Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KESIAPAN PT PINDAD DALAM MEMPRODUKSI

BRASS CUP SEBAGAI BAHAN BAKU MUNISI GUNA


MENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA

ANALYSIS ON PT PINDAD READINESS IN PRODUCING


BRASS CUP AS RAW MATERIAL OF AMMUNITION
TO SUPPORT THE DEFENSE OF THE STATE

Timbul Siahaan 1, Sovian Aritonang2, Egkrateia Putra 3

Universitas Pertahanan
(egkrateia.putra@idu.ac.id)

Abstrak- Kemandirian Industri Pertahanan Nasional merupakan hal yang penting untuk dicapai
guna mendukung pertahanan negara. PT Pindad (Persero) merupakan salah satu industri
pertahanan nasional yang berkembang pesat. Produk pertahanan yang dihasilkannya antara lain
senjata, munisi, dan kendaraan tempur. Namun brass cup, yang digunakan untuk memproduksi
munisi, sepenuhnya masih impor. Hal ini tentu tidak sesuai dengan kemandirian Industri Pertahanan
Nasional. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis kesiapan PT Pindad dalam memproduksi brass
cup secara mandiri, serta merumuskan strategi yang dapat diaplikasikan dalam implementasi
manufaktur brass cup dalam semua lini produksi munisi di PT Pindad. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif melalui wawancara, observasi lapangan dan pengumpulan data
sekunder. Data tersebut kemudian digunakan untuk menentukan indikator-indikator pada MRL
yang terpenuhi dan menganalisa faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan
dan ancaman jika proses manufaktur ini diimplementasikan secara menyeluruh dengan
menggunakan analisis SWOT. Hasil pengolahan data menjelaskan bahwa tingkat kesiapan
manufaktur PT Pindad dalam memproduksi brass cup berada pada level MRL 10. Selanjutnya,
strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT adalah: mengajukan permohonan kepada pemerintah
untuk mendukung setiap aspek implementasi proses manufaktur brass cup; melakukan kajian
terhadap bahan baku dan industri brass strip dalam negeri terhadap spesifikasi perusahaan;
melakukan kajian manajemen rantai pasok yang sesuai dengan kebutuhan implementasi; dan
menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan supplier teknologi manufaktur brass cup.
Kata Kunci: Kemandirian, Industri Pertahanan Nasional, Munisi, Proses Manufaktur Brass cup,
Manufacturing Readiness Level, Analisis SWOT.

Abstract- Self-sufficiency of the National Defense Industry is an important condition to be achieved to


support the defense of the state. PT Pindad (Persero) is one of the fastest growing national defense
industries. Defense products which produced among others are weapon, ammunition, and combat
vehicle. However, brass cup, which is used to produce ammunition, is still fully imported. This is
certainly not appropriate with the self-sufficiency of the National Defense Industry. This research is
aimed to analyze the readiness of PT Pindad in producing brass cup independently, and to formulate
strategies that can be applied in the implementation of brass cup manufacturing in all ammunition
production lines in PT Pindad. The research is conducted using qualitative method through interview,
field observation and secondary data collection. The data is then used to determine the indicators on
MRL which is fulfilled and to analyze the factors of strengths, weaknesses, opportunities and threats

1
Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan.
2
Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan.
3
Program Studi Industri Pertahanan, Universitas Pertahanan.

Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 27


if the manufacturing process is implemented thoroughly by using SWOT analysis. The result of data
processing explains that PT Pindad's manufacturing readiness level in producing brass cup is at level
MRL 10. Furthermore, the strategies generated from SWOT analysis are: proposing government to
support every aspect of the implementation of brass cup manufacturing process; doing research on
raw materials and domestic brass strip industry against company specification; doing research on
supply chain management in accordance with implementation’s requirements; and establish strategic
partnerships with brass cup manufacturing technology suppliers.
Keywords: Independence, National Defense Industry, Ammunitions, Brass cup Manufacturing Process,
Manufacturing Readiness Level, SWOT Analysis.

Pendahuluan kepentingan pertahanan. Sumber daya

S
alah satu tujuan negara nasional termasuk di dalam lingkup
Indonesia, yang tertuang dalam komponen cadangan dan / atau
Pembukaan Undang-Undang komponen pendukung, yang dapat
Dasar Tahun 1945 adalah melindungi digunakan untuk meningkatkan kekuatan
segenap bangsa Indonesia dan seluruh dan kemampuan komponen utama dan /
tumpah darah Indonesia. Tujuan ini dapat atau komponen cadangan. Indonesia
dicapai melalui pembentukan sistem pernah mengalami embargo yang
pertahanan yang mumpuni, yang mampu menyebabkan kelangkaan alutsista. Pada
menangkal segala bentuk ancaman, tahun 1995 sampai 2005, Amerika dan
khususnya ancaman militer. Indonesia sekutunya, NATO (North Atlantic Treaty
menganut sistem pertahanan semesta4. Organization), mengembargo
Sistem pertahanan ini melibatkan seluruh alutsistanya untuk dijual ke Indonesia
sumber daya yang ada di dalam negara karena Indonesia dianggap melakukan
termasuk sumber daya alam dan sumber pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di
daya manusia yang terbagi dalam 3 Dili, Timor Leste 5. Indonesia berusaha
komponen, yaitu komponen utama, beralih ke sekutu lamanya, Rusia dan
komponen cadangan dan komponen negara lain seperti China, beberapa
pendukung. Sumber daya nasional adaah negara Eropa Timur, Korea Selatan dan
sumber daya alam dan sumber daya Belanda, namun terdapat beberapa
buatan yang dapat diolah untuk

4
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 3.
5
Silmy Karim, Membangun Kemandirian Industri Pertahanan, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia,
2014), hlm. 77.

28 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


kendala 6. Saat terjadi bencana tsunami di dalam negeri 8. Pada tahun 2010, melalui
Aceh, Indonesia tidak bisa secara optimal Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2010,
mengirimkan bantuan kepada korban lahirlah Komite Kebijakan Industri
bencana tsunami di Aceh karena Pertahanan (KKIP) yang dipimpin
minimnya pesawat pengangkut militer langsung oleh Presiden. Kegiatan
yang dapat digunakan untuk mengangkut memandirikan industri pertahanan dalam
supply bantuan. Sebelum embargo, negeri berlanjut ketika Presiden dan
terdapat 24 pesawat C-130 yang dapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
beroperasi, namun saat itu turun menjadi mensahkan Undang-Undang Nomor 16
6 pesawat 7. Melihat kondisi tersebut, Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan,
Indonesia berkomitmen untuk mulai yang semakin dimantapkan dengan
memperhatikan dan mewujudkan Peraturan Pemerintah Nomor 141 Tahun
kemandirian industri pertahanan dalam 2015 tentang Pengelolaan Industri
negeri. Dengan demikian kedepannya Pertahanan. Sudah banyak pendanaan
Indonesia tidak lagi rentan terhadap yang dilakukan pemerintah seperti
embargo serta mampu mewujudkan pemberian dana kepada industri
postur pertahanan yang ideal dengan pertahanan hingga pembelian alutsista
pemenuhan alutsista yang berasal dari buatan dalam negeri.
dalam negeri. KKIP sebagai instrumen
Industri pertahanan dalam negeri pemerintahan yang bertugas
yang sempat kolaps pada tahun 2004, merumuskan dan mengendalikan
dibangun kembali dengan diadakannya kebijakan pengelolaan industri
Roundtable Discussion yang diadakan di pertahanan nasional telah menetapkan
Kementerian Pertahanan. Diskusi master plan pembangunan industri
tersebut dipimpin langsung oleh Presiden pertahanan pada Gambar 1 yang terbagi
Republik Indonesia saat itu, Susilo dalam tiga fase. Pada fase pertama,
Bambang Yudhoyono dan dimaksudkan industri pertahanan nasional disiapkan
untuk merevitalisasi industri pertahanan

6 7
William H. Frederick dan Robert L. Worden, Daljit Singh dan Lorraine C. Salazar, Southeast
Indonesia: a Country Study (6th Edition), Asian Affairs 2006, (Singapore: ISEAS
(Washington: U.S. Government Printing Office, Publications, 2006), hlm 119.
8
2001), hlm 337. Silmy Karim, op.cit., hlm 74-83.
Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 29
Gambar 1. Master Plan Pembangunan Industri Pertahanan
Sumber: (Herryanto, 2017)

agar mampu mendukung pemenuhan dan memproduksi alutsista secara


MEF. MEF (Minimum Essential Force) mandiri dan mendukung postur alutsista
merupakan kondisi terpenuhinya tingkat ideal 10.
kekuatan yang mampu menjamin Salah satu poin kemandirian
stabilitas keamanan nasional 9. Pada fase industri pertahanan nasional adalah
kedua, industri pertahanan nasional apabila kebutuhan pelaksanaan kegiatan
diharapkan sudah mampu menciptakan industri seluruhnya dipenuhi oleh konten
produk baru dan bekerjasama dengan lokal, mulai dari bahan baku, sumber daya
perusahaan internasional dalam manusia dan teknologi, baik teknologi
mengembangkan produk alutsista. Pada proses produksi atau teknologi yang
fase ketiga, industri pertahanan diimplementasikan kepada produk hasil
diharapkan sudah mampu secara mandiri proses produksi 11. Poin tersebut terdapat
untuk menciptakan, mengembangkan dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh

9
Susanto dan Dicky R. Munaf, Komando dan dalam Perkuliahan Program Studi Industri
Pengendalian Keamanan dan Keselamatan Laut: Pertahanan, Universitas Pertahanan, Bogor, 7 Juli
Berbasis Sistem Peringatan Dini, (Jakarta: PT 2017.
11
Gramedia Pustaka Utama, 2015), hlm. 46 RISTEK, Sains & Teknologi 2: Berbagai Ide untuk
10
Eris Herryanto, Komite Kebijakan Industri Menjawab Tantangan & Kebutuhan, (Jakarta: PT
Pertahanan (Overview), Makalah dipresentasikan Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm 159.
30 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
pemerintah yang memuat mengenai baku yang digunakan untuk produksi
prioritas penggunaan bahan mentah, alutsista.
bahan baku, dan komponen dalam Munisi Kaliber Kecil (MKK)
negeri 12. Kebijakan ini kembali dipertegas merupakan produk pertahanan yang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 141 perlu diperhatikan kemandirian bahan
Tahun 2015 Pasal 21 Ayat 1 yang berbunyi bakunya. MKK adalah proyektil padat
“Pembangunan Industri Pertahanan yang terbuat dari logam yang
mengutamakan penggunaan komponen ditembakkan dari senjata. Munisi terdiri
dan peralatan produksi dalam negeri.” dari lima bagian, yakni proyektil (timbal),
Kemandirian bahan baku dalam kelongsong (brass), propelan, rim dan
negeri untuk pemenuhan proses produksi primer. Hentakan palu senapan pada rim
alutsista sebagai bentuk memicu tersulutnya primer yang
penyelenggaraan kegiatan kemandirian menyebabkan propelan terbakar.
industri pertahanan nasional sangatlah Propelan yang dengan cepat terbakar
penting. Setiap kegiatan ekspor–impor menimbulkan energi yang sangat besar
yang berhubungan dengan pembuatan sehingga mampu melesatkan proyektil
senjata, termasuk bahan baku yang sampai 1000 meter per detik. Tanpa
digunakan, diawasi oleh PBB dan negara adanya munisi, senjata tidak dapat
asal impor tersebut 13. Selama bahan baku berfungsi sebagai alutsista yang memiliki
masih berasal dari produk impor, akan kemampuan merusak. Saat ini di
rentan terhadap embargo. Hal ini Indonesia, hanya PT Pindad yang mampu
berpengaruh besar terhadap kelumpuhan memproduksi munisi kaliber kecil. PT
sektor industri pertahanan karena bahan Pindad sudah mampu memproduksi
baku impor yang digunakan untuk munisi kaliber kecil sesuai dengan standar
kegiatan produksi tidak tersedia. Hal ini NATO. Data Ikhtisar Operasional Divisi
dapat diatasi dengan mempersiapkan Munisi PT Pindad dan rinciannya
industri nasional, baik BUMN maupun ditampilkan pada Tabel 1.
BUMS, untuk mulai memproduksi bahan

12 13
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Zeray Yihdego, The Arms Trade and
Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri International Law, (Portland: Hart Publishing,
Pertahanan, Lembaran Negara Republik 2007), hlm. 105.
Indonesia Tahun 2012 Nomor 183.
Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 31
Tabel 1 menggambarkan besarnya tidak sejalan dengan tujuan dan cita-cita
Ikhtisar Operasional, Pendapatan Usaha, kemandirian industri pertahanan yang
Penjualan Produk Munisi, Produk Divisi dicanangkan oleh pemerintah. Indonesia
Munisi dan Biaya Produksi Munisi Divisi sebenarnya memiliki perusahaan-
Munisi PT Pindad. Terlihat bahwa baik perusahaan yang bergerak dalam industri
biaya produksi dan penjualan produk brass forging and casting yang
meningkat setiap tahunnya. Namun menghasilkan produk-produk brass
dalam proses pembuatannya, PT Pindad seperti brass strip, brass wire dan brass
masih mengandalkan bahan baku impor. tube yang sebagian besar digunakan
Menurut wawancara dengan Kepala untuk keperluan konstruksi. Tabel 2
Divisi Pengembangan Produk PT. menampilkan perusahaan brass forging
PINDAD, brass cup, yang merupakan and casting yang terdaftar dalam situs
bahan baku dasar dalam proses kemenperin.go.id. Terdapat juga
pembuatan selongosong munisi, perusahaan brass forging and casting yang
keseluruhannya masih impor, yang tidak terdaftar di dalam situs
dipasok dari Korea. Ketergantungan ini kemenperin.go.id. Beberapa perusahaan
sangat rentan terkena embargo, yang tersebut berlokasi di Surabaya, Jawa
dapat menyebabkan PT Pindad tidak Timur, diantaranya CV. Dua Putra Petir,
dapat memproduksi munisi. Hal ini tentu PT. Taloe Metal Teknika dan CV. Rhoda
Tabel 1. Ikhtisar Operasional Divisi Munisi PT Pindad
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016
Ikhtisar Operasional (Miliar Rupiah) 340,46 341,18 368,98 579,05 565,26

Tahun 2014 2015 2016


Pendapatan Usaha (MiliarRupiah) 614,11 738,46 749,89

Tahun 2012 2013 2015 2016


Penjualan Produk Munisi 503,74 629,01 738,46 794,89

Tahun 2012 2013 2015 2016


Produk Divisi Munisi (Miliar Rupiah) 333,52 341,18 579,05 565,26

Tahun 2015 2016


Biaya Produksi Divisi Munisi (Miliar Rupiah) 549,85 526,5
Sumber: (PT Pindad (Persero), Pindad Annual Report 2016, 2017)

32 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


Tabel 2. Perusahaan Brass Forging and Casting di Indonesia
EVER AGES VALVES METALS, PT Kran air dari kuningan
Raya Sumengko km 30,7, Gresik, Jawa Timur
Telp. 8978388

JAYA SENTOSA ST, PT Lead Sheet & Plat Kuningan


Jl. Ds Bibis 8, Surabaya, Jawa Timur
Telp. 031-7406091

MUJI KARYO KUNINGAN Plat Kuningan/ Besi


Growong Lor Rt01/01, Pati, Jawa Tengah
Telp. 0295471320

SIANTAR INTERNUSA AGENCY Brass Casting, Bronte, Brass


Rod
Ngoro Industri Persada Blok.i-2b, Mojokerto, Jawa
Timur
Telp. 0321619660
Sumber: (kemenperin.go.id, 2017)

Jaya. Selain itu, terdapat juga BUMN yang (28 persen zinc) yang digunakan sebagai
bergerak dalam brass forging and casting, bahan baku pembuatan prototype
yaitu PT. Krakatau Steel (Persero). selongsong MKK (munisi caliber kecil)
Proses pembentukan brass cup 7,62 mm 14. Namun PT Pindad masih
berasal dari kumparan brass strip yang mengandalkan brass cup impor untuk
melalui proses dopping. Salah satu memenuhi bahan baku yang digunakan
perusahaan yang mampu memproduksi dalam proses produksinya. Oleh karena
kumparan brass strip dan diproduksi itu, perlu dilakukan penelitian terkait
menjadi brass cup oleh PT Pindad adalah kesiapan PT Pindad dalam mengolah
Jaya Sentosa ST, PT yang berlokasi di brass strip menjadi brass cup tersebut.
Surabaya. Menurut Penelitian yang Berdasarkan latar belakang diatas,
dilakukan Badan Penelitian dan dapat diidentifikasi bahwa terdapat
Pengembangan Kementerian Pertahanan masalah dalam kemandirian bahan baku
(saat itu Departemen Pertahanan) pada pada proses produksi munisi PT Pindad
tahun 2002, Jaya Sentosa ST, PT telah yang keseluruhannya masih
mampu membuat paduan logam Cu-Zn 28 mengandalkan produk impor, yakni brass

14
Balitbang Kemhan, Naskah Kajian tentang Kecil (MKK) melalui Pendayagunaan Industri Dalam
Pembuatan Prototipe Kelongsong Munisi Kaliber Negeri, Perpustakaan Balitbang Kemhan, 2002.

Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 33


cup. Padahal Indonesia memiliki sumber individu atau kelompok yang dianggap
daya cuprum dan zinc, serta telah memiliki sebagai masalah. Metode kualitatif
perusahaan yang dapat memproduksi dengan pendekatan studi deskriptif
kumparan brass strip (70-30). Hal ini tidak adalah metode kualitatif untuk
sesuai dengan cita-cita dan tujuan mendapatkan data yang mendalam guna
kemandirian industri pertahanan mencari makna dari individu atau
nasional, serta rentan terhadap embargo kelompok tersebut15, yang dalam hal ini
yang dapat berakibat pada kelangkaan adalah masalah kemandirian bahan baku.
munisi yang merupakan salah satu Proses penelitian melibatkan pertanyaan
alutsista yang dibutuhkan dalam menjaga dan prosedur yang muncul, data yang
kedaulatan negara dari ancaman. Dari biasanya dikumpulkan dalam setting
permasalahan tersebut terdapat dua peserta, analisis data secara induktif
tujuan penelitian ini yaitu menganalisis dibangun dari beberapa hal ke tema
tingkat kesiapan manufaktur yang dimiliki umum, dan peneliti membuat interpretasi
PT Pindad saat ini dalam mengolah brass tentang makna data.
strip menjadi brass cup, dan menganalisis Laporan tertulis terakhir memiliki
faktor-faktor yang menghasilkan strategi- struktur yang fleksibel. Mereka yang
strategi yang dapat diaplikasikan dalam terlibat dalam bentuk penyelidikan ini
proses implementasi manufaktur mendukung cara untuk melihat penelitian
pengolahan brass strip menjadi brass cup yang menghormati gaya induktif, fokus
pada semua lini produksi munisi di PT pada makna individu, dan pentingnya
Pindad. menghadirkan kompleksitas situasi.
Teknik pengumpulan data dilakukan
Metode Penelitian dengan cara melakukan wawancara dan

Metode penelitian yang digunakan dalam pembagian kuisioner dengan para ahli

penelitian ini adalah metode penelitian yang berada di dalam PT Pindad,

kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif melakukan observasi lapangan, dan

merupakan pendekatan untuk pengumpulan data dan informasi secara

mengeksplorasi dan memahami makna tidak langsung dari berbagai sumber,

15
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed
Methods) (Cetakan ke-9), (Bandung: Alfabeta,
2017).
34 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
dokumen tertulis, studi dimiliki oleh PT Pindad. MRL merupakan
literatur/kepustakaan, dan penelitian sebuah matriks yang digunakan untuk
terdahulu. Secara ringkas, metode mengevaluasi tingkat kesiapan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. manufaktur suatu proses produksi
Manufacturing Readiness Level (MRL) dengan skala 1 sampai 10 16. Keterangan
digunakan untuk menganalisis tingkat masing-masing tingkatan MRL disajikan
kesiapan manufaktur brass cup yang pada Gambar 4.

Gambar 2. Metode Penelitian


Sumber: (Hasil olahan peneliti, 2017)

16
DoD of USA, Manufacturing Readiness Level
(MRL) Deskbook Version 2016.
Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 35
Gambar 3. Tingkatan MRL
Sumber: (DoD of USA, Manufacturing Readiness Level (MRL) Deskbook Version 2016, 2016)

Penilaian MRL terdiri dari kategori MRL pada sub-kategori terkait seperti
tingkat Technology Readiness Level (atau dijelaskan pada Tabel 3.
Tingkat Kesiapan Teknologi) dan Sembilan Matriks MRL digunakan untuk
kategori lainnya Masing-masing kategori menilai dan mengevaluasi tingkat
terdiri dari satu atau lebih sub-kategori kesiapan manufaktur PT Pindad dalam
sehingga total sub-kategori dalam memproduksi brass cup nya secara
penilaian MRL mencapai 23 (dua puluh mandiri. Penelitian dilakukan dengan
tiga) sub-kategori. Masing-masing sub- observasi lapangan dan wawancara
kategori memiliki indikator-indikator pada dengan para pakar dari PT Pindad yang
masing-masing tingkatan MRL yang terkait dengan penelitian ini. Setiap
pemenuhannya dalam suatu proses indikator pada setiap level MRL dalam sub-
produksi menentukan penilaian tingkatan kategori dinilai kriteria pemenuhannya

36 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


secara subjektif. Kriteria pemenuhan faktor strategis yang berpengaruh dalam
dibagi menjadi 4 (empat), yaitu: implementasi proses manufaktur brass
a. Terpenuhi cup di semua lini produksi yang memiliki
Kriteria ini dimunculkan pada level keterkaitan dengan brass cup. Proses
MRL jika indikator-indikator pada level analisis faktor strategis ini menggunakan
tersebut dipenuhi dan tidak memiliki analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
kendala atau masalah baik dalam Opportunities, Threats) untuk
persiapannya maupun dalam proses menentukan Faktor Strategis Internal
operasinya. (IFAS) yang terdiri dari Strengths
b. Terpenuhi – statis (Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan),
Kriteria ini dimunculkan khusus serta Faktor Strategis Eksternal (EFAS)
hanya pada indikator-indikator yang yang terdiri dari Opportunities
memperhatikan program perbaikan atau (Kesempatan) dan Threats (Ancaman).
peningkatan secara terus-menerus, Faktor-faktor tersebut didapat dari
dimana program tersebut tidak terlaksana pengolahan data kesiapan manufaktur,
atau tidak ditemui di lapangan, namun serta data lain yang dikumpulkan melalui
proses operasi masih dapat berjalan obervasi lapangan, observasi data historis,
dengan tidak ditemukan kendala atau dan wawancara. Setelah faktor-faktor
masalah yang signifikan. strategis diidentifikasi, dilakukan analisis
c. Terpenuhi sebagian silang untuk menentukan strategi-strategi
Kriteria ini dimunculkan jika berdasarkan persilangan antara faktor
indikator-indikator pada level tersebut Strengths dengan Opportunities (Strategi
memiliki kendala yang signifikan pada saat SO), faktor Weaknesses dengan
persiapan atau pengoperasiannya. Opportunities (Strategi WO), faktor
d. Tidak terpenuhi Strengths dengan Threats (Strategi ST)
Kriteria ini dimunculkan jika dan faktor Weaknesses dengan Threats
indikator-indikator pada level tersebut (Strategi ST).
tidak terpenuhi.
Setelah melakukan analisis
kesiapan manufaktur brass cup dengan
menggunakan penilaian MRL, maka
dilanjutkan dengan menganalisis faktor-

Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 37


Tabel 3. Definisi Kategori pada MRL
No. Kategori Definisi Sub Kategori
A Technology & Menggambarkan kapabilitas teknologi nasional Technology
Industrial Base dan basis industrinya untuk mendukung desain, Maturity
pengembangan, produksi, operasi, dukungan Technology
pemeliharaan tanpa gangguan dari sebuah Transition to
system dan pembuangan akhir (dampak Production
terhadap lingkungan). Manufacturing
Technology
Development
B Design Menggambarkan kematangan dan stabilitas dari Producibility
desain dan desain produk yang berkembang dan Program
setiap dampak yang terkait dengan kesiapan Design
manufaktur. Maturity
C Cost & Funding Menggambarkan kecukupan dan kemampuan Production
dana untuk mencapai tingkat kematangan Cost
manufaktur. Menjelaskan sejauh mana kajian Knowledge
terhadap risiko yang terkait dengan pencapaian (Cost
target biaya produksi, serta kematangan analisis Modeling)
pengurangan biaya secara terus-menerus. Cost Analisys
Manufacturing
Investment
Budget
D Materials Menjelaskan kajian yang telah dilakukan Maturity
terhadap analisis risiko yang terkait dengan Availability
bahan (bahan baku / dasar, komponen, bagian Supply Chain
setengah jadi dan subassembly). Management
Menggambarkan tingkat ketersediaan dan Special
kematangan material, manajemen rantai pasok Handling
dan penanganan khusus.
E Process Menjelaskan kematangan proses manufaktur Modeling &
Capability & yang dapat mecerminkan maksud desain Simulation
Control (pengulangan dan keterjangkauan) karakteristik Manufacturing
kunci produk. Menggambarkan kemampuan Process
pemodelan dan simulasi dalam mendukung Maturity
kematangan proses manufaktur dan Process Yields
produktivitas. & Rates
F Quality Menggambarkan kematangan analisis risiko dan Quality
Management manajemen upaya untuk mengendalikan Management
kualitas, dan mendorong perbaikan terus- including
menerus. Menggambarkan kematangan Supplier
manajemen kualitas supplier. Quality
Product
Quality
Supplier
Quality
Management

38 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


G Manufacturing Menggambarkan keterampilan, kesetiaan, dan Manufacturing
Personnel jumlah personil yang dibutuhkan untuk Personnel
mendukung proses manufaktur.
H Facilities Menggambarkan kemampuan dan kapasitas Tooling/Special
fasilitas manufaktur utama (primer, Test and
subkontraktor, pemasok, vendor, dan Inspection
perawatan / perbaikan) Equipment
Facilities
I Manufacturing Menggambarkan keharmonisan semua element Mfg Planning &
Management yang dibutuhkan untuk menerjemahkan Scheduling
rancangan ke dalam system yang terpadu dan Materials
terukur (memenuhi sasaran program untuk Planning
keterjangkauan dan ketersediaan).
Menggambarkan kematangan system
perencanaan dan penjadwalan produksi dan
pengadaan material.
Sumber: (DoD of USA, Manufacturing Readiness Level (MRL) Deskbook Version 2016, 2016)

Pemberian bobot, rating, Pemberian rating didasarkan pada


perhitungan total nilai IFAS dan EFAS, pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
serta penarikan strategi terbaik yang kondisi organisasi atau perusahaan (atau
dapat diaplikasikan dalam implementasi pengaruhnya terhadap keberlangsungan
proses manufaktur ini dilakukan secara proyek atau program jika analisis SWOT
kualitatif dengan penjabaran sebagai digunakan untuk hal tersebut). Skala
berikut 17: rating pada faktor Strengths dan
a. Pemberian Bobot Opportunities diberikan mulai dari 1 (paling
Bobot diberikan pada setiap faktor rendah pengaruhnya) sampai 4 (paling
IFAS dan EFAS mulai dari 0,0 (yang paling tinggi pengaruhnya). Namun pada faktor
tidak penting bagi organisasi atau Weaknesses dan Threats, skala diberikan
perusahaan) sampai 1,0 (yang paling secara kebalikannya, yakni mulai dari 4
penting bagi organisasi atau perusahaan). (paling rendah pengaruhnya) sampai 1
Pembobotan IFAS dan EFAS dilakukan (paling tinggi pengaruhnya). Pemberian
terpisah dengan total masing-masing tidak rating dengan nilai yang sama pada dua
boleh melebihi 1,0. faktor atau lebih diperbolehkan serta tidak
b. Pemberian Rating dibatasi dengan jumlah total.
c. Perhitungan Skor IFAS dan EFAS

17
Freddy Rangkuti, Teknik Membedah Kasus Bisnis OCAI (cetakan ke-18), (Jakarta: PT Gramedia
Analisis SWOT cara Perhitungan Bobot, Rating, dan Pustaka Utama, 2014), hlm. 19.

Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 39


Setelah Pemberian Bobot dan tersebut memiliki MRL dengan level 10
Rating selesai dilaksanakan, Bobot dan (sepuluh), yang merupakan tingkat
Rating pada masing-masing faktor kesiapan tertinggi. Untuk memudahkan
dikalikan dan ditotalkan secara terpisah dan mempersingkat waktu penelitian,
antara IFAS dan EFAS untuk menentukan penilaian MRL dilakukan dari level 10
skor masing-masing kelompok faktor (sepuluh) sesuai dengan indikator-
tersebut. indikator pada level tersebut. Jika
d. Penentuan Strategi yang dapat indikator-indikator pada level tersebut
Diaplikasikan tidak terpenuhi, maka penilaian dilakukan
Jika skor IFAS dan EFAS lebih besar pada level dibawahnya, yakni level 9
daripada 2, maka Strategi SO dipilih. Jika (sembilan). Begitu seterusnya hingga
skor IFAS lebih kecil atau sama dengan 2 indikator yang terkait terpenuhi.
dan skor EFAS lebih besar daripada 2, Hasil penilaian menunjukkan
maka Strategi WO dipilih. Jika skor IFAS bahwa kesiapan manufaktur brass cup
lebih besar daripada 2 dan skor EFAS lebih yang dimiliki PT Pindad berada pada level
kecil atau sama dengan 2, maka Strategi ST 10. Meskipun demikian, terdapat
dipilih. Jika skor IFAS dan EFAS lebih kecil beberapa indikator yang memperhatikan
atau sama dengan 2, maka Strategi WT program peningkatan terus-menerus,
dipilih. seperti pada indikator berlangsungnya
proses pengurangan biaya dalam sub-
Pembahasan kategori cost analysis dalam kategori cost
& funding; dan indikator proses
Setelah dilakukan observasi lapangan dan
peningkatan teknologi manufaktur secara
wawancara, produksi brass cup dari bahan
terus-menerus dalam sub-kategori
baku brass strip CuZn 10 yang dilakukan
manufacturing technology development
oleh Divisi Munisi PT Pindad sudah
dalam kategori technology & industrial
terlaksana dengan waktu yang cukup
base terpenuhi secara statis karena kondisi
lama, yakni dari tahun 2010, sehingga PT
teknologi, kapasitas, produktivitas, dan
Pindad memiliki waktu untuk
kualitas yang masih mampu mendukung
memperbaiki kestabilan produksi dan
kegiatan produksi penuh, sehingga
kualitas. Oleh karena sudah berjalan,
program peningkatan tidak dilakukan
dapat diasumsikan bahwa proses produksi
secara signifikan. Kondisi tersebut menjadi

40 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


koreksi bagi PT Pindad untuk terus kekhawatiran terhadap embargo bahan
berkomitmen melaksanakan program- baku yang dapat melumpuhkan industri
program peningkatan proses manufaktur pertahanan nasional, khususnya industri
tersebut, terutama untuk menghadapi munisi yang dimiliki oleh PT Pindad ini.
peningkatan permintaan setiap tahunnya. Cara mengatasi hal tersebut adalah
PT Pindad telah siap jika proses dengan memulai inisiasi penguasaan
manufaktur brass cup tersebut diterapkan teknologi manufaktur tersebut sampai ke
pada semua lini. Brass cup yang dimaksud hulu secara mandiri. Dengan demikian,
adalah brass cup yang kemudian dapat akan tercipta proses manufaktur yang
digunakan dalam proses pembuatan perlahan-lahan stabil dan matang.
selubung maupun selongsong munisi. Selanjutnya, melalui observasi
Kesiapan yang dimiliki Divisi Munisi PT lapangan, wawancara, data historis dan
Pindad antara lain mesin-mesin dop yang studi literatur, didapat Faktor Strategis
dapat kembali dioperasikan karena sudah Internal (IFAS) yang terdiri dari Strengths
lama tidak digunakan; luas lantai produksi (Kekuatan) dan Weaknesses (Kelemahan),
yang mencukupi untuk pelaksanaan serta Faktor Strategis Eksternal (EFAS)
proses produksi brass cup, serta luas lahan yang terdiri dari Opportunities
perusahaan yang dapat dimanfaatkan (Kesempatan) dan Threats (Ancaman)
untuk dibangun fasilitas bengkel; jumlah yang mempengaruhi implementasi proses
personel yang memadai, beserta manufaktur brass cup pada lini produksi
tersedianya karyawan harian yang dapat terkait di PT Pindad. Kemudian, dari
disiagakan jika terdapat kelebihan keempat kelompok faktor tersebut
permintaan; serta kesiapan operasional dilakukan analisis silang sehingga didapat
lainnya seperti administrasi dan rantai strategi menggunakan Kekuatan untuk
komando atau kooperasi antar memanfaatkan Kesempatan (Strategi SO),
departemen. strategi meminimalkan Kelemahan untuk
Meskipun demikian, implementasi memanfaatkan Kesempatan (Strategi
proses manufaktur tersebut harus tetap WO), strategi menggunakan Kekuatan
dianalisis untuk menentukan strategi yang untuk mengatasi Ancaman (Strategi ST)
dapat diaplikasikan. Hal tersebut perlu dan strategi meminimalkan Kelemahan
dilakukan untuk mewujudkan kemandirian dan menghindari Ancaman (Strategi ST).
industri pertahanan yang bebas dari

Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 41


Faktor kekuatan yang harus diperhatikan, karena jika dipenuhi
teridentifikasi berfokus kepada kesiapan oleh perusahaan sendiri, akan membebani
internal PT Pindad dalam melaksanakan pengeluaran perusahaan. Selain itu,
proses manufaktur brass cup CuZn 10 dari sinkronisasi sistem proses manufaktur
sisi penguasaan teknologi dan tersebut dengan lini produksi yang sudah
ketersediaan tenaga kerja. Wilayah pabrik ada harus dilakukan pada saat proses
yang masih luas sangat memungkinkan implementasi yang memerlukan waktu
perusahaan untuk mendirikan fasilitas dan biaya. Seringnya pergantian posisi
manufaktur brass cup tersendiri. Selain itu, kepemimpinan perusahaan dan jumlah
status perusahaan sebagai Badan Usaha tenaga ahli muda menjadi faktor
Milik Pemerintah Industri Strategis kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan
(BUMNIS) yang diperbolehkan dan masih yang dapat berdampak selama proses
satu-satunya perusahaan yang dapat implementasi tersebut berlangsung.
memproduksi munisi dapat dimanfaatkan Faktor kesempatan yang
untuk mencari mitra supplier bahan baku. teridentifikasi yaitu dukungan pemerintah
Faktor kelemahan yang terhadap kemandirian industri
teridentifikasi berfokus kepada halangan pertahanan. Pemerintah dapat
implementasi proses manufaktur itu mendukung melalui pemberian dana
sendiri dan kekurangan yang dimiliki investasi serta kebijakan terkait
perusahaan. Biaya investasi proses penggunaan konten lokal.
manufaktur merupakan halangan yang
Table 4. Rangkuman Hasil Pengolahan Nilai Total IFAS dan EFAS
IFAS Bobot Rating BXR EFAS Bobot Rating BXR

Strengths Opportunities
S1 0,135 3 0,41 O1 0,133 3 0,40
S2 0,133 3 0,40 O2 0,133 4 0,53
S3 0,138 3 0,42 O3 0,110 3 0,33
S4 0,120 3 0,36 O4 0,115 3 0,35

Weaknesses Threats
W1 0,140 2 0,26 T1 0,143 2 0,29
W2 0,130 2 0,28 T2 0,110 2 0,22
W3 0,085 2 0,17 T3 0,125 2 0,25
W4 0,117 2 0,23 T4 0,133 2 0,27
TOTAL 1 2,53 TOTAL 1 2,62

42 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


Sumber: (Hasil olahan peneliti, 2017)

Terdapatnya industri dalam negeri kebutuhannya, meskipun pemerintah


yang dapat memproduksi brass strip dapat melalui kebijakannya mengatur user untuk
menjadi faktor kesempatan bagi lebih mengutamakan pembelian produk
perusahaan untuk mencari supplier. pertahanan dalam negeri.
Selain itu, wilayah yang strategis juga Pemberian bobot dan rating pada
menguntungkan perusahaan dalam IFAS dan EFAS dilakukan dengan
merencanakan jalur rantai pasok yang memberikan kuisioner kepada responden-
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. responden ahli di PT Pindad dengan
Teknologi mesin manufaktur brass cup ketentuan pengisian kuisioner sudah
yang tersedia di pasaran dapat dijelaskan dalam metode penelitian.
memudahkan perusahaan dalam Kemudian hasil kuisioner diolah dan
memperoleh teknologi yang dibutuhkan. dikalkulasi nilainya untuk menentukan nilai
Faktor ancaman yang pada masing-maisng kelompok IFAS dan
teridentifikasi berakar dari masalah EFAS. Hasil kalkulasi menunjukkan bahwa
kualitas produk sebagai dampak dari nilai total IFAS adalah 2,53 dan nilai total
implementasi manufaktur baru yang EFAS adalah 2,62 yang disajikan pada Tabel
masih membutuhkan penyesuaian. 4 diatas. Oleh karena nilai total IFAS dan
Meskipun terdapat industri manufaktur EFAS lebih besar daripada 2, dengan
brass strip dalam negeri, namun kualitas demikian strategi yang paling baik untuk
produk supplier dikhawatirkan, karena diaplikasikan di dalam perusahaan adalah
kualitas produk supplier akan berdampak Strategi SO, yaitu:
kepada produk brass cup yang dihasilkan 1. Mengajukan permohonan kepada
oleh perusahaan. Inisiasi rantai pasok juga pemerintah untuk mendukung setiap
membutuhkan waktu dan biaya dalam aspek implementasi proses
pelaksanaannya. Selain itu, perusahaan manufaktur brass cup;
pesaing yang berasal dari luar negeri 2. Melakukan kajian terhadap bahan
memiliki sistem manufaktur brass cup yang baku dan industri brass strip dalam
sudah stabil. Faktor tersebut juga dapat negeri terhadap spesifikasi
mempengaruhi pelanggan dalam memilih perusahaan;
perusahaan yang sesuai dengan

Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 43


3. Melakukan kajian manajemen rantai yang sesuai dengan kebutuhan
pasok yang sesuai dengan kebutuhan implementasi; dan menjalin kemitraan
implementasi; strategis dengan perusahaan supplier
4. Menjalin kemitraan strategis dengan teknologi manufaktur brass cup.
perusahaan supplier teknologi Sesuai dengan salah satu strategi
manufaktur brass cup. jangka pendek PT Pindad, yaitu
Peningkatan Tingkat Kandungan Dalam
Kesimpulan Negeri (TKDN), maka salah satu cara untuk
mewujudkan strategi tersebut adalah
Tingkat kesiapan manufaktur proses
dengan melakukan implementasi proses
produksi brass cup dengan menggunakan
manufaktur brass cup pada lini produksi
bahan baku brass strip berada pada
yang memiliki hubungan dengan bahan
tingkat MRL 10. Meskipun demikian,
baku tersebut. Kesiapan PT Pindad dalam
terdapat beberapa indikator yang
memproduksi brass cup CuZn 10 menjadi
memperhatikan program peningkatan
faktor internal perusahaan yang
terus-menerus tidak terpenuhi karena
mendukung implementasi manufaktur
kondisi teknologi, kapasitas,
tersebut. Selain itu, dukungan dari
produktivitas, dan kualitas yang masih
pemerintah terhadap industri pertahanan
mampu mendukung kegiatan produksi
nasional, terutama dalam meningkatkan
penuh, sehingga program peningkatan
penggunaan bahan baku yang berasal dari
tidak dilakukan secara signifikan.
dalam negeri, serta terdapatnya industri-
Terdapat empat strategi yang dapat
industri nasional yang mampu
diaplikasikan dalam mendukung
memproduksi brass strip menjadi faktor
implementasi proses manufaktur brass
eksternal perusahaan yang mampu
cup secara menyeluruh oleh PT Pindad,
mendorong realisasi proses manufaktur
yaitu: mengajukan permohonan kepada
tersebut.
pemerintah untuk mendukung setiap
aspek implementasi proses manufaktur
Referensi
brass cup; melakukan kajian terhadap
Department of Defense of United States
bahan baku dan industri brass strip dalam
of America. (2016). Manufacturing
negeri terhadap spesifikasi perusahaan; Readiness Level (MRL) Deskbook
Version 2016. Department of Defense
melakukan kajian manajemen rantai pasok
of United States of America.

44 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019


Frederick, William H. dan Worden, Robert Herryanto, Eris. (2017). Komite Kebijakan
L. (2011). Indonesia: a Country Study Industri Pertahanan (Overview).
(6th Edition). Washington: U.S. Makalah dipresentasikan dalam
Government Printing Office. Perkuliahan Program Studi Industri
Karim, Silmy. (2014). Membangun Pertahanan, Universitas Pertahanan,
Kemandirian Industri Pertahanan. Bogor, 7 Juli.
Jakarta: Kepustakaan Populer
Perundang-undangan
Gramedia.
PT Pindad (Persero). (2017). Pindad Annual Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah
Report 2016. Bandung: PT Pindad Republik Indonesia Nomor 141 Tahun
(Persero). 2015 tentang Pengelolaan Industri
Rangkuti, Freddy. (2014). Teknik Pertahanan. Lembaran Negara
Membedah Kasus Bisnis Analisis Republik Indonesia Tahun 2015
SWOT cara Perhitungan Bobot, Nomor 364.
Rating, dan OCAI (cetakan ke-18). __________. Peraturan Presiden Republik
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Indonesia Nomor 59 Tahun 2013
Utama. tentang Organisasi, Tata Kerja, dan
RISTEK. (2009). Sains & Teknologi 2: Sekretariat Komite Kebijakan Industri
Berbagai Ide untuk Menjawab Pertahanan. Lembaran Negara
Tantangan & Kebutuhan. Jakarta: PT Republik Indonesia Tahun 2013
Gramedia Pustaka Utama. Nomor 129.
Singh, Daljit dan Salazar, Lorraine C. __________. Undang-Undang Republik
(2006). Southeast Asian Affairs 2006. Indonesia Nomor 3 Tahun 2002
Singapore: ISEAS Publications. tentang Pertahanan Negara.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Lembaran Negara Republik
Kombinasi (Mixed Methods) Indonesia Tahun 2002 Nomor 3.
(Cetakan ke-9). Bandung: Alfabeta. __________. Undang-Undang Republik
Susanto dan Munaf, Dicky R. (2015). Indonesia Nomor 16 Tahun 2012
Komando dan Pengendalian tentang Industri Pertahanan.
Keamanan dan Keselamatan Laut: Lembaran Negara Republik
Berbasis Sistem Peringatan Dini. Indonesia Tahun 2012 Nomor 183.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yihdego, Zeray. (2007). The Arms Trade
and International Law. Portland: Hart
Publishing.
Jurnal
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pertahanan. (2002).
Naskah Kajian tentang Pembuatan
Prototipe Kelongsong Munisi Kaliber
Kecil (MKK) melalui Pendayagunaan
Industri Dalam Negeri. Perpustakaan
Balitbang Kemhan.
Presentasi

Analisis Kesiapan PT Pindad dalam Memproduksi ... | T. Siahaan, S. Aritonang, E. Putra | 45


46 | Jurnal Industri Pertahanan | Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai