SKRIPSI
Oleh :
NATHALIA INDRIYANI
NIM. 141000459
Oleh :
NATHALIA INDRIYANI
NIM. 141000459
BENGKALIS – RIAU TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah benar
hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya keilmuan saya ini, atau klaim
Nathalia Indriyani
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The factory worker will face a threat to safety and health while performing
the work. Implementation of risk management in industrial processes encourages
safety efforts in controlling all risks. This study aims to find out the
implementation of risk management in the production of Palm Oil Factory (PKS)
PT Murini Sam-Sam Kab. Bengkalis - Riau in 2018.
This type of research is qualitative research. The instruments which used
are interview sheet and photo media. Miles and Hubermen concept is used for
data analysis.
The implementation of risk management at Palm Oil Factory (PKS) PT.
Murini Sam Sam Bengkalis Regency - Riau generally has been conducted in
accordance with Identification of Aspect and EHS Impact (PROS-SD-03-01). .
Implementation of risk management includes the stage of risk identification,
impact / risk analysis and impact / risk control by using Aspect Identification
Form and Impact of LK3.
Based on the results of the research, the company is expected to maintain
the implementation of the existing risk management (identification of aspects /
risks, impact / risk analysis and impact / risk control) by routine reviewing of
identification of the LK3’s impacts continuously and following up the evaluation
and analysis results with improvement also the appropriate solution with the
results of the analysis. Workers are more active in the implementation of OSH
programs such as socialization of unsafe condition & unsafe action, socialization
and application of 5R2S, PPE, K3 signs & environment, installation of OSH
information and socialization of LK3 policy.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Kelapa Sawit PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau Tahun
2018”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak baik secara moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
dan selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi
dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang
6. Umi Salmah, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan
7. Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak
9. Pihak pimpinan dan pekerja pada Pabrik Kelapa Sawit PT. Murini Sam Sam
Kabupaten Bengkalis – Riau yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat
10. Yang teristimewa untuk kedua orang tua tercinta Ayah Drs. Polin Sibuea,
M.Si dan Ibu Nurlindawati serta saudaraku Fernando Sahala Tua Sibuea, SH
yang telah banyak memberikan doa, dukungan, dan kasih sayang sehingga
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis masih menyadari bahwa tugas skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi
siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan.
Nathalia Indriyani
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
viii
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5.2 Analisa Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit
(PKS)......................................................................................................113
5.3 Pengendalian Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit
(PKS)......................................................................................................117
xi
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga dan Jenis Tingkat Pendidikan yang Digunakan di Pabrik
Tabel 4.2 Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Tingkat Provinsi PT. Murini Sam Sam POM Periode: 2017-2018 .....59
Tabel 4.3 Analisa Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Tahun 2017 ................71
xii
Gambar 2.1 Bagan Proses Manajemen Risiko (Sai Gobal: AS/NZS4360:2004) .13
xiii
Lampiran 3. Dokumentasi
xiv
1995. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Drs. Polin
Pekanbaru pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis
pada tahun 2008. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah
pada tahun yang sama dan menyelesaikannya pada tahun 2014. Pada tahun 2014
xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1 BAB I
PENDAHULUAN
dilakukan secara konsisten. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun
tenaga kerja dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013). Peraturan
kesadaran atas risiko yang harus ditanggung oleh tenaga kerja dan perusahaan.
Disamping itu, adanya peraturan mengenai K3 tidak diimbangi oleh upaya hukum
2014).
1
kerja sepanjang tahun 2017 tercatat sebanyak 80.393 kasus. Santoso menyebutkan
hal ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan yang terdaftar, serta 25.000
perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100 orang, ternyata yang meraih
tersebut sebagian besar atau sekitar 69,59 persen terjadi di dalam perusahaan
posisi tidak aman dan 32,12% pekerja tidak memakai peralatan yang safety
(Hijriani, 2015).
hingga akhir tahun 2016 terjadi kecelakaan kerja sebanyak 110.272 kasus.
dalam peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sedunia pada 28 April
2010, tercatat setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit
akibat kerja dan terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh
tahun 2009 mencapai 96.513 kasus, sedangkan pada semester I tahun 2010 angka
didominasi kecelakaan di jalan raya saat pergi maupun pulang dari tempat kerja.
Setiap tahun ditargetkan angka kecelakaan kerja 50% lebih sedikit dibandingkan
setiap tahun terjadi 2,3 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau
cedera dan penyakit yang tidak fatal, sekitar 6.400 orang meninggal dunia setiap
harinya karena kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja dan sekitar
adanya risiko yang mengancam keselamatan pekerja, sarana, dan lingkungan kerja
sehingga harus dikelola dengan baik. Adanya manajemen risiko dalam proses
(Wicaksono, 2011).
Usaha kelapa sawit merupakan salah satu usaha yang memiliki peranan
dari perkebunan kelapa sawit di tingkat kebun berbentuk TBS (Tandan Buah
Segar) diolah menjadi produk setengah jadi berbentuk CPO (crude palm oil) dan
minyak inti sawit. Kedua produk ini dapat diolah menjadi bermacam-macam
produk lanjutan untuk industri makanan seperti mentega, alkohol, metil, minyak
goreng, serta untuk industri non pangan seperti kosmetik, deterjen dan lainnya.
Selain itu minyak kelapa sawit juga memiliki kandungan kalori, vitamin, asam
lemak essensial dan dapat juga digunakan sebagai obat jantung koroner dan
akan selalu berhubungan dengan mesin dan lingkungan yang selalu mengandung
potensi risiko bahaya tertentu. Penggunaan teknologi yang modern juga akan
memungkinkan adanya potensi bahaya yang bila tidak mendapat perhatian khusus
akan dapat menimbulkan risiko lebih besar. Seperti yang diungkapkan Tarwaka
(2014) bahwa bagian produksi memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja.
2013).
baik dari struktur kelembagaan serta fasilitas yang ada. Risiko yang terjadi akan
berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari suatu perusahaan. Risiko
diyakini tidak dapat dihindari tetapi dapat dikurangi dan bahkan dikendalikan
2010).
pada pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan proses produksi
(K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga
kerugian jam kerja, kerugian produksi, kerugian sosial, citra serta kepercayaan
keselamatan kerja (K3) harus selalu dibudayakan dan dilaksanakan oleh para
pekerja, stakeholder dan semua yang terlibat dalam perusahaan, sehingga target
perusahaan.
manajemen risiko di PTPN IV Unit Usaha Pabatu secara umum telah dilakukan
sesuai dengan PP No.50 tahun 2012 tentang indetifikasi bahaya, penilaian dan
penilaian secara objektif dan rutin serta pada pengendalian risiko telah
PT. Murini Sam Sam merupakan salah satu perusahaaan yang bergerak di
Bengkalis, tepatnya berada di salah satu Desa Pemekaran, yaitu Desa Pangkalan
Libut. PT. Murini Sam-Sam yang termasuk dalam Wilmar Group beralamat di Jl.
Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit PT Murini Sam Sam Kab.
proses sortasi (pensortiran TBS) pada area loading ramp yang kemudian akan
menggunakan tali capstand. Buah yang sudah terlepas dari janjangan dipress,
sehingga terjadi pemisahan bagian padat dengan bagian cair. Bagian cair
berupa minyak masuk menuju stasiun klarifikasi. Bagian padat dibawa menuju
setiap tahunnya yang kemudian tercatat dalam satu Form yang disebut Form
baik juga menjadi sebuah keharusan bagi pabrik kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit
manajemen risiko pada bagian produksi pabrik kelapa sawit (PKS) PT. Murini
manajemen risiko pada bagian produksi pabrik kelapa sawit PT Murini Sam Sam
manajemen risiko pada bagian produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Murini
(sterilizer).
(treshing).
(pressing).
minyak (clarifier).
uap (boiler).
manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit (PKS) PT Murini Sam-Sam Kab.
Bengkalis–Riau.
kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
yang tidak diinginkan yang timbul dari aktivitas organisasi. Tanpa menerapkan
tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi (Darmawi,
2011).
perusahaan.
11
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari suatu bentuk
manajemen yang baik. Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah
risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika diterapkan sejak awal
mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem
manajemen yang baik. Manajemen risiko adalah bagian integral dari proses
manajemen yang berjalan dalam perusahaan atau lembaga (AS/NZS 4360, 2004).
Gambar 2.1 Bagan Proses Manajemen Risiko (Sai Gobal: AS/NZS 4360 :
2004)
1. Menentukan Konteks
a. Konteks Strategis
c. Kriteria Risiko
2. Identifikasi Risiko
terjadi.
3. Penilaian Risiko
a) Analisa Risiko
b) Evaluasi Risiko
Evaluasi terhadap risiko apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak.
4. Pengendalian Risiko
atau tidak dapat diterima. Dalam tahap ini dilakukan pemilihan strategi
pengendalian yang tepat ditinjau dari berbagai aspek seperti aspek financial,
1. Eliminasi
misalnya lobang di jalan ditutup, ceceran minyak lantai dibersihkan, mesin yang
bising dimatikan. Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi
sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu, teknik ini menjadi pilihan
2. Substitusi
system atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah
bahayanya.
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di
pengaman.
4. Pengendalian administratif
dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja, prosedur kerja yang lebih
pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh dan pelindung kaki. Dalam
konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam
pencegahan kecelakaan. Hal ini dikarenakan alat pelindung diri bukan untuk
kecelakaan.
seperti pekerja, ahli, mitra kerja, pemasok dan lainnya yang kemungkinan
dan penerapannya.
telah berjalan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Dalam hasil pemantauan
(Wicaksono, 2011).
review terhadap kerangka kerja manajemen risiko. Setelah itu, kerangka kerja
perubahan yang terjadi pada konteks internal dan eksternal organisasi. Proses-
menghasilkan penerapan manajemen risiko yang andal (Susilo dan Kaho, 2011).
sarana dan lingkungan kerja sehingga harus dikelola dengan baik. Sebaliknya,
1. OHSAS 18001
dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses
masing elemen.
Menurut OHSAS 18001, manajemen risiko terbagi atas 3 bagian yaitu Hazard
System).
kerja gunaterciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (pasal 1 ayat
kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, tenaga kerja, kondisi,
dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
pekerja/serikat buruh.
mendorong produktivitas.
1. Penetapan Kebijakan K3
2. Perencanaan K3
3. Pelaksanaan rencana K3
memiliki keterkaitan antar unsur dalam SMK3, dan memiliki konsep peningkatan
(Silaban, 2012).
yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan organisasi. Berkaitan dengan sarana
sarana aman dan dapat dioperasikan dengan optimal. Berkaitan dengan aspek
dan informasi, pengukuran K3, tinjau ulang manajemen dan lainnya. Semua
program tersebut merupakan elemen dasar untuk mengelola risiko dan bahaya
yang ada dalam organisasi. Dengan demikian terlihat bahwa manajemen risiko K3
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
bertujuan untuk:
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
buruh
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong
produktivitas.
sawit mulai dari up-stream, on-farm dan down-stream atau sering disebut bidang
usaha dari hulu sampai hilir. Tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan usaha
ini adalah:
1. Pengadaan Bibit
Bibit yang digunakan haruslah bibit yang berkualitas tinggi (yang memiliki
yang harus dijalani, yakni pembeli mengajukan surat pesanan yang berisi jumlah
benih, jenis benih, waktu pesan, luas lahan dan lokasi penanaman (desa,
kecamatan, kabupaten). Lalu dibuat surat perjanjian jual beli, dan perusahaan
Penyedian benih untuk perkebunan skala besar bukanlah hal yang mudah,
oleh karena itu pekerjaan ini sering diserahkan kapada instansi yang berwewenang
Perkebunan, atau seperti perusahaan PT. Socfin Indonesia, PT. London Sumatera,
dan PT. Dami Mas. Benih yang sering digunakan adalah jenis Tenera yakni
2. Penanaman
Pada tanah mineral lubang tanam dibuat dengan ukuran 60cm x 60cm
x60cm, sedangkan pada tanah gambut langkah pertama dibuat 100cm x 100cm x
30cm kemudian ditengah lubang tersebut dibuat lagi lubang dengan ukuran 60cm
berdasarkan umur dan tinggi dan disayat bagian bawah polibag dan dimasukkan
kelapa sawit. Jarak tanam yang optimal adalah 9m untuk tanah datar dan 8,7 untuk
tanah gambut. Susunan tanaman diatur seperti segitiga sama kaki karena susunan
akan memberikan hasil paling ekonomis yakni 143 pohon per hektar (Pahan,
2005).
3. Penyulaman
pertumbuhannya kurang baik dengan tanaman yang baru. Saat yang baik untuk
penghasilan. Tanaman sela yang digunakan harus dengan umur pendek dan tidak
mengganggu tanaman kelapa sawit tersebut. Jenis tanaman sela yang disering
5. Pemupukan
hujan yakni saat tanah dalam kondisi lembab hingga mudah menyerap pupuk.
Namun adakalanya pupuk terbawa air hujan, hal ini harus disiasati dengan cara
menanam pupuk. Jenis pupuk yang baik digunakan pada Tanaman Belum
Menghasilkan adalah SA, TSP, KCl, Kieserite, Borium, NPK. Untuk tanaman
umur 3 tahun digunakan ZA, TSP, MOP, Kieserit dan untuk tanaman
menghasilkan kurang dari 8 tahun disebar pupuk urea, ZA, MOP sedangkan umur
6. Pemangkasan
penghalangan pembesaran buah dan buah terjepit tidak terjadi selain itu dapat juga
untuk TBM dan 8 bulan sekali untuk TM. Pemangkasan dilakukan dengan
menggunakan dodos, egrek atau kampak. Jumlah pelepah tanaman berumur 3-8
tahun adalah 48-56 dan untuk tanaman lebih dari 8 tahun 40-48 pelepah (Pardosi,
2010).
Hama penyakit merupakan salah satu faktor yang paling diperhatikan dalam
bisnis kelapa sawit. Karena adanya hama penyakit secara otomatis akan
menurunkan produksi dan bahkan mematikan tanaman. Adapun hama yang sering
terdapat di perkebunan kelapa sawit adalah nematoda, tungau, ulat api, ulat
kantong, belalang, kumbang, kutu daun, penggerek tandan buah, tikus, dan babi
hutan. Sedangkan penyakit yang sering timbul adalah penyakit busuk pangkal
batang/ ganoderma, penyakit daun bibit muda, penyakit akar lunak, penyakit
tajuk, busuk pangkal atas, busuk kering pangkal batang, busuk kuncup, garis
kuning dan busuk tandan buah. Hama penyakit tersebut dapat dikendalikan secara
fungisida yang tepat dengan dosis tepat dan secara musuk alami yakni
8. Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan
setelah penyerbukan. Yang perlu diperhatikan dalam proses panen adalah kriteria
matang panen yakni umur lebih dari 31 bulan, Jumlah pohon yang dapat dipanen
per hektar sebanyak 60%, jumlah brondolan yang jatuh ± 10 butir untuk tanaman
kurang dari 10 tahun dan 15-20 butir untuk tanaman lebih dari 10 tahun dengan
warna kulit buah merah jingga atau dapat juga ditentukan dengan melihat
fraksinya yaitu 25%-50% buah luar membrondol dan 50%-75% buah luar
9. Pengolahan hasil
Pengolahan hasil kelapa sawit dilakukan dengan cara perebusan TBS yang
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam lori pada sterilizer/ketel rebus selam 1 jam
dengan suhu 125ºC 2,5 atm. Lalu lori yang berisi TBS diangkat dengan alat
Hoisting crane untuk dibalikkan ke mesin perontok buah (tresher). Dari tresher
dibawa ke mesin pelumat (digester) sambil dipanasi. Setelah itu biji sawit
dipisahkan dari hasil lumatan dengan mengaduk selama 25-30 menit lalu
proses ekstraksi diolah lagi karena masih berupa minyak sawit kasar yang
bertahap sehingga menghasilkan minyak sawit mentah/ crude palm oil (CPO)
(Pardosi, 2010).
Setelah itu dilakukan proses penjernihan untuk menurunkan kadar air dalam
minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung dalam tangki penampungan dan
siap dipasarkan. Biji sawit yang tersisa dipecah lalu dikeringkan dalam silo 14 jam
pada suhu 50ºC lalu dipisahkan inti sawitnya dengan tempurung. Inti dipisahkan
dengan aliran air yang berputar dalam tabung dan dalam keadaan tersebut inti
akan mengapung. Selanjutnya inti sawit dicuci dikeringkan pada suhu 80ºC
(Fauzi, 2002).
keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh
ialah minyak sawit, inti sawit, serabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik
kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami
sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah
segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang
Ramp. Loading ramp terdiri dari 12 pintu dan digerakkan dengan pompa
Rebusan digunakan untuk merebus buah dan dapat memuat 10 (sepuluh) lori
Alat ini berfungsi untuk menaikkan/ menuang loari yang berisi buah masak
b. Auto feeder
c. Penebah (Trasher)
Buah masak yang telah keluar dari rebusan ditarik kebawah hositing crane
buah terpisah dari biji.Ketel pengaduk ini terdiri dari tabung silinder yang
sebanyak 5 tingkat yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor
listrik. Empat tingkat pisau bagian atas dipakai sebagai pengaduk/pelumat dan
pisau bagian bawah (stirring arm bottom) disamping sebagai pengaduk juga
dipakai untuk pendorong massa keluar dari ketel adukan ke pengempa (press).
b. Kempa
Pengempa dipakai untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dan kernel
dari daging buah (pericarf). Pengempa terdiri dari sebuah silinder (press
yang berputar berlawanan arah. Tekanan kempa diatur oleh 2 buah konus
(Cones) yang berada pada bagian ujung pengempa yang dapat digerakan maju
Setelah serat buah dipisah dari kernel, serat tersebut telah berbentuk minyak
dari proses pemanasan 90-950C pada tahap Screw Press. Sehingga setelah
Sand Trap kemudian dikirim ke Vibrating Screen untuk proses pemisahkan air,
lumpur dan minyak. Setelah itu minyak tersebut dikirim ke Crude Oil Tank
tersebut minyak dikirim ke Oil Tank untuk diproses pembersihan dari kadar air
dan kotoran melalui proses Oil Purifierkemudian Vaccum Oil Dryer sehingga
CPO ini kemudian dikumpulkan di CPO Storage Tank. Adapun air dan
lumpur hasil dari pemisahan di Vibrating Screen tadi masih mengandung minyak,
sehingga masih perlu dilakukan proses pembersihan agar minyak yang masih ada
pada air dan lumpur masih dapat diambil. Air dan lumpur yang berada diatas
Sand Cyclone untuk dipisah air dan lumpur. Air yang bercampur minyak ini
antara air dan minyak dan dilakukan lagi penyaringan kedua di Sludge Pit.
Minyak yang telah dipisahkan pada air tersebut kemudian dikirim ke Oil Tank
untuk diproses menjadi CPO. Adapun lumpur pasir yang telah dipisah dengan air
di Sludge Tank juga masih mengandung minyak, sehingga masih diproses untuk
pengambilan minyak dengan cara lumpur pasir tersebut dicuci di Oil Trap untuk
diambil minyaknya. Lalu minyak tersebut dikirim ke Sludge Pit, setelah itu
Kernel yang masih beserabut di Cake Breaker C/V untuk dipisah antara
kernel dengan serabutnya. Proses pemisahan tersebut lebih lanjut terjadi pada
tahap Depericarper yang mana pada proses ini kernel diperam, dipecahkan
kernel dikirim ke Nut Silo untuk dipanaskan dengan udara panas dengan suhu
60o C untuk dapat memisahkan kernel dengan kulit cangkang. Setelah itu di
Kernel Storage.
Serabut yang telah dipisahkan dari kernel pada proses Depericarper dapat
CPO. Cangkang yang telah dipisahkan dari kernel pada proses Ripple Mill dan
2.3 Bahaya
kerugian seperti luka, sakit, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan kerja,
atau kombinasi seluruhnya. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian yang tepat
merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari suatu zat,
Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara
unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses atau metoda kerja.
Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin,
material, lingkungan kerja yang diakomodir oleh proses atau prosedur kerja.
Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut, yaitu
manusia, peralatan, material, proses serta sistem dan prosedur. Potensi bahaya
kerugian baik pada harta benda, lingkungan maupun manusia. Ditempat kerja,
potensi bahaya sebagai sumber risiko keselamatan dan kesehatan akan selalu
dijumpai.
Bahaya dalam kehidupan sangat banyak ragam dan jenisnya. Disekitar kita
baik cidera ringan maupun sampai cedera fatal. Kita tidak dapat mencegah
baik.
a. Bahaya Mekanis
dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan
penggerak. Misalnya mesin sinso, bubut, gerinda, tempa dan lain-lain. Bagian
mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit,
b. Bahaya Listrik
Suatu bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan
listrik, maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
c. Bahaya Fisis
pendengaran
- Tekanan
- Getaran
- Radiasi dari bahan radioaktif, sinar ultra violet atau infra merah
d. Bahaya Biologis
biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari
aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,
e. Bahaya Kimia
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
- Iritasi
Oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air
Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah terbakar dan meledak
Bahan kimia sangat beragam, disekitar kita penuh dengan berbagai jenis
bahan kimia. Oleh karena itu risiko bahaya bahan kimia harus diperhatikan
dengan baik. Berbeda dengan jenis bahaya lain seperti mekanik atau listrik,
bahaya bahan kimia sering kali tidak dirasakan secara langsung atau bersifat
2.4 Risiko
atau paparan dengan keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut (Ramli, 2010). Risiko merupakan
probabilitas suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan (Darmawi, 2011).
yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab
Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau
exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam
suatu interaksi.
Menurut Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau
perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar.
Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat,
berkaitan dengan aspek keuangan. Ada berbagai risiko finansial seperti piutang
macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain. Risiko
keuangan ini harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami
Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman
Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa
terhadap produk atau mungkin tuntutan hukum dari masyarakat konsumen atau
lain yang berkaitan dengan pasar dapat berupa persaingan pasar. Dalam era pasar
terbuka kosumen memiliki kebebasan untuk memilih produk atau jasa yang
disukainya dan sangat kritis terhadap mutu, harga, layanan dan jaminan
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat
terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya. Bencana
alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
banjir, dan letusan gunung berapi. Disamping korban jiwa, bencana alam juga
terjadinya gempa. Indonesia berada di antara dua benua dan dua lautan luas yang
berpengaruh terhadap pola cuaca dan iklim. Indonesia juga memiliki rantai
gunung berapi yang masih aktif. Oleh karena itu, faktor bencana alam harus
4. Risiko operasional
bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang
yang meliputi 7 juta pekerja. Salah satu upaya untuk mengendalikan risiko K3
kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data informasi, data
keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang mengalami konflik dan gangguan
dengan melakukan identifikasi semua potensi risiko keamanan yang ada dalam
6. Risiko sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan
baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak peduli terhadap
terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu
dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal di luar ruang lingkup
disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai
yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini
berarti bahwa kecelakaan terjadi karena akibat dari pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan.
maupun akibat dapat dinyatakan dan dibuat kategori kualitatif ataupun kuantitatif
(Suma’mur, 2013).
dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja berarti kecelakaan kerja
(Anizar, 2012).
ditimbulkan dalam proses yang dilakukan oleh setiap perusahaan. Dalam PP No.
50 Tahun 2012 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan potensi bahaya adalah
kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat, instalasi, bahan,
cara kerja, sifat kerja, proses produksi dan lingkungan yang berpotensi
disempurnakan oleh Frank E.Bird. Teori tersebut dikenal dengan Teori Domino.
Dalam teori sederhana ini dinyatakan bahwa kecelakaan tidak dating dengan
kecelakaan. Pada buku Practical Loos Control Leadership (1986), Frank E.Bird
proses.
penyebab kecelakaan dan rangkaian efek akan dimulai dan memicu faktor
penyebab kerugian.
b) Penyebab Dasar
1. Faktor manusia
keterampilan, stress.
2. Faktor pekerjaan
c) Penyebab Langsung
Jika penyebab dasar terjadi, maka terbuka peluang untuk menjadi tindakan dan
Tindakan tidak aman adalah pelanggaran terhadap cara kerja yang aman
Adalah kondisi fisik yang berbahaya dan keadaan yang berbahaya yang
d) Insiden
Insiden terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau
bahan yang melampaui nilai ambang batas dari bahan atau struktur. Sumber
energi ini dapat berupa tenaga mekanis, tenaga kinetis, kimia, listrik.
terbentur, terpeleset.
e) Kerugian
kerugian terhadap manusia, harta benda dan akan mempengaruhi produktifitas dan
kualitas kerja.
Dengan kata lain, kecelakaan akan mengakibatkan cidera dan atau mati,
keluarganya.
condition misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang
ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan
kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat
Yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Faktor mekanis dan
tertentu.
Yang meliputi segala faktor yang menyangkut tindakan para pekerja dalam
diterima oleh para pekerja dan perusahaan dimana pekerja itu bekerja. Korban
kecelakaan kerja akan mengeluh dan menderita akibat luka ataupun kelainan
tubuh, cacat bahkan juga kematian yang yang dikarenakan akibat kecelakaan yang
terjadi. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi
para pekerja mendapatkan perlindungan jaminan sosial antara lain dalam bentuk
atas kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost).
1. Kerugian langsung
b. Kerugian produksi
c. Kerugian social
Kegiatan dalam usaha kelapa sawit terdiri dari up stream, on-farm, dan
sistem pasca produksi dan pemasaran yakni pengolahan TBS dan pemasaran
produk akhir dari kelapa sawit. Sedangkan subsistem pendukung atau penunjang
Dalam usaha kelapa sawit mulai dari upstream hingga downstream muncul
beberapa risiko baik dari segi teknis maupun non teknis. Risiko teknis yaitu
dilakukan.
Bengkalis - Riau terdiri dari beberapa stasiun yaitu stasiun loading ramp/sortasi,
stasiun tersebut dapat menimbulkan risiko, seperti pada stasiun sortasi dapat
menimbulkan potensi bahaya yaitu tertimpa TBS (Tandan Buah Segar) yang bila
Sedangkan risiko non teknis adalah risiko diluar risiko teknis seperti iklim
dan fluktuasi harga TBS di pasar. Berbagai risiko tersebut menimbulkan kerugian
agar tidak memberi pengaruh buruk pada setiap kegiatan pabrik kelapa sawit dan
risiko tersebut.
tahapan usaha sehingga dapat diperoleh produksi yang optimal dan memberikan
pendapatan yang tinggi. Selain itu dengan tidak mengabaikan syarat-syarat utama
duanya. Dengan upaya tersebut diharapkan pabrik kelapa sawit yang dijalankan
yang baik juga menjadi sebuah keharusan bagi pabrik kelapa sawit. Pabrik kelapa
sepenuhnya berjalan dengan baik karena disebabkan oleh beberapa hal yang
Rekomendasi
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian ini
Pemekaran, yaitu Desa Pangkalan Libut. PT. Murini Sam-Sam yang termasuk
dalam Wilmar Group beralamat di Jl. Raya Pekanbaru Duri Km 93, Bengkalis,
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 sampai Juni
2018.
jawab terhadap penerapan manajemen risiko pada pabrik kelapa sawit PT Murini
51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
Sam Sam yaitu sebanyak 3 orang, mewakili dari supervisor 1 orang, sekretaris
P2K3 1 orang dan pekerja bagian produksi 1 orang, dimana setiap hal yang
kemampuan personal dan merupakan orang yang bertanggung jawab pada unit
kerjanya untuk memberikan jawaban yang tepat sehingga data yang diperoleh
lebih akurat.
bagian produksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Murini Sam Sam Kab.
Bengkalis-Riau.
penelitian ini adalah dengan proses triangulasi yang diartikan sebagai teknik
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak (Sugiyono,2017).
pada bagian produksi pabrik kelapa sawit (PKS) PT. Murini Sam Sam
P2K3.
kredibel/dapat dipercaya.
Aspek dan Dampak LK3 dari tiap stasiun produksi yaitu stasiun jembatan
kempa, stasiun klarifikasi, stasiun pabrik biji, dan stasiun ketel uap yang
Form Identifikasi Aspek dan Dampak LK3 pada Pabrik Kelapa Sawit PT
Murini Sam Sam tersebut mencakup identifikasi bahaya, analisa risiko serta
pengendalian risiko. Selain itu digunakan juga data profil Pabrik Kelapa Sawit
PT Murini Sam Sam dan data kecelakaan kerja yang terjadi selama beberapa
statistik.
2017) Miles And Huberman, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus dalam
setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, Aktifitas dalam analisis data
interview) , observasi dan dokumentasi cukup banyak, untuk itu perlu dilakukan
analisis data melalui reduksi data yaitu merangkum atau memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan dalam hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dari data yang diperoleh
dari penelitian.
atau penyajian data. Penyajian data yang dilakukan dalam bentuk teks yang
bersifat naratif.
deskripsi atau gambaran objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga
Provinsi Riau. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Murini Sam Sam Kabupaten
kebijakan LK3 kepada head dept dan karyawan, sosialisasi tugas dan tanggung
jawab P2K3L, sosialisasi proper kepada all head, identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian, pengenalan dan aplikasi 5R2S, pengenalan dan aplikasi
informasi K3, induction EHS training untuk karyawan baru, kontraktor, dan SPSI,
kesehatan TK, medical check up, dan meeting evaluasi kerja kinerja P2K3L.
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
a. Visi
Menjadi mitra bisnis yang unggul dan layak di percaya bagi Stakeholder.
b. Misi
kapasitas produksi 90 Ton TBS/Jam, maka dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 153
orang (tahap Operasional) yang terdiri dari berbagai tingkat pendidikan. Tenaga
kerja ini berasal dari lokal sebanyak 129 orang dan sebagian kecil dari komuter
sebanyak 24 orang.
memprioritaskan tenaga kerja lokal. Penggunaan tenaga kerja lokal akan lebih
Secara ekonomis akan dapat menekan biaya Operasional, karena tidak perlu jauh
mencari tenaga kerja yang memerlukan biaya. Sedangkan secara sosial akan
dan untuk perlindungan terhadap tenaga kerja, maka setiap karyawan telah
Jaminan Hari Tua, Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2015 Tentang Perubahan
Hari Tua, dan Peraturan BPJS No. 1/2014 Tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan.
Tabel 4.1 Jumlah tenaga dan jenis tingkat pendidikan yang digunakan di
pabrik pengolahan kelapa sawit
9. Aminul Hajar
10. Ramsi Anggota Bidang Komunikasi
11. Dedi Suhendra
12. Robin Sihombing Dokumen Kontrol Bidang Tim
Penanggulangan Keadaan Darurat
13. Muslim Anggota
14. Salamanta P
15. Pardi H
16. Finaldo Turnip
17. Indra Anggota Bidang Tim Penanggulangan
18 Sistra Keadaan Darurat
19. Jendri Simanjuntak
20. Lardi
21. Selamat Arianto
22. Samuel Pasaribu
23. Simon P Koordinator Bidang Pengamanan
24. Adven Siregar Dokumen Kontrol Bidang Pengamanan
25. Paeran
26. Demson Silalahi
27. Jantono Simanjorang Anggota Bidang Pengamanan
28. Suseno
29. Chandara Pangaribuan
30. Ikhram Shah P Koordinator Bidang Penyakit &
Paramedis
31. Nani Herawaty K
32. Romi Sartika P Dokumen Kontrol Bidang Penyakit &
33. Erwin Simanjuntak Paramedis
34. Aswan
35. Jhon Leo P Koordinator Bidang Inventaris
36. C Agus Purwanto
37. Jufri
38. Sarman H Dokumen Kontrol Bidang Inventaris
39. Bornok
40. Harsono
41. S Saragih Koordinator Satuan Tugas Perbaikan &
Pemulihan
42. Lilik P
43. Muslim Nur
44. Samsul Anwar Dokumen Kontrol Satuan Tugas
45. M. Ridwan Perbaikan & Pemulihan
46. M. Rizky
47. Wilfrid S
Sumber : PKS PT. Murini Sam Sam, 2017
4.3 Proses Produksi Kelapa Sawit di PKS PT. Murini Sam Sam
dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, serabut, cangkang dan tandan
kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di
Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit
dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses
yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia (PKS PT.
Ramp. Loading ramp terdiri dari 12 pintu dan digerakkan dengan pompa
TBS yang telah dituangkan digrading oleh petugas, setelah digrading TBS
rebusan. Pastikan seluruh valve steam dalam keadaan tertutup pada saat
proses pengisian, tutup rapat pintu bagian bawah dan buka pintu bagian atas
3. Stasiun Bantingan/Threshing
Alat ini berfungsi untuk menaikkan/ menuang lori yang berisi buah
b. Auto feeder
bantingan.
c. Penebah (Tresher)
Buah masak yang telah keluar dari rebusan ditarik kebawah hoisting
4. Stasiun Kempa/Pressing
Tangki digester harus dipastikan bersih dan tidak ada sisa buah bekas
yaitu tidak boleh kurang dari 90 derajat celcius. Valve drain digester
dibuka perlahan dan dijaga agar tidak terjadi banjir di vibrating screen.
sehingga daging buah terpisah dari biji. Ketel pengaduk ini terdiri dari
poros dan digerakkan oleh motor listrik. Empat tingkat pisau bagian
dengan baik. Pintu corong digester dibuka agar buah dapat masuk ke
mulut screw press. Kran air panas diatas corongan digester dan diatas
screw press dibuka agar air panas dapat menyemprot ke sangkar pressan
(press cage). Volume air panas diatur antara 1:2, suhu air panas 90 derajat
celcius, dan air panas yang dimasukkan kedalam digester adalah 50 persen
Jalankan sesaat dalam posisi ini hingga ampas keluar dari mulut
dismantling plate screw press, kemudian posisi cone diperiksa lagi dengan
tekanan kerja 50-60 kg/ cm2 (600-1000 psi) sesuai dengan kondisi buah
d. Kempa
kempa diatur oleh 2 buah konus (cones) yang berada pada bagian ujung
Setelah serat buah dipisah dari kernel, serat tersebut telah berbentuk
0
minyak dari proses pemanasan 90-95 C pada tahap Screw Press. Sehingga
proses pemisahkan air, lumpur dan minyak. Setelah itu minyak tersebut
CPO murni. Setelah pemisahan tersebut minyak dikirim ke Oil Tank untuk
diproses pembersihan dari kadar air dan kotoran melalui proses Oil
CPO ini kemudian dikumpulkan di CPO Storage Tank. Adapun air dan
yang masih ada pada air dan lumpur masih dapat diambil. Air dan lumpur
dan kemudian dikirim ke Sand Cyclone untuk dipisah air dan lumpur. Air
diproses pemisahan lebih lanjut antara air dan minyak dan dilakukan lagi
penyaringan kedua di Sludge Pit. Minyak yang telah dipisahkan pada air
Adapun lumpur pasir yang telah dipisah dengan air di Sludge Tank juga
minyak dengan cara lumpur pasir tersebut dicuci di Oil Trap untuk diambil
Kernel yang masih beserabut di Cake Breaker C/V untuk dipisah antara
pada tahap depericarper yang mana pada proses ini kernel diperam,
Setelah itu kernel dikirim ke Nut Silo untuk dipanaskan dengan udara panas
dengan suhu 60o C untuk dapat memisahkan kernel dengan kulit cangkang.
kernel silo. Pada kernel silo, dilakukan proses pengeringan terhadap kernel
memproduksi CPO. Cangkang yang telah dipisahkan dari kernel pada proses
Ripple Mill dan Clay bath digunakan sebagai bahan bakar (Boiler/
Pembangkit Uap). Suplay air ke boiler harus diperiksa, air pada boiler water
feed tank minimal berisi ½ dari tangki. Valve ke sterilizer, valve ke steam
reservoar, valve ke blow off, valve ke pressure, dan valve ke steam ejector
harus dipastikan dalam posisi tertutup. Pompa boiler yang akan difungsikan
dipilih dengan memutar saklar ke salah satu pompa tersebut. Blower akan
menyala dengan memutar saklar ke arah ON, setelah itu posisikan saklar
pada keadaan AUTO (jika tekanan dibawah 3 bar blower akan menyala, jika
telah mencapai 3 bar blower akan otomatis berhenti dan akan menyala
kembali jika tekanan dibawah 2 bar). Isi boiler dengan fiber untuk kemudian
mengurangi steam jika tekanan di dalam steam reservoar lebih dari 3 barg.
mengetahui tingkat risiko dari potensi bahaya yang telah diidentifikasi dan
Sawit (PKS)
Sawit PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau. Proses identifikasi
dimulai dari :
formulir pengisiannya.
tersebut.
6. Apabila dari hasil identifikasi aspek dampak LK3 pada tahun sebelumnya,
1. Membuat Program
2. Menetapkan Jadwal
3. Melakukan Identifikasi
4. Mengumpulkan Hasil
Identifikasi
produksi dan informan 2 yaitu sekretaris P2K3, didapat hasil bahwa identifikasi
aspek/bahaya dilakukan rutin setahun sekali oleh head departemen/ kepala bagian
setiap stasiun kerja yang dibantu oleh EHS Officer dengan melihat SOP tiap
stasiun yang ada dan mengundang head departemen/ kepala bagian terkait
Tahap awal melakukan identifikasi, EHS Officer telah membuat program dan
LK3. Hasil dari identifikasi aspek dampak LK3 tersebut kemudian dikumpulkan
4.4.2 Analisa Dampak/Resiko pada Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Analisa dampak/resiko adalah tindakan lanjutan setelah melalui tahap identifikasi aspek/bahaya. Nilai resiko didapatkan dari
hasil perkalian antara total nilai tingkat kemungkinan dengan total nilai tingkat keparahan. Nilai ini digunakan sebagai dasar untuk
menentukan nilai resiko (risk value). Parameter yang digunakan adalah kemungkinan dan keparahan.
sarung
tangan
Posisi beban TBS Cidera ringan Belum 5.0 3. 1.4 1.2 1.2 11.9 1.0 1.0 0.
A 1.00 3.42 40.80 RENDAH
angkat TBS berat (keseleo) ada 0 00 2 6 5 3 0 0 42
Menggun
Cidera ringan akan 5.0 2. 1.4 1.2 1.2 10.9 2.0 1.0 0.
Tergelincir Lantai licin A 1.00 4.42 48.31 SEDANG
(luka) safety 0 00 2 6 5 3 0 0 42
shoes
Menggun
Tertusuk akan 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
gancu luka berat A 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
gancu safety 0 00 2 6 5 0 0 42
shoes
Menggun
tertimpa Cidera berat 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
TBS A akan 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
TBS (gegar otak) 0 00 2 6 5 0 0 42
helmet
Menggun
Terhirup Knalpot 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
ISPA N akan 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
asap loader 0 00 2 6 5 0 0 42
masker
Mendoro Berondolan Berondola Pencemaran Memiliki 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
ng TBS tergilas n tanah SOP 0 00 2 6 5 0 0 42
dengan kebocoran
pencemaran Belum 5.0 3. 1.4 1.2 1.2 11.9 1.0 2.0 0.
loader ceceran oli hydraulik N 1.00 4.42 52.69 SEDANG
tanah ada 0 00 2 5 5 2 0 0 42
loader
Terkena Belum 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
Cuaca Sakit ringan N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
hujan ada 0 00 2 6 5 0 0 42
Pembersi Pembersi
han han 5.0 1. 1.4 1.2 1.2 1.0 1.0 0.
Terjatuh Lantai licin Luka N 9.93 1.00 3.42 33.96 RENDAH
menuju setiap 0 00 2 6 5 0 0 42
sortasi hari
Aktifitas, Aspek/Baha Sumber Dampak/Ris N/A Pengenda Kemungkinan Keparahan Risk Priority
Produk ya Aspek/Ba iko /E lian yang Value
dan Jasa Aktual/Pote haya Aktual/Pote ada saat
nsial nsial ini
Pemakaia
Tertimpa Gegar Otak, n 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 0.
TBS A 9.30 2.00 4.83 44.92 RENDAH
TBS Kaki patah APD/Hel 0 0 2 3 5 0 0 83
met
Ceceran
Pengisian Buah Pencemaran Pengutipa 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 0.
Minyak di N 9.30 1.00 3.42 31.81 RENDAH
TBS ke lori Restan Air n Rutin 0 0 2 3 5 0 0 42
L.Ramp
Ceceran
Brondolan Pencemaran Pengutipa 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 0.
Brondolan N 9.30 1.00 3.42 31.81 RENDAH
di Paret Air n Rutin 0 0 2 3 5 0 0 42
L.Ramp
Sling Penarik Pengganti 5.0 1.0 1.4 3.1 1.2 2.0 1.0 0.
Sling Patah Kaki A 11.82 4.00 7.42 87.70 TINGGI
Lori Putus an Rutin 0 0 2 5 5 0 0 42
Tercepit Pemakaia
Pengopera Lengan 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.0 0.
Sling pada Sling A n Sarung 9.30 4.00 7.42 69.01 SEDANG
sian Patah 0 0 2 3 5 0 0 42
Capstand Tangan
Capstand
Untaian/lilit Pemakaia
5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.0 0.
an sling Sling Luka ringan N n Sarung 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
0 0 2 3 5 0 0 42
tidak bagus Tangan
Pembukaa
Ceceran
n pintu Pencemaran Perbaikan 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 2.0 0.
Minyak di TBS restan N 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
L.Ramp Air continue 0 0 2 3 5 0 0 42
L.Ramp
macet
Pengopera 5.0 1.0 2.1 2.5 1.2 2.0 1.0 0.
genangan luka bakar A tidak ada 11.90 2.00 5.83 69.38 TINGGI
sian tersengat 0 0 3 2 5 0 0 83
air akibat
trasnfer listrik 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 0.
mata air meninggal E tidak ada 9.30 3.75 6.58 61.19 SEDANG
carriage 0 0 2 3 5 0 0 83
B. Stasiun Perebusan/Sterilizer
Packing
pintu
Packing
Ceceran Air Pencemaran Cleaning 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.0 0.4
Pintu N 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
Condensat Air Lantai 0 0 2 3 5 0 0 2
bocor
Pemasang
pipa tanpa 5.0 2.0 1.4 1.8 2.5 1.0 1.0 0.4
Panas Luka bakar N an 12.81 2.00 4.42 56.62 SEDANG
pelindung 0 0 2 9 0 0 0 2
Glaswol
tekanan valve tidak 5.0 1.0 1.4 2.5 2.5 1.0 1.0 0.4
luka bakar A 12.44 2.00 4.42 54.98 SEDANG
berlebih sesuai 0 0 2 2 0 0 0 2
Sling/Pen Sling Penarik Pengganti 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.0 1.2
Sling Patah Kaki N 9.30 3.00 6.25 58.13 SEDANG
arik Lori Lori Putus an Rutin 0 0 2 3 5 0 0 5
Buka
safety
Pintu Stz Wajah dan
terpapar bleed 5.0 2.0 4.2 0.6 1.2 2.0 1.0 0.8
pada Steam Lengan N 13.14 2.00 5.83 76.61 TINGGI
steam valve 0 0 6 3 5 0 0 3
Tekanan Melepuh
door
0 Bar
Pemakaia
n Ear
Muff, Ear
Perbaika
terpapar kebocoran Plug dan 5.0 1.0 1.4 1.8 2.5 1.0 1.0 0.8
n pipa luka bakar N 11.81 2.00 4.83 57.04 SEDANG
steam pipa steam pengganti 0 0 2 9 0 0 0 3
Steam In
an
let
Packing
pintu
Pemakaia
Naik/turu Terjepit 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.0 0.4
Centilever Luka ringan A n sarung 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
n Centilever 0 0 2 3 5 0 0 2
tangan
Centileve
Terimpa Pemakaia 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 2.0 0.4
r Centilever Luka berat A 9.30 1.00 5.42 50.41 RENDAH
Centilever n sarung 0 0 2 3 5 0 0 2
tangan
C. Stasiun Bantingan/Threshing
Frame/Seksi Penggantia
Body n
Perbaikan
Ceceran dan
Body lori Pencemaran 5.0 1.0 1.4 1.8 1.2 2.0 1. 0.4
minyak dan N langsung 10.56 1.00 4.42 46.68 RENDAH
koyak air 0 0 2 9 5 0 00 2
brodolan dibersihka
n
Penggantia 5.0 1.0 0.7 0.6 1.2 2.0 1. 0.8
Pengopera Sling Putus Sling Meninggal E 8.59 5.00 8.83 75.85 TINGGI
n Rutin 0 0 1 3 5 0 00 3
sian
Rantai
hoisting Penggantia 5.0 1.0 0.7 0.6 1.2 1.0 1. 0.8
pemutar lori Rantai Meninggal E 8.59 5.00 7.83 67.26 SEDANG
crane n Rutin 0 0 1 3 5 0 00 3
putus
Minyak
Lantai
yang Pembersih 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1. 0.4
thereser Terkilir N 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
Pengopera menetes an 0 0 2 3 5 0 00 2
licin
sian dari lori
Thereser Engsel Pintu Daun 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1. 0.4
Gegar otak E Perbaikan 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
Rusak Pintu 0 0 2 3 5 0 00 2
Handrail
Drum Terperosok Pemasanga 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1. 0.4
tidak Meninggal E 9.30 1.00 4.42 41.11 RENDAH
Thereser dan jatuh n handrail 0 0 2 3 5 0 00 2
terpasang
Membersih
Pengopera kan dan
Pencemaran
sian Ceceran Janjangan mengumpu 5.0 1.0 0.7 1.8 1.2 2.0 1. 2.9
air dan N 9.85 1.00 6.92 68.16 SEDANG
Scraper janjangan kosong lkan 0 0 1 9 5 0 00 2
tanah
janjangan janjangan
kosong
D. Stasiun Kempa/Pressing
kropos dan
pembersih
an
Glaswol
Pipa Pemasang 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.
Panas tidak Luka bakar A 9.30 1.00 0.83 4.83 44.92 RENDAH
steam an glaswol 0 0 2 3 5 0 00
terpasang
Cover
Pemasang
Belting Belting Lengan 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.
A an cover 9.30 3.00 0.42 6.42 59.71 RENDAH
Elmo putus tidak putus 0 0 2 3 5 0 00
belthing
terpasang
Memakai
Terjepit
Worm Luka berat alat 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 2.0 1.
Worm worm E 9.30 3.00 0.42 6.42 59.71 RENDAH
screw (patah) pelindung 0 0 2 3 5 0 00
screw screw
diri
Membersi
Ceceran Worm Pencemaran hkan area
5.0 5.0 2.1 1.8 1.2 2.0 2.
minyak dan screw dan air dan N kerja 15.27 1.00 0.42 5.42 82.76 SEDANG
0 0 3 9 5 0 00
Fiber presscake tanah dengan
fibre
Body oli Perbaikan
Pencemaran
Sandtrap Ceceran gatter dan dan 5.0 5.0 1.4 0.6 1.2 2.0 2.
air dan N 13.30 1.00 0.42 5.42 72.09 RENDAH
Tank minyak sand trap pembersih 0 0 2 3 5 0 00
tanah
tank bocor an
separator parit
Cek rutin
Pipa Ceceran Pencemaran 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 2.
Pipa bocor A dan 9.30 1.00 0.83 4.83 44.92 SEDANG
limbah limbah tanah 0 0 2 3 5 0 00
perbaikan
Pencemaran Dibersihka
Ceceran vacum 5.0 5.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.
air dan N n dengan 13.30 1.00 0.42 3.42 45.49 SEDANG
Minyak drier 0 0 2 3 5 0 00
Vacum tanah air
Drier Memakai
Lantai 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 1.
Terpeleset Keseleo A safety 9.30 1.00 0.42 3.42 31.81 RENDAH
kotor 0 0 2 3 5 0 00
shoes
pengopera belting
Beltibng
sian putran tidak 5.0 1.0 0.7 0.6 1.2 1.0 1.
jari putus A diberi 8.59 2.00 0.83 4.83 41.49 SEDANG
Sludge belting diberi 0 0 1 3 5 0 00
cover
Sentriguge cover
Pencemaran Dibersihka
Ceceran Sludge 5.0 2.0 1.4 0.6 1.2 1.0 2.
air dan N n dengan 10.30 1.00 0.42 4.42 45.53 SEDANG
sludge tank 0 0 2 3 5 0 00
Sludge tanah air
Tank Memakai
Lantai 5.0 1.0 1.4 0.6 1.2 1.0 2.
Terpeleset Keseleo A safety 9.30 1.00 0.42 4.42 41.11 SEDANG
kotor 0 0 2 3 5 0 00
shoes
tidak conveyor
terpasang
terhirup Pemakaia 5.0 1.0 1.4 0.6 2.5 1.0 1.0 1.0
Calsium Paru-paru N 10.55 0.42 3.42 36.08 RENDAH
calsium n masker 0 0 2 3 0 0 0 0
Pembuata
n bak
Pencemaran
Air buangan penampu 5.0 5.0 1.4 1.8 2.5 1.0 1.0 2.0
Calsium air dan N 15.81 0.42 4.42 69.88 SEDANG
claybath ngan 0 0 2 9 0 0 0 0
tanah
sementar
Claybath
a
Penumpu
kan
Tumpukan Pencemaran sementar 5.0 3.0 1.4 0.6 2.5 1.0 1.0 1.0
Cangkang N 12.55 0.42 3.42 42.92 RENDAH
cangkang tanah a sebelum 0 0 2 3 0 0 0 0
dikirim ke
dumai
Penampu
ngan
Pencemaran
Ceceran Minyak minyak 5.0 2.0 1.4 0.6 2.5 1.0 2.0 1.0
air dan N 11.55 0.42 4.42 51.05 RENDAH
minyak Kernel dan 0 0 2 3 0 0 0 0
tanah
Kernel silo pembersi
han
Pencemaran
Minyak Cleaning 5.0 1.0 1.4 0.6 2.5 1.0 1.0 1.0
Lantai licin air dan N 10.55 0.42 3.42 36.08 RENDAH
Kernel lantai 0 0 2 3 0 0 0 0
tanah
Pengopera
Terpapar 5.0 2.0 1.4 4.4 2.5 2.0 1.0 1.0 106.0
sian steam luka bakar A 15.33 2.92 6.92 TINGGI
steam 0 0 2 1 0 0 0 0 8
Kernel Silo
Memakai
sarung
Penginjeksia tangan
Terkena bahan Bahan 5. 1.0 1.4 0.6 2.5 10.5 1.0 2.0 0.
n bahan Iritasi kulit A karet, 1.00 4.42 46.63 RENDAH
kimia kimia 00 0 2 3 0 5 0 0 42
kimia masker
dan kaca
mata
Pengisian Memakai
bahan kimia sarung
(caustic tangan
Terkena bahan Bahan 5. 1.0 1.4 0.6 2.5 10.5 2.0 1.0 0.
soda dan Iritasi kulit A karet, 1.00 4.42 46.63 RENDAH
kimia kimia 00 0 2 3 0 5 0 0 42
H2SO4) masker
kedalam dan kaca
drum mata
Dibersihk
an
Ceceran bahan Bahan dengan 5. 2.0 1.4 0.6 2.5 11.5 1.0 2.0 0.
Iritasi kulit N 1.00 4.42 51.05 RENDAH
kimia kimia air 00 0 2 3 0 5 0 0 42
memakai
APD
Regenerasi
Memakai
anion kation
sarung
tangan
Terkena bahan Bahan 5. 2.0 1.4 0.6 2.5 11.5 1.0 1.0 0.
Iritasi kulit A karet, 1.00 3.42 39.50 RENDAH
kimia kimia 00 0 2 3 0 5 0 0 42
masker
dan kaca
mata
Ceceran bahan Bahan Pencemaran Dibersihk 5. 2.0 1.4 0.6 2.5 11.5 1.0 2.0 0.
N 1.00 4.42 51.05 RENDAH
Penginjeksia kimia kimia air dan tanah an 00 0 2 3 0 5 0 0 42
n bahan Memakai
Terkena bahan Bahan 5. 2.0 1.4 0.6 2.5 11.5 1.0 1.0 0.
kimia Iritasi kulit A sarung 1.00 3.42 39.50 RENDAH
kimia kimia 00 0 2 3 0 5 0 0 42
tangan
kulit
Pembersiha
percikan air kebakaran 5. 2.0 1.4 4.4 2.5 15.3 1.0 1.0 1.
n lantai Air A 2.00 5.67 86.92 TINGGI
mengenai panel panel 00 0 2 1 0 3 0 0 67
dengan air
Pemakaia
5. 2.0 2.1 2.5 2.5 14.1 1.0 1.0 0.
Blow down Terpapar steam Steam Luka bakar A n 2.00 4.83 68.34 SEDANG
00 0 3 2 0 5 0 0 83
krangan
Sumber : PKS PT. Murini Sam Sam
Kemungkinan
dilakukan).
melaksanakan pekerjaannya.
memenuhi standar.
Keparahan
terjadi.
Bisnis dan Reputasi (RP) :Sisi bisnis dan reputasi yang diakibatkan oleh
menjadi negative).
2. EHS Officer dan Head Dept/ Kepala Bagian akan mengevaluasi dari
program LK3.
2. Melakukan Evaluasi
produksi, informan 2 yaitu sekretaris P2K3, dan informan 3 yaitu pekerja bagian
produksi didapat hasil bahwa analisa aspek/bahaya juga dilakukan rutin setahun
sekali oleh EHS Officer bersama dengan head departemen/ kepala bagian setiap
stasiun kerja yang ada. Pembobotan nilai dilakukan dengan melihat tingkat
evaluasi dari pembobotan nilai tersebut untuk dapat ditentukan skala prioritasnya.
Skala prioritas inilah yang nantinya akan menjadi pertimbangan dalam pembuatan
memerlukan perhatian khusus karena merupakan hal yang sangat penting agar
pengendalian dan program LK3 yang dibuat selanjutnya tepat sasaran dan
(moderate), dan tinggi (high) ada disemua stasiun produksi yaitu stasiun
kecelakaan kerja hingga batasan yang dapat diterima oleh perusahaan. Skala
prioritas yang dijadikan Program Perbaikan LK3 adalah skala tinggi (high),
sedangkan skala sedang (moderate) dan rendah (low) akan dijadikan Program
kepentingannya.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, PT. Murini Sam Sam telah melakukan
hasil identifikasi dan analisa dari potensi bahaya yang ada, serta berdasarkan
1. Melakukan investigasi
juga dilakukan rutin setahun sekali oleh EHS Officer bersama dengan head
departemen/ kepala bagian setiap stasiun kerja yang ada. Skala prioritas yang
masing-masing.
langsung dengan aspek/bahaya yang ada pada stasiun kerjanya. Pekerja juga
sangat menjunjung tinggi keselamatan dan kesehatan kerja, salah satunya terlihat
dari kepatuhan pekerja memakai APD pada saat melakukan pekerjaan serta
kerjanya.
(P2K3). Manajemen risiko yang dilaksanakan setahun sekali oleh Tim yang
terdiri dari EHS Officer dengan menggunakan metode Identifikasi Aspek dan
dampak/resiko dalam aktifitas/operasional yang ada pada PT. Murini Sam Sam
bahwa tingkat bahaya dan resiko yang akan terjadi untuk setiap jenis pekerjaan
dapat diketahui lebih dini, serta menentukan prioritas yang mendasar pada
93
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
94
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis –
Riau telah menetapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu
pagi hari sebelum mulai melakukan pekerjaan, pengenalan unsafe condition dan
unsafe action serta pelaksanaan safety observation yang dilaksanakan satu kali
dalam setahun yaitu pada bulan Juni, sosialisasi kebijakan LK3 kepada head dept
dan karyawan yang dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni
dan Desember, sosialisasi tugas dan tanggung jawab P2K3L yang dilaksanakan
satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari, sosialisasi proper kepada all
head yang dilaksanakan satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni, identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan pengendalian yang dilaksanakan satu kali dalam
setahun yaitu pada bulan Juni, pengenalan dan aplikasi 5R2S yang dilaksanakan
dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Mei dan Agustus, pengenalan dan
aplikasi APD yang dilaksanakan satu kali dalam setahun yaitu pada bulan
setahun yaitu pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November, pengadaan dan
yaitu pada bulan Juni dan Desember, induction EHS training untuk karyawan
baru, kontraktor, dan SPSI yang dilaksanakan setiap bulannya, implementasi work
permit dan tag out yang dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan
check up yang dilaksanakan satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Maret, dan
Murini Sam Sam secara umum telah sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek
Terbukti juga dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan.
(PKS)
mesin, bahan, dan tenaga kerja untuk menemukan bahaya-bahaya yang mungkin
kerja dengan perusahaan. Hubungan kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan
akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni kecelakaan adalah
akibat langsung pekerjaan dan kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang
digolongkan menjadi dua yaitu perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia) dan
suatu sistem manajemen pengendalian resiko yang merupakan suatu cara untuk
mencari dan mengenali terhadap semua jenis kegiatan, alat, produk, dan jasa yang
dapat menimbulkan potensi cedera atau sakit yang bertujuan dalam upaya
perusahaan, baik berupa manusia, material, mesin, hasil produksi maupun finasial.
Identifikasi bahaya yang dilakukan PT. Murini Sam Sam merupakan tahap
keselamatan dan kesehatan kerja disusun berdasarkan tingkat resiko yang ada di
dihilangkan dan dieliminasi sampai batas yang dapat diterima dan ditolerir. Baik
dari kaidah keilmuan atau tuntuntan hukum, proses ini merupakan tindakan yang
kemampuan atau pengetahuan seseorang namun kadang ada juga orang yang
identifikasi bahaya karena tidak ada seorangpun yang dapat meramalkan separah
atau besar kerugian yang akan terjadi jika ada sebuah insiden. Namun kita dapat
elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya alam
lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan perusahaan. PT. Murini
keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
Perusahaan.
berlaku.
manusia.
yang selanjutnya disebut P2K3 ini merupakan badan pembantu di tempat kerja
setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib
dari 100 orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi
pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota.
Pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa sekretaris P2K3 ialah ahli keselamatan kerja
Hal ini sesuai dengan P2K3 yang sudah ditetapkan pada PT. Murini Sam
Sam. PT. Murini Sam Sam telah mempekerjakan 153 orang, hal ini sudah sesuai
dengan pasal 2 ayat 1 diatas yang menyebutkan bahwa tempat kerja dengan
kriteria tertentu wajib membentuk P2K3. Salah satu kriterianya adalah dengan
mempekerjakan 100 orang atau lebih. P2K3 yang dibentuk oleh PT. Murini Sam
Sam terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota. Hal ini juga telah sesuai dengan
pasal 3 ayat 1 diatas yang menyebutkan bahwa keanggotaan P2K3 terdiri dari
unsur pengusaha dan pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan
anggota dengan sekretaris sebagai ahli keselamatan kerja dari perusahaan yang
bersangkutan.
yang ada dilingkungan kerja. Setiap bahaya dengan kondisi resiko bagaimanapun
diterima dan ditoleransi, baik dari kaidah keilmuan maupun tuntutan hukum.
kerja perlu dilakukan identifikasi terhadap sumber bahaya ditempat kerja dan
kecelakaan dan gangguan kesehatan kepeda tenaga kerja. PT. Murini Sam Sam
actual/potensial. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarwaka pada tahun 2008 yang
telah membagi beberapa stasiun kerja dan masing-masing stasiun terdapat kepala
bagian sehingga dapat dengan mudah mengetahui aspek/bahaya yang ada karena
telah menjadi rutinitas keseharian mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Rudi
Suardi pada tahun 2007 yang menyebutkan bahwa cara sederhana untuk memulai
kelompok seperti:
dampak/resiko pada PT. Murini Sam Sam dilakukan terhadap seluruh aktivitas
perusahaan yang dapat dilihat dari prosedur identifikasi aspek dan dampak LK3
tempat kerja.
dengan Perusahaan.
berlaku.
kemampuan manusia.
intimidasi).
PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau tahun 2017 tiap stasiun didapat
Pada stasiun ini, aktifitas yang menimbulkan bahaya berupa brondolan jatuh
di jalan, terhirup asap, asap truck, tumpukan karung bekas, truck tergelincir ke
loading ramp, terhirup debu, tumpukan TBS di lantai, tertusuk gancu, terlempar
TBS, tertusuk duri, posisi angkat TBS, tergelincir, brondolan tergilas, ceceran oli,
terkena hujan, terjatuh, tertimpa TBS, ceceran minyak di loading ramp, ceceran
brondolan di paret loading ramp, sling penarik lori putus, tercepit sling pada
capstand, untaian/lilitan sling tidak bagus, dan tersengat listrik. Bahaya tersebut
berasal dari sumber bahaya yaitu knalpot truck, karung bekas brondolan, tidak
terdapat pagar pembatas, loading ramp penuh, gancu, beban TBS berat, lantai
licin, knalpot loader, kebocoran hydraulic loader, cuaca, TBS, buah restan,
brondolan, sling, TBS restan, dan genangan air akibat mata air. Risiko yang
pencemaran tanah, lengan patah, cidera ringan (luka), cidera ringan (keseleo),
luka bakar, luka ringan, luka berat, ISPA, dan meninggal dengan kondisi normal
Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena
EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti
sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action
dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada
tangan, masker, safety shoes) yang merupakan hal penting dalam melakukan
perebusan buah, sling/ penarik lori, buka pintu sterilizer pada tekanan 0 bar,
Rebusan digunakan untuk merebus buah dengan ketahanan 2,8 bar. Mesin
rebusan, panas, tekanan berlebih, dan ceceran air condensat. Bahaya tersebut
berasal dari packing pintu pecah, steam, packing pintu bocor, pipa tanpa
pelindung, dan valve tidak sesuai dengan risiko luka bakar, gangguan
pendengaran (tuli), dan pencemaran air pada kondisi normal (N), abnormal (A),
emergency (E).
TBS yang akan direbus ditarik dengan sling untuk menuju perebusan
(sterilizer), dimana aktifitas ini menimbulkan bahaya berupa sling penarik lori
putus. Bahaya tersebut berasal dari sling itu sendiri dengan risiko patah kaki pada
bahaya terpapar steam. Bahaya tersebut berasal dari steam itu sendiri dengan
steam. Bahaya tersebut berasal dari pipa steam yang bocor dengan risiko luka
yaitu terjepit dan tertimpa cantilever. Bahaya tersebut berasal dari cantilever itu
sendiri dengan risiko luka ringan dan luka berat pada kondisi Abnormal (A).
Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena
EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti
sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action
dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada
di area kerja, kurangnya kesadaran dalam pemakaian APD (ear muff, ear plug,
sarung tangan) yang merupakan hal penting dalam melakukan pekerjaan serta
terhadap penyakit.
stasiun ini digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila tidak
sengatan listrik, ledakan, ataupun cidera. Agar peralatan ini aman dipakai maka
harus diberi pengaman yang sesuai dengan peraturan dibidang keselamatan kerja.
memisahkan buah dari tandan. Buah masak yang keluar dari lori rebusan ditarik
kebawah hosting crane untuk diangkut dan dituangkan ke dalam autonatic feeder,
menimbulkan bahaya yaitu sling putus, untaian/ lilitan sling tidak bagus, tertimpa
lori, roda lori lepas dari frame/ seksi body, ceceran minyak dan brondolan, rantai
pemutar lori putus, ceceran janjangan, lantai thereser licin, engsel pintu rusak,
terperosok dan jatuh. Bahaya tersebut berasal dari sumber bahaya yaitu sling, ring
lori lepas, roda, body lori koyak, rantai, minyak yang menetes dari lori, daun
pintu, handrail tidak terpasang dan janjangan kosong. Risiko yang ditimbulkan
berupa patah kaki, luka ringan, meninggal, pencemaran air, terkilir, gegar otak,
pencemaran air dan tanah dengan kondisi normal (N), abnormal (A), dan
emergency (E).
Pekerja seharusnya tidak berada pada stasiun bantingan, karena stasiun ini
bebas dari pekerja. Kondisi ini memungkinkan pekerja tertimpa lori yang
diangkut oleh hosting crane. Hal ini terjadi karena pekerja lupa akan jarak aman
yang diperbolehkan saat berada di bawah alat berat. Hal ini selaras dengan
disebabkan oleh faktor manusia dan 15% merupakan faktor kondisi yang
berbahaya.
Kondisi peralatan seperti sling putus, roda lori lepas dari frame/seksi body,
rantai pemutar lori putus, engsel pintu pada saat pengoperasian thereser rusak dan
body lori koyak mengakibatkan kecelakaan kerja yaitu patah kaki, gegar otak,
luka ringan bahkan meninggal dunia. Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang
ada pada stasiun kerja ini karena mengabaikan program K3 yang telah ditetapkan
memulai pekerjaan, tidak mengikuti EHS training sesuai dengan jadwal yang
LK3 dan lingkungan yang ada di area kerja, kurangnya kesadaran dalam
pemakaian APD (sarung tangan) yang merupakan hal penting dalam melakukan
Keadaan ini sesuai dengan pendapat Boedi (2011) mengenai peralatan yang
rusak atau tidak baik menjadi penyebab banyak cedera yang terjadi, sehingga
berupa jatuh, ceceran minyak, bucket buah lepas, belting elmo putus, panas,
terjepit worm screw, ceceran minyak dan fiber. Bahaya tersebut berasal dari
sumber bahaya yaitu tutup conveyor tidak terpasang, body conveyor berlubang,
baut dan mur, cover belting tidak terpasang, packing/ body kropos, glaswol tidak
terpasang, worm screw, wormscrew dan presscake, body oli gatter dan sand trap
tank bocor. Risiko yang ditimbulkan berupa patah tulang, pencemaran air, gegar
otak, lengan putus, luka bakar, luka berat (patah), pencemaran air dan tanah
Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena
EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti
sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action
dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada
merupakan hal penting dalam melakukan pekerjaan serta pekerja tidak rutin
atau kaki, jatuh, ceceran limbah, putaran belthing, dan ceceran sludge. Bahaya
tersebut berasal dari sumber bahaya yaitu ceceran minyak, lantai kotor, seal pump
rusak, pipa bocor, tutup belting, tutup parit, pipa bocor, vacuum drier, belting
tidak diberi cover, dan sludge tank. Risiko yang ditimbulkan berupa pencemaran
air dan tanah, keseleo, luka bakar, jari putus, kaki dan tangan putus dengan
Kondisi yang tidak aman ini, ditambah oleh tindakan tidak aman dari
Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena
EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti
sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action
dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada
di area kerja, kurangnya kesadaran dalam pemakaian APD (safety shoes) yang
merupakan hal penting dalam melakukan pekerjaan serta pekerja tidak rutin
Keadaaan ini sesuai dengan pendapat Tarwaka (2008) yaitu setiap proses
menghasilkan produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak
bahaya berupa ceceran fiber, kernel dan nut, terjatuh, rantai air lock putus, terkena
belthing, terhirup calsium, air buangan claybath, tumpukan cangkang, lantai licin,
dan terpapar steam. Bahaya tersebut berasal dari sumber bahaya yaitu cover
conveyor tidak terpasang, body conveyor bocor, body fiber cyclone bocor, lantai
minyak kernel, dan steam. Risiko yang ditimbulkan berupa pencemaran udara dan
tanah, patah tulang, gegar otak, patah kaki dan tangan, gangguan paru-paru, dan
Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena
EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti
sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action
dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada
merupakan hal penting dalam melakukan pekerjaan serta pekerja tidak rutin
bahaya berupa kebisingan dari safety valve, tumpukan abu, asap cerobong,
terpapar api, terhirup asap, terkena belthing, terkena/ terpapar steam, terkena
bahan kimia, ceceran bahan kimia, percikan air mengenai panel, dan terpapar
steam. Bahaya tersebut berasal dari sumber bahaya yaitu safety valve, abu boiler,
asap, api, cover belthing tidak terpasang, valve, bahan kimia, air, dan steam.
Risiko yang ditimbulkan berupa tuli, pencemaran air dan udara, luka bakar,
gangguan pernafasan, patah tangan dan kaki, luka berat (patah), iritasi kulit,
kebakaran panel, pencemaran air dan tanah dengan kondisi normal (N), abnormal
Pekerja bisa terkena bahaya-bahaya yang ada pada stasiun kerja ini karena
EHS training sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, tidak mengikuti
sosialisasi kebijakan LK3 dan pengenalan unsafe condition serta unsafe action
dilingkungan kerja, tidak mematuhi rambu-rambu LK3 dan lingkungan yang ada
di area kerja, kurangnya kesadaran dalam pemakaian APD (ear plug, masker,
Peralatan listrik harus bebas dari bahaya-bahaya yang dikenal yang mungkin
dapat mengakibatkan kematian atau cedera fisik serius pada manusia, dengan
begitu peralatan listrik harus dirawat dengan baik untuk keselamatan penggunanya
(Boedi, 2011).
keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan
kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat
(PKS)
identifikasi aspek/bahaya. Nilai resiko didapatkan dari hasil perkalian antara total
nilai tingkat kemungkinan dengan total nilai tingkat keparahan. Nilai ini
digunakan sebagai dasar untuk menentukan nilai resiko (risk value). Parameter
dilakukan oleh PT. Murini Sam Sam ini sangat lengkap karena mencakup semua
(2010), resiko adalah suatu ukuran yang menyatakan kemungkinan keparahan dari
suatu kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Resiko adalah besarnya kesempatan
dua atau lebih bahaya bertemu dan mengakibatkan terjadinya sejumlah kerugian
sebesar apapun.
Menurut Syukri Sahab (1997), cara melakukan penilaian resiko pada jenis
pekerjaan baru yang menggunakan mesin atau peralatan baru sebaiknya dilakukan
identifikasi, kecuali kalau diyakini kalau jenis pekerjaan itu resikonya kecil.
pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang dilaksanakan melalui tahap
1) Analisis resiko
Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, resiko yang bisa terjadi, kontrol
atau proteksi yang sudah ada, peluang terjadinya resiko, akibat yang mungkin
Menurut Ichsan (2004), dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat resiko
Pada tahap analisa dampak/resiko PT. Murini Sam Sam ini, setelah
dilakukan pembobotan nilai maka selanjutnya nilai yang sudah dibobot tersebut
Menurut biro manajemen resiko PT. Petrokimia Gresik (2008) yang dikutip
oleh Firmansyah (2010), menghitung besarnya tingkat resiko diperoleh dari hasil
perkalian antara dampak resiko dan peluang resiko. Dampak resiko (D)
bahaya, maka bahaya yang didapat akan dinilai menurut 3 aspek yaitu paparan,
peluang dan konsekuensi bahaya tersebut. Nilai dari masing-masing aspek itu
akan dikalikan kemudian akan mendapatkan hasil tingkatan risiko yang berbeda-
beda.
Hasil pembobotan nilai pada tahap analisa dampak/resiko PT. Murini Sam
Sam ini juga akan mendapatkan hasil tingkatan risiko yang berbeda-beda
antara total nilai tingkat kemungkinan dan total nilai tingkat keparahan.
dengan Prosedur Identifikasi Aspek Dampak LK3 PT. Murini Sam Sam yang
Analisa dampak/resiko yang telah dilaksanakan oleh PT. Murini Sam Sam
tahun 2017, ternyata risiko yang terdapat di bagian produksi pabrik kelapa sawit
yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Hal ini terlihat dari adanya satu
kasus kecelakaan yaitu cidera berat (kehilangan hari kerja besar atau sama dengan
tiga hari) pada tahun 2016, namun tidak terjadi kasus kecelakaan pada tahun
2017.
Menurut penelitian Enggar R (2013) bahwa potensi bahaya dan risiko akan
selalu ada disetiap lingkungan kerja sehingga perlu adanya identifikasi potensi
bahaya dan penilaian risiko agar selanjutnya dapat dilakukan pengendalian yang
sesuai.
perusahaan pupuk tidak terdapat tingkat risiko yang tinggi, namun terdapat
tingkat risiko sedang dan rendah. Hal ini disebabkan karena di perusahaan
tersebut telah melakukan identifikasi dan penilaian risiko yang sesuai dengan
Sawit (PKS)
Pabrik Kelapa Sawit PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis - Riau, karena
Hal ini berarti telah sesuai dengan Undang-undang No.01 tahun 1970
diri kepada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya secara cuma-cuma.
Untuk masalah kedisiplinan tenaga kerja pada PT. Murini Sam Sam dalam
menggunakan alat pelindung diri telah berjalan secara optimal walaupun sebagian
kecil masih ada yang lalai. Hal ini telah sesuai dengan Permenakertrans
penggunaan APD akan menjadi penting apabila pengendalian secara teknis dan
kerja, berbagai APD dikembangkan, dan prosedur kerja disusun, maka masalah
bekerja.
skala prioritas dalam form identifikasi aspek dan dampak LK3, selanjutnya
ditentukan pengendaliannya sesuai dengan prosedur yang ada. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian oleh Hijriani (2015) bahwa setiap organisasi dapat
risiko tersebut. Hal ini sesuai juga dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
Setiap tahunnya PT. Murini Sam Sam mengadakan evaluasi terhadap keberhasilan
program pengendalian yang ada. Jika ada yang tidak berhasil maka akan
dilakukan revisi SOP. Sifatnya jika ada pengendalian yang lebih baik dan lebih
aman kepada pekerja maka akan dilakukan karena prioritas manajemen adalah
Sam Kabupaten Bengkalis - Riau ini dilakukan sesuai prinsip pengendalian risiko
yaitu :
Pengendalian risiko yang sudah diterapkan di PKS PT. Murini Sam Sam
out)
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada
2) Pengendalian Administrasi
kerja yang ditujukan kepada pekerja. Instruksi kerja merupakan perintah tertulis
ditetapkan.
b. Pemasangan Rambu K3
(Wahyudi, 2011).
tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau
Berdasarkan data dari perusahaan, jenis APAR yang ada di PKS PT.
Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis – Riau adalah jenis powder, CO2, dan
foam. APAR digunakan untuk penanganan awal atau pencegahan awal pada saat
3) Penyediaan APD
Alat Pelindung Diri merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh pekerja
demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta kecelakaan kerja yang
(HIPERKES, 2008).
PKS PT. Murini Sam Sam sudah menyediakan APD seperti masker,
sarung tangan, ear muff atau ear plug atau sumbat telinga, safety shoes, helm, dan
baju kerja.
dengan tingkat risiko tinggi namun pengendalian yang dilakukan oleh pihak
perusahaan untuk mencegah kecelakaan kerja di PKS PT. Murini Sam Sam
rambu K3 dan APAR serta pematuhan instruksi kerja, namun hal tersebut belum
ceceran berondolan di parit, berondolan jatuh di jalan, terhirup asap, dan asap
pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu helmet dan masker
bekas, truck tergelincir ke loading ramp, terhirup debu, tumpukan TBS di lantai,
APD yaitu safety shoes dan masker serta pengendalian terhadap lingkungan
pekerja berupa penyediaan APD yaitu safety shoes, sarung tangan, dan helmet.
terhirup asap, berondolan tergilas, ceceran oli, dan terkena hujan. Berdasarkan
ceceran minyak di loading ramp, dan ceceran brondolan di paret loading ramp.
lori putus, tercepit sling pada capstand, dan untaian/lilitan sling tidak bagus.
terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu sarung tangan serta pengendalian
tersengat listrik.
Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada
area kerja.
pintu perebusan, buangan steam (Peak I, II & III), ceceran air condensate, panas,
Aktifitas buka pintu stz pada tekanan 0 bar memiliki aspek/bahaya yaitu
pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu ear muff dan ear
tangan.
Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada
area kerja.
3. Stasiun Bantingan/Threshing
Aktifitas mengangkat lori memiliki aspek/bahaya yaitu tertimpa lori, roda lori
lepas dari frame/ seksi body, ceceran minyak dan brondolan. Berdasarkan
penggantian rutin.
licin dan engsel pintu rusak. Berdasarkan aspek/bahaya tersebut, perusahaan telah
Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada
area kerja.
Aktifitas digester memiliki aspek/bahaya yaitu belting elmo putus dan ceceran
Aktifitas worm screw memiliki aspek/bahaya yaitu belting elmo putus, terjepit
Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada
stasiun kempa /pressing mematuhi pemakaian APD yang telah ditetapkan oleh
area kerja.
pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu safety shoes serta
pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu safety shoes serta
pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu safety shoes serta
Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada
Aktifitas conveyor cbc memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran fiber, kernel dan
perbaikan.
Aktifitas pengecekan air lock memiliki aspek/bahaya yaitu terjatuh dan rantai
perbaikan.
Aktifitas destoner memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran fiber, kernel dan nut,
perbaikan.
APD yaitu masker serta pengendalian terhadap lingkungan berupa pembuatan bak
penampungan sementara.
Aktifitas kernel silo memiliki aspek/bahaya yaitu ceceran minyak dan lantai
steam.
Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada
pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu memakai ear plug.
Aktifitas tarik abu boiler memiliki aspek/bahaya tumpukan abu dan asap
Aktifitas buka pintu dapur api memiliki aspek/bahaya terpapar api dan tehirup
pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu sarung tangan karet,
pengendalian terhadap pekerja berupa penyediaan APD yaitu sarung tangan karet,
Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di lapangan. Pekerja pada
area kerja.
6.1 Kesimpulan
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT. Murini Sam Sam Kabupaten Bengkalis - Riau
133
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
134
6.2 Saran
1. Melakukan review rutin dari hasil identifikasi aspek dampak LK3 secara
berkesinambungan.
Anwar, N.F. 2013. Analisis Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) Pada Pekerjaan Upper Structure Gedung Bertingkat (Studi Kasus
Proyek Skyland City–Jatinangor).Jurnal Konstruksi. STTG.
AS/NZS 4360 (2004). The Australian And New Zealand Standard on Risk
Management. 3rd Edition. Broadleaf Capital International Pty Ltd, NSW
Australia
Hijriani, J. 2015. Penerapan Manajemen Risiko Pada Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
PTPN IV Unit Usaha Pabatu Tahun 2015. Jurnal FKM USU.
135
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
136
Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pardosi, F. 2010. Analisis Tingkat Risiko Bagi Pelaku Agribisnis Kelapa Sawit.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/ (Diakses pada 02 Januari 2018).
PEDOMAN WAWANCARA
KAB.BENGKALIS-RIAU
(Supervisor)
Tanggal wawancara:
Identitas Informan
Nama Informan :
Usia :
Jabatan :
Pertanyaan
KAB.BENGKALIS-RIAU
(Sekretaris P2K3)
Tanggal wawancara:
Identitas Informan
Nama Informan :
Usia :
Jabatan :
Pertanyaan
KAB.BENGKALIS-RIAU
Tanggal wawancara:
Identitas Informan
Nama Informan :
Usia :
Jabatan :
Pertanyaan