PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air mempunyai fungsi penting untuk menjaga volume darah serta regulasi
fungsi kardiovaskular, serta meregulasi suhu tubuh , dan akan dikeluarkan secara
konveksi dan evaporasi melalui keringat serta pernafasan. Asupan air yang
adekuat berfungsi menggantikan cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
feses untuk mencegah dehidrasi (Mahan LK, 1996). Air dapat dikonsumsi
kapanpun bahkan sebelum latihan fisik. Konsumsi minuman mengandung
1
karbohidrat yang diminum 15 menit sebelum latihan dapat dijadikan sumber
energi dalam waktu pendek.
Rekomendasi yang di anjurkan adalah 500 ml air 1- 2 jam sebelum latihan dan
600 ml air atau minuman yang mengandung karbohidrat 10-15 menit sebelum
aktivitas. Untuk jenis olahraga dalam waktu singkat sebaiknya konsumsi cairan
tidak kurang dari 30 menit sebelum latihan(Inge K, 2001).
Makanan dan cairan yang cukup harus dikonsumsi sebelum, selama dan
sesudah melakukan olahraga agar membantu memelihara konsentrasi glukosa
darah pada saat melakukan latihan, memaksimumkan kinerja latihan, menunda
kelelahan dan memperbaiki waktu pemulihan(Burke L., 2006). Tubuh kita
membutuhkan energi saat beraktivitas fisik sehari-hari, apalagi seorang atlet
(olahragawan). Energi yang dibutuhkan adalah bersumber dari nutrient yang
berkualitas dan mudah dicerna serta diabsorpsi di dalam usus halus. Aktivitas
fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/energi
dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang
melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-
5 hari dalam seminggu.
Produksi energi di dalam tubuh setiap orang sangat bervariasi. Hal itu
tergantung pada tingkat penggunaannya serta komposisi bahan pangan dalam diet
(Franconi F, 1998). Bahan pangan yang berfungsi sebagai penghasil energi
berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan protein pada dasarnya tidak
dipakai sebagai sumber energi, kecuali jika asupannya berlebih. Komposisi bahan
pangan memasok energi yang baik terdiri dari karbohidrat 50%, lipid 30%, dan
protein 20%, sedangkan komponen hormon, enzim, vitamin dan mineral berfungsi
sebagai katalis dalam proses metabolisme yang mengubah molekul karbohidrat,
protein dan lemak menjadi energi yang siap digunakan (Grosch, Food Chemistry,
1999).
2
makanan.Glukosa adalah karbohidrat terpenting, sebagian besar karbohidrat
dalam makanan diserap ke dalam aliran darah dalam bentuk glukosa, sedangkan
monosakarida lain diubah manjadi glukosa di hati. Glukosa merupakan bahan
bakar metabolik utama pada mamalia dan juga sebagai prekursor untuk sintesis
semua karboidrat lain dalam tubuh.
3
sehingga sifat fungsionalnya jauh lebih baik dibandingkan dengan konsentrat
kedelai dan tepung kedelai (Koswara, 1992).
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh minuman energi dari karbohidrat pati pisang goroho
dan isolate soy protein pada aktivitas fisik olahraga.
4
2. Bagaimana kandungan zat gizi pati pisang goroho yang bersumber dari
karbohidrat alami dengan nilai pati yang tinggi sebagai minuman energi
dengan tambahan isolate soy protein dan stimulan energy dari madu dan
coklat.
Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pengaruh minuman energi dari karbohidrat pisang goroho
untuk stamina dan menambah energi.
b. Membuat formulasi minuman energi berkarbohidrat dari pati pisang
goroho dan isolate soy protein.
c.
1.1 Manfaat Penelitian
1.2 Bagi Pengguna Minuman Energi (energi drink) pati pisang goroho.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
KLASIFIKASI DAN PENAMAAN PISANG GOROHO
Kerajaan : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Lilopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : M.acuminafe
7
Bagian pisang yang digunakan sebagai obat adalah: Buah Pisang, Bunga
Pisang (Jantung) Tunas/anak Pisang, Batang pohon pisang, kulit buah pisang
8
dan getah pelepah daun pisang. Batang pisang juga bagi orang Minahasa
dijadikan sayur.
Di Indonesia terdapat lebih dari 230 jenis pisang. Namun, jenis pisang
yang dijual di pasaran dan umum dikonsumsi adalah Pisang Barangan, Pisang
Raja, Pisang Raja Sereh, Pisang Raja Uli, Pisang Raja Jambe, Pisang Raja Molo,
Pisang Kepok, Pisang Tanduk, Pisang Mas, Pisang Ambon, Pisang Lumut,
Pisang Ambon Kuning, Pisang Nangka, Pisang Kapas, Pisang Kidang, Pisang
Lampung, dan Pisang Tongkat Langit (Damiati dkk, 2014).
9
juga merupakan sumber penting polifenol, yaitu komponen yang berfungsi
sebagai antioksidan alami. Tepung pisang yang terbuat dari pisang masakpun
mempunyai aktivitas antioksidan, yaitu oleh kandungan beta karotennya (Fatemeh
et al, 2012).
Manfaat buah pisang bagi kesehatan cukup potensial karena buah pisang
mengandung makanan bergizi lengkap. Menurut ilmuwan dari Universitas Johns
Hopkins di Amerika Serikat bahwa Potasium (kalsium) dalam pisang sangat
membantu memudahkan pemindahan garam (natrium) dalam tubuh, sehingga
akan cepat menurunkan tekanan darah (Mulyanti, 2005).
10
Bila dibandingkan dengan buah apel, nilai energi pisang bernilai lebih
tinggi, yakni 136 kalori per 100 gr, sedang buah apel hanya 54 kalori per 100 gr.
Karbohidrat pada pisang mampu menyuplai energy lebih cepat daripada nasi dan
biskuit sehingga para atlet olahraga banyak yang mengkonsumsi pisang di saat
jedah untuk memulihkan energi mereka (Suyanti dan Ahmad, 2008).
11
(C6H10O5)n. Penyusun utama pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa
tersusun atas satuan glukosa yang saling berkaitan melalui ikatan 1-4 glukosida,
sedangkan amilopektin merupakan polisakharida yang tersusun atas 1-4
glikosida dan mempunyai rantai cabang 1-6 glukosida (Kirk and Othmer, 1954).
Kedelai juga bisa digunakan sebagai bahan baku industri pangan. Fungsi
utama substitusi isolat protein kedelai dalam produk olahan pangan adalah untuk
meningkatkan kandungan protein(Mervina, 2012). Kedelai termasuk kelompok
flavonoid, merupakan salah satu bahan pangan penghasil antioksidan alami, salah
satu komponen penting/senyawa bioaktif yang terdapat dalam kedelai dan
bertindak sebagai antioksidan adalah isoflavon (Saija, 1995)
12
olahan kedelai yang tidak difermentasi seperti susu kedelai, tofu, tepung kedelai,
konsentrat protein kedelai dan isolate protein kedelai.
STIMULAN ENERGI
13
A. MADU
Madu adalah suatu zat kental manis yang dibuat dengan jalan fermentasi
dari nektar bunga di dalam saluran pencernaan lebah setelah mengalami
perubahan. Menurut (Suranto, 2004) madu berkhasiat untuk menghasilkan energi,
meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan stamina. Madu yang
mengandung unsur makanan yang luar biasa walaupun kadarnya kecil, sehingga
kecil, sehingga bisa digunakan sebagai tonik alami (Baskhara, 2008). Frukotosa
dan glukosa selama proses pencernaan dapat dengan cepat ditransportasikan ke
dalam darah sehingga cepat pula dimanfaatkan tubuh sebagai sumber energy
(Bogdanov, 2008)
B. COKLAT
C. VITAMIN B KOMPLEKS
D. GARAM
Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh
tubuh dengan minum kebutuhan orang dewasa berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari
(ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari. Setiap kelebihan natrium yang terjadi di
dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan keringat (Irawan, 2007).Natrium
14
berpartisipasi dalam keseimbangan asam-basa dengan cara bergabung dengan
radikal bikarbonat (Tambayong, 2000).
Natrium adalah unsur yang penting dalam sel-sel dan cairan sel (Gibson,
1999). Natrium adalah kation utama dari CES (Cairan Ekstraseluler). Natrium
mengatur tekanan osmotic dari CES secara nyata mempengaruhi tekanan osmotic
CIS (Cairan Instraseluler). Natrium juga merupakan komponen essensial dalam
eksitabilitas neuromuscular dan bertanggung jawab untuk depolarisasi membrane
sel dari sel yang dapat di rangsang.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Bahan Utama adalah Pisang Goroho, Isolate Soy Protein (ISP), Coklat
bubuk.
2. Bahan Komplementer adalah Fruktosa dari gula cair dari jagung,
madu, kappa karagenan dan garam
3. Bahan Kimia
4. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan minuman energi
berbahan dasar pati pisang goroho antara lain,Sedangkan alat yang
digunakan untuk analisis kimia,fisika dan mikrobiologi adalah cawan
petri, desikator, oven, timbangan, tanur, kertas saring, labu kjehdal,
tabung soxhlet, ph meter, pipet, viscometer dan thermometer.
5. Bahan lainnya termasuk questioner untuk uji hedonik dan mutu
hedonik yaitu kertas dan bolpoin.
16
dilarutkan dalam air bersuhu 80 90 derajat celcius dan dihomogenisasi
mengunakan blender dengan perbandingan tepung kedelai perbandingan ISP dan
air adalah 1 : 6. Penambahan bahan tambahan fruktosa/sukrosa, madu, kappa
karagenan, gelatin/pectin, coklat, garam, sebagai pemanis, stimulator energi
dibuat formulasi minuman energiberbahan dasar pati pisang goroho dan tepung
isolate soy protein, diharapkan dapat mempengaruhi, aroma dan rasa untuk
menjadi minuman energy yang berbasis karbohidrat dan dapat meningkatkan
penerimaan panelis. Komposisi formulasi minuman pada table 1 sebagai berikut:
3 Coklat bubuk 0 3 5 7
6 Fruktosa 3 3 0.05
Gula Cair
Jagung
7 Garam 0.1 0.1
17
Produk yang dihasilkan pada penelitian pendahuluan selanjutnya di
adakan anlisa organoleptik yaitu analisa hedonikparameter rasa, warna,
aroma, dan tingkat kesukaan oleh panelis semi terlati. Penentuan
perlakuan terbaik dilakukan dengan uji Kruskal Wallis, sedangkan uji
lanjut digunakan uji Multiple Comparison. Produk dengan konsentrasi
terbaik selanjutnya digunakan pada penelitian Utama.
18
BAGAN PENELITIAN
Homogenisasi/diblender
Homogenisasi/diblender
PISANG : AIR
1:6
Su
19
Disaring AMPAS Dikemas dalam botol kaca
FILTRAT
DiPasturisasi
20
___________________________________________________________
Tidak Suka Sangat Suka
Aroma
___________________________________________________________
Tidak Suka Sangat Suka
Tingkat Kesukaan Keseluruhan
___________________________________________________________
Tidak Suka Sangat Suka
21
diabukan dalam tanur bersuhu 600 oC selama 3 jam lalu ditimbang. Kadar
abu dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat abu
Kadar abu 100%
Berat sampel
% Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak+ kadar protein
rumus:
Berat Sampel
22
(5) Analisis kadar protein (AOAC 2007)
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap
yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 0,25 gram selenium
dan 3 ml H2SO4 pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410 oC selama kurang lebih
1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu
Kjeldahl ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40 %, kemudian dilakukan
proses destilasi dengan suhu destilator 100 oC. Hasil destilasi ditampung dalam
labu erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 10 ml asam borat (H3BO3) 2 %
dan 2 tetes indikator methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume
destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi
dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis
seperti contoh. Kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
23
1000C selama 15 menit. Setelah itu dibiarkan dingin, kemudian
ditambahkan akuades 20 ml dan pH diatur menjadi 1,5 menggunakan HCl.
Sebanyak 100 mg pepsin ditambahkan ke dalam erlenmeyer lalu ditutup
dan diinkubasikan dalam penangas air bergoyang pada suhu 400C selama
60 menit, Kemudian ditambahkan 20 ml akuades dan pH diatur lagi
menjadi 6,8 menggunakan NaOH. Sebanyak 100 gram pankreatin
ditambahkan, kemudian erlenmeyer ditutup dan diinkubasikan dalam
penangas air bergoyang pada suhu 400C selama 60 menit, pH diatur
menjadi 4,5 menggunakan HCl. Larutan disaring menggunakan Crucibe
(porosity 2) yang telah diketahui beratnya dan mengandung 0,5 celite
kering, kemudian dicuci 2x10 ml dengan akuades.
a. Residu (serat yang tidak larut)
Endapan yang tertinggal pada kertas saring dicuci 2x10 ml dengan
etanol 95% dan 2 x 10 ml aseton. Kemudian kertas saring dikeringkan
pada suhu 1050C sampai mencapai berat konstan (semalam). Setelah
itu diinginkan dalam desikator (D1). Endapan pada kertas saring
diabukan pada suhu 5500C selama 5 jam, kemudian didinginkan dan
ditimbang (I1).
b. Filtrat (serat yang larut)
Volume filtrat menjadi 100 ml. kemudian ditambahkan 400 ml
etanol 95% hangat (600C) dan dibiarkan mengendap selama satu jam.
Setelah itu larutan disaring menggunakan Crucible (porosity 2) yang
telah diketahui beratnya dan mengandung 0,5 gram celite. Sisa larutan
dicuci dengan 2x10 ml etanol 78%, 2x10 ml etanol 95% dan 2x10 ml
aseton. Endapan dikeringkan pada suhu 1050C selama semalam,
kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (D2). Endapan
pada kertas saring diabukan pada suhu 5500C selama 5 jam, kemudian
didinginkan dan ditimbang (I2).
c. Blanko
Blanko untuk serat yang tidak larut dan serat yang larut diperoleh
dengan cara seperti prosedur untuk sampel tetapi tanpa sampel (B1
dan B2). Nilai blanko sewaktu-sewaktu harus dicek bila
menggunakan enzim dari batch yang berbeda.
Serat pangan total diperoleh dengan menjumlahkan serat pangan
tidak larut (SPTL) dan serat pangan larut (SPL). Blanko yang digunakan
24
diperoleh dengan metode yang sama, tetapi tidak ditambahkan contoh atau
sampel. Nilai blanko yang digunakan perlu diperiksa ulang, terutama bila
menggunakan enzim dari kemasan yang baru.
(4) Rumus perhitungan nilai SPTL danSPL
Nilai SPTL = D1I1B1 x 100%
W
Nilai SPL= D2I2B2 x 100%
W
Nilai TSP (%) = Nilai SPTL (%) + Nilai SPL(%)
Keterangan:
W = Berat contoh (g)
B = Berat blanko bebas serat (g)
D = Be rat setelah analisis dikeringkan (g)
I = Berat setelah analisis diabukan (g)
Yij = +i + ij
Keterangan :
Yij : Respon pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
: Rataan umum
i : Pengaruh perlakuan ke-i
ij : Galat percobaan perlakuan ke-i ulangan ke-j
Data dianalisis dengan analisis ragam. Jika dari hasil analisis ragam berbeda
nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Sedangkan
data organoleptik dianalisis dengan metode Kruskal Wallis. Jika hasil uji Kruskal
25
Wallis berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Multiple
Comparison (Steel dan Torrie 1993).
Sedangkan untuk mengetahui penerimaan produk terhadap minuman energi pati
pisang goroho dibandingkan dengan minuman energi komersial dilakukan analisis
uji perbandingan paired sample T-test.
3.5. Instrument Penelitian
3.5.1. Variabel
a. Variabel dependen meliputi daya terima dan nilai gizi
dari minuman energi pati pisang goroho dan isolate soy protein,
yaitu sumber karbohidrat dan protein.
b.Variabel independen meliputi penambahan fruktosa gula
jagung cair madu, coklat, vitamin, garam sebagai stimulant
energi.
3.5.2. Definisi Konseptual
Minuman energi terbuat dari bahan pati pisang goroho dan
isolate soy protein yaitu isolate tepung kedelai dengan tambahan
rasa manis dan coklat yang dihomogenisasi dan ditambahkan
kappa karagenan untuk memurnikan dan menghilangkan bau
isolate kadelei.
Karakterisasi sensori organoleptik pada minuman energi
yang telah ditambahkan madu dan coklat dilakukan dengan analisa
hedonik. Parameter analisa hedonik pada penelitian pendahuluan
adalahrasa, warna, aroma dan tingkat kesukaan, untuk mengetahui
bagaimana penilaian panelis terhadap mutu hedonik dari produk
minuman energi yang berbasis karbohirat dan protein dari pati
pisang goroho dan isolate soy protein.
a. Rasa
Rasa merupakan respon indera pengecap dari makanan
yang dimasukkan ke dalam mulut. Secara penginderaan rasa
dasar dibagi menjadi empat yaitu rasa asin, manis, pahit dan
asam (Deman 1997).
b. Warna
Warna merupakan salah satu parameter sensori penting
dalam menilai suatu makanan. Konsumen cenderung
mementingkan parameter sensori warna di banding rasa dan
26
nilai gizi suatu bahan pangan. Secara visual factor waran
tampil lebih dahulu sehingga suatu bahan yang dinilai bergizi,
enak dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila
memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi
kesan telah menyimpang dari warna seharusnya. Penerima
warna suatu bahan berbeda tergantung dari factor alam,
geografis, dan aspek social masyarakat penerima (Winarno
2008).
c. Aroma
Aroma merupakan parameter yang memegang peranan
penting dalam penilaian suatu produk. Aroma atau bau suatu
bahan disebabkan oleh senyawa yang mempengaruhinya
(Deman 1997)
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Karateristik sport drink antara lain adalah mengandung 5-7% karbohidrat atau
14 gram dalam 237 mL cairan, mengandung 110 165 mg natrium, dan
mengandung berbagai jenis karbohidrat yang mengandung indeks glikemik tinggi.
Sport drink yang tepat setidaknya mengandung 300700 mg natrium per liter,
kandungan karbohidrat 4-8 %, dan beberapa tipe karbohidrat. Kandungan
karbohidrat dalam sport drink yang baik adalah 6-8% dalam sekali penyajian.
Kecepatan penyerapan karbohidrat dalam usus meningkat hingga 25% ketika
terdapat beberapa jenis karbohidrat seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, polimer
glukosa dan maltodekstrin dalam formula sport drink. Karbohidrat >8% dapat
mempercepat distribusi glukosa dalam tubuh, tetapi menimbulkan rasa tidak
nyaman karena terjadi reflux25 , mempercepat pengosongan air di lambung dan
absorbsinya di usus. Sport drink juga memiliki kandungan fruktosa yang rendah
yaitu 2-3% yang bertujuan untuk mencegah gangguan pencernaan karena efek
osmotik dari kadar fruktosa yang tinggi dalam usus. Karbohidrat merupakan
sumber energi untuk seluruh jenis olahraga. Karbohidrat yang masuk kedalam
tubuh, setelah dimetabolisme menjadi karbohidrat sederhana yaitu glukosa,
fruktosa, dan galaktosa yang kemudian diabsorbsi dan ditransportasi untuk
digunakan sebagai energi dan ada pula yang disimpan di dalam tubuh. Salah satu
simpanan glukosa di dalam tubuh adalah glikogen. Simpanan glikogen dalam otot
menentukan performa dalam sepak bola karena besarnya simpanan glikogen
dalam tubuh akan menentukan performa saat latihan maupun pertandingan.
Olahraga yang membutuhkan daya tahan dan waktu lebih dari 90 menit
menyebabkan simpanan glikogen otot dengan cepat akan berkurang dan terjadi
kelelahan akibat penurunan glikogen dalam otot. Konsumsi karbohidrat selama
olahraga yang mempunyai intensitas tinggi dan lebih dari 90 menit dapat
meningkatkan performa selama pertandingan yaitu dengan cara tetap menjaga
kadar glukosa darah dan pemulihan simpanan glikogen dalam otot.
28
Sport drink dengan bahan campuran Tepung Pisang Goroho, Isolat Soy
Protein dan coklat bubuk di buat dalam 4 formulasi dengan konsentrasi campuran
yang berbeda berdasar kepada nilai gizi yang terkandung dalam setiap bahan yang
digunakan dengan penelitian terdahulu sebagai acuan utama. Diperoleh formulasi
sport drink sebagai berikut:
29
a. Uji Hedonik Terhadap Aroma
Tabel 4.4 Uji oneway Anova parameter aroma hasil uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Aroma F0 43.93 25.001 20.202 0,0001
F1 77.60 18.324
F2 77.93 16.710
F3 77.47 21.214
30
F3 57.23 25.379
31
1. Uji Mutu Hedonik
Untuk mengetahui karakteristik mutu suatu produk dan
daya terima masyarakat terhadap mutu Energy Drink secara
spesifik, dilakukan uji lanjutan hedonik yaitu mutu hedonik dengan
menggunakan formulir VAS. Uji mutu hedonik terdiri dari 4
kategori yang akan menjadi indikator yaitu warna, aroma, rasa dan
tekstur. Uji mutu hedonik dilakukan kepada 30 panelis agak
terlatih mahasiswa/i Program Studi Ilmu Gizi Universitas Esa
Unggul. Berikut merupakan hasil uji mutu hedonik :
a. Uji Mutu Hedonik Terhadap Warna
Tabel 4.12 Oneway Anova parameter warna uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Warna F0 20.87 17.581 77.124 0,0001
F1 78.53 17.019
F2 82.57 18.678
F3 88.90 24.466
32
ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa secara spesifik terdapat
perbedaan yang signifikan pada parameter aroma antar keempat
formulasi energy drink.
33
e. Uji Mutu Hedonik Terhadap Kekentalan
Tabel 4.16 Oneway Anova parameter kekentalan uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Rasa F0 41.47 30.844 11.182 0.0001
F1 59.77 23.387
F2 65.70 28.316
F3 80.97 23.700
34
formula F2. Pengujian yang dilakukan yaitu uji proksimat meliputi analisis
kadar air, analisis kadar abu, analisis serat kasar, kadar protein, kadar
lemak, dan perhitungan karbohidrat serta uji bomb calorimeter. Hasil dari
uji proksimat dan bomb calorimeter dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.20 Hasil analisis Proksimat dan Bomb Calorimeter Produk F2
Parameter Satuan Hasil
Kadar air % 69.05
Kadar abu % 0.96
Lemak % 0.44
Serat kasar % 4.21
Protein % 6.44
Karbohidrat % 18.90
Kalori kkal/g 49.8593
35
BAB V
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Produk
Energy Drink merupakan jenis minuman yang dapat memberikan sensasi segar
setelah dikonsumsi, umumnya banyak mengandung kafein dan gula dengan bahan
tambahan vitamin B kompleks dan asam amino (taurin misalnya). Biasanya berupa
minuman kaleng, botol atau berupa serbuk larut air. 4 Komposisi Energy Drink,
antara lain terdiri dari: Gula, Gingko Biloba, L-Carnitine, Anti Oxydant, Caffeine,
Guarana, Taurine, Ginseng, Yerba Mate, Vitamin B, Glucoronolactone, Creatine.
Gula Komponen ini biasa terdapat dalam Energy Drink sekitar 25 gr pada tiap
150 ml botol. Dalam Energy Drink gula berfungsi sebagai sumber energy. Caffeine
Kafein dalam minuman bernenergi berfungsi untuk menstimulasi system saraf
pusat sehingga member efek alert, meningkatkan denyut jantung, dan tekanan
darah. Efek dari konsumsi kafein secara teratur dapat mengurangi resiko menderita
penyakit Parkinson sebanyak 80%. Kafein juga berkontribusi dalam mengatasi nyeri
kepala, merangsang mood, mencegah lubang pada gigi, serta membantu
mengurangi derita penyakit asma. Dalam satu botol (150 ml) Energy Drink terdapat
+ 50 mg kafein. Taurine Taurine dapat meregulasi denyut jantung tubuh, kontraksi
otot, dan tingkat energy. Namun, Taurine juga merupakan inhibitor
neurotransmitter ringan. Taurine biasa terdapat dalam ikan dan daging. Bahan ini
juga telah diperkirakan memiliki Daily Human Intake sekitar 40 hingga 400 mg.
Energy Drink yang muncul pada tahun-tahun antara 2004 hingga 2008 diketahui
telah mengandung taurine. Pada 2004, sekitar 27% Energy Drink telah mengandung
Taurine, sedangkan pada 2008, presentase keberadaan Taurine menurun menjadi
21%. Dalam 150 ml botol Energy Drink terkandung taurine sebanyak 1000 mg.
Vitamin B Vitamin B dalam jumlah tertentu berperan dalam membantu konversi
makanan menjadi energy. Dalam kaleng ukuran 250 ml, mungkin terdapat sekitar
360% RDA vitamin B6, 120% vitamin B12, 120% vitamin B3. Vitamin B3 berperan
penting sebagai co-enzim metabolism energi, sintesis lemak, dan pemecahan
lemak. Vitamin B6 berperan penting dalam membantu pemanfaatan karbohidrat,
lemak dan protein agar lebih maksimal. Vitamin B12 penting sebagai pembantu
dalam metabolism asam folat dan kinerja fungsi syaraf. Ginseng Ginseng
36
merupakan tanaman rempah-rempah yang telah digunakan sejak 2000 tahun yang
lalu oleh masyarakat Asia Timur seperti Cina, Jepang dan Korea. Ginseng dalam 18-
400 ml per 16 ons bermanfaat dalam meningkatkan energy, mempunyai komponen
anti-lelah, melegakan stress dan menguatkan ingatan menstimulasi hypothalamus
dan kelenjar pituitary untuk mengekskresikan adreno corticotropic.Dalam 4 g
sachet minuman berenergi terkandung ginseng sebesar 20 mg.
Efek fungsional yang ditimbulkan Energy Drink adalah meningkatkan energy.
Efek meningkatkan energy ini bisa timbul akibat berbagai sebab. Yang pertama
tentu saja asupan gula sebagai sumber energy. Kedua, vitamin B yang membantu
konversi gula ke energy. Ketiga, kafein yang menstimulasi system metabolic dan
syaraf pusat. Keempat, Taurine yang dapat meregulasi denyut jantung tubuh,
kontraksi otot, dan tingkat energy. Kandungan komposisi pelengkap lainnya seperti
ginseng dan gingko biloba digunakan untuk memperkuat stamina dan daya tahan
tubuh. Sebuah penelitian yang mengkaji manfaat minuman berenergi dalam
memberi peningkatan energi seperti yang diiklankan. Hasil penelitian yang
dijalankan menunjukkan bahwa minuman energi 6 dibandingkan dengan placebo
memberi efek peningkatan energi pada kelompok subjek berumur 18 hingga 55
tahun. Efek yang paling tinggi dapat dirasakan 30 hingga 60 menit selepas konsumsi
dan efek ini dipertahankan selama sekurang-kurangnya 90 menit. Kafein diketemui
penyebab utama efek ini. Walaupun tidak terdapat kebutuhan tubuh manusia
untuk kafein, melalui hasil penelitian dosis kafein yang rendah (12,5-100 mg) dapat
mempertingkatkan prestasi kognitif dan mood.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Franconi F, B. F. (1998, Mei). Plasma and Platelet Taurin are Redt with
reduced in Subjects with Insulin-dependent Diabetes Mellitus.
Indocommercial 1998, hal. Laporan Khusus Profil Bisnis No.
201.
39
Harbone, J. B. (1987). Metode Fitokimia Edisi ke 2. Bandung ITB-
Press: Kosasih Padwaminata.
Hendry, N. (20 Mei 2010). Foods for Digestive Health: Tren Utama
Industri Pangan. http:www.foodreview,biz/login/preview.php.
Kwak. Ns, Jukes DJ. (2011). Functional Food. Part 2: the impact on
current regulatory terminology. Journal Of Food Control.
40
Mahan LK, E.-S. S. (1996). Krause's Food, Nutrition and Diet Therapy.
Dalam Edisi ke 4 (hal. 495). Philadephia: W. B. Saunders Co.
41
Sondakh E, P. (1990). Kandungan Pada Beberapa Varietas Pisang.
Sulawesi Utara Manado: Skripsi Jurusan Teknologi Pertaniaan
Univeristas Sam Ratulangie.
42
43
44