Anda di halaman 1dari 171

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN

PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT PT. MURINI SAM SAM


KABUPATEN BENGKALIS - RIAU
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :

NATHALIA INDRIYANI
NIM. 141000459

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN
PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT PT. MURINI SAM SAM
KABUPATEN BENGKALIS - RIAU
TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NATHALIA INDRIYANI
NIM. 141000459

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN PRODUKSI

PABRIK KELAPA SAWIT PT. MURINI SAM SAM KABUPATEN

BENGKALIS – RIAU TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar

hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau

sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya keilmuan saya ini, atau klaim

dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2018

Yang membuat pernyataan

Nathalia Indriyani

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Tenaga kerja akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan


kesehatannya saat melaksanakan pekerjaan. Penerapan manajemen risiko dalam
proses industri mendorong upaya keselamatan dalam mengendalikan semua risiko
yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan manajemen risiko
pada bagian produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Murini Sam-Sam Kab.
Bengkalis – Riau Tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif. Instrumen yang digunakan
adalah lembar wawancara dan media foto dengan analisis data yang digunakan
adalah konsep Miles and Hubermen.
Penerapan manajemen risiko pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Murini
Sam Sam Kabupaten Bengkalis - Riau secara umum telah dilakukan sesuai
dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 (PROS-SD-03-01).
Penerapan manajemen risiko meliputi tahap identifikasi aspek/bahaya, analisa
dampak/resiko dan pengendalian dampak/resiko menggunakan Form Identifikasi
Aspek dan Dampak LK3.
Berdasarkan hasil penelitian perusahaan diharapkan tetap mempertahankan
penerapan manajemen risiko yang telah berjalan (identifikasi aspek/bahaya,
analisa dampak/resiko dan pengendalian dampak/resiko) dengan cara melakukan
review rutin dari hasil identifikasi aspek dampak LK3 secara berkesinambungan
dan menindaklanjuti hasil evaluasi dan analisis dengan perbaikan serta
penanggulangan yang sesuai dengan hasil analisis tersebut. Pekerja lebih berperan
aktif dalam penerapan program K3 seperti mengikuti sosialisasi unsafe condition
& unsafe action, sosialisasi dan aplikasi 5R2S, APD, rambu-rambu K3 &
lingkungan, pemasangan informasi K3 serta sosialisasi kebijakan LK3.

Kata Kunci : Manajemen Risiko, Prosedur Identifikasi Aspek dan


Dampak LK3, Pengendalian Risiko

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The factory worker will face a threat to safety and health while performing
the work. Implementation of risk management in industrial processes encourages
safety efforts in controlling all risks. This study aims to find out the
implementation of risk management in the production of Palm Oil Factory (PKS)
PT Murini Sam-Sam Kab. Bengkalis - Riau in 2018.
This type of research is qualitative research. The instruments which used
are interview sheet and photo media. Miles and Hubermen concept is used for
data analysis.
The implementation of risk management at Palm Oil Factory (PKS) PT.
Murini Sam Sam Bengkalis Regency - Riau generally has been conducted in
accordance with Identification of Aspect and EHS Impact (PROS-SD-03-01). .
Implementation of risk management includes the stage of risk identification,
impact / risk analysis and impact / risk control by using Aspect Identification
Form and Impact of LK3.
Based on the results of the research, the company is expected to maintain
the implementation of the existing risk management (identification of aspects /
risks, impact / risk analysis and impact / risk control) by routine reviewing of
identification of the LK3’s impacts continuously and following up the evaluation
and analysis results with improvement also the appropriate solution with the
results of the analysis. Workers are more active in the implementation of OSH
programs such as socialization of unsafe condition & unsafe action, socialization
and application of 5R2S, PPE, K3 signs & environment, installation of OSH
information and socialization of LK3 policy.

Keywords: Risk Management, Aspect Identification Procedures and


Impact of LK3, Risk Control

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Analisis Penerapan Manajemen Risiko pada Bagian Produksi Pabrik

Kelapa Sawit PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau Tahun

2018”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat.

Begitu banyak pengalaman dan tantangan yang dihadapi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak baik secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

dan selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi

masukan terhadap skripsi ini.

4. Ir. Kalsum, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang memberikan bimbingan

dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberi masukan tehadap skripsi ini.

7. Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.

8. Para Dosen dan Staff di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, khususnya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

9. Pihak pimpinan dan pekerja pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Murini Sam Sam

Kabupaten Bengkalis – Riau yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

10. Yang teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayah Drs. Polin Sibuea,

M.Si dan Ibu Nurlindawati serta saudaraku Fernando Sahala Tua Sibuea, SH

yang telah banyak memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis masih menyadari bahwa tugas skripsi ini masih belum sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi

siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2018

Nathalia Indriyani

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................. ...xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Permasalahan Penelitian ................................................................................8
1.3 Tujuan penelitian ...........................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum .....................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................11


2.1 Manajemen Risiko.......................................................................................11
2.1.1 Proses Manajemen Risiko .................................................................12
2.1.2 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ............18
2.2 Pabrik Kelapa Sawit ....................................................................................24
2.2.1 Tahapan Pelaksanaan Kelapa Sawit ..................................................24
2.2.2 Proses Produksi Kelapa Sawit ...........................................................29
2.3 Bahaya .........................................................................................................34
2.3.1 Definisi Bahaya .................................................................................34
2.3.2 Jenis-jenis Bahaya .............................................................................34
2.4 Risiko...........................................................................................................37
2.4.1 Definisi Risiko...................................................................................37
2.4.2 Jenis-jenis Risiko...............................................................................37
2.5 Kecelakaan Kerja ........................................................................................41
2.5.1 Pengertian Kecelakaan Kerja ............................................................41
2.5.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ..............................................................45
2.5.3 Kerugian Karena Kecelakaan Kerja ..................................................46
2.6 Kerangka Pikir .............................................................................................47

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................51
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................51
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................51
3.2.1 Lokasi Penelitian ...............................................................................51
3.2.2 Waktu Penelitian ...............................................................................51
3.3 Informan Penelitian .....................................................................................52
3.4 Objek Penelitian ..........................................................................................52
3.5 Instrumen Penelitian ....................................................................................52
3.6 Metode Pengumpulan Data .........................................................................52
3.6.1 Data Primer .......................................................................................52
3.6.2 Data Sekunder ...................................................................................53
3.7 Metode Analisis Data ..................................................................................54
3.7.1 Data Reduction/Reduksi Data ...........................................................54
3.7.2 Data Display/Penyajian Data ............................................................54
3.7.3 Cloncusion Drawing/Verification .....................................................55

BAB IV HASIL PENELITIAN ..........................................................................56


4.1 Gambaran Umum PT. Murini Sam Sam ....................................................56
4.2 Sumber Daya Manusia PT. Murini Sam Sam .............................................58
4.3 Proses Produksi Kelapa Sawi di PKS PT. Murini Sam Sam.......................60
4.3.1 Stasiun Loading Ramp/Sortasi .........................................................61
4.3.2 Stasiun Rebusan/Sterilizer................................................................61
4.3.3 Stasiun Bantingan/Threshing ...........................................................62
4.3.4 Stasiun Kempa/Pressing ..................................................................62
4.3.5 Stasiun Pemurnian Minyak/Clarifier ...............................................64
4.3.6 Stasiun Pengolahan Biji/Kernel Plant ..............................................66
4.3.7 Stasiun Pembangkit/Boiler ...............................................................66
4.4 Manajemen Risiko pada PKS PT. Murini Sam Sam ..................................67
4.4.1 Identifikasi Aspek/Bahaya pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) ....................................................................................68
4.4.2 Analisa Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) ..............................................................................................71
4.4.3 Pengendalian Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) ....................................................................................90

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................................93


5.1 Identifikasi Aspek/Bahaya pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit
(PKS)........................................................................................................95

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2 Analisa Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit
(PKS)......................................................................................................113
5.3 Pengendalian Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit
(PKS)......................................................................................................117

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................133


6.1 Kesimpulan .............................................................................................133
6.2 Saran .......................................................................................................134

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................135


DAFTAR LAMPIRAN

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga dan Jenis Tingkat Pendidikan yang Digunakan di Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit ....................................................................59

Tabel 4.2 Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Tingkat Provinsi PT. Murini Sam Sam POM Periode: 2017-2018 .....59

Tabel 4.3 Analisa Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Tahun 2017 ................71

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Proses Manajemen Risiko (Sai Gobal: AS/NZS4360:2004) .13

Gambar 2.2 Hierarki Pengendalian Risiko (Ramli,2010).....................................15

Gambar 2.3 Model dan Siklus Penerapan Sistem Manajemen K3 .......................22

Gambar 2.4 Hbubungan Manajemen Risiko dengan SMK3 ................................23

Gambar 2.5 Teri Domino......................................................................................43

Gambar 2.6 Kerangka Pikir ..................................................................................50

Gambar 4.1 PKS PT. Murini Sam Sam ................................................................57

Gambar 4.2 Layout PKS PT. Murini Sam Sam ....................................................57

Gambar 4.3 Flow Diagram Proses ........................................................................67

Gambar 4.4 Diagram Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 ................................69

Gambar 4.5 Diagram Analisa Dampak/Resiko LK3 ............................................88

Gambar 4.6 Diagram Pengendalian Dampak/Resiko LK3 ...................................91

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Dokumentasi

Lampiran 4. Hasil Wawancara

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nathalia Indriyani, dilahirkan di Kota Tembilahan tanggal 24 Desember

1995. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Drs. Polin

Sibuea, M.Si dan Nurlindawati Hutasoit.

Penulis memulai Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Santa Maria

Pekanbaru pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis

melanjutkan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Santa Maria Pekanbaru dan selesai

pada tahun 2008. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Santa Maria Pekanbaru dan menyelesaikanya pada

tahun 2011. Kemudian penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas

pada tahun yang sama dan menyelesaikannya pada tahun 2014. Pada tahun 2014

penulis memulai kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga kerja akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan

kesehatannya saat melaksanakan pekerjaannya. Usaha yang aman (safe business)

dapat berjalan dengan adanya program perlindungan bagi karyawan melalui

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang

dilakukan secara konsisten. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun

1970, tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003,

tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan kewajiban pengusaha melindungi

tenaga kerja dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013). Peraturan

Pemerintah No. 50 tahun 2012 juga menyebutkan bahwa pengusaha harus

mempertimbangkan identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko dalam

menyusun rencana keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Namun pada

kenyataannya, pelaksana kegiatan sering mengabaikan persyaratan dan peraturan-

peraturan dalam K3.

Salah satu yang menyebabkan ini terjadi adalah karena kurangnya

kesadaran atas risiko yang harus ditanggung oleh tenaga kerja dan perusahaan.

Disamping itu, adanya peraturan mengenai K3 tidak diimbangi oleh upaya hukum

yang tegas dan sanksi yang berat, sehingga banyak pelaksana

proyek yang melalaikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya (Soputan,

2014).
1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengklaim kasus kecelakaan

kerja sepanjang tahun 2017 tercatat sebanyak 80.393 kasus. Santoso menyebutkan

bahwa banyak perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum menerapkan K3,

hal ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan yang terdaftar, serta 25.000

perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100 orang, ternyata yang meraih

penghargaan zero accident hanya 66 perusahaan.

Menurut data BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Ketenagakerjaan) mencatat sepanjang tahun 2013 jumlah peserta yang

mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. Dari jumlah kecelakaan

tersebut sebagian besar atau sekitar 69,59 persen terjadi di dalam perusahaan

ketika mereka bekerja. Sebanyak 34,43% penyebab kecelakaan kerja dikarenakan

posisi tidak aman dan 32,12% pekerja tidak memakai peralatan yang safety

(Hijriani, 2015).

Data BPJS Ketenagakerjaan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan) mencatat angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi,

hingga akhir tahun 2016 terjadi kecelakaan kerja sebanyak 110.272 kasus.

Berdasarkan data International Labor Organitation (ILO) yang diterbitkan

dalam peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sedunia pada 28 April

2010, tercatat setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit

akibat kerja dan terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh

dunia. Sedangkan menurut data Kemenakertrans, angka kecelakaan kerja pada

tahun 2009 mencapai 96.513 kasus, sedangkan pada semester I tahun 2010 angka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

kecelakaan kerja mencapai 53.267 kasus. Hampir 70% kecelakaan kerja

didominasi kecelakaan di jalan raya saat pergi maupun pulang dari tempat kerja.

Setiap tahun ditargetkan angka kecelakaan kerja 50% lebih sedikit dibandingkan

tahun sebelumnya (Shiddiq, dkk. 2013).

Data International Labor Organitation (ILO) tahun 2017 juga mencatat

setiap tahun terjadi 2,3 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau

kecelakaan akibat hubungan ketenagakerjaan. Selain itu, jutaan pekerja menderita

cedera dan penyakit yang tidak fatal, sekitar 6.400 orang meninggal dunia setiap

harinya karena kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja dan sekitar

860.000 orang yang terluka ditempat kerja.

Aspek dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) muncul karena

adanya risiko yang mengancam keselamatan pekerja, sarana, dan lingkungan kerja

sehingga harus dikelola dengan baik. Adanya manajemen risiko dalam proses

industri mendorong upaya keselamatan dalam mengendalikan semua risiko yang

ada, sehingga keberadaan manajemen risiko tidak dapat dipisahkan dengan

manajemen K3. Berbagai sistem manajemen K3 selalu menempatkan aspek

manajemen risiko dalam landasan utama penerapan K3 di lingkungan industri

(Wicaksono, 2011).

Usaha kelapa sawit merupakan salah satu usaha yang memiliki peranan

yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai

tambah, ekspor, pengurangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Produk

dari perkebunan kelapa sawit di tingkat kebun berbentuk TBS (Tandan Buah

Segar) diolah menjadi produk setengah jadi berbentuk CPO (crude palm oil) dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

minyak inti sawit. Kedua produk ini dapat diolah menjadi bermacam-macam

produk lanjutan untuk industri makanan seperti mentega, alkohol, metil, minyak

goreng, serta untuk industri non pangan seperti kosmetik, deterjen dan lainnya.

Selain itu minyak kelapa sawit juga memiliki kandungan kalori, vitamin, asam

lemak essensial dan dapat juga digunakan sebagai obat jantung koroner dan

kanker (Pahan, 2007).

Bagian produksi pada pabrik kelapa sawit dalam menjalankan kegiatannya

akan selalu berhubungan dengan mesin dan lingkungan yang selalu mengandung

potensi risiko bahaya tertentu. Penggunaan teknologi yang modern juga akan

memungkinkan adanya potensi bahaya yang bila tidak mendapat perhatian khusus

akan dapat menimbulkan risiko lebih besar. Seperti yang diungkapkan Tarwaka

(2014) bahwa bagian produksi memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja.

Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan

dan penyakit akibat kerja (PAK). Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya,

maka sumber-sumber bahaya tersebut harus ditemukan dengan melakukan

identifikasi sumber bahaya potensial yang ada di lingkungan kerja (Suma’mur,

2013).

Risiko bisa saja terjadi dari adanya penyimpangan-penyimpanan kegiatan

baik dari struktur kelembagaan serta fasilitas yang ada. Risiko yang terjadi akan

berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari suatu perusahaan. Risiko

diyakini tidak dapat dihindari tetapi dapat dikurangi dan bahkan dikendalikan

melalui manajemen risiko. Peran dari manajemen risiko diharapkan dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

mengantisipasi lingkungan yang cepat berubah, mengembangkan coorporate

governance dan mengoptimalkan penyusunan strategic management (Nasution,

2010).

Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada bagian produksi akan

menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan

pada pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan proses produksi

diwajibkan untuk menerapkan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja

(K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga

merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian.

Kerugian akibat kecelakan dikategorikan atas kerugian langsung dan

kerugian overhead, kerugian langsung misalnya biaya pengobatan dan

kompensasi, kerusakan sarana produksi sedangkan kerugian overhead adalah

kerugian jam kerja, kerugian produksi, kerugian sosial, citra serta kepercayaan

konsumen. Anwar (2014) dalam jurnalnya menyatakan bahwa kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) harus selalu dibudayakan dan dilaksanakan oleh para

pekerja, stakeholder dan semua yang terlibat dalam perusahaan, sehingga target

zero accident dapat tercapai dalam suatu bisnis (Saskia, 2013).

Jurnal internasional “The Effects of Risk Assessment (Hirarc) on

Organisational Performance in Selected Construction Companies in Nigeria”

menyebutkan bahwasanya terdapat keterkaitan antara penilaian risiko dengan

menurunnya insidensi kecelakaan. Hasil menunjukkan dari keenam perusahaan

konstruksi yang diteliti, kinerja organisasi menjadi lebih baik (mengurangi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

kecelakaan atau tingkat insiden, peningkatan produktivitas) tergantung pada

penilaian risiko (Agwu, 2012).

Hasil penelitian Arief tahun 2011 menunjukkan bahwa kesesuaian

penerapan manajemen risiko pada PT Cipta Kridatama Jobsite Mahakam

Sumber Jaya dengan prosedur PR-00-SHE-025 tentang identifikasi bahaya,

penilaian dan pengendalian risiko K3 sangatlah penting dalam pertimbangan

pelaksanaan manajemen risiko. Terutama dalam hal pengendalian risiko

perusahaan.

Hasil penelitian Hijriani tahun 2015 menunjukkan bahwa penerapan

manajemen risiko di PTPN IV Unit Usaha Pabatu secara umum telah dilakukan

sesuai dengan PP No.50 tahun 2012 tentang indetifikasi bahaya, penilaian dan

pengendalian risiko, namun pada penilaian risiko masih belum dilakukan

penilaian secara objektif dan rutin serta pada pengendalian risiko telah

dilakukan pematuhan instruksi kerja, pemasangan rambu K3, penyediaan

APAR dan penyediaan APD.

PT. Murini Sam Sam merupakan salah satu perusahaaan yang bergerak di

bidang perkebunan kelapa sawit yang berada di wilayah Kecamatan Pinggir,

Bengkalis, tepatnya berada di salah satu Desa Pemekaran, yaitu Desa Pangkalan

Libut. PT. Murini Sam-Sam yang termasuk dalam Wilmar Group beralamat di Jl.

Raya Pekanbaru Duri Km 93, Bengkalis, Riau-Bengkalis, Provinsi Riau.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan, proses produksi

Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit PT Murini Sam Sam Kab.

Bengkalis-Riau dimulai dari jembatan timbang (menimbang TBS) yang akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

ditumpahkan di area loading ramp (penimbunan sementara TBS). Terjadi

proses sortasi (pensortiran TBS) pada area loading ramp yang kemudian akan

ditumpahkan ke lori menuju sterillizer (perebusan TBS) yang dikaitkan

menggunakan tali capstand. Buah yang sudah terlepas dari janjangan dipress,

sehingga terjadi pemisahan bagian padat dengan bagian cair. Bagian cair

berupa minyak masuk menuju stasiun klarifikasi. Bagian padat dibawa menuju

stasiun pengolahan biji.

PT Murini Sam Sam telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3). PT Murini Sam Sam melakukan identifikasi

bahaya, analisa dampak/ resiko dan pengendalian dampak/ resiko tersebut

setiap tahunnya yang kemudian tercatat dalam satu Form yang disebut Form

Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 dibantu oleh P2K3.

Penerapan manajemen risiko dilakukan dengan dijalankannya program K3

yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu identifikasi bahaya, analisa dampak/

resiko dan pengendalian dampak/ resiko. Penerapan manajemen risiko K3 yang

baik juga menjadi sebuah keharusan bagi pabrik kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit

juga akan berhadapan dengan ketidakpastian dan ketidakstabilan terutama dalam

proses produksinya. Manajemen risiko yang telah diterapkan tidak sepenuhnya

berjalan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin menganalisis penerapan

manajemen risiko pada bagian produksi pabrik kelapa sawit (PKS) PT. Murini

Sam Sam Kab.Bengkalis-Riau Tahun 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana penerapan

manajemen risiko pada bagian produksi pabrik kelapa sawit PT Murini Sam Sam

Kab. Bengkalis–Riau Tahun 2018”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan

manajemen risiko pada bagian produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Murini

Sam-Sam Kab. Bengkalis–Riau Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko Pabrik Kelapa Sawit PT.

Murini Sam-Sam Kab.Bengkalis-Riau khususnya pada stasiun loading

ramp dan sortasi.

2. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko Pabrik Kelapa Sawit PT.

Murini Sam-Sam Kab.Bengkalis-Riau khususnya pada stasiun perebusan

(sterilizer).

3. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko Pabrik Kelapa Sawit PT.

Murini Sam-Sam Kab.Bengkalis-Riau khususnya pada stasiun penebah

(treshing).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

4. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko Pabrik Kelapa Sawit PT.

Murini Sam-Sam Kab.Bengkalis-Riau khususnya pada stasiun kempa

(pressing).

5. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko Pabrik Kelapa Sawit PT.

Murini Sam-Sam Kab.Bengkalis-Riau khususnya pada stasiun pemurnian

minyak (clarifier).

6. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko Pabrik Kelapa Sawit PT.

Murini Sam-Sam Kab.Bengkalis-Riau khususnya pada stasiun pengolahan

biji (kernel plant).

7. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko Pabrik Kelapa Sawit PT.

Murini Sam-Sam Kab.Bengkalis-Riau khususnya pada stasiun pembangkit

uap (boiler).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai penerapan

manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS) PT Murini Sam-Sam Kab.

Bengkalis–Riau.

2. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang

penerapan manajemen risiko pada bagian produksi di lingkungan pabrik

kelapa sawit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

3. Untuk menambah kepustakaan tentang keselamatan dan kesehatan kerja,

khususnya mengenai manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS) PT

Murini Sam-Sam Kab. Bengkalis–Riau.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Risiko

Manajemen risiko sebagai alat untuk melindungi perusahaan dari setiap

kemungkinan yang merugikan. Dalam aspek K3 kerugian berasal dari kejadian

yang tidak diinginkan yang timbul dari aktivitas organisasi. Tanpa menerapkan

manajemen risiko perusahaan dihadapkan dengan ketidakpastian (Ramli, 2010).

Manajemen risiko merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui,

menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan

tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi,

2011).

Melalui pelaksanaan manajemen risiko diperoleh berbagai manfaat antara

lain (Ramli, 2010):

1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap kegiatan

yang mengandung bahaya.

2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan.

3. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai

kelangsungan dan keamanan investasinya.

4. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi setiap

perusahaan.

5. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.

Manajemen risiko merupakan metoda yang sistematis yang terdiri dari

menetepkan konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan,

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan aktivitas

apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan.

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari suatu bentuk

manajemen yang baik. Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah

yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan yang berkelanjutan. Manajemen

risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika diterapkan sejak awal

kegiatan. Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses

pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi perusahaan.

2.1.1 Proses Manajemen Risiko

Manajemen risiko menyangkut budaya, proses dan struktur dalam

mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem

manajemen yang baik. Manajemen risiko adalah bagian integral dari proses

manajemen yang berjalan dalam perusahaan atau lembaga (AS/NZS 4360, 2004).

Menurut standar AS/NZS 4360 tentang standar manajemen risiko, proses

manajemen risiko meliputi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Gambar 2.1 Bagan Proses Manajemen Risiko (Sai Gobal: AS/NZS 4360 :

2004)

1. Menentukan Konteks

Manajemen risiko sangat luas dan dapat diaplikasikan untuk berbagai

keperluan dan kegiatan. Karena itu langkah pertama adalah menetapkan

konteks penerapan manajemen risiko yang akan dijalankan agar proses

pengelolaan risiko tidak salah arah dan tepat sasaran.

a. Konteks Strategis

b. Konteks Manajemen Risiko

c. Kriteria Risiko

2. Identifikasi Risiko

Setelah menentukan konteks manajemen risiko yang akan dijalankan

dalam perusahaan, maka langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi

risiko. Identifikasi bahaya/risiko adalah upaya sistematis untuk mengetahui

potensi bahaya/risiko yang ada di lingkungan kerja sehingga dapat mengurangi

peluang terjadinya kecelakaan karena identifikasi bahaya/risiko berkaitan

dengan faktor penyebab kecelakaan. Dengan melakukan identifikasi

bahaya/risiko maka sumber-sumber bahaya/risiko dapat diketahui sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. (Ramli,2010). Tahapan ini bertujuan

untuk mengidentifikasi semua kemungkinan bahaya atau risiko yang mungkin

terjadi di lingkungan kegiatan dan bagaimana dampak atau keparahannya jika

terjadi.

3. Penilaian Risiko

Hasil identifikasi bahaya selanjutnya dianalisa dan dievaluasi untuk

menentukan besarnya risiko serta tingkat risiko serta menentukan apakah

risiko tersebut dapat diterima atau tidak.

a) Analisa Risiko

Analisa risiko adalah untuk menentukan besarnya suatu risiko yang

dicerminkan dari kemungkinanndan keparahan yang ditimbulkannya.

b) Evaluasi Risiko

Evaluasi terhadap risiko apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.

4. Pengendalian Risiko

Semua risiko yang telah diidentifikasi dan dinilai tersebut harus

dikendalikan, khususnya jika risiko tersebut dinilai memiliki dampak signifikan

atau tidak dapat diterima. Dalam tahap ini dilakukan pemilihan strategi

pengendalian yang tepat ditinjau dari berbagai aspek seperti aspek financial,

praktis, manusia dan operasi lainnya.

Menurut Ramli (2010) pengendalian risiko dilakukan terhadap seluruh

bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan

mempertimbangkan peringkat risiko untuk menemukan prioritas dan cara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

pengendaliannya. Selanjutnya, dalam menentukan pengendalian harus

mempertimbangkan hirarki pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi,

pengendalian teknis, administrative dan penyediaan alat keselamatan yang

disesuaikan dengan kondisi organisasi, ketersedian biaya, biaya operasional,

faktor manusia dan lingkungan

Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan dengan

mengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki pengendalian

risiko pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Hirarki Pengendalian Risiko (Ramli, 2010)

Menurut Ramli (2010) adapun elemen-elemen hirarki pengendalian

bahaya adalah sebagai berikut :

1. Eliminasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya,

misalnya lobang di jalan ditutup, ceceran minyak lantai dibersihkan, mesin yang

bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi

sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi pilihan

utama dalam hirarki pengendalian risiko.

2. Substitusi

Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan,

system atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah

bahayanya.

3. Pengendalian teknis (Enjinering)

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di

lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui

perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan

pengaman.

4. Pengendalian administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara adminstratif misalnya

dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja, prosedur kerja yang lebih

aman, rotasi kerja atau pemeriksaan kesehatan.

5. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan menggunakan

alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh dan pelindung kaki. Dalam

konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam

pencegahan kecelakaan. Hal ini dikarenakan alat pelindung diri bukan untuk

mencegah kecelakaan namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan

kecelakaan.

5. Komunikasi dan Konsultasi

Mengkomunikasikan risiko atau bahaya ke pada semua pihak yang

berkepentingan dengan kegiatan organisasi atau perusahaan. Hasil atau proses

mengembangkan manajemen risiko juga dikonsulatsikan ke semua pihak

seperti pekerja, ahli, mitra kerja, pemasok dan lainnya yang kemungkinan

terpengaruh oleh penerapan manajemen risiko dalam organisasi. Manajemen

risiko mengisyaratkan perlunya partisipasi semua pihak dalam pengembangan

dan penerapannya.

6. Pemantauan dan Tinjauan Ulang

Proses manajemen risiko harus dipantau untuk menentukan atau

mengetahui adanya penyimpangan atau kendala dalam pelaksanaanya.

Pemantauan juga diperlukan untuk memastikan bahwa sistem manajemen risiko

telah berjalan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Dalam hasil pemantauan

diperoleh berbagai masukan mengenai penerapan manajemen risiko. Selanjutnya

manajemen melakukan tinjauan ulang untuk menentukan apakah proses

manajemen risiko telah sesuai dan menetukan langkah-langkah perbaikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

2.1.2 Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Sementara itu manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3

untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara

komphrehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik

(Wicaksono, 2011).

Dalam penerapan manajemen risiko, perlu dilakukan monitoring dan

review terhadap kerangka kerja manajemen risiko. Setelah itu, kerangka kerja

manajemen risiko perlu diperbaiki secara berkelanjutan untuk memfasilitasi

perubahan yang terjadi pada konteks internal dan eksternal organisasi. Proses-

proses tersebut kemudian berulang kembali untuk memastikan adanya kerangka

kerja manajemen risiko yang mengalami perbaikan berkesinambungan dan dapat

menghasilkan penerapan manajemen risiko yang andal (Susilo dan Kaho, 2011).

Manajemen risiko sangat erat hubungannya dengan K3. Timbulnya aspek

K3 disebabkan karena adanya risiko yang mengancam keselamatan pekerja,

sarana dan lingkungan kerja sehingga harus dikelola dengan baik. Sebaliknya,

keberadaan risiko dalam kegiatan perusahaan mendorong perlunya upaya

keselamatan untuk mengendalikan semua risiko yang ada. Dengan demikian,

risiko adalah bagian tidak terpisahkan dengan manajemen K3.

1. OHSAS 18001

Salah satu sistem manajemen K3 yang berlaku global adalah OHSAS

18001. Manajemen risiko merupakan elemen inti. Menurut OHSAS 18001,

sistem manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses

perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan.

Penerapan sistem manajemen K3 menggunakan pendekatan PDCA

(plan-do-check-action) yaitu mulai dari perencanaan sistem manajemen K3,

menetapkan sistem manajemen K3, mengevaluasi penerapannya, dan tingkatan

sistem manajemen K3. Untuk menerapkan sistem manajemen tersebut, OHSAS

18001 telah memberikan persyaratan-persyaratan yang tertuang dalam masing-

masing elemen.

Persyaratan perencanaan yaitu :

1. Analisa bahaya K3 dan tentukan pengendaliannya

2. Pesyaratan perundangan dan lainnya

3. Tetapkan objektif dan program

Persyaratan penerapan yaitu :

1. Menetapkan tanggung jawab dan akuntabilitas

2. Memastikan kompetensi dan penyediaan pelatihan

Pesyaratan komunikasi, partisipasi dan konsultasi yaitu :

1. Tetapkan prosedur komunikasi

2. Partisipasi dan konsultasi

3. Dokumentasikan sistem manajemen K3

4. Implementasikan tindakan pengendalian operasi

5. Tetapkan proses keadaan darurat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Persyaratan pemeriksaan yaitu :

1. Pantau dan ukur kinerja SMK3

Persyaratan evaluasi pemenuhan perundangan dan persyaratan lainnya yaitu :

1. Evaluasi pemenuhan persyaratan perundangan

2. Evaluasi pemenuhan dengan persyaratan lainnya

Persyaratan penyelidikan insiden dan langkah perbaikan yaitu :

1. Selidiki semua insiden

2. Ambil langkah perbaikan

3. Tetapkan rekaman SMK3 dan pengendaliannya

4. Lakukan internal audit SMK3

Persyaratan Tinjauan Manajemen yaitu :

1. Tinjau ulang kinerja K3

Menurut OHSAS 18001, manajemen risiko terbagi atas 3 bagian yaitu Hazard

Identification, Risk Assasment dan Risk Control, biasa dikenal dengan

singkatan HIRARC. Berdasarkan hasil evaluasi dari kajian HIRARC

perusahaan mengembangkan sasaran K3, kebijakan K3 dan program kerja

untuk mengelola risiko tersebut, dengan demikian pengembangan sistem

manajemen K3 adalah berbasis risiko (Risk Based Safety Management

System).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

2. SMK3 Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012

SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja gunaterciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (pasal 1 ayat

1 point 1 PP RI No. 50 Tahun 2012).

Tujuan dan sasaran SMK3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat

kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, tenaga kerja, kondisi,

dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi

kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien, dan produktif (pasal 2 Permenakertrans RI No. 05 Tahun 1996).

a. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja

yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh dan atau serikat

pekerja/serikat buruh.

c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk

mendorong produktivitas.

Penerapan SMK3 (pasal 6 PP RI No.50 Tahun 2012) meliputi :

1. Penetapan Kebijakan K3

2. Perencanaan K3

3. Pelaksanaan rencana K3

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Dalam penerapan SMK3, perusahaan wajib melaksanakan tiap prinsip

dari 5 prinsip penerapan SMK3 secara berurutan dimulai dari menetapkan

kebijakan K3 dan komitmen menerapkan SMK3, merencakan penerapan K3,

menerapkan kebijakan K3, mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3,

meninjau ulang dan meningkatkan pelaksanaan SMK3. Prinsip penerapan SMK3

disusun berlandaskan PDCA (Plan, Do, Check, Act to Improvement), bersifat

proaktif, penilaian kinerja dilakukan terhadap proses (bukan hanya output),

memiliki keterkaitan antar unsur dalam SMK3, dan memiliki konsep peningkatan

kinerja yang berkelanjutan (Ramli,2010).

Penerapan SMK3 mengambil model penerapan prinsip dasar sistem

manajemen yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pemeriksaan (check), dan

tindakan perbaikan (act to improvement) yang seiring dengan pelaksanaan 5

prinsip dari penerapan SMK3 secara berurutan menuju perbaikan berkelanjutan

(Silaban, 2012).

Gambar 2.3 Model dan Siklus Penerapan Sistem Manajemen K3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012

diberlakukan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

dikenal dengan SMK3. SMK3 menempatkan manajemen risiko sebagai salah

satu elemen penting antara lain penyusunan rencana K3 harus

mempertimbangkan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko.

Hubungan manajemen risiko dan sistem manajemen K3 dapat dilihat pada :

Gambar 2.4 Hubungan Manajemen Risiko dengan SMK3

Dari keempat aspek tersebut dikembangkan berbagai elemen implementasi

yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan organisasi. Berkaitan dengan sarana

dikembangkan sistem rekayasa, inspeksi, kalibrasi, dan kajian K3 agar semua

sarana aman dan dapat dioperasikan dengan optimal. Berkaitan dengan aspek

proses dikembangkan identifikasi bahaya dalam operasi, pemeliharaan,

manajemen perubahan, keamanan operasi, serta sistem tanggap darurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Dari sisi prosedur dikembangkan sistem dokumentasi, pengelolaan data

dan informasi, pengukuran K3, tinjau ulang manajemen dan lainnya. Semua

program tersebut merupakan elemen dasar untuk mengelola risiko dan bahaya

yang ada dalam organisasi. Dengan demikian terlihat bahwa manajemen risiko K3

merupakan bagian tidak terpisahkan dari manajemen risiko.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya

disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan

kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 penerapan SMK3

bertujuan untuk:

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang

terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan

melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat

buruh

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong

produktivitas.

2.2 Pabrik Kelapa Sawit

2.2.1 Tahapan Pelaksanaan Kelapa Sawit

Usaha kelapa sawit merupakan usaha pemberdayaan komoditi kelapa

sawit mulai dari up-stream, on-farm dan down-stream atau sering disebut bidang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

usaha dari hulu sampai hilir. Tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan usaha

ini adalah:

1. Pengadaan Bibit

Bibit yang digunakan haruslah bibit yang berkualitas tinggi (yang memiliki

sertifikat). Untuk mendapatkan bibit/benih bersertifikat ada beberapa prosedur

yang harus dijalani, yakni pembeli mengajukan surat pesanan yang berisi jumlah

benih, jenis benih, waktu pesan, luas lahan dan lokasi penanaman (desa,

kecamatan, kabupaten). Lalu dibuat surat perjanjian jual beli, dan perusahaan

penyedia benih akan memberikan jawaban tertulis (Fauzi, 2002)

Penyedian benih untuk perkebunan skala besar bukanlah hal yang mudah,

oleh karena itu pekerjaan ini sering diserahkan kapada instansi yang berwewenang

dan memiliki keterampilan seperti Pusat Penelitian Marihat, Balai Penelitian

Perkebunan, atau seperti perusahaan PT. Socfin Indonesia, PT. London Sumatera,

dan PT. Dami Mas. Benih yang sering digunakan adalah jenis Tenera yakni

persilangan dari Dura dan Psifera (Fauzi, 2002).

2. Penanaman

Pada tanah mineral lubang tanam dibuat dengan ukuran 60cm x 60cm

x60cm, sedangkan pada tanah gambut langkah pertama dibuat 100cm x 100cm x

30cm kemudian ditengah lubang tersebut dibuat lagi lubang dengan ukuran 60cm

x 60cm x 60cm. Tujuan penanaman dengan ukuran tersebut adalah mengurangi

risiko terjadinya pertumbuhan tanaman miring. Setelah itu bibit diseleksi

berdasarkan umur dan tinggi dan disayat bagian bawah polibag dan dimasukkan

kelubang tanam kemudian ditimbun kembali dengan tanah. Kerapatan tanaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

juga perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi tingkat produksi tanaman

kelapa sawit. Jarak tanam yang optimal adalah 9m untuk tanah datar dan 8,7 untuk

tanah gambut. Susunan tanaman diatur seperti segitiga sama kaki karena susunan

akan memberikan hasil paling ekonomis yakni 143 pohon per hektar (Pahan,

2005).

3. Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau yang

pertumbuhannya kurang baik dengan tanaman yang baru. Saat yang baik untuk

penyulaman adalah musim hujan dengan menggunakan bibit berumur 12-14

bulan. Cara penyulaman sama dengan penanaman bibit (Fauzi, 2002).

4. Penanaman Tanaman Sela

Di sela tanaman kelapa sawit dapat ditanami tanaman sela untuk

mengurangi penguapan, erosi, dapat menjadi mulsa, pemfiksasi nitrogen dari

udara, pengendali gulma, meningkatkan unsur hara dan dapat menambah

penghasilan. Tanaman sela yang digunakan harus dengan umur pendek dan tidak

mengganggu tanaman kelapa sawit tersebut. Jenis tanaman sela yang disering

digunakan adalah calopogonium mucunoides, centrosema pubescens, dan

pueraria javanica (Mangoensoekarjo, 2003).

5. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara agar dapat

meningkatkan produktifitas. Waktu pemupukan yang baik adalah saat musim

hujan yakni saat tanah dalam kondisi lembab hingga mudah menyerap pupuk.

Namun adakalanya pupuk terbawa air hujan, hal ini harus disiasati dengan cara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

menanam pupuk. Jenis pupuk yang baik digunakan pada Tanaman Belum

Menghasilkan adalah SA, TSP, KCl, Kieserite, Borium, NPK. Untuk tanaman

umur 3 tahun digunakan ZA, TSP, MOP, Kieserit dan untuk tanaman

menghasilkan kurang dari 8 tahun disebar pupuk urea, ZA, MOP sedangkan umur

8 tahun ke atas digunakan ZA, MOP, kieserit dan RP (Pardosi, 2010).

6. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan untuk membuang daun-daun tua yang tidak

produktif. Pemangkasan dimaksudkan untuk mengurangi penguapan oleh daun,

memperlancar metabolisme tanaman, memperbaiki sirkulasi udara sehingga

penghalangan pembesaran buah dan buah terjepit tidak terjadi selain itu dapat juga

membantu memudahkan proses panen. Pemangkasan dilakukan 6 bulan sekali

untuk TBM dan 8 bulan sekali untuk TM. Pemangkasan dilakukan dengan

menggunakan dodos, egrek atau kampak. Jumlah pelepah tanaman berumur 3-8

tahun adalah 48-56 dan untuk tanaman lebih dari 8 tahun 40-48 pelepah (Pardosi,

2010).

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama penyakit merupakan salah satu faktor yang paling diperhatikan dalam

bisnis kelapa sawit. Karena adanya hama penyakit secara otomatis akan

menurunkan produksi dan bahkan mematikan tanaman. Adapun hama yang sering

terdapat di perkebunan kelapa sawit adalah nematoda, tungau, ulat api, ulat

kantong, belalang, kumbang, kutu daun, penggerek tandan buah, tikus, dan babi

hutan. Sedangkan penyakit yang sering timbul adalah penyakit busuk pangkal

batang/ ganoderma, penyakit daun bibit muda, penyakit akar lunak, penyakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

tajuk, busuk pangkal atas, busuk kering pangkal batang, busuk kuncup, garis

kuning dan busuk tandan buah. Hama penyakit tersebut dapat dikendalikan secara

manual yakni membongkar tanaman, secara kimia menyemprot pestisida dan

fungisida yang tepat dengan dosis tepat dan secara musuk alami yakni

menyebarkan organisme musuh hama penyakit tetapi tidak mengganggu tanaman

pokok (Pahan, 2005).

8. Panen

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan

setelah penyerbukan. Yang perlu diperhatikan dalam proses panen adalah kriteria

matang panen yakni umur lebih dari 31 bulan, Jumlah pohon yang dapat dipanen

per hektar sebanyak 60%, jumlah brondolan yang jatuh ± 10 butir untuk tanaman

kurang dari 10 tahun dan 15-20 butir untuk tanaman lebih dari 10 tahun dengan

warna kulit buah merah jingga atau dapat juga ditentukan dengan melihat

fraksinya yaitu 25%-50% buah luar membrondol dan 50%-75% buah luar

membrondol. Panen dilakukan dengan melepaskan tandan buah menggunakan

dodos, egrek kemudian dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil/TPH.

9. Pengolahan hasil

Pengolahan hasil kelapa sawit dilakukan dengan cara perebusan TBS yang

terlebih dahulu dimasukkan ke dalam lori pada sterilizer/ketel rebus selam 1 jam

dengan suhu 125ºC 2,5 atm. Lalu lori yang berisi TBS diangkat dengan alat

Hoisting crane untuk dibalikkan ke mesin perontok buah (tresher). Dari tresher

dibawa ke mesin pelumat (digester) sambil dipanasi. Setelah itu biji sawit

dipisahkan dari hasil lumatan dengan mengaduk selama 25-30 menit lalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

diperas/ekstraksi untuk mengambil minyaknya. Minyak sawit yang keluar dari

proses ekstraksi diolah lagi karena masih berupa minyak sawit kasar yang

mengandung kotoran partikel tempurung dan serabut. Minyak kasar tersebut

dialirkan ke tangki minyak kasar dan dimurnikan atau diklarifikasikan secara

bertahap sehingga menghasilkan minyak sawit mentah/ crude palm oil (CPO)

(Pardosi, 2010).

Setelah itu dilakukan proses penjernihan untuk menurunkan kadar air dalam

minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung dalam tangki penampungan dan

siap dipasarkan. Biji sawit yang tersisa dipecah lalu dikeringkan dalam silo 14 jam

pada suhu 50ºC lalu dipisahkan inti sawitnya dengan tempurung. Inti dipisahkan

dengan aliran air yang berputar dalam tabung dan dalam keadaan tersebut inti

akan mengapung. Selanjutnya inti sawit dicuci dikeringkan pada suhu 80ºC

kemudian diekstrasi untuk menghasilkan minyak inti sawit/palm kernel oil/PKO

(Fauzi, 2002).

2.2.2 Proses Produksi Kelapa Sawit

Produksi Kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh

ialah minyak sawit, inti sawit, serabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik

kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami

sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah

segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang

memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia (Hijriani,2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

1. Stasiun Loading Ramp/ Sortasi

Tandan buah segar kelapa sawit ditimbang dan dikumpulkan di Loading

Ramp. Loading ramp terdiri dari 12 pintu dan digerakkan dengan pompa

hydraulic. Sebelum dimasukkan ke loading ramp, dilakukan Sortasi oleh

petugas untuk memilih fraksi-fraksi sesuai kriteria matang panen.

2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Lori dipindahkan melalui transfer carieage ke jalur rail rebusan. Lori

rebusan ditarik dengan meggunakan capstandard ke rebusan (sterilizer).

Rebusan digunakan untuk merebus buah dan dapat memuat 10 (sepuluh) lori

dengan tekanan kerja 3 kg/cm2 yang dioperasikan oleh operator rebusan.

3. Stasiun Penebah (Treshing)

a. Alat pengangkutan ( Hosting crane)

Alat ini berfungsi untuk menaikkan/ menuang loari yang berisi buah masak

ke auto feeder dan menurunkan ke rel rebusan.

b. Auto feeder

Auto feeder berfungsi mengangkut dan mengatur buah jatuh ke bantingan.

c. Penebah (Trasher)

Buah masak yang telah keluar dari rebusan ditarik kebawah hositing crane

oleh operator untuk diangkut dan dituang kedalam Automatic feeder.

Automatic feeder ini mengatur pemasukan buah masuk kedalam alat

penebah/bantingan (trasher). Penebah digunakan untuk melepas dan

memisahkan buah dari tandan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

d. Konveyor buah (Fruit Conveyor) dan Fruit Elevator

Konveyor buah dipasang dibawah bantingan untuk menampung brondolan

yang dipisahkan dari bantingan untuk selanjutnya ditampung fruit elevator

untuk dikirim ke digester.

4. Stasiun Kempa (Pressing)

a. Digester (ketel adukan)

Ketel adukan berfungsi untuk melumatkan brondolan, sehingga daging

buah terpisah dari biji.Ketel pengaduk ini terdiri dari tabung silinder yang

berdiri tegak yang didalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk (stirring arms)

sebanyak 5 tingkat yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor

listrik. Empat tingkat pisau bagian atas dipakai sebagai pengaduk/pelumat dan

pisau bagian bawah (stirring arm bottom) disamping sebagai pengaduk juga

dipakai untuk pendorong massa keluar dari ketel adukan ke pengempa (press).

b. Kempa

Pengempa dipakai untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dan kernel

dari daging buah (pericarf). Pengempa terdiri dari sebuah silinder (press

cylinder) yang berlubang-lubang dan didalamnya terdapat 2 buah ulir (screw)

yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh 2 buah konus

(Cones) yang berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakan maju

mundur secara hidrolis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarifier)

Setelah serat buah dipisah dari kernel, serat tersebut telah berbentuk minyak

dari proses pemanasan 90-950C pada tahap Screw Press. Sehingga setelah

dipisah dari kernel, minyak tersebut dikumpulkan di (Stasiun Klarifikasi) pada

Sand Trap kemudian dikirim ke Vibrating Screen untuk proses pemisahkan air,

lumpur dan minyak. Setelah itu minyak tersebut dikirim ke Crude Oil Tank

untuk seterusnya diproses agar menghasilkan CPO murni. Setelah pemisahan

tersebut minyak dikirim ke Oil Tank untuk diproses pembersihan dari kadar air

dan kotoran melalui proses Oil Purifierkemudian Vaccum Oil Dryer sehingga

menghasilkan CPO yang telah memenuhi standart internasional.

CPO ini kemudian dikumpulkan di CPO Storage Tank. Adapun air dan

lumpur hasil dari pemisahan di Vibrating Screen tadi masih mengandung minyak,

sehingga masih perlu dilakukan proses pembersihan agar minyak yang masih ada

pada air dan lumpur masih dapat diambil. Air dan lumpur yang berada diatas

permukaan minyak tadi di kumpulkan di Sludge Tank dan kemudian dikirim ke

Sand Cyclone untuk dipisah air dan lumpur. Air yang bercampur minyak ini

kemudian dikirim ke Sludge Separator untuk diproses pemisahan lebih lanjut

antara air dan minyak dan dilakukan lagi penyaringan kedua di Sludge Pit.

Minyak yang telah dipisahkan pada air tersebut kemudian dikirim ke Oil Tank

untuk diproses menjadi CPO. Adapun lumpur pasir yang telah dipisah dengan air

di Sludge Tank juga masih mengandung minyak, sehingga masih diproses untuk

pengambilan minyak dengan cara lumpur pasir tersebut dicuci di Oil Trap untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

diambil minyaknya. Lalu minyak tersebut dikirim ke Sludge Pit, setelah itu

dikumpulkan ke Oil Tank supaya minyak masih bisa dijadikan CPO.

6. Stasiun Pengolahan Biji (Kernel Plant)

Kernel yang masih beserabut di Cake Breaker C/V untuk dipisah antara

kernel dengan serabutnya. Proses pemisahan tersebut lebih lanjut terjadi pada

tahap Depericarper yang mana pada proses ini kernel diperam, dipecahkan

kemudian dipisahkan kernelnya dengan ampas atau serabutnya. Setelah itu

kernel dikirim ke Nut Silo untuk dipanaskan dengan udara panas dengan suhu

60o C untuk dapat memisahkan kernel dengan kulit cangkang. Setelah itu di

kirim ke Ripple Milluntuk dipisahkan kernel dengan cangkangnya dengan

memecah cangkang. Kemudian kernel dikirim ke Kernel Silo. Pada Kernel

Silo, dilakukan proses pengeringan terhadap kernel sebelum dikumpulkan pada

Kernel Storage.

7. Stasiun Pembangkit Uap (Boiler)

Serabut yang telah dipisahkan dari kernel pada proses Depericarper dapat

digunakan sebagai bahan bakar Boiler/ Pembangkit Uap. Sehingga dapat

membantu penghematan dalam penggunaan bahan bakar untuk memproduksi

CPO. Cangkang yang telah dipisahkan dari kernel pada proses Ripple Mill dan

Clay bath digunakan sebagai bahan bakar (Boiler/ Pembangkit Uap).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

2.3 Bahaya

2.3.1 Definisi Bahaya

Bahaya adalah keadaan atau situasi yang potensial dapat menyebabkan

kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan kerja,

atau kombinasi seluruhnya. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang tepat

agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan. Bahaya

merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari suatu zat,

sistem, kondisi atau peralatan (Ramli, 2010)

Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara

unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses atau metoda kerja.

Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin,

material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja.

Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut, yaitu

manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur. Potensi bahaya

merupakan segala sesuatu yang mempunyai kemungkinan mengakibatkan

kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Ditempat kerja,

potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan akan selalu

dijumpai.

2.3.2 Jenis – Jenis Bahaya

Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita

terdapat banyak bahaya-bahaya yang berpotensial untuk mencederai tubuh kita

baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

berbagai bahaya-bahaya tersebut jika kita tidak mengenali bahayanya dengan

baik.

Menurut Ramli (2010), jenis bahaya diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak

dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan

penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain. Bagian

yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor,

memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan

mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit,

terpotong, atau terkupas.

b. Bahaya Listrik

Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat

mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan

singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan

listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.

c. Bahaya Fisis

Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain :

- Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera

pendengaran

- Tekanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

- Getaran

- Suhu panas atau dingin

- Cahaya atau penerangan

- Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah

d. Bahaya Biologis

Diberbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur

biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari

aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,

pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi.

e. Bahaya Kimia

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang

dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia antara lain :

- Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic)

- Iritasi

Oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air

aki dan lainnya

- Kebakaran dan peledakan

Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak

misalnya golongan senyawa hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG,

batubara dan lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

- Polusi dan pencemaran lingkungan

Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis

bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan

dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik,

bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat

kronis dalam jangka waktu yang panjang.

2.4 Risiko

2.4.1 Definisi Risiko

Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya

atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut (Ramli, 2010). Risiko merupakan

probabilitas suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan (Darmawi, 2011).

Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu

yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab

akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan consequences.

Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau

exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam

suatu interaksi.

2.4.2 Jenis – Jenis Risiko

Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau

perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat,

lingkup, skala, dan jenis kegiatannya antara lain yaitu :

1. Risiko finansial (financial risk)

Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko finansial yang

berkaitan dengan aspek keuangan. Ada berbagai risiko finansial seperti piutang

macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain. Risiko

keuangan ini harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami

kerugian atau bahkan sampai gulung tikar.

2. Risiko pasar (market risk)

Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya

dikonsumsi atau digunakan secara luas oleh masyarakat. Setiap perusahaan

mempunyai tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.

Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman

bagi konsumen. Dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1986 tentang Perlindungan

Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa

yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk (product safety

atau product liability).

Perusahaan harus memperhitungkan risiko pasar seperti adanya penolakan

terhadap produk atau mungkin tuntutan hukum dari masyarakat konsumen atau

larangan beredarnya produk dimasyarakat oleh lembaga yang berwenang. Risiko

lain yang berkaitan dengan pasar dapat berupa persaingan pasar. Dalam era pasar

terbuka kosumen memiliki kebebasan untuk memilih produk atau jasa yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

disukainya dan sangat kritis terhadap mutu, harga, layanan dan jaminan

keselamatannya. Setiap produk yang bersaing di pasar bebas menghadapi risiko

untuk ditinggalkan konsumen.

3. Risiko alam (natural risk)

Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat

terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya. Bencana

alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor,

banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa, bencana alam juga

mengakibatkan kerugaian materil yang sangat besar yang memerlukan waktu

pemulihan yang lama.

Di Indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius bagi setiap usaha

atau kegiatan. Indonesia berada di pertemuan lempeng yang meningkatkan risiko

terjadinya gempa. Indonesia berada di antara dua benua dan dua lautan luas yang

berpengaruh terhadap pola cuaca dan iklim. Indonesia juga memiliki rantai

gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu, faktor bencana alam harus

diperhitungkan sebagai risiko yang dapat terjadi setiap saat.

4. Risiko operasional

Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan

bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang

memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai risiko untuk

mengalami kerugian. Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari jenis,

bentuk dan skala bisnisnya masing-masing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Menurut data kecelakaan di Indonesia, pada tahun 2007 terjadi 89.000

kecelakaan kerja pada seluruh perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek

yang meliputi 7 juta pekerja. Salah satu upaya untuk mengendalikan risiko K3

adalah dengan menerapakan sistem manajemen K3 dengan salah satu

aspeknya adalah melalui identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang

diimplementasikan di berbagai perusahaan.

5. Risiko keamanan (security risk)

Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau

kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data informasi, data

keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang mengalami konflik dan gangguan

keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan perusahaan.

Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan system manajemen

keamanan dengan pendekatan manajemen risiko. Manajemen keamanan dimulai

dengan melakukan identifikasi semua potensi risiko keamanan yang ada dalam

kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah

pencegahan dan pengamanannya.

6. Risiko sosial

Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan

sosial dimana perusahaan beroperasi. Aspek sosial budaya seperti tingkat

kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan risiko

baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak peduli terhadap

aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan operasi perusahaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

2.5 Kecelakaan Kerja

2.5.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (1997), Kecelakaan kerja adalah kejadian yang

terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu

tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka

dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang lingkup

kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan

disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai

kepada yang paling berat.

Kecelakaan kerja menurut Sumakmur (1989) adalah suatu kecelakaan

yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini

berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan.

Risiko kecelakaan kerja adalah perpaduan antara kemungkinan terjadinya

kecelakaan (probabilitas) dan akibat (konsekuensi, keparahan). Baik kemungkinan

maupun akibat dapat dinyatakan dan dibuat kategori kualitatif ataupun kuantitatif

(Suma’mur, 2013).

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki yang

mengakibatkan terjadinya suatu kerugian baik terhadap manusia (cidera), harta

benda (rusak), proses (gangguan/terhenti) maupun lingkungan (kerusakan/

pencemaran). Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak

diharapkan. Tak terduga karena tidak terdapat unsur kesengajaan. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material maupun

penderitaan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan

dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja berarti kecelakaan kerja

terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan

(Anizar, 2012).

Kecelakaan kerja dapat terjadi karena adanya potensi bahaya yang

ditimbulkan dalam proses yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Dalam PP No.

50 Tahun 2012 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan potensi bahaya adalah

kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan,

cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi

menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan, kebakaran, peledakan,

pencemaran, dan penyakit akibat kerja.

Teori kecelakaan kerja dirumuskan oleh Heinrich dan kemudian

disempurnakan oleh Frank E.Bird. Teori tersebut dikenal dengan Teori Domino.

Dalam teori sederhana ini dinyatakan bahwa kecelakaan tidak dating dengan

sendirinya, ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului adanya suatu

kecelakaan. Pada buku Practical Loos Control Leadership (1986), Frank E.Bird

dan Germain menggambarkan urutan-uruta kejadian yag saling berhubungan

danberakhir pada kerugian yaitu cidera, kerusakan peralatan atau terhentinya

proses.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Sumber : Frank E.Bird (1986)

Gambar 2.5 Teori Domino

a) Kurangnya Sistem Pengendalian

Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya kecelakaan yang

dapat mengakibatkan kerugian. Tanpa manajemen pengendalian yang kuat,

penyebab kecelakaan dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor

penyebab kerugian.

Kurangnya pengendalian dapat disebabkan karena faktor :

1. Program yang tidak memadai.

2. Standar program yang tidak memadai.

3. Tidak ada pemenuhan terhadap standar.

b) Penyebab Dasar

Dari adanya kontrol yang tidak memadai akan menyebabkan timbulnya

peluang pada penyebab dasar dari kejadian yang menyebabkan kerugian.

Penyebab dasar terdiri dari:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

1. Faktor manusia

Kurangnya kemampuan fisik atau mental, kurangnya pengetahuan,

keterampilan, stress.

2. Faktor pekerjaan

Adanya standar kerja tidak cukup, rancang bangun dan pemeliharaan

yang tidak memadai.

c) Penyebab Langsung

Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi tindakan dan

kondisi tidak aman.

1. Tindakan tidak aman

Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap cara kerja yang aman

yang mempunyai risiko terjadinya kecelakaan.

2. Kondisi tidak aman

Adalah kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang berbahaya yang

langsung membuka peluang terjadinya kecelakaan.

d) Insiden

Insiden terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau

bahan yang melampaui nilai ambang batas dari bahan atau struktur. Sumber

energi ini dapat berupa tenaga mekanis, tenaga kinetis, kimia, listrik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Insiden adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkn hampir terjadinya

suatu kerugian meskipun kondisi bahaya belum benar-benar terjadi. Insiden

dapat menyebabkn cidera fisik atau kerusakan benda, seperti: terjatuh,

terbentur, terpeleset.

e) Kerugian

Apabila keseluruhan urutan di atas terjadi, maka akan menyebabkan adanya

kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan mempengaruhi produktifitas dan

kualitas kerja.

Dengan kata lain, kecelakaan akan mengakibatkan cidera dan atau mati,

kerugian harta benda bahkan sangat mempengaruhi moral pekerja termasuk

keluarganya.

2.5.2 Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Notoatmodjo (2003), penyebab kecelakaan kerja pada umumnya

digolongkan menjadi dua, yakni:

1. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi

keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, mengantuk,

kelelahan dan sebagainya.

2. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety

condition misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang

terbuka, dan sebagainya.

Menurut Suma’mur (2013), kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan

ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan

kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat

dicegah dan kecelakaan serupa tidak terulang kembali.

Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja, dua golongan tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan

Yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Faktor mekanis dan

lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud

tertentu.

2. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri

Yang meliputi segala faktor yang menyangkut tindakan para pekerja dalam

melakukan pekerjaannya yang cendrung mengabaikan prosedur kerja yang telah

ditetapkan terhadap suatu pekerjaan tertentu sehingga menimbulkan potensi

bahaya kecelakaan kerja pada dirinya dalam pekerjaannya.

2.5.3 Kerugian Karena Kecelakaan Kerja

Menurut Suma’mur (2013), kerugian oleh karena kecelakaan kerja akan

diterima oleh para pekerja dan perusahaan dimana pekerja itu bekerja. Korban

kecelakaan kerja akan mengeluh dan menderita akibat luka ataupun kelainan

tubuh, cacat bahkan juga kematian yang yang dikarenakan akibat kecelakaan yang

terjadi. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi

pekerja dan juga keluarganya serta perusahaan di tempat ia bekerja. Meskipun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

para pekerja mendapatkan perlindungan jaminan sosial antara lain dalam bentuk

kompensasi namun kecacatan yang diterima mengurangi kemampuan kerja dan

hal ini sangat merugikan pekerja.

Menurut Ramli (2010), kerugian oleh karena kecelakaan dikategorikan

atas kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).

1. Kerugian langsung

Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung

dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi seperti berikut :

a. Biaya pengobatan dan kompensasi

b. Kerusakan sarana produksi

2. Kerugian tidak langsung

Disamping kerugian langsung, kecelakaan juga menimbulkan kerugian

tidak langsung antara lain :

a. Kerugian jam kerja

b. Kerugian produksi

c. Kerugian social

d. Citra dan kepercayaan konsumen

2.6 Kerangka Pikir

Kegiatan dalam usaha kelapa sawit terdiri dari up stream, on-farm, dan

down-stream. Upstream meliputi sub penyediaan input, yakni tahap pembukaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

lahan hingga pembibitan. On-farm meliputi subsistem produksi yakni pemupukan,

pemberantasan hama penyakit dan panen. Sedangkan Downstream meliputi sub

sistem pasca produksi dan pemasaran yakni pengolahan TBS dan pemasaran

produk akhir dari kelapa sawit. Sedangkan subsistem pendukung atau penunjang

terdapat di upstream, on-farm, downstream seperti bank, penyedia bibit di

upstream, peneliti hasil di on-farm dan lembaga marketing di downstream.

Dalam usaha kelapa sawit mulai dari upstream hingga downstream muncul

beberapa risiko baik dari segi teknis maupun non teknis. Risiko teknis yaitu

risiko-risiko yang timbul dari kesalahan atau penyimpangan aktivitas yang

dilakukan.

Kegiatan produksi Pabrik Kelapa Sawit PT Murini Sam Sam Kabupaten

Bengkalis - Riau terdiri dari beberapa stasiun yaitu stasiun loading ramp/sortasi,

stasiun perebusan (sterilizer), stasiun penebah (treshing), stasiun kempa

(pressing), stasiun pemurnian minyak (clarifier), stasiun pengolahan biji (kernel

plant), stasiun pembangkit uap (boiler). Kegiatan produksi pada masing-masing

stasiun tersebut dapat menimbulkan risiko, seperti pada stasiun sortasi dapat

menimbulkan potensi bahaya yaitu tertimpa TBS (Tandan Buah Segar) yang bila

terkena pekerja dapat menyebabkan cidera berat.

Sedangkan risiko non teknis adalah risiko diluar risiko teknis seperti iklim

dan fluktuasi harga TBS di pasar. Berbagai risiko tersebut menimbulkan kerugian

yakni menurunnya produksi kelapa sawit sehingga penerimaan yang diperoleh

rendah. Dalam perkebunan kelapa sawit, risiko-risiko tersebut perlu diminimalisir

agar tidak memberi pengaruh buruk pada setiap kegiatan pabrik kelapa sawit dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

pada proses produksinya. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk memitigasi

risiko tersebut.

Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengkoordinasikan setiap

tahapan usaha sehingga dapat diperoleh produksi yang optimal dan memberikan

pendapatan yang tinggi. Selain itu dengan tidak mengabaikan syarat-syarat utama

tahapan budidaya, peningkatan pendapatan juga dapat dilakukan dengan

memperkecil biaya atau meningkatkan penerimaan ataupun melakukan kedua

duanya. Dengan upaya tersebut diharapkan pabrik kelapa sawit yang dijalankan

dapat memberikan hasil yang berkuantitas tinggi.

Penerapan manajemen risiko dilakukan dengan dijalankannya program K3

yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu identifikasi bahaya, analisa dampak/

resiko dan pengendalian dapak/ resiko tersebut. Penerapan manajemen risiko K3

yang baik juga menjadi sebuah keharusan bagi pabrik kelapa sawit. Pabrik kelapa

sawit juga akan berhadapan dengan ketidakpastian dan ketidakstabilan terutama

dalam proses produksinya. Manajemen risiko yang telah diterapkan tidak

sepenuhnya berjalan dengan baik karena disebabkan oleh beberapa hal yang

selanjutnya akan diberikan rekomendasi agar manajemen risiko tersebut dapat

berjalan dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

PT. Murini Sam-Sam

Penerapan Manajemen Risiko :


Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian

Rekomendasi

Gambar. 2.6 Kerangka Pikir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini

untuk menganalisis penerapan manajemen risiko pada bagian produksi di Pabrik

Kelapa Sawit PT. Murini Sam Sam Kab.Bengkalis – Riau.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT Murini Sam Sam di

wilayah Kecamatan Pinggir, Bengkalis, tepatnya berada di salah satu Desa

Pemekaran, yaitu Desa Pangkalan Libut. PT. Murini Sam-Sam yang termasuk

dalam Wilmar Group beralamat di Jl. Raya Pekanbaru Duri Km 93, Bengkalis,

Riau-Bengkalis, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena

belum pernah dilakukan analisis mengenai penerapan manajemen risiko pada

pabrik kelapa sawit (PKS) di PT Murini Sam Sam Kab.Bengkalis–Riau.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 sampai Juni

2018.

3.3 Informan Penelitian

Adapun informan yang dimaksud yaitu pihak-pihak yang bertanggung

jawab terhadap penerapan manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit PT Murini

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52

Sam Sam yaitu sebanyak 3 orang, mewakili dari supervisor 1 orang, sekretaris

P2K3 1 orang dan pekerja bagian produksi 1 orang, dimana setiap hal yang

diwawancarai diverifikasi. Teknik pemilihan informan dilakukan secara purposive

sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan

kemampuan personal dan merupakan orang yang bertanggung jawab pada unit

kerjanya untuk memberikan jawaban yang tepat sehingga data yang diperoleh

lebih akurat.

3.4 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah manajemen risiko pada

bagian produksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Murini Sam Sam Kab.

Bengkalis-Riau.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
wawancara dan media foto berupa kamera.

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Data Primer

Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data primer dalam

penelitian ini adalah dengan proses triangulasi yang diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data yang telah ada. Peneliti menggunakan observasi pastisipatif,

wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara

serempak (Sugiyono,2017).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

a. Observasi partisipatif dilakukan dengan cara partisipasi moderat, yaitu

dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang

dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut

observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

b. Wawancara mendalam (indepth interview) , dengan informan yang akan

membantu memberikan informasi mengenai penerapan manajemen risiko

pada bagian produksi pabrik kelapa sawit (PKS) PT. Murini Sam Sam

Kab.Bengkalis – Riau, yang terdiri dari manajer, supervisor dan staff

P2K3.

c. Dokumentasi dalam penelitian ini menggunakan kamera, dengan maksud

agar hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih

kredibel/dapat dipercaya.

3.6.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data perusahaan berupa Form Identifikasi

Aspek dan Dampak LK3 dari tiap stasiun produksi yaitu stasiun jembatan

timbang, stasiun loading ramp, stasiun bantingan, stasiun rebusan, stasiun

kempa, stasiun klarifikasi, stasiun pabrik biji, dan stasiun ketel uap yang

dilakukan oleh Pabrik Kelapa Sawit PT Murini Sam Sam Kab.Bengkalis-Riau.

Form Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 pada Pabrik Kelapa Sawit PT

Murini Sam Sam tersebut mencakup identifikasi bahaya, analisa risiko serta

pengendalian risiko. Selain itu digunakan juga data profil Pabrik Kelapa Sawit

PT Murini Sam Sam dan data kecelakaan kerja yang terjadi selama beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

tahun terakhir untuk melihat bagaimana penerapan manajemen risiko secara

statistik.

3.7 Metode Analisis Data

Analisa data kualitatif mengikuti konsep Miles and Hubermen (Sugiyono,

2017) Miles And Huberman, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus dalam

setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, Aktifitas dalam analisis data

yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

3.7.1 Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari data-data wawancara mendalam (indepth

interview) , observasi dan dokumentasi cukup banyak, untuk itu perlu dilakukan

analisis data melalui reduksi data yaitu merangkum atau memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan dalam hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dari data yang diperoleh

dari penelitian.

3.7.2 Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

atau penyajian data. Penyajian data yang dilakukan dalam bentuk teks yang

bersifat naratif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

3.7.3 Cloncusion Drawing / Verification

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi berupa

deskripsi atau gambaran objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga

setelah diteliti menjadi jelas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT. Murini Sam Sam

Pabrik Kelapa Sawit PT.Murini Samsam mulai beroperasi pada tanggal 05

Mei tahun 2000. Berdasarkan wilayah administratif PT Murini Samsam termasuk

dalam wilayah Desa Pangkalan Libut, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis,

Provinsi Riau. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Murini Sam Sam Kabupaten

Bengkalis – Riau telah menetapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) yaitu breafing safety/safety talk (EHS/Head dept/paramedis), pengenalan

unsafe condition dan unsafe action, pelaksanaan safety observation, sosialisasi

kebijakan LK3 kepada head dept dan karyawan, sosialisasi tugas dan tanggung

jawab P2K3L, sosialisasi proper kepada all head, identifikasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendalian, pengenalan dan aplikasi 5R2S, pengenalan dan aplikasi

APD, rambu-rambu K3 dan lingkungan, pengadaan dan pemasangan informasi-

informasi K3, induction EHS training untuk karyawan baru, kontraktor, dan SPSI,

implementasi work permit dan tag out, penyuluhan kesehatan/ pemeriksaan

kesehatan TK, medical check up, dan meeting evaluasi kerja kinerja P2K3L.

56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57

Gambar 4.1 PKS PT.Murini Samsam

Sumber : PKS PT. Murini Sam Sam, 2017


Sumber : PKS PT. Murini Sam Sam
Gambar 4.2 Layout PKS PT.Murini Samsam

a. Visi

Menjadi mitra bisnis yang unggul dan layak di percaya bagi Stakeholder.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

b. Misi

Perusahaan kelas dunia yang dinamis di bisnis agrikultur dan industri

terkait dengan perusahaan yang dinamis dengan tetap mempertahankan

posisinya sebagai pemimpin pasar di dunia melalui kemitraan dan

manajemen yang baik.

4.2 Sumber Daya Manusia PT. Murini Sam Sam

Untuk mengoperasionalkan pabrik kelapa sawit PT.Murini Samsam dengan

kapasitas produksi 90 Ton TBS/Jam, maka dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 153

orang (tahap Operasional) yang terdiri dari berbagai tingkat pendidikan. Tenaga

kerja ini berasal dari lokal sebanyak 129 orang dan sebagian kecil dari komuter

sebanyak 24 orang.

Dalam melakukan perekrutan tenaga kerja, pihak perusahaan selalu

memprioritaskan tenaga kerja lokal. Penggunaan tenaga kerja lokal akan lebih

menguntungkan bagi perusahaan, baik secara ekonomis, maupun secara sosial.

Secara ekonomis akan dapat menekan biaya Operasional, karena tidak perlu jauh

mencari tenaga kerja yang memerlukan biaya. Sedangkan secara sosial akan

mengurangi tingkat kecemburuan sosial bagi masyarakat tempatan.

Sebagai bentuk ketaatan perusahaan kepada peraturan perundang-undangan

dan untuk perlindungan terhadap tenaga kerja, maka setiap karyawan telah

didaftarkan ke BPJS Tenaga Kerja sesuai dengan Undang-undang Nomor 24

tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Peraturan Pemerintah

RI No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan

Kerja dan Jaminan Kematian, Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

tentang Jaminan Pensiun, Peraturan Pemerintah RI No. 46 Tahun 2015 tentang

Jaminan Hari Tua, Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2015 Tentang Perubahan

Atas PP No. 46 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial

Hari Tua, dan Peraturan BPJS No. 1/2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan

Kesehatan.

Tabel 4.1 Jumlah tenaga dan jenis tingkat pendidikan yang digunakan di
pabrik pengolahan kelapa sawit

Klasifikasi Jenis Kelamin Daerah Asal Pendidikan


Pekerja LK PR JLH Lokal Luar SD SLTP SLTA Akademi
/PT
Manager Keatas 1 - 1 - 1 - - - 1
Staf 9 1 10 - 10 - 0 6 4
Karyawan 121 7 128 116 12 2 3 115 6
Lainnya 13 1 14 14 0 0 0 14 0
Total 144 9 153 144 24 2 3 135 13
Sumber : PKS PT. Murini Sam Sam, 2017

Tabel 4.2 Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(P2K3) Tingkat Provinsi PT. Murini Sam Sam POM (PKS)
Periode : 2017-2018

No Nama Jabatan Jabatan dalam Perusahaan


1. Frans Marbun Ketua Mill Manager
2. Efrata Fernando Sekretaris Ahli K3 Umum
3. Eko Ribowo Koordinator Seksi Lingkungan Program
LK3
4. Nani Herawati Kaban Seksi Kesehatan Program LK3
5. Nuswan Koordinator Seksi Patrol
6. Abdul Haris Koordinator Seksi Pelatihan
7. Budi Eka Dharma Koordinator Bidang Komunikasi
8. Renata Purba Dokumen Kontrol Bidang Komunikasi

9. Aminul Hajar
10. Ramsi Anggota Bidang Komunikasi
11. Dedi Suhendra
12. Robin Sihombing Dokumen Kontrol Bidang Tim
Penanggulangan Keadaan Darurat
13. Muslim Anggota
14. Salamanta P

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

15. Pardi H
16. Finaldo Turnip
17. Indra Anggota Bidang Tim Penanggulangan
18 Sistra Keadaan Darurat
19. Jendri Simanjuntak
20. Lardi
21. Selamat Arianto
22. Samuel Pasaribu
23. Simon P Koordinator Bidang Pengamanan
24. Adven Siregar Dokumen Kontrol Bidang Pengamanan

25. Paeran
26. Demson Silalahi
27. Jantono Simanjorang Anggota Bidang Pengamanan
28. Suseno
29. Chandara Pangaribuan
30. Ikhram Shah P Koordinator Bidang Penyakit &
Paramedis
31. Nani Herawaty K
32. Romi Sartika P Dokumen Kontrol Bidang Penyakit &
33. Erwin Simanjuntak Paramedis
34. Aswan
35. Jhon Leo P Koordinator Bidang Inventaris
36. C Agus Purwanto
37. Jufri
38. Sarman H Dokumen Kontrol Bidang Inventaris
39. Bornok
40. Harsono
41. S Saragih Koordinator Satuan Tugas Perbaikan &
Pemulihan
42. Lilik P
43. Muslim Nur
44. Samsul Anwar Dokumen Kontrol Satuan Tugas
45. M. Ridwan Perbaikan & Pemulihan
46. M. Rizky
47. Wilfrid S
Sumber : PKS PT. Murini Sam Sam, 2017

4.3 Proses Produksi Kelapa Sawit di PKS PT. Murini Sam Sam

Pengolahan Kelapa Sawit merupakan salah satu faktor yang

menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang

dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, serabut, cangkang dan tandan

kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit

dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses

yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia (PKS PT.

Murini Sam Sam).

1. Stasiun Loading Ramp/ Sortasi

Tandan buah segar kelapa sawit ditimbang dan dikumpulkan di Loading

Ramp. Loading ramp terdiri dari 12 pintu dan digerakkan dengan pompa

hydraulic. Sebelum dimasukkan ke loading ramp, dilakukan Sortasi oleh

petugas untuk memilih fraksi-fraksi sesuai kriteria matang panen. Truck

TBS melintas menuju stasiun sortasi, kemudian truck menuangkan TBS.

TBS yang telah dituangkan digrading oleh petugas, setelah digrading TBS

tersebut didorong dengan loader. TBS dimasukkan ke dalam lori untuk

kemudian ditarik oleh capstandard menuju perebusan.

2. Stasiun Rebusan (Sterilizer)

Lori dipindahkan melalui transfer cariage ke jalur rail rebusan. Lori

rebusan ditarik dengan menggunakan capstandard ke rebusan (sterilizer).

Rebusan digunakan untuk merebus buah dan dapat memuat 10 (sepuluh)

lori dengan tekanan kerja 3 kg/cm2 yang dioperasikan oleh operator

rebusan. Pastikan seluruh valve steam dalam keadaan tertutup pada saat

proses pengisian, tutup rapat pintu bagian bawah dan buka pintu bagian atas

untuk kemudian dilakukan pengisian TBS ke dalam sterilizer sampai terisi

penuh. Tutup pintu sterilizer bagian atas setelah dipastikan sebelumnya

kebersihan pinggir pintu, pemasangan packing, dan buang kotoran yang

ada. Biarkan tekanan di sterilizer menuju angka nol pada manometer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

(pressure gauge) setelah proses perebusan selesai sebelum mengeluarkan

TBS dari sterilizer.

3. Stasiun Bantingan/Threshing

a. Alat pengangkutan ( Hosting crane)

Alat ini berfungsi untuk menaikkan/ menuang lori yang berisi buah

masak ke auto feeder dan menurunkan ke rel rebusan.

b. Auto feeder

Auto feeder berfungsi mengangkut dan mengatur buah jatuh ke

bantingan.

c. Penebah (Tresher)

Buah masak yang telah keluar dari rebusan ditarik kebawah hoisting

crane oleh operator untuk diangkut dan dituang kedalam Automatic

feeder. Automatic feeder ini mengatur pemasukan buah masuk kedalam

alat penebah/bantingan (tresher). Penebah digunakan untuk melepas

dan memisahkan buah dari tandan.

d. Konveyor buah (Fruit Conveyor) dan Fruit Elevator

Konveyor buah dipasang dibawah bantingan untuk menampung

brondolan yang dipisahkan dari bantingan, selanjutnya ditampung fruit

elevator untuk dikirim ke digester.

4. Stasiun Kempa/Pressing

a. Digester (ketel adukan)

Tangki digester harus dipastikan bersih dan tidak ada sisa buah bekas

produksi sebelum digunakan. Digester dapat dioperasikan setelah buah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

pipilan masuk ke dalam tangki digester dan temperatur sudah tercapai

yaitu tidak boleh kurang dari 90 derajat celcius. Valve drain digester

dibuka perlahan dan dijaga agar tidak terjadi banjir di vibrating screen.

Pintu digester (umpan ke screw press) juga dibuka secara perlahan

yaitu ½ bukaan sehingga buah lumat mengalir ke screw press.

Pengeluaran umpan ke screw press diatur dengan melihat kekeringan

hasil pressan di screw press. Isi digester harus dipertahankan minimal

½ volume tangki dengan mengatur pintu keluaran adonan ke screw

press. Ketel adukan ini berfungsi untuk melumatkan brondolan,

sehingga daging buah terpisah dari biji. Ketel pengaduk ini terdiri dari

tabung silinder yang berdiri tegak yang didalamnya dipasang pisau-

pisau pengaduk (stirring arms) sebanyak 5 tingkat yang diikatkan pada

poros dan digerakkan oleh motor listrik. Empat tingkat pisau bagian

atas dipakai sebagai pengaduk/pelumat dan pisau bagian bawah

(stirring arm bottom) disamping sebagai pengaduk juga dipakai untuk

pendorong massa keluar dari ketel adukan ke pengempa (press).

b. Mesin Perasaan (Screw Press)

Screw Press dapat dioperasikan setelah percobaan beban kosong berjalan

dengan baik. Pintu corong digester dibuka agar buah dapat masuk ke

mulut screw press. Kran air panas diatas corongan digester dan diatas

screw press dibuka agar air panas dapat menyemprot ke sangkar pressan

(press cage). Volume air panas diatur antara 1:2, suhu air panas 90 derajat

celcius, dan air panas yang dimasukkan kedalam digester adalah 50 persen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

dari jumlah air panas yang disemprotkan kedalam sangkar pressan.

Jalankan sesaat dalam posisi ini hingga ampas keluar dari mulut

dismantling plate screw press, kemudian posisi cone diperiksa lagi dengan

tekanan kerja 50-60 kg/ cm2 (600-1000 psi) sesuai dengan kondisi buah

sehingga mendapat hasil pressan yang optimal.

c. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Blower cyclone dijalankan dengan menekan tombol hijau yang terdapat di

panel, kemudian cake breaker conveyor dijalankan. Conveyor berputar

searah jarum jam dan akan mengalirkan ampas buah sawit ke

depericarper. CBC akan berjalan terus selama proses pemerasan buah

sawit oleh screw press berlangsung.

d. Kempa

Pengempa dipakai untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dan

kernel dari daging buah (pericarf). Pengempa terdiri dari sebuah

silinder (press cylinder) yang berlubang-lubang dan didalamnya

terdapat 2 buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan

kempa diatur oleh 2 buah konus (cones) yang berada pada bagian ujung

pengempa yang dapat digerakan maju mundur secara hidrolis.

5. Stasiun Pemurnian Minyak/ Clarifier

Setelah serat buah dipisah dari kernel, serat tersebut telah berbentuk
0
minyak dari proses pemanasan 90-95 C pada tahap Screw Press. Sehingga

setelah dipisah dari kernel, minyak tersebut dikumpulkan di (Stasiun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Klarifikasi) pada Sand Trap kemudian dikirim ke Vibrating Screen untuk

proses pemisahkan air, lumpur dan minyak. Setelah itu minyak tersebut

dikirim ke Crude Oil Tank untuk seterusnya diproses agar menghasilkan

CPO murni. Setelah pemisahan tersebut minyak dikirim ke Oil Tank untuk

diproses pembersihan dari kadar air dan kotoran melalui proses Oil

Purifierkemudian Vaccum Oil Dryer sehingga menghasilkan CPO yang

telah memenuhi standart internasional.

CPO ini kemudian dikumpulkan di CPO Storage Tank. Adapun air dan

lumpur hasil dari pemisahan di Vibrating Screen tadi masih mengandung

minyak, sehingga masih perlu dilakukan proses pembersihan agar minyak

yang masih ada pada air dan lumpur masih dapat diambil. Air dan lumpur

yang berada diatas permukaan minyak tadi di kumpulkan di Sludge Tank

dan kemudian dikirim ke Sand Cyclone untuk dipisah air dan lumpur. Air

yang bercampur minyak ini kemudian dikirim ke Sludge Separator untuk

diproses pemisahan lebih lanjut antara air dan minyak dan dilakukan lagi

penyaringan kedua di Sludge Pit. Minyak yang telah dipisahkan pada air

tersebut kemudian dikirim ke Oil Tank untuk diproses menjadi CPO.

Adapun lumpur pasir yang telah dipisah dengan air di Sludge Tank juga

masih mengandung minyak, sehingga masih diproses untuk pengambilan

minyak dengan cara lumpur pasir tersebut dicuci di Oil Trap untuk diambil

minyaknya. Lalu minyak tersebut dikirim ke Sludge Pit, setelah itu

dikumpulkan ke Oil Tank supaya minyak masih bisa dijadikan CPO.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

6. Stasiun Pengolahan Biji/ Kernel Plant

Kernel yang masih beserabut di Cake Breaker C/V untuk dipisah antara

kernel dengan serabutnya. Proses pemisahan tersebut lebih lanjut terjadi

pada tahap depericarper yang mana pada proses ini kernel diperam,

dipecahkan kemudian dipisahkan kernelnya dengan ampas atau serabutnya.

Setelah itu kernel dikirim ke Nut Silo untuk dipanaskan dengan udara panas

dengan suhu 60o C untuk dapat memisahkan kernel dengan kulit cangkang.

Setelah itu di kirim ke Ripple Milluntuk dipisahkan kernel dengan

cangkangnya dengan memecah cangkang. Kemudian kernel dikirim ke

kernel silo. Pada kernel silo, dilakukan proses pengeringan terhadap kernel

sebelum dikumpulkan pada kernel storage.

7. Stasiun Pembangkit Uap/ Boiler

Serabut yang telah dipisahkan dari kernel pada proses depericarper

dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler/ pembangkit uap. Sehingga

dapat membantu penghematan dalam penggunaan bahan bakar untuk

memproduksi CPO. Cangkang yang telah dipisahkan dari kernel pada proses

Ripple Mill dan Clay bath digunakan sebagai bahan bakar (Boiler/

Pembangkit Uap). Suplay air ke boiler harus diperiksa, air pada boiler water

feed tank minimal berisi ½ dari tangki. Valve ke sterilizer, valve ke steam

reservoar, valve ke blow off, valve ke pressure, dan valve ke steam ejector

harus dipastikan dalam posisi tertutup. Pompa boiler yang akan difungsikan

dipilih dengan memutar saklar ke salah satu pompa tersebut. Blower akan

menyala dengan memutar saklar ke arah ON, setelah itu posisikan saklar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

pada keadaan AUTO (jika tekanan dibawah 3 bar blower akan menyala, jika

telah mencapai 3 bar blower akan otomatis berhenti dan akan menyala

kembali jika tekanan dibawah 2 bar). Isi boiler dengan fiber untuk kemudian

menyalakan boiler secara manual. Tekanan steam reservoar 3 barg, steam

reservoar dilengkapi dengan safety valve yang akan otomatis terbuka

mengurangi steam jika tekanan di dalam steam reservoar lebih dari 3 barg.

Sumber : PKS PT. Murini Sam Sam


Gambar 4.3 Flow Diagram Proses

4.4 Manajemen Risiko pada PKS PT. Murini Sam Sam

Manajemen risiko yang dilaksanakan oleh PT. Murini Sam Sam

menggunakan metode Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 (Identification of

Aspect and EHS Impact). Perancangan dokumen Identifikasi Aspek dan

Dampak LK3 dimulai dengan melakukan identifikasi aspek/bahaya dalam

PT. Murini Sam Sam kemudian dilakukan analisa dampak/resiko untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

mengetahui tingkat risiko dari potensi bahaya yang telah diidentifikasi dan

selanjutnya dilakukan pengendalian dampak/resiko.

4.4.1 Identifikasi Aspek/Bahaya pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa

Sawit (PKS)

Identifikasi Aspek/Bahaya dilakukan disetiap stasiun produksi Pabrik Kelapa

Sawit PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau. Proses identifikasi

dimulai dari :

1. EHS Officer membuat program identifikasi aspek dampak LK3

2. EHS Officer menetapkan jadwal untuk pelaksanaan identifikasi aspek

dampak LK3 untuk masing-masing departemen/bagian dan menyiapkan

formulir pengisiannya.

3. Setiap Head Departemen/ Kepala Bagian melakukan identifikasi aspek

dampak LK3 dibagian masing-masing dibantu oleh EHS Officer dengan

observasi langsung. Setiap Head Departemen/ Kepala Bagian juga telah

mengetahui aspek/bahaya yang ada pada setiap bagian masing-masing

karena telah menjadi rutinitas keseharian mereka.

4. EHS Officer mengumpulkan hasil identifikasi aspek dampak LK3

tersebut.

5. EHS Officer beserta head departemen/ kepala bagian melakukan briefing

hasil identifikasi aspek dampak LK3.

6. Apabila dari hasil identifikasi aspek dampak LK3 pada tahun sebelumnya,

terdapat program perbaikan LK3 yang belum efektif untuk mengurangi

potensi dampak LK3, maka aktivitas aspek yang menjadi sumber

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

penyebab wajib dimasukan ke dalam pelaksanaan identifikasi aspek

dampak LK3 pada tahun berjalan.

1. Membuat Program

2. Menetapkan Jadwal

3. Melakukan Identifikasi

4. Mengumpulkan Hasil
Identifikasi

5. Briefing Hasil Identifikasi

6. Identifikasi Aspek Dampak


LK3 pada tahun sebelumnya.

Gambar 4.4 Diagram Identifikasi Aspek dan Dampak LK3

Hasil wawancara peneliti dengan informan 1 yaitu supervisor bagian

produksi dan informan 2 yaitu sekretaris P2K3, didapat hasil bahwa identifikasi

aspek/bahaya dilakukan rutin setahun sekali oleh head departemen/ kepala bagian

setiap stasiun kerja yang dibantu oleh EHS Officer dengan melihat SOP tiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

stasiun yang ada dan mengundang head departemen/ kepala bagian terkait

membahas SOP serta kemungkinan resiko yang ditimbulkan pekerjaan tersebut.

Tahap awal melakukan identifikasi, EHS Officer telah membuat program dan

selanjutnya menetapkan jadwal untuk melaksanakan identifikasi aspek dampak

LK3. Tahapan selanjutnya EHS Officer melakukan identifikasi aspek dampak

LK3. Hasil dari identifikasi aspek dampak LK3 tersebut kemudian dikumpulkan

untuk selanjutnya dilakukan briefing hasil identifikasi.

Hasil wawancara dengan informan 3 yaitu pekerja bagian produksi didapat

hasil bahwa pekerja pada dasarnya mengetahui tentang adanya pelaksanaan

identifikasi aspek/bahaya meskipun tidak secara rinci mengetahui tahapan dan

mekanisme pelaksanaan identifikasi aspek/bahaya tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

4.4.2 Analisa Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Analisa dampak/resiko adalah tindakan lanjutan setelah melalui tahap identifikasi aspek/bahaya. Nilai resiko didapatkan dari

hasil perkalian antara total nilai tingkat kemungkinan dengan total nilai tingkat keparahan. Nilai ini digunakan sebagai dasar untuk

menentukan nilai resiko (risk value). Parameter yang digunakan adalah kemungkinan dan keparahan.

Tabel 4.3 Analisa Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Tahun 2017

A. Stasiun Sortasi/Loading Ramp


N Kemungkinan Keparahan
Aspek/Baha Pengend
Aktifitas, Sumber /
ya Dampak/Risiko alian Risk
Produk Aspek/Ba A Priority
Aktual/Pote Aktual/Potensial yang ada FP FK KP SP PP SUM AH DL DTM RP SUM Value
dan Jasa haya /
nsial saat ini
E
Menggun
Tertimpa Cidera berat 5.0 1. 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 0.
TBS N akan 9.30 2.00 4.83 44.92 SEDANG
TBS (gegar otak) 0 00 2 3 5 0 0 83
helmet
Ceceran
pemungu 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
berondolan Brondolan Pencemaran air N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
tan rutin 0 00 2 6 5 0 0 42
di parit
Truck TBS Berondolan
melintas Pencemaran pemungu 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
jatuh di Brondolan N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
tanah tan rutin 0 00 2 6 5 0 0 42
jalan
ISPA( Infeksi Menggun
Terhirup Knalpot 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
saluran N akan 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
asap Truck 0 00 2 6 5 0 0 42
pernafasan akut) masker
Asap truck Knalpot Pencemaran N Belum 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 9.93 1.0 1.0 1.00 0. 3.42 33.96 RENDAH

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

truck udara ada 0 00 2 6 5 0 0 42


Tertimpa
Cidera ringan 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 2.0 0.
TBS/Berond TBS A Helmet 9.93 1.00 4.42 43.89 SEDANG
(luka) 0 00 2 6 5 0 0 42
olan
Ceceran
Berondola Pemungu 5.0 1. 1.4 2.5 1.2 11.1 1.0 2.0 0.
berondolan Pencemaran air N 1.00 4.42 49.46 SEDANG
n tan rutin 0 00 2 2 5 9 0 0 42
di parit
Karung
Tumpukan
bekas Pencemaran Memiliki 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
karung N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
berondola tanah SOP 0 00 2 6 5 0 0 42
bekas
n
Truck tidak
tergelincir terdapat Cidera ringan Memiliki 5.0 1. 1.4 1.2 2.5 11.1 2.0 1.0 0.
A 1.00 4.42 49.42 SEDANG
ke loading pagar (luka) SOP 0 00 2 6 0 8 0 0 42
ramp pembatas
ISPA (Infeksi Menggun
Terhirup 5.0 2. 2.1 2.5 2.5 14.1 2.0 1.0 0.
TBS saluran N akan 1.00 4.42 62.54 TINGGI
Truck debu 0 00 3 2 0 5 0 0 42
pernafasan akut) masker
menuang
Loading
TBS Tumpukan Pencemaran Memiliki 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
Ramp A 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
TBS di lantai tanah SOP 0 00 2 6 5 0 0 42
penuh
Menggun
Tertusuk Cidera ringan akan 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
Gancu N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
gancu (luka) safety 0 00 2 6 5 0 0 42
shoes
Menggun
Terlempar Cidera ringan akan 5.0 2. 1.4 1.2 1.2 10.9 1.0 1.0 0.
TBS. N 1.00 3.42 37.38 RENDAH
TBS (luka) safety 0 00 2 6 5 3 0 0 42
shoes
Grading Tertusuk Cidera ringan Menggun 5.0 1. 4.2 1.2 2.5 14.0 1.0 1.0 0.
TBS. N 1.00 3.42 47.95 SEDANG
TBS duri (luka) akan 0 00 6 6 0 2 0 0 42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

sarung
tangan
Posisi beban TBS Cidera ringan Belum 5.0 3. 1.4 1.2 1.2 11.9 1.0 1.0 0.
A 1.00 3.42 40.80 RENDAH
angkat TBS berat (keseleo) ada 0 00 2 6 5 3 0 0 42
Menggun
Cidera ringan akan 5.0 2. 1.4 1.2 1.2 10.9 2.0 1.0 0.
Tergelincir Lantai licin A 1.00 4.42 48.31 SEDANG
(luka) safety 0 00 2 6 5 3 0 0 42
shoes
Menggun
Tertusuk akan 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
gancu luka berat A 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
gancu safety 0 00 2 6 5 0 0 42
shoes
Menggun
tertimpa Cidera berat 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
TBS A akan 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
TBS (gegar otak) 0 00 2 6 5 0 0 42
helmet
Menggun
Terhirup Knalpot 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
ISPA N akan 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
asap loader 0 00 2 6 5 0 0 42
masker
Mendoro Berondolan Berondola Pencemaran Memiliki 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
ng TBS tergilas n tanah SOP 0 00 2 6 5 0 0 42
dengan kebocoran
pencemaran Belum 5.0 3. 1.4 1.2 1.2 11.9 1.0 2.0 0.
loader ceceran oli hydraulik N 1.00 4.42 52.69 SEDANG
tanah ada 0 00 2 5 5 2 0 0 42
loader
Terkena Belum 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
Cuaca Sakit ringan N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
hujan ada 0 00 2 6 5 0 0 42
Pembersi Pembersi
han han 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
Terjatuh Lantai licin Luka N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
menuju setiap 0 00 2 6 5 0 0 42
sortasi hari

Aktifitas, Aspek/Baha Sumber Dampak/Ris N/A Pengenda Kemungkinan Keparahan Risk Priority
Produk ya Aspek/Ba iko /E lian yang Value
dan Jasa Aktual/Pote haya Aktual/Pote ada saat
nsial nsial ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

FP FK KP SP PP SUM AH DL DTM RP SUM

Pemakaia
Tertimpa Gegar Otak, n 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 0.
TBS A 9.30 2.00 4.83 44.92 RENDAH
TBS Kaki patah APD/Hel 0 0 2 3 5 0 0 83
met
Ceceran
Pengisian Buah Pencemaran Pengutipa 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 0.
Minyak di N 9.30 1.00 3.42 31.81 RENDAH
TBS ke lori Restan Air n Rutin 0 0 2 3 5 0 0 42
L.Ramp
Ceceran
Brondolan Pencemaran Pengutipa 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 0.
Brondolan N 9.30 1.00 3.42 31.81 RENDAH
di Paret Air n Rutin 0 0 2 3 5 0 0 42
L.Ramp
Sling Penarik Pengganti 5.0 1.0 1.4 3.1 1.2 2.0 1.0 0.
Sling Patah Kaki A 11.82 4.00 7.42 87.70 TINGGI
Lori Putus an Rutin 0 0 2 5 5 0 0 42
Tercepit Pemakaia
Pengopera Lengan 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.0 0.
Sling pada Sling A n Sarung 9.30 4.00 7.42 69.01 SEDANG
sian Patah 0 0 2 3 5 0 0 42
Capstand Tangan
Capstand
Untaian/lilit Pemakaia
5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.0 0.
an sling Sling Luka ringan N n Sarung 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
0 0 2 3 5 0 0 42
tidak bagus Tangan
Pembukaa
Ceceran
n pintu Pencemaran Perbaikan 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 2.0 0.
Minyak di TBS restan N 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
L.Ramp Air continue 0 0 2 3 5 0 0 42
L.Ramp
macet
Pengopera 5.0 1.0 2.1 2.5 1.2 2.0 1.0 0.
genangan luka bakar A tidak ada 11.90 2.00 5.83 69.38 TINGGI
sian tersengat 0 0 3 2 5 0 0 83
air akibat
trasnfer listrik 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 0.
mata air meninggal E tidak ada 9.30 3.75 6.58 61.19 SEDANG
carriage 0 0 2 3 5 0 0 83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Risk Value Stasiun Sortasi/Load. Ramp

Min : 33,96 Rendah : 33,96 s/d 43,48


Max : 62,54 Sedang : 43,49 s/d 53,02
Range : 9,53 Tinggi : 53,03 s/d 62,54

Min : 31,81 Rendah : 31,81 s/d 50,43


Max : 87,70 Sedang : 50,44 s/d 69,07
Range : 18,63 Tinggi : 69,08 s/d 87,70

B. Stasiun Perebusan/Sterilizer

Aspek/Baha Dampak/Ris Pengenda Kemungkinan Keparahan


Aktifitas, Sumber
ya iko N/A lian yang Risk
Produk Aspek/Ba Priority
Aktual/Pote Aktual/Pote /E ada saat FP FK KP SP PP SUM AH DL DTM RP SUM Value
dan Jasa haya
nsial nsial ini
Pemakaia
n Ear
Kebocoran Muff, Ear
Packing
Steam pada Plug dan 5.0 2.0 1.4 1.8 1.2 2.0 1.0 0.8
Pintu luka bakar E 11.56 2.00 5.83 67.39 TINGGI
Pintu pengganti 0 0 2 9 5 0 0 3
pecah
Rebusan an
Perebusa Packing
n buah pintu
Pemakaia
n Ear
Buangan Gangguan
Muff, Ear 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.0 0.8
Steam (Peak Steam Pendengara A 9.30 2.00 5.83 54.22 SEDANG
Plug dan 0 0 2 3 5 0 0 3
I,II & III) n (Tuli)
pengganti
an

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Packing
pintu

Packing
Ceceran Air Pencemaran Cleaning 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.0 0.4
Pintu N 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
Condensat Air Lantai 0 0 2 3 5 0 0 2
bocor
Pemasang
pipa tanpa 5.0 2.0 1.4 1.8 2.5 1.0 1.0 0.4
Panas Luka bakar N an 12.81 2.00 4.42 56.62 SEDANG
pelindung 0 0 2 9 0 0 0 2
Glaswol
tekanan valve tidak 5.0 1.0 1.4 2.5 2.5 1.0 1.0 0.4
luka bakar A 12.44 2.00 4.42 54.98 SEDANG
berlebih sesuai 0 0 2 2 0 0 0 2
Sling/Pen Sling Penarik Pengganti 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 1.2
Sling Patah Kaki N 9.30 3.00 6.25 58.13 SEDANG
arik Lori Lori Putus an Rutin 0 0 2 3 5 0 0 5
Buka
safety
Pintu Stz Wajah dan
terpapar bleed 5.0 2.0 4.2 0.6 1.2 2.0 1.0 0.8
pada Steam Lengan N 13.14 2.00 5.83 76.61 TINGGI
steam valve 0 0 6 3 5 0 0 3
Tekanan Melepuh
door
0 Bar
Pemakaia
n Ear
Muff, Ear
Perbaika
terpapar kebocoran Plug dan 5.0 1.0 1.4 1.8 2.5 1.0 1.0 0.8
n pipa luka bakar N 11.81 2.00 4.83 57.04 SEDANG
steam pipa steam pengganti 0 0 2 9 0 0 0 3
Steam In
an
let
Packing
pintu
Pemakaia
Naik/turu Terjepit 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.0 0.4
Centilever Luka ringan A n sarung 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
n Centilever 0 0 2 3 5 0 0 2
tangan
Centileve
Terimpa Pemakaia 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 2.0 0.4
r Centilever Luka berat A 9.30 1.00 5.42 50.41 RENDAH
Centilever n sarung 0 0 2 3 5 0 0 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

tangan

Risk Value Stasiun Perebusan/Sterilizer

Min : 41,11 Rendah : 41,11 s/d 52,93


Max : 76,61 Sedang : 52,94 s/d 64,77
Range : 11,83 Tinggi : 64,78 s/d 76,61

C. Stasiun Bantingan/Threshing

Aspek/Baha Dampak/Ris Pengendali Kemungkinan Keparahan


Aktifitas, Sumber
ya iko N/A an yang Risk
Produk Aspek/Ba Priority
Aktual/Pote Aktual/Pote /E ada saat FP FK KP SP PP SUM AH DL DTM RP SUM Value
dan Jasa haya
nsial nsial ini
Penggantia
n Rutin dan
5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1. 0.8
Sling Putus Sling Patah Kaki N pemakaian 9.30 3.00 6.83 63.52 SEDANG
Pemakaia 0 0 2 3 5 0 00 3
sarung
n
tangan
Capstand
Untaian/lilit Pemakaian
5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1. 0.4
an sling Sling Luka ringan A Sarung 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
0 0 2 3 5 0 00 2
tidak bagus Tangan
Perbaikan
ring lori dan 5.0 1.0 1.4 1.8 1.2 1.0 1. 0.8
tertimpa lori Meninggal E 10.56 5.00 7.83 82.68 TINGGI
Mengangk lepas Penggantia 0 0 2 9 5 0 00 3
at lori n
Roda Lori Perbaikan 5.0 1.0 0.7 0.6 1.2 1.0 1. 0.8
Roda Meninggal E 8.59 5.00 7.83 67.26 SEDANG
lepas dari dan 0 0 1 3 5 0 00 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Frame/Seksi Penggantia
Body n
Perbaikan
Ceceran dan
Body lori Pencemaran 5.0 1.0 1.4 1.8 1.2 2.0 1. 0.4
minyak dan N langsung 10.56 1.00 4.42 46.68 RENDAH
koyak air 0 0 2 9 5 0 00 2
brodolan dibersihka
n
Penggantia 5.0 1.0 0.7 0.6 1.2 2.0 1. 0.8
Pengopera Sling Putus Sling Meninggal E 8.59 5.00 8.83 75.85 TINGGI
n Rutin 0 0 1 3 5 0 00 3
sian
Rantai
hoisting Penggantia 5.0 1.0 0.7 0.6 1.2 1.0 1. 0.8
pemutar lori Rantai Meninggal E 8.59 5.00 7.83 67.26 SEDANG
crane n Rutin 0 0 1 3 5 0 00 3
putus
Minyak
Lantai
yang Pembersih 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1. 0.4
thereser Terkilir N 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
Pengopera menetes an 0 0 2 3 5 0 00 2
licin
sian dari lori
Thereser Engsel Pintu Daun 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1. 0.4
Gegar otak E Perbaikan 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
Rusak Pintu 0 0 2 3 5 0 00 2
Handrail
Drum Terperosok Pemasanga 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1. 0.4
tidak Meninggal E 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
Thereser dan jatuh n handrail 0 0 2 3 5 0 00 2
terpasang
Membersih
Pengopera kan dan
Pencemaran
sian Ceceran Janjangan mengumpu 5.0 1.0 0.7 1.8 1.2 2.0 1. 2.9
air dan N 9.85 1.00 6.92 68.16 SEDANG
Scraper janjangan kosong lkan 0 0 1 9 5 0 00 2
tanah
janjangan janjangan
kosong

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Risk Value Stasiun Bantingan/Threshing

Min : 41,11 Rendah : 41,11 s/d 54,96


Max : 82,68 Sedang : 54,97 s/d 68,83
Range : 13,86 Tinggi : 68,84 s/d 82,68

D. Stasiun Kempa/Pressing

Aspek/Bah Dampak/Ris Pengendal Kemungkinan Keparahan


Aktifitas, Sumber
aya iko N/A ian yang Risk
Produk Aspek/Ba Priority
Aktual/Pot Aktual/Pote /E ada saat FP FK KP SP PP SUM AH DL DTM RP SUM Value
dan Jasa haya
ensial nsial ini
Tutup Pemasang
conveyor an Cover 5.0 1.0 1.4 0.6 2.5 2.0 1.
Jatuh patah tulang A 10.55 5.00 0.83 8.83 93.16 SEDANG
Bottom, tidak dan 0 0 2 3 0 0 00
Distributi terpasang Handrail
ng dan Perbaikan
Top Body dan
Ceceran Pencemaran 5.0 4.0 2.1 0.6 2.5 2.0 1.
conveyor conveyor N penambala 14.26 1.00 0.83 4.83 68.88 RENDAH
minyak air 0 0 3 3 0 0 00
berlubang n body
conveyor
Perbaikan
Bucket Baut dan dan 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.
Gegar otak E 9.30 2.00 0.83 5.83 54.22 RENDAH
buah lepas mur Penggantia 0 0 2 3 5 0 00
n
Cover
Pemasang
Belting Belting Lengan 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.
A an cover 9.30 3.00 0.42 6.42 59.71 RENDAH
Elmo putus tidak putus 0 0 2 3 5 0 00
Digester belthing
terpasang
Ceceran Packing/b Pencemaran Penggantia 5.0 5.0 1.4 4.4 1.2 2.0 2. 135.2
N 17.08 1.00 2.92 7.92 TINGGI
minyak ody air n packing 0 0 2 1 5 0 00 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

kropos dan
pembersih
an
Glaswol
Pipa Pemasang 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.
Panas tidak Luka bakar A 9.30 1.00 0.83 4.83 44.92 RENDAH
steam an glaswol 0 0 2 3 5 0 00
terpasang
Cover
Pemasang
Belting Belting Lengan 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.
A an cover 9.30 3.00 0.42 6.42 59.71 RENDAH
Elmo putus tidak putus 0 0 2 3 5 0 00
belthing
terpasang
Memakai
Terjepit
Worm Luka berat alat 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.
Worm worm E 9.30 3.00 0.42 6.42 59.71 RENDAH
screw (patah) pelindung 0 0 2 3 5 0 00
screw screw
diri
Membersi
Ceceran Worm Pencemaran hkan area
5.0 5.0 2.1 1.8 1.2 2.0 2.
minyak dan screw dan air dan N kerja 15.27 1.00 0.42 5.42 82.76 SEDANG
0 0 3 9 5 0 00
Fiber presscake tanah dengan
fibre
Body oli Perbaikan
Pencemaran
Sandtrap Ceceran gatter dan dan 5.0 5.0 1.4 0.6 1.2 2.0 2.
air dan N 13.30 1.00 0.42 5.42 72.09 RENDAH
Tank minyak sand trap pembersih 0 0 2 3 5 0 00
tanah
tank bocor an

Risk Value Stasiun Kempa/Pressing

Min : 44,92 Rendah : 44,92 s/d 75,03


Max : 135,27 Sedang : 75,04 s/d 105,16
Range : 30,12 Tinggi : 105,17 s/d 135,27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

E. Stasiun Pemurnian Minyak/Clarifier

Aspek/Baha Dampak/Ris Pengendal Kemungkinan Keparahan


Aktifitas, Sumber
ya iko N/A ian yang Risk
Produk Aspek/Ba Priority
Aktual/Pote Aktual/Pote /E ada saat FP FK KP SP PP SUM AH DL DTM RP SUM Value
dan Jasa haya
nsial nsial ini
Membersi
hkan area
Pencemaran dan
Ceceran Ceceran 5.0 5.0 0.7 0.6 1.2 1.0 2.
air dan N menampu 12.59 1.00 0.42 4.42 55.65 TINGGI
minyak minyak 0 0 1 3 5 0 00
tanah ng minyak
dengan
Vibrating
bunding
sweco
Membersi
hkan area
Lantai kerja dan 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.
Terpeleset Keseleo A 9.30 1.00 0.42 3.42 31.81 RENDAH
kotor memakai 0 0 2 3 5 0 00
safety
shoes
Oil, Pencemaran
Ceceran Seal pump Membersi 5.0 5.0 0.7 0.6 1.2 1.0 2.
Reclamed air dan N 12.59 1.00 0.42 4.42 55.65 TINGGI
minyak rusak hkan area 0 0 1 3 5 0 00
pump tanah
Pencemaran
Ceceran Membersi 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.
Oil pipe Pipa bocor air dan N 9.30 2.00 0.42 4.42 41.11 SEDANG
minyak hkan area 0 0 2 3 5 0 00
tanah
Putus,
Pemasang
Belting tersentuh Tutup Kaki, tangan 5.0 1.0 0.7 0.6 1.2 1.0 1.
A an Cover 8.59 3.00 0.42 5.42 46.56 SEDANG
Pump tangan atau belthing putus 0 0 1 3 5 0 00
belthing
kaki
Parit Tutup Pemasang 5.0 1.0 0.7 2.5 1.2 1.0 1.
Jatuh Luka bakar A 10.48 2.00 0.42 4.42 46.32 SEDANG
buangan parit an tutup 0 0 1 2 5 0 00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

separator parit

Cek rutin
Pipa Ceceran Pencemaran 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 2.
Pipa bocor A dan 9.30 1.00 0.83 4.83 44.92 SEDANG
limbah limbah tanah 0 0 2 3 5 0 00
perbaikan
Pencemaran Dibersihka
Ceceran vacum 5.0 5.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.
air dan N n dengan 13.30 1.00 0.42 3.42 45.49 SEDANG
Minyak drier 0 0 2 3 5 0 00
Vacum tanah air
Drier Memakai
Lantai 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.
Terpeleset Keseleo A safety 9.30 1.00 0.42 3.42 31.81 RENDAH
kotor 0 0 2 3 5 0 00
shoes
pengopera belting
Beltibng
sian putran tidak 5.0 1.0 0.7 0.6 1.2 1.0 1.
jari putus A diberi 8.59 2.00 0.83 4.83 41.49 SEDANG
Sludge belting diberi 0 0 1 3 5 0 00
cover
Sentriguge cover
Pencemaran Dibersihka
Ceceran Sludge 5.0 2.0 1.4 0.6 1.2 1.0 2.
air dan N n dengan 10.30 1.00 0.42 4.42 45.53 SEDANG
sludge tank 0 0 2 3 5 0 00
Sludge tanah air
Tank Memakai
Lantai 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 2.
Terpeleset Keseleo A safety 9.30 1.00 0.42 4.42 41.11 SEDANG
kotor 0 0 2 3 5 0 00
shoes

Risk Value Stasiun Pemurnian Minyak/Clarifier

Min : 31,81 Rendah : 31,81 s/d 39,74


Max : 55,65 Sedang : 39,75 s/d 47,70
Range : 7,95 Tinggi : 47,71 s/d 55,65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

F. Stasiun Pengolahan Biji/Kernel Plant

Aspek/Baha Dampak/Ris Pengenda Kemungkinan Keparahan


Aktifitas, Sumber
ya iko N/A lian yang Risk
Produk Aspek/Ba DT Priority
Aktual/Pote Aktual/Pote /E ada saat FP FK KP SP PP SUM AH DL RP SUM Value
dan Jasa haya M
nsial nsial ini
Cover
Ceceran Pencemaran Pemasang
conveyor 5.0 5.0 1.4 2.5 2.5 1.0 2.0 1.0
Fiber, kernel udara dan N an Cover 16.44 0.42 4.42 72.66 SEDANG
tidak 0 0 2 2 0 0 0 0
dan nut tanah conveyor
Conveyor terpasang
CBC Pemakaia
Ceceran Body Pencemaran
n masker 5.0 5.0 2.1 2.5 2.5 1.0 2.0 1.0
Fiber, kernel conveyor udara dan N 17.15 0.42 4.42 75.80 SEDANG
dan 0 0 3 2 0 0 0 0
dan nut bocor tanah
perbaikan
Pemakaia
Body fiber
Fiber Ceceran Pencemaran n masker 5.0 5.0 2.1 2.5 2.5 1.0 2.0 2.0
cyclone N 17.15 0.42 5.42 92.95 TINGGI
cyclone Fiber udara dan 0 0 3 2 0 0 0 0
bocor
perbaikan
lantai
patah 5.0 1.0 1.4 2.5 2.5 1.0 1.0 2.0
terjatuh platform A handrill 12.44 0.83 4.83 60.09 SEDANG
tulang 0 0 2 2 0 0 0 0
keropos
Pengeceka
Pengecek
n air lock
Rantai air an rutin 5.0 1.0 1.4 0.6 2.5 1.0 1.0 1.0
Rantai Gegar otak A 10.55 1.67 4.67 49.27 RENDAH
lock putus dan 0 0 2 3 0 0 0 0
perbaikan
Pemakaia
Ceceran Body
Pencemaran n masker 5.0 1.0 1.4 0.6 2.5 1.0 1.0 1.0
Fiber, kernel destoner 10.55 0.42 3.42 36.08 RENDAH
udara dan 0 0 2 3 0 0 0 0
Destoner dan nut bocor
perbaikan
Terkena Tutup Patah kaki Pemasang 5.0 1.0 1.4 0.6 2.5 1.0 1.0 2.0
A 10.55 0.42 4.42 46.63 RENDAH
belthing belthing dan tangan an Cover 0 0 2 3 0 0 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

tidak conveyor
terpasang
terhirup Pemakaia 5.0 1.0 1.4 0.6 2.5 1.0 1.0 1.0
Calsium Paru-paru N 10.55 0.42 3.42 36.08 RENDAH
calsium n masker 0 0 2 3 0 0 0 0
Pembuata
n bak
Pencemaran
Air buangan penampu 5.0 5.0 1.4 1.8 2.5 1.0 1.0 2.0
Calsium air dan N 15.81 0.42 4.42 69.88 SEDANG
claybath ngan 0 0 2 9 0 0 0 0
tanah
sementar
Claybath
a
Penumpu
kan
Tumpukan Pencemaran sementar 5.0 3.0 1.4 0.6 2.5 1.0 1.0 1.0
Cangkang N 12.55 0.42 3.42 42.92 RENDAH
cangkang tanah a sebelum 0 0 2 3 0 0 0 0
dikirim ke
dumai
Penampu
ngan
Pencemaran
Ceceran Minyak minyak 5.0 2.0 1.4 0.6 2.5 1.0 2.0 1.0
air dan N 11.55 0.42 4.42 51.05 RENDAH
minyak Kernel dan 0 0 2 3 0 0 0 0
tanah
Kernel silo pembersi
han
Pencemaran
Minyak Cleaning 5.0 1.0 1.4 0.6 2.5 1.0 1.0 1.0
Lantai licin air dan N 10.55 0.42 3.42 36.08 RENDAH
Kernel lantai 0 0 2 3 0 0 0 0
tanah
Pengopera
Terpapar 5.0 2.0 1.4 4.4 2.5 2.0 1.0 1.0 106.0
sian steam luka bakar A 15.33 2.92 6.92 TINGGI
steam 0 0 2 1 0 0 0 0 8
Kernel Silo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Risk Value Stasiun Pengolahan Biji/Kernel Plant

Min : 36,08 Rendah : 36,08 s/d 59,41


Max : 106,08 Sedang : 59,42 s/d 82,75
Range : 23,33 Tinggi : 82,76 s/d 106,08

G. Stasiun Pembangkit Uap/Boiler

Dampak/Risi Pengend Kemungkinan Keparahan


Aktifitas, Sumber
Aspek/Bahaya ko N/A alian Risk
Produk dan Aspek/
Aktual/Potensial Aktual/Pote /E yang ada FP FK KP SP PP SUM AH DL DTM RP SUM Value
Jasa Bahaya
nsial saat ini
Kebisingan dari Safety Memakai 5. 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 2.0 0.
Safety Valve Tuli N 9.30 1.00 5.42 50.41 RENDAH
safety valve valve ear plug 00 0 2 3 5 0 0 42
Abu pencemaran Memakai 5. 2.0 2.1 2.5 1.2 12.9 2.0 2.0 0.
tumpukan abu A 1.00 5.42 69.92 SEDANG
Tarik abu boiler air dan udara masker 00 0 3 2 5 0 0 0 42
boiler Pencemaran 5. 1.0 1.4 0.6 2.5 10.5 1.0 2.0 0.
Asap cerobong Asap N 1.00 4.42 46.63 RENDAH
udara 00 0 2 3 0 5 0 0 42
5. 2.0 1.4 4.4 1.2 14.0 2.0 1.0 0.
terpapar api Api luka bakar A 2.00 5.83 82.09 TINGGI
Buka pintu 00 0 2 1 5 8 0 0 83
dapur api Gangguan Memakai 5. 1.0 1.4 0.6 2.5 10.5 1.0 1.0 0.
Terhirup Asap Asap N 2.00 4.42 46.63 RENDAH
Pernafasan masker 00 0 2 3 0 5 0 0 42
Cover
belthin Pemasan
Patah tangan 5. 1.0 1.4 0.6 2.5 10.5 1.0 1.0 1.
Belting IDF Terkena Belthing g tidak E gan cover 3.00 6.67 70.37 SEDANG
dan kaki 00 0 2 3 0 5 0 0 67
terpasn belthing
g
Memakai
Thermal Terkena / Luka berat 5. 1.0 1.4 0.6 2.5 10.5 1.0 1.0 0.
Valve A sarung 2.00 4.42 46.63 RENDAH
Deaerator terpapar steam (patah) 00 0 2 3 0 5 0 0 42
tangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Memakai
sarung
Penginjeksia tangan
Terkena bahan Bahan 5. 1.0 1.4 0.6 2.5 10.5 1.0 2.0 0.
n bahan Iritasi kulit A karet, 1.00 4.42 46.63 RENDAH
kimia kimia 00 0 2 3 0 5 0 0 42
kimia masker
dan kaca
mata
Pengisian Memakai
bahan kimia sarung
(caustic tangan
Terkena bahan Bahan 5. 1.0 1.4 0.6 2.5 10.5 2.0 1.0 0.
soda dan Iritasi kulit A karet, 1.00 4.42 46.63 RENDAH
kimia kimia 00 0 2 3 0 5 0 0 42
H2SO4) masker
kedalam dan kaca
drum mata
Dibersihk
an
Ceceran bahan Bahan dengan 5. 2.0 1.4 0.6 2.5 11.5 1.0 2.0 0.
Iritasi kulit N 1.00 4.42 51.05 RENDAH
kimia kimia air 00 0 2 3 0 5 0 0 42
memakai
APD
Regenerasi
Memakai
anion kation
sarung
tangan
Terkena bahan Bahan 5. 2.0 1.4 0.6 2.5 11.5 1.0 1.0 0.
Iritasi kulit A karet, 1.00 3.42 39.50 RENDAH
kimia kimia 00 0 2 3 0 5 0 0 42
masker
dan kaca
mata
Ceceran bahan Bahan Pencemaran Dibersihk 5. 2.0 1.4 0.6 2.5 11.5 1.0 2.0 0.
N 1.00 4.42 51.05 RENDAH
Penginjeksia kimia kimia air dan tanah an 00 0 2 3 0 5 0 0 42
n bahan Memakai
Terkena bahan Bahan 5. 2.0 1.4 0.6 2.5 11.5 1.0 1.0 0.
kimia Iritasi kulit A sarung 1.00 3.42 39.50 RENDAH
kimia kimia 00 0 2 3 0 5 0 0 42
tangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

kulit

Pembersiha
percikan air kebakaran 5. 2.0 1.4 4.4 2.5 15.3 1.0 1.0 1.
n lantai Air A 2.00 5.67 86.92 TINGGI
mengenai panel panel 00 0 2 1 0 3 0 0 67
dengan air
Pemakaia
5. 2.0 2.1 2.5 2.5 14.1 1.0 1.0 0.
Blow down Terpapar steam Steam Luka bakar A n 2.00 4.83 68.34 SEDANG
00 0 3 2 0 5 0 0 83
krangan
Sumber : PKS PT. Murini Sam Sam

Risk Value Stasiun Pembangkit Uap/Boiler

Min : 39,50 Rendah : 39,50 s/d 55,30


Max : 86,92 Sedang : 55,31 s/d 71,11
Range : 15,81 Tinggi : 71,12 s/d 86,92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan :

Kemungkinan

Frekuensi Proses (FP) :Frekuensi terjadinya proses dalam skala waktu

tertentu (dinilai dari aktivitas aspek yang

dilakukan).

Frekuensi Kejadian (FK) :Frekuensi terjadinya dampak dalam skala waktu

tertentu (dinilai dari dampak terjadi).

Kemampuan Personil (KP) :Terkait kemampuan personil/operator dalam

melaksanakan pekerjaannya.

a. Teknikal :Bagaimana kompetensi personil/operator secara

teknis dalam melakukan pekerjaannya.

b. EHS Knowledge :Bagaimana pengetahuannya mengenai potensi

bahaya/aspek LK3 terkait dengan pekerjaannya.

Sistem Perlindungan (SP) :Berupa perlindungan yang telah

diberikan/dilakukan untuk meminimalkan potensi

terjadinya dampak, dapat berupa APD, sistem

terkait, dan sebagainya.

a) Standar :Apakah sistem perlindungan yang diberikan sudah

memenuhi standar.

b) Fungsi :Apakah penggunaan sistem perlindungan tersebut

sudah sesuai dengan fungsinya.

c) Prosedur :Apakah mekanisme persyaratan penggunaan sistem

sudah terdapat dalam prosedur kerja terkait.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Pemeriksaan Pemeliharaan :Untuk melihat apakah prinsip preventive

(PP) maintenance telah dijalankan.

a) Jadwal :Apakah pemeriksaan dan pemeliharaan tersebut

mempunyai jadwal tertentu.

b) Inspeksi :Apakah inspeksi pemeriksaan dan pemeliharaan

tersebut dijalankan di departemen/bagian terkait.

Keparahan

Aspek Hukum (AH) :Tingkatan hukum yang mendasari dari suatu

aktivitas produk dan jasa.

Dampak Lingkungan (DL) :Potensi besarnya tingkat pencemaran yang

ditimbulkan akibat dari dampak yang terjadi.

Dampak Terhadap Manusi :Potensi besarnya keparahan kecelakaan yang terjadi

(DTM) pada personil/operator akibat dari dampak yang

terjadi.

Bisnis dan Reputasi (RP) :Sisi bisnis dan reputasi yang diakibatkan oleh

dampak yang terjadi.

a) Effect ke Produksi :Apakah dari dampak yang ditimbulkan dapat

mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

b) Effect ke Image :Apakah dari dampak yang ditimbulkan dapat

Perusahaan berdampak terhadap image perusahaan (image

menjadi negative).

c) Kerugian Finansial :Berapa kemungkinan nilai nomila kerugian yang

ditimbulkan dari dampak yang terjadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, analisa dampak/resiko dilakukan di setiap

stasiun pada bagian produksi pabrik kelapa sawit :

1. Selanjutnya EHS Officer bersama dengan Head Dept/ Kepala Bagian

terkait melakukan pembobotan nilai tingkat kemungkinan dan tingkat

keparahan dari masing-masing dampak LK3.

2. EHS Officer dan Head Dept/ Kepala Bagian akan mengevaluasi dari

penilaian pembobotan tersebut.

3. Menentukan skala prioritas yang dilakukan oleh EHS Officer, Head

Dept/ Kepala Bagian dan Pimpinan Unit untuk membahas pembuatan

program LK3.

1.Melakukan Pembobotan Nilai

2. Melakukan Evaluasi

3. Menentukan Skala Prioritas

Gambar 4.5 Diagram Analisa Dampak/Resiko LK3

Hasil wawancara peneliti dengan informan 1 yaitu supervisor bagian

produksi, informan 2 yaitu sekretaris P2K3, dan informan 3 yaitu pekerja bagian

produksi didapat hasil bahwa analisa aspek/bahaya juga dilakukan rutin setahun

sekali oleh EHS Officer bersama dengan head departemen/ kepala bagian setiap

stasiun kerja yang ada. Pembobotan nilai dilakukan dengan melihat tingkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

kemungkinan dan tingkat keparahan dari masing-masing dampak LK3. EHS

Officer bersama dengan head departemen/ kepala bagian selanjutnya melakukan

evaluasi dari pembobotan nilai tersebut untuk dapat ditentukan skala prioritasnya.

Skala prioritas inilah yang nantinya akan menjadi pertimbangan dalam pembuatan

pengendalian maupun program LK3. Skala prioritas tersebut dibagi dalam 3

kategori yaitu rendah/low, sedang/moderate, dan tinggi/high. Skala prioritas

memerlukan perhatian khusus karena merupakan hal yang sangat penting agar

pengendalian dan program LK3 yang dibuat selanjutnya tepat sasaran dan

keselamatan serta kesehatan dalam bekerja dapat dijunjung tinggi.

Hasil penilaian risiko dengan tingkat risiko rendah (low), sedang

(moderate), dan tinggi (high) ada disemua stasiun produksi yaitu stasiun

sortasi/loading ramp, stasiun perebusan/sterilizer, stasiun bantingan/threshing,

stasiun kempa/pressing, stasiun pemurnian minyak/clarifier, stasiun

pengolahan biji/ kernel plant, dan stasiun pembangkit uap/ boiler.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

4.4.3 Pengendalian Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik

Kelapa Sawit (PKS)

Pada tahap pengendalian dampak/resiko (impact/risk control), risiko bahaya

yang menjadi prioritas di tahap sebelumnya yakni tahap analisa dampak/resiko

akan ditindaklanjuti sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi risiko

kecelakaan kerja hingga batasan yang dapat diterima oleh perusahaan. Skala

prioritas yang dijadikan Program Perbaikan LK3 adalah skala tinggi (high),

sedangkan skala sedang (moderate) dan rendah (low) akan dijadikan Program

Perbaikan Berkelanjutan (Continued Improvement) berdasarkan tingkat

kepentingannya.

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, PT. Murini Sam Sam telah melakukan

pengendalian dampak/resiko pada tiap tahapan kegiatan produksi pabrik kelapa

sawit yang berpotensi bahaya. Pengendalian tersebut ditetapkan berdasarkan

hasil identifikasi dan analisa dari potensi bahaya yang ada, serta berdasarkan

prosedur yang ada/berlaku :

1. Setelah melakukan pengisian identifikasi, pembobotan nilai dan

menentukan skala prioritas dalam form identifikasi aspek dan dampak

LK3, selanjutnya dilakukan investigasi/ tim mencari tau penyebabnya

untuk kemudian dapat ditentukan pengendaliannya sesuai dengan

prosedur yang ada.

2. Setelah itu hasilnya di diskusikan dalam rapat bersama P2K3.

3. Hasil rapat bersama P2K3 selanjutnya disampaikan kepada manajemen

dengan tembusan kepada disnaker.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

1. Melakukan investigasi

2. Melakukan rapat bersama


P2K3

3. Melaporkan hasil rapat


kepada manajemen dengan
tembusan kepada disnaker

Gambar 4.6 Diagram Pengendalian Dampak/Resiko LK3

Hasil wawancara peneliti dengan informan 1 yaitu supervisor bagian

produksi dan informan 2 yaitu sekretaris P2K3, didapat hasil bahwa

pengendalian dampak/resiko ini merupakan tahapan lanjutan dari identifikasi

aspek/dampak dan analisa dampak/resiko. Pengendalian dampak/ resiko ini

juga dilakukan rutin setahun sekali oleh EHS Officer bersama dengan head

departemen/ kepala bagian setiap stasiun kerja yang ada. Skala prioritas yang

telah ditentukan kemudian diinvestigasi/ dicari tau penyebabnya untuk dapat

ditentukan pengendaliannya sesuai dengan prosedur yang ada. Hasilnya

kemudian di diskusikan dalam rapat bersama P2K3 dan disampaikan kepada

manajemen. Pengendalian dampak/resiko ini selanjutnya dikomunikasikan

kepada seluruh pekerja agar mengetahui bahaya ditempat kerja/ stasiunnya

masing-masing.

Hasil wawancara dengan informan 3 yaitu pekerja bagian produksi didapat

hasil bahwa pekerja sangat mengetahui tentang adanya pengendalian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

dampak/resiko tersebut karena dalam kesehariannya pekerja tersebut berhadapan

langsung dengan aspek/bahaya yang ada pada stasiun kerjanya. Pekerja juga

sangat menjunjung tinggi keselamatan dan kesehatan kerja, salah satunya terlihat

dari kepatuhan pekerja memakai APD pada saat melakukan pekerjaan serta

memperhatikan rambu-rambu maupun informasi K3 yang ada pada stasiun

kerjanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
PEMBAHASAN

Perusahaan sudah melaksanakan manajemen risiko sejak tahun 2017,

bersamaan dibentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(P2K3). Manajemen risiko yang dilaksanakan setahun sekali oleh Tim yang

terdiri dari EHS Officer dengan menggunakan metode Identifikasi Aspek dan

Dampak LK3 (Identification of Aspect and EHS Impact).

Identifikasi aspek/bahaya, analisa dampak/resiko dan pengendalian

dampak/resiko dalam aktifitas/operasional yang ada pada PT. Murini Sam Sam

Kabupaten Bengkalis – Riau digunakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan

mengevaluasi aspek dampak LK3 dari seluruh aktifitas, memberikan jaminan

bahwa tingkat bahaya dan resiko yang akan terjadi untuk setiap jenis pekerjaan

dapat diketahui lebih dini, serta menentukan prioritas yang mendasar pada

penilaian resiko yang paling tinggi sebagai pertimbangan untuk menentukan

perencanaan pengelolaan program LK3 berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, Undang-Undang

Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Nomor 05 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, Wilmar Sustainable Company (WSC), ISO 14001:2004 Sistem

Manajemen Lingkungan, OHSAS 18001:2007

Sistem Keselamatan dan Kesehatan, dan Roundtable Sustainable Palm Oil

(RSPO) dimana secara garis besar menyatakan bahwa perusahaan telah

93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94

mempunyai prosedur identifikasi aspek/bahaya, analisa dampak/risiko serta

mempunyai program pengendalian dampak/resiko.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis –

Riau telah menetapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu

breafing safety/safety talk (EHS/Head dept/paramedis) yang dilaksanakan setiap

pagi hari sebelum mulai melakukan pekerjaan, pengenalan unsafe condition dan

unsafe action serta pelaksanaan safety observation yang dilaksanakan satu kali

dalam setahun yaitu pada bulan Juni, sosialisasi kebijakan LK3 kepada head dept

dan karyawan yang dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni

dan Desember, sosialisasi tugas dan tanggung jawab P2K3L yang dilaksanakan

satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari, sosialisasi proper kepada all

head yang dilaksanakan satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni, identifikasi

bahaya, penilaian risiko dan pengendalian yang dilaksanakan satu kali dalam

setahun yaitu pada bulan Juni, pengenalan dan aplikasi 5R2S yang dilaksanakan

dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan Agustus, pengenalan dan

aplikasi APD yang dilaksanakan satu kali dalam setahun yaitu pada bulan

Oktober, rambu-rambu K3 dan lingkungan yang dilaksanakan empat kali dalam

setahun yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November, pengadaan dan

pemasangan informasi-informasi K3 yang dilaksanakan dua kali dalam setahun

yaitu pada bulan Juni dan Desember, induction EHS training untuk karyawan

baru, kontraktor, dan SPSI yang dilaksanakan setiap bulannya, implementasi work

permit dan tag out yang dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan

Mei dan September, penyuluhan kesehatan/ pemeriksaan kesehatan TK, medical

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

check up yang dilaksanakan satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Maret, dan

meeting evaluasi kerja kinerja P2K3L yang dilaksanakan setiap bulannya.

Menurut Darmawi (2011), program K3 yang telah dibuat oleh perusahaan

merupakan bentuk pengendalian dari dampak/resiko yang ada. Manajemen risiko

merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui, menganalisis serta

mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk

memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Identifikasi aspek/bahaya,

penilaian dampak/resiko dan pengendalian dampak/resiko yang dilakukan PT.

Murini Sam Sam secara umum telah sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek

dan Dampak LK3 yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut (PROS-SD-03-01).

Terbukti juga dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan.

5.1 Identifikasi Aspek/Bahaya pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit

(PKS)

Identifikasi aspek/bahaya dilakukan terhadap lingkungan kerja, alat atau

mesin, bahan, dan tenaga kerja untuk menemukan bahaya-bahaya yang mungkin

timbul ditempat kerja dan segera dilakukan pengendalian sehingga tidak

mengakibatkan kecelakaan kerja yang pada akhirnya akan mengakibatkan

kerugian dan kerusakan terhadap perusahaan dan tenaga kerja.

Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan

kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena

pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan

akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni kecelakaan adalah

akibat langsung pekerjaan dan kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

dilakukan. Menurut Ramli (2010), penyebab kecelakaan kerja pada umumnya

digolongkan menjadi dua yaitu perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia) dan

kondisi-kondisi pekerjaan (faktor lingkungan kerja).

Menurut Ichsan (2004), identifikasi bahaya merupakan langkah awal dari

suatu sistem manajemen pengendalian resiko yang merupakan suatu cara untuk

mencari dan mengenali terhadap semua jenis kegiatan, alat, produk, dan jasa yang

dapat menimbulkan potensi cedera atau sakit yang bertujuan dalam upaya

mengurangi dampak negatif resiko yang dapat mengakibatkan kerugian aset

perusahaan, baik berupa manusia, material, mesin, hasil produksi maupun finasial.

Identifikasi bahaya yang dilakukan PT. Murini Sam Sam merupakan tahap

awal yang dilakukan perusahaan tersebut untuk selanjutnya dapat menetapkan

program K3 guna mencegah segala bentuk bahaya. Menurut Pamapersada

Nusantara (1999) yang dikutip oleh Firmansyah (2010), identifikasi bahaya

merupakan dasar pengelolaan keselamatan kerja modern. Program pengelolaan

keselamatan dan kesehatan kerja disusun berdasarkan tingkat resiko yang ada di

lingkungan kerja. Setiap bahaya dengan kondisi bagaimanapun, diharapkan

dihilangkan dan dieliminasi sampai batas yang dapat diterima dan ditolerir. Baik

dari kaidah keilmuan atau tuntuntan hukum, proses ini merupakan tindakan yang

proaktif dalam mengelola industri, sebab satu kecelakaan terjadi diluar

kemampuan atau pengetahuan seseorang namun kadang ada juga orang yang

mampu menduga suatu kecelakaan sebelumnya, asalkan serius melakukan

identifikasi bahaya karena tidak ada seorangpun yang dapat meramalkan separah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

atau besar kerugian yang akan terjadi jika ada sebuah insiden. Namun kita dapat

mencegahnya dengan program identifikasi bahaya.

Menurut Ramli (2010), program keselamatan dan kesehatan kerja harus

dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar

meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain.

Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko merupakan

salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS

18001:2007. OHSAS atau singkatan dari Occupational Health and Safety

Assessment Series (OHSAS 18001) adalah suatu standard internasional untuk

menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat

kerja/perusahaan. Identifikasi bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana

penerapan K3 di lingkungan perusahaan. Identifikasi bahaya termasuk di

dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan operasional perusahaan

terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah perusahaan menyangkut beberapa

elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya alam

lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan perusahaan. PT. Murini

Sam Sam dalam melakukan identifikasi aspek/bahaya juga termasuk di dalamnya

melakukan identifikasi aspek dampak lingkungan K3 terhadap alam maupun

penduduk sekitar di wilayah perusahaan yang menyangkut beberapa elemen

tersebut. Identifikasi bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional

perusahaan di tempat kerja meliputi :

1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

2. Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor,

pemasok, pengunjung dan tamu.

3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.

4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu

keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.

5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang

disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan

Perusahaan.

6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun

bahan/material yang digunakan.

7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat

sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.

8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang

berlaku.

9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur

operasional, struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan

manusia.

P2K3 mempunyai peran penting dalam melakukan identifikasi aspek/bahaya,

analisa dampak/resiko dan pengendalian dampak/resiko pada PT. Murini Sam

Sam. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : PER.04/MEN 1987

pasal 1 menyebutkan bahwa Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

yang selanjutnya disebut P2K3 ini merupakan badan pembantu di tempat kerja

yang menjadi wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa

setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib

membentuk P2K3. Tempat kerja dimaksud pada ayat 1 ialah:

a. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan 100

orang atau lebih;

b. tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang

dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi

yang mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan,

kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif.

Pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur

pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota.

Pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa sekretaris P2K3 ialah ahli keselamatan kerja

dari perusahaan yang bersangkutan.

Hal ini sesuai dengan P2K3 yang sudah ditetapkan pada PT. Murini Sam

Sam. PT. Murini Sam Sam telah mempekerjakan 153 orang, hal ini sudah sesuai

dengan pasal 2 ayat 1 diatas yang menyebutkan bahwa tempat kerja dengan

kriteria tertentu wajib membentuk P2K3. Salah satu kriterianya adalah dengan

mempekerjakan 100 orang atau lebih. P2K3 yang dibentuk oleh PT. Murini Sam

Sam terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota. Hal ini juga telah sesuai dengan

pasal 3 ayat 1 diatas yang menyebutkan bahwa keanggotaan P2K3 terdiri dari

unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

anggota dengan sekretaris sebagai ahli keselamatan kerja dari perusahaan yang

bersangkutan.

Menurut Syukri Sahab (1997), Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko

(IBPR) adalah dasar pengelolaan K3 yang disusun berdasarkan tingkat resiko

yang ada dilingkungan kerja. Setiap bahaya dengan kondisi resiko bagaimanapun

diharapkan dapat dihilangkan atau diminimalisasikan sampai batas yang dapat

diterima dan ditoleransi, baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan hukum.

Sebelum dilakukan penilaian terhadap resiko bahaya perlu dilakukan

pengidentifikasian terhadap resiko bahaya yang merupakan tolak ukur

kemungkinan terjadinya kecelakaan, dengan pengidentifikasian dan penilaian

resiko diharapkan tingkat resiko dapat dikendalikan seefektif mungkin dan

seefisien mungkin. Untuk mengendalikan resiko kecelakaan dan penyakit akibat

kerja perlu dilakukan identifikasi terhadap sumber bahaya ditempat kerja dan

dievaluasi tingkat resikonya serta dilakukan pengendalian.

Melalui teknik analisis keselamatan pekerjaan, maka suatu tugas-tugas

atau pekerjaan dapat dipisah-pisahkan kedalam suatu langkah-langkah dasar dan

masing-masing dianalisis untuk menemukan potensi bahaya. dari langkah-langkah

dasar pemisahan pekerjaan, selanjutnya dipertimbangkan masing-masing langkah

untuk menentukan apakah potensi bahaya dapat mengakibatkan resiko terjadinya

kecelakaan dan gangguan kesehatan kepeda tenaga kerja. PT. Murini Sam Sam

telah melakukan identifikasi aspek/bahaya secara lengkap, dilihat dari aktivitas,

aspek/bahaya actual/potensial, sumber aspek/bahaya, serta dampak/resiko

actual/potensial. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarwaka pada tahun 2008 yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

menyebutkan bahwa potensi bahaya di tempat kerja dapat disebabkan dari

berbagai jenis energi sumber bahaya.

PT. Murini Sam Sam dalam melakukan identifikasi aspek/bahaya juga

telah membagi beberapa stasiun kerja dan masing-masing stasiun terdapat kepala

bagian sehingga dapat dengan mudah mengetahui aspek/bahaya yang ada karena

telah menjadi rutinitas keseharian mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Rudi

Suardi pada tahun 2007 yang menyebutkan bahwa cara sederhana untuk memulai

menentukan bahaya dapat dilakukan dengan membagi area kerja berdasarkan

kelompok seperti:

1. Kegiatan-kegiatan (pekerjaan pengelasan, pengolahan data)

2. Lokasi (kantor, gudang, lapangan)

3. Aturan-aturan (pekerja kantor, atau bagian elektrik)

4. Fungsi atau proses produksi (administrasi, pembakaran,

pembersihan, penerimaan, finishing)

Identifikasi aspek/bahaya, penilaian dampak/resiko dan pengendalian

dampak/resiko pada PT. Murini Sam Sam dilakukan terhadap seluruh aktivitas

perusahaan yang dapat dilihat dari prosedur identifikasi aspek dan dampak LK3

yang berlaku, namun belum melihat identifikasi bahaya berdasarkan 5 faktor

bahaya (biologi, kimia, fisik/mekanik, biomekanik, psikis/sosial).

Menurut prosedur identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko

K3 IPC Marine Service (2003) yaitu dokumen P/SOP/K3/001 menyebutkan

bahwa Sekretaris P2K3 melaksanakan identifikasi bahaya terhadap seluruh

aktivitas perusahaan meliputi :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

a. Aktivitas kerja rutin dan non-rutin.

b. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk

kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu.

c. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.

d. Bahaya dari lingkungan luar tempat kerja yang dapat mengganggu

keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di

tempat kerja.

e. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan/material di tempat kerja baik

yang disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan

dengan Perusahaan.

f. Perubahan ataupun usulan perubahan dalam Perusahaan baik

perubahan aktivitas maupun bahan/material/mesin yang digunakan.

g. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan sementara

dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.

h. Penerapan perundang-undangan, persyaratan dan peraturan yang

berlaku.

i. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur

operasional, struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap

kemampuan manusia.

Sekretaris P2K3 melaksanakan identifikasi bahaya berdasarkan 5 (lima)

faktor bahaya berikut :

a. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

b. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya,

mudah meledak/menyala/terbakar, korosif, pemicu iritasi (irritant),

bertekanan, reaktif, radioaktif, oksidator, pemicu kanker, berbahaya

bagi pernafasan, membahayakan/mencemari lingkungan, dsb).

c. Fisik/Mekanik(infrastruktur, mesin/ alat/ perlengkapan/ kendaraan/

alat berat, ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung,

cahaya, listrik, radiasi, kebisingan, getaran dan ventilasi).

d. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan

berulang serta ergonomi tempat kerja/alat/mesin).

e. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian

manajemen, lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan

intimidasi).

Berdasarkan hasil identifikasi aspek/bahaya di pabrik kelapa sawit (PKS)

PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau tahun 2017 tiap stasiun didapat

bahwa bahaya yang terjadi di bagian produksi berupa :

1. Stasiun sortasi/ loading ramp

Sortasi merupakan tempat untuk memilih fraksi-fraksi sesuai kriteria

matang panen yang kemudian menuju tempat penimbunan sementara dan

pemindahan tandan buah ke dalam lori rebusan (loading ramp).

Pada stasiun ini, aktifitas yang menimbulkan bahaya berupa brondolan jatuh

di jalan, terhirup asap, asap truck, tumpukan karung bekas, truck tergelincir ke

loading ramp, terhirup debu, tumpukan TBS di lantai, tertusuk gancu, terlempar

TBS, tertusuk duri, posisi angkat TBS, tergelincir, brondolan tergilas, ceceran oli,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

terkena hujan, terjatuh, tertimpa TBS, ceceran minyak di loading ramp, ceceran

brondolan di paret loading ramp, sling penarik lori putus, tercepit sling pada

capstand, untaian/lilitan sling tidak bagus, dan tersengat listrik. Bahaya tersebut

berasal dari sumber bahaya yaitu knalpot truck, karung bekas brondolan, tidak

terdapat pagar pembatas, loading ramp penuh, gancu, beban TBS berat, lantai

licin, knalpot loader, kebocoran hydraulic loader, cuaca, TBS, buah restan,

brondolan, sling, TBS restan, dan genangan air akibat mata air. Risiko yang

ditimbulkan berupa cidera berat/gegar otak, patah kaki, pencemaran air,

pencemaran tanah, lengan patah, cidera ringan (luka), cidera ringan (keseleo),

luka bakar, luka ringan, luka berat, ISPA, dan meninggal dengan kondisi normal

(N), abnormal (A), dan emergency (E).

Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena

mengabaikan program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan seperti : tidak

mengikuti briefing safety/safety talk sebelum memulai pekerjaan, tidak mengikuti

EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti

sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action

sehingga kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan

dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada

di area kerja, kurangnya kesadaran dalam pemakaian APD (helmet, sarung

tangan, masker, safety shoes) yang merupakan hal penting dalam melakukan

pekerjaan serta pekerja tidak rutin melakukan pemeriksaan kesehatan sehingga

sangat rentan terhadap penyakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

2. Stasiun Perebusan/ Sterilizer

Rebusan merupakan tempat untuk merebus buah dengan menggunakan

capstandard. Pada stasiun ini, aktifitas yang teridentifikasi bahaya berupa

perebusan buah, sling/ penarik lori, buka pintu sterilizer pada tekanan 0 bar,

perbaikan pipa steam in let, naik/ turun centilever.

a. Aktifitas perebusan TBS

Rebusan digunakan untuk merebus buah dengan ketahanan 2,8 bar. Mesin

rebusan tersebut menimbulkan bahaya berupa kebocoran steam pada pintu

rebusan, panas, tekanan berlebih, dan ceceran air condensat. Bahaya tersebut

berasal dari packing pintu pecah, steam, packing pintu bocor, pipa tanpa

pelindung, dan valve tidak sesuai dengan risiko luka bakar, gangguan

pendengaran (tuli), dan pencemaran air pada kondisi normal (N), abnormal (A),

emergency (E).

b. Aktifitas sling/penarik lori

TBS yang akan direbus ditarik dengan sling untuk menuju perebusan

(sterilizer), dimana aktifitas ini menimbulkan bahaya berupa sling penarik lori

putus. Bahaya tersebut berasal dari sling itu sendiri dengan risiko patah kaki pada

kondisi normal (N).

c. Aktifitas buka pintu sterilizer pada tekanan 0 bar

Aktifitas membuka pintu sterilizer pada tekanan 0 bar dapat menimbulkan

bahaya terpapar steam. Bahaya tersebut berasal dari steam itu sendiri dengan

risiko wajah dan tangan melepuh pada kondisi normal (N).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

d. Aktifitas perbaikan pipa steam in let

Aktifitas perbaikan pipa steam in let dapat menimbulkan bahaya terpapar

steam. Bahaya tersebut berasal dari pipa steam yang bocor dengan risiko luka

bakar pada kondisi normal (N).

e. Aktifitas naik/ turun cantilever

Cantilever merupakan alat penarik lori keluar dan masuk sterilizer

(perebusan). Aktifitas naik/turunnya cantilever ini dapat menimbulkan bahaya

yaitu terjepit dan tertimpa cantilever. Bahaya tersebut berasal dari cantilever itu

sendiri dengan risiko luka ringan dan luka berat pada kondisi Abnormal (A).

Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena

mengabaikan program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan seperti : tidak

mengikuti briefing safety/safety talk sebelum memulai pekerjaan, tidak mengikuti

EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti

sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action

sehingga kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan

dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada

di area kerja, kurangnya kesadaran dalam pemakaian APD (ear muff, ear plug,

sarung tangan) yang merupakan hal penting dalam melakukan pekerjaan serta

pekerja tidak rutin melakukan pemeriksaan kesehatan sehingga sangat rentan

terhadap penyakit.

Syukri Sahab (1997) dalam Hayati (2009), yang menerangkan bahwa di

stasiun ini digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak

dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi pelindung dan pengaman,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

peralatan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam bahaya seperti kebakaran,

sengatan listrik, ledakan, ataupun cidera. Agar peralatan ini aman dipakai maka

harus diberi pengaman yang sesuai dengan peraturan dibidang keselamatan kerja.

Untuk peralatan yang rumit perlu disediakan petunjuk pengoperasiannya.

3. Stasiun Bantingan/ Threshing

Stasiun bantingan/threshing merupakan tempat untuk melepas dan

memisahkan buah dari tandan. Buah masak yang keluar dari lori rebusan ditarik

kebawah hosting crane untuk diangkut dan dituangkan ke dalam autonatic feeder,

kemudian dimasukkan ke dalam bantingan. Pada stasiun ini, aktifitas yang

menimbulkan bahaya yaitu sling putus, untaian/ lilitan sling tidak bagus, tertimpa

lori, roda lori lepas dari frame/ seksi body, ceceran minyak dan brondolan, rantai

pemutar lori putus, ceceran janjangan, lantai thereser licin, engsel pintu rusak,

terperosok dan jatuh. Bahaya tersebut berasal dari sumber bahaya yaitu sling, ring

lori lepas, roda, body lori koyak, rantai, minyak yang menetes dari lori, daun

pintu, handrail tidak terpasang dan janjangan kosong. Risiko yang ditimbulkan

berupa patah kaki, luka ringan, meninggal, pencemaran air, terkilir, gegar otak,

pencemaran air dan tanah dengan kondisi normal (N), abnormal (A), dan

emergency (E).

Pekerja seharusnya tidak berada pada stasiun bantingan, karena stasiun ini

bebas dari pekerja. Kondisi ini memungkinkan pekerja tertimpa lori yang

diangkut oleh hosting crane. Hal ini terjadi karena pekerja lupa akan jarak aman

yang diperbolehkan saat berada di bawah alat berat. Hal ini selaras dengan

pernyataan ILO yang mengungkapkan unsur penyebab utama kecelakaan 85%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

disebabkan oleh faktor manusia dan 15% merupakan faktor kondisi yang

berbahaya.

Kondisi peralatan seperti sling putus, roda lori lepas dari frame/seksi body,

rantai pemutar lori putus, engsel pintu pada saat pengoperasian thereser rusak dan

body lori koyak mengakibatkan kecelakaan kerja yaitu patah kaki, gegar otak,

luka ringan bahkan meninggal dunia. Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang

ada pada stasiun kerja ini karena mengabaikan program K3 yang telah ditetapkan

oleh perusahaan seperti : tidak mengikuti briefing safety/safety talk sebelum

memulai pekerjaan, tidak mengikuti EHS training sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan, tidak mengikuti sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan

unsafe condition serta unsafe action sehingga kurangnya pengetahuan tentang

keselamatan dan kesehatan dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu

LK3 dan lingkungan yang ada di area kerja, kurangnya kesadaran dalam

pemakaian APD (sarung tangan) yang merupakan hal penting dalam melakukan

pekerjaan serta pekerja tidak rutin melakukan pemeriksaan kesehatan sehingga

sangat rentan terhadap penyakit.

Keadaan ini sesuai dengan pendapat Boedi (2011) mengenai peralatan yang

rusak atau tidak baik menjadi penyebab banyak cedera yang terjadi, sehingga

perlu adanya kontrol peralatan oleh petugas ruang peralatan.

4. Stasiun Kempa/ Pressing

Pada stasiun kempa/pressing terdapat aktifitas yang menimbulkan bahaya

berupa jatuh, ceceran minyak, bucket buah lepas, belting elmo putus, panas,

terjepit worm screw, ceceran minyak dan fiber. Bahaya tersebut berasal dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

sumber bahaya yaitu tutup conveyor tidak terpasang, body conveyor berlubang,

baut dan mur, cover belting tidak terpasang, packing/ body kropos, glaswol tidak

terpasang, worm screw, wormscrew dan presscake, body oli gatter dan sand trap

tank bocor. Risiko yang ditimbulkan berupa patah tulang, pencemaran air, gegar

otak, lengan putus, luka bakar, luka berat (patah), pencemaran air dan tanah

dengan kondisi normal (N), abnormal (A), dan emergency (E).

Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena

mengabaikan program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan seperti: tidak

mengikuti briefing safety/safety talk sebelum memulai pekerjaan, tidak mengikuti

EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti

sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action

sehingga kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan

dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada

di area kerja, kurangnya kesadaran dalam pemakaian APD lengkap yang

merupakan hal penting dalam melakukan pekerjaan serta pekerja tidak rutin

melakukan pemeriksaan kesehatan sehingga sangat rentan terhadap penyakit.

5. Stasiun Pemurnian Minyak/ Clarifier

Pada stasiun pemurnian minyak / clarifier terdapat aktifitas yang

menimbulkan bahaya berupa ceceran minyak, terpeleset, putus, tersentuh tangan

atau kaki, jatuh, ceceran limbah, putaran belthing, dan ceceran sludge. Bahaya

tersebut berasal dari sumber bahaya yaitu ceceran minyak, lantai kotor, seal pump

rusak, pipa bocor, tutup belting, tutup parit, pipa bocor, vacuum drier, belting

tidak diberi cover, dan sludge tank. Risiko yang ditimbulkan berupa pencemaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

air dan tanah, keseleo, luka bakar, jari putus, kaki dan tangan putus dengan

kondisi normal (N) dan abnormal (A).

Kondisi yang tidak aman ini, ditambah oleh tindakan tidak aman dari

pekerja dengan tidak memakai safety shoes memungkinkan terjadinya kecelakaan

kerja seperti keseleo.

Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena

mengabaikan program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan seperti : tidak

mengikuti briefing safety/safety talk sebelum memulai pekerjaan, tidak mengikuti

EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti

sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action

sehingga kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan

dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada

di area kerja, kurangnya kesadaran dalam pemakaian APD (safety shoes) yang

merupakan hal penting dalam melakukan pekerjaan serta pekerja tidak rutin

melakukan pemeriksaan kesehatan sehingga sangat rentan terhadap penyakit.

Keadaaan ini sesuai dengan pendapat Tarwaka (2008) yaitu setiap proses

produksi, peralatan atau mesin di tempat kerja yang digunakan untuk

menghasilkan produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak

mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

6. Stasiun Pengolahan Biji/Kernel Plant

Pada stasiun pengolahan biji/kernel plant aktifitas yang menimbulkan

bahaya berupa ceceran fiber, kernel dan nut, terjatuh, rantai air lock putus, terkena

belthing, terhirup calsium, air buangan claybath, tumpukan cangkang, lantai licin,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


111

dan terpapar steam. Bahaya tersebut berasal dari sumber bahaya yaitu cover

conveyor tidak terpasang, body conveyor bocor, body fiber cyclone bocor, lantai

platform keropos, rantai, tutup belthing tidak terpasang, calcium, cangkang,

minyak kernel, dan steam. Risiko yang ditimbulkan berupa pencemaran udara dan

tanah, patah tulang, gegar otak, patah kaki dan tangan, gangguan paru-paru, dan

luka bakar dengan kondisi normal (N) dan abnormal (A).

Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena

mengabaikan program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan seperti : tidak

mengikuti briefing safety/safety talk sebelum memulai pekerjaan, tidak mengikuti

EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti

sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action

sehingga kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan

dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada

di area kerja, kurangnya kesadaran dalam pemakaian APD (masker) yang

merupakan hal penting dalam melakukan pekerjaan serta pekerja tidak rutin

melakukan pemeriksaan kesehatan sehingga sangat rentan terhadap penyakit.

7. Stasiun Pembangkit Uap/Boiler

Pada stasiun pembangkit uap / boiler terdapat aktifitas yang menimbulkan

bahaya berupa kebisingan dari safety valve, tumpukan abu, asap cerobong,

terpapar api, terhirup asap, terkena belthing, terkena/ terpapar steam, terkena

bahan kimia, ceceran bahan kimia, percikan air mengenai panel, dan terpapar

steam. Bahaya tersebut berasal dari sumber bahaya yaitu safety valve, abu boiler,

asap, api, cover belthing tidak terpasang, valve, bahan kimia, air, dan steam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112

Risiko yang ditimbulkan berupa tuli, pencemaran air dan udara, luka bakar,

gangguan pernafasan, patah tangan dan kaki, luka berat (patah), iritasi kulit,

kebakaran panel, pencemaran air dan tanah dengan kondisi normal (N), abnormal

(A), dan emergency (E).

Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena

mengabaikan program K3 yang telah ditetapkan oleh perusahaan seperti : tidak

mengikuti briefing safety/safety talk sebelum memulai pekerjaan, tidak mengikuti

EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti

sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action

sehingga kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan

dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada

di area kerja, kurangnya kesadaran dalam pemakaian APD (ear plug, masker,

sarung tangan karet/kulit, kacamata) yang merupakan hal penting dalam

melakukan pekerjaan serta pekerja tidak rutin melakukan pemeriksaan kesehatan

sehingga sangat rentan terhadap penyakit.

Peralatan listrik harus bebas dari bahaya-bahaya yang dikenal yang mungkin

dapat mengakibatkan kematian atau cedera fisik serius pada manusia, dengan

begitu peralatan listrik harus dirawat dengan baik untuk keselamatan penggunanya

(Boedi, 2011).

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program

keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan

semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


113

kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat

kegiatan, kultur, kemampuan finansial, dan lainnya.

5.2 Analisa Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit

(PKS)

Analisa dampak/resiko adalah tindakan lanjutan setelah melalui tahap

identifikasi aspek/bahaya. Nilai resiko didapatkan dari hasil perkalian antara total

nilai tingkat kemungkinan dengan total nilai tingkat keparahan. Nilai ini

digunakan sebagai dasar untuk menentukan nilai resiko (risk value). Parameter

yang digunakan adalah kemungkinan dan keparahan. Analisa dampak/resiko yang

dilakukan oleh PT. Murini Sam Sam ini sangat lengkap karena mencakup semua

aspek yaitu Frekuensi Proses (FP), Frekuensi Kejadian (FK), Kemampuan

Personil (KP), Sistem Perlindungan (SP), Pemeriksaan dan Pemeliharaan (PP),

Aspek Hukum (AH), Dampak Lingkungan (DL), Dampak Terhadap Manusia

(DTM), Bisnis dan Reputasi (RP).

Menurut Permenaker No. PER. 5/MEN/1996, penilaian resiko adalah proses

untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau

penyakit akibat kerja.

Menurut Pamapersada Nusantara (1999) yang dikutip oleh Firmansyah

(2010), resiko adalah suatu ukuran yang menyatakan kemungkinan keparahan dari

suatu kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Resiko adalah besarnya kesempatan

dua atau lebih bahaya bertemu dan mengakibatkan terjadinya sejumlah kerugian

sebesar apapun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


114

Menurut Syukri Sahab (1997), cara melakukan penilaian resiko pada jenis

pekerjaan baru yang menggunakan mesin atau peralatan baru sebaiknya dilakukan

identifikasi, kecuali kalau diyakini kalau jenis pekerjaan itu resikonya kecil.

Prioritas didasarkan atas perkiraan kemungkinan kejadian dan konsekuensi kalau

terjadi kecelakaan. Penentuan obyek identifikasi yang dipilih, perlu memikirkan

faktor lain, sehingga kegiatan bisa diintegrasikan, misalnya :

1) Pembaharuan peralatan produksi

2) Perubahan tempat kerja

3) Pengembangan metode kerja

4) Penyempurnaan instruksi kerja.

Penilaian resiko pada hakikatnya merupakan proses untuk menentukan

pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang dilaksanakan melalui tahap

atau langkah yang berkesinambungan, oleh karenanya dalam melakukan penilaian

resiko ada dua komponen utama, yaitu:

1) Analisis resiko

Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, resiko yang bisa terjadi, kontrol

atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya resiko, akibat yang mungkin

timbul, dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin.

2) Evaluasi tingkat resiko

Menurut Ichsan (2004), dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat resiko

melalui evaluasi dan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam

rangkaian penilaian tingkat resiko.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


115

Pada tahap analisa dampak/resiko PT. Murini Sam Sam ini, setelah

dilakukan pembobotan nilai maka selanjutnya nilai yang sudah dibobot tersebut

dievaluasi, hal ini sesuai dengan pendapat Ichsan (2004).

Menurut biro manajemen resiko PT. Petrokimia Gresik (2008) yang dikutip

oleh Firmansyah (2010), menghitung besarnya tingkat resiko diperoleh dari hasil

perkalian antara dampak resiko dan peluang resiko. Dampak resiko (D)

merupakan ukuran resiko atau besarnya pengaruh terjadinya resiko terhadap

tenaga kerja/manusia. Peluang resiko (P) merupakan besarnya kemungkinan atau

frekuensi terjadinya resiko kecelakaan/kerugian ketika terpapar dengan suatu

bahaya dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Setelah melakukan identifikasi

bahaya, maka bahaya yang didapat akan dinilai menurut 3 aspek yaitu paparan,

peluang dan konsekuensi bahaya tersebut. Nilai dari masing-masing aspek itu

akan dikalikan kemudian akan mendapatkan hasil tingkatan risiko yang berbeda-

beda.

Hasil pembobotan nilai pada tahap analisa dampak/resiko PT. Murini Sam

Sam ini juga akan mendapatkan hasil tingkatan risiko yang berbeda-beda

(rendah/low, sedang/moderate, dan tinggi/high) sesuai dengan hasil perkalian

antara total nilai tingkat kemungkinan dan total nilai tingkat keparahan.

Menurut prosedur identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3

IPC Marine Service (2003) yaitu dokumen P/SOP/K3/001 hanya melihat

penilaian resiko menggunakan tabel matriks resiko yang perhitungannya sangat

sederhana hanya mencakup frekuensi keparahan saja, berbeda jika dibandingkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


116

dengan Prosedur Identifikasi Aspek Dampak LK3 PT. Murini Sam Sam yang

sangat lengkap dan mencakup semua aspek.

Analisa dampak/resiko yang telah dilaksanakan oleh PT. Murini Sam Sam

tahun 2017, ternyata risiko yang terdapat di bagian produksi pabrik kelapa sawit

(PKS) termasuk kategori risiko tinggi/high, sedang/moderate dan rendah/low.

Hasil dari analisa dampak/resiko diperoleh dengan mempergunakan tabel sesuai

dengan prosedur yang berlaku.

Perusahaan telah melakukan analisa dampak/resiko pada setiap stasiun

sesuai dengan prosedur identifikasi aspek dan dampak LK3 (PROS-SD-03-01)

yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Hal ini terlihat dari adanya satu

kasus kecelakaan yaitu cidera berat (kehilangan hari kerja besar atau sama dengan

tiga hari) pada tahun 2016, namun tidak terjadi kasus kecelakaan pada tahun

2017.

Menurut penelitian Enggar R (2013) bahwa potensi bahaya dan risiko akan

selalu ada disetiap lingkungan kerja sehingga perlu adanya identifikasi potensi

bahaya dan penilaian risiko agar selanjutnya dapat dilakukan pengendalian yang

sesuai.

Menurut penelitian Andriani (2010) bahwa penelitian yang dilakukan di

perusahaan pupuk tidak terdapat tingkat risiko yang tinggi, namun terdapat

tingkat risiko sedang dan rendah. Hal ini disebabkan karena di perusahaan

tersebut telah melakukan identifikasi dan penilaian risiko yang sesuai dengan

Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 dan sesuai dengan Pedoman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


117

OHSAS 18001:2007 Elemen No.4.3.1 tentang prosedur Identifikasi Bahaya,

penilaian dan pengendalian risiko.

5.3 Pengendalian Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa

Sawit (PKS)

Terdapat beberapa ketentuan dalam mengendalikan risiko yang dilakukan

Pabrik Kelapa Sawit PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis - Riau, karena

pada prinsipnya semua risiko harus dikendalikan.

Hal ini berarti telah sesuai dengan Undang-undang No.01 tahun 1970

pasal 14 ayat 3 tentang kewajiban pengurus untuk menyediakan alat pelindung

diri kepada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya secara cuma-cuma.

Untuk masalah kedisiplinan tenaga kerja pada PT. Murini Sam Sam dalam

menggunakan alat pelindung diri telah berjalan secara optimal walaupun sebagian

kecil masih ada yang lalai. Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans

No.01/MEN/1981 pasal 5 ayat 2 yang menyebutkan bahwa tenaga kerja harus

memakai APD yang diwajibkan perusahaan untuk mencegah Penyakit Akibat

Kerja (PAK). Penggunaan APD memang merupakan tahap akhir dari

pengendalian kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Meskipun demikian,

penggunaan APD akan menjadi penting apabila pengendalian secara teknis dan

administratif telah dilakukan secara maksimal namun potensi bahaya masih

tinggi. Pada kenyataannya, masih banyak juga pekerja yang tidak

menggunakannya walaupun telah diketahui besarnya manfaat alat ini dan

perusahaan sudah menyediakannya. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor

yang mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan APD tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


118

Menurut Notoatmodjo (2005), perusahaan membuat peraturan-peraturan

kerja, berbagai APD dikembangkan, dan prosedur kerja disusun, maka masalah

yang timbul selanjutnya adalah bagaimana membuat pekerja patuh. Selanjutnya

upaya-upaya promosi kesehatan ditempat kerja mulai dikembangkan agar pekerja

dapat mematuhi peraturan-peraturan kerja misalnya penggunaan APD ketika

bekerja.

Setelah melakukan pengisian identifikasi, pembobotan nilai dan menentukan

skala prioritas dalam form identifikasi aspek dan dampak LK3, selanjutnya

dilakukan investigasi/ tim mencari tau penyebabnya untuk kemudian dapat

ditentukan pengendaliannya sesuai dengan prosedur yang ada. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian oleh Hijriani (2015) bahwa setiap organisasi dapat

menerapkan metode pengendalian risiko apapun sejauh metode tersebut mampu

mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas risiko serta mengendalikan

risiko tersebut. Hal ini sesuai juga dengan hasil observasi yang dilakukan oleh

peneliti di lapangan, hasil wawancara serta sesuai dengan prosedur identifikasi

aspek dan dampak LK3 yang ditetapkan oleh perusahaan (PROS-SD-03-01).

Setiap tahunnya PT. Murini Sam Sam mengadakan evaluasi terhadap keberhasilan

program pengendalian yang ada. Jika ada yang tidak berhasil maka akan

dilakukan revisi SOP. Sifatnya jika ada pengendalian yang lebih baik dan lebih

aman kepada pekerja maka akan dilakukan karena prioritas manajemen adalah

keselamatan dan kesehatan pekerja bukan produksinya.

Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan menghilangkan, mengurangi,

mengendalikan atau memindahkan. Pengendalian risiko di PKS PT. Murini Sam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


119

Sam Kabupaten Bengkalis - Riau ini dilakukan sesuai prinsip pengendalian risiko

yaitu :

1. Eliminasi ( menghilangkan sumber bahaya)

2. Substitusi (mengganti dengan bahan atau proses yang lebih aman)

3. Rekayasa Teknik (melakukan perubahan terhadap desain alat/

proses/ lay out)

4. Administrasi (cara kerja yang aman)

5. Alat Pelindung Diri (APD)

Pengendalian risiko yang sudah diterapkan di PKS PT. Murini Sam Sam

Kabupaten Bengkalis – Riau tahun 2017 setelah dilakukan identifikasi

aspek/bahaya dan analisa dampak/resiko pada tiap stasiun:

1) Rekayasa Teknik (melakukan perubahan terhadap desain alat/proses/ lay

out)

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada

di lingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui

perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan

pengaman (Ramli, 2010).

2) Pengendalian Administrasi

Pengendalian administrasi merupakan pengendalian yang dilakukan

untuk mengurangi kontak antara penerima dengan sumber bahaya (Ramli,2010).

Pengendalian ini sudah diterapkan oleh perusahaan yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120

a. Pekerja mematuhi instruksi kerja

Pengendalian secara adminitrasi dilakukan dengan pematuhan instruksi

kerja yang ditujukan kepada pekerja. Instruksi kerja merupakan perintah tertulis

atau tidak tertulis untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk

memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah

ditetapkan.

b. Pemasangan Rambu K3

Pengendalian administrasi berikutnya adalah pemasangan rambu K3 atau

safety sign yang bermanfaat untuk membantu melindungi kesehatan dan

keselamatan pekerja dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja

(Wahyudi, 2011).

Menurut UU No.1 tahun 1970 tentang Rambu K3 dalam pasal 14b

menyebutkan pengusaha wajib memasang rambu K3 di tempat kerja dan tempat-

tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau

ahli keselamatan kerja.

c. Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR)

Berdasarkan data dari perusahaan, jenis APAR yang ada di PKS PT.

Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau adalah jenis powder, CO2, dan

foam. APAR digunakan untuk penanganan awal atau pencegahan awal pada saat

kebakaran terjadi. Menurut Peraturan Menteri negara kerja RI No.Per-

04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


121

3) Penyediaan APD

Penggunaan alat pelindung diri adalah alternatif pengendalian paling akhir

setelah pengendalian sebelumnya tidak dapat diterapkan.

Alat Pelindung Diri merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh pekerja

demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta kecelakaan kerja yang

kemungkinan dapat terjadi di tempat kerja. Penggunaan APD bukan untuk

mencegah kecelakaan tetapi untuk mengurangi dampak atau konsekuensi dari

suatu kejadian (Ramli, 2010).

Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.Per

08/MEN/VII/2010 menyatakan APD wajib digunakan ditempat kerja sesuai

dengan pekerjaannya. Alat pelindung diri haruslah nyaman dipakai, tidak

mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya

(HIPERKES, 2008).

PKS PT. Murini Sam Sam sudah menyediakan APD seperti masker,

sarung tangan, ear muff atau ear plug atau sumbat telinga, safety shoes, helm, dan

baju kerja.

Berdasarkan analisa dampak/ resiko, masih terdapat kegiatan atau aktivitas

dengan tingkat risiko tinggi namun pengendalian yang dilakukan oleh pihak

perusahaan untuk mencegah kecelakaan kerja di PKS PT. Murini Sam Sam

Kabupaten Bengkalis - Riau yaitu hanya dengan memberikan APD, pemasangan

rambu K3 dan APAR serta pematuhan instruksi kerja, namun hal tersebut belum

dapat mencegah kecelakaan kerja secara optimal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


122

Berikut merupakan bentuk-bentuk pengendalian yang ada pada PKS PT.

Murini Sam Sam saat ini :

1. Stasiun Sortasi/ Loading Ramp

Aktifitas truck TBS melintas memiliki aspek/bahaya yaitu tertimpa TBS,

ceceran berondolan di parit, berondolan jatuh di jalan, terhirup asap, dan asap

truck. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu helmet dan masker

serta pengendalian terhadap lingkungan berupa pemungutan rutin.

Aktifitas truck menuang TBS memiliki aspek/bahaya yaitu tumpukan karung

bekas, truck tergelincir ke loading ramp, terhirup debu, tumpukan TBS di lantai,

tertusuk gancu, dan terlempar TBS. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut,

perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan

APD yaitu safety shoes dan masker serta pengendalian terhadap lingkungan

berupa memiliki SOP.

Aktifitas grading TBS memiliki aspek/bahaya yaitu tertusuk duri, posisi

angkat TBS, tergelincir, tertusuk gancu, dan tertimpa TBS. Berdasarkan

aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap

pekerja berupa penyediaan APD yaitu safety shoes, sarung tangan, dan helmet.

Aktifitas mendorong TBS dengan loader memiliki aspek/bahaya yaitu

terhirup asap, berondolan tergilas, ceceran oli, dan terkena hujan. Berdasarkan

aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap

pekerja berupa penyediaan APD yaitu masker serta pengendalian terhadap

lingkungan berupa memiliki SOP.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


123

Aktifitas pembersihan menuju sortasi memiliki aspek/bahaya yaitu terjatuh.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap lingkungan berupa pembersihan setiap hari.

Aktifitas pengisian TBS ke lori memiliki aspek/bahaya yaitu tertimpa TBS,

ceceran minyak di loading ramp, dan ceceran brondolan di paret loading ramp.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu helmet serta pengendalian

terhadap lingkungan berupa pengutipan rutin.

Aktifitas pengoperasian capstand memiliki aspek/bahaya yaitu sling penarik

lori putus, tercepit sling pada capstand, dan untaian/lilitan sling tidak bagus.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu sarung tangan serta pengendalian

terhadap lingkungan berupa penggantian rutin.

Aktifitas pembukaan pintu loading ramp macet memiliki aspek/bahaya yaitu

ceceran minyak di loading ramp. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan

telah melakukan pengendalian terhadap lingkungan berupa perbaikan continue.

Aktifitas pengoperasian transfer cariage memiliki aspek/bahaya yaitu

tersengat listrik.

Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada

stasiun sortasi/loading ramp mematuhi pemakaian APD yang telah ditetapkan

oleh perusahaan. Pengendalian lingkungan yang dilakukan sudah sesuai dengan

kebijakan/peraturan/prosedur perusahaan. Rambu K3 dan APAR juga terdapat di

area kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


124

2. Stasiun Perebusan/ Sterilizer

Aktifitas perebusan buah memiliki aspek/bahaya yaitu kebocoran steam pada

pintu perebusan, buangan steam (Peak I, II & III), ceceran air condensate, panas,

dan tekanan berlebih. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah

melakukan pengendalian terhadap lingkungan berupa penggantian rutin.

Aktifitas buka pintu stz pada tekanan 0 bar memiliki aspek/bahaya yaitu

terpapar steam. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap lingkungan berupa safety bleed valve door.

Aktifitas perbaikan pipa steam in let memiliki aspek/bahaya yaitu terpapar

steam. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu ear muff dan ear

plug serta pengendalian terhadap lingkungan berupa penggantian packing pintu.

Aktifitas naik/turun centilever memiliki aspek/bahaya yaitu terjepit dan

tertimpa centilever. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah

melakukan pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu sarung

tangan.

Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada

stasiun perebusan /sterilizer mematuhi pemakaian APD yang telah ditetapkan

oleh perusahaan. Pengendalian lingkungan yang dilakukan sudah sesuai dengan

kebijakan/peraturan/prosedur perusahaan. Rambu K3 dan APAR juga terdapat di

area kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


125

3. Stasiun Bantingan/Threshing

Aktifitas pemakaian capstand memiliki aspek/bahaya yaitu sling putus dan

untaian/lilitan sling tidak bagus. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan

telah melakukan pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu

sarung tangan serta pengendalian terhadap lingkungan berupa penggantian rutin.

Aktifitas mengangkat lori memiliki aspek/bahaya yaitu tertimpa lori, roda lori

lepas dari frame/ seksi body, ceceran minyak dan brondolan. Berdasarkan

aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap

lingkungan berupa perbaikan, penggantian, dan pembersihan langsung.

Aktifitas pengoperasian hoisting crane memiliki aspek/bahaya yaitu sling

putus dan rantai pemutar lori putus. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut,

perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap lingkungan berupa

penggantian rutin.

Aktifitas pengoperasian thereser memiliki aspek/bahaya yaitu lantai thereser

licin dan engsel pintu rusak. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah

melakukan pengendalian terhadap lingkungan berupa pembersihan dan perbaikan.

Aktifitas drum thereser memiliki aspek/bahaya yaitu terperosok dan jatuh.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap lingkungan berupa pemasangan handrail.

Aktifitas pengoperasian scraper janjangan memiliki aspek/bahaya yaitu

ceceran janjangan. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah

melakukan pengendalian terhadap lingkungan berupa pembersihan dan

pengumpulan janjangan kosong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


126

Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada

stasiun bantingan /threshing mematuhi pemakaian APD yang telah ditetapkan

oleh perusahaan. Pengendalian lingkungan yang dilakukan sudah sesuai dengan

kebijakan/peraturan/prosedur perusahaan. Rambu K3 dan APAR juga terdapat di

area kerja.

4. Stasiun Kempa/ Pressing

Aktifitas pemakaian bottom, distributing dan top conveyor memiliki

aspek/bahaya yaitu jatuh dan ceceran minyak. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut,

perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap lingkungan berupa

pemasangan cover dan handrail, perbaikan dan penambalan body conveyor.

Aktifitas fruit elevator memiliki aspek/bahaya yaitu bucket buah lepas.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap lingkungan berupa perbaikan dan penggantian.

Aktifitas digester memiliki aspek/bahaya yaitu belting elmo putus dan ceceran

minyak. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap lingkungan berupa pemasangan cover belthing,

penggantian packing dan pembersihan.

Aktifitas pipa steam memiliki aspek/bahaya yaitu panas. Berdasarkan

aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap

lingkungan berupa pemasangan glasswol.

Aktifitas worm screw memiliki aspek/bahaya yaitu belting elmo putus, terjepit

worm screw, ceceran minyak dan fiber. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut,

perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


127

APD serta pengendalian terhadap lingkungan berupa pemasangan cover belthing,

pembersihan area kerja dengan fibre.

Aktifitas sandtrap tank memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran minyak.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap lingkungan berupa perbaikan dan pembersihan.

Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada

stasiun kempa /pressing mematuhi pemakaian APD yang telah ditetapkan oleh

perusahaan. Pengendalian lingkungan yang dilakukan sudah sesuai dengan

kebijakan/peraturan/prosedur perusahaan. Rambu K3 dan APAR juga terdapat di

area kerja.

5. Stasiun Pemurnian Minyak/ Clarifier

Aktifitas vibrating sweco memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran minyak dan

terpeleset. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu safety shoes serta

pengendalian terhadap lingkungan berupa pembersihan area dan penampungan

minyak dengan bunding.

Aktifitas oli, reclaimed pump memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran minyak.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap lingkungan berupa pembersihan area.

Aktifitas oil pipe memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran minyak. Berdasarkan

aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap

lingkungan berupa pembersihan area.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


128

Aktifitas belthing pump memiliki aspek/bahaya yaitu putus, tersentuh

tangan/kaki. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap lingkungan berupa pemasangan cover belthing.

Aktifitas parit buangan separator memiliki aspek/bahaya yaitu jatuh.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap lingkungan berupa pemasangan tutup parit.

Aktifitas pipa limbah memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran limbah.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap lingkungan berupa pengecekan rutin dan perbaikan.

Aktifitas vacuum drier memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran minyak dan

terpeleset. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu safety shoes serta

pengendalian terhadap lingkungan berupa pembersihan dengan air.

Aktifitas pengoperasian sludge sentriguge memiliki aspek/bahaya yaitu

putaran belthing. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap lingkungan berupa belthing diberi cover.

Aktifitas sludge tank memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran sludge dan

terpeleset. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu safety shoes serta

pengendalian terhadap lingkungan berupa pembersihan dengan air.

Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada

stasiun pemurnian minyak/clarifier mematuhi pemakaian APD yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Pengendalian lingkungan yang dilakukan sudah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


129

sesuai dengan kebijakan/peraturan/prosedur perusahaan. Rambu K3 dan APAR

juga terdapat di area kerja.

6. Stasiun Pengolahan Biji/ Kernel Plant

Aktifitas conveyor cbc memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran fiber, kernel dan

nut. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu masker serta

pengendalian terhadap lingkungan berupa pemasangan cover conveyor dan

perbaikan.

Aktifitas fiber cyclone memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran fiber.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu masker serta pengendalian

terhadap lingkungan berupa perbaikan.

Aktifitas pengecekan air lock memiliki aspek/bahaya yaitu terjatuh dan rantai

air lock putus. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap lingkungan berupa handrill, pengecekan rutin dan

perbaikan.

Aktifitas destoner memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran fiber, kernel dan nut,

terkena belthing. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu masker serta

pengendalian terhadap lingkungan berupa pemasangan cover conveyor dan

perbaikan.

Aktifitas claybath memiliki aspek/bahaya yaitu terhirup calcium, air buangan

claybath, dan tumpukan cangkang. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut,

perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


130

APD yaitu masker serta pengendalian terhadap lingkungan berupa pembuatan bak

penampungan sementara.

Aktifitas kernel silo memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran minyak dan lantai

licin. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap lingkungan berupa penampungan minyak, pembersihan

dan cleaning lantai.

Aktifitas pengoperasian kernel silo memiliki aspek/bahaya yaitu terpapar

steam.

Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada

stasiun pengolahan biji/kernel plant mematuhi pemakaian APD yang telah

ditetapkan oleh perusahaan. Pengendalian lingkungan yang dilakukan sudah

sesuai dengan kebijakan/peraturan/prosedur perusahaan. Rambu K3 dan APAR

juga terdapat di area kerja.

7. Stasiun Pembangkit Uap/ Boiler

Aktifitas safety valve memiliki aspek/bahaya yaitu kebisingan dari safety

valve. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu memakai ear plug.

Aktifitas tarik abu boiler memiliki aspek/bahaya tumpukan abu dan asap

cerobong. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu masker.

Aktifitas buka pintu dapur api memiliki aspek/bahaya terpapar api dan tehirup

asap. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu masker.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


131

Aktifitas belthing IDF memiliki aspek/bahaya yaitu terkena belthing.

Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian

terhadap lingkungan berupa pemasangan cover belthing.

Aktifitas thermal deaerator memiliki aspek/bahaya yaitu terpapar/terkena

steam. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu sarung tangan.

Aktifitas penginjeksian bahan kimia memiliki aspek/bahaya yaitu terkena

bahan kimia. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu sarung tangan karet,

masker dan kaca mata.

Aktifitas pengisian bahan kimia memiliki aspek/bahaya yaitu terkena bahan

kimia. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan

pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu sarung tangan karet,

masker dan kacamata.

Aktifitas regenerasi anion kation memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran bahan

kimia dan terkena bahan kimia. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan

telah melakukan pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu

sarung tangan karet, masker dan kacamata serta pengendalian terhadap

lingkungan berupa pembersihan dengan air.

Aktifitas pembersihan lantai dengan air memiliki aspek/bahaya yaitu percikan

air mengenai panel.

Aktifitas blow down memiliki aspek/bahaya yaitu terpapar steam. Berdasarkan

aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah melakukan pengendalian terhadap

pekerja berupa pemakaian krangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


132

Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada

stasiun pembangkit uap/boiler mematuhi pemakaian APD yang telah ditetapkan

oleh perusahaan. Pengendalian lingkungan yang dilakukan sudah sesuai dengan

kebijakan/peraturan/prosedur perusahaan. Rambu K3 dan APAR juga terdapat di

area kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan manajemen risiko pada

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis - Riau

dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan manajemen risiko di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Murini

Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau yang terdiri atas stasiun

load.ramp/sortasi, stasiun perebusan/sterilizer, stasiun penebah/treshing,

stasiun kempa/pressing, stasiun pemurnian minyak/clarifier, stasiun

pengolahan biji/kernel plant, dan stasiun pembangkit uap/boiler secara

umum telah dilakukan sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan

Dampak LK3 (PROS-SD-03-01).

2. Penerapan manajemen risiko di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Murini

Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau yang terdiri atas stasiun

load.ramp/sortasi, stasiun perebusan/sterilizer, stasiun penebah/treshing,

stasiun kempa/pressing, stasiun pemurnian minyak/clarifier, stasiun

pengolahan biji/kernel plant, dan stasiun pembangkit uap/boiler meliputi

tahap identifikasi aspek/bahaya, analisa dampak/resiko dan pengendalian

dampak/resiko menggunakan Form Identifikasi Aspek dan Dampak LK3.

133
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
134

6.2 Saran

Diharapkan perusahaan tetap mempertahankan dan meningkatkan penerapan

manajemen risiko yang telah berjalan (identifikasi aspek/bahaya, analisa

dampak/resiko dan pengendalian dampak/resiko) dengan cara :

1. Melakukan review rutin dari hasil identifikasi aspek dampak LK3 secara

berkesinambungan.

2. Menindaklanjuti hasil evaluasi dan analisis dengan perbaikan dan

penanggulangan yang sesuai dengan hasil analisis tersebut.

3. Pekerja lebih berperan aktif dalam penerapan program K3 seperti

mengikuti sosialisasi unsafe condition & unsafe action, sosialisasi dan

aplikasi 5R2S, APD, rambu-rambu K3 & lingkungan, pemasangan

informasi K3 serta sosialisasi kebijakan LK3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Agwu. 2012. The Effect of Risk Assessment (HIRARC) on Organisational


Performance in Selected Construction Companies in Nigeria. British
Journal of Economics, Management & Trade, Vol 2 No. 3

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri, Edisi


Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anwar, N.F. 2013. Analisis Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) Pada Pekerjaan Upper Structure Gedung Bertingkat (Studi Kasus
Proyek Skyland City–Jatinangor).Jurnal Konstruksi. STTG.

AS/NZS 4360 (2004). The Australian And New Zealand Standard on Risk
Management. 3rd Edition. Broadleaf Capital International Pty Ltd, NSW
Australia

Darmawi, H. 2011. Manajemen Risiko, Edisi Pertama, Cetakan Kedelapan,


Jakarta: Bumi Aksara.

Firmansyah, A.H.2010. Penerapan Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian


Resiko Departemen Plant Area Pelaci PT. Bukit Makmur Mandiri Utama
Area Kerja Marunda Graha Mineral Kalimantan Tengah. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. http://digilib.uns.ac.id/
(Diakses pada 27 Desember 2017).

Hijriani, J. 2015. Penerapan Manajemen Risiko Pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
PTPN IV Unit Usaha Pabatu Tahun 2015. Jurnal FKM USU.

Ichsan. 2002. Program Kesehatan di Tempat Kerja Sebagai Upaya Pengembangan


Kondisi Lingkungan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja.

International Standard for Organization. (2009). Risk Management – Principles


and GuidelinesAdi Purwanto, Dwi Iryaning Handayani dan Joko
Hardiyo. 2015. Mitigasi Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).
Jurnal Dinamika Teknik. Universitas Panca Marga Probolingo

Mangoensoekarjo, dan Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.


UGM Press.Yogyakarta

Nasution, M. N. 2010. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).


Bogor : Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta :


Jakarta.

135
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
136

Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pardosi, F. 2010. Analisis Tingkat Risiko Bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/ (Diakses pada 02 Januari 2018).

Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Ramli, S. 2010. “Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS


Risk Management”. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Santoso. M. S. 2002. Pentingnya Keselamatan Kerja Indonesia Pendekatan


Administrasi dan Operasional. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Saskia, V. 2013. Implementasi Pengendalian Risiko Keselamatan Kerja Pada
Proses Grinding dan Welding. Jurnal. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa

Shiddiq, Solihin, dkk. 2013. Hubungan Persepsi K3 Karyawan Dengan Perilaku


Tidak Aman di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa Tahun 2013.
Jurnal. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.
http://repository.unhas.ac.id/ (Diakses pada 04 Januari 2018).

Soputan dan Gabby E. M. 2014. Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan


Kerja (K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben
Haezar). Jurnal Ilmiah Media Engineering. Universitas Sam Ratulangi.
http://ejournal.unsrat.ac.id/ (Diakses pada 10 Januari 2018).

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Suma'mur, P. K. 2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).


Jakarta: Sagung Seto.

Tarwaka. 2014. Ergonomi untuk keselamatan kerja dan produktivitas, Edisi


Pertama, Cetakan Pertama, UNIBA Press.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Pedoman wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN

PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT PT MURINI SAM SAM

KAB.BENGKALIS-RIAU

(Supervisor)

Tanggal wawancara:

Identitas Informan

Nama Informan :

Usia :

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan :

Pertanyaan

1. Bagaimana anda melakukan identifikasi terhadap potensi bahaya yang ada


pada pks ini?
2. Bagaimana anda melakukan analisa dampak/resiko dari potensi bahaya yang
ada?
3. Bagaimana anda menentukan pengendalian dampak/resiko dari potensi bahaya
yang ada?
4. Apakah rutin dilakukan monitoring/pengawasan kerja pada pks ini?
5. Apa sajakah tindakan pengendalian dari bahaya/risiko yang ada?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN

PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT PT MURINI SAM SAM

KAB.BENGKALIS-RIAU

(Sekretaris P2K3)

Tanggal wawancara:

Identitas Informan

Nama Informan :

Usia :

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan :

Pertanyaan

1. Bagaimana anda melakukan identifikasi terhadap potensi bahaya yang ada


pada pks ini?
2. Bagaimana anda melakukan analisa dampak/resiko dari potensi bahaya yang
ada?
3. Bagaimana anda menentukan pengendalian dampak/resiko dari potensi bahaya
yang ada?
4. Apakah semua tahapan penerapan manajemen risiko (identifikasi, analisa dan
pengendalian dampak/resiko) tersebut telah berjalan dengan baik?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BAGIAN

PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT PT MURINI SAM SAM

KAB.BENGKALIS-RIAU

(Pekerja Bagian Produksi)

Tanggal wawancara:

Identitas Informan

Nama Informan :

Usia :

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan :

Pertanyaan

1. Apa yang anda ketahui tentang manajemen risiko?


2. Bagaimana anda melakukan identifikasi terhadap potensi bahaya yang ada
pada pks ini?
3. Bagaimana anda melakukan analisa dampak/resiko dari potensi bahaya yang
ada?
4. Bagaimana anda menentukan pengendalian dampak/resiko dari potensi bahaya
yang ada?
5. Apakah anda menggunakan APD lengkap pada saat bekerja?
6. Apakah anda mematuhi setiap rambu-rambu K3 yang ada di pks ini?
7. Apakah anda pernah mengikuti pelatihan K3?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3. Dokumentasi

Gambar 1. PKS PT. Murini Sam Sam

Gambar 2. Truck Mengangkut TBS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3. Truck TBS Melintas

Gambar 4. Truck Akan Menuangkan TBS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 5. TBS yang Sudah Disortir Menuju Stasiun Load.Ramp

Gambar 6. Lori yang Sudah Berisi TBS pada Stasiun Load.Ramp

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 7. Sekretaris P2K3 Menjelaskan tentang Bagian Produksi

Gambar 8. Lori yang sudah berisi TBS dibawa menuju perebusan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 9. Operator pada Stasiun Perebusan/Sterilizer

Gambar 10. Pintu Perebusan Tertutup

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 11. Hoisting Crane Mengangkat Lori Menuju Stasiun Thresher

Gambar 12. Terdapat Lambang K3 di Lingkungan Pabrik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 13. Terdapat Tanda Peringatan Keselamatan pada Stasiun Kerja

Gambar 14. Terdapat APAR di Lingkungan Pabrik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 15. Terdapat Kotak P2K3 di Lingkungan Pabrik

Gambar 16. Terdapat Tanda Peringatan Keselamatan pada Stasiun Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 17. Terdapat Safety Induction di Lingkungan Pabrik

Gambar 18. Wawancara dengan Sekretaris P2K3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 19. Wawancara dengan Supervisor

Gambar 20. Wawancara dengan pekerja bagian produksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Hasil Wawancara

Hasil wawancara tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Pabrik Kelapa


Sawit (PKS) PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau Tahun 2018

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan informan 1, informan 2 dan


informan 3 tentang penerapan manajemen risiko :

1. Informan 1 : “Identifikasi yaa… biasanya identifikasi, analisa dan


pengendalian dampak/resiko ini dilakukan satu tahun sekali. Kami
menyebutnya aspek dampak. Aspek dan dampak ini rutin dilakukan,
biasanya dilakukan oleh kepala bagian pada setiap stasiun kerja dan
dibantu oleh EHS Officer yaa karena setiap stasiun kerja terdapat
bahaya/resikonya masing-masing. Setau saya, EHS Officer awalnya
menetapkan jadwal untuk melaksanakan identifikasi yaa biasanya disertai
formulir pengisiannya. Kemudian EHS Officer memberikan briefing
terkait pelaksanaan identifikasi dan cara pengisian formulirnya. Lalu yaa
mereka siap melakukan identifikasi pada masing-masing stasiun kerja.
Setelah itu dilakukan pembobotan nilai sesuai ketentuan dalam prosedur
yang ada untuk kemudian ditentukan pengendaliannya. Pengendaliannya
ya seperti penggunaan APD, adanya rambu-rambu K3, pemasangan
informasi-informasi K3… apalagi yaa hmm.. oh iya kami juga mengikuti
pelatihan K3. Monitoring atau pengawasan kerja ya… tentu saja rutin
dilakukan monitoring atau pengawasan kerja, kami biasa menyebutnya
inspeksi kerja. Jadi tim HO bersama manager melakukan audit internal
per 3 bulan dan kemudian dibuat laporan per bulannya, yaa kira-kira
seperti itu”

2. Informan 2 : “Identifikasi, analisa, dan pengendalian terhadap


bahaya/resiko yang ada kami merangkumnya sebagai aspek dan dampak
LK3. Semua group wilmar menggunakan aspek dan dampak LK3 dalam
mengidentifikasi, menganalisa dan mengendalikan bahaya/resiko yang
ada dan dapat menimbulkan kecelakaan/PAK. Kami juga memiliki
prosedur dan formnya karena hal ini penting. Penting bagi kami dalam
menjaga keselamatan dan kesehatan dalam melakukan pekerjaan. Kami
biasanya melakukan identifikasi, analisa dan pengendalian dampak/resiko
yang ada satu tahun sekali. Aspek dan dampak biasanya dilakukan oleh
kepala bagian pada setiap stasiun kerja dan dibantu oleh EHS Officer.
Kenapa harus kepala bagian pada setiap stasiun kerja? Ya karena mereka
bekerja pada stasiun kerjanya masing-masing setiap harinya sehingga hal
itu sudah menjadi rutinitas mereka. Mereka dapat dengan mudah
mengidentifikasi bahaya/resiko yang ada. Sebelum melakukan identifikasi
biasanya EHS Officer sudah menentukan jadwal pelaksanaannya dan
sudah memberikan briefing terkait pembuatan identifikasi aspek dampak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan pengisian formnya. Setelah itu semua hasil dikumpulkan untuk
kemudian dilakukan pembobotan nilai berdasarkan tingkat kemungkinan
dan keparahan dari masing-masing dampak/resiko yang ada yang mana
bahaya tersebut dikategorikan rendah/low, sedang/moderate, dan
tinggi/high. Setelah itu ditentukan pengendalian berdasarkan tingkat
prioritas yang sudah ditemukan berdasarkan kategorinya. Ya…tentu saja
telah berjalan dengan baik. Seperti yang sudah saya bilang tadi, saya
bersama tim rutin setiap tahunnya melakukan identifikasi bahaya analisa
dan pengendalian pada semua stasiun kerja, kami menyusunnya dalam
satu form yang disebut form identifikasi aspek dan dampak LK3. Kami
usahakan untuk meminimalisir semua bahaya yang ada.”

3. Informan 3 : “Identifikasi yaa sudah ada prosedurnya. Identifikasi,


analisa dan pengendalian biasanya termasuk dalam aspek dampak. Kita
sudah lama punya prosedur aspek dampak dan disitu lengkap dengan
segala mekanismenya. Biasanya sudah dijadwalkan hari pelaksanaannya,
dilakukan briefing, kemudian mulailah melakukan identifikasi, setelah itu
dilakukan pembobotan penilaian dan ditentukanlah prioritasnya untuk
kemudian ditentukan pengendalian sesuai dengan kategori prioritasnya.
Manajemen risiko yaa apa yang dilakukan untuk meminimalkan kejadian
atau resiko yang ada, ini lebih kepada pengendalian terhadap resiko yang
ada. Kalau pengendalian yaa seperti pakai APD lengkap, adanya APAR
kalau saja terjadi kebakaran, ada banyak sekali penberitahuan-
pemberitahuan K3 di area pabrik ini seperti larang menggunakan HP, ini
area kebisingan tinggi jadi harus menggunakan earplug dan masih
banyak lagi. Bisa dilihat disekeliling kita ini. APD wajib lengkap selama
kita berada di area kerja. Namun kadang walaupun kita sudah memakai
APD, bisa saja terluka ringan seperti dibagian tangan. Rambu-rambu K3
nya juga sangat saya patuhi karena itu juga demi keselamatan diri sendiri.
Ya… tentu saja saya pernah mengikuti pelatihan K3. Pelatihan K3 tidak
dilakukan secara serentak kepada seluruh pekerja, tetapi sudah
dijadwalkan. Karena pelatihan tersebut biasanya dilakukan diluar kota.
Kami dikirim keluar untuk mengikuti pelatihan tersebut.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai