ABSTRAK
Dalam proses rantai pasok ditemui berbagai risiko yang dapat mempengaruhi alur
rantai pasok tidak dapat berjalan lancar. Untuk mengurangi dan mengatasi berbagai risiko
yang terjadi tersebut diperlukan upaya perbaikan kinerja rantai pasok secara bertahap dan
dilakukan terus-menerus (berkelanjutan). PT. Barentz merupakan perusahaan yang bergerak
di bidang penjualan Bahan baku dengan produk berupa asam amino, protein, sereal dan
lain-lain.
Aktivitas bisnis terdapat risiko yang perlu dikelola agar aliran supply chain perusahaan
dapat berjalan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko- risiko serta agen risiko
yang dapat terjadi pada aliran supply chain perusahaan, dan merancang strategi
penanganan yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak risiko. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu House of Risk (HOR) Metode yang digunakan dalam
identifikasi dan evaluasi merupakan pengembangan metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA). Pada identifikasi risiko, digunakan metode Supply Chain Operation
Reference (SCOR) Hasil penelitian menunjukkan terdapat 29 potensi risiko dengan 28 agen
risiko yang teridentifikasi. daengan diagram pareto di dapat 10 Risk agent menggunakan
prinsip 60/40 Melalui peta matrix impact melalui skla likeart terdapat 4 agen risiko yang level
dampak serta tingkat kemungkinan terjadinya tinggi. Kemudian pada HOR fase 2 dilakukan
prioritas strategi penanganan Terdapat 18 strategi penanganan yang diusulkan untuk dapat
mengurangi probabilitas timbulnya Agen risiko dalam supply chain perusahaan. Didapatkan
10 prioritas strategi penanganan dan melalui diagram paerto mengguakan peinsip 40/60
sehingga di dapat 4 prioritas strategi penanganan. dipilih untuk dilakukan perancangan
strategi penanganan.
149
PENDAHULUAN Maka dengan timbulnya resiko
Dalam Lingkungan industri global, tersebut dibutuhkan parameter-
perubahan yang di alami sangat drastis parameter tersebut untuk mengatur dan
sehingga beberapa perusahaan dalam mengelola resiko dengan konsep supply
perkembangannya menghadapi berbagai chain risk management (SCRM) yang
persoalan yang serba rumit, sehingga menjadi hambatan pada proses aktifitas
menuntut para pengelola industri untuk supply chain. Dilihat dari permasalahan
menghitung matang-matang dalam tersebut maka penulis mengambil judul
setiap pengambilan keputusan, untuk “Analisis mitigasi risiko pada aktifitas
dapat mengelola industri secara cermat rantai pasok dengan pendekatan supply
dan fleksibel yang dapat memberi chain opration reference (SCOR) serta
kontribusi terhadap kelanjutan sebuah metode House OF Risk (HOR)”.
perusahaan.
Risiko tidak dapat di hilangkan METODE
melainkan dapat di olah berdasarkan Metode penelitian yang diadopsi
kebutuhan perusahaan, Penanganan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
resiko dapat dilakukan tersruktur dan metode.
masif dapat berkontribusi terhadap
perbaikan kinerja perusahaan, sekaligus Supply Chain Operation Reference
menambah keuntungan dengan (SCOR)
mengurangi terjadinya kerjadian yang Salah satu tool untuk pemetaan
tak diharapkan dalam proses aktifitas aktivitas pada proses yang ada pada
bisnis. Dengan konsep SCRM perusahaan. Menurut ulfah, et al (2016)
diharapkan tantangan bisnis masadepan alasan menggunakan metode scor
berupa ketidakpastian dapat ditangani, karena metode ini bisa mengukur kinerja
sehingga dapat menghasilkan rantai rantai pasok secara obyektif
pasok (supply chain) yang tangguh. berdasarkan data-data yang ada serta
PT Barentz yang merupakan bisa mendapatkan data-data subyektif
perusahaan penyedia bahan baku untuk yang mana perbaikan perlu dilakukan.
industri farmasi, perawatan pribadi & Penerapan metode SCOR pada supply
rumah, makanan & nutrisi, dan industri chain management menyediakan
nutrisi hewan untuk di distribusikan ke pengamatan dan pengukuran proses
domestik dengan pengambilan raw supply chain secara menyeluruh. Ada 5
material dari luar atau import. yang proses kunci dalam mtode scor ini yaitu
diamana untuk proses alur barang dari plan, source, make, deliver dan return.
proses upstream (hulu) sampai dengan Scor melakukan penguraian atau
proses downstream (hilir) dikerjakan dekomposisi proses dari yang umum ke
oleh pihak internal yang melibatkan yang detail pada level 1 dinamakan
department tertentu, pada cangkupan dengan top level (tipe proses)
dari supply chain management yang di mendefinisikan cakupan untuk lima
dalamnya terdapat kendala-kendala proses manajemen inti model SCOR.
hambatan pasokan bahan baku datang
tidak tepat waktu, pengiriman terhambat,
permintaan barang supplier tidak
menentu, handling material dan
penyimpanan belum terlalu efisien,
complain dari customer, dan lain
sebagainya.
150
Tabel 1. Aktivitas SCOR
Proses Kode Aktivitas
Plan C1 perencanaan pengadaan bahan baku
C2 perencanaan & pengendalian persediaan
C3 perencanaan kebutuhan distribusi
Source C4 pemilihan supplier dan kontrak
C5 pemenuhan bahan baku sesuai SOP
C6 Penjadwalan pengiriman dari supplier
Make C7 penyimpanan bahan produk
C8 pemeriksaan kualitas produk
C9 Pemeliharaan fasilitas pendukung proses penyimpanan
Deliver C10 Order management, transportasi, dan distribus
C11 pemilihan logistik provider
C12 Aktivitas
151
Tabel 2. Dampak Severity
Aktivitas Risk Event (Kejadian Risiko) Kode Severity
Source Pemutusan kontrak secara mendadak E6 9
Miss komunikasi dengan supplier E7 10
Legalitas produk tidak ada dokumen pendukung E8 10
Kedatangan bahan baku terlambat E9 4
Supplier tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan E10 7
bahan baku
Kualitas bahan baku di bawah standar E11 5
152
Tingkat Kejadian (Occurrence) dengan kondisi aktual yang pada
Tingkat frekuensi kejadian dari kegagalan. perusahaan yang hitungan skala
Dalam menentukan occurrence ini dapat occurance 1 sampai dengan 10) nilai
ditentukan seberapa banyak gangguan pembobotan tersebut didapat dari
yang dapat menyababkan risiko. Risk pendapat expert sesuai dengan salah
agent atau agen risiko merupakan satu kriteria yang ada dalam penilaian
kejadian yang kemungkinan menyebabkan untuk menentukan skala dampak dari
timbulnya suatu kejadian risiko yang potenisi risiko tersebut.
merugikan perusahaan. Penilaian tingkat
kemunculan adalah nilai kemungkinan Metode Failure Mode and Effect
risiko itu terjadi, dan nilai ini di sesuaikan Analysis.
153
Tabel 4. Skala Risk Agent
Kode Risk Agent Occurance PIC
A21 faktor iklim negara supplier buruk 6 PPIC
A22 kesalahahan dalam peramalan permintaan pasar 7 PPIC
A23 kerusakan barang saat proses pengiriman 6 Warehouse
kerusakan barang saat proses pengiriman dari
A24 7 PPIC
supplier
Pekerja yang kurang kompeten atau dalam proses
A25 6 Management
training
Cuaca buruk saat saat pengiriman barang dari
A26 7 PPIC
supplier
A27 proses loading dan unloading yang tidak sesuai sop 7 Warehouse
A28 keterbatasan tempat penyimpanan produk 8 Warehouse
Serta mengajukan kuisioner pada expert selanjutnya di lakukan penilaian tingkat hubungan
(correlation).
Tabel 5. Nilai skala hubungan
Tingkat Correlation
Ranking Keterangan
0 Tidak Ada Hubungan
1 Hubungan Lemah
3 Hubungan Sedang
9 Hubungan Kuat
𝐴𝑅𝑃𝑗 = 𝑂𝑗∑𝑆𝑖𝑅𝑖𝑗
154
1400 150
%
1300
1200
1100 120
1000
900 93
86 %
800 78 %
% AR
700 69 P
600 59 % 60 Persentas
% % e
500 48
%
400 37
% 30
300 25 %
%
200 13
100 %
0
%
A8 A22 A14 A2 A27 A18 A9 A5 A25 A23
155
Berdasarkan nilai occurrence dari kategori avoid, artinya risiko dengan
sumber risiko terpilih, maka dapat dampak besar dan probabilitas tinggi.
dilakukan penilaian tingkat risiko Warna kuning menunjukkan risiko
berdasarkan kondisi masing- masing tersebut masuk kategori transfer risk,
dampak, dan dilakukan penanganan artinya risiko yang memiliki dampak
terhadap sumber risiko terpilih. impact besar namun probalitasnya rendah atau
matrix di dapat melalui penelitian jarang terjadi. Untuk warna hijau
wawancara dengan cara menjaring menunjukkan risiko tersebut masuk
pendapat mengenai keterhubungannya kategori man age risk, artinya risiko yang
dalam aktfitas matrix probabilitas serta mempunyai dampak kecil namun
dampak untuk mengetahui risiko mana probalibilitasnya tinggi.
yang kemungkinan terjadinya. Berikut merupakan nilai skala
likeart, nilai tersebut ada lima penilaian
Peta impact matrix dari sangat rendah sampai sangat tinggi
Warna yang ada pada gambar atau dampak dan kemungkinannya tinggi jika
peta matriks risiko di atas menunjukkan tidak di tangani pencegahannya dengan
kategori risiko, dimana warna merah segera.
menunjukkan risiko tersebut masuk
Berikut ini hasil dari penilaian tingkat berikut ini hasil wawancara dengan
setelah di lakukakan penilaian skala expert dan mendapakan nilai dari skala
impact matrix dari probabilitas risiko tersebut:
156
Tabel 9. Hasil Impact Matrix
Level Dampak (Severity )
Tingkat Kemungkinan 1 2 3 4 5
(Occurance) sangat sangat
rendah sedang Tinggi
rendah tinggi
5 sangat tinggi
4 Tinggi A8
3 Sedang A22 A9, A27
2 Rendah A14 A2, A25
1 sangat rendah A5 A23 A18
157
Selain itu Agen risiko selanjutnya reputasi bisnis perusahaan.
adalah pekerja yang kurang kompeten
(A25). Sistem kontrak harian yang House of risk (HOR) fase 2
diperlakukan oleh perusahaan menjadi Tahap ini akan dilakukan
faktor utama terjadinya agen risiko ini. penanganan terhadap risiko dengan
Pekerja akan dipanggil untuk bekerja menentukan penyebab risiko yang perlu
sesuai dengan kebutuhan aktifitas ditangani dan mengidentifikasi tindakan
sehingga pergantian pekerja menjadi hal pencegahan dengan
yang lumrah pada perusahaan. Selain mempertimbangkan korelasi antara
itu sistem perekrutan yang longgar tindakan preventif dengan agen risiko,
dengan mudahnya pekerja senior keefektifan setiap tindakan dan tingkat
membawa pekerja baru untuk masuk kesulitan melakukan tindakan.
perusahaan membuat kompetensi Setelah di ketahui prioritas risk agent
pekerja sangat kurang. yang akhirnya selanjutnya di tahapan House Of Risk
berimbas pada barang produk yang fase 2 ini adalah melakukan strategi
rusak dalam penanganan pemindahan penanganan atau pencegahan terhadap
proses. risk agent dominan tersebut. risiko.
Risiko juga terdapat pada persoalan Tahap-tahap dalam HOR fase 2 yaitu
ketidakpastian permintaan dan pesasnan perancangan strategi penanganan,
mendadak dari customers (A2), penilaian tingkat hubungan antara
terkadang stok barang di gudang tidak strategi penanganan dengan agen risiko
mencukupi karena permintaan yang ada, menghitung nilai Total
mendadak dari customers, potensi dari Effectifness (TE) dan Degree of
akibat dari permintaan produk barang Difficulty (Dk) serta menghitung rasio
tidak di penuhi bisa membuat tingkat Effectifness to Difficulty (ETD)
kepercayaan customers cenderung untukmengetahui rangking prioritas
meurun serta reputasi perusahaan untuk dilakukan.
buruk. Lalu permasalahan pada proses Ada beberapa tahapan dalam memilih
pengantaran produk sampai ke strategi penenganan risiko, diantaranya
customers (delivery) sistem pengantaran adalah
produk di bawah manajemen Logistik, a. Pemilihan strategi penanganan risiko.
PT.barentz mempunyai armada Satu strategi penanganan bisa jadi
sebanyak 9 unit type colt yang maksimal mempengaruhi beberapa agen risiko
pengangkutan berkapasitas 10 Ton dan satu agen risiko bisa memiliki
masing-masing. Permaslahan terjadi beberapa strategi penanganan yang
karna keterlambatan serta kerusakan mungkin dilakukan, langkah Strategi
produk saat pengiriman ke customer penanganan tersebut didapatkan
(A9). Hal ini mengakibatkan pada melalui wawancara dan diskusi
penolakan barang dari customers yang dengan expert. Berikut merupakan
akibatnya barang tersebut masuk prioritas strategi penanganan untuk
kategori reject. dan customers setiap risk agent terpilih :
mememinta return produk. Ada indikasi
kerusakan barang dalam proses b. Korelasi strategi penanganan dengan
pengiriman seperti proses loading dan agen risiko. Korelasi atau tingkat
unloading yang tidak sesuai sop dan hubungan antara strategi penanganan
tidak bersih container Box truk yang dengan agen risiko menggunakan 4
mengakibatkan produk tidak steril. Hal ini skala yaitu nilai 0 tidak ada korelasi,
merupakan kejadian serius yang harus di dan nilai 1, 3, 9, menunjukkan secara
tanggulangi karena mengakibatkan berurutan korelasi lemah, sedang,
kerugian dari segi waktu, financial, serta dan kuat.
158
Tabel 10. Strategi Penanganan Risiko
Kode Strategi Penanganan
PA1 penetapan time fence batasan pembelian barang
PA2 jalin komunikasi yang lebih baik dengan berbagai pihak
PA3 menggunakan multiply supply bases
PA4 menetapkan sales dan operation planning
membuat penetapan sistem pemilihan serta membuat kontrak
PA5
dengan supplier
melakukan penilaian kinerja untuk mengukur, memperbaiki peranan
PA6
strategis karyawan
PA7 mengadakan pelatihan dan evaluasi bagi karyawan
PA8 memperbaiki sistim informasi pengelolaan data persediaan barang
PA9 implementasi Statical procces contol
PA10 alokasikan sarana penunjang aktifitas rantai pasok
PA11 pemberian reward, punishment , dan motivasi pekerja
PA12 menguatkan nota kesepakatan dengan supplier
PA13 pembuatan display sop pada tiap proses aktifitas
PA14 perencanaan pengadaan sejak dini
PA15 komunikasi dengan buyer
PA16 komunikasi dengan jasa ekspedisi serta saran peremajaan armada
PA17 melakukan maintenance dan sterilisasi armada
PA18 Menerapakan safety stock metode
Nilai hasil dari korelasi tersebut ada pada diusulkan untuk mengeliminasi atau
matrix HOR fase 2 mangurangi kemungkinan dari
c. Perhitungan nilai Total efektivitas dari terjadinya agen risiko. Hasil lainnya
hasil korelasi antara strategi sudah terangkum pada matrix House
penanganan dan agen risiko. of risk fase 2
d. Berikut rumus untuk perhitungan e. Menetapkan peringkat strategi
dari total efektivitas pada metode penanganan. Penetapan peringkat
𝑇𝐸𝑘 ditujukan untuk mempriorias strategi
HOR fase 2 . 𝐸𝑇𝐷𝑘 = 𝐷𝑘 Berikut ini
penanganan risiko fase2 berdasarkan
contoh perhitungan dari rasio
nilai ETD tertinggi. Urutan strategi
effectifeness of difficulty. 𝐸𝑇𝐷1 =
7749 penanganan atau preventive action
3
= 2583 dapat dilihat pada tabel matrix house
of risk fase 2.
Terdapat 18 strategi penanganan yang
159
Tabel 11. House of risk 2
160
Gambar 2. Pareto strategi penanganan
161
DAFTAR PUSTAKA
Chopra dan Sodhi, 2004. Managing
Supply Chain Risk and
Vulnerability: Tools and Methods
for Supply chain management.
Christoper, 1998: 103-104) Logistic And
Supply Chain Management:
Strategies For Reducing Cost And
Improving Service (second edition)
Hanafi,2006: 398) Manajemen Risiko
pada Perusahaan dan Birokrasi
Jutner et al., (2003) Strategic
Information Systems:
Concepts, and Methodologi
Pujawan, l.Y, (2005). Supply Chain Management. Surabaya : Guna Widya.
Abisay,T.G.,&Nurhadi.(2013).
Manajemen Risiko Berbasis ISO
31000 Pada Bandara
Soekarno Hatta. Jurnal Teknik
Industri, Vol.14, No.2,Hal 116-130
Bernadin, H. John & Joice E, A. Russel,
2000: 372. Resourcec Management
supply chain. Mc Graw-Hill, Inc.
Brindley, C.S. (ed.) (2004), Jurnal, Supply
Chain Risk, Ashgate Publishing Ltd.
Christhoper , Martin (2011:3) Supply
Chain Management.
Norrman, A & Jansson, U 2004, Jurnal
'Ericsson’s Proactive Supply Chain
Risk Management-approach After a
Serious Supplier Accident.'
162