Anda di halaman 1dari 12

INTRODUCTION seperti biji busuk, daging buah menempel

pada biji dan sulit dihilangkan.


Rantai pasok adalah jaringan perusahaan Permasalahan lainnya yang terjadi yaitu
yang bekerjasama untuk menciptakan dan terkait penyimpanan stok produk dan
mengantarkan produk sampai ke penataan (display) produk pada pengecer
konsumen tingkat akhir (Fadhlullah dkk., (Toko Sari Madu) yang tidak diperhatikan
2018). Terdapat tiga aliran yang harus dapat menyebabkan kemasan primer pada
dikelola dalam rantai pasok, yaitu aliran produk rusak saat di display.
barang (bahan baku yang dikirim dari Permasalahan-permasalahan tersebut
supplier, setelah produksi selesai barang dapat menyebabkan kerugian finansial
dikirim ke pengecer untuk kemudian bagi industri, sehingga perlu dilakukan
didistribusikan ke konsumen). Kedua upaya pencegahan terjadinya risiko.
yaitu aliran uang yang dapat berupa Risiko adalah penyimpangan dari sesuatu
invoice, perjanjian pembayaran, cek, dan yang diharapkan atau kejadian yang tidak
lainnya. Ketiga yaitu aliran informasi diinginkan untuk terjadi. Timbulnya risiko
yang baik dari hulu ke hilir maupun hilir pada suatu organisasi disebabkan karena
ke hulu. Aliran informasi yang dibutuhkan faktor ketidakpastian (Lokobal dkk.,
dari hilir ke hulu sebagai contoh adalah 2014). Manajemen risiko melibatkan
informasi persediaan barang di sejumlah proses, metode, dan teknik yang
pengecer, sedangkan pihak yang membantu manajer proyek
membutuhkan informasi adalah pabrik memaksimumkan peluang dari dampak
atau industri. Informasi dari hulu ke hilir positif dan meminimalisir peluang dari
sebagai contoh adalah suatu pengecer dampak negatif (Agusti dkk., 2020).
yang ingin memperoleh informasi terkait
kapasitas produksi pabrik (Geha dkk., Manajemen rantai pasok berguna untuk
2021). memeriksa efisiensi dan efektivitas arus
barang, aliran informasi dan aliran uang
UD. Koplak Food Jember merupakan yang terjadi secara terus menerus
industri berskala rumah tangga yang (Timisela dkk., 2017). Manajemen rantai
bergerak di bidang makanan dan pasok meliputi penyediaan bahan baku,
minuman, khususnya bubuk minuman biji manufaktur atau penyedia jasa, distributor,
salak. Berdasarkan Surat Keterangan pengecer yang mengirimkan barang ke
Usaha (SKU) Nomor 518/3207/410/2016 konsumen (Heizer dan Reinder, 2015).
secra resmi UD. Koplak Food terdaftar di Manajemen risiko rantai pasok merupakan
Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan proses sistematis untuk identifikasi dna
Menengah Kabupaten Jember pada analisis yang berkaitan dengan risiko pada
tanggal 9 Maret 2016. UD. Koplak Food supply chain (Sherlywati, 2016).
memiliki merek dagang KOPLAK dengan Manajemen risiko sangat penting untuk
ijin usaha P-RT No: 2143509130263-20. diterapkan pada UD. Koplak Food Jember
untuk menangani beberapa risiko yang
Pada UD. Koplak Food Jember terbentuk muncul. Strategi pencegahan terhadap
sebuah alur rantai pasok yang dimulai dari risiko yang masih lemah dapat membawa
penerimaan bahan baku oleh supplier kerugian bagi industri (Hariharan dkk.,
hingga distribusi produk melalui pengecer. 2018).
Struktur rantai pasok tersebut
menimbulkan beberapa kendala yaitu Penelitian ini bertujuan untuk
ketersediaan bahan baku yang belum mengidentifikasi sumber risiko dan
menentu dan kualitas biji tidak memenuhi kejadian risiko yang terjadi pada aktivitas
kriteria yang telah ditentukan oleh industri rantai pasok di UD. Koplak Food Jember,
melakukan penilaian terhadap tingkat c. Penilaian occurrence pada setiap risk
risiko aktivitas rantai pasok pada UD. agent yang telah teridentifikasi, dengan
Koplak Food, dan menyusun strategi skala berikut:
pengendalian risiko dalam rantai pasok di Table 2. Skala penilaian occurrence
UD. Koplak Food Jember. Nilai Kemungkinan Keterangan
1 Minor Jarang terjadi (<1
kali)
METHODS 2 Low Kecil
kemungkinan (1-2
kali)
Penelitian ini menggunakan metode 3 Moderate Mungkin terjadi
Supply Chain Operation Reference (2-3 kali)
(SCOR) dan House of Risk (HOR). SCOR 4 High Terjadi agak
digunakan untuk mengukur kinerja pada sering (3-4 kali)
setiap level dalam proses rantai pasok 5 Very high Hampir pasti
yang meliputi perencanaan, pengadaan, terjadi (>5 kali)
pengolahan, pengiriman, dan Sumber: (Shahin, 2003)
pengembalian (Jamehshooran dkk., 2015). d. Penilaian correlation antara risk event
Sedangkan HOR digunakan untuk dan risk agent, dengan skala berikut:
menentukan penyebab risiko mana yang Table 3. Skala penilaian correlation
menjadi prioritas yang kemudian Nilai Keterangan
diberikan tindakan pencegahan terhadap 0 Tidak ada hubungan
risiko (Saraswati dan Negoro, 2014). Pada 1 Hubungan lemah
SCOR dilakukan identifikasi aktivitas 3 Hubungan sedang
rantai pasok pada UD. Koplak Food 9 Hubungan kuat
Jember menggunakan lima proses yaitu Sumber: (Tampubolon dkk., 2013)
plan, source, make, deliver dan return. e. Penentuan nilai Aggregate Risk
Selanjutnya dilakukan identifikasi risiko Potential (ARP) sebagai hasil dari
rantai pasok menggunakan House of Risk kemungkinan kejadian dan kumpulan
fase 1, dengan tahapan berikut: dampak penyebab dari setiap kejadian
a. Identifikasi risk event pada tiap proses risiko, dengan rumus berikut:
dan identifikasi risk agent yaitu faktor
apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya kejadian risiko yang telah Sumber: (Pujawan dan Geraldin, 2009)
teridentifikasi. f. Pembuatan ranking sumber risiko
b. Penilaian severity pada setiap risk berdasarkan ARP dari nilai terbesar ke
event, dengan skala berikut: terkecil. Penentuan prioritas sumber
Table 1. Skala penilaian severity risiko menggunakan prinsip diagram
Nilai Keterangan Finansial pareto. Sumber risiko yang memiliki
1 Sangat Kerugian materi persen kumulatif < 80% akan menjadi
rendah kurang dari 1% prioritas (Purnomo dkk., 2021).
2 Rendah Kerugian materi
antara 1% - 10%
Selanjutnya dilakukan penyusunan strategi
3 Sedang Kerugian materi penanganan risiko menggunakan House of
antara 10-25% Risk fase 2, dengan tahapan berikut:
4 Tinggi Kerugian materi a. Identifikasi preventive action untuk
antara 25% - 70% pencegahan sumber risiko prioritas.
5 Sangat Kerugian materi Memilih beberapa risk agent dengan
tinggi lebih dari 70% ranking prioritas tinggi hingga rendah
Sumber: Shahin (2003)
dengan menggunakan pendekatan Table 5. Aktivitas rantai pasok pada
pareto dari ARP. supplier
Major Sub-process Detail process
b. Penilaian correlation tiap tindakan process
pencegahan dan masing masing Perencanaan Perencanaan
sumber risiko, dengan skala (0, 1, 3, kebutuhan target produksi
9) yang disajikan pada Tabel 3. Plan
tenaga kerja yang tidak
terpenuhi
c. Perhitungan nilai total efektivitas
Pengadaan Permintaan
(TEk) dari tiap tindakan untuk Source
bahan baku bahan baku
mengetahui keefektifan dari masing- Perencanaan Pemisahan biji
masing strategi penanganan, dengan pemanenan dari buah salak
rumus berikut: salak
Make
Penyimpanan Penyimpanan
Sumber: (Pujawan dan Geraldin, 2009) bahan baku biji salak yang
sudah dipotong
d. Penilaian degree of difficulty (Dk) Pengiriman Pengecekan
dalam melakukan tiap tindakan guna bahan baku ke ketersediaan
meminimalisir risiko, dengan skala Deliver industri dan pengiriman
penilaian sebagai berikut: bahan baku ke
Table 4. Skala degree of difficulty industri
Nilai Keterangan Table 6. Aktivitas rantai pasok pada UD.
3 Aksi mitigasi mudah diterapkan Koplak Food Jember
4 Aksi mitigasi sedikit mudah Major Sub-process Detail process
diterapkan process
5 Aksi mitigasi sulit diterapkan
Perencanaan Melakukan
Sumber: (Maharani, 2018) produksi perencanaan
e. Perhitungan effectiveness to difficulty target produksi
of ratio (ETDk) penerapan aksi Persiapan Persiapan sarana
mitigasi, dengan rumus berikut: Plan pengolahan pengolahan
Perencanaan Melakukan
pengiriman perencanaan
Sumber: (Pujawan dan Geraldin, 2009) produk sebelum produk
f. Ranking prioritas strategi penanganan didistribusikan
berdasarkan prinsip diagram pareto Penerimaan Penerimaan dan
Source bahan baku pemeriksaan
80/20, dimana strategi penanganan
bahan baku
yang memiliki persen kumulatif < Proses Penyortiran dan
80% akan menjadi strategi produksi pencucian
penanganan yang akan dilakukan Pemotongan
(Purnomo dkk., 2021). Make Penjemuran
Penyangraian
Penggilingan
RESULTS Pengemasan
Pengiriman Pengecekan
Identifikasi aktivitas rantai pasok produk ketersediaan dan
Deliver
pengiriman
produk
Aktivitas rantai pasok meliputi supplier, Produk cacat/ Informasi dan
manufaktur (UD. Koplak Food Jember), Return rusak penanganan
dan pengecer Toko Sari Madu). pengaduan
Table 7. Aktivitas rantai pasok pada pasok yakni supplier, manufaktur (UD.
pengecer Koplak Food Jember), dan pengecer.
Major Sub-process Detail process Berikutnya dilakukan penilaian severity
process dari kejadian risiko yang muncul.
Perencanaan Melakukan
permintaan perencanaan Table 8. Hasil identifikasi risk event dan
produk target produksi severity pada supplier
Plan Perencanaan Melakukan Process Risk event Code Severity
tenaga kerja perencanaan Risiko E1 2
biaya tenaga kesalahan
kerja perencanaan
Pengadaan Melakukan kebutuhan
Source produk jadi pembelian tenaga kerja
Plan
produk jadi Risiko E2 2
Penjualan Menjualkan kesalahan
produk produk kepada perencanaan
Make pemanenan
kepada konsumen
konsumen salak
Pengiriman Pengecekan Risiko tidak E3 3
produk ke ketersediaan dan Source tersedianya
Deliver konsumen produk sebelum bahan baku
dibawa Risiko E4 3
konsumen daging buah
masih
Berdasarkan Tabel 5, 6, dan 7 dilakukan menempel di
pemetaan dengan tujuan untuk Make
biji
mengidentifikasi aktivitas dari pemasok Risiko stok E5 3
hingga ke konsumen akhir. Penggunaan bahan baku
metode SCOR berdasarkan proses yang yang busuk
dilakukan, membuat satu industri dapat Risiko E6 2
melakukan evaluasi kinerja rantai pasok. keterlambata
n
Hasil dari evaluasi dapat dilakukan Deliver
pengiriman
monitoring serta dapat diketahui sumber bahan baku
risiko yang muncul dari aktivitas yang ke industri
dilakukan oleh masing-masing pelaku
rantai pasok. Berdasarkan identifikasi risk event dengan
penilaian severity pada supplier terdapat 6
Identifikasi Risk Event dan Penilaian risk event bernilai tinggi 3 dengan
Severity keterangan kejadian risiko sedang yaitu
risiko tidak tersedianya bahan baku (E3),
Proses identifikasi risk event dilakukan risiko daging buah masih menempel di biji
dengan wawancara dan pemberian (E4), dan risiko stok bahan bku yang
kuisioner kepada setiap pelaku rantai busuk (E5).
Table 9. Hasil identifikasi risk event dan severity pada UD. Koplak Food Jember
Process Risk event Code Severity
Risiko kesalahan perencanaan target produksi E1 3
Risiko kesalahan perencanaan kebutuhan tenaga kerja E2 3
Plan Risiko kesalahan perencanaan biaya produksi E3 3
Risiko kesalahan perencanaan sarana pengolahan E4 3
Risiko kesalahan perencanaan pengiriman produk jadi E5 2
Risiko keterlambatan penerimaan bahan baku dari supplier E6 2
Source
Risiko bahan baku busuk E7 2
Risiko pencucian bahan baku kurang bersih E8 2
Risiko kesalahan ukuran saat pemotongan bahan baku E9 3
Risiko bahan baku yang belum sepenuhnya kering E10 3
Risiko pengadukan yang tidak merata sehingga biji menjadi gosong E11 2
Make
Risiko mesin mati saat pemadaman listrik E12 4
Risiko waktu saat pengurangan atau penambahan produk yang E13 2
ditimbang
Risiko kemasan cacat saat produk siap dipasarkan E14 3
Risiko pengurangan pesanan dari pengecer E15 3
Deliver
Risiko keterlambatan pengiriman produk jadi E16 3
Return Risiko pengembalian kemasan cacat pada produk E17 3
Table 10. Hasil identifikasi risk event dan severity pada pengecer
Process Risk event Code Severity
Risiko kesalahan perencanaan permintaan produk jadi E1 3
Plan Risiko kesalahan perencanaan tenaga kerja E2 3
Risiko kesalahan perencanaan biaya tenaga kerja E3 2
Source Risiko keterlambatan pengadaan produk jadi E4 4
Risiko jumlah pembelian produk jadi E5 3
Make
Risiko kerusakan produk jadi ke konsumen E6 3
Deliver Risiko keterlambatan pengiriman produk E7 2
Berdasarkan identifikasi risk event dengan Table 11. Identifikasi risk agent dan
penilaian severity pada UD. Koplak Food occurrence dari supplier
Jember terdapat 17 risk event bernilai Code Risk agent Occurrence
tinggi 4 dengan keterangan kejadian risiko A1 Kurangnya 3
tinggi yaitu risiko mesin mati saat ketersediaan buah
pemadaman listrik (E12). Sedangkan pada salak
pengecer terdapat 7 risk event bernilai A2 Penyimpanan bahan 3
baku yang terlalu
tinggi 4 dengan keterangan kejadian risiko
lama
tinggi yaitu risiko mesin mati saat A3 Waktu yang terlalu 3
pemadaman listrik (E4). lama dalam proses
pemisahan biji
Identifikasi Risk Agent dan Penilaian salak dengan buah
Occurrence A4 Kurangnya 3
penjadwalan
Identifikasi risk agent yaitu penyebab pengiriman bahan
baku
terjadinya kejadian risiko yang telah
teridentifikasi pada supplier, UD. Koplak Pda supplier terdapat nilai occurrence 3
Food Jember, dan pengecer. Berikutnya yang berarti sumber risiko tersebut
dilakukan penilaian occurrence terjadinya memiliki potensi moderate yang dapat
sumber risiko. menganggu aktivitas rantai pasok.
Table 12. Identifikasi risk agent dan occurrence dari UD. Koplak Food
Kode Risk agent Occurrence
A1 Keterlambatan pengiriman bahan baku 2
A2 Harga bahan baku yang berubah-ubah 3
A3 Arus listrik dari pusat (PLN) yang tidak stabil 4
A4 Kerusakan mesin produksi 3
A5 Kurangnya perawatan mesin produksi 2
A6 Proses produksi yang tidak sesuai rencana 3
A7 Suhu dan waktu penjemuran tidak sesuai 3
A8 Curah hujan tinggi 3
A9 Waktu penyangraian yang terlalu lama 3
A10 Kebutuhan permintaan produk jadi yang sering berubah 2
A11 Ketidaktelitian saat penimbangan produk 2
A12 Kemasan rusak saat proses pengemasan 2
A13 Transportasi untuk pengiriman masih kurang 3
Table 13. Identifikasi risk agent dan occurrence dari pengecer
Kode Risk agent Occurrence
A1 Kesalahan dalam pemesanan jumlah produk 1
A2 Kemasan cacat saat hendak dipasarkan ke konsumen 2
A3 Ketidaktelitian dalam proses penjualan 1
A4 Jarak tempuh pengiriman yang jauh 1
A5 Adanya persaingan produk dengan merk berbeda 1
A6 Karyawan yang kurang berpengalaman 1
A7 Penetapan harga produk yang berubah-ubah 3
A8 Penjualan produk yang fluktuatif 3
A9 Keterlambatan pengiriman produk 1
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Berikut hasil perhitungan ARP dengan
occurrence tertinggi 4 dari sumber risiko prinsip diagram pareto 80/20, dimana
pada supplier yakni arus listrik dari pusat sumber risiko yang memiliki persen
(PLN) yang tidak stabil (A3). Sumber kumulatif < 80% akan menjadi sumber
risiko tersebut memiliki potensi tinggi risiko prioritas.
sehingga dapat menganggu aktivitas rantai
pasok pada UD. Koplak Food. Sedangkan
pada pengecer terdapat nilai occurrence
tertinggi 3 yakni penetapan harga produk
yang berubah-ubah (A7) dan penjualan
produk yang fluktuatif (A8). Sumber
risiko tersebut memiliki potensi moderate
yang dapat menganggu aktivitas rantai
pasok pada UD. Koplak Food.
Figure 1. Diagram pareto ARP pada supplier
Sumber risiko yang muncul dapat
menyebabkan beberapa kejadian risiko, Berdasarkan diagram pareto diatas, maka
oleh karena itu perlu dilakukan diperoleh sumber risiko tertinggi pada
perhitungan ARP dari sumber risiko untuk supplier yaitu (A2) penyimpanan bahan
menentukan sumber risiko prioritas mana baku yang terlalu lama dan (A1)
yang memerlukan strategi mitigasi. kurangnya ketersediaan buah salak.
Figure 2. Diagram pareto ARP pada UD. Figure 3. Diagram pareto ARP pada pengecer
Koplak Food
Berdasarkan diagram pareto diatas, maka
Berdasarkan diagram pareto diatas, maka diperoleh sumber risiko tertinggi pada
diperoleh sumber risiko tertinggi pada pengecer yaitu (A8) penjualan produk
UD. Koplak Food yaitu (A4) kerusakan yang fluktuatif, (A7) penetapan harga
mesin produksi, (A6) proses produksi produk yang berubah-ubah, dan (A1)
yang tidak sesuai rencana, (A3) arus listrik kesalahan dalam pemesanan jumlah
dari PLN yang tidak stabil, (A1) produk.
keterlambatan pengiriman bahan baku,
(A7) suhu dan waktu penjemuran tidak Penyusunan preventive action dilakukan
sesuai, (A8) curah hujan tinggi, dan (A5) untuk mengatasi sumber risiko prioritas
kurangnya perawatan mesin produksi. yang telah digambarkan dalam diagram
pareto.
Table 14. Strategi penanganan sumber risiko pada supplier
Code Risk agent Code Preventive action Dk
A2 Penyimpanan bahan baku yang PA1 Mengawasi penggudangan bahan 4
terlalu lama baku secara berkala
PA2 Membuat jadwal pengiriman bahan 5
baku biji salak
A1 Kurangnya ketersediaan buah PA3 Bermitra dengan petani salak lain 4
salak
Table 15. Strategi penanganan sumber risiko pada UD. Koplak Food
Code Risk agent Code Preventive action Dk
A4 Kerusakan mesin produksi PA1 Melakukan perawatan mesin secara 3
rutin
A6 Proses produksi yang tidak sesuai PA2 Melakukan penjadwalan produksi 5
rencana
A3 Arus listrik dari pusat (PLN) yang PA3 Menggunakan cadangan listrik 5
tidak stabil (genset)
A1 Keterlambatan pengiriman bahan PA4 Membuat penjadwalan permintaan 4
baku bahan baku
A7 Suhu dan waktu penjemuran tidak PA5 Melakukan pengawasan produksi 4
sesuai secara berkala
A8 Curah hujan tinggi PA6 Memperkirakan jumlah bahan baku 4
yang dikeringkan
PA7 Menggunakan mesin pengering/ oven 4
A5 Kurangnya perawatan mesin PA8 Membuat SOP perawatan mesin 4
produksi produksi
Table 16. Strategi penanganan sumber risiko pada pengecer
Code Risk agent Code Preventive action Dk
A8 Penjualan produk yang fluktuatif PA1 Melakukan penataan display yang 4
menarik
PA3 Melakukan pengecekan stok produk
secara berkala dan tertulis
A7 Penetapan harga produk yang PA2 Memberikan harga produk yang tetap 3
berubah-ubah
A1 Kesalahan dalam pemesanan PA3 Melakukan pengecekan stok produk 3
jumlah produk secara berkala dan tertulis
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa Strategi ini digunakan untuk
terdapat strategi penanganan yang mengatasi sumber risiko dari
memiliki nilai Dk tinggi (5) sehingga sulit penyimpanan bahan baku yang terlalu
diterapkan pada supplier yaitu (PA2) lama (A2). Pengawasan adalah
membuat jadwal pengiriman bahan baku keseluruhan dari kegiatan mengukur
biji salak. Pada UD. Koplak Food yaitu apa yang sedang atau sudah
(PA2) melakukan penjadwalan produksi, dilaksanakan dengan kriteria, norma-
dan (PA3) menggunakan cadangan listrik norma, standar atau rencana-rencana
(genset). Sedangkan strategi penanganan yang telah ditetapkan sebelumnya
yang memiliki nilai Dk tinggi (4) sehingga (Iskandar dan Wijaya, 2015) Sehingga
sedikit mudah diterapkan pada Toko Sari untuk mengatasi sumber risiko dari
Madu yaitu (PA1) melakukan penataan penyimpanan bahan baku yang terlalu
display yang menarik. lama, maka perlu dilakukan
pengawasan penggudangan bahan
Penentuan strategi penanganan dilakukan baku secara berkala.
berdasarkan perhitungan Effectiveness of 2. Membuat jadwal pengiriman bahan
Difficulty Ratio (ETDk) dan prinsip baku biji salak (PA2)
diagram pareto 80/20, dimana strategi Strategi ini digunakan untuk
penanganan yang memiliki persen mengatasi sumber risiko dari
kumulatif < 80% akan menjadi strategi penyimpanan bahan baku yang terlalu
penanganan prioritas, maka diperoleh lama (A2). Penjadwalan perlu
hasil berikut: dilakukan agar dapat meminimalkan
waktu proses, waktu pembelian
produk, tingkat persediaan, dan
penggunaan fasilitas atau peralatan
yang efisien (Nugroho dan
Ekoanindiyo, 2017). Sehingga untuk
mengatasi sumber risiko dari
penyimpanan bahan baku yang terlalu
lama, maka supplier perlu membuat
jadwal pengiriman bahan baku biji
salak.
Figure 4. Diagram pareto ETD pada supplier
Berdasarkan perhitungan diatas maka
diperoleh prioritas strategi penanganan
yang harus dilakukan oleh supplier yaitu
sebagai berikut:
1. Mengawasi penggudangan bahan
baku secara berkala (PA1)
material akibat seringnya mengganti
komponen pada mesin (Kurniawati
dan Muzaki, 2017). Sehingga untuk
mengatasi terjadinya kerusakan mesin
produksi, maka perlu dilakukan
perawatan mesin secara rutin. Hal ini
perlu dilakukan guna mengurangi
terjadinya kegagalan pada saat
produksi.
Figure 5. Diagram pareto ETD pada UD. 3. Memperkirakan jumlah bahan baku
Koplak Food yang dikeringkan (PA6)
Berdasarkan perhitungan diatas maka Strategi ini digunakan untuk
diperoleh prioritas strategi penanganan mengatasi sumber kejadian risiko dari
yang harus dilakukan oleh UD. Koplak curah hujan tinggi (A8). Proses
Food yaitu sebagai berikut: penjemuran biji salak dilakukan
1. Melakukan pengawasan produksi dengan pengeringan alami yaitu
secara berkala (PA5) dengan bantuan sinar matahari.
Strategi ini digunakan untuk Pengeringan ini dilakukan pada
mengatasi sumber risiko dari suhu dan tempat terbuka dan membutuhkan
waktu penjemuran tidak sesuai (A7). angin atau udara yang mengakibatkan
Pengawasan memiliki tujuan agar proses pengeringan berjalan lambat
hasil pelaksanaan suatu pekerjaan (Cahyaningrum dkk., 2019). Sehingga
mampu diperoleh secara efektif dan untuk mengatasi curah hujan tinggi,
efisien, dimana pengawasan kerja maka perlu memperkirakan jumlah
memiliki dampak dan pengaruh yang bahan baku (biji salak) yang
cukup besar terhadap produktivitas dikeringkan. Hal ini berguna untuk
kerja karyawan (Putra, 2017). mempercepat proses penjemuran
Sehingga untuk mengatasi sumber disaat cuaca sedikit mendung. Lalu
risiko dari suhu dan waktu sisa biji salak yang belum dijemur
penjemuran yang tidak sesuai, maka bisa dilakukan penjemuran keesokan
diperlukan pengawasan secara berkala harinya menggunakan media jemur
saat proses penjemuran biji salak. Hal dengan isi tidak terlalu padat agar
ini dapat dilakukan dengan mengecek penjemuran bisa merata sempurna.
setiap beberapa jam sekali, untuk 4. Membuat SOP perawatan mesin
memastikan bahwa penjemuran biji produksi (PA8)
salak dapat kering dengan merata. Strategi ini digunakan untuk
2. Melakukan perawatan mesin secara mengatasi sumber kejadian risiko dari
rutin (PA1) kurangnya perawatan mesin produksi
Strategi ini digunakan untuk (A5). Prosedur yang dijalankan oleh
mengatasi sumber kejadian risiko dari suatu industri harus memiliki standar
kerusakan mesin produksi (A4). agar kualitas operasional dapat tetap
Sistem perawatan memegang peranan stabil. Standar Operasional Prosedur
penting dalam suatu industri, tanpa (SOP) merupakan dokumen mengenai
adanya sistem perawatan yang sesuai, prosedur yang dilakukan untuk
maka akan mengalami kerugian besar menyelesaikan pekerjaan guna
seperti mesin rusak dan tidak dapat memperoleh hasil kerja yang efektif
berfungsi kembali, jumlah produk dari parra pekerja dengan biaya yang
cacat meningkat, hingga kerugian serendah-rendahnya (Widyarini dkk.,
2020). Sehigga untuk mengatasi
kurangnya perawatan mesin produksi, harga jual produk yang tidak tepat juga.
maka perlu adanya SOP perawatan Penetapan harga jual produk memerlukan
mesin produksi. Dimana dokumen berbagai pertimbangan mulai dari biaya
tersebut menjadi standar dalam produksi, biaya operasional, target laba,
melakukan perawatan mesin, mulai harga jual pesaing, daya beli masyarakat,
dari pembersihan mesin, penggantian dan kondisi perekonomian (Komara dan
suku cadang, dan kebutuhan mesin Sudarma, 2016). Sehingga untuk
yang lain. mengatasi sumber kejadian risiko dari
5. Membuat penjadwalan permintaan harga produk yang berubah-ubah, maka
bahan baku (PA4) diperlukan penetapan harga sesuai dengan
Strategi ini digunakan untuk pasar dengan mempertimbangkan biaya
mengatasi sumber kejadian risiko dari operasional, biaya produksi, dan biaya
keterlambatan pengiriman bahan baku lainnya, serta tetap mempertimbangkan
(A1). Proses produksi memerlukan kondisi perekonomian masyarakat
perencanaan yang baik, diantaranya setempat.
dalam hal persediaan bahan baku,
sehingga produksi dapat dioptimalkan
dan permintaan konsumen dapat
CONCLUSIONS AND
terpenuhi (Rohaeti dkk., 2022). RECOMMENDATIONS
Sehingga untuk mengatasi sumber
kejadian risiko dari keterlambatan Conclusions
pengiriman bahan baku, maka perlu
dilakukan penjadwalan permintaan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
bahan baku kepada supplier. Hal ini dilakukan maka didapatkan kesimpulan
perlu dilakukan agar tidak menganggu yaitu:
proses rantai pasok dari produksi 1. Hasil identifikasi sumber risiko (risk
bubuk minuman biji salak. agent) dan kejadian risiko (risk event)
pada UD. Koplak Food diperoleh 13
sumber risiko dan 17 kejadian risiko.
2. Penilaian pengendalian risiko
menggunakan House of Risk fase 1
berdasarkan nilai Aggregate Risk
Potential (ARP) dan prinsip diagram
pareto 80/20, dimana 80% kejadian
yang muncul berasal dari 20% sumber
risiko. Pada UD. Koplak Food
didapatkan hasil sumber risiko paling
Figure 6. Diagram pareto ETD pada pengecer tinggi yaitu 8 dari 15 sumber risiko.
Berdasarkan perhitungan diatas maka 3. Berdasarkan prinsip diagram pareto
diperoleh prioritas strategi penanganan dari total nilai effectiveness to
yang harus dilakukan oleh pengecer yaitu difficulty of ratio (ETD), maka
(PA2) memberikan harga produk yang didapatkan 5 strategi penanganan dari
tetap. Strategi ini digunakan untuk sumber risiko yaitu melakukan
mengatasi sumber kejadian risiko dari pengawasan produksi secara berkala
penetapan harga produk yang berubah- (PA5), memperkirakan jumlah bahan
ubah (A7). Harga jual suatu produk baku yang dikeringkan (PA6),
ditentukan dari harga pokok produksi, jika membuat SOP perawatan mesin
perhitungan harga pokok produksi tidak produksi (PA8), dan membuat
tepat maka akan mempengaruhi penentuan
penjadwalan permintaan bahan baku mitigation strategies and its
(PA4). performance of smes. International
Journal of Pure and Applied
Recommendations Mathematics. 119(15):3545–3553.

Berdasarkan penelitian yang telah Heizer, Jay dan Render. 2015. Manajemen
dilakukan, adapun saran yang diberikan Operasi: Manajemen
yaitu perlu adanya penelitian lanjutan Keberlangsungan dan Rantai
untuk dapat membuktikan apakah strategi Pasokan. Ed. ke-11. Jakarta:
mitigasi yang telah dirumuskan dapat Salemba Empat.
memberikan dampak terhadap
pengurangan risiko yang terjadi pada Iskandar, A. A. dan H. S. Wijaya. 2015.
rantai pasok bubuk minuman biji salak di Pengawasan persedian bahan baku
UD. Koplak Food. (biji kopi) yang efektif guna
mendukung kelancaran proses
produksi pada perusahaan kopi
REFERENCES bubuk sinar jempol lampung. Jurnal
Manajemen Dan Bisnis. 6(1):1–21.
Agusti, F. A., Marimin, dan H. Mulyati.
2020. Analisis risiko rantai pasok Jamehshooran, B. G., A. M. Shaharoun,
pestisida pada pt. agricon. Jurnal dan H. N. Haron. 2015. Assessing
Teknologi Industri Pertanian. supply chain performance through
30(2):151–167. applying the scor model.
International Journal of Supply
Cahyaningrum, N., A. Safitri, M. Chain Management. 4(1):1–11.
Kobarsih, M. Fajri, dan T. Marwati.
2019. Kajian pengeringan biji kakao Komara, B. dan A. Sudarma. 2016.
hasil panen akhir musim di Analisis penentuan harga pokok
gunungkidul yogyakarta. Research produksi dengan metode full costing
Fair Unisri. 3(1):655–662. sebagai dasar penetapan harga jual
pada cv salwa meubel. Jurnal Ilmiah
Fadhlullah, A. D., T. Ekowati, dan Ilmu Ekonomi. 5(9):18–29.
Mukson. 2018. Analisis rantai pasok
(supply chain) kedelai di ud adem Kurniawati, D. A. dan M. L. Muzaki.
ayem kecamatan pulokulon 2017. Analisis perawatan mesin
kabupaten grobogan. Jurnal dengan pendekatan rcm dan mvsm.
Pendidikan Bisnis Dan Ekonomi. Jurnal Optimasi Sistem Industri.
4(2):1–10. 16(2):89–105.
Geha, A., N. P. Nursiani, dan P. Y. Lokobal, A., M. D. J. Sumajouw, dan B.
Amtiran. 2021. Analisis aliran F. Sompie. 2014. Manajemen risiko
barang, aliran uang dan aliran pada perusahaan jasa pelaksana
informasi pada usaha kecil emping konstruksi di propinsi papua (study
jagung sima indah kelurahan kasus di kabupaten sarmi). Jurnal
sikumana. GLORY: Jurnal Ekonomi Ilmiah Media Engineering.
& Ilmu Sosial. 2(2):119–133. 4(2):109–118.
Hariharan, G., P. Suresh, dan S. Maharani, A. R. 2018. Perancangan
Nagarajan. 2018. Supply chain risk Manajemen Risiko Operasional Di
PT. X Dengan Menggunakan Metode Saraswati, P. G. dan N. P. Negoro. 2014.
House of Risk. Surabaya: Institut Identifikasi faktor kritis pada
Teknologi Sepulu Nopember. Thesis rencana pembangunan unit
Program Pascasarjana Institut pembangkit listrik tenaga mini hidro
Teknologi Sepuluh Nopember lodoyo blitar dengan pendekatan
Surabaya. house of risk. Prosiding Seminar
Nasional Manajemen Teknologi XXI.
Nugroho, A. D. dan F. A. Ekoanindiyo. 1–8.
2017. Penjadwalan produksi di pt sai
apparel industries semarang. Jurnal Shahin, A. 2003. Integration of FMEA
Dinamika Teknik. 10(2):40–50. and the kano model an exploratory
examination. Internationl Journal of
Pujawan, I. N. dan L. H. Geraldin. 2009. Quality and Reability Management.
House of risk: a model for proactive 21(7):731-746.
supply chain risk management.
Business Process Management Sherlywati. 2016. Pengelolaan risiko
Journal. 15(6):953–967. rantai pasok (supply chain risk
management) sebagai keunggulan
Purnomo, B. H., L. S. Devi, dan W. bersaing perusahaan. Proceedings
Amalia. 2021. Analisis risiko green Maranatha Economics & Business
supply chain management Conference. 2–19.
agroindustri bioetanol (studi kasus di
pt. energi agro nusantara). Jurnal Tampubolon, F., A. Bahaudin, dan P. F.
Teknologi Industri Pertanian Ferdinant. 2013. Pengelolaan risiko
AGROINTEK. 15(1):35–47. supply chain dengan metode house
of risk. Jurnal Teknik Industri.
Putra, A. R. 2017. Pengawasan dan 1(3):222–226.
koordinasi kerja serta pengaruhnya
terhadap produktivitas kerja Timisela, N. R., E. D. Leatemia, F. J.
karyawan. AKUNTABILITAS: Jurnal Polnaya, dan R. Breemer. 2017.
Ilmiah Ilmu-Ilmu Ekonomi. Supply chain management of agro
10(2):12–24. industry of cassava. Jurnal Aplikasi
Manajemen. 15(1):135–145.
Rohaeti, E., A. Andriyati, A. Sumarsa, dan
M. Widyastiti. 2022. Peramalan dan Widyarini, L. A., D. A. Agung, dan Y. R.
penjadwalan ketersediaan bahan Agrippina. 2020. Penguatan sistem
baku untuk mengoptimalkan dan prosedur pinjaman di koperasi
perencanaan produksi usaha kecil saka tata makmur di kediri dengan
menengah di bogor. Jurnal PkM memanfaatkan sistem informasi
Pengabdian Kepada Masyarakat. manajemen. Jurnal Abdimas PeKA.
5(1):27. 3(2):109–126.

Anda mungkin juga menyukai