Universitas Pertahanan
(egkrateia.putra@idu.ac.id)
Abstrak- Kemandirian Industri Pertahanan Nasional merupakan hal yang penting untuk dicapai
guna mendukung pertahanan negara. PT Pindad (Persero) merupakan salah satu industri
pertahanan nasional yang berkembang pesat. Produk pertahanan yang dihasilkannya antara lain
senjata, munisi, dan kendaraan tempur. Namun brass cup, yang digunakan untuk memproduksi
munisi, sepenuhnya masih impor. Hal ini tentu tidak sesuai dengan kemandirian Industri Pertahanan
Nasional. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis kesiapan PT Pindad dalam memproduksi brass
cup secara mandiri, serta merumuskan strategi yang dapat diaplikasikan dalam implementasi
manufaktur brass cup dalam semua lini produksi munisi di PT Pindad. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif melalui wawancara, observasi lapangan dan pengumpulan data
sekunder. Data tersebut kemudian digunakan untuk menentukan indikator-indikator pada MRL
yang terpenuhi dan menganalisa faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan
dan ancaman jika proses manufaktur ini diimplementasikan secara menyeluruh dengan
menggunakan analisis SWOT. Hasil pengolahan data menjelaskan bahwa tingkat kesiapan
manufaktur PT Pindad dalam memproduksi brass cup berada pada level MRL 10. Selanjutnya,
strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT adalah: mengajukan permohonan kepada pemerintah
untuk mendukung setiap aspek implementasi proses manufaktur brass cup; melakukan kajian
terhadap bahan baku dan industri brass strip dalam negeri terhadap spesifikasi perusahaan;
melakukan kajian manajemen rantai pasok yang sesuai dengan kebutuhan implementasi; dan
menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan supplier teknologi manufaktur brass cup.
Kata Kunci: Kemandirian, Industri Pertahanan Nasional, Munisi, Proses Manufaktur Brass cup,
Manufacturing Readiness Level, Analisis SWOT.
1
Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan.
2
Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan.
3
Program Studi Industri Pertahanan, Universitas Pertahanan.
S
alah satu tujuan negara nasional termasuk di dalam lingkup
Indonesia, yang tertuang dalam komponen cadangan dan / atau
Pembukaan Undang-Undang komponen pendukung, yang dapat
Dasar Tahun 1945 adalah melindungi digunakan untuk meningkatkan kekuatan
segenap bangsa Indonesia dan seluruh dan kemampuan komponen utama dan /
tumpah darah Indonesia. Tujuan ini dapat atau komponen cadangan. Indonesia
dicapai melalui pembentukan sistem pernah mengalami embargo yang
pertahanan yang mumpuni, yang mampu menyebabkan kelangkaan alutsista. Pada
menangkal segala bentuk ancaman, tahun 1995 sampai 2005, Amerika dan
khususnya ancaman militer. Indonesia sekutunya, NATO (North Atlantic Treaty
menganut sistem pertahanan semesta4. Organization), mengembargo
Sistem pertahanan ini melibatkan seluruh alutsistanya untuk dijual ke Indonesia
sumber daya yang ada di dalam negara karena Indonesia dianggap melakukan
termasuk sumber daya alam dan sumber pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di
daya manusia yang terbagi dalam 3 Dili, Timor Leste 5. Indonesia berusaha
komponen, yaitu komponen utama, beralih ke sekutu lamanya, Rusia dan
komponen cadangan dan komponen negara lain seperti China, beberapa
pendukung. Sumber daya nasional adaah negara Eropa Timur, Korea Selatan dan
sumber daya alam dan sumber daya Belanda, namun terdapat beberapa
buatan yang dapat diolah untuk
4
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 3.
5
Silmy Karim, Membangun Kemandirian Industri Pertahanan, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
2014), hlm. 77.
6 7
William H. Frederick dan Robert L. Worden, Daljit Singh dan Lorraine C. Salazar, Southeast
Indonesia: a Country Study (6th Edition), Asian Affairs 2006, (Singapore: ISEAS
(Washington: U.S. Government Printing Office, Publications, 2006), hlm 119.
8
2001), hlm 337. Silmy Karim, op.cit., hlm 74-83.
Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 29
Gambar 1. Master Plan Pembangunan Industri Pertahanan
Sumber: (Herryanto, 2017)
9
Susanto dan Dicky R. Munaf, Komando dan dalam Perkuliahan Program Studi Industri
Pengendalian Keamanan dan Keselamatan Laut: Pertahanan, Universitas Pertahanan, Bogor, 7 Juli
Berbasis Sistem Peringatan Dini, (Jakarta: PT 2017.
11
Gramedia Pustaka Utama, 2015), hlm. 46 RISTEK, Sains & Teknologi 2: Berbagai Ide untuk
10
Eris Herryanto, Komite Kebijakan Industri Menjawab Tantangan & Kebutuhan, (Jakarta: PT
Pertahanan (Overview), Makalah dipresentasikan Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm 159.
30 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
pemerintah yang memuat mengenai baku yang digunakan untuk produksi
prioritas penggunaan bahan mentah, alutsista.
bahan baku, dan komponen dalam Munisi Kaliber Kecil (MKK)
negeri 12. Kebijakan ini kembali dipertegas merupakan produk pertahanan yang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 141 perlu diperhatikan kemandirian bahan
Tahun 2015 Pasal 21 Ayat 1 yang berbunyi bakunya. MKK adalah proyektil padat
“Pembangunan Industri Pertahanan yang terbuat dari logam yang
mengutamakan penggunaan komponen ditembakkan dari senjata. Munisi terdiri
dan peralatan produksi dalam negeri.” dari lima bagian, yakni proyektil (timbal),
Kemandirian bahan baku dalam kelongsong (brass), propelan, rim dan
negeri untuk pemenuhan proses produksi primer. Hentakan palu senapan pada rim
alutsista sebagai bentuk memicu tersulutnya primer yang
penyelenggaraan kegiatan kemandirian menyebabkan propelan terbakar.
industri pertahanan nasional sangatlah Propelan yang dengan cepat terbakar
penting. Setiap kegiatan ekspor–impor menimbulkan energi yang sangat besar
yang berhubungan dengan pembuatan sehingga mampu melesatkan proyektil
senjata, termasuk bahan baku yang sampai 1000 meter per detik. Tanpa
digunakan, diawasi oleh PBB dan negara adanya munisi, senjata tidak dapat
asal impor tersebut 13. Selama bahan baku berfungsi sebagai alutsista yang memiliki
masih berasal dari produk impor, akan kemampuan merusak. Saat ini di
rentan terhadap embargo. Hal ini Indonesia, hanya PT Pindad yang mampu
berpengaruh besar terhadap kelumpuhan memproduksi munisi kaliber kecil. PT
sektor industri pertahanan karena bahan Pindad sudah mampu memproduksi
baku impor yang digunakan untuk munisi kaliber kecil sesuai dengan standar
kegiatan produksi tidak tersedia. Hal ini NATO. Data Ikhtisar Operasional Divisi
dapat diatasi dengan mempersiapkan Munisi PT Pindad dan rinciannya
industri nasional, baik BUMN maupun ditampilkan pada Tabel 1.
BUMS, untuk mulai memproduksi bahan
12 13
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Zeray Yihdego, The Arms Trade and
Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri International Law, (Portland: Hart Publishing,
Pertahanan, Lembaran Negara Republik 2007), hlm. 105.
Indonesia Tahun 2012 Nomor 183.
Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 31
Tabel 1 menggambarkan besarnya tidak sejalan dengan tujuan dan cita-cita
Ikhtisar Operasional, Pendapatan Usaha, kemandirian industri pertahanan yang
Penjualan Produk Munisi, Produk Divisi dicanangkan oleh pemerintah. Indonesia
Munisi dan Biaya Produksi Munisi Divisi sebenarnya memiliki perusahaan-
Munisi PT Pindad. Terlihat bahwa baik perusahaan yang bergerak dalam industri
biaya produksi dan penjualan produk brass forging and casting yang
meningkat setiap tahunnya. Namun menghasilkan produk-produk brass
dalam proses pembuatannya, PT Pindad seperti brass strip, brass wire dan brass
masih mengandalkan bahan baku impor. tube yang sebagian besar digunakan
Menurut wawancara dengan Kepala untuk keperluan konstruksi. Tabel 2
Divisi Pengembangan Produk PT. menampilkan perusahaan brass forging
PINDAD, brass cup, yang merupakan and casting yang terdaftar dalam situs
bahan baku dasar dalam proses kemenperin.go.id. Terdapat juga
pembuatan selongosong munisi, perusahaan brass forging and casting yang
keseluruhannya masih impor, yang tidak terdaftar di dalam situs
dipasok dari Korea. Ketergantungan ini kemenperin.go.id. Beberapa perusahaan
sangat rentan terkena embargo, yang tersebut berlokasi di Surabaya, Jawa
dapat menyebabkan PT Pindad tidak Timur, diantaranya CV. Dua Putra Petir,
dapat memproduksi munisi. Hal ini tentu PT. Taloe Metal Teknika dan CV. Rhoda
Tabel 1. Ikhtisar Operasional Divisi Munisi PT Pindad
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016
Ikhtisar Operasional (Miliar Rupiah) 340,46 341,18 368,98 579,05 565,26
Jaya. Selain itu, terdapat juga BUMN yang (28 persen zinc) yang digunakan sebagai
bergerak dalam brass forging and casting, bahan baku pembuatan prototype
yaitu PT. Krakatau Steel (Persero). selongsong MKK (munisi caliber kecil)
Proses pembentukan brass cup 7,62 mm 14. Namun PT Pindad masih
berasal dari kumparan brass strip yang mengandalkan brass cup impor untuk
melalui proses dopping. Salah satu memenuhi bahan baku yang digunakan
perusahaan yang mampu memproduksi dalam proses produksinya. Oleh karena
kumparan brass strip dan diproduksi itu, perlu dilakukan penelitian terkait
menjadi brass cup oleh PT Pindad adalah kesiapan PT Pindad dalam mengolah
Jaya Sentosa ST, PT yang berlokasi di brass strip menjadi brass cup tersebut.
Surabaya. Menurut Penelitian yang Berdasarkan latar belakang diatas,
dilakukan Badan Penelitian dan dapat diidentifikasi bahwa terdapat
Pengembangan Kementerian Pertahanan masalah dalam kemandirian bahan baku
(saat itu Departemen Pertahanan) pada pada proses produksi munisi PT Pindad
tahun 2002, Jaya Sentosa ST, PT telah yang keseluruhannya masih
mampu membuat paduan logam Cu-Zn 28 mengandalkan produk impor, yakni brass
14
Balitbang Kemhan, Naskah Kajian tentang Kecil (MKK) melalui Pendayagunaan Industri Dalam
Pembuatan Prototipe Kelongsong Munisi Kaliber Negeri, Perpustakaan Balitbang Kemhan, 2002.
Metode penelitian yang digunakan dalam pembagian kuisioner dengan para ahli
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed
Methods) (Cetakan ke-9), (Bandung: Alfabeta,
2017).
34 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
dokumen tertulis, studi dimiliki oleh PT Pindad. MRL merupakan
literatur/kepustakaan, dan penelitian sebuah matriks yang digunakan untuk
terdahulu. Secara ringkas, metode mengevaluasi tingkat kesiapan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. manufaktur suatu proses produksi
Manufacturing Readiness Level (MRL) dengan skala 1 sampai 10 16. Keterangan
digunakan untuk menganalisis tingkat masing-masing tingkatan MRL disajikan
kesiapan manufaktur brass cup yang pada Gambar 4.
16
DoD of USA, Manufacturing Readiness Level
(MRL) Deskbook Version 2016.
Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 35
Gambar 3. Tingkatan MRL
Sumber: (DoD of USA, Manufacturing Readiness Level (MRL) Deskbook Version 2016, 2016)
Penilaian MRL terdiri dari kategori MRL pada sub-kategori terkait seperti
tingkat Technology Readiness Level (atau dijelaskan pada Tabel 3.
Tingkat Kesiapan Teknologi) dan Sembilan Matriks MRL digunakan untuk
kategori lainnya Masing-masing kategori menilai dan mengevaluasi tingkat
terdiri dari satu atau lebih sub-kategori kesiapan manufaktur PT Pindad dalam
sehingga total sub-kategori dalam memproduksi brass cup nya secara
penilaian MRL mencapai 23 (dua puluh mandiri. Penelitian dilakukan dengan
tiga) sub-kategori. Masing-masing sub- observasi lapangan dan wawancara
kategori memiliki indikator-indikator pada dengan para pakar dari PT Pindad yang
masing-masing tingkatan MRL yang terkait dengan penelitian ini. Setiap
pemenuhannya dalam suatu proses indikator pada setiap level MRL dalam sub-
produksi menentukan penilaian tingkatan kategori dinilai kriteria pemenuhannya
17
Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis OCAI (cetakan ke-18), (Jakarta: PT Gramedia
Analisis SWOT cara Perhitungan Bobot, Rating, dan Pustaka Utama, 2014), hlm. 19.
Strengths Opportunities
S1 0,135 3 0,41 O1 0,133 3 0,40
S2 0,133 3 0,40 O2 0,133 4 0,53
S3 0,138 3 0,42 O3 0,110 3 0,33
S4 0,120 3 0,36 O4 0,115 3 0,35
Weaknesses Threats
W1 0,140 2 0,26 T1 0,143 2 0,29
W2 0,130 2 0,28 T2 0,110 2 0,22
W3 0,085 2 0,17 T3 0,125 2 0,25
W4 0,117 2 0,23 T4 0,133 2 0,27
TOTAL 1 2,53 TOTAL 1 2,62