Anda di halaman 1dari 14

ANALSIS PENDEKATAN MITIGASI RISIKO PADA AKTIVITAS

RANTAI PASOK DENGAN METODE PENDEKATAN SUPPLY


CHAIN OPERATION REFERENCE SERTA METODE HOR (HOUSE
OF RISK) DI PT. BARENTZ
MUHAMMAD RIDHO, KAREL MANDAGIE DAN W. TEDJA BHIRAWA
Program Studi Teknik Industri, Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma,
Jakarta
Ridhomuh10@gmail.com

ABSTRAK

Dalam proses rantai pasok ditemui berbagai risiko yang dapat mempengaruhi alur
rantai pasok tidak dapat berjalan lancar. Untuk mengurangi dan mengatasi berbagai risiko
yang terjadi tersebut diperlukan upaya perbaikan kinerja rantai pasok secara bertahap dan
dilakukan terus-menerus (berkelanjutan). PT. Barentz merupakan perusahaan yang bergerak
di bidang penjualan Bahan baku dengan produk berupa asam amino, protein, sereal dan
lain-lain.
Aktivitas bisnis terdapat risiko yang perlu dikelola agar aliran supply chain perusahaan
dapat berjalan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko- risiko serta agen risiko
yang dapat terjadi pada aliran supply chain perusahaan, dan merancang strategi
penanganan yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak risiko. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu House of Risk (HOR) Metode yang digunakan dalam
identifikasi dan evaluasi merupakan pengembangan metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA). Pada identifikasi risiko, digunakan metode Supply Chain Operation
Reference (SCOR) Hasil penelitian menunjukkan terdapat 29 potensi risiko dengan 28 agen
risiko yang teridentifikasi. daengan diagram pareto di dapat 10 Risk agent menggunakan
prinsip 60/40 Melalui peta matrix impact melalui skla likeart terdapat 4 agen risiko yang level
dampak serta tingkat kemungkinan terjadinya tinggi. Kemudian pada HOR fase 2 dilakukan
prioritas strategi penanganan Terdapat 18 strategi penanganan yang diusulkan untuk dapat
mengurangi probabilitas timbulnya Agen risiko dalam supply chain perusahaan. Didapatkan
10 prioritas strategi penanganan dan melalui diagram paerto mengguakan peinsip 40/60
sehingga di dapat 4 prioritas strategi penanganan. dipilih untuk dilakukan perancangan
strategi penanganan.

Kata kunci : Risiko, Supply Chain Management, SCOR, House of Risk.

149
PENDAHULUAN Maka dengan timbulnya resiko
Dalam Lingkungan industri global, tersebut dibutuhkan parameter-
perubahan yang di alami sangat drastis parameter tersebut untuk mengatur dan
sehingga beberapa perusahaan dalam mengelola resiko dengan konsep supply
perkembangannya menghadapi berbagai chain risk management (SCRM) yang
persoalan yang serba rumit, sehingga menjadi hambatan pada proses aktifitas
menuntut para pengelola industri untuk supply chain. Dilihat dari permasalahan
menghitung matang-matang dalam tersebut maka penulis mengambil judul
setiap pengambilan keputusan, untuk “Analisis mitigasi risiko pada aktifitas
dapat mengelola industri secara cermat rantai pasok dengan pendekatan supply
dan fleksibel yang dapat memberi chain opration reference (SCOR) serta
kontribusi terhadap kelanjutan sebuah metode House OF Risk (HOR)”.
perusahaan.
Risiko tidak dapat di hilangkan METODE
melainkan dapat di olah berdasarkan Metode penelitian yang diadopsi
kebutuhan perusahaan, Penanganan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
resiko dapat dilakukan tersruktur dan metode.
masif dapat berkontribusi terhadap
perbaikan kinerja perusahaan, sekaligus Supply Chain Operation Reference
menambah keuntungan dengan (SCOR)
mengurangi terjadinya kerjadian yang Salah satu tool untuk pemetaan
tak diharapkan dalam proses aktifitas aktivitas pada proses yang ada pada
bisnis. Dengan konsep SCRM perusahaan. Menurut ulfah, et al (2016)
diharapkan tantangan bisnis masadepan alasan menggunakan metode scor
berupa ketidakpastian dapat ditangani, karena metode ini bisa mengukur kinerja
sehingga dapat menghasilkan rantai rantai pasok secara obyektif
pasok (supply chain) yang tangguh. berdasarkan data-data yang ada serta
PT Barentz yang merupakan bisa mendapatkan data-data subyektif
perusahaan penyedia bahan baku untuk yang mana perbaikan perlu dilakukan.
industri farmasi, perawatan pribadi & Penerapan metode SCOR pada supply
rumah, makanan & nutrisi, dan industri chain management menyediakan
nutrisi hewan untuk di distribusikan ke pengamatan dan pengukuran proses
domestik dengan pengambilan raw supply chain secara menyeluruh. Ada 5
material dari luar atau import. yang proses kunci dalam mtode scor ini yaitu
diamana untuk proses alur barang dari plan, source, make, deliver dan return.
proses upstream (hulu) sampai dengan Scor melakukan penguraian atau
proses downstream (hilir) dikerjakan dekomposisi proses dari yang umum ke
oleh pihak internal yang melibatkan yang detail pada level 1 dinamakan
department tertentu, pada cangkupan dengan top level (tipe proses)
dari supply chain management yang di mendefinisikan cakupan untuk lima
dalamnya terdapat kendala-kendala proses manajemen inti model SCOR.
hambatan pasokan bahan baku datang
tidak tepat waktu, pengiriman terhambat,
permintaan barang supplier tidak
menentu, handling material dan
penyimpanan belum terlalu efisien,
complain dari customer, dan lain
sebagainya.

150
Tabel 1. Aktivitas SCOR
Proses Kode Aktivitas
Plan C1 perencanaan pengadaan bahan baku
C2 perencanaan & pengendalian persediaan
C3 perencanaan kebutuhan distribusi
Source C4 pemilihan supplier dan kontrak
C5 pemenuhan bahan baku sesuai SOP
C6 Penjadwalan pengiriman dari supplier
Make C7 penyimpanan bahan produk
C8 pemeriksaan kualitas produk
C9 Pemeliharaan fasilitas pendukung proses penyimpanan
Deliver C10 Order management, transportasi, dan distribus
C11 pemilihan logistik provider
C12 Aktivitas

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA.


Failure Mode and Effects
Analysis (FMEA) adalah metodologi Dampak (severity)
yang dirancang untuk mengidentifikasi Severity adalah tingkat keparahan
moda kegagalan potensial pada suatu atau keseriusan efek yang ditimbulkan
produk atau proses sebelum terjadi, oleh mode kegagalan. Dalam menentukan
mempertimbangkan risiko yang berkaitan tingkat kerusakan (severity), dapat
dengan moda kegagalan tersebut, ditentukan seberapa serius kerusakan
mengidentifikasi serta melaksanakan yang dihasilkan. Nilai rangking severity
tindakan korektif untuk mengatasi diantara 1 sampai 10, dimana skala 1
masalah yang paling penting. FMEA menunjukan tidak ada dampak dan skala
digunakan untuk memberikan rekomendasi 10 menunjukan dampak bahaya. Berikut ini
tindakan perbaikan yang tepat. Pembuatan tabel dari kemungkinan adanya risko dari
FMEA bertujuan identifikasi dan menilai tiap-tiap aktifitas. Lalu aktifitas tersebut di
risiko yang berhubungan dengan potensi nilai berapa besar dampaknya. . Penilaian
kegagalan. kriteria yang membantu dalam skala tersebut di nilai oleh expert yang ahli
penilaian, tetapi untuk metode HOR hanya di bidang tersebut.
menggunakan beberapa kriteria dari

Tabel 2. Dampak Severity


Aktivitas Risk Event (Kejadian Risiko) Kode Severity
Plan Kesalahan perhitungan dalam perencanaan bahan E1 1
baku
Perencanaan anggaran yang akan digunakan E2 5
kuratepat
ketidakpastian order dari konsumen E3 6
Perubahan mendadak dalam perencanaan distribusi E4 5
Tidak mampu memenuhi order dari konsumen E5 9

151
Tabel 2. Dampak Severity
Aktivitas Risk Event (Kejadian Risiko) Kode Severity
Source Pemutusan kontrak secara mendadak E6 9
Miss komunikasi dengan supplier E7 10
Legalitas produk tidak ada dokumen pendukung E8 10
Kedatangan bahan baku terlambat E9 4
Supplier tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan E10 7
bahan baku
Kualitas bahan baku di bawah standar E11 5

Aktivitas Risk Event (Kejadian Risiko) Kode Severity


Make terjadi kesalahan dalam proses pengepakan E12 5
Kesalahan pekerja dalam inspeksi bahan baku E13 4
Terjadi kecelakaan kerja E14 7
Stok bahan baku kurang E15 5

Aktivitas Risk Event (Kejadian Risiko) Kode Severity


Deliver Keterlambatan proses distribusi E16 5
adanya jumlah permintaan mendadak dari E17 1
konsumen
terjadinya kecelakaan dalam perjalanan proses E18 4
pengiriman
inspeksi kualitas kurang teliti E19 7
kesalahan pemberian label E20 2
produk rusak dalam penyimpanan E21 4
pembatalan sepihak dari logistic provider E22 8
keterlambatan pengiriman produk E23 4
pengiriman produk tidak sesuai permintaan E24 5
konsumen
produk rusak dalam perjalanan E25 5

Aktivitas Risk Event (Kejadian Risiko) Kode Severity


Return adanya produk cacat yang di kembalikan oleh E26 6
konsumen
keterlambatan pengembalian produk ke konsumen E27 4
biaya tambahan di luar perkiraan E28 6
terlambatnya penggantian bahan baku dari supplier E29 1

Tabel 3 merupakan tabel yang menunjukkan nilai skala severity.

Tabel 3. Nilai Skala Severity


Skala Keterangan
1 Tidak ada dampak
2 Sangat Sedikit
3 Sedikit
4 Kecil
5 Sedang
6 Signifikan
7 Besar
8 Sangat besar
9 Serius

152
Tingkat Kejadian (Occurrence) dengan kondisi aktual yang pada
Tingkat frekuensi kejadian dari kegagalan. perusahaan yang hitungan skala
Dalam menentukan occurrence ini dapat occurance 1 sampai dengan 10) nilai
ditentukan seberapa banyak gangguan pembobotan tersebut didapat dari
yang dapat menyababkan risiko. Risk pendapat expert sesuai dengan salah
agent atau agen risiko merupakan satu kriteria yang ada dalam penilaian
kejadian yang kemungkinan menyebabkan untuk menentukan skala dampak dari
timbulnya suatu kejadian risiko yang potenisi risiko tersebut.
merugikan perusahaan. Penilaian tingkat
kemunculan adalah nilai kemungkinan Metode Failure Mode and Effect
risiko itu terjadi, dan nilai ini di sesuaikan Analysis.

Tabel 4. Skala Risk Agent


Kode Risk Agent Occurance PIC
A1 Ketidaktelitian perencanaan pembelian produk 3 PPIC
A2 Ketidakpastian jumlah order dari konsumen 5 PPIC
A3 kenaikan biaya pengiriman produk ke konsumen 4 PPIC

A4 Ketidakmampuan supplier dalam menyediakan 1 PPIC


bahan baku secara kuantitas
A5 Stok barang jadi di gudang tidak mencukupi 7 Warehouse
A6 Bahan produk habis 6 Warehouse
A7 Sistem manajemen yang tidak terintegrasi antar lini 7 Management
A8 Kedatangan bahan baku terlambat dari supplier 6 PPIC
A9 Tertundanya proses aktifitas pengiriman ke 8 Warehouse
konsumen
A10 sistim online belum mendukung 5 Management
A11 pemesanan produk secara mendandak 5 PPIC
A12 kenaikan upah buruh kerja tidak tetap (borongan) 1 Management
A13 Ketidaktelitian dalam perencanaan produksi 1 PPIC
A14 SOP tidak di patuhi oleh sebagian pekerja 8 Management
A15 Aliran listrik terhenti 7 Management
A16 Kurang pedulian pekerja terhadap K3 8 Management
A17 Kelangkaan bahan baku persediaan 6 PPIC
A18 Kondisi alat transportasi yang tidak layak dan rusak 7 Warehouse
A19 kemacetan saat proses pengiriman ke konsumen 8 Warehouse
A20 Manajemen gudang yang kurang baik 5 Warehouse

153
Tabel 4. Skala Risk Agent
Kode Risk Agent Occurance PIC
A21 faktor iklim negara supplier buruk 6 PPIC
A22 kesalahahan dalam peramalan permintaan pasar 7 PPIC
A23 kerusakan barang saat proses pengiriman 6 Warehouse
kerusakan barang saat proses pengiriman dari
A24 7 PPIC
supplier
Pekerja yang kurang kompeten atau dalam proses
A25 6 Management
training
Cuaca buruk saat saat pengiriman barang dari
A26 7 PPIC
supplier
A27 proses loading dan unloading yang tidak sesuai sop 7 Warehouse
A28 keterbatasan tempat penyimpanan produk 8 Warehouse

Serta mengajukan kuisioner pada expert selanjutnya di lakukan penilaian tingkat hubungan
(correlation).
Tabel 5. Nilai skala hubungan
Tingkat Correlation
Ranking Keterangan
0 Tidak Ada Hubungan
1 Hubungan Lemah
3 Hubungan Sedang
9 Hubungan Kuat

Dari nilai severity, occurance, dan dijadikan fungsi untuk menentukan


nilai korelasi dapat di identifikasi nilai prioritas risk agent yang perlu untuk/ di
agregat risk potenisal (ARP) untuk tangani terlebih dahulu (prioritas) nilai
masing-masing agen risiko. Nilai ARP ini ARP dapat di hitung melalui rumus:

𝐴𝑅𝑃𝑗 = 𝑂𝑗∑𝑆𝑖𝑅𝑖𝑗

Semua perhitungan ARP dapat di poentsi risiko tersebut.


lihat pada tabel matrix HOR fase 1 (satu).
Setelah diketahui semua nilai dari ARP House of Risk Fase I
dari perhitungan antara gabungan dari Merupakan tahap yang dilakukan
risk event dan risk agent maka dapat untuk mengidentifikasi risiko yang akan
diketahui ranking dari masing-masing ditangani. Data yang dibutuhkan adalah
ARP yang kemudaian dapat dijadikan data kejadian risiko (risk event),
ranking priority atas ARP. Setelah semua penyebab risiko (riskMenunjukkan
nilai ranking ARP sudah di ketahui persoalan utama yang dominan dan
selanjutnya evaluasi kejadian risiko yaitu segera perlu diatasi.
mementukan agen risiko mana yang a. Menyatakan perbandingan masing-
prioritas di beri penanganan. masing persoalan yang ada dan
kumulatif secara keseluruhan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini adalah hasil pengukuran
Pada bagian ini akan dari 10 prioritas ARP pada Agent
menjelaskan hasil dari prioritas potensi risiko.
risiko serta tindakan preventif dari

154
1400 150
%
1300
1200
1100 120
1000
900 93
86 %
800 78 %
% AR
700 69 P
600 59 % 60 Persentas
% % e
500 48
%
400 37
% 30
300 25 %
%
200 13
100 %
0
%
A8 A22 A14 A2 A27 A18 A9 A5 A25 A23

Gambar 1. Skala Pareto

Diagram Pareto menggambarkan bahwa 60% kejadian


Diagram Pareto adalah sebuah risiko berasal dari 40% agen risiko
proses stratifikasi dan penentuan yang menyebabkannya (risk agent).
tingkatan berdasarkan data yang ada. Semua elemen yang berada di sebelah
kegunaan diagram pareto adalah kiri garis 60% adalah elemen kunci
sebagai berikut yang paling menyebabkan masalah
Dari prinsip pareto yang pada aliran rantai pasok.
digunakan adalah aturan 60/40 yang

Tabel 6. Nilai Prioritas ARP


Ran Occur
Kode Risk Agent PIC ARP
king ance
Kedatangan bahan baku terlambat
1 A8 6 PPIC 1332
dari supplier
kesalahahan dalam peramalan
2 A22 7 PPIC 1302
permintaan pasar
SOP tidak di patuhi oleh sebagian
3 A14 8 Management 1248
pekerja
Ketidakpastian jumlah order dari
4 A2 5 PPIC 1140
konsumen
proses loading dan unloading yang
5 A27 7 Warehouse 1127
tidak sesuai sop
Kondisi alat transportasi yang tidak
6 A18 7 Warehouse 1029
layak dan rusak
Tertundanya proses aktifitas
7 A9 8 Warehouse 984
pengiriman ke konsumen
Stok barang jadi di gudang tidak
8 A5 7 Warehouse 861
mencukupi
Pekerja yang kurang kompeten
9 A25 6 Management 732
atau dalam proses training
kerusakan barang saat proses
10 A23 6 Warehouse 702
pengiriman

155
Berdasarkan nilai occurrence dari kategori avoid, artinya risiko dengan
sumber risiko terpilih, maka dapat dampak besar dan probabilitas tinggi.
dilakukan penilaian tingkat risiko Warna kuning menunjukkan risiko
berdasarkan kondisi masing- masing tersebut masuk kategori transfer risk,
dampak, dan dilakukan penanganan artinya risiko yang memiliki dampak
terhadap sumber risiko terpilih. impact besar namun probalitasnya rendah atau
matrix di dapat melalui penelitian jarang terjadi. Untuk warna hijau
wawancara dengan cara menjaring menunjukkan risiko tersebut masuk
pendapat mengenai keterhubungannya kategori man age risk, artinya risiko yang
dalam aktfitas matrix probabilitas serta mempunyai dampak kecil namun
dampak untuk mengetahui risiko mana probalibilitasnya tinggi.
yang kemungkinan terjadinya. Berikut merupakan nilai skala
likeart, nilai tersebut ada lima penilaian
Peta impact matrix dari sangat rendah sampai sangat tinggi
Warna yang ada pada gambar atau dampak dan kemungkinannya tinggi jika
peta matriks risiko di atas menunjukkan tidak di tangani pencegahannya dengan
kategori risiko, dimana warna merah segera.
menunjukkan risiko tersebut masuk

Tabel 7. Nilai Skala Impact matrix


Tingkatan Dampak Probabilitas
(Severity ) (Occurance )
Sangat Rendah 1 1
Rendah 2 2
Sedang 3 3
Tinggi 4 4
Sangat Tinggi 5 5

Berikut ini hasil dari penilaian tingkat berikut ini hasil wawancara dengan
setelah di lakukakan penilaian skala expert dan mendapakan nilai dari skala
impact matrix dari probabilitas risiko tersebut:

Tabel 8. Penilaian Impact Matrix


Proba Dam
Kode Risk Agent
bilitas pak
A8 Kedatangan bahan baku terlambat dari supplier 4 4
A22 kesalahahan dalam peramalan permintaan pasar 2 3
A14 SOP tidak di patuhi oleh sebagian pekerja 2 2
A2 Ketidakpastian jumlah order dari konsumen 3 2
A27 proses loading dan unloading yang tidak sesuai sop 4 3
A18 Kondisi alat transportasi yang tidak layak dan rusak 5 1
A9 Tertundanya proses aktifitas pengiriman ke konsumen 3 2
A5 Stok barang jadi di gudang tidak mencukupi 4 3
A25 Pekerja yang kurang kompeten atau dalam proses 2 1
training
A23 kerusakan barang saat proses pengiriman 1 4

Proses identifikasi kejadian risiko lain untuk mendapatkan satu


dan agen risiko dilakukan dengan cara pernyataan yang disetujui oleh semua
brainstorming dengan ahli pada setiap pihak perusahaan.. Melalui perhitungan
bidang/proses rantai pasok yang skala likeart diketahui ada 4 (empat) risk
kemudian diverifikasi satu dengan yang agent yang level

156
Tabel 9. Hasil Impact Matrix
Level Dampak (Severity )
Tingkat Kemungkinan 1 2 3 4 5
(Occurance) sangat sangat
rendah sedang Tinggi
rendah tinggi
5 sangat tinggi
4 Tinggi A8
3 Sedang A22 A9, A27
2 Rendah A14 A2, A25
1 sangat rendah A5 A23 A18

Penjelasan dalam matix diatas Seperti keterlambatan bahan baku


adalah tools dari metode yang diadopsi sampai dari supplier (A8) yang bisa
dari metode fmea, metode ini membantu menyebabkan kekurangan stok bahan
untuk tingkat prioritaskan risko baku (A5) ada beberapa faktor yang
menggunakan kombinasi skor antara menyebabkan keterlambatan barang
probabilitas dan impact dari risiko, arti sampai salah satunya kondisi cuuaca
dalam masing-masing warna terdapat yang tidak bisa di perkirakan dan bagian
pengertian. terdapat berdasarkan posisi freight forward kurang berkompeten
sumber risiko dalam peta matrix risiko dalam hal kecepatan pengiriman dan
diatas, diketahui terdapat 5 (lima) proses handling. kesalahan dalam
sumber risiko yang ada dipeta berwarna peramalan permintaan pasar (A22) juga
merah. Hal ini mengidentifikasikan menjadi kendala yang akan
sumber risiko berada di kondisi avoid menyebabkan kesalahan dalam
posisi tinggi atau kritis apabila tidak di perhitugan stok kuantitas barang serta
tangani dengan cepat. Selain itu terdapat (A27) kesalahan dalam proses loading
3 (tiga) sumber risiko yang berada dipeta dan unloading yang menyebabkan
berwarna kuning, hal ini barang produk rusak, yang ketiga yang
mengidentifikasikan sumber risiko menjadi potensi risiko adalah
berada di posisi yang berdampak besar ketidakpedulian pekerja terhadap K3
namun probabilitasnya rendah dan (A14) karana kurangnya perhatian dan
masuk dalam kondisi transfer risk, kurangnya arahan serta peraturan yang
sehingga diperlukannya pengelolaan ada di dalam perusahaan diperlukan
sumber risiko secara rutin dan penanganan serius karena bisa
pengendalian secara efektif. Pada peta berdampak pada nyawa pekerja itu
berwarna hijau terdapat 2 (dua) Sumber sendiri.
risiko yang terdapat.
Setelah diidentifikasi terdapat
potensi kejadian risiko sebanyak 28,
yang terbagi dari 5 potensi pada
perencanaan (plan), 6 potensi pada
proses pengadaan (source), 4 potensi
kejadian risiko pada proses aktifitas
(make),8 potensi pengiriman (delivery)
dan 4 potensi proses pengembalian
(return). Masing-masing agen risiko bisa
menyebabkan terjadinya satu atau lebih
kejadian risiko (Kusnindah et al, 2015).

157
Selain itu Agen risiko selanjutnya reputasi bisnis perusahaan.
adalah pekerja yang kurang kompeten
(A25). Sistem kontrak harian yang House of risk (HOR) fase 2
diperlakukan oleh perusahaan menjadi Tahap ini akan dilakukan
faktor utama terjadinya agen risiko ini. penanganan terhadap risiko dengan
Pekerja akan dipanggil untuk bekerja menentukan penyebab risiko yang perlu
sesuai dengan kebutuhan aktifitas ditangani dan mengidentifikasi tindakan
sehingga pergantian pekerja menjadi hal pencegahan dengan
yang lumrah pada perusahaan. Selain mempertimbangkan korelasi antara
itu sistem perekrutan yang longgar tindakan preventif dengan agen risiko,
dengan mudahnya pekerja senior keefektifan setiap tindakan dan tingkat
membawa pekerja baru untuk masuk kesulitan melakukan tindakan.
perusahaan membuat kompetensi Setelah di ketahui prioritas risk agent
pekerja sangat kurang. yang akhirnya selanjutnya di tahapan House Of Risk
berimbas pada barang produk yang fase 2 ini adalah melakukan strategi
rusak dalam penanganan pemindahan penanganan atau pencegahan terhadap
proses. risk agent dominan tersebut. risiko.
Risiko juga terdapat pada persoalan Tahap-tahap dalam HOR fase 2 yaitu
ketidakpastian permintaan dan pesasnan perancangan strategi penanganan,
mendadak dari customers (A2), penilaian tingkat hubungan antara
terkadang stok barang di gudang tidak strategi penanganan dengan agen risiko
mencukupi karena permintaan yang ada, menghitung nilai Total
mendadak dari customers, potensi dari Effectifness (TE) dan Degree of
akibat dari permintaan produk barang Difficulty (Dk) serta menghitung rasio
tidak di penuhi bisa membuat tingkat Effectifness to Difficulty (ETD)
kepercayaan customers cenderung untukmengetahui rangking prioritas
meurun serta reputasi perusahaan untuk dilakukan.
buruk. Lalu permasalahan pada proses Ada beberapa tahapan dalam memilih
pengantaran produk sampai ke strategi penenganan risiko, diantaranya
customers (delivery) sistem pengantaran adalah
produk di bawah manajemen Logistik, a. Pemilihan strategi penanganan risiko.
PT.barentz mempunyai armada Satu strategi penanganan bisa jadi
sebanyak 9 unit type colt yang maksimal mempengaruhi beberapa agen risiko
pengangkutan berkapasitas 10 Ton dan satu agen risiko bisa memiliki
masing-masing. Permaslahan terjadi beberapa strategi penanganan yang
karna keterlambatan serta kerusakan mungkin dilakukan, langkah Strategi
produk saat pengiriman ke customer penanganan tersebut didapatkan
(A9). Hal ini mengakibatkan pada melalui wawancara dan diskusi
penolakan barang dari customers yang dengan expert. Berikut merupakan
akibatnya barang tersebut masuk prioritas strategi penanganan untuk
kategori reject. dan customers setiap risk agent terpilih :
mememinta return produk. Ada indikasi
kerusakan barang dalam proses b. Korelasi strategi penanganan dengan
pengiriman seperti proses loading dan agen risiko. Korelasi atau tingkat
unloading yang tidak sesuai sop dan hubungan antara strategi penanganan
tidak bersih container Box truk yang dengan agen risiko menggunakan 4
mengakibatkan produk tidak steril. Hal ini skala yaitu nilai 0 tidak ada korelasi,
merupakan kejadian serius yang harus di dan nilai 1, 3, 9, menunjukkan secara
tanggulangi karena mengakibatkan berurutan korelasi lemah, sedang,
kerugian dari segi waktu, financial, serta dan kuat.

158
Tabel 10. Strategi Penanganan Risiko
Kode Strategi Penanganan
PA1 penetapan time fence batasan pembelian barang
PA2 jalin komunikasi yang lebih baik dengan berbagai pihak
PA3 menggunakan multiply supply bases
PA4 menetapkan sales dan operation planning
membuat penetapan sistem pemilihan serta membuat kontrak
PA5
dengan supplier
melakukan penilaian kinerja untuk mengukur, memperbaiki peranan
PA6
strategis karyawan
PA7 mengadakan pelatihan dan evaluasi bagi karyawan
PA8 memperbaiki sistim informasi pengelolaan data persediaan barang
PA9 implementasi Statical procces contol
PA10 alokasikan sarana penunjang aktifitas rantai pasok
PA11 pemberian reward, punishment , dan motivasi pekerja
PA12 menguatkan nota kesepakatan dengan supplier
PA13 pembuatan display sop pada tiap proses aktifitas
PA14 perencanaan pengadaan sejak dini
PA15 komunikasi dengan buyer
PA16 komunikasi dengan jasa ekspedisi serta saran peremajaan armada
PA17 melakukan maintenance dan sterilisasi armada
PA18 Menerapakan safety stock metode

Nilai hasil dari korelasi tersebut ada pada diusulkan untuk mengeliminasi atau
matrix HOR fase 2 mangurangi kemungkinan dari
c. Perhitungan nilai Total efektivitas dari terjadinya agen risiko. Hasil lainnya
hasil korelasi antara strategi sudah terangkum pada matrix House
penanganan dan agen risiko. of risk fase 2
d. Berikut rumus untuk perhitungan e. Menetapkan peringkat strategi
dari total efektivitas pada metode penanganan. Penetapan peringkat
𝑇𝐸𝑘 ditujukan untuk mempriorias strategi
HOR fase 2 . 𝐸𝑇𝐷𝑘 = 𝐷𝑘 Berikut ini
penanganan risiko fase2 berdasarkan
contoh perhitungan dari rasio
nilai ETD tertinggi. Urutan strategi
effectifeness of difficulty. 𝐸𝑇𝐷1 =
7749 penanganan atau preventive action
3
= 2583 dapat dilihat pada tabel matrix house
of risk fase 2.
Terdapat 18 strategi penanganan yang

159
Tabel 11. House of risk 2

Tabel 12. Peringkat Strategi Penanganan

Kode Strategi Penanganan Ranking


PA2 jalin komunikasi yang lebih baik dengan berbagai pihak 1
PA18 penerapan safety stock 2
PA17 melakukan maintenance dan sterilisasi armada 3
PA13 pembuatan display sop pada tiap proses aktifitas 4
melakukan penilaian kinerja untuk mengukur, memperbaikiperanan
PA6 5
strategis karyawan
membuat penetapan sistem pemilihan serta membuat kontrak
PA5 6
dengan supplier
PA4 memetapkan sales dan opration planning 7
PA15 komunikasi dengan buyer 8
PA3 menggunakan multipply supply bases 9
PA12 menguatkan nota kesepakatan dengan supplier 10
PA14 perencanaan pengadaan sejak dini 11
PA9 implementasi Statical procces contol 12
PA11 pemberian reward, punishment , dan motivasi pekerja 13
PA1 penetapan time fence batasan pembelian barang 14
PA16 komunikasi dengan jasa ekspedisi serta saran peremajaan armada 15
PA10 alokasikan sarana penunjang aktifitas rantai pasok 16
PA7 mengadakan pelatihan dan evaluasi bagi karyawan 17
PA8 memperbaikisistim informasi pengelolaan data persediaan barang 18

Untuk mempermudah dalam tertinggi pada tindakan merupakan


mengetahui strategi penanganan yang prioritas strategi penanganan untuk setiap
dilakukan peringkat aksi penanganan risk agent terpilih

160
Gambar 2. Pareto strategi penanganan

Dengan pertimbangan dan harapan potensi risiko pada tahap source


efektifnya strategi penanganan yang (pengadaan), 4 potensi risiko pada tahap
diterapkan, maka hanya 60% dari total make (melakukan aktifitas), 4 potensi
kumulatif nilai ETD yang akan diambil. pada deliver (distribusi) dan 4 potensi
Sehingga ada 4 strategi teratas yang risiko pada tahap return (pengembalian).
direkomendasikan untuk dilakukan. ada tiga agen risiko yang masuk skala
Strategi penanganan tinngi dan tingkat kemungkinannya
a. Tingkatan pertama dari tingkat bervariasi dari tingkat tinggi hingga
pencegahan dengan nilai ETD tertinggi sangat rendah. yaitu keterlambatan
yaitu 18834 adalah jalin komunikasi barang sampai dari supplier (A8) dengan
dengan berbagai pihak (PA2) baik dari nilai Agregat risk priority sebesar
supplier, freight forwader, dan 1332 ,kerusakan barang saat proses
customers. dengan nilai agregat risk priority
b. Tingkat ke dua yang memlikinilai ETD sebesar 984 (A9), proses loading dan
sebesar 7499.25 adalah penetapan unloading tak sesuai SOP (A28) nilai
safety stock barang (PA18) untuk agregat risk priority sebesar 1127.
persediaan yang diadakan untuk Metode strategi penanganan House
mencegah terjadinya kekurangan of Risk fase 2 merupakan tahapan untuk
persediaan mendapatkan strategi penanganan yang
c. Tingkat Ketiga dengan nilai ETD 5971.5 bisa dilakukan untuk mengurangi
melakukan sterialisasi dan maintenance kemungkinan terjadinya agen risiko.
(PA17) armada untuk menanggulangi Berdasarkan 10 agen risiko dari HOR 1,
terjadinya hambatan- hambatan yang diusulkan 18 strategi penanganan yang
terjadi pada proses distribusi barang ke mungkin dilakukan dan setelah dihitung
customers. nilai ETD didapatkan 5 strategi
penanganan dari perhitungan skala
Tingkat Keempat yang memliki nilai diagram pareto yang prinsipnya 60/40%
ETD sebesar 5971 adalah pembuatan dari total semua strategi penanganan
display SOP pada tiap aktifitas proses dengan nilai efektifitas tertinggi yaitu
(PA13), tujuan ini berguna untuk penetapan standar bahan baku untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan serta dikirim (PA2) jalin komunikasi yang lebih
memudahkan pekerja baru ataupun baik dengan berbagai pihak, penetapan
pekerja dengan kompetensi rendah safety stock (PA18), melakukan
karena mempunyai pegangan dalam maintenance dan sterialisasi armada
pekerjaan. (A17), pembuatan display SOP pada tiap
aktifitas (PA13), serta melakukan
KESIMPULAN penilaian kinerja untuk mengukur,
Terdapat total 29 potensi risiko perbaiki peranan strategis pekerja (PA6).
yang terbagi menjadi 5 potensi risiko
pada tahap plan (perencanaan), 6

161
DAFTAR PUSTAKA
Chopra dan Sodhi, 2004. Managing
Supply Chain Risk and
Vulnerability: Tools and Methods
for Supply chain management.
Christoper, 1998: 103-104) Logistic And
Supply Chain Management:
Strategies For Reducing Cost And
Improving Service (second edition)
Hanafi,2006: 398) Manajemen Risiko
pada Perusahaan dan Birokrasi
Jutner et al., (2003) Strategic
Information Systems:
Concepts, and Methodologi
Pujawan, l.Y, (2005). Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya.
Abisay,T.G.,&Nurhadi.(2013).
Manajemen Risiko Berbasis ISO
31000 Pada Bandara
Soekarno Hatta. Jurnal Teknik
Industri, Vol.14, No.2,Hal 116-130
Bernadin, H. John & Joice E, A. Russel,
2000: 372. Resourcec Management
supply chain. Mc Graw-Hill, Inc.
Brindley, C.S. (ed.) (2004), Jurnal, Supply
Chain Risk, Ashgate Publishing Ltd.
Christhoper , Martin (2011:3) Supply
Chain Management.
Norrman, A & Jansson, U 2004, Jurnal
'Ericsson’s Proactive Supply Chain
Risk Management-approach After a
Serious Supplier Accident.'

162

Anda mungkin juga menyukai