajib untuk mengendalikan

bahaya yang mungkin terjadi.

4. Semua kegiatan di sekitar area penggilingan

Bahaya longsoran material di area penggilingan material dengan asumsi

pekerja dapat tertimpa longsoran material dengan dampak luka ringan hingga berat.

Serta bahaya genangan air dengan asumsi pekerja dapat terpeleset dengan dampak

luka ringan. Sejalan dengan penelitian oleh Puti Antika tentang IPDK sebagai Upaya

Pencegahan Kecelakaan kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen

Gresik Pabrik Tuban Jawa Timur Tahun 2011 yang menyatakan hasil analisis

menunjukan terdapat risiko terpeleset di area dengan genangan air.(37)

Pada area penggilingan material terletak bersebelahan dengan area stockpail

yang memiliki tumpukan material tinggi, PT. Igasar telah menerapkan pengendalian

berupa penggunaan APD, tetapi itu masih belum cukup untuk mengendalikan

dampak bahaya. Oleh karena itu untuk mengurangi risiko menjadi lebih rendah,

peneliti merekomendasikan untuk penggunaan APD wajib seperti helm dan sepatu

safety, serta pembuatan rambu-rambu keselamatan kerja terkait longsoran material

dan genangan air, serta penyediaan kotak P3K yang lengkap.


66

Gempa bumi juga menjadi potensi bahaya yang ada di area penggilingan

dengan asumsi pekerja akan tertimpa reruntuhan bangunan dan material sehingga

bisa menyebabkan dampak yang lumayan serius. Bahaya perilaku seperti pekerja

yang kurang hati-hati juga beresiko menimbulkan dampak seperti terjepit dan luka

ringan. Peneliti merekomendasikan pengendalian untuk bahaya gempa bumi berupa

konstruksi bangunan tahan gempa, mengadakan simulasi gempa, penyediaan alarm

gempa, dan menyediakan peta jalur evakuasi.

5.2.3 Pengadukan Material


1. Pemindahan bahan atau material

Pemindahan material menggunakan kendaraan wheel loader. Bahaya yang

ada yaitu kendaraan wheel loader bisa tergelincir karena bahan baku yang ada seperti

kerikil, bahaya lainnya yaitu pekerja terjatuh dari kendaraan wheel loader sehingga

menimbulkan dampak luka sedang hingga berat. Jalan yang tidak rata juga dapat

menyebabkan kendaraan wheel loader terguling dan dampaknya bisa menyebabkan

luka berat. Pengendalian yang dilakukan perusahaan untuk menurunkan risiko yaitu

dengan penggunaan APD berupa sepatu safety, helm, dan sarung tangan. Peneliti

merekomendasikan pembuatan instruksi kerja pengangkutan material, dan pelatihan

K3 operator alat berat sesuai dengan Permenakertrans RI No. PER.

09/MEN/VII/2010 tentang operator dan petugas pesawat angkat dan angkut.(33)

Bahaya genangan air dengan asumsi pekerja dapat terpeleset dengan dampak

luka ringan. Sejalan dengan penelitian oleh Puti Antika tentang IPDK sebagai Upaya

Pencegahan Kecelakaan kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen

Gresik Pabrik Tuban Jawa Timur Tahun 2011 yang menyatakan hasil analisis

menunjukan terdapat risiko terpeleset di area dengan genangan air.(37) Genangan air

yang ada di area kendaraan wheel loader diakibatkan karena hujan dan kebutuhan

dump truck agar bisa berjalan di area berpasir. Dengan adanya genangan air itu,
67

membahayakan bagi pekerja dan juga bagi pengendara wheel loader. Untuk

mengurangi risiko menjadi lebih rendah, peneliti merekomendasikan untuk

penggunaan APD wajib seperti helm dan sepatu safety, serta pembuatan rambu-

rambu keselamatan kerja dan penyediaan kotak P3K yang lengkap.

Bahaya debu yang dihasilkan dengan asumsi pekerja terpapar debu sehingga

berdampak pada gangguan pernapasan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh

Saiku Rokhim tentang Penilaian Risiko terhadap Paparan Debu pada Perbaikan

Ruangan di PT. X (PERSERO) Surabaya tahun 2013 dengan hasil menyatakan

bahwa debu semen memiliki risiko gangguan pernapasan bila tidak ada tindakan

pengendalian.(34) Pekerja wheel loader hanya menggunakan APD berupa helm,

sarung tangan, dan sepatu safety, akan tetapi masker masih belum digunakan. Maka

dari itu untuk mengurangi risiko hingga lebih rendah peneliti merekomendasikan

penggunaan APD masker yang sesuai dengan standar sesuai dengan Permenakertrans

No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri masker.(35)

2. Pemuatan Material

Pada pemuatan material menggunakan mesin yang bertegangan listrik tinggi

yaitu bahaya arus listrik dengan asumsi pekerja tersengat arus listrik saat

mengoperasikan mesin sehingga dampaknya yaitu luka bakar pada pekerja.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Eni Kurniawan dkk tentang analisis

Potensi Kecelakaan Kerja pada Departemen Produksi Springbed dengan Metode

HIRA PT Malindo iritama Malang tahun 2013 menunjukan terdapat kasus

kecelakaan kerja yaitu tersengat listrik yang berasal dari panel listrik.(40) Operator

bagian pemuatan material telah menggunakan APD seperti sarung tangan dan sepatu

safety untuk mengurangi bahaya listrik yang cukup tinggi, tetapi ntuk mengurangi
68

risiko hingga lebih rendah peneliti merekomendaiskan pemasangan rambu-rambu

K3, dan pelatihan teknisi K3 listrik bagi pekerja.

Bahaya lainnya yaitu kebisingan dengan asumsi pekerja akan terpapar suara

bising dengan dampak gangguan pendengaran.. Peneliti merekomendasikan

pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala dan penggunaan peredam suara pada

mesin. Penyediaan earplug dan earmuff yang mencukupi, sesuai dengan

Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 berupa kewajiban perusahaan

menyediakan alat pelindung telinga, serta inspeksi rutin agar pekerja selalu

menggunakan earplug/earmuff saat bekerja di sekitar area serta melakukan inspeksi

rutin agar pekerja tidak ada yang melanggar dan selalu menggunakan APD wajib. (35)

Bahaya zat kimi berbahaya dengan asumsi pekerja terkena paparan zat kimia

dengan dampak iritasi mata dan kulit. Pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan

berupa pengguanaan APD seperti masker dan sarung tangan serta rambu tanda

bahaya. Walaupun perusahaan telah menerapkan penggunaan APD, tetapi dirasa

masih belum cukup untuk menanggulangi bahaya yang ada terkait zat adiktif.

Peneliti merekomendasikan diadakannya pelatihan bagi pekerja dan adanya instruksi

kerja.

3. Pengadukan material

Bahaya yang ada berupa bahaya arus listrik dari mesin-mesin yang digunakan

dengan asumsi terjadinya konsleting listrik dan dapat melukai pekerja dengan

dampak luka bakar hingga kebakaran. Sesuai dengan Permenakertrans No.

PER.04/MEN/1980 bahwasanya untuk mensiapsiagakan pemberantasan terjadinya

kebakaran maka diperlukan penyediaan APAR.(32) Perushaaan telah menyediakan

APD berupa sarung tangan, helm, dan sepatu safety, serta telah menyediakan APAR

tetapi masih belum terdapat hydrant untuk pengendalian bahaya yang mungkin
69

terjadi. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan untuk penyediaan APAR yang

cukup, penyediaan hydrant, diadakannya simulasi kebakaran dan penggunaan APD

wajib.

Bahaya lainnya yaitu kebisingan dengan dengan asumsi pekerja dapat

terpapar bunyi yang sangat tinggi dengan dampak berupa gangguan pendengaran.

Peneliti merekomendasikan pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala dan

penggunaan peredam suara pada mesin. Penggunaan alat peredam dapat mengurangi

intensitas bunyi, meskipun pada dasarnya bunyi tersebut tidak dapat dihilangkan. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Haryano Setiyo dan Sri

Sumiyati bahwasanya setiap bahan memiliki kemampuan yang berbeda dalam

mentransmisikan bunyi.(39) Peneliti sependapat dengan hal tersebut, diharapkan

perusahaan menggunakan bahan peredam bising pada mesin produksi PT. Igasar.

Penyediaan earplug dan earmuff yang mencukupi, sesuai dengan Permenakertrans

No. PER.08/MEN/VII/2010 mengenai Alat Pelindung Diri.(35)

4. Stel Akhir

Bahaya yang ada saat stel akhir yaitu karena menggunakan air dan adanya

genangan air serta tindakan tidak aman dari pekerja dengan asumsi pekerja dapat

terpeleset atau tergelincir karena tidak menggunakan APD, sehingga menimbulkan

dampak luka ringan. Sejalan dengan penelitian oleh Puti Antika tentang IPDK

sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan

PT. Semen Gresik Pabrik Tuban Jawa Timur Tahun 2011 yang menyatakan hasil

analisis menunjukan terdapat risiko terpeleset di area dengan genangan air.(37)

Perusahaan telah menerapkan penggunaan APD seperti sepatu safety dan helm, tetpai

untuk mengurangi risiko menjadi lebih rendah, peneliti merekomendasikan untuk


70

penggunaan APD wajib seperti helm dan sepatu safety, serta pembuatan rambu-

rambu keselamatan kerja dan penyediaan kotak P3K yang lengkap.

5. Semua kegiatan di sekitar area batching plan

Genangan air, lonsoran material dan gempa menjadi potensi bahaya yang ada

di area pengadukan material dengan asumsi pekerja akan tertimpa reruntuhan

bangunan dan material sehingga bisa menyebabkan dampak yang lumayan serius.

Bahaya longsoran material dengan asumsi pekerja dapat tertimpa material saat

berada di area dengan dampak luka sedang, serta bahaya genangan air akibat hujan

dengan asumsi pekerja akan terpeleset dan berdampak menimbulkan luka ringan.

Peneliti merekomendasikan pengendalian berupa konstruksi bangunan tahan gempa,

mengadakan simulasi gempa, penyediaan alarm gempa, dan menyediakan peta jalur

evakuasi serta pembuatan aliran air agar tidak ada genangan air.

5.2.4 Produksi Beton Cetak


1. Pengangkutan material (hopper)

Bahaya yang ada berupa kebisingan dari mesin dengan asumsi pekerja

terpapar bunyi dengan intensitas tinggi dan dapat menyebabkan gangguan

pendengaran. Peneliti merekomendasikan pemeriksaan kesehatan pekerja secara

berkala dan penggunaan peredam suara pada mesin. Penyediaan earplug dan earmuff

yang mencukupi, sesuai dengan Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 berupa

kewajiban perusahaan menyediakan alat pelindung telinga, serta inspeksi rutin agar

pekerja selalu menggunakan earplug/earmuff saat bekerja di sekitar area serta

melakukan inspeksi rutin agar pekerja tidak ada yang melanggar dan selalu

menggunakan APD wajib.(35)

Bahaya lainnya yaitu putusnya kawat hopper yang digunakan untuk

mengangkut material dengan asumsi pekerja tertimpa hopper dan memiliki dampak

luka yang berat. Peneliti menyarankan untuk pemeriksaan mesin secara rutin dan
71

pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

berlaku.

2. Pemindahan material

Bahaya yang ada berupa debu yang dihasilkan dengan asumsi pekerja

terpapar debu sehingga berdampak pada gangguan pernapasan. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian oleh Saiku Rokhim tentang Penilaian Risiko terhadap Paparan

Debu pada Perbaikan Ruangan di PT. X (PERSERO) Surabaya tahun 2013 dengan

hasil menyatakan bahwa debu semen memiliki risiko gangguan pernapasan bila tidak

ada tindakan pengendalian.(34) Untuk mengurangi risiko hingga lebih rendah peneliti

merekomendasikan penggunaan APD masker yang sesuai dengan standar sesuai

dengan Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri

masker.(35)

Bahaya lainnya seperti penggunaan alat-alat yang terbuat dari besi seperti

palu atau tongkat besi yang digunakan oleh pekerja dengan asumsi pekerja dapat

terluka karena tidak menggunakan APD dan kurang hati-hati dalam bekerja dengan

dampak luka ringan. Peneliti merekomendasikan penggunaan APD wajib seperti

sarung tangan, helm, sepatu safety, dan masker. Serta inspeksi rutin dari bagian

P2K3 perusahaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP yang berlaku.

3. Pengadukan material

Bahaya yang ada berupa bahaya mekanik dengan asumsi tangan pekerja

terjepit alat mixer saat membantu mengaduk material di dalam mixer dengan dampak

luka ringan hingga sedang. Peneliti merekomendasikan pengendalian berupa

penggunaan APD wajib seperti helm, sepatu safety, sarung tangan serta pemeriksaan

mesin secara rutin dan berkala.

4. Pencetakan beton cetak


72

Bahaya yang ada berupa mesin press dengan asumsi tangan pekerja tertimpa

mesin press jika salah satu dari baut lepas dengan dampak luka berat berupa

kehilangan anggota tubuh. Peneliti merekomendasikan pengendalian berupa

penggunaan alat dan mesin sesuai dengan SOP yang berlaku serta pemeriksaan

mesin secara berkala. Bahaya lain yaitu hasil beton cetak dengan asumsi pekerja

tertimpa hasil beton cetak karena tidak menggunakan sepatu safety dengan dampak

luka ringan hingga sedang. Peneliti merekomendasikan penggunaan APD wajib

seperti sepatu safety dan sarung tangan serta diadakannya inspeksi rutin dari pihak

P2K3.

5. Pengangkutan hasil beton cetak

Bahaya yang ada berupa bahaya perilaku karena tidak menggunakan APD

(sepatu safety) dengan asumsi pekerja terluka akibat serpihan benda tajam dan

berdampak luka ringan. Peneliti merekomendasikan untuk melaksanakan inspeksi

rutin oleh pihak P2K3 serta penggunaan APD wajib oleh pekerja.

6. Pemeliharaan mesin

Penggunaan mesin yang bertegangan listrik tinggi yaitu bahaya arus listrik

dengan asumsi pekerja tersengat arus listrik saat mengoperasikan mesin sehingga

dampaknya yaitu luka bakar pada pekerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

oleh Eni Kurniawan dkk tentang analisis Potensi Kecelakaan Kerja pada Departemen

Produksi Springbed dengan Metode HIRA PT Malindo iritama Malang tahun 2013

menunjukan terdapat kasus kecelakaan kerja yaitu tersengat listrik yang berasal dari

panel listrik.(40) Untuk mengurangi risiko hingga lebih rendah peneliti

merekomendaiskan pemasangan rambu-rambu K3, dan pelatihan teknisi K3 listrik

bagi pekerja.

7. Aktifitas di sekitar area


73

Bahaya bangunan yang kurang kayak dengan asumsi pekerja tertimpa oleh

bangunan dengan dampak luka berat hingga kematian. Bahaya genangan air dengan

asumsi pekerja dapat terpeleset atau tergelincir sehingga menimbulkan dampak luka

ringan. Sejalan dengan penelitian oleh Puti Antika tentang IPDK sebagai Upaya

Pencegahan Kecelakaan kerja di Unit Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen

Gresik Pabrik Tuban Jawa Timur Tahun 2011 yang menyatakan hasil analisis

menunjukan terdapat risiko terpeleset di area dengan genangan air.(37) Untuk

mengurangi risiko menjadi lebih rendah, peneliti merekomendasikan untuk

penggunaan APD wajib seperti helm dan sepatu safety, serta pembuatan rambu-

rambu keselamatan kerja dan penyediaan kotak P3K yang lengkap.

Bahaya gempa bumi dengan asumsi pekerja akan tertimpa reruntuhan

bangunan dan material sehingga bisa menyebabkan dampak yang lumayan serius.

Bahaya perilaku seperti pekerja yang kurang hati-hati juga beresiko menimbulkan

dampak seperti terjepit dan luka ringan. Peneliti merekomendasikan pengendalian

untuk bahaya gempa bumi berupa konstruksi bangunan tahan gempa, mengadakan

simulasi gempa, penyediaan alarm gempa, dan menyediakan peta jalur evakuasi.
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang Analisis Risiko Pekerjaan Menggunakan

Metode Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control di Bagian

Produksi PT. Igasar Kota Padang maka dapat disimpulkan:

1. Proses produksi beton di bagian produksi PT. Igasar melalui beberapa tahapan

yaitu dimulai dengan pengumpulan bahan baku di stockpail, penggilingan

material menggunakan mesin stone crusher, pengadukan material menggunakan

mesin batching plan, dan produksi beton cetak berupa mesin cetak RH5 untuk

hollow brick dan mesin cetak KY untuk paving block.

2. Hasil Identifikasi Bahaya

1) Ditemukan 8 sumber bahaya pada area stockpail yaitu kendaraan wheel

loader, debu, ketinggian, peggunaan oli, pecah selang os, longsoran

material, genangan air, dan kebisingan.

2) Ditemukan 10 sumber bahaya pada area penggilingan material yaitu

kebisingan, material panas, benda berputar, tidak menggunakan APD, arus

listrik, gempa bumi, longsoran material, genangan air, ketinggian dan

tindakan tidak aman.

3) Ditemukan 12 sumber bahaya pada area pengadukan material yaitu

kendaraan wheel loader,genangan air di stockpail, debu, arus listrik,

tindakan tidak aman, zat adiktif, kebisingan, kejatuhan material, tidak

menggunakan APD, gempa bumi, longsoran material, genangan air di area

pengadukan material akibat hujan.

4) Ditemukan 12 sumber bahaya pada produksi beton cetak yaitu kebisingan,

mesin (sling putus), debu, alat (palu, besi), alat mixer, mesin press, hasil

74
75

cetakan, serpihan benda tajam, arus listrik bangunan yang kurang layak,

genangan air, dan gempa bumi.

3. Hasil Penilaian Risiko

1) Area stockpail memiliki 8 risiko dengan risiko tinggi yaitu terjatuh dari

kendaraan, wheel loader terguling, gangguan pernapasan, terjatuh, sumber

api dari rembesan oli, terpeleset, tertimpa material, terpeleset dan gangguan

pendengaran sedangkan sisanya 3 risiko sedang.

2) Area penggilingan material memiliki 2 risiko yang sangat tinggi yaitu terluka

karena mesin serta pekerja tertimpa longsoran material, sedangkan sisanya

terdapat 6 risiko tinggi, dan 4 risiko sedang.

3) Area pengadukan material memiliki 9 risiko tinggi yaitu wheel loader

terguling, terjatuh dari kendaraan, wheel loader tergelincir, terpapar debu,

kebisingan, tertimpa reruntuhan bangunan, tertimpa material, dan terpeleset/

tergelincir, sedangkan sisanya terdapat 4 risiko sedang dan 1 risiko rendah.

4) Area produksi beton cetak memiliki 1 risiko sangat tinggi yaitu kehilangan

pendengaran akibat kebisingan dan tidak menggunakan APD, sedangkan

sisanya yaitu terdapat 8 risiko tinggi, dan 3 risiko sedang.

4. Upaya pengendalian yang sudah ditetapkan yaitu berupa penggunaan APD wajib

seperti helm, dan sepatu safety, adanya rambu-rambu K3 pada beberapa area,

dan tersedianya APAR.

5. Rekomendasi pengendalian dari peneliti berupa adanya instruksi kerja, pelatihan

operator K3 alat berat, penggunaan APD lengkap, diadakannya safety talk rutin

dan himbauan mengenai K3, penyediaan kotak P3K yang lengkap di semua area,

diadakannya rambu-rambu keselamatan di semua area, penyediaan APAR dan

hydrant di semua area, bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku, pemeriksaan
76

kesehatan secara rutin bagi pekerja, memberlakukan peredam suara pada mesin

produksi, diadakannya simulasi kebakaran, diadakannya simulasi gempa,

pengadaan pengamanan pada mesin, pembuatan bangunan tahan gempa,

pembuatan aliran air yang tergenang, serta meningkatkan pengawasan K3 dan

inspeksi rutin di lingkungan kerja.

6.2 Saran
1. Diharapkan kepada pekerja agar lebih memperhatikan keselamatan dan

kesehatan kerja dengan menggunakan APD saat bekerja, dan mematuhi segala

peraturan dan SOP yang telah ditetapkan.

2. Meningkatkan pengawasan K3 di lingkungan kerja untuk setiap aktivitas

pekerjaan yang dilakukan agar mengurangi risiko kecelakaan serta mengurangi

perilaku tidak aman dari pekerja.

3. Memberlakukan sanksi yang tegas terhadap pekerja yang tidak taat

menggunakan APD saat bekerja di area yang mewajibkan pemakaian APD.

4. Memberikan pelatihan cara penggunaan APAR bagi semua pekerja karena risiko

kebakaran bisa terjadi hampir di semua bagian produksi.

5. Diadakannya pelatihan dan penyuluhan terkait keselamatan dan kesehatan kerja

bagi para pekerja PT. Igasar

6. Perusahaan agar melengkapi SOP dan instruksi kerja untuk setiap jenis

pekerjaan yang dilakukan serta mewajibkan penggunaan APD bagi pekerja.

7. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengidentifikasi bahaya lebih luas

hingga ke area kantor pabrik serta diharapkan melakukan pengukuran kebisingan

menggunakan alat ukur.


DAFTAR PUSTAKA

1. Suma'mur PK. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung


Seto; 2013.
2. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Ramli S. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dan Perspektif K3 OHS Risk
Management. Jakarta: PT. Dian Rakyat; 2010.
4. Ramli S. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Agung; 2010.
5. DOSH M. Guideliness for Hazard Identification Risk Assessment and Risk
Control. Malaysia: Dosh Ministry of Human Resources; 2008.
6. ILO. Safety and Health at Work [Available from:
http://www.ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--
en/index.htm.
7. Fahmi T. Hubungan Masa Kerja dan Penggunaan APD dengan Kapasitas
Fungsi Paru pada Pekerja Tekstil Bagian Ring Frame Spinning I Di PT. X
Kabupaten Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012;1(2).
8. Salmawati L, Hasanah, AR. B. Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dengan Menggunakan Metode Hazard Identification, Risk Assessment and
Risk Control (HIRARC) pada Area Produksi PT. Chungsung Kota Palu.
Jurnal Kesehatan Tadulako. 2017;3(1).
9. Mikra M. Analisis Risiko Pekerjaan Pada Bagian Produksi dengan Metode
HIRARC di Perusahaan Karet PT. BHB Kota Padang. 2017.
10. PT.Igasar. Gambaran Umum Perusahaan [Available from:
http://www.igasar.co.id.
11. Suma'mur PK. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja.
Jakarta: Gunung Agung; 1981.
12. Buntarto dkk. Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
Industri. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015.
13. ILO. Guidelines on occupational safety and health management systems:
ILO-OSH 2001: International Labour Office; 2001.
14. Suma'mur PK. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja.
Jakarta: PT. Gunung Agung; 1989.
78

15. Suma'mur PK. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT. Toko
Gunung Agung; 1996.
16. OHSAS. 18001:2007. Occupational Heatlh and Safety Management System
Requirements.
17. Heinrich HW. Industrial Accident Prevention. A Scientific Approach.
Industrial Accident Prevention A Scientific Approach. 1941(Second Edition).
18. Heinrich H. Industrial Accident Prevention: A Scientific Approach. New
York: McGraw-Hill; 1985.
19. Kuswana WS. Ergonomi dan K3. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2014.
20. Sucipto CD. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen
Publishing; 2014.
21. Harianto R. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2010.
22. Sugandi D. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan Kerja Dalam Hieperkes
dan Keselamatan Kerja Bunga Rampai Hieperkes & KK. Semarang:
Universitas Diponegoro; 2003.
23. Australian/ New Zealand Standard Risk Management 4360:2004.
24. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen dan Implementasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan
Press; 2008.
25. Ikhsan S. Penilaian Risiko dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Hiperkes
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI; 2004.
26. Moloeng LJ. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya; 2004.
27. Norman KD, Lincoln Y. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2009.
28. Moloeng LJ. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya; 2008.
29. Profil PT. Igasar Tahun 2018
30. Data sekunder berupa Data Kecelakaan Kerja Divisi K3 PT. Igasar Kota
Padang tahun 2018
31. Data sekunder berupa Laporan Divisi Produksi PT. Igasar Kota Padang
32. Permenakertrans No. PER.04/MEN/1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan
dan Pemiharaan APAR
79

33. Permenakertrans No. PER.09/MEN/VII/2010 Tentang Operator dan Petugas


Pesawat Angkat dan Angkut
34. Saiku R. Penilaian Risiko Terhadap Paparan Debu pada Perbaikan Ruangan
di PT. X (Persero). Surabaya; 2017
35. Permenakertrans No. PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri
36. Socrates MF. Tentang Analisis Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode
HIRARC pada bagian Produksi Plan 6 PT. Indocement Tunggal Prakarsa
Surakarta: Tahun 2013
37. Antika P. IPDK Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Unit
Pembakaran dan Pendinginan PT. Semen Gresik Pabrik Tuban Jawa Timur.
Surakarta: UNS 2011
38 Permenaker No. 04 tahun 1985 tentang Pesawat Tenaga dan Produksi
39. Haryono Setiyo Huboyo SS. Pengendalian Kebisingan dengan Penghalang
Bising dan Variasi Bahan Peredam pada Proses Produksi di Unit Laundry di
PT. Sandang Asia Maju Abadi. Undip, Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik;
2014.
40. Kurniati E. Analisis Potensi Kecelakaan Kerja pada Departemen Produksi
Springbed dengan Metode HIRA PT. Malindo Ititama. Malang;2013
LAMPIRAN
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN INFORMAN

Saya yang bernama Febria Maya Syafitri (1511211056) adalah mahasiswa S1

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. Penelitian ini dilakukan

sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan pendidikan S1 Kesehatan

Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisi risiko pekerjaan dengan

metode HIRADC pada bagian produksi PT. Igasar Padang. Untuk itu saya mohon

kesediaan Bapak/Ibu untuk melakukan kegiatan wawancara mendalam dengan jujur

dan apa adanya. Jika Bapak/Ibu bersedia silahkan menandatangani persetuan ini

sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Identitas pribadi sebagai informan akan dirahasiakan dan semua informasi

yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bapak/Ibu berhak untuk

ikut atau tidak ikut untuk berpartisipasi tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk

dikemudian hari. Jika ada hal yang kurang dipahami Bapak/Ibu dapat bertanya

langsung kepada peneliti.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu menjadi partisipan (informan) dalam

penelitian ini saya ucapkan terimakasih.

Padang, Mei 2019

Peneliti Informan

Febria Maya Syafitri ______________


Lampiran 2

Formulir HIRADC

1. Hazard Identification 2. Risk Analysis 3. Risk Control


Pengendalian yang Saran
No. Pekerjaan Bahaya Dampak Peluang Keparahan Risk
ada (jika ada) Pengendalian

Sumber: Departement Of Occupational Safety and Health Ministry of Human Resource Malaysia
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI IDENTIFIKASI BAHAYA
Kegiatan / Pekerjaan Sumber Bahaya Dampak
Penyimpanan Material
(Stockpail)
Penggilingan material
Pengadukan material
Produksi Beton Cetak
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS RISIKO PEKERJAAN DENGAN METODE HAZARD


IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DETERMINING CONTROL
(HIRADC) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. IGASAR KOTA PADANG
Identitas Informan
No. Informan :
Nama Lengkap :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
Pertanyaan Untuk Informan Kunci (K3) di PT. Igasar

1. Berapa lama anda bekerja sebagai tim K3 di PT. Igasar ?


2. Bagaimana proses produksi di PT. Igasar ?
(Probing: pengumpulan bahan baku, pemuatan/pengisian dan penggilingan,
pencetakan)
3. Sumber bahaya dari mana saja terdapat pada bagian produksi PT. Igasar ?
(Probing: Mesin, alat, lingkungan)
4. Jenis bahaya apa saja yang terdapat pada bagian produksi PT. Igasar ?
(Probing: Kimia, fisik, biologi, ergonomi, psikososial)
5. Apa saja risiko yang terdapat pada proses produksi PT. Igasar?
(Probing: terjatuh, tertimpa, terbakar). (R/S/B/F)
6. Kecelakaan kerja apa saja yang pernah terjadi di bagian produksi?
(Probing: kapan terjadi)
7. Seberapa sering kecelakaan kerja terjadi? (1x sebulan, 2x sebulan, dst)
8. Apa penyebab kecelakaan kerja tersebut?
9. Kenapa masih terjadi kecelakaan kerja pada bagian produksi?
10. Upaya apa saja yang dilakukan perusahaan setelah terjadi kecelakaan kerja di
perusahaan?
11. Bagaimana peran tim K3 dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para
pekerja di perusahaan?
85

12. Sanksi apa saja yang diberikan jika di lapangan terdapat temuan atau
pelanggaran K3?
13. Apakah HIRADC di perusahaan sudah dilaksanakan dengan benar? Bagaimana
penerapannya?
14. Apakah dari tim K3 memiliki rekaman dokumen terkait kecelakaan kerja pada
bagian produksi?
15. Apakah ada upaya atau tindakan lebih lanjut untuk mencegah kecelakaan kerja?
PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS RISIKO PEKERJAAN DENGAN METODE HAZARD


IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DETERMINING CONTROL
(HIRADC) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. IGASAR KOTA PADANG
Identitas Informan
No. Informan :
Nama Lengkap :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
Pertanyaan Untuk Kepala Produksi

1. Berapa lama anda bekerja di PT. Igasar ?


2. Bagaimana tahapan pekerjaan pada bagian produksi PT. Igasar ?
(Probing: pengumpulan bahan baku, pemuatan/pengisian dan penggilingan,
pencetakan)
3. Sumber bahaya dari mana saja terdapat pada bagian produksi PT. Igasar ?
(Probing: Mesin, alat, lingkungan)
4. Jenis bahaya apa saja yang terdapat pada bagian produksi PT. Igasar ?
(Probing: Kimia, fisik, biologi, ergonomi, psikososial)
5. Apa saja risiko yang terdapat pada proses produksi PT. Igasar?
(terjatuh, tertimpa, terbakar, dsb). (R/S/B/F)
6. Jenis pengendalian/pencegahan kecelakaan yang diterapkan pada pekerja ?
(Probing: eliminasi, substitusi, administratif, APD)
7. Apakah peralatan dan mesin telah dilakukan perawatan rutin ?
(Sebut jenis perawatan yang dilakukan, dan waktunya)
8. Apakah pekerja melakukan training terhadap pekerjaannya ?
9. Apakah pekerja difasilitasi APD?
10. Apa saja jenis kecelakaan yang pernah terjadi di bagian produksi ?
(Probing: kapan terjadi, area, upaya lanjutan dari perusahaan ?
11. Seberapa sering kecelakaan kerja terjadi ? (1x sebulan, 2x sebulan, dsb)
12. Kenapa masih terjadi kecelakaan di bagian produksi?
87

(Probing: Kelalaian, kelelahan, alat, mesin, peraturan, pengawasan)


13. Apa saja jenis keluhan yang paling sering terjadi pada pekerja terhadap
pekerjaan yang dilakukannya ? (Probing: sakit, nyeri, gangguan organ, dll)
PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS RISIKO PEKERJAAN DENGAN METODE HAZARD


IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DETERMINING CONTROL
(HIRADC) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. IGASAR KOTA PADANG
Identitas Informan
No. Informan :
Nama Lengkap :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
Pertanyaan untuk informan utama (pekerja)

 General
1. Berapa lama dalam sehari anda bekerja di bagian produksi ?
2. Apakah anda pernah ikut/mendapat pelatihan sebelum bekerja?
(Probing: Sebutkan jenis pelatihannya)
3. Apakah peralatan dan mesin yang digunakan cukup aman?
(kebisingan, gas buangan, debu, getaran, dsb)
4. Apakah ada perawatan yang dilakukan terhadap peralatan atau mesin?

 Hazard Identification
1. Bagaimana instruksi atau langkah-langkah dalam pekerjaan anda? Apakah sudah
dijalankan dengan benar?
2. Sumber bahaya dari mana saja terdapat pada bagian produksi ?
(Probing: Mesin, alat, lingkungan)
3. Jenis bahaya apa saja yang terdapat pada pekerjaan anda?
(Probing: Kimia, fisik, biologi, ergonomi, psikososial)
4. Sebutkan dampak/keluhan dari pekerjaan anda?
(penyakit, nyeri, gangguan organ)

 Risk Analysis
1. Jenis pengendalian/pencegahan kecelakaan apa saja yang anda ketahui?
89

(Probing: eliminasi, substitusi, administratif, APD)


2. Apakah anda mengetahui upaya apa saja yang dilakukan perusahaan sete;ah
terjadi kecelakaan?

 Severity
1. Apakah pada area atau pekerjaan anda pernah mengalami kecelakaan kerja? Jika
ya, tolong sebutkan?
2. Bagaimana tingkat keparahannya?
Ringan Sedang Serius Fatal Meninggal

 Likelihood
1. Apa saja risiko yang terdapat pada pekerjaan anda?
(terjatuh, tertimpa, terbakar, dsb) (R/S/B/F)
2. Berapa peluang kemungkinan terjadinya?
Sangat Jarang Dapat terjadi Sering Sangat sering
jarang terjadi terjadi sewaktu-waktu terjadi terjadi
Lampiran 5

Matriks Triangulasi Sumber


Bagian Penyimpanan/Stockpail

Kode Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Inf-3 Inf-4 Inf-1
1. Sumber Bahaya Mesin, material, Alat, mesin, bahan Lingkungan, alat, Mesin, alat, lingkungan,
lingkungan kimia (oli) mesin, sikap kerja sikap kerja, bahan kimia,
materisal
2. Jenis Bahaya Mekanik, fisika dan Kimia dan mekanik Mekanik, Mekanik, fisika, kimia,
lingkungan lingkungan, fisika. dan lingkungan.
3. Risiko Kerja Tertimpa, tergelincir, Terkena oli karena Terjatuh, tersandung Tertimpa, tergelincir,
terjatuh dari pecah selang os terjatuh, tersandung,
kendaraan terkena oli.
4. Pengendalian/Pencegahan APD, rambu-rambu APD APD, rambu-rambu, APD, rambu-rambu, SOP
yang ada SOP kerja
5. Pelatihan Ahli K3 umum Simulasi gempa Ahli K3 umum, Ahli K3 umum, simulasi
simulasi gempa, gempa dan simulasi
simulasi kebakaran kebakaran.
91

Bagian Penggilingan Material


Kode Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Inf-2 Inf-5 Inf-1
1. Sumber Bahaya Kebisingan, mesin, Mesin, material Mesin, lingkungan Kebisingan, mesin,
listrik, lingkungan, material, lingkungan,
alat, debu listrik, alat.
2. Jenis Bahaya Mekanik, fisik Mekanik, fisik Mekanik, lingkungan Mekanik, fisik,
lingkungan
3. Risiko Kerja Gangguan Tertimpa material, Terjepit, terjatuh Gangguan pendengaran,
pendengaran, terluka karena mesin tertimpa material, terjepit,
gangguan pernapasan dan terjatuh
4. Pengendalian/Pencegahan APD, safety talk, APD, rambu-rambu APD APD, dan rambu-rambu
yang ada pengarahan K3 K3
5. Pelatihan Training saat awal Pelatihan mengenai Simulasi gempa, Training, pelatihan mesin,
masuk mesin simulasi kebakaran simulasi gempa dan
simulasi kebakaran
92

Bagian Pengadukan material


Kode Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Inf-3 Inf-6 Inf-1
1. Sumber Bahaya Zat adiktif, debu, Konsleting listrik, Zat adiktif, Zat adiktif, debu,
kebisingan alat, kebisingan, kebisingan, mesin kebisingan, listrik, alat,
material material, dan mesin
2. Jenis Bahaya Kimia, fisik fisik, mekanik Kimia, fisik, mekanik Kimia, fisik, mekanik
3. Risiko Kerja Iritasi mata dan kulit, Kebakaran, terluka, Iritasi mata dan kulit, Iritasi mata dan kulit,
gangguan pernapasan, gangguan gangguan gangguan pernapasan,
gangguan pendengaran, pendengaran, terluka gangguan pendengaran,
pendengaran tertimpa material kebakaran, rerluka,
tertimpa material
4. Pengendalian/Pencegahan APD, SOP, rambu- APD, rambu-rambu APD, rambu-rambu- APD, rambu-rambu, SOP
yang ada rambu keselamatan SOP kerja
5. Pelatihan Tanggap darurat, Simulasi gempa Simulasi gempa, Tanggap darurat, simulasi
simulasi gempa, ahli simulasi kebakaran, gempa, simulasi
K3 umum ahli K3 umum kebakaran, ahli K3 umum.
93

Bagian Produksi Beton Cetak


Kode Informan
No. Pertanyaan Kesimpulan
Inf-7 Inf-8 Inf-1`
1. Sumber Bahaya Mesin (sling putus), Bangunan yang Bangunan yang Mesin, kebisingan, debu,
kebisingan, debu kurang layak, kurang baik, mesin, bangunan yang kurang
genangan air, mesin kebisingan layak
2. Jenis Bahaya Mekanik, fisik Lingkungan, fisik, Lingkungan, Mekanik, fisik,
mekanik mekanik, fisik lingkungan
3. Risiko Kerja Patah anggota tubuh, Tertimpa bangunan, Tertimpa bangunan, Patah anggota tubuh,
gangguan tergelincir, terluka tertimpa material, gangguan pendengaran,
pendengaran, gangguan gangguan pernapasan,
gangguan pernapasan pendengaran tertimpa bangunan,
tergelincir, tertimpa
material
4. Pengendalian/Pencegahan APD, rambu-rambu APD APD, rambu-rambu, APD, rambu-rambu, SOP
yang ada SOP
5. Pelatihan Simulasi gempa Simulasi gempa Simulasi gempa, Simulasi gempa, simulasi
simulasi kebakaran, kebakaran, ahli K3 umum.
ahli K3 umum
Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan data Awal
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian
96
Lampiran 8 : Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian
Lampiran 9 : Formulir Menghadiri Seminar
Lampiran 10 : Hasil Similarity
Lampiran 11 : Dokumentasi Kegiatan

1. Bagian Stockpail

Penyimpanan abu batu dan split

Silo semen Kendaraan wheel laoder

Pengangkutan Material
101

2. Bagian Penggilingan Material

Mesin Stone crusher Area Penggilingan Material

Alat, dan hasil penggilingan material

Hasil Penggilingan material berupa abu batu dan split


102

3. Bagian Pengadukan Material

Dump Truck Pengangkut Beton Jadi Belt Conveyor

Hopper/Timbangan Split 10/20 dan 20/30 Bahan Kimia Untuk Beton Jadi

Hopper/Timbangan Semen Penyimpanan dii Batching plan


103

4. Bagian Produksi Beton Cetak

Area Produksi Beton Cetak

Mesin RH5 untuk Hollow Brick Material untuk beton cetak (abu batu)

Pekerja yang tidak menggunakan APD wajib


104

5. Wawancara dengan beberapa informan

6. APAR, Rambu-rambu, APD, P3K


.0000000000000000000

Anda mungkin juga menyukai