Abstrak
Kawasan Desa Wisata Sentra Indusri Kerajinan Kulit Manding merupakan salah satu sentra
industri yang mayoritas UKM nya bergerak dalam industri kerajinan kulit. Kelancaran aspek bisnis
dari UKM ini ditentukan oleh pemaksimalan rantai pasok dari tiap UKM. Namun banyak dari
pihak UKM yang tidak mengetahui proses rantai pasok apa yang mereka jalani maupun potensi
risiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu diperlukan identifikasi risiko beserta penentuan
strategi mitigasinya untuk memaksimalkan kinerja dari UKM serta menumbuhkan awareness
mereka didalam mengetahui potensi risiko yang akan terjadi. Proses untuk identifikasi risiko ini
dilakukan menggunaka metode House of Risk. Proses identifikasi risiko ini meliputi risk event,
risk agent, dan tingkat korelasi keduanya. Setelah dilakukan identifikasi risiko dilakukan strategi
mitigasi risiko sebagai acuan langkah preventif bagi pihak UKM bila menemui risiko-risiko yang
diprioritaskan untuk ditangani. Hasilnya terdapat 25 Risk Event dan 31 Risk Agent. Setelah itu
berdasarkan perhitungan pareto diagram, didapatkan 3 Risk Agent utama yang harus ditangani,
yaitu kelangkaan bahan baku, pekerja tidak kompeten, dan supplier tidak dapat memenuhi
permintaan. Dari ke 3 risk agent tersebut, didapatkan 7 strategi mitigasi risiko yaitu
mempersiapkan stock bahan baku cadangan, memberikan pelatihan kerja, menempatkan pekerja
sesuai keahlian yang telah ditentukan, melakukan rekruitmen kerja sesuai kompetensi yang
dibutuhkan, membuat mou dengan supplier, melakukan evaluasi kinerja supplier, menentukan
rencana alternatif dalam penentuan supplier. Usulan strategi mitigasi risiko tersebut diharapkan
dapat digunakan oleh pihak UKM ketika risiko tersebut terjadi pada pelaksanaan proses bisnisnya.
Jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2017 terdapat sebanyak 59,2 Juta UMKM (Kementerian
Koperasi dan UMKM, 2017). Dari total keseluruhan 59,2 juta UMKM di Indonesia, terdapat total
238.619 UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinas Koperasi dan UMKM Yogyakarta 2018).
Melihat banyaknya pelaku usaha yang berbasis UMKM dapat disimpulkan bahwa industri UMKM
memiliki persaingan yang ketat. Peran UMKM di Kota Yogyakarta sendiri sangat signifikan di
dalam membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas ekonomi dari Kota Yogyakarta.
Terhitung pada tahun 2016, UMKM di kota Yogyakarta menyumbang 95% peningkatan
perekonomian Kota Yogyakarta dengan sebesar Mikro 55%, Kecil 25%, Menengah 15%, dan
Besar 5% (Dinas Koperasi dan UMKM Yogyakarta, 2018). Dalam pelaksanaan proses bisnis
UMKM, hal paling mendasar yang sering menjadi kendala adalah keterbatasan kemampuan pelaku
UMKM dalam mengelola usaha karena pemahaman yang masih bersifat tradisional, statis,
informasi yang minim tentang perkembangan dunia usaha, jumlah dan kualitas tenaga kerja yang
minim, serta kualitas produk yang dihasilkan terkesan seadanya yang mengakibatkan produk-
produk mereka tidak mampu bersaing di pasar terutama dikarenakan fokus dari pelaku UMKM
hanya sebatas kebutuhan untuk barang dagangan tanpa memikirkan inovasi didalam penentuan
produk dan kualitasnya (Sriyana, 2010) (Sherazi et al., 2013). Kawasan Desa Wisata Sentra Industri
Kerajinan Kulit Manding adalah Kawasan UKM yang mayoritas diisi oleh masyarakat asli desa
manding. Sistem usaha yang dilakukan pun bermacam-macam ada yang melakukan proses produksi
sendiri serta reseller produk. Jenis usaha yang digeluti oleh UKM dimanding adalah industri
kerajinan kulit. Produk-produk yang dihasilkan pun bermacam-macam, seperti tas, dompet, sepatu
dan masih banyak yang lainnya. Sebagai UKM-UKM yang masih berkembang, usaha ini dituntut
untuk bersaing dengan UKM lain dengan konsentrasi usaha yang sama mengingat kawasan ini
merupakan suatu kawasan terpadu dalam Industri kerajinan kulit. Seiring berjalannya waktu usaha-
usaha di UKM kulit manding ini cenderung mengalami pergerakan bisnis yang lebih stagnan
dikarenakan minimnya variasi, inovasi dari produk-produknya, kualitas produk yang kurang
mumpuni, dan ketidakmampuan mereka didalam memasarkan produk secara masif. Hal ini
disebabkan oleh minimnya pemahaman dari pemilik UKM terkait aspek-aspek tersebut, dan juga
keengganan dari UKM untuk melakukan peningkatan dari pelaksanaan bisnisnya dikarenakan
sudah terlalu nyaman dan lebih memaksimalkan apa yang sudah ada sehingga hal tersebut juga
memacu terjadinya suatu risiko yang berimbas terhadap pelaksanaan bisnis mereka seperti sepi
pemesanan, ketidakpercayaan konsumen terhadap UKM, kendala internal yang tidak terkoordinir
dengan baik, bahkan kebangkrutan usaha. Kebanyakan pelaku usaha dari UKM yang ada di
Manding cenderung tidak menyadari apa saja risiko-risiko yang terjadi dapat mengakibatkan
kerugian, oleh karena itu diperlukan manajemen risiko untuk mengetahui titik rawan pada tahapan
rantai pasok. Untuk mengetahui risiko yang terjadi di UKM maka digunakanlah metode House of
Risk untuk mengindentifikasi risiko berdasarkan risk event dan risk agent nya. Penelitian ini
diharapkan dapat meminimalisir adanya risk agent yang menyebabkan risiko terjadi dan berpeluang
besar mengganggu proses rantai pasok dari UKM-UKM yang ada di kawasan Manding
menggunakan metode House of Risk (HOR) sehingga diharapkan peningkatan kualitas UKM yang
progresif, inovatif, dan kreatif.
2. Metodologi Penelitian
Menurut Pujawan & Geraldin (2009) metode House of Risk merupakan salah satu metode yang
dikembangkan guna menghadapi risiko dari lingkungan serta proses pelaksanaan bisnis yang sangat
penting bagi perusahaan untuk mendapatkan penanganan Manajemen Risiko Rantai Pasok. Hal ini
disebabkan karena ketika suatu risiko tidak ditangani secara cepat dan tepat, maka risiko tersebut
dapat memiliki dampak yang buruk bagi keberlangsungan pelaksanaan perusahaan yang mencakup
buruknya pelayanan serta biaya yang tinggi. Model ini dibuat berdasarkan gagasan bahwa
Manajemen Risiko Rantai Pasok harus mencoba untuk fokus terhadap tindakan preventif guna
meminimalisir risiko, seperti menurunkan peluang kemunculan Risk agent. Mengurangi
kemunculan Risk agent dapat mengurangi kemunculan risk events. Kemudian dalam penanganan
Risk agent diperlukan studi pembanding antara risk events dan hubungannya dengan Risk agent
sehingga dapat ditemukan penanggulangan risiko secara tepat yang dimana setiap risiko tidaklah
memiliki perlakuan penyelesaian yang sama.
Selain itu Pujawan & Geraldin (2009) juga mengemukakan bahwa penilaian risiko atau Risk
Assesment dilakukan dengan menghitung nilai Risk Potential Numbers (RPN) yang terdiri dari 3
faktor yaitu, peluang terjadinya risiko, besarnya dampak yang dihasilkan dan deteksi risiko. Cara
kerjanya adalah dengan melakukan penilaian peluang terhadap terjadinya Risk agent dan besarnya
dampak yang dihasilkan. Karena satu Risk agent dapat memiliki berbagai macam risk events,
sehingga diperlukan perhitungan untuk menghitung Aggregate Risk Potential (ARP) dari Risk
agent. Berikut adalah tabel perhitungan House of Risk
Information:
Setelah dilakukan perhitungan HOR fase 1 maka dilakukan perhitungan HOR fase 2 untuk
mengetahui strategi mitigasi risiko berdasarkan risiko prioritas yang telah ditetapkan melalui
perhitungan Hoise of Risk fase 1. Berikut adalah tabel perhitungannya
Keterangan:
- A1, A2, A3…An = Risk agent who was elected to do the handling of
- E11, E12,… Enn = Correlation between preventive action and risk agent
- R1, R2, R3…Rn = Rank of preventive action based on sequence of grades ETD
highest
3. Perhitungan Data
3.1 House of Risk Fase 1
Identifikasi risiko menggunakan pemodelan House of Risk yang mengacu terhadap aktivitas Rantai
Pasok. Berikut adalah aktivitas rantai pasok UKM Manding
Setelah ditemukan aktivitas rantai pasok UKM, kemudian dicari potensi risiko yang bisa terjadi
pada rantai pasok. Identifikasi ini dilakukan untuk mencari risk event dan risk agent. Setelah
dilakukan penelitian maka ditemukan total 25 risk event dan risk agent. Berikut adalah
penjelasannya
Setelah dilakukan analisis diagram pareto didapatkan 3 risiko prioritas yang akan ditangani
dengan menggunakan prinsip pareto 80/20. Berikut adalah datanya
Kemudian dilakukan analisis menggunakan peta risiko untuk mengetahui sejauh mana penempatan
risiko berdasarkan hasil diskusi dengan pihak UKM. Berikut adalah peta risikoya
Tabel 8 Peta Risiko
Setelah ditentukan strategi mitigasi risiko, selanjutnya dilakukan penilaian pemetaan HOR fase 2.
Beserta urutan prioritas strategi mitigasi risiko. Berikut penjelasannya:
Tabel 10 Penilaian Pemetaan HOR fase 2
Preventive Action
Kode Risk Agent ARP
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7
Kelangkaan
A12 9 3 2106
bahan baku
Pekerja
A6 kurang 9 9 9 1737
kompeten
Supplier
tidak dapat
A3 9 9 9 1665
memenuhi
permintaan
Total Effectiveness 18954 15633 15633 15633 14985 14985 22599
Degree of Difficulty 5 3 4 5 3 4 4
Effectiveness tu
3791 5211 3908 3126.6 4995 3746 5326
Difficulty
Rank of Priority 5 2 4 7 3 6 1
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat 25 risk event dan 31 risk agent pada 3 UKM di Kawasan Desa Wisata Sentra
Kerajinan Kulit Manding
2. Dari total 31 risk agent didapatkan 3 prioritas risiko yaitu kelangkaan bahan baku, pekerja tidak
kompeten, dan supplier tidak dapat memenuhi permintaan yang didapatkan melalui prinsip
pareto 80/20 yang berarti menangani 20% penyebab risiko dapat meminimalisir 80% risiko
yang terjadi di UKM berdasarkan 3 nilai ARP tertinggi.
3. Dari ketiga risk agent didapatkan 7 strategi mitigasi risiko untuk kemudian dilakukan
pemeringkatan dari yang tertinggi adalah Menentukan rencana alternatif dalam penentuan
supplier (PA7), Memberikan pelatihan kerja (PA2), Membuat MoU dengan supplier (PA5),
Menempatkan pekerja sesuai keahlian yang telah ditentukan (PA3), Mempersiapkan stock
bahan baku cadangan (PA1), Melakukan evaluasi kinerja supplier (PA6), Melakukan
rekruitmen kerja sesuai kompetensi yang dibutuhkan (PA4)
5. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dihasilkan beberapa rekomendasi untuk pihak
Dinas Koperasi dan UKM Bantul serta peneliti selanjutnya
6. Daftar Pustaka
Adeyele, J. S., & Osemene, O. F. (2018). Small and Medium Enterprises' Risk Exposures and
Mitigation Approaches in Nigeria. The Journal of Entrepreneurial Finance.
Azar, A., & Dolatabad, K. M. (2018). A Method for Modelling Operational Risk With Fuzzy
Cognitive Maps and Bayesian Belief Networks. Expert System With Application.
Badurdeen, F., Shuaib, M., Wijekoon, K., Brown, A., Faulkner, W., Amundson, J., . . . Boden,
B. (2013). Quantitative modeling and analysis of supply chain risks using Bayesian
theory. Supply Chain Risks.
Chen, Y., & Lin, P. (2018). Bayesian Network of Risk Assesment for a Super-Large Dam
Exposed to Multiple Natural Risk Sources. Sthocastic Enviromental Research and Risk
Assesment.
Chen, Y., & Lin, P. (2018). Bayesian Network of Risk Assesment for a Super-Large Dam
Exposed to Multiple Natural Risk Soures. Stochastic Enviromental Research and Risk
Assesment.
Choi, T.-M., Chun-Hung, C., & Hing-Kai, C. (2016). Risk Management of Logistics Systems.
Transportation Research.
Chowdhury, P. (2019). Supply Risk Mitigation and Its Impact on Operational Performance of
Small and Medium Sized Enterprises: A Social Capital Approach. RMIT University.
Chowdhury, P., Lau, K. H., & Pittayachawan, S. (2016). Supply Risk Mitgation of Small and
Medium Enterprises: A Social Capital Approach. RMIT University.
Dinas Koperasi dan UMKM Yogyakarta. (2018). Dinas Koperasi dan UMKM. Diambil
kembali dari Website Dinas Koperasi dan UMKM:
http://www.depkop.go.id/uploads/tx_rtgfiles/22._Paparan_Rakornas_Yogyakarta_201
8_-_DIY.pdf (20 Maret 2019)
Engelseth, P., Pujawan, I. N., & Mirwan, U. (2018). Continuous Handling of Uncertainty in
Food Chains: Using the House of Risk Model in Ecosystems. International Journal
Food System Dinamics.
Fahmi, I. (2011). Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung: CV. Alfabeta.
Hariharan, G., P Suresh, D., & Nagarajan, S. (2018). Supply Chain Risk Mitigation Strategies
and Its Performance of SMEs. International Journal of Pure and Applied Mathematics,
741-749.
Iqbal, M., & Rizwan, M. (2009). Application of 80/20 Rule in Software Engineering Waterfall
Model.
Jüttner, U. (2005). Supply chain risk management: Understanding the business requirements
from a practitioner perspective. The international journal of logistics management 16.1,
120-141.
Kendrick, T. (2015). Identifying and Managing Project Risk Third Edition. AMACOM.
Kusmantini, T., Guritno, A. D., & Rustamaji, H. C. (2016). Mapping of Supply Chain Risk in
Industrial Furniture Base on House of Risk Framework. Eurropean Journal of Business
and Management.
Ma, H.-L., & Wong, W.-h. C. (2017). A Fuzzy-based House of Risk Assesment Methode for
Manufacturers in Global Supply Chain.
Ojha, R., Ghadge, A., Tiwari, M. K., & Bititci, U. S. (2018). Bayesian Network Modelling for
Supply Chain Risk Propagation.
Pujawan, I. N., & Geraldin, L. H. (2009). House of risk: a model for proactive supply chain
risk management. Business Process Management Journal 15.6, 953-967.
Qazi, A., Dickson, A., Quigley, J., & Gaudenzi, B. (2018). Supply Chain Risk Network
Management: A Bayesian Belief Network and Expected Utility Based Approach for
Managing Supply Chain Risks. International Journal of Production Economics.
Shahin, A. (2004). Integration of FMEA and the Kano Model: An exploratory examination.
International Journal of Quality & Reliability Management, 731-746.
Siagian, Y. M. (2007). Aplikasi Supply Chain Management. Grasindo.
Situmorang, S. H., Muda, I., Dalimunthe, D. M., Fadli, & Syarief, F. (2010). Analisis Data:
Untuk Riset Manajemen dan Bisnis. Medan: USU Press.
Sreedevi, R., & Saranga, H. (2017). Uncertainty and Supply Chain Risk: The Moderating Role
of Supply Chain Flexibility in Risk Mitigation. International Journal of Production
Economic, 332-342.
Srivastava, M., Srivastava, A., & Rai, S. K. (2013). Review of Various Supply Chain
Performance Measurment Frameworks: A Proposed Framework for ITES Industry.
Global Journal of Management and Business Studies.
Sriyana, J. (2010). Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus
di Kabupaten Bantul. Simposium nasional, 79-103.
Susilo, L. J., & Kaho, V. R. (2018). Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000:2018, Panduan
untuk Risk Leaders dan Risk Practitioners. Jakarta: PT Grasindo.
Syed Kamran Sherazi, M. Z. (2013). Obstacles to small and medium enterprises in Pakistan.
Principal component analysis approach. Middle-East journal of scientific research,
13(10), 1325-1334.
Tague, N. R. (2005). The Quality Toolbox. ASQ Quality Press Milwaukee, WI.
Tampubolon, F., Bahaudin, A., & Ferdinant, P. F. (2013). Pengelolaan Risiko Supply Chain
dengan Metode House of Risk. Jurnal Teknik Industri Vol. 1, 222-226.
Tanjung, W. N., Khodijah, R. S., Hidayat, S., Ripmiatin, E., Atikah, S. A., & Asti, S. S. (2019).
Supply Chain Risk Management on Wooden Toys Industries by using House of Risk
(HOR) and Analytical Network Process (ANP) Method. IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering.
Tummala, R., & Schoenberr, T. (2011). Assesing and Managing Risks Using The Supply Chain
Management Process (SCRMP). Research Note.
Ulfah, M. M. (2016). Analisis dan Perbaikan Manajemen Risiko Rantai Pasok Gula Rafinasi
Dengan Pendekatan House of Risk. , . Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 26 (1), 87-
103.
Ulfah, M., Trenggonowati, D. L., & Yasmin, F. Z. (2018). Proposed supply chain risk
mitigation strategy of chicken slaughter house PT X by house of risk Method. MATEC
Web of Conferences 218, 04023.
Wang, N., Xu, C.-s., Du, X.-l., & Zhang, M.-j. (2017). Supply Risk Mitigation and Its Impact
on Operational Performance of Small and Medium Sized Enterprises: A Social Capital
Approach. International Journal System Assurement Engineering Management.
Yogyakarta, D. K. (2016). Tribun News. Diambil kembali dari Tribun News Website:
http://jogja.tribunnews.com/2016/06/22/lipsus-95-persen-perekonomian-diy-
disumbang-oleh-umkm (20 Maret 2019)
6. Yogyakarta, P. K. (2019, 3 3). UMKM Kota Jogja. Diambil kembali dari Website UMKM Kota
Jogja: http://umkm.jogjakota.go.id/direktori2/group.php?mod=klas&. (20