Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia sekarang ini meningkat perkembangan pasar minuman energi


hal ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya kesehatan tubuh dan ditunjang dengan miningkatnya taraf hidup
masyarakat (Kwak. Ns, Jukes DJ, 2011). Konsumen mulai percaya bahwa
makanan yang dikonsumsi berkontribusi terhadap kesehatan (Siro I,
2008).Menurut (Hendry, 20 Mei 2010) menunjukkan trend utama industri
pangan saat ini mengarah kepada suatu konsep Healthy, Functional, Satisfied
Foods dalam menghasilkan suatu produk.

Minuman berenergi adalah jenis minuman ringan yang diharapkan dapat


menambah energi dan kekuatan seseorang yang meminumnya. Menurut
(Judarwanto, 10 Maret 2011) kandungan dalam minuman energi yang utama
adalah air, gula, dan kafein. Kandungan lain ditambahkan secara bervariasi
berupa taurin, ginseng, ginkobiloba, guarana, vitamin, teh hijau, zat pewarna,
zat perasa dan lain-lain.

Minuman energi dipasaran bersifat meningkatkan energi dengan bahan


utama dari gula dan kafein, dalam 8 ons berisi 80 mg kafein (meskipun beberapa
merek mungkin mengandung beberapa kali lipat), sekitar secangkir kopi yang
kuat atau 12 ons minuman ringan yang berkafein(Malinauskas B, 2007), karena
minuman energi juga mengandung gula, taurin, dan zat-zat lain yang mungkin
memiliki efek farmakologis pada kafein(Scholey AB, 2004).

Air mempunyai fungsi penting untuk menjaga volume darah serta regulasi
fungsi kardiovaskular, serta meregulasi suhu tubuh , dan akan dikeluarkan secara
konveksi dan evaporasi melalui keringat serta pernafasan. Asupan air yang
adekuat berfungsi menggantikan cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
feses untuk mencegah dehidrasi (Mahan LK, 1996). Air dapat dikonsumsi
kapanpun bahkan sebelum latihan fisik. Konsumsi minuman mengandung

1
karbohidrat yang diminum 15 menit sebelum latihan dapat dijadikan sumber
energi dalam waktu pendek.

Rekomendasi yang di anjurkan adalah 500 ml air 1- 2 jam sebelum latihan dan
600 ml air atau minuman yang mengandung karbohidrat 10-15 menit sebelum
aktivitas. Untuk jenis olahraga dalam waktu singkat sebaiknya konsumsi cairan
tidak kurang dari 30 menit sebelum latihan(Inge K, 2001).

Makanan dan cairan yang cukup harus dikonsumsi sebelum, selama dan
sesudah melakukan olahraga agar membantu memelihara konsentrasi glukosa
darah pada saat melakukan latihan, memaksimumkan kinerja latihan, menunda
kelelahan dan memperbaiki waktu pemulihan(Burke L., 2006). Tubuh kita
membutuhkan energi saat beraktivitas fisik sehari-hari, apalagi seorang atlet
(olahragawan). Energi yang dibutuhkan adalah bersumber dari nutrient yang
berkualitas dan mudah dicerna serta diabsorpsi di dalam usus halus. Aktivitas
fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/energi
dan pembakaran energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang
melakukan latihan fisik atau olahraga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-
5 hari dalam seminggu.

Produksi energi di dalam tubuh setiap orang sangat bervariasi. Hal itu
tergantung pada tingkat penggunaannya serta komposisi bahan pangan dalam diet
(Franconi F, 1998). Bahan pangan yang berfungsi sebagai penghasil energi
berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan protein pada dasarnya tidak
dipakai sebagai sumber energi, kecuali jika asupannya berlebih. Komposisi bahan
pangan memasok energi yang baik terdiri dari karbohidrat 50%, lipid 30%, dan
protein 20%, sedangkan komponen hormon, enzim, vitamin dan mineral berfungsi
sebagai katalis dalam proses metabolisme yang mengubah molekul karbohidrat,
protein dan lemak menjadi energi yang siap digunakan (Grosch, Food Chemistry,
1999).

Karbohidratmerupakan sumber kalori terbesar yang terdapat dalam suatu


makanan. Karbohidrat tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan, senyawa ini
memiliki peran struktural dam metabolik yang penting (Murray, 2001 ).Dalam
diet normal manusia sumber utama karbohidrat yaitu: sukrosa atau gula tebu,
laktosa, pati adalah suatu polisakarida yang terdapat pada hampir semua bahan

2
makanan.Glukosa adalah karbohidrat terpenting, sebagian besar karbohidrat
dalam makanan diserap ke dalam aliran darah dalam bentuk glukosa, sedangkan
monosakarida lain diubah manjadi glukosa di hati. Glukosa merupakan bahan
bakar metabolik utama pada mamalia dan juga sebagai prekursor untuk sintesis
semua karboidrat lain dalam tubuh.

Menurut (Siro I K. E., 2008)pangan fungsional merupakan pangan yang


mempunyai efek fisiologis bagi tubuh dapat meningkatkan kondisi umum dari
tubuh, mengurangi resiko terhadap suatu penyakit, dan bahkan dapat digunakan
untuk menyembuhkan beberapa penyakit.Definisi pangan fungsional menurut
BPOM (2005) adalah pangan yang secara alamiah atau yang telah melalui proses,
mengandung satu atau lebih senyawa berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap
mempunyai fungsi-fungsi fisiologis tertentu bagi kesehatan.
Salah satu pangan fungsional lokal sumber karbohidrat adalah pisang
goroho. Pisang Goroho umumnya dijadikan pisang goreng, pisang rebus.. Pisang
goroho merupakan sumber makananan masyarakat Minahasa Sulawesi Utara
sejak dahulu, dan dijadikan makanan utama penderita diabetes (Arnold C.
Turang, Mengenal Pisang Goroho (Musa Acuminafe, sp) Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Utara, 2011). Kulit pisang goroho juga diduga
memiliki efektivitas dalam menurunkan kadar glukosa darah. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh (Kahempe, 2012) buah Pisang goroho mempunyai potensi
menurunkan kadar glukosa darah paling tinggi adalah ekstrak buah pisang segar
67.6 mg/dl, karena adanya senyawa flavanoid yang terkandung didalamnya.
Penelitian oleh (Sondakh E. , 1990), Tepung Pisang Goroho (Musa,
Acuminate, sp) mengandung nilai gizi Pati 80,89%, Protein 2,89%, Lemak
0,67%, Total Gula 1,83%, Air 11,99% dan serat kasar kurang lebih 2 %.Dari data
tersebut terbukti potensi pengembangan pisang goroho sebagai alternative
makanan sumber karbohidrat karena mengandung 80,89% pati.Pisang goroho
mengandung senyawa fenolik, flavonoid dan tannin serta memiliki aktivitas
antioksidan (Edy Suryanto, et al, 2011).Karbohidrat pada pisang mampu
menyuplai energi lebih cepat daripada nasi dan biskuit sehingga para atlet
olahraga banyak mengkonsumsi pisang di saat jedah untuk memulihkan energi
mereka (Suyanti dan Ahmad Supriyadi, 2008).
Isolate Soy Protein (ISP) dengan nama lain isolat protein kedelai
merupakan produk dari protein kedelai yang berlemak rendah, protein ini diolah
minimum 95%. Produk ini hampir bebas dari karbohidrat, serat dan lemak

3
sehingga sifat fungsionalnya jauh lebih baik dibandingkan dengan konsentrat
kedelai dan tepung kedelai (Koswara, 1992).

Untuk itu peneliti akan membuat formulasi minuman energyberbahan dasar


pati pisang goroho (musa acuminate, sp) sebagai minuman penambah energi saat
tubuh memerlukan dan dapat digunakan untuk kebutuhan energi saat olahraga.
Formulasi minuman energi pati pisang goroho adalah berasal dari karbohidrat
pisang goroho dengan campuran protein dari Isolat Soy Protein, serta dapat
mengangkat produk pangan lokal yang termodifikasi khas Sulawesi utara karena
selama ini pisang goroho hanya di goreng dan direbus dan dimakan sebagai
makanan pengganti nasi oleh masyarakat diabetes, serta dijadikan kripik pisang
goroho yang menurut pandangan masyarakat adalah pengganti karbohidrat nasi
berindeks glikemik rendah.

Identifikasi Masalah

Fungsi utama minuman energi bukan hanya sekedar untuk menggantikan


cairan tubuh dan menghilangkan rasa haus, tapi memiliki nilai gizi yang tinggi
untuk energi aktivitas sehari-hari terutama dalam menunjang aktivitas olahraga.
Pisang goroho diharapkan dapat memenuhi nilai gizi dan nilai kalori yang tinggi
untuk kebutuhan aktivitas, dan memiliki nilai fungsional dengan kandungan zat
bioaktifnya, dapat mencegah terbentuk radikal bebas aktivitas antioksidannya dan
kandungan amilumnya yang mengenyangkan, serta mengatur hormone insulin
tubuh karena nilai karbohidrat pada pati pisang goroho yang tinggi dengan nilai
glikemik yang rendah maka diharapkan sebagai sumber energi dengan di
tambahkan isolate soy protein pada minuman energi pati pisang goroho.

Pembatasan Masalah

Karena adanya keterbatasan waktu maka penelitian ini dilakukan hanya


untuk mengetahui nilai gizi dan nilai karbohidrat pada pati pisang goroho, nilai
protein dari isolate soy protein sebagai stimulana energi dan membuat Formulasi
Minuman Energi.

Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh minuman energi dari karbohidrat pati pisang goroho
dan isolate soy protein pada aktivitas fisik olahraga.

4
2. Bagaimana kandungan zat gizi pati pisang goroho yang bersumber dari
karbohidrat alami dengan nilai pati yang tinggi sebagai minuman energi
dengan tambahan isolate soy protein dan stimulan energy dari madu dan
coklat.

Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pengaruh minuman energi dari karbohidrat pisang goroho
untuk stamina dan menambah energi.
b. Membuat formulasi minuman energi berkarbohidrat dari pati pisang
goroho dan isolate soy protein.
c.
1.1 Manfaat Penelitian

1.2 Bagi Pengguna Minuman Energi (energi drink) pati pisang goroho.

Menjadikan minuman energi berbahan dasar pati pisang goroho sebagai


sumber energi karbohidrat dan sebagai bahan pangan alternatif, pengganti cairan
tubuh untuk menunjang aktivitas fisik olahraga.

1.3 Bagi Peneliti

Memiliki data ilmiah yang terpublikasi guna mematenkan formulasi pati


pisang goroho sebagai pengganti cairan dan energi tubuh dari sumber karbohidrat
untuk menunjang aktivitas olahraga serta menjadi referensi peneliti selanjutnya.
Serta mengangkat hasil produk lokal daerah Sulawesi Utara untuk menjadikan
komoditas pertanian dan menjadikan pisang goroho sebagai sumber pendapatan
petani. .

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK PISANG GOROHO

Pengolahan Pisang Goroho menjadi tepung dan produk bersumber


karbohidrat memberi peluang pengembangan yang lebih bervariasi, yang secara
tidak langsung ikut membantu percepatan pencapaian program ketahanan pangan
(Frisly Sayangbati., 2013). Penggunaan Pisang Goroho di masyarakat Sulawesi
Utara sejak jaman Nenek Moyang dahulu, Pisang Goroho umumnya hanya
tumbuh di samping-samping rumah, atau di pingiran kebun. Penggunaan pisang
Goroho umumnya di jadikan pisang goreng, pisang rebus.
Penelitian oleh Sondakh (Sondakh E, 1990), Tepung Pisang Goroho
(Musa, Acuminate, sp) mengandung nilai gizi Pati 80,89%, Protein 2,89%, Lemak
0,67%, Total Gula 1,83%, Air 11,99% dan serat kasar kurang lebih 2 %. Dari data
tersebut terbukti potensi pengembangan pisang goroho sebagai alternative
makanan sumber karbohidrat karena mengandung 80,89% pati. Pisang goroho
mengandung senyawa fenolik, flavonoid dan tannin serta memiliki aktivitas
antioksidan (Edi Suryanto, 2011).
Karakteristik buah pisang goroho menurut (Sondakh J. H., 2013)buah
pisang goroho, mentah sampai matang warna kulitnya tetap hijau, dan ketebalan
kulitnya merupakan keuntungan tersendiri sehingga masa simpannya akan lama.
Pisang goroho dimakan setelah dibakar, direbus (lebih banyak dimakan oleh
penderita diabetes, digoreng atau dijadikan bahan dasar pembuatan kripik oleh
industri rumah tangga skala kecil dan menengah di Sulawesi Utara.
Karakteristik pohon dan buah pisang oleh (Arnold C. Turang, Mengenal
Pisang Goroho (Musa acuminate, sp), 2011)dari Balai Pengkajian dan Teknologi
Pertanian Sulawesi Utara mempunyai kandungan kimia dan khasiat pada setiap
buah pisang goroho adalah Vitamin A, Vitamin B1, Vitamin C, Lemak Mineral
(kalium, klor, natrium, magnesium, fosfor) Karbohidrat, Air, Zat Putih Telur dan
Serat. Pisang dapat digunakan untuk Ibu hamil, untuk penyakit usus dan perut,
luka bakar, kecantikan, diabetes mellitus, pendarahan rahim, merapatkan vagina,
ambein, cacar air, lever.

6
KLASIFIKASI DAN PENAMAAN PISANG GOROHO

Kerajaan : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Lilopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Musaceae
Marga : Musa
Jenis : M.acuminafe

Sumber : (Steenis, Flora 1980)

MORFOLOGI TANAMAN PISANG GOROHO

Tanaman Pisang memiliki morfologi sebagai berikut:


1. Pohon: Batangtegak akar memiliki susunan yang kuat. Batang semu
tersusun oleh pelepah daun.
2. Daun : Daun terpencar, meruncing ujung tumpul, tepi rata dan muda
robek.
3. Tangkai daun agak panjang dan lebar.
4. Bunga: majemuk dengan tangkai yang panjang dan kuat, ada yang berbulu
ada yang tidak, bunganya banyak.
5. Buah: hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika
matang, tapi pisang goroho ketika masak warnanya hijau agak kekuning-
kuningan tapi tidak kuning.

7
Bagian pisang yang digunakan sebagai obat adalah: Buah Pisang, Bunga
Pisang (Jantung) Tunas/anak Pisang, Batang pohon pisang, kulit buah pisang

8
dan getah pelepah daun pisang. Batang pisang juga bagi orang Minahasa
dijadikan sayur.

HABITAT DAN PENYEBARAN PISANG GOROHO

Di Indonesia terdapat lebih dari 230 jenis pisang. Namun, jenis pisang
yang dijual di pasaran dan umum dikonsumsi adalah Pisang Barangan, Pisang
Raja, Pisang Raja Sereh, Pisang Raja Uli, Pisang Raja Jambe, Pisang Raja Molo,
Pisang Kepok, Pisang Tanduk, Pisang Mas, Pisang Ambon, Pisang Lumut,
Pisang Ambon Kuning, Pisang Nangka, Pisang Kapas, Pisang Kidang, Pisang
Lampung, dan Pisang Tongkat Langit (Damiati dkk, 2014).

Di Propinsi Sulawesi Utara memiliki beragam pangan lokal yang


berpotensi sebagai sumber pangan alternatif dan perlu dikembangkan untuk
mendukung ketahanan pangan. Beberapa jenis pangan lokal yang ada diantaranya
umbi-umbian (umbi wongkai, umbi sayawu dan talas di Minahasa Tenggara, umbi
daluga, umbi kolerea dan umbi cabut satu di Sangihe, umbi longki di Bitung),
jagung lokal (Manado Kuning), sagu di Sangihe dan Talaud, Pisang Goroho, umbi
kayu (singkong lokal) (Lintang et al, 2012). Untuk mengsejahterakan masyarakat
Sulawesi Utara pemerintah membuat pelatihan dalam Aplikasi Teknologi
Pertanian di KP Kalasey (Sunarti Datundungon, 2006), memberikan kegiatan
proses pengolahan kripik pisang goroho.

KANDUNGAN GIZI PISANG GOROHO


Menurut Sondakh (1990), Tepung Pisang Goroho (Musa, Acuminate, sp)
mengandung nilai gizi Pati 80,89%, Protein 2,89%, Lemak 0,67%, Total Gula
1,83%, Air 11,99% dan serat kasar kurang lebih 2 %. Dari data tersebut terbukti
potensi pengembangan pisang goroho sebagai alternative makanan sumber
karbohidrat karena mengandung 80,89% pati.
Penilitian (Suryanto, 2011) menunjukkan bahwa pisang goroho yang
mengandung fenolik, flavanoid dan tannin, serta memiliki aktifitas
antioksidan.Flavanoid adalah suatu kelompok senyawa polifenol yang tersebar
yang ditemukan di alam (Harborne, 1987). Menurut (Nurheti, 2009) efektivitas
antioksidan dari flavanoid dilaporkan beberapa kali lebih kuat dibandingkan
dengan vitamin C dan E.Pisang mengandung banyak senyawa kimia yang bersifat
antioksidan. Penelitian terhadap pisang menunjukan bahwa pisang tersebut
banyak mengandung fenolik (flavanoid) serta karotene. Pisang yang belum masak

9
juga merupakan sumber penting polifenol, yaitu komponen yang berfungsi
sebagai antioksidan alami. Tepung pisang yang terbuat dari pisang masakpun
mempunyai aktivitas antioksidan, yaitu oleh kandungan beta karotennya (Fatemeh
et al, 2012).

Manfaat buah pisang bagi kesehatan cukup potensial karena buah pisang
mengandung makanan bergizi lengkap. Menurut ilmuwan dari Universitas Johns
Hopkins di Amerika Serikat bahwa Potasium (kalsium) dalam pisang sangat
membantu memudahkan pemindahan garam (natrium) dalam tubuh, sehingga
akan cepat menurunkan tekanan darah (Mulyanti, 2005).

Kandungan gizi buah pisang mengandung energi, protein, lemak, berbagai


vitamin dan mineral, komposisi zati gizi pisang per 100 gram bahan sebagai
berikut:

ZAT GIZI JUMLAH/NILAI


Air (gram) 75.00
Energi (K) 88.00
Karbohidrat (gram) 23.00
Protein (gram) 1.20
Lemak (gram) 0.20
Ca (mg) 8.00
P (mg) 28.00
Fe (mg) 0.60
Vitamin A 439.00
Vitamin B-1 (mg) 0.04
Vitamin C (mg) 78.00
( Mulyanti, 2005)

Pisang sebagai sumber karbohidrat, pisang juga mempunyai kandungan


gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) serta mineral (kalium,
magnesium, fosfor, besi, dan kalsium) yang penting bagi tubuh (Abdillah, 2010).
Pisang kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor , dan kalium,
mengandung vitamin B, B6, C, serta mengandung serotonin yang aktif sebagai
neutransmitter untuk kelancaran fungsi otak.Tanaman pisang toleran terhadap pH
4,5-7,5 (Sumartono).

10
Bila dibandingkan dengan buah apel, nilai energi pisang bernilai lebih
tinggi, yakni 136 kalori per 100 gr, sedang buah apel hanya 54 kalori per 100 gr.
Karbohidrat pada pisang mampu menyuplai energy lebih cepat daripada nasi dan
biskuit sehingga para atlet olahraga banyak yang mengkonsumsi pisang di saat
jedah untuk memulihkan energi mereka (Suyanti dan Ahmad, 2008).

Menurut penelitian dan pengujian (Edy et al, 2011), tentang aktivitas


antioksidan, buah pisang goroho memiliki potensi sebagai penangkal radikal
bebas DPPH, dan kandungan total antioksidan tertinggi, dengan tidak
menunjukkan penurunan stabilitas selama 120 menit.Karbohidrat kompleks
mampu menfasilitasi suplai energi secara stabil dalam jangka lebih lama dan
penyerapan lambat memberi efek menguntungkan pada kadar gula darah dan
menjaga tingkat insulin tetap stabil.Karbohidrat merupakan komponen esensials
semuaorganismedanzat yang paling banyak penyusunsel.Fungsikarbohidratadalah
sebagai sumberenergi(glukosa,pati,glikogen), membentuk
struktursel(glikoprotein),struktur penunjang tanaman(selulosa), penyusun
cangkang Crustacea(kitin), komponen asam nukleat merupakan sumber utama
dalam metabolisme penghasil energi sel(Murray R. G., 2003)
Karbohidrat kompleks merupakan karbohidrat yang terbentuk
olehhampirlebihdari20.000 unitmolekulmonosakaridan terutama glukosa. Didalam
ilmugizi,jeniskarbohidratkompleksyangmerupakan sumber utama bahan makanan
yang umum dikonsumsi oleh manusia
adalahpati(starch).Patiyangjugamerupakansimpananenergididalam sel-
seltumbuhaniniberbentukbutiran-butiran kecilmikroskopikdengan
berdiameterberkisaran antara5-50mm.Di dalampati akanbanyak terkandung
dalamberas,gandum,jagung,biji-bijian
sepertikacangmerahataukacanghijaudanbanyakjugaterkandung didalamberbagai
jenisumbi-umbiansepertisingkong,kentangatauubi (Irawan M, 2007).
Polisakarida disusunoleh banyaksekalimolekul-molekul monisakarida.
Polisakarida dalam bahasa makanan berfungsi sebagai penguat tekstur
(selulosa,hemiselulosa, pektin dan lignin) dan sebagai sumber energy (pati,
glikogen, fruktan).Polisakarimerupakan molekul-molekulmonosakaridayang
dapat berantailurusataubercabangdan dapat dihidrolisis denganenzim-
enzimyangspesifik kerjanya (Risnoyatiningsih, 2011 dalam winarno, 1984).
Ditinjau dari rumus kimianya pati adalah karbohidrat yang berbentuk
polisakharida berupa polimer anhidro monosakharida dengan rumus umum

11
(C6H10O5)n. Penyusun utama pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa
tersusun atas satuan glukosa yang saling berkaitan melalui ikatan 1-4 glukosida,
sedangkan amilopektin merupakan polisakharida yang tersusun atas 1-4
glikosida dan mempunyai rantai cabang 1-6 glukosida (Kirk and Othmer, 1954).

ISOLATE SOY PROTEIN

Isolate Soy Protein adalah bahan kedelai berportein tinggi yang di


esktraksi dari kedelai dengan menghilangkan kandungan lemak dan karbohidrat
sehingga memiliki kandungan hampir 99% protein nabati.Kacang-kacangan
merupakan sumber protein yang baik, dengan kandungan protein antara 20-35%.
Kacang-kacangan selain sumber protein, juga mengandung senyawa lainnya
seperti mineral, vitamin B1, B2, B3, karbohidrat dan serat (Koswara, 2011).
Protein merupakan salah satu unsur gizi penting dalam bahan pangan. Kandungan
protein dalam bahan pangan beragam, untuk memperoleh protein dalam
konsentrasi tinggi dibuat protein dalam bentuk konsentrat atau isolate. Isolate
protein pada prinsipnya didasarkan atas dua proses utama yaitu ekstraksi dan
koagulasi (penggumpalan). Tepung Kedelai atau Isolate Soy Protein (ISP) biasa
digunakan sebagai komponen substitusi dalam pembuatan biskuit berprotein
tinggi. Penggunaan tepung kedelai juga dapat memperbaiki tesktur biskuit.

Kedelai juga bisa digunakan sebagai bahan baku industri pangan. Fungsi
utama substitusi isolat protein kedelai dalam produk olahan pangan adalah untuk
meningkatkan kandungan protein(Mervina, 2012). Kedelai termasuk kelompok
flavonoid, merupakan salah satu bahan pangan penghasil antioksidan alami, salah
satu komponen penting/senyawa bioaktif yang terdapat dalam kedelai dan
bertindak sebagai antioksidan adalah isoflavon (Saija, 1995)

Pada umumnya senyawa isoflavon banyak ditemukan pada tanaman


kacang-kacangan (Zubik, 2003), dan tergolong kelompok flavonoid yaitu senyawa
polifenolik. Isoflavon adalah flavonoid utama dalam kadelei dan memiliki
potensi besar dalam mencegah kanker, osteoporosis, sindrom menopause,
hiperkolestrol, memperbaikimetabolism hormon steroid serta melindungi sel hati
dari paparan beracun (Koswara S. , 2006). Menurut (Naim, 1974), sebanyak 99 %
isoflavon pada kedelai terdapat dalam bentuk glikosida terdiri dari 64% genistein,
23% daidzin da 13% glisitin. Komposisi ini biasanya terdapat pada makanan

12
olahan kedelai yang tidak difermentasi seperti susu kedelai, tofu, tepung kedelai,
konsentrat protein kedelai dan isolate protein kedelai.

STIMULAN ENERGI

Manusia membutuhkan energi untuk menjalani hidup dan menunjang


pertumbuhanserta melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah segala
kegiatan atau aktivitas yang menyebabkan pengingkatan energi oleh tubuh
melampaui energi istirahat. Aktivitas fisik disebut juga aktivitas eksternal, yaitu
sesuatu yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan
fisik, seperti berjalan, berlari dan berolah raga (Haskell, 2007).Mekanisme
pembentukan energi tersebut diperoleh dari karbohidrat, potein dan lemak yang
ada dalam bahan makanan.

Sebagian besar isoflavon dalam kedelai atau produk olahan kedelai


terdapat dalam bentuk glikosida seperti ginistin, daidzin dan glisistin yang
berkonjugasi dengan mengikat satu molekul gula. Ketika produk kedelai
dikonsumsi, bentuk glikosida isoflavon didegradasi menjadi senyawa aglikon
dalam bentuk bebas yang dihasilkan oleh pelepasan glukosa dari glikosida.
Proses degradasi glikosida menjadi aglikon seperti genistein, daidzein dan
glisitein dikatalis oleh enzim glukosidase dalam usus halus. Isoflavon dalam
bentuk aglikon lebih mudah diserap oleh usus halus sebagai bagian dari misel
yang dibentuk oleh empedu. Sirkulasi isoflavon dalam darah bersifat kompleks,
karena sebagian larut lemak dan sebagian berikatan dengan protein dengan
kekuatan yang lemah. Isoflavon kemungkinan didistribusikan melalui darah ke
hati, atau didaur ulang sebagai bagian dari cairan empedu dan sirkulasi
enterohepatik. Ekskresi akhir isoflavon terjadi pada feses dan urin (Sussi Astuti
dalam Schmidl, 2001)untuk menjaga volume darah serta regulasi fungsi
kardiovaskular.

Indiana Soybean Board (1998) menyarankan konsumsi isoflavon perhari


sebesar 30 40 mg, sedangkan (Cassidy, 1994)menyatakan bahwa isoflavon
sebesar 50 mg per hari sudah cukup untuk memperoleh pengaruh klinis/biologis
dalam tubuh. Dari penelitian betapa pentingnya karbohidrat dan protein sebagai
stimulan energi bagi tubuh manusia.

13
A. MADU

Madu adalah suatu zat kental manis yang dibuat dengan jalan fermentasi
dari nektar bunga di dalam saluran pencernaan lebah setelah mengalami
perubahan. Menurut (Suranto, 2004) madu berkhasiat untuk menghasilkan energi,
meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan stamina. Madu yang
mengandung unsur makanan yang luar biasa walaupun kadarnya kecil, sehingga
kecil, sehingga bisa digunakan sebagai tonik alami (Baskhara, 2008). Frukotosa
dan glukosa selama proses pencernaan dapat dengan cepat ditransportasikan ke
dalam darah sehingga cepat pula dimanfaatkan tubuh sebagai sumber energy
(Bogdanov, 2008)

B. COKLAT

Coklat banyak mengandung antioksidan, dapat membantu melawan


radikal bebas akibat paparan polusi lingkungan, paparan sinar matahari dan
mengurangi resiko pengembangan kanker tertentu. Mengandung juga
theobromine yang dapat meningkatkan aliran darah, mendukung fungsi jantung
dan merangsang system saraf pusat, melebarkan pembuluh darah, meningkatkan
tingkat energi dan relaksasi otot-otot tegang (Susanto, 1994).

C. VITAMIN B KOMPLEKS

Vitamin B kompleks adalah satu kelompok vitamin B yang berperan


dalam memperbaiki stamina tubuh, dan sangat banyak manfaat untuk tubuh yang
berkaitan dengan energi (Sandjaja dan Atmarita, 2009) dan vitamin B kompleks
yang mengandung Vitamin B9 (asam folat) dapat mempercepat pertumbuhan
janin, mempercepat regenerasi sel, pembentukan sel darah merah, dan menjaga
kekebalan tubuh

D. GARAM

Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh
tubuh dengan minum kebutuhan orang dewasa berkisar antara 1.3-1.6 gr/hari
(ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari. Setiap kelebihan natrium yang terjadi di
dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin dan keringat (Irawan, 2007).Natrium

14
berpartisipasi dalam keseimbangan asam-basa dengan cara bergabung dengan
radikal bikarbonat (Tambayong, 2000).

Natrium adalah unsur yang penting dalam sel-sel dan cairan sel (Gibson,
1999). Natrium adalah kation utama dari CES (Cairan Ekstraseluler). Natrium
mengatur tekanan osmotic dari CES secara nyata mempengaruhi tekanan osmotic
CIS (Cairan Instraseluler). Natrium juga merupakan komponen essensial dalam
eksitabilitas neuromuscular dan bertanggung jawab untuk depolarisasi membrane
sel dari sel yang dapat di rangsang.

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat

Penelitian Formulasi Minuman Energi (Energi Drink) berbahan dasar


Karbohidrat Pati Pisang Goroho (Musa acuminate, sp), Isolate Soy
Protein (ISP) dan Coklat, dilakukan pada bulan April sampai Juli 2017 di
Laboratorium Universitas Esa Unggul Jakarta.

III.2 Alat dan Bahan

1. Bahan Utama adalah Pisang Goroho, Isolate Soy Protein (ISP), Coklat
bubuk.
2. Bahan Komplementer adalah Fruktosa dari gula cair dari jagung,
madu, kappa karagenan dan garam
3. Bahan Kimia
4. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan minuman energi
berbahan dasar pati pisang goroho antara lain,Sedangkan alat yang
digunakan untuk analisis kimia,fisika dan mikrobiologi adalah cawan
petri, desikator, oven, timbangan, tanur, kertas saring, labu kjehdal,
tabung soxhlet, ph meter, pipet, viscometer dan thermometer.
5. Bahan lainnya termasuk questioner untuk uji hedonik dan mutu
hedonik yaitu kertas dan bolpoin.

III.3 Tahapan penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap proses, yaitu Tahap I dan


Tahap ke II.

III.3.1 Penelitian Tahap I


Penelitian pendahuluan meliputipreparasi pemilihan pisang goroho
kwalitas baik kemudian di cuci, di bersihkan lalu dikupas. Di potong sebesar1
ruas jari, lalu di balansir dengan menggunakan uap panas selama 8 10 menit.
Pisang goroho di homogenisasi dengan menggunakan blender dan di campur air
dengan perbanding Pisang Goroho dan Air adalah 1 : 6. Air yang digunakan
adalah bersuhu 80 90 derajat celcius. Preparasi Isolat Soy Protein (ISP)

16
dilarutkan dalam air bersuhu 80 90 derajat celcius dan dihomogenisasi
mengunakan blender dengan perbandingan tepung kedelai perbandingan ISP dan
air adalah 1 : 6. Penambahan bahan tambahan fruktosa/sukrosa, madu, kappa
karagenan, gelatin/pectin, coklat, garam, sebagai pemanis, stimulator energi
dibuat formulasi minuman energiberbahan dasar pati pisang goroho dan tepung
isolate soy protein, diharapkan dapat mempengaruhi, aroma dan rasa untuk
menjadi minuman energy yang berbasis karbohidrat dan dapat meningkatkan
penerimaan panelis. Komposisi formulasi minuman pada table 1 sebagai berikut:

Tabel 1. KOMPOSISI FORMULASI MINUMAN ENERGI

Form Formula Formula Formula


ula 1 2 3
No Bahan
0
% % % %
1 Pisang Goroho 100 90 80 70

2 ISP (Isolat Soy 0 10 20 30


Protein)

3 Coklat bubuk 0 3 5 7

Form Formula Formula Formula


Bahan ula 1 2 3
No
Komplementer 0
% % % %
4 Kappa 3 3 3
Karagenan
5 Madu 5 5 5 5

6 Fruktosa 3 3 0.05
Gula Cair
Jagung
7 Garam 0.1 0.1

17
Produk yang dihasilkan pada penelitian pendahuluan selanjutnya di
adakan anlisa organoleptik yaitu analisa hedonikparameter rasa, warna,
aroma, dan tingkat kesukaan oleh panelis semi terlati. Penentuan
perlakuan terbaik dilakukan dengan uji Kruskal Wallis, sedangkan uji
lanjut digunakan uji Multiple Comparison. Produk dengan konsentrasi
terbaik selanjutnya digunakan pada penelitian Utama.

III.3.1 Penelitian Tahap II


Penelitian Tahap II meliputi tahap preparasi dan homogenisasi
Pisang Goroho (musa acuminafe, sp) dan preparasi dan homogenisasi ISP
(Isolat Soy Protein).
(1). Preparasi Pisang Goroho yaitu dengan pemilihan pisang
goroho yang berkualitas baik, kemudian pisang goroho yang telah di pilih,
dicuci, dan dibersihkan, lalu dikupas, dipotong sebesar 1 ruas jari, lalu
dibalansir dengan menggunakan uap panas selama 8 10 menit. Pisang
goroho dihomogenisasi menggunakan blender dengan perbandingan
Pisang : Air (1:6). Air yang digunakan adalah air bersuhu 80 90 derajat
celcius.
(2). Preparasi Isolat Soy Protein (ISP) yaitu tepung isp dilarutkan
dalam air bersuhu 80 90 derajat celcius kemudian dihomogenisasi
menggunakan blender dengan perbandingan ISP: Air (1:6).
Bahan utama: Pisang Goroho sebagai sumber energy, Isolat Soy
Protein (ISP) atau tepung kedelai sebagai stimulator energy yang
mengandung vitamin B, antioksidan, isoflavon dan sumber protein.
Sebagai bahan tambahan adalah fruktosa/sukrosa sebagai pemanis
5%, madu sebagai stimulato energy 3%, penstabil (kappa karagenan)
0.03%, pelembut tekstur (gelatin pectin) 0,05% , ekstrak coklat bubuk
sebagai stimulator energy 0,1%, dan garam 0.05%

18
BAGAN PENELITIAN

PISANG GOROHO Pati Pisang Goroho


Isolate Soy Protein
P Buah Pisang Goroho
Bahan Tambahan:
Dipilih Mutu Yang Baik
Fruktosa
FILSSSS Madu
Kappa Karagenan
Gelatin / Pektin
Ekstrak Cokelat
Garam
Di cuci
dibersihkan,
dikupas dan
dipotong-
potong

Homogenisasi/diblender

Filtrat Pisang Goroho + Isolat Soy Protein


Balansir (uap panas) Bahan Tambahan
T=80=90C, t=8 -10 menit

Homogenisasi/diblender
PISANG : AIR
1:6
Su

19
Disaring AMPAS Dikemas dalam botol kaca
FILTRAT

DiPasturisasi

Difiltrat 66 Derajat Celcius 15 -20 Menit

III.4 Metode Analisis


Metode analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: analisis
organoleptik/uji hedonik, proksimat/analisis kimia.

3.4.1 Analisis Organoleptik


Analisis hedonik (Rachmawati, et al. 2016)
Analisis organoleptik dilakukan dengan mengukur tingkat kesukaan
sensori untuk mengetahui daya terima minuman energi berbahan dasat pati
pisang goroho (Musa Acuminate,sp) dengan isolate soy protein (ISP), coklat
pada panelis. Skala yang digunakan adalah analog visual scale. Parameter yang
diuji melitputi tekstur, warna, aroma dan rasa dari produk scara keseluruhan.
Skala hedonic yang digunaka ada 5 yaitu: sangat tidak suka (0 2), tidak suka
(2,1 4), agak suka (4,1 6), suka (6,1 8), sangat suka (8.1 10).
Dalam analisis ini setiap panelis diminta mencicipi dan merasakan,
kemudian mengisi lembar uji yang disediakan. Setiap akan berpidah menilai
sampel produk selanjutnya, masing masing panelis harus minum air mineral
sebelumnya agar dapat mengurangi bias akibat analisis. Panelis kemudian
mengisi lembar analisis hedonic yang telah disediakan sesuai dengan tingkat
kesukaan mereka.
Adapun bentuk skala yang digunakan:
Rasa
___________________________________________________________
Tidak Suka Sangat Suka
Warna

20
___________________________________________________________
Tidak Suka Sangat Suka
Aroma
___________________________________________________________
Tidak Suka Sangat Suka
Tingkat Kesukaan Keseluruhan
___________________________________________________________
Tidak Suka Sangat Suka

3.4.2 Analisis Fisik


III.4.1 Analisis kimia
(1) Analisis kadar air (AOAC 2007)
Cawan kosong yang akan digunakan dikeringkan terlebih dahulu
dalam oven selama 15 menit atau sampai berat tetap, kemudian
didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. Sampel kira-
kira sebanyak 2 gram ditimbang dan diletakkan dalam cawan kemudian
dipanaskan dalam oven selama 3-4 jam pada suhu 105-110 oC. Cawan
kemudian didinginkan dalam desikator dan setelah dingin ditimbang
kembali. Persentase kadar air (berat basah) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Kadar air = A B x 100%
A
keterangan:

A = Berat contoh mula-mula (g)


B = Berat contoh setelah dikeringkan (g)

(2) Analisis kadar abu (AOAC 2007)


Sampel basah sebanyak 4 gram ditempatkan dalam wadah porselin
kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 60-105 oC selama 8 jam.
Kemudian sampel yang sudah kering dibakar menggunakan hotplate
sampai tidak berasap dengan waktu selama 20 menit. Kemudian

21
diabukan dalam tanur bersuhu 600 oC selama 3 jam lalu ditimbang. Kadar
abu dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat abu
Kadar abu 100%
Berat sampel

(3) Analisis kadar karbohidrat (AOAC 2007)


Analisis karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil
pengurangan dari 100% dengan kadar air, kadar abu, kadar protein dan
kadar lemak, sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor
pengurangannya. Hal ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap
zat gizi lainnya. Analisis karbohidrat dapat dihitung dengan menggunakan

% Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak+ kadar protein

rumus:

(4) Analisis kadar lemak (AOAC 2007)


Sampel sebanyak 0,5 gram ditimbang dan dibungkus dengan kertas
saring dan diletakkan pada alat ekstraksi soxhlet yang dipasang di atas
kondensor serta labu lemak di bawahnya. Pelarut heksana dituangkan ke
dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang
digunakan dan dilakukan refluks selama minimal 16 jam sampai pelarut
turun kembali ke dalam labu lemak. Pelarut di dalam labu lemak
didestilasi dan ditampung. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi
kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam. Labu
lemak kemudian didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit dan
ditimbang. Kadar lemak dapat dihitung berdasarkan rumus:

Berat Lemak (gr)

% Kadar lemak = X 100 %

Berat Sampel

22
(5) Analisis kadar protein (AOAC 2007)

Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap
yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 0,25 gram selenium
dan 3 ml H2SO4 pekat. Sampel didestruksi pada suhu 410 oC selama kurang lebih
1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu
Kjeldahl ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40 %, kemudian dilakukan
proses destilasi dengan suhu destilator 100 oC. Hasil destilasi ditampung dalam
labu erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 10 ml asam borat (H3BO3) 2 %
dan 2 tetes indikator methyl red yang berwarna merah muda. Setelah volume
destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi
dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis
seperti contoh. Kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

% Nitrogen = nlHCL blanko x NHCL x 14.007x 100%


Sampel (mg)

% Protein = % N x factor konversi

(6) Analisis serat pangan (Sulaeman et al. 1993)


Sampel basah dihomogenisasi. Semua sampel digiling
menggunakan gilingan laboratorium dengan saringan 0,3 mm. Sementara
itu ekstraksi lemak dilakukan dengan menggunakan petroleum eter pada
pada suhu kamar selama 15 menit (40 ml petroleum eter per gram
sampel).
Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 25 ml 0,1 M buffer fosfat pH 6 lalu diaduk. Enzim termamyl
sebanyak 0,1 ml ditambahkan ke dalam erlenmeyer kemudian ditutup
dengan alumunium foil dan diinkubasikan dalam penangas air pada suhu

23
1000C selama 15 menit. Setelah itu dibiarkan dingin, kemudian
ditambahkan akuades 20 ml dan pH diatur menjadi 1,5 menggunakan HCl.
Sebanyak 100 mg pepsin ditambahkan ke dalam erlenmeyer lalu ditutup
dan diinkubasikan dalam penangas air bergoyang pada suhu 400C selama
60 menit, Kemudian ditambahkan 20 ml akuades dan pH diatur lagi
menjadi 6,8 menggunakan NaOH. Sebanyak 100 gram pankreatin
ditambahkan, kemudian erlenmeyer ditutup dan diinkubasikan dalam
penangas air bergoyang pada suhu 400C selama 60 menit, pH diatur
menjadi 4,5 menggunakan HCl. Larutan disaring menggunakan Crucibe
(porosity 2) yang telah diketahui beratnya dan mengandung 0,5 celite
kering, kemudian dicuci 2x10 ml dengan akuades.
a. Residu (serat yang tidak larut)
Endapan yang tertinggal pada kertas saring dicuci 2x10 ml dengan
etanol 95% dan 2 x 10 ml aseton. Kemudian kertas saring dikeringkan
pada suhu 1050C sampai mencapai berat konstan (semalam). Setelah
itu diinginkan dalam desikator (D1). Endapan pada kertas saring
diabukan pada suhu 5500C selama 5 jam, kemudian didinginkan dan
ditimbang (I1).
b. Filtrat (serat yang larut)
Volume filtrat menjadi 100 ml. kemudian ditambahkan 400 ml
etanol 95% hangat (600C) dan dibiarkan mengendap selama satu jam.
Setelah itu larutan disaring menggunakan Crucible (porosity 2) yang
telah diketahui beratnya dan mengandung 0,5 gram celite. Sisa larutan
dicuci dengan 2x10 ml etanol 78%, 2x10 ml etanol 95% dan 2x10 ml
aseton. Endapan dikeringkan pada suhu 1050C selama semalam,
kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (D2). Endapan
pada kertas saring diabukan pada suhu 5500C selama 5 jam, kemudian
didinginkan dan ditimbang (I2).
c. Blanko
Blanko untuk serat yang tidak larut dan serat yang larut diperoleh
dengan cara seperti prosedur untuk sampel tetapi tanpa sampel (B1
dan B2). Nilai blanko sewaktu-sewaktu harus dicek bila
menggunakan enzim dari batch yang berbeda.
Serat pangan total diperoleh dengan menjumlahkan serat pangan
tidak larut (SPTL) dan serat pangan larut (SPL). Blanko yang digunakan

24
diperoleh dengan metode yang sama, tetapi tidak ditambahkan contoh atau
sampel. Nilai blanko yang digunakan perlu diperiksa ulang, terutama bila
menggunakan enzim dari kemasan yang baru.
(4) Rumus perhitungan nilai SPTL danSPL
Nilai SPTL = D1I1B1 x 100%
W
Nilai SPL= D2I2B2 x 100%
W
Nilai TSP (%) = Nilai SPTL (%) + Nilai SPL(%)

Keterangan:
W = Berat contoh (g)
B = Berat blanko bebas serat (g)
D = Be rat setelah analisis dikeringkan (g)
I = Berat setelah analisis diabukan (g)

3.4.7 Analisis data


Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal dengan dua kali ulangan. Pada penelitian
pendahuluan pati pisang goroho yang di homogenisasi dan isolate soy protein
yang akandigunakan untuk membuat minuman. Model umum rancangan yang
digunakan adalah :

Yij = +i + ij

Keterangan :
Yij : Respon pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j
: Rataan umum
i : Pengaruh perlakuan ke-i
ij : Galat percobaan perlakuan ke-i ulangan ke-j

Data dianalisis dengan analisis ragam. Jika dari hasil analisis ragam berbeda
nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Sedangkan
data organoleptik dianalisis dengan metode Kruskal Wallis. Jika hasil uji Kruskal

25
Wallis berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Multiple
Comparison (Steel dan Torrie 1993).
Sedangkan untuk mengetahui penerimaan produk terhadap minuman energi pati
pisang goroho dibandingkan dengan minuman energi komersial dilakukan analisis
uji perbandingan paired sample T-test.
3.5. Instrument Penelitian
3.5.1. Variabel
a. Variabel dependen meliputi daya terima dan nilai gizi
dari minuman energi pati pisang goroho dan isolate soy protein,
yaitu sumber karbohidrat dan protein.
b.Variabel independen meliputi penambahan fruktosa gula
jagung cair madu, coklat, vitamin, garam sebagai stimulant
energi.
3.5.2. Definisi Konseptual
Minuman energi terbuat dari bahan pati pisang goroho dan
isolate soy protein yaitu isolate tepung kedelai dengan tambahan
rasa manis dan coklat yang dihomogenisasi dan ditambahkan
kappa karagenan untuk memurnikan dan menghilangkan bau
isolate kadelei.
Karakterisasi sensori organoleptik pada minuman energi
yang telah ditambahkan madu dan coklat dilakukan dengan analisa
hedonik. Parameter analisa hedonik pada penelitian pendahuluan
adalahrasa, warna, aroma dan tingkat kesukaan, untuk mengetahui
bagaimana penilaian panelis terhadap mutu hedonik dari produk
minuman energi yang berbasis karbohirat dan protein dari pati
pisang goroho dan isolate soy protein.
a. Rasa
Rasa merupakan respon indera pengecap dari makanan
yang dimasukkan ke dalam mulut. Secara penginderaan rasa
dasar dibagi menjadi empat yaitu rasa asin, manis, pahit dan
asam (Deman 1997).
b. Warna
Warna merupakan salah satu parameter sensori penting
dalam menilai suatu makanan. Konsumen cenderung
mementingkan parameter sensori warna di banding rasa dan

26
nilai gizi suatu bahan pangan. Secara visual factor waran
tampil lebih dahulu sehingga suatu bahan yang dinilai bergizi,
enak dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila
memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi
kesan telah menyimpang dari warna seharusnya. Penerima
warna suatu bahan berbeda tergantung dari factor alam,
geografis, dan aspek social masyarakat penerima (Winarno
2008).
c. Aroma
Aroma merupakan parameter yang memegang peranan
penting dalam penilaian suatu produk. Aroma atau bau suatu
bahan disebabkan oleh senyawa yang mempengaruhinya
(Deman 1997)

27
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Dan Formulasi Produk


Sport drink merupakan minuman yang berfungsi sebagai pengganti kehilangan
cairan tubuh saat melakukan olahraga. Sport drink berisi karbohidrat dan elektrolit
yang terdiri dari natrium, kalium, magnesium dan klorida, dapat digunakan untuk
rehidrasi pada atlet yang sedang latihan atau bertanding. Selain itu juga diperlukan
untuk menyuplai glukosa dan mengganti elektrolit yang hilang selama latihan atau
pertandingan.8 Penelitian ini menggunakan sport drink yang memiliki kandungan
5% karbohidrat dari jenis sukrosa, 125 mg natrium, 67 mg kalium, dan 98 mg
klorida dalam 250 mL sport drink. Karbohidrat yang terdapat dalam sport drink
adalah sukrosa yang merupakan gabungan dari glukosa dan fruktosa.

Karateristik sport drink antara lain adalah mengandung 5-7% karbohidrat atau
14 gram dalam 237 mL cairan, mengandung 110 165 mg natrium, dan
mengandung berbagai jenis karbohidrat yang mengandung indeks glikemik tinggi.
Sport drink yang tepat setidaknya mengandung 300700 mg natrium per liter,
kandungan karbohidrat 4-8 %, dan beberapa tipe karbohidrat. Kandungan
karbohidrat dalam sport drink yang baik adalah 6-8% dalam sekali penyajian.
Kecepatan penyerapan karbohidrat dalam usus meningkat hingga 25% ketika
terdapat beberapa jenis karbohidrat seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, polimer
glukosa dan maltodekstrin dalam formula sport drink. Karbohidrat >8% dapat
mempercepat distribusi glukosa dalam tubuh, tetapi menimbulkan rasa tidak
nyaman karena terjadi reflux25 , mempercepat pengosongan air di lambung dan
absorbsinya di usus. Sport drink juga memiliki kandungan fruktosa yang rendah
yaitu 2-3% yang bertujuan untuk mencegah gangguan pencernaan karena efek
osmotik dari kadar fruktosa yang tinggi dalam usus. Karbohidrat merupakan
sumber energi untuk seluruh jenis olahraga. Karbohidrat yang masuk kedalam
tubuh, setelah dimetabolisme menjadi karbohidrat sederhana yaitu glukosa,
fruktosa, dan galaktosa yang kemudian diabsorbsi dan ditransportasi untuk
digunakan sebagai energi dan ada pula yang disimpan di dalam tubuh. Salah satu
simpanan glukosa di dalam tubuh adalah glikogen. Simpanan glikogen dalam otot
menentukan performa dalam sepak bola karena besarnya simpanan glikogen
dalam tubuh akan menentukan performa saat latihan maupun pertandingan.
Olahraga yang membutuhkan daya tahan dan waktu lebih dari 90 menit
menyebabkan simpanan glikogen otot dengan cepat akan berkurang dan terjadi
kelelahan akibat penurunan glikogen dalam otot. Konsumsi karbohidrat selama
olahraga yang mempunyai intensitas tinggi dan lebih dari 90 menit dapat
meningkatkan performa selama pertandingan yaitu dengan cara tetap menjaga
kadar glukosa darah dan pemulihan simpanan glikogen dalam otot.

28
Sport drink dengan bahan campuran Tepung Pisang Goroho, Isolat Soy
Protein dan coklat bubuk di buat dalam 4 formulasi dengan konsentrasi campuran
yang berbeda berdasar kepada nilai gizi yang terkandung dalam setiap bahan yang
digunakan dengan penelitian terdahulu sebagai acuan utama. Diperoleh formulasi
sport drink sebagai berikut:

Tabel 4.1 Formulasi Energi Drink

B. Hasil Uji Organoleptik


1. Uji Hedonik
Uji Hedonik dilakukan untuk mengetahui daya terima masyarakat terhadap
formulasi Sport drink. Terdapat 6 katagori yang dilakukan dalam penilaian
daya terima sport drink ini yaitu warna, aroma, rasa, kekentalan, texture, dan
tingkat keseluruhan secara menyeluruh. 6 Katagori tersebut nantinya akan
menjadi indicator untuk menentukan sampel yang palin disukai oleh panelis.
Berikut merupakan hasil uji hedonic sport drink.

a. Uji HedonikTerhadap Warna


Tabel 4.2 Uji Oneway Anova Parameter warna hasil uji hedonic
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Warna F0 46.40 28.478 16.484 0,0001
F1 80.50 16.573
F2 80.37 15,793
F3 74,87 24.485

Hasil uji oneway Anova pada nilai rata-rata uji hedonik


parameter warna diperoleh nilai F hitung sebesar 16.848 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,0001 (p-value< 0,05) atau H0 ditolak,
maka dapat disimpulkan bahwa secara spesifik terdapat perbedaan
yang signifikan pada kesukaan panelis terhadap warna antar
keempat formulasi enrgy drink.

29
a. Uji Hedonik Terhadap Aroma

Tabel 4.4 Uji oneway Anova parameter aroma hasil uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Aroma F0 43.93 25.001 20.202 0,0001
F1 77.60 18.324
F2 77.93 16.710
F3 77.47 21.214

Berdasarkan hasil uji oneway Anova pada tabel 4.4


diketahui nilai rata-rata uji hedonik parameter aroma diperoleh
nilai F hitung sebesar 20.202 dengan nilai signifikansi sebesar
0,0001 (p-value< 0,05) atau H0 ditolak, maka dapat disimpulkan
bahwa secara spesifik terdapat perbedaan yang signifikan pada
kesukaan panelis terhadap aroma antar keempat formulasi energy
drink.
b. Uji Hedonik Terhadap Rasa
Tabel 4.6 Uji oneway Anova parameter rasa hasil uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD F Sig.
(mm)
Rasa F0 50.00 28.891 3.845 0,001
F1 58.83 23.234
F2 54.20 27.274
F3 37.57 21.996

Berdasarkan tabel 4.6 uji oneway anova parameter rasa


didapatkan F hitung sebesar 3.845 dengan nilai signifikansi sebesar
0,0001 (p-value<0,05). Dapat disimpulkan bahwa secara spesifik
terdapat perbedaan yang signifikan pada kesukaan panelis terhadap
rasa energy drink antar keempat formulasi enrgy drink.
c. Uji Hedonik Terhadap Tekstur
Tabel 4.8 Uji oneway Anova parameter tekstur hasil uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Tekstur F0 54.80 25.917 3.205 0,026
F1 66.03 17.602
F2 70.30 19.60

30
F3 57.23 25.379

Berdasarkan tabel 4.8 uji oneway anova parameter tekstur


didapatkan F hitung sebesar 3.205 dengan nilai signifikansi sebesar
0,0001 (p-value<0,05). Dapat disimpulkan bahwa secara spesifik
terdapat perbedaan yang signifikan pada kesukaan panelis terhadap
tekstur Energy Drink antar keempat formulasi.

d. Uji Hedonik Terhadap Kekentalan


Tabel 4.10 Oneway Anova parameter kekentalan uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD F Sig.
(mm)
Keseluruhan F0 49.37 26.461 4.615 0.04
F1 65.63 18.035
F2 68.87 18.805
F3 67.70 27.953

Berdasarkan tabel 4.10 uji oneway anova parameter


keseluruhan produk Energy drink didapatkan F hitung sebesar
4.615 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0001 (p-value<0,05).
Dapat disimpulkan bahwa secara spesifik terdapat perbedaan yang
signifikan pada kesukaan panelis terhadap keseluruhan produk
antar keempat formulasi Energy drink.

31
1. Uji Mutu Hedonik
Untuk mengetahui karakteristik mutu suatu produk dan
daya terima masyarakat terhadap mutu Energy Drink secara
spesifik, dilakukan uji lanjutan hedonik yaitu mutu hedonik dengan
menggunakan formulir VAS. Uji mutu hedonik terdiri dari 4
kategori yang akan menjadi indikator yaitu warna, aroma, rasa dan
tekstur. Uji mutu hedonik dilakukan kepada 30 panelis agak
terlatih mahasiswa/i Program Studi Ilmu Gizi Universitas Esa
Unggul. Berikut merupakan hasil uji mutu hedonik :
a. Uji Mutu Hedonik Terhadap Warna
Tabel 4.12 Oneway Anova parameter warna uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Warna F0 20.87 17.581 77.124 0,0001
F1 78.53 17.019
F2 82.57 18.678
F3 88.90 24.466

Berdasarkan tabel 4.12 Hasil uji oneway Anova pada nilai


rata-rata uji mutu hedonik parameter warna diperoleh nilai F hitung
sebesar 77.124 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0001 (p-value <
0,05) atau H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa secara
spesifik terdapat perbedaan yang signifikan pada warna antar
keempat formulasi Energy Drink.

b. Uji Mutu Hedonik Terhadap Aroma


Tabel 4.14 Oneway Anova parameter aroma uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD F Sig.
(mm)
Aroma F0 28.50 18.356 108.178 0,0001
F1 84.67 16.130
F2 88.87 14.251
F3 94.50 15.635

Hasil uji oneway Anova pada nilai rata-rata uji mutu


hedonik parameter aroma diperoleh nilai F hitung sebesar 108.187
dengan nilai signifikansi sebesar 0,0001 (p-value < 0,05) atau H0

32
ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa secara spesifik terdapat
perbedaan yang signifikan pada parameter aroma antar keempat
formulasi energy drink.

c. Uji Mutu Hedonik Terhadap Rasa


Tabel 4.16 Oneway Anova parameter rasa uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Rasa F0 36.63 25.624 5.131 0,0002
F1 70.10 19.982
F2 85.00 18078
F3 121.93 166.944

Dari tabel 4.16 didapatkan nilai F hitung dari hasil uji


oneway Anova pada nilai rata-rata uji mutu hedonik parameter rasa
sebesar 5.131 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0001 (p-value <
0,05) atau H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada parameter rasa antar keempat
formulasi energy drink.

d. Uji Mutu Hedonik Terhadap Tekstur


Tabel 4.18 Oneway Anova parameter tekstur uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Tekstur F0 58.60 31.633 1.071 0,364
F1 61.90 20.585
F2 70.90 24.395
F3 63.60 31.783

Dari tabel 4.18 didapatkan nilai F hitung dari hasil uji


oneway Anova pada nilai rata-rata uji mutu hedonik parameter
tekstur sebesar 1.071 dengan nilai signifikansi sebesar 0,364 (p-
value > 0,05) atau H0 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada parameter tekstur
antar keempat formulasi energy drink.

33
e. Uji Mutu Hedonik Terhadap Kekentalan
Tabel 4.16 Oneway Anova parameter kekentalan uji hedonik
Parameter Formulasi Nilai mean SD (mm) F Sig.
Rasa F0 41.47 30.844 11.182 0.0001
F1 59.77 23.387
F2 65.70 28.316
F3 80.97 23.700

Dari tabel 4.16 didapatkan nilai F hitung dari hasil uji


oneway Anova pada nilai rata-rata uji mutu hedonik parameter rasa
sebesar 11.182 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0001 (p-value <
0,05) atau H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada parameter rasa antar keempat
formulasi energy drink.
2. Produk Energy Drink Terpilih
Produk energy drink Terpilihmerupakan hasil analisis uji hedonik
energy drink. dengan 30 panelis agak terlatih mahasiwa/i Program Studi
Ilmu Gizi Universitas Esa Unggul. Produk energy drink terpilih
ditentukan berdasarkan nilai rata-rata tertinggi hasil uji hedonik dengan
5 parameter yaitu warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan produk.
Rata-rata tertinggi uji hedonik parameter warna dan rasa yaitu
produk energy drink. dengan formulasi F1 dengan nilai 80.50 16.573
mm untuk warna dan 58.8323.234 mm. Hasil Uji hedonik nilai rata-
rata tertinggi untuk parameter aroma, tekstur, dan kekentalan yaitu
energy drink. dengan formulasi F2 sebesar 77.93 16.710 mm; 70.30
19.160 mm; 68.87 18.805 mm.
Berdasarkan hasil analisis uji hedonik terpilihlah 1 sampel yang
paling disukai yaitu energy drink. dengan formulasi F2. Formulasi F2
merupakan energy drink. dengan campuran pati pisang goroho (70%),
Isolat Protein Kedelai (ISP) (25%) dan bubuk coklat (5%) . Formula
yang terpilih akan masuk ke tahap uji lanjutan yaitu uji proksimat dan
uji bomb calorimeter untuk melihat kandungan zat gizi makronya.
C. Hasil Uji Nilai Gizi Energy Drink Terpilih
Pengujian nilai gizi dilakukan pada energy drink dengan formulasi
yang paling banyak disukai oleh panelis dari uji organoleptik yaitu

34
formula F2. Pengujian yang dilakukan yaitu uji proksimat meliputi analisis
kadar air, analisis kadar abu, analisis serat kasar, kadar protein, kadar
lemak, dan perhitungan karbohidrat serta uji bomb calorimeter. Hasil dari
uji proksimat dan bomb calorimeter dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.20 Hasil analisis Proksimat dan Bomb Calorimeter Produk F2
Parameter Satuan Hasil
Kadar air % 69.05
Kadar abu % 0.96
Lemak % 0.44
Serat kasar % 4.21
Protein % 6.44
Karbohidrat % 18.90
Kalori kkal/g 49.8593

Dari tabel hasil analisis proksimat dan bomb calorimeter diatas


dapat disimpulkan produk energy drink terpilih (F2) mengandung kadar air
sebesar 69.05%, kadar abu 0.96%, lemak 0.44%, serat kasar 4.21%,
protein 6.44%, karbohidrat 18.90% dan energi sebesar atau setara dengan
49.8593kkal/100 gr.

35
BAB V

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Produk
Energy Drink merupakan jenis minuman yang dapat memberikan sensasi segar
setelah dikonsumsi, umumnya banyak mengandung kafein dan gula dengan bahan
tambahan vitamin B kompleks dan asam amino (taurin misalnya). Biasanya berupa
minuman kaleng, botol atau berupa serbuk larut air. 4 Komposisi Energy Drink,
antara lain terdiri dari: Gula, Gingko Biloba, L-Carnitine, Anti Oxydant, Caffeine,
Guarana, Taurine, Ginseng, Yerba Mate, Vitamin B, Glucoronolactone, Creatine.
Gula Komponen ini biasa terdapat dalam Energy Drink sekitar 25 gr pada tiap
150 ml botol. Dalam Energy Drink gula berfungsi sebagai sumber energy. Caffeine
Kafein dalam minuman bernenergi berfungsi untuk menstimulasi system saraf
pusat sehingga member efek alert, meningkatkan denyut jantung, dan tekanan
darah. Efek dari konsumsi kafein secara teratur dapat mengurangi resiko menderita
penyakit Parkinson sebanyak 80%. Kafein juga berkontribusi dalam mengatasi nyeri
kepala, merangsang mood, mencegah lubang pada gigi, serta membantu
mengurangi derita penyakit asma. Dalam satu botol (150 ml) Energy Drink terdapat
+ 50 mg kafein. Taurine Taurine dapat meregulasi denyut jantung tubuh, kontraksi
otot, dan tingkat energy. Namun, Taurine juga merupakan inhibitor
neurotransmitter ringan. Taurine biasa terdapat dalam ikan dan daging. Bahan ini
juga telah diperkirakan memiliki Daily Human Intake sekitar 40 hingga 400 mg.
Energy Drink yang muncul pada tahun-tahun antara 2004 hingga 2008 diketahui
telah mengandung taurine. Pada 2004, sekitar 27% Energy Drink telah mengandung
Taurine, sedangkan pada 2008, presentase keberadaan Taurine menurun menjadi
21%. Dalam 150 ml botol Energy Drink terkandung taurine sebanyak 1000 mg.
Vitamin B Vitamin B dalam jumlah tertentu berperan dalam membantu konversi
makanan menjadi energy. Dalam kaleng ukuran 250 ml, mungkin terdapat sekitar
360% RDA vitamin B6, 120% vitamin B12, 120% vitamin B3. Vitamin B3 berperan
penting sebagai co-enzim metabolism energi, sintesis lemak, dan pemecahan
lemak. Vitamin B6 berperan penting dalam membantu pemanfaatan karbohidrat,
lemak dan protein agar lebih maksimal. Vitamin B12 penting sebagai pembantu
dalam metabolism asam folat dan kinerja fungsi syaraf. Ginseng Ginseng

36
merupakan tanaman rempah-rempah yang telah digunakan sejak 2000 tahun yang
lalu oleh masyarakat Asia Timur seperti Cina, Jepang dan Korea. Ginseng dalam 18-
400 ml per 16 ons bermanfaat dalam meningkatkan energy, mempunyai komponen
anti-lelah, melegakan stress dan menguatkan ingatan menstimulasi hypothalamus
dan kelenjar pituitary untuk mengekskresikan adreno corticotropic.Dalam 4 g
sachet minuman berenergi terkandung ginseng sebesar 20 mg.
Efek fungsional yang ditimbulkan Energy Drink adalah meningkatkan energy.
Efek meningkatkan energy ini bisa timbul akibat berbagai sebab. Yang pertama
tentu saja asupan gula sebagai sumber energy. Kedua, vitamin B yang membantu
konversi gula ke energy. Ketiga, kafein yang menstimulasi system metabolic dan
syaraf pusat. Keempat, Taurine yang dapat meregulasi denyut jantung tubuh,
kontraksi otot, dan tingkat energy. Kandungan komposisi pelengkap lainnya seperti
ginseng dan gingko biloba digunakan untuk memperkuat stamina dan daya tahan
tubuh. Sebuah penelitian yang mengkaji manfaat minuman berenergi dalam
memberi peningkatan energi seperti yang diiklankan. Hasil penelitian yang
dijalankan menunjukkan bahwa minuman energi 6 dibandingkan dengan placebo
memberi efek peningkatan energi pada kelompok subjek berumur 18 hingga 55
tahun. Efek yang paling tinggi dapat dirasakan 30 hingga 60 menit selepas konsumsi
dan efek ini dipertahankan selama sekurang-kurangnya 90 menit. Kafein diketemui
penyebab utama efek ini. Walaupun tidak terdapat kebutuhan tubuh manusia
untuk kafein, melalui hasil penelitian dosis kafein yang rendah (12,5-100 mg) dapat
mempertingkatkan prestasi kognitif dan mood.

37
38
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, F. (2010). Modifikasi Tepung Pisang Tanduk (Musa


paradisiacal Farmatypica) melalui proses Fermentasi Spontan
dan Pemanasan Autoklaf untuk Meningkatkan Kadar Pati
Resisten. Bogor: Tesis Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogo .

Arnold C. Turang, S. (2011). Mengenal Pisang Goroho (Musa


Acuminafe, sp) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Utara. Sulawesi Utara: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementrian Pertanian.

Arnold C. Turang, S. (2011). Mengenal Pisang Goroho (Musa


acuminate, sp). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Utara, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertaniasn.

Bogdanov, S. J. (2008). Honey for Nutrition and Health . a review, J.


AM coll nutr.

Burke L., D. V. (2006). Clinical Sports Nutrition. Sydney McGraw-Hill


: Australia.

Cassidy, A. B. (1994). Biological effects of soy protein rich in


isoflavones on the menstrual cycle of premenopausal woman.
Am. J. Clin. Nutr. 60:, 333-340.

CGGJ, S. (1980). Flora.

Edi Suryanto, L. I. (2011, November). Potensi Senyawa Polifenol


Antioksidan Dari Pisang Goroho. Agritech Vol 31, No. 4.

Franconi F, B. F. (1998, Mei). Plasma and Platelet Taurin are Redt with
reduced in Subjects with Insulin-dependent Diabetes Mellitus.
Indocommercial 1998, hal. Laporan Khusus Profil Bisnis No.
201.

Frisly Sayangbati., I. E. (2013). Karakreristik Fisikokimia Biskuit


Berbahan Baku Tepung Pisang Goroho.

Grosch, B. d. (1999). Food Chemistry. Dalam M. B. al, Translator


second edition. Springer Berlin.

39
Harbone, J. B. (1987). Metode Fitokimia Edisi ke 2. Bandung ITB-
Press: Kosasih Padwaminata.

Haskell, W. I. (2007). "Physical activity and public health:. Updated


recommendation for adults from the American College of Sport
Medicine and the American Heart Association", Medicine and
sicence in sports and exercise 39(8):1423.

Hendry, N. (20 Mei 2010). Foods for Digestive Health: Tren Utama
Industri Pangan. http:www.foodreview,biz/login/preview.php.

Inge K, C. S. (2001). Maximizing performance: Nutrition. Dalam K. K.


Dalam Brukner P, Edisi Kedua, MacGraw-Hill. Australia.

Irawan M, A. (2007). Karbohidrat. http://www.psslab.com/Journal/03.


Diambil kembali dari http//www.pssplab/.

Janne H, W. R. (t.thn.). Karakterisasi Pisang Lokal Mas Jarum dan


Goroho di Kebun Koleksi Sumber Daya Genetika Tanaman
Sulawesi Utara. Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya
Genetika Pertanian. Kalasey Manado Sulawesi Utara: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara.

Judarwanto. (10 Maret 2011). Bahaya Terbesar Minuman Energi pada


Remaja dan Dewasa Muda. http://kesehatan kompasiana.org.

Kahempe, H. (2012). Potensi Eksatrak Buah Pisang Goroho (Musa


Acuminafe, sp) terhadap Kadar Glukosa Darah dan MDS
(malonaldehida) Tikus Putih (rattus norvegic. Pasca Sarjana
Universitas Sam Ratulangi Manado.

Koswara, S. 2. (2011, November 24). Kacang-kacangan Sumber Serat ,


Kaya Gizi. Diambil kembali dari http://www.ebookpangan.com.

Koswara, S. (2006). Isoflavon Senyawa Mutli=manfaat dalam Kadelai.


Bogor: Fakultas Tehnik Pertanian IPB.

Kwak. Ns, Jukes DJ. (2011). Functional Food. Part 2: the impact on
current regulatory terminology. Journal Of Food Control.

Lintang, M. L. (2012). Kajian Identifikasi Varietas dan Pemanfaat


Umbi-Umbian Lokal Spesifik Lokasi di Sulawesi Utara Sebagai
Sumber Pangan Alternative Dalam Ranga Mendukung
Ketahanan Pangan. Diambil kembali dari
www.litbangpertanisan.og.id: Laporan Hasil Penelitian

40
Mahan LK, E.-S. S. (1996). Krause's Food, Nutrition and Diet Therapy.
Dalam Edisi ke 4 (hal. 495). Philadephia: W. B. Saunders Co.

Malinauskas B, A. V.-A.-H. (2007). A survey of energy drink


consumption patterns among college students.

Mervina, C. M. (2012). Formulasi Biskuit dengan Substitusi Tepung


Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus( dan Isolat Protein
Kedelai (Glycine Max) sebagai makanan potensial Untuk anak
Balita Gizi Kurang. J. Teknologi & Industri Pangan Vol XXIII
No. 1 Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
IPB, Bogor.

Mulyanti, S. (2005). Teknologi Pangan. Surabaya: Trubus Agri Sarana.

Murray, R. a. (2001 ). Formulating Carbohydrate-Electrolyte Drinks for


Optimal Efficacy. Dalam R. Maughan R.J and Murray, Sport
Drinks, Science and Practical Aspects.

Murray, R. G. (2003). Harper's Illustrated Biochemistry. United Stated-


McGraw-Hill.

Naim, M. G. (1974). Soybean Isoflavon, Characteristic, determination


and antifungal activity. J. Agric. Food Chem 22:(5), 806-809.

Nurheti, Y. (2009). A to Z Food Supplement. Yogyakarta: CV, Andi


Offset.

Saija, A. (1995). Flavonoids as antioxidant agents: importance of their


interaction with biomembranes. Gaithersburg Maryland: Aspen
Publisher, Inc.

Scholey AB, K. D. (2004). Cognitive and physiological effects of an


"Energy Drink" an evaluation of the whole drink and of glucose
caffeine and herbal flavouring fractions. Psychopharmacology
(PlubMed).

Siro I, K. E. (2008). Functional food Product Development, marketing


and consumer acceptance. A review Journal of Appetite, 51:456-
467.

Siro I, K. E. (2008). Functional food Product Development, marketing


and consumer acceptance. A review, Journal of Appetite, 51:456-
467.

41
Sondakh E, P. (1990). Kandungan Pada Beberapa Varietas Pisang.
Sulawesi Utara Manado: Skripsi Jurusan Teknologi Pertaniaan
Univeristas Sam Ratulangie.

Sondakh, J. H. (2013). Karakterisasi Pisang Lokal Mas Jarum dan


Goroho di Kebun Koleksi Sumber Daya Genetik Tanaman
Sulawesi Utara. Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Utara, Kampus Pertanian Kalasey Manado Sulawesi Utara.

Steenis, C. (1980). Flora.

Sumartono. (1981). Pisang. Jakarta: Bumi Restu.

Sunarti Datundungon, S. d. (2006, Juli 19). Pengolahan Kripik Pisang


Goroho. Diambil kembali dari web BPTP Sulut.

Sussi Astuti dalam Schmidl, M. d. (2001). Essentials of Functional


Foods . Isoflavon Kedelai dan Potensinya sebagai Penangkap
Radikal Bebas.

Suyanti dan Ahmad, S. (2008). Pisang Budi Daya Pengolahan dan


Prospek Pasar. Jakarta: Penebar Swadaya.

V, B. L. (2006). Clinical Sports Nutrition. McGraw-Hill Australia.

Zubik, L. a. (2003). Bioavability of Soybean Isoflavon from Aglycone


and Glucoside . Form in American Women J. Clin. Nutr. 77,
1459-1465.

42
43
44

Anda mungkin juga menyukai