Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CLOSE

FRAKTUR RADIUS ULNA SINISTRA DENGAN INTERVENSI


RELAKSASI BENSON TERHADAP MASALAH NYERI AKUT
DI RUANG UNIT GAWAT DARURAT
RSU MANUABA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

IDA AYU SURYANTARI, S.KEP

PEMINATAN RUANG UNIT GAWAT DARURAT

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021

i
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CLOSE
FRAKTUR RADIUS ULNA SINISTRA DENGAN INTERVENSI
RELAKSASI BENSON TERHADAP MASALAH NYERI AKUT
DI RUANG UNIT GAWAT DARURAT
RSU MANUABA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali

IDA AYU SURYANTARI, S.KEP


NIM. C2220158

PEMINATAN RUANG UNIT GAWAT DARURAT

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama :Ida Ayr Suryantari, S.Kep

Nim : C2224158

Tanda
a
tangan : -/- ,), "

Tanggal :26 Januari2021

ltl
HALAMAN FERSETUJUAN

ANATIST$ ASTJHAN KEPHRAWATAN PASA T}ASIHN CLO$g FRAKTUR


RASTUS {"JLIYA $INTSTH,{ I}HH#AN INTEITYENSI IIHLAKSA$I
BEII{S{}N TERHANAP MASALAH NYHNT AKUT }T RUANG
UNIT' GAWAT NANUNAT fiil} fuIANT}ASA

Diajuknn dlletr-;
IflA AYtl fitr-rRYitNTA RI
NIM {t?33$r5tr

Mangupura, 4 lr*bru*ri ?$?l

-i't'!:**l
<l irt'{ tr i rci rlk'lt i}*rt'll I \:rrr lri rrtlti rtli

I i,,.,',. i'r'iltirl;rtl''ilt'

\ I r !\. illitIliit:t!{!t! tr

ili
HALAIVIAI{ PXN#E$AHAN

ANALT$T$ AST}HAN KEPEHEWATAN TA*A T'ASISH CL$SE FRAKTTJN


HA}TTIS T}LNA $IHTSYfi.A NENGAN TNTERYENST KfrLAKSAIiI
BENSOF{ TERHADAP FIAIiALAT{ NYERI AKUT PI NUANG
UNIT {}AWAT I}ARLTRAT RIIU MAi\,IUABA

'l,r;i:lil;l] . Ii.r lit'irlrul -lii.li

Ilia,inkan ()lr:h :
il!.1 ,\l't 1 s{:l{} ,\N"l'.lRI
Ili!t. t'i::rliSll

l,)j rafuk x a-qrlr,: tr 3' i ir r .l'* r s rdj"_{ r


x lii i, rlilf L;

,ffi"r l',. tr::rlii li

{ryr
'Y \h;il
t 1 '{

i\l s, Ili's*[ I\"! t u l{is.l:r I}*yi,L $g$., U;\$s


\ I llH- {lrt tr -l{}'iH${t t \ l)5. {}l{r}5{i:'}r}{}
tr I

hlrit::i.'lrilrrri

ir
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
BINA USADA BALI PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Karya Ilmiah Akhir Ners, Februari 2021


Ida Ayu Suryantari, S.Kep

Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Close Fraktur Radius Ulna Sinistra
Dengan Intervensi Relaksasi Benson Terhadap Masalah Nyeri Akut Di Ruang Unit
Gawat Darurat RSU Manuaba

ABSTRAK

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan yang


berlebih pada tulang. Penyebab fraktur yaitu adanya cedera traumatic yang
disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat. Fraktur jika tidak
ditangani dengan segera maka akan menimbulkan banyak komplikasi diantaranya
kerusakan arteri, kompartement syndrome, infeksi, shock, dan menimbulkan
penyatuan tulang yang terhambat. Gejala yang sangat dirasakan oleh pasien fraktur
yaitu adanya nyeri hebat pada daerah yang patah. Nyeri ini bisa dikurangi dengan
pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi merupakan
terapi dengan pemberian obat analgetik oleh dokter, sedangkan terapi non
farmakologi merupakan terapi yang dilakukan oleh perawat secara mandiri salah
satunya yaitu pemberian relaksasi benson. Relaksasi Benson merupakan
pengembangan metode respon relaksasi pernafasan dengan melibatkan factor
keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan sehingga dapat
membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih
tinggi.Tujuan penelitian ini untuk melakukan analisis asuhan keperawatan pada
pasien close fraktur radius ulna sinistra dengan intervensi relaksasi benson terhadap
masalah nyeri akut di ruang UGD RSU Manuaba. Penelitian ini menggunakan
tindakan keperawatan yaitu pemberian relaksasi benson untuk menurunkan nyeri
pasien. Saat pertemuan perawat memberikan tindakan relaksasi benson sehingga pasien
merasa lebih rileks sehingga nyeri pasien dapat berkurang. Evaluasi dari tindakan tersebut
pasien yang semula mengalami nyeri dengan skala 5 setelah diberikan relaksasi benson
nyeri pasien berkurang menjadi skala 4.

Kata Kunci : Fraktur , Nyeri Akut, Teknik Relaksasi Benson


Daftar Pustaka: 36

vi
vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah

dan karunia-NYA yang telah diberikan pada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul “Analisis Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Close Fraktur Radius Ulna Sinistra Dengan Intervensi

Relaksasi Benson Terhadap Masalah Nyeri Akut Di Ruang Unit Gawat Darurat

RSU Manuaba” tepat pada waktunya. Penulis dalam penyusunan KIAN ini banyak

mendapat bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkan

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir I Putu Santika, MM., selaku Ketua STIKES Bina Usada Bali.

2. Dr. I Made Supartayasa selaku Direktur Rumah Sakit Umum Manuaba.

3. Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep.,M.Kep., selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan.

4. Ns. Gede Arya Bagus Arisudhana, S.Kep.,M.Kep, selaku pembimbing I yang

telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dalam penyusunan KIAN

ini.

5. Seluruh Dosen dan Staff STIKES Bina Usada Bali.

6. Orang tua yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyusunan

KIAN ini.

7. Rekan-rekan mahasiswa prodi profesi Ners STIKES Bina Usada Bali yang

telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam

penyusunan KIAN ini.

viii
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan karya ilmiah akhir ners ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka menerima

segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga karya

ilmiah akhir ners ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan serta

wawasan bagi penulis khususnya dari para pembaca umum.

Mangupura, Januari 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………. i
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS …………………………… iii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………… iv
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………….…... v
ABSTRAK …………………………………………………………….…… vi
ABSTRACK ………………………………………………………….……. vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xiii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xv
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………….… 1
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….….. 4
C. Tujuan …………………………………………………………….. 4
1. Tujuan Umum ………………………………………………… 4
2. Tujuan Khusus ………………………………………………... 5
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 5
1. Pelayanan Keperawatan ………………………………………. 5
2. Institusi Pendidikan …………………………………………… 6
3. Pengembangan Ilmu Keperawatan ……………………………. 6
4. Bagi Pasien ……………………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………. 7
A. Konsep Dasar Penyakit ……………………………………………. 7
1. Definisi ………………………………………………………… 7
2. Anatomi Fisiologi ……………………………………………... 8
3. Etiologi ………………………………………………………… 14
4. Klasifikasi …………………………………………………….. 16

x
5. Manifestasi Klinis …………………………………………… 17
6. Patofisiologi …………………………………………………. 18
7. Pathway ……………………………………………………… 20
8. Komplikasi …………………………………………………… 21
9. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………… 23
10. Penatalaksanaan ………………………………………………. 24
B. Relaksasi Benson …………………………………………………. 25
1. Definisi ……………………………………………………….. 25
2. Tujuan ………………………………………………………… 26
3. Prinsip Pelaksanaan ………………………………………….. 27
4. Prosedur Penggunaan ………………………………………… 28
C. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori ………………………… 29
1. Pengkajian Keperawatan …………………………………….. 29
2. Diagnosa Keperawatan ……………………………………….. 35
3. Intervensi Keperawatan ………………………………………. 36
4. Implementasi Keperawatan …………………………………… 42
5. Evaluasi Keperawatan ………………………………………… 43
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN ……………………………….. 44
A. Profil Lahan Praktik ……………………………………………… 44
B. Ringkasan Asuhan Keperawatan …………………………………. 48
1. Pengkajian ……………………………………………………. 48
2. Analisa Data ………………………………………………….. 51
3. Diagnosa Keperawatan ………………………………………. 51
4. Rencana Keperawatan ………………………………………… 52
5. Implementasi Keperawatan …………………………………… 52
6. Evaluasi Keperawatan ………………………………………… 54
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………………………. 55
A. Analisis Karakteristik Pasien ……………………………………… 55
B. Analisis Masalah Keperawatan ……………………………………. 56
C. Analisis Intervensi ………………………………………………… 58
D. Analisis Implementasi ……………………………………………. 60

xi
E. Analisis Evaluasi ………………………………………………… 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 63
A. Simpulan …………………………………………………………. 63
B. Saran ……………………………………………………………… 65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Anatomi Tulang ………………………………………………… 8

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Intervensi Keperawatan …………………………………………… 36

Tabel 3. 1 Pengkajian Primer ………………………………………………… 49

Tabel 3. 2 Pengkajian Sekunder ……………………………………………… 50

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SOP Relaksasi Benson ………………………………………… 69

Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Pasien ………………………………….. 70

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan

kearah perkembangan di bidang industri yang lebih maju. Hal ini ditandai

dengan munculnya industri-industri baru yang di dukung dengan teknologi yang

canggih salah satunya adalah alat transportasi (Mahalli, 2018). Alat transportasi

sangat membantu masyarakat dalam beraktifitas sehari-hari, dengan begitu alat

transportasi bertambah dan menyebabkan angka kecelakaan lalu lintas

meningkat. Di Indonesia sebagian besar korban kecelakaan lalu lintas adalah

pengendara sepeda motor. Akibat kecelakaan lalu lintas kebanyakan korban

menderita cidera patah tulang (fraktur) (Helmi, 2012).

Mobilitas yang tinggi dan faktor kelalaian manusia menjadi salah satu

penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Statistik menunjukkan jumlah

kecelakaan lalu lintas makin meningkat dari tahun ketahun. Menurut data

kepolisian RI selama Januari sampai November 2014 jumlah angka kecelakaan

di Indonesia mencapai 85.765 kejadian, sedangkan menurut data badan

kesehatan dunia (WHO) tahun 2012, sebanyak 67 persen korban kecelakaan

lalu lintas berada pada usia produktif , yakni 22 – 50 tahun. Dari jumlah total

peristiwa kecelakaan yang terjadi, terdapat 5,8% korban cedera atau sekitar

delapan juta orang yang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang paling

banyak terjadi yaitu fraktur pada bagian ekstremitas atas sebesar 36,9% dan

1
ekstremitas bawah sebesar 65,2% (Depkes, 2014). Fraktur dapat terjadi

diseluruh bagian tubuh, hal ini merupakan ancaman potensial atau aktual

kepada seseorang dimana ia akan mengalami gangguan fisiologis maupun

psikologis yang tentunya harus segera ditangani (Widyastuti, 2015).

Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan di RSU Manuaba,

didapatkan peningkatan angka kejadian fraktur disetiap tahunnya, dari tahun

2018 – 2020 fraktur yang paling sering terjadi yaitu fraktur pada ekstremitas.

Dari data yang didapat pada tahun 2020 terdapat kasus 42 pasien yang masuk

rumah sakit karena fraktur yang dialami akibat kecelakaan lalu lintas

diantaranya fraktur femur 9 orang, tibia fibula 10 orang, radius ulna 13 orang,

clavicula 3 orang, fraktur metacarpal dan falang 7 orang,

Fraktur adalah putusnya kontinuitas struktur tulang baik komplit

maupun tidak terdiri dari beberapa tipe dan keparahan. Fraktur terjadi ketika

tulang mendapatkan tekanan yang sangat besar melebihi kemampuan tulang

tersebut. (Bare, 2013). Salah satu fraktur yang mempunyai komplikasi tinggi

terhadap kematian adalah fraktur ekstremitas (Parahita, 2013). Bagian

ekstremitas yang rentan akan terjadinya fraktur yaitu pada tulang panjang

seperti femur, tibia, fibula, radius dan ulna (Fakhrurrizal, 2015). Gejala klinis

fraktur sering didapatkan adanya kerusakan neurovascular yang akan

memberikan manifestaasi peningkatan resiko syok yang merupakan bentuk

kegawatan (Noor, 2016). Jenis syok yang terjadi dapat berupa syok

hipovolemik karena cedera pada arteri dan syok neuroneurogenic diakibatkan

oleh rusaknya saraf di sekitar tulang ditandai dengan adanya rasa nyeri yang

2
hebat ( Spevetz, 2011). Nyeri fraktur tersebut bersifat tajam dan menusuk

karena terjadinya spasme otot (Muttaqin, 2012)

Nyeri merupakan gejala yang paling sering menyertai pada kasus fraktur

(Noor, 2016). Nyeri terjadi akibat adanya system nosiceptor yang berperan

dalam mengatur tercetusnya nyeri. Impuls yang diterima oleh ujung saraf bebas

atau saraf afferent akan meneruskan ke korteks melalui reseptor atau nosiceptor

yang selanjutnya akan dipersepsikan nyeri (Zakiah, 2015). Nyeri hebat yang

dirasakan oleh pasien akan berdampak pada peningkatan kerja saraf simpatik

yang mengakibatkan terjadinya peningkatan nadi, tekanan darah, dan dilatasi

pupil (Helms dan Barone, 2015). Oleh karena itu, perhatian terhadap nyeri pada

fraktur juga menjadi perhatian khusus untuk mengurangi resiko komplikasi

(Noor, 2016).

Terdapat dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen

farmakologi dan non farmakologi. Manajemen farmakologi yaitu dengan

memberikan obat – obatan analgesic. Sedangkan manajemen nonfarmakologi

lebih murah simpel, dan tanpa efek yang merugikan (Mack, 2013) . Distraksi,

Relaksasi Benson dan imajinasi terbimbing merupakan beberapa teknik non

farmakologi untuk mengurangi nyeri. Relaksasi Benson merupakan

pengembangan metode respon relaksasi pernapasan dengan melibatkan factor

keyakinan pasien yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga

dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih

tinggi (Benson, 2011).

3
Dari urian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri yang dirasakan oleh

pasien fraktur merupakan hal yang sangat subyektif dirasakan oleh pasien itu

sendiri dan sangat penting untuk diatasi karena nyeri adalah salah satu keluhan

utama sebagai indikasi adanya kegawatdaruratan. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk mengangkat kasus dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Close Fraktur Radius Ulna Sinistra Dengan Intervensi Relaksasi

Benson Terhadap Masalah Nyeri Akut di Ruang Unit Gawat Darurat RSU

Manuaba”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam Karya Ilmiah

Akhir Ners (KIA-N) ini adalah “Bagaimanakah Analisis Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Close Fraktur Radius Ulna Sinistra Dengan Intervensi Relaksasi

Benson Terhadap Masalah Nyeri Akut di Ruang Unit Gawat Darurat RSU

Manuaba? “

C. TUJUAN KARYA ILMIAH

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini yaitu

untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien close fraktur radius

ulna sinistra dengan intervensi relaksasi benson terhadap masalah nyeri akut

di Ruang Unit Gawat Darurat RSU Manuaba

4
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu :

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien close fraktur radius

ulna sinistra dengan intervensi relaksasi benson terhadap masalah nyeri

akut di Ruang Unit Gawat Darurat RSU Manuaba.

b. Menetukan diagnosa keperawatan pada pasien close fraktur radius ulna

sinistra dengan intervensi relaksasi benson terhadap masalah nyeri akut

di Ruang Unit Gawat Darurat RSU Manuaba.

c. Menentukan rencana keperawatan pada pasien close fraktur radius ulna

sinistra dengan intervensi relaksasi benson terhadap masalah nyeri akut

di Ruang Unit Gawat Darurat RSU Manuaba.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien close fraktur

radius ulna sinistra dengan intervensi relaksasi benson terhadap masalah

nyeri akut di Ruang Unit Gawat Darurat RSU Manuaba.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien close fraktur

radius ulna sinistra dengan intervensi relaksasi benson terhadap masalah

nyeri akut di Ruang Unit Gawat Darurat RSU Manuaba.

D. MANFAAT KARYA ILMIAH

1. Pelayanaan Keperawatan

Memberikan masukan dan contoh (role model) dalam melakukan inovasi

keperawatan untuk meningkatkan mutu dalam asuhan keperawatan dan

memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik pada pasien.

5
2. Institusi pendidikan

Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka

tentang tehnik relaksasi yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat

nyeri pada pasien fraktur.

3. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Memperkuat dukungan dalam menerapkan model konseptual keperawatan,

memperkaya ilmu pengetahuan keperawatan, menambah wawasan dan

pengetahuan bagi perawat ners dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Bagi pasien

Hasil penulisan ini dapat memberikan informasi kepada pasien sehingga

diharapkan pasien memiliki pertahanan terhadap kondisi nyeri yang

dirasakan dengan melakukan teknik relaksasi benson.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan

jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi

itu lengkap atau tidak lengkap (NANDA, 2015)

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan

jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi

itu lengkap atau tidak lengkap (Nurarif & Kusuma, 2015).

Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang

dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya

meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrim

(Smeltzer dan Bare, 2010)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan fraktur

adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan yang berlebih

pada tulang

7
2. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Tulang


Sumber : (Helmi, 2012)

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan

dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:

a. Tulang panjang (femur, humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang

disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah

proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan

metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut

lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh

karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan

digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan

tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.

Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis

8
berfungsi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan,

estrogen, dan testosterone merangsang pertumbuhan tulang panjang.

Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fungsi lempeng

epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut

kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.

b. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous

(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat

dengan lapisan luar adalah tulang concellous.

d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang

pendek.

e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar

tulang yang berdekatan dengan persedian dan didukung oleh tendon

dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-

selnya terdiri atas tiga jenis dasar osteoblas, osteosit dan osteoklas.

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan

matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar

(glukosaminoglikan, asam polisakarida, dan proteoglikan). Matriks

merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun

Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi

tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Tulang diselimuti

bagian membran fibrous padat dinamakan periosteum. Periosteum

9
memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai

tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf,

pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang

mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.

Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organik (hidup) dan

70% endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih

dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10% proteoglikan (protein plus

sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan

sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam

menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui

proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang memiliki

kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan).

Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan

kompresi (kemampuan menahan tekanan).

Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat

berupa pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan

tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh

rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan

pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang

yaitu osteoblas.

Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas

berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks

tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid.

10
Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada

osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya.

Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit

atau sel tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit

dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang menghubungkan osteosit

satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik

di tulang.

Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang,

sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam

nonkristal ini dianggap sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu

dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan

darah.

Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara

bersamaan dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena

aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik

multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat

di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim

yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya

terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit

tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas

menghilang dan muncul osteoblas. Osteoblas mulai mengisi daerah yang

kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua

yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.

11
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan

tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak

dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga

kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga

melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada

orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara,

sehingga jumlah total massa tulang konstan.

Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas

osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga

meningkat pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia

dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat

menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas

osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.

Faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoblas dirangsang oleh

olahraga dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres

mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas

osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron,

dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas

dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas

akibat melonjaknya kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan

testosterone akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti

tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung

pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus,

12
aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga

mengganggu pertumbuhan tulang.

Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara

langsung dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan

merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan

konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang. Namun,

vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan

meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam

jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan

menyebabkan absorpsi tulang.

Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama

dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh

kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang kelenjar tiroid.

Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap

penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan

aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk

membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum

bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran

hormon paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi efek

hormon paratiroid pada osteoklas.

Efek lain hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum

dengan menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid

meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar

13
fosfat darah. Pengaktifan vitamin D di ginjal bergantung pada hormon

paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan

oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium

serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan

pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang

sehingga menurunkan kadar kalsium serum (Wijaya dan Putri, 2013)

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru)

dan jaringan lunak.

c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi

dan pergerakan).

d. Membentuk sel-sel darah merah di dalam sum-sum tulang belakang

(hema topoiesis).

e. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor (Dwisang,

2014).

3. Etiologi

Menurut (Brunner dan Suddarth, 2008), yaitu :

a. Cedera traumatic

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

14
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga

tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan

fraktur melintang.

2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari

lokasi benturan

3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot

yang kuat.

b. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan

trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada

berbagai keadaan seperti:

1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang

tidak terkendali dan progresif.

2) Infeksi seperti osteomyelitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi

akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,

lambat dan sakit nyeri.

3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi

vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya

disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang – kadang dapat

disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan

kalsium atau fosfat yang rendah.

15
c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas

dikemiliteran.

4. Klasifikasi

Klasifikasi fraktur menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) dibagi

menjadi beberapa yaitu :

a. Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur :

1) Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang

dan biasanya mengalami pergeseran.

2) Fraktur inkomplet : patah hanya terjadi pada sebagian dari

garis tengah tulang.

b. Berdasarkan sifat fraktur :

1) Fraktur simple/tertutup : tidak menyebabkan robeknya kulit.

2) Fraktur kompleks/terbuka : merupakan fraktur dengan luka pada

kulit atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang.

Fraktur terbuka digradasi menjadi :

a) Grade I dengan luka bersih, panjangnya ≤ 1 cm

b) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak.

c) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan

jaringan yang paling berat.

c. Berdasarkan bentuk garis patah :

16
1) Fraktur Greenstick : fraktur salah satu sisi tulang patah

sedang sisi lainnya membengkok.

2) Fraktur Tranversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.

3) Fraktur Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah

tulang.

4) Fraktur Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang.

5. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala

Menurut (Mansjoer, 2014), tanda dan gejala fraktur antara lain:

a. Deformitas (perubahan struktur dan bentuk) disebabkan oleh

ketergantungan fungsional otot pada kestabilan otot.

b. Bengkak atau penumpukan cairan/darah karena kerusakan

pembuluh darah, berasal dari proses vasodilatasi, eksudasi plasma,

dan adanya peningkatan leukosit pada jaringan di sekitar tulang.

c. Spasme otot karena tingkat kecacatan, kekuatan otot yang sering

disebabkan karena tulang menekan otot.

d. Nyeri karena kerusakan jaringan, perubahan struktur yang

meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan

bagian fraktur.

e. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan

saraf, dimana saraf ini dapat terjepit atau terputus oleh fregmen

tulang

17
f. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena

ketidakstabilan tulang, nyeri atau spasme otot.

g. Pergerakan abnormal.

h. Krepitasi, sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga

menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya.

6. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,

gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang

turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh

darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah

menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.

Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem

lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup

akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa

nyaman nyeri.

Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral

vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik

terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan

lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan

lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup.

18
Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang

dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat

mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan

menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,

disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang

kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.

Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup

akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan

fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai

sembuh.

Sumber: (Price, 2012)

19
7. Pathway

Trauma langsung Trauma tidak Kondisi Patologis


( jatuh, hantaman, kecelakaan, dll) langsung (osteo, osteomieliti, dll)

Tekanan pada tulang Tulang rapuh

FRAKTUR Tidak mampu


menahan BAB

Pergeseran fregmen Tulang

Prosedur Pembedahan
Merusak jaringan sekitar

Perubahan Pelepasan Luka


Deformitas Kurangnya terpapar Prosedur anastesi Tindakan infasif
Status Kesehatan Mediator Kimia terbuka informasi mengenai
(histamin) pembedahan
Penurunan motorik Pendarahan
Kurang Gangguan Menembus
informasi Ditangkap fungsi kulit Ancaman Kematian
reseptor nyeri Kelelahan anggota Pendaahan tidak
perifer gerak terkontrol
Defisiensi Hambatan Luka Krisis situasional
Pengetahuan Impuls ke otak Mobilitas Proses pemindahan Kehilangan cairan
Fisik
Kerusakan
Integritas
Ansietas Risiko Cedera Risiko Syok
Nyeri Akut Kulit

20
8. Komplikasi

Komplikasi dari fraktur antara lain (Dwisang, 2014)

a. Komplikasi Awal

1) Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak

adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal,

hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang

disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan

posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

2) Kompartement Syndrom

Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena

ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan

dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa

sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan

paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur

tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).

3) Infeksi

System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit

(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada

kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan

lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

21
4) Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke

tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis

tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.

Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang

kurang baik. Karena nekrosis avaskular mencakup proses

yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin

tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah

sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal

yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya

melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang

menetap pada saat menahan beban.

5) Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan

meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan

menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

6) Osteomyelitis

Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum

dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk

dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari

dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur

terbuka, luka tembus, atau selama operasi ini memiliki risiko

osteomyelitis yang lebih besar.

22
b. Komplikasi Dalam Waktu Lama

1) Delayed Union (Penyatuan tertunda)

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi

sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk

menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah

ke tulang.

2) Non union (tak menyatu)

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan non union adalah

tidak adanya imobilisasi, interposisi. jaringan lunak,

pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur

yang bersifat patologis.

3) Malunion

Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk

menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.

9. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Helmi,2012) pemeriksaan penunjang fraktur berupa:

a. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai

fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :

1) Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.

2) Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan

distal.

23
3) Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang

cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk

membandingkan dengan yang normal)

4) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah

tindakan

b. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

1) Darah rutin

2) Faktor pembekuan darah

3) Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi)

4) Alkalin fosfat Meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukan

kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.

5) Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-

5), asparat amino transferase (AST), aldolase yang meningkat

pada tahap penyembuhan tulang.

10. Penatalaksanaan

Menurut (Helmi, 2012), Prinsip terapi fraktur yaitu :

a. Reduksi

Adalah pemulihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur. Reduksi

terbuka biasanya disertai oleh sejumlah bentuk fiksasi interna

dengan plat & pin, batang atau sekrup. Ada dua jenis reposisi, yaitu

reposisi tertutup dan reposisi terbuka. Reposisi tertutup dilakukan

pada fraktur dengan pemendekan, angulasi atau displaced. Biasanya

24
dilakukan dengan anestesi lokal dan pemberian analgesik.

Selanjutnya diimobilisasi dengan gips. Bila gagal maka lakukan

reposisi terbuka dikamar operasi dengan anestesi umum

b. Imobilisasi.

Bila reposisi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat

fraktur sampai timbul penyembuhan yang mencukupi. Kebanyakan

fraktur ekstremitas dapat diimobilisasi dengan gips fiberglas atau

dengan brace yang tersedia secara komersial. Pemasangan gips yang

tidak tepat bisa menimbulkan tekanan kuIit, vascular, atau saraf.

Semua pasien fraktur diperiksa hari berikutnya untuk menilai

neurology dan vascular.

c. Rehabilitasi

Bila penyatuan tulang padat terjadi, maka rehabilitasi merupakan

masalah pemulihan jaringan lunak. Kapsula sendi, otot dan

ligamentum berkontraksi membatasi gerakan sendi sewaktu

gips/bidai dilepaskan. Dianjurkan terapi fisik untuk gerakan aktif

dan pasif serta penguatan otot

B. RELAKSASI BENSON

1. Definisi

Relaksasi benson atau relaksasi religius merupakan pengembangan

dari respon relaksasi yang dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi

ini merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan agama yang

25
dianut. Fokus dari relaksasi ini adalah pada ungkapan tertentu yang

diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur disertai sikap pasrah.

Ungkapan yang digunakan dapat berupa nama Tuhan, atau kata yang

memiliki makna menenangkan bagi klien itu sendiri (Benson, 2011).

Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon

relaksasi pernafasan dengan melibatkan factor keyakinan pasien, yang

dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu

pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi.

2. Tujuan
Tujuan dari relaksasi Benson yaitu untuk meningkatkan ventilasi

alveoli, memelihara pertukaran gas, mengurangi stress baik stress fisik

maupun emosional, menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan

kecemasan serta menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic

(Judha, 2012)

Proses pernafasan pada relaksasi Benson merupakan proses

masuknya O2 melalui saluran nafas kemudian masuk ke paru dan

diproses ke dalam tubuh, kemudian selanjutnya diproses dalam paru –

paru tepatnya di bronkus dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui

pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan O2. Apabila

O2 tercukupi maka manusia berada dalam kondisi seimbang. Kondisi ini

akan menimbulkan kedaan rileks secara umum pada manusia. Perasaan

rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan

Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang

kelenjar di bawah otak untuk meningkatkan produksi

26
Propioidmalanocortin (POMC) sehingga produksi encephalin oleh

medulla adrenal meningkat. Kelenjar di bawah otak juga menghasilkan

β endorphin akan menyebabkan lebih rileks dan nyaman (Novitasari,

2013).

Rileks dapat menurunkan aktivitas saraf simpatis dan mengaktifkan

saraf apasimpatis, sehingga terjadi penurunan heart rate dan tekanan

perifer yang disebabkan vasodilatasi oleh pembuluh darah dan mebuat

konsentrasi oksigen di dalam darah meningkat sehingga kebutuhan

oksigen di jaringan akan terpenuhi, aliran darah menjadi lancar, dan

denyut jantung menjadi lambat dan rileks sehingga dapat mengurangi

nyeri (Andarmoyo, 2013).

3. Prinsip Pelaksanaan

Teknuk Relaksasi Benson dilakukan dalam durasi kurang lebih 15

menit. Langkah – langkah relaksasi Benson menurut Benson (2011) :

a. Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman

b. Anjurkan klien memilih tempat yang disenangi

c. Anjurkan klien mengambil posisi tidur terlentang atau duduk yang

dirasakan paling nyaman

d. Anjurkan klien untuk memejamkan mata dengan pelan tidak perlu

untuk dipaksakan sehingga tidak ada ketegangan otot sekitar mata.

e. Anjurkan klien untuk merelaksasikan tubuhnya untuk mengurangi

ketegangan otot, mulai dari kaki sampai ke wajah.

27
f. Lemaskan kepala, leher, dan pundak dengan memutar kepala dan

mengangkat pundak perlahan – lahan.

g. Anjurkan klien mulai bernafas dengan lambat dan wajar lalu Tarik

nafas melalui hidung, beri waktu 3 detik untuk tahan nafas kemudian

hembuskan nafas melalui mulut, sambil mengucap doa sesuai

keyakinan pasien.

4. Prosedur Penggunaan
Cara relaksasi yang dijelaskan oleh dokter Benson dalam bukunya “The

Relaxation Respons” adalah sebagai berikut :

a. Duduklah dalam keadaan tenang dan pada posisi yang enak

b. Tutuplah mata

c. Regangkan Semua otot – otot mulai dari kaki terus menuju ke raut

muka, usahakan semuanya rileks.

d. Bernafaslah melalui hidung, sadar dan waspadalah terhadap jalan

pernafasna anda, sewaktu menghembuskan nafas keluar, katakan

pada diri anda “satu” (jadi menggunakan kata “satu”, misalnya nafas

masuk… keluar, “satu”, masuk… keluar, “satu” dan seterusnya.

Bernafaslah dengan tenang dan sewajarnya.

e. Lanjutkan terus menerus selama 10 sampai 20 menit, anda boleh

membuka mata untuk mengecek waktu atau jam, tetapi jangan

mengguanakan alarm, bila anda telah selesai duduklah dahulu

dengan tenang beberapa menit, mula – mula dengan mata masih

tertutup dan kemudian barulah membuka mata, jangan segera berdiri

tetapi tunggu beberapa saat.

28
f. Janganlah kuatir apakah anda berhasil atau tidak mencapai relaksasi

yang mendalam. Jagalah sikap pasif dan biarkan terjadinya rileks

dengan sendirinya. Jika pikiran melayang, jangan bersikap

menyalahkan tetapi katakana pada diri anda “oh ya..” dan kembali

sadar akan pernafasan dengan mengulang kata “satu”. Dalam latihan

jangan bersikap ngotot. Berlatihlah sekali atau dua kali sehari, tetapi

jangan melakukan dalam waktu dua jam setelah makan, karena

proses pencernaan mengganggu timbulnya relaksasi.

C. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah langkah pertama yang paling penting dalam proses

keperawatan. Tanpa pengkajian keperawatan yang tepat, tidak ada

diagnosa keperawatan, dan tanpa diagnosa keperawatan, tidak ada

tindakan keperawatan mandiri (Herman, 2015)

Pengkajian meliputi:

a. Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, nomor register, tanggal masuk

rumah sakit, diagnosa medis.

b. Pengkajian Primer
Menurut Paul Krisanty (2016) Setelah klien sampai di Instalasi

Gawat Darurat (IGD) yang pertama kali harus dilakukan adalah

29
mengamankan dan mengaplikasikan prinsip Airway, Breathing,

Circulation, Disability Limitation, Exposure (ABCDE).

1) Airway : Penilaian airway pada klien yang mengalami fraktur

meliputi, pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat

disebabkan benda asing. Usaha untuk membebaskan jalan nafas

harus melindungi vertebral servikal karena kemungkinan patahnya

tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini dapat

dilakukan chin lift, tetapi tidak boleh melibatkan hiperektensi leher.

2) Breathing : Setelah melakukan airway kita harus menjamin

ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik

dari paru, dinding dada dan diafragma. Dada klien harus dibuka

untuk melihat pernapasan yang baik.

3) Circulation : Kontrol perdarahan vena dengan menekan langsung

sisi area perdarahan bersamaan dengan tekanan jari pada arteri

paling dekat dengan perdarahan. Curiga hemoragi internal, dimana

klien dengan fraktur biasanya mengalami kehilangan darah. Kaji

tanda- tanda syok yaitu penurunan tekanan darah, kulit dingin,

lembab dan nadi halus.

4) Disability :kaji kedaan neurologis secara cepat yang dinilai adalah

tingkat kesadaran (GCS), ukuran dan reaksi pupil.

5) Exsposure : jika exsposure dilakukan di Rumah Sakit, tetapi jika

dapat membuka pakaian, misalnya membuka baju untuk

30
melakukan pemeriksaan fisik thoraks kemudian diberikan cairan

intravena.

c. Pengkajian Sekunder

Bagian dari pengkajian sekunder pada klien cidera muskuloskeletal

adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik. tujuan dari survey sekunder

adalah mencari cidera - cidera lain yang mungkin terjadi pada klien

sehingga tidak satupun terlewatkan dan tidak terobati. Apabila klien

sadar dan dapat berbicara maka kita harus mengambil riwayat

SAMPLE dari klien, yaitu Subyektif, Allergies, Medication, Past

Medical History, Last Ate dan Event (kejadian atau mekanisme

kecelakaan. Selain riwayat SAMPLE, penting juga untuk mencari

informasi mengenai penanganan sebelum klien sampai di rumah

sakit. Pada pemeriksaan fisik klien, beberapa hal yang penting untuk

dievaluasi adalah kulit yang melindungi klien dari kehilangan cairan

dan infeksi, fungsi neuromuscular, status sirkulasi, integritas

ligamentum dan tulang. Cara pemeriksaannya dapat dilakukan

dengan Look, Feel, Move. Pada Look, kita menilai warna dan perfusi,

luka, deformitas, pembengkakan, dan memar. Penilaian inspeksi

dalam tubuh perlu dilakukan untuk menemukan pendarahan eksternal

aktif, begitu pula dengan bagian punggung. Bagian distal tubuh yang

pucat dan tanpa pulsasi menandakan adanya gangguan vaskularisasi.

Ekstremitas yang bengkak pada daerah yang berotot menunjukkan

adanya crush injury dengan ancaman sindroma kompartemen. Pada

31
pemerikasaan Feel, kita menggunakan palpasi untuk memeriksa

daerah nyeri tekan, fungsi neurologi, dan krepitasi. Pada periksaan

Move kita memeriksa Range of Motion dan gerakan abnormal.

Pemeriksaan sirkulasi dilakukan dengan cara meraba pulsasi bagian

distal dari fraktur dan juga memeriksa capillary refill pada ujung jari

kemudian membandingkan sisi yang sakit dengan sisi yang sehat.

Jika hipotensi mempersulit pemeriksaan pulsasi, dapat digunakan

alat Doppler yang dapat mendeteksi aliran darah di ekstremitas.

Selain itu hematoma yang membesar atau pendarahan yang

memancar dari luka terbuka menunjukkan adanya trauma arteria

d. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada klien fraktur adalah rasa nyeri.

Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lama serangan.

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri di

gunakan:

1) Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor

presitasi nyeri.

2) Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan. Apakah

seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.

3) Region : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau

menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

4) Severity (scale) Of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau menerangkkan seberapa jauh

rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

32
5) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari.

e. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini biasa kronologi terjadinya penyakit tersebut

sehinga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian

tubuh mana yang terkena.

f. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit – penyakit tersebut seperti kanker tulang dan penyakit yang

lain yang menyebabkan fraktur patologis yang sulit untuk

menyambung.

g. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan

dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetic.

h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : dikaji GCS klien

2) System Integumen : kaji ada tidaknya eritema, bengkak, oedema,

nyeri tekan.

33
3) Kepala : kaji bentuk kepala, apakah terdapat benjolan, apakah ada

nyeri kepala

4) Leher : kaji ada tidaknya penjolankelenjar tiroid, dan reflek

menelan.

5) Muka : kaji ekspresi wajah klien wajah, ada tidak perubahan fungsi

maupun bentuk. Ada atau tidak lesi, ada tidak oedema.

6) Mata : kaji konjungtiva anemis atau tidak (karena tidak terjadi

perdarahan).

7) Telinga : kaji ada tidaknya lesi, nyeri tekan, dan penggunaan alat

bantu pendengaran.

8) Hidung : kaji ada tidaknya deformitas, dan pernapasan cuping

hidung.

9) Mulut dan Faring : kaji ada atau tidak pembesaran tonsil, perdarahan

gusi, kaji mukosa bibir pucat atau tidak.

10) Paru :

a) Inspeksi : kaji ada tidaknya pernapasan meningkat.

b) Palpasi : kaji pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.

c) Perkusi : kaji ada tidaknya redup atau suara tambahan.

d) Auskultasi : kaji ada tidaknya suara nafas tambahan.

11) Jantung

a) Inspeksi : kaji ada tidaknya iktus jantung.

b) Palpasi : kaji ada tidaknya nadi meningkat, iktus teraba atau

tidak.

34
c) Perkusi : kaji suara perkusi pada jantung

d) Auskultasi : kaji adanya suara tambahan

12) Abdomen

a) Inspeksi : kaji kesimetrisan, ada atau tidak hernia

b) Auskultasi : kaji suara Peristaltik usus klien

c) Perkusi : kaji adanya suara

d) Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan

13) Ekstremitas

a) Atas : kaji kekuatan otot, rom kanandan kiri, capillary refile,

perubahan bentuk tulang

b) Bawah : kaji kekuatan otot, rom kanan dan kiri, capillary refile,

dan perubahan bentuk tulang

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,

cedera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

b. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler,

nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

c. Kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi

(pen, kawat, sekrup)

d. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap

informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya

informasi yang ada.

35
e. Ansietas b/d krisis situasional atau ancaman kematian.

f. Resiko cedera b/d prosedur pemindahan.

g. Resiko syok (hipofolemik) b/d kehilangan cairan.

3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Sumber : (Herdman & Kamitsuru, 2018)
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Outcome untuk Intervensi
Definisi: mengukur Keperawatan yang
Pengalaman sensori dan penyelesaian disarankan untuk
emosional yang tidak dari Diagnosis menyelesaikan
menyenangkan yang 1. Kontrol nyeri: masalah:
muncul akibat a. Mengenali kapan Manajemen Sedasi
kerusakan jaringan yang nyeri terjadi ,

1. Kaji nyeri dengan,


actual atau potensial b. Menggambarkan
PQRST
atau digambarkan dalam faktor penyebab
2. Latihan autogenic
hal kerusakan c. Menggunakan
3. Peningkatan
sedemikian rupa dan tindakan
mekanika, tubuh
berlangsung <6 bulan. pengurangan , nyeri
4. Peningkatan
Batasan, tanpa analgesic
koping
karakteristik:, d. Mengenali apa yang
5. Manajemen
, terkait dengan gejala
1. Diaphoresis energy
nyeri
2. Dilatasi pupil 6. Manajemen
e. Melaporkankan nyeri
3. Eksspresi wajah lingkungan
yang terkontrol
nyeri (mis., mata , , 7. Terapi latihan
kurang bercahaya, 2.Tingkat nyeri: :kontrol otot
tampak kacau, a. Panjang episode nyeri 8. Terapi music
gerakan mata b. Mengerang dan 9. Pengaturan posisi
berpencar atau tetap menangis 10. Relaksasi otot
pada satu fokus c. Ekpresi nyeri wajah progresif
meringis) d. Mengelurkan 11. Peningkatan tidur
4. Fokus menyempit keringat 12. Monitor tanda-
(mis. persepsi, e. Kehilangan nafsu tanda vital
waktu, proses makan 13. Terapi relaksasi
berfikir,penurunan Outcome tambahan (relaksasi benson)
interaksi dengan untuk mengukur
orang dan batasan karakteristik
lingkungan)

36
5. laporan tentang 1. Tingkat nyeri
,

perilaku terpantau secara


nyeri/perubahan regular
aktivitas 2. Mengambil tindakan
6. Mengekspresikan , untuk mengurangi
perilaku (misalnya nyeri
gelisah, merengek, 3. Nafsu makan
menangis, waspada) 4. Status kenyamanan
7. Perubahan pada 5. Keparahan mual &
parameter fisiologis muntah
(mis., tekanan darah, Outcome yang
frekuensi jantung, berkaitan dengan
frekuensi pernapasan, fakor yang
saturasi oksigen) berhubungan atau
8. Perubahan posisi outcome menengah
untuk menghindari 1. Tingkat stress
nyeri 2. Pengetahuan:
9. Sikap melindungi manajemen nyeri
nyeri 3. Pemulihan,
Faktor yang pembedahan:
berhubungan: penyembuhan
1. Agens cedera 4. Pemulihan
biologis (mis pembedahan:
infeksi, iskemia, segera setelah
neoplasma) oprasi
2. Agens cedera fisik
(mis abses,amputasi,
mengangkat berat,
prosedur bedah,
trauma, olahraga,
berlebihan)
3. Agens, cedera
kimiawi, (mis. Luka
bakar)
2 Kerusakan Integritas OutcomeUntuk Intervensi
Kulit Mengukur Keperawatan yang
Definisi:Kerusakan Penyelesaian Disarankan untuk
pada epidermis atau Dari Diagnosis: Menyelesaikan
dermis 1. Kulit dan Masalah:
Batasan membrane mukosa
Karakteristik: Outcome Tambahan Perawatan
1. Benda asing menusuk Untuk Mengukur Luka:
permukaan kulit Batasan 1. Angkat Balutan
2. Kerusakan integritas Karakteristik: dan Plester
kulit 1. Respon alergi pelekat

37
Faktor-faktor yang 2. Penyembuhan luka 2. Monitor
berhubungan: Bakar karekteristik luka
1. Agens farmaseutikal 3. Pemulihan luka 3. Ukur luas luka yang
2. Faktor mekanik bakar sesuai
3. Hipertermia 4. Singkirkan benda-
4. Hipotermia Outcome yang benda yang
5. Kelembapan Berkaitan dengan tertanam misalnya
Faktor yang kaca, krikil, logam
Berhubungan atau 5. Bersihkan dengan
Outcome Menengah: normal saline
1. Posisi tubuh 6. Berikan perawatan
2. Status sirkulasi ulkus pada kulit
3. Keseimbangan 7. Berikan perawatan
cairan Insisi pada luka
4. Respon pengobatan 8. Reposisi pasien
5. Fungsi setidaknya setiap 2
sensori jam
6. Perfusi jaringan 9. Anjurkan keluarga
7. Kontrol resiko dan pasien
hipertermia mengenai tanda-
tanda gejala
infeksi.

3 Hambatan mobilitas Outcome Untuk Intervensi


fisik Mengukur Keperawatan yang
Definisi Penyelesaian dari Disarankan untuk
Keterbatasan dalam Diagnosis: Menyelesaikan
bergerak fisik satu atau Masalah:
lebih ekstremitas secara 1. Ambulasi Perawatan
mandiri dan terarah. 2. Ambulasi: kursi Tirah Baring:
Batasan karakteristik: roda 1. Jelaskan alasan
1. Gangguan sikap 3. Pergerakan diperlukannya
Outcome Tambahan baring
berjalan
Untuk Mengukur 2. Ajarkan latihan
2. Gerakan lambat
Batasan ditempat tidur,
3. Gerakan spastik Karakteristik:
4. Gerakan tidak dengan cara tepat
1. Adaptasi terhadap 3. Tempatkan matras
terkoordinasi disabilitas fisik
5. Instabilitas postur kasur terapeutik
2. Keseimbangan dengan yang tepat
6. Kesulitan membolak 3. Kemampuan
balik posisi Peningkatan
berpindah Mekanika Tubuh
7. Keterbatasan rentang Outcome yang
gerak 1. Kaji komitmen
Berkaitan dengan pasien untuk
8. Ketidaknyamanan Faktor yang
Faktor yang belajar dan
Berhubungan atau menggunakan
berhubungan: Outcome Menengah:

38
1. Ansietas 1. Intoleransi terhadap postur tubuh yang
2. Depresi aktifitas benar
3. Gangguan fungsi 2. Tingkat 2. Kolaborasikan
kognitif ketidaknyamanan dengan fisioterapis
4. Gangguan metabolism 3. Daya tahan dalam mengemban
5. Gangguan 4. Partisipasi terhadap gkan peningkatan
musculoskeletal latihan mekanika tubuh,
6. Gangguan 5. Tingkat kecemasan sesuai indikasi
neuromuscular 3. Bantu
7. Gangguan sensori pasien/keluarga
perseptual untuk mengidentifi
9. Intoleransi aktivitas kasi latihan postur
10. Kaku sendi tubuh yang sesuai.
11. Kerusakan integritas Terapi Latihan:
struktur tulang Ambulasi
12. Kontraktur 1. Bantu pasien untuk
13Nyeri duduk disisi tempat
9. Penurunan kekuatan tidur untuk
otot memfasilitasi
10. Penurunan massa penyesuaian sikap
otot tubuh
2. Bantu pasien untuk
berdiri dan ambulasi
dengan jarak
tertentu

4 Defisiensi Pengetahuan Outcome Untuk Intervensi


Definisi: ketiadaan atau Mengukur Keperawatan yang
defisiensi informasi Penyelesaian dari Disarankan untuk
kognitif yang berkaitan Diagnosis: Menyelesaikan
dengan topic tertentu 1. Pengetahuan:manaje Masalah:
Batasan Karakteristik men penyakit akut Pendidikan
1. Ketidakakuratan 2. Pengetahuan: kesehatan:
mengikuti perintah pencegahan jatuh 1. Pertimbangkan
2. Kurang pengetahuan Outcome Tambahan riwayat individu
Faktor yang Untuk Mengukur dalam konteks
berhubungan: Batasan personal dan
1. Gangguan fungsi Karakteristik: riwayat social
kognitif 1. Perilaku budaya individu,
2. Gangguan memori patuh:aktifitas yang keluarga dan
3. Kurang informasi disarankan masyarakat.
4. Kurang minat untuk 2. Perilaku patuh: 2. Tentukan
belajar pengobatan yang pengetahuan
5. Kurang sumber disarankan kesehatan dan gaya
pengetahuan 3. Motivasi hidup perilaku saat
ini pada individu,

39
6. Salah pengertian Outcome yang keluarga, atau
terhadap orang lain berkaitan dengan kelompok sasaran.
Faktor yang
Berhubungan atau
Outcome Menengah:
1. Pemikiran abstrak
2. Konsentrasi
3. Motivasi
4. Memori

5 Ansietas Outcome Untuk Intervensi


Definisi: perasaan tidak Mengukur Keperawatan yang
nyaman atau Penyelesaian dari Disarankan untuk
kekhawatiran yang Diagnosis: Menyelesaikan
samar disertai respon 1. Tingkat kecemasan Masalah:
otonom (sumber sering Outcome Tambahan Pengurangan
kali tidak Untuk Mengukur Kecemasan:
spesifik atau tidak Batasan 1.Gunakan pendekatan
diketahui oleh individu) Karakteristik: yang tenang dan
perasaan takut yang 1.Control kecemasan meyakinkan
disebabkan oleh diri 2.Jelaskan semua
2. Koping prosedur termasuk
antisipasi terhadap
3. Tanda-tanda vital sensai yang akan
bahaya.
Outcome yang dirasakan
Batasan karakteristik: Berkaitan dengan
Perilaku: 3. Bantu klien
Faktor yang mengidentifikasi
1. Gelisah Berhubungan atau
2. Insomnia situasi yang
Outcome Menengah: memicu
3. Kontak mata yang 1. Pemulihan terhadap kecemasan
buruk kekerasan 4. Control stimulus
4. Mengeskpresikan 2. Adaptasi terhadap untuk kebutuhan
kekhawatiran karena disabilitas fisik klien secara tepat.
perubahan dalam 3. Status kenyamanan: Terapi relaksasi:
peristiwa hidup fisik 1. ciptakan
5. Distress 4. Tingkat stress lingkungan yang
6. Gelisah tenang dan tanpa
7. Gugup distraksi dengan
Fisiologis: lampu yang redup
1. Gemetar dan suhu
2. Peningkatan keringat lingkungan yang
3. Tremor nyaman
4. Wajah tegang 2. dorong klien untuk
Simpatis: mengambil posisi
1. Anoreksia yang nyaman
2. Dilatasi pupil dengan pakaian
3. Jantung berdebar- longgar dan mata
debar tertutup

40
4. Kedutan otot 3. minta klien untuk
5. Lemah rileks dan
6. Mulut kering merasakan sensasi
7. Peningkatan denyut yang terjadi
nadi 4. gunakan suara yang
Faktor yang lembut dengan
berhubungan: irama yang lambat
1. Ancaman kematian untuk setiap kata
2. Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
3. Stressor
6 Risiko cedera Outcome Untuk Intervensi
Definisi: rentan Mengukur Keperawatan yang
mengalami cedera Penyelesaian dari Disarankan untuk
fisik akibat kondisi Diagnosis: Menyelesaikan
lingkungan yang 1. kejadian jatuh Masalah:
berinteraksi dengan Outcome yang Manajemen
sumber adaptif dan Berhubungan dengan lingkungan:
sumber defensive Faktor Risiko: keselamatan:
individu, yang dapat 1. ambulasi 1. Identifikasi
mengganggu 2. keseimbangan kebutuhan
kesehatan. 3. koordinasi keamanan pasien
Faktor risiko: pergerakan berdasarkan fungsi
Eksternal: 4. kontrol fisik dan kognitif
1. Hambatan fisik (mis. risiko serta riwayat
desain, struktur, perilaku di masa
pengaturan lalu
komunitas, 2. Modifikasi
pembangunan, lingkungan untuk
peralatan) meminimalkan
2. Pajanan pada kimia bahan berbahaya
toksik dan berisiko
3. Pajanan pada Pencegahan jatuh:
pathogen 1. Identifikasi perilaku
Internal: dan faktor yang
1. Disfungsi biokomia mempengaruhi
2. Disfungsi imun risiko jatuh
3. Disfungsi integrasi 2. Identifikasi
sensori karakteristik dari
4. Gangguan lingkungan yang
mekanisme mungkin
pertahanan primer meningkatkan
(mis., kulit robek) potensi jatuh
5. Gangguan orientasi (misalnya, lantai
afektif licin dan tangga
terbuka)

41
6. Gangguan sensasi 3. Dukung pasien
(akibat dari cedera untuk menggunakan
medulla spenalis, tongkat atau walker
diabetes militus, dengan tepat
dll)
7. Hipoksia jaringan
8. malnutrisi

7 Risiko syok Outcome Untuk Intervensi


Definisi: rentan Mengukur Keperawatan yang
mengalami Penyelesaian dari Disarankan untuk
ketidakcukupan aliran Diagnosis: Menyelesaikan
darah ke jaringan 1. Keparahan syok: Masalah:
tubuh, yang dapat anafilaksis Pencegahan syok:
mengakibatkan 2. Keparahan syok: 1. Monitor terhadap
disfungsiseluler yang kardigenik adanya tanda-tanda
mengancam jiwa, yang 3. Keparahan respon syndrome
dapat menggangu syok:hipovolemik inflamasi sistemik
kesehatan. Outcome yang (misalnya,
Faktor risiko: Berhubungan dengan peningkatan suhu,
1. Hipoksemia Faktor Risiko: takikardi, takipnea,
2. Hipoksia 1. Keparahan hipokarbia,
3. Hipotensi kehilangan darah leukositosis)
4. Hipovelemia 2. Status sirkulasi 2. Monitor status suhu
5. Infeksi 3. Keparahan cedera dan respirasi
6. Sepsis fisik 3. Berikan cairan
7. Sindrom 4. Control risiko melalui IV dan atau
respons oral, sesuai
inflamasi kebutuhan
sistemik 4. Monitor tanda –
tanda vital

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditunjuk untuk mencapai tujuan yang

diharapkan (Simamora, 2019).

42
5. Evaluasi

Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis

yaitu:

a. Evaluasi formatif

Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi

dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.

b. Evaluasi somatif

Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini

menggunakan SOAP.

43
BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN

A. Profil Lahan Praktik

RSU Manuaba terletak di Jalan Cokroaminoto No. 28, Pemecutan Kaja,

Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar. RSU Manuaba berdiri sejak

tahun 1974, yang awalnya dibuka dengan nama Klinik Manuaba. Awalnya

klinik manuaba hanya memiliki 24 tempat tidur dengan pelayanan ibu – ibu

bersalin serta satu kamar operasi dan ruang bersalin. Pendiri klinik manuaba

Prof.dr IBG Manuaba SpOG dibantu oleh dokter koleganya tahun 1978

status klinik berubah menjadi RSU Manuaba dengan dilengkapi 50 tempat

tidur, tiga kamar operasi, satu tempat bersalin dan ruang khusus bayi, unit

radiologi, ultrasonografi (USG), Echocardiogram, laboratorium, UGD dan

poliklinik 24 jam.

RSU Manuaba ini juga memiliki visi, misi, motto dan maklumat layanan

sama seperti RSU pada umumnya, adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Visi

Menjadi Rumah Sakit Pilihan dengan pelayanan yang bermutu dan

terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Kota Denpasar pada

khususnya dan Bali pada umumnya.

44
2. Misi

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan

didukung oleh sumber daya yang berkualitas dalam memenuhi

kebutuhan pelanggan sebagai manusia seutuhnya.

b. Membangun jejaring dengan pihak lain yang saling menguntungkan

c. Mengembangkan fungsi rumahsakit dalam memberikan pelayanan

kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat

3. Motto

Pelayanan kami serasa di rumah sendiri

4. Maklumat Layanan

Kami berkomitmen untuk menyediakan layanan kesehatan yang bermutu


dan terus menerus meningkatkan kualitas pelayanan dan pengembangan
organisasi bagi kepuasan pasien dan masyarakat.

Fasilitas Pelayanan yang terdapat di RSU Manuaba yaitu

1. Gedung Rawat jalan

a. Poliklinik Umum

b. Poliklinik Gigi

c. Poliklinik Bedah

d. Poliklinik Bedah Digestif

e. Poliklinik Ortopedi

f. Poliklinik Dalam

g. Poliklinik Kulit dan Kelamin

h. Poliklinik THT

i. Poliklinik Anak

45
j. Poliklinik Jiwa

k. Poliklinik Paru

l. Poliklinik Saraf

m. Poliklinik Jantung dan Pembuluh Darah

n. Poliklinik Bedah Urologi

o. Fisioterapi

2. Fasilitas Ruang Tindakan

a. Instalansi Gawat Darurat

Buka 24 jam dan mempunyai fasilitas ruang Triase, ruang tindakan

bedah, non bedah, ruang observasi dengan Dokter jaga dan perawat

IGD yang profesional, terlatih dan standby 24 jam. Instalasi Gawat

Darurat dilengkapi juga dengan peralatan untuk life saving dan serta

ditunjang pelayanan penunjang diagnostik, instalasi farmasi dan

ambulan yang siap melayani 24 jam.

b. Unit Bedah Sentral

c. Instalansi Care Unit

d. Ruang Rawat Inap

Ruang rawat inap di RSU Manuaba ini disesuaikan dengan kemampuan

pasien dari kelas VIP A, VIP B, VIP C serta kelas I, II, dan III. Fasilitas

yang tersedia di masing-masing kelas berbeda – beda, fasilitas yang

tersedia di ruang VIP A yakni tempat tidur pasien dan penunggu,

telephone, ruang tamu, kamar mandi dalam, dua tv di kamar pasien dan

di ruang tamu, dua AC serta fasilitas lainnya. Fasilitas yang tersedia di

46
Kamar VIP B yaitu tempat tidur pasien dan penunggu, telephone, ruang

tamu, kamar mandi dalam, satu tv dan satu AC, sedangkan kamar VIP

C fasilitas yang tersedia yakni tempat tidur pasien, ruang tamu, kamar

mandi dalam, bel, dua TV dan satu AC. Fasilitas yang tersedia di kamar

kelas I yakni tempat tidur pasien, kamar mandi dalam, satu TV, satu

AC dan bel. Fasilitas di kamar kelas II yaitu satu ruangan terdapat

empat tempat tidur pasien yang dilengkapi dengan tirai, dua AC, bel,

serta satu kamar mandi dalam, sedangkan untuk fasilitas di kamar kelas

III di dalam satu ruangan terdapat dua tempat tidur pasien, kipas angin,

bel serta kamar mandi luar.

e. Kamar bersalin/ VK Kebidanan

Tersedia 2 ruang kamar bersalin dan 1 ruangan untuk tindakan

Gynaecology disertai dengan peralatan yang lengkap.

f. Fasilitas Sarana penunjang diagnostic

1) Instalasi Laboratorium

Laboratorium buka 24 jam yang melayani pemeriksaan hematologi

dan kimia klinik

2) Instalasi Radiologi

Buka 24 jam dan hasil imaging dibaca oleh tenaga Sp. Radiology

yang bertugas di RSU Manuaba.

a) Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG Kandungan 4D, USG transvaginal dan

USG Abdomen

47
b) Echocardiografi

3) Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi dipimpin seorang Apoteker, melayani resep

keperluan obat untuk IGD, Rawat Jalan, Rawat Inap dan buka 24

jam.

4) Instalasi Gizi

Dikelola tenaga akademi Gizi, dengan menu diet khusus seperti :

Diet DM, Rendah Garam, TKTP, dan telah dibuka Poliklinik Gizi.

g. Fasilitas Sarana Pendukung

1) Pengolahan Limbah

Pengolahan Limbah ada dua yaitu pengolahan limbah medis dan

pengolahan limbah non medis.

2) Kantin

3) Parkir sepeda motor dan mobil

B. Ringkasan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian pada pasien kelolaan dilakukan penulis pada tanggal 15

Desember 2020 pukul 10.00 WITA di ruang UGD RSU Manuaba. Tn. D

datang ke UGD diantar oleh keluarga menggunakan mobil pribadi.

Sumber data pengkajian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan

pasien, dan keluarga pasien serta didapatkan juga dari rekam medis

pasien. Pasien kelolaan penulis bernama Tn. D yang berumur 17 tahun,

jenis kelamin laki – laki beralamat di Banjar Batubayan Desa Taman

48
Abiansemal Badung, dengan nomor CM yaitu 03-63-93, Tn. D beragama

Hindu, masih seorang pelajar SMA. Penanggung jawab dari Tn D adalah

ayah pasien yang bernama Tn. S yang berumur 42 tahun dan seorang

pegawai swasta.

Pada Pengkajian Primer didapatkan data :


Tabel 3.1
No Pengkajian Data
1 Airway (Jalan Nafas) Jalan Nafas Paten
Obstruksi Tidak ada
Suara Nafas Tidak ada
Keluhan Lain Tidak ada
2 Breathing (Nafas) Spontan
Gerakan Dada Simetris
Irama Nafas Normal
Pola Nafas Teratur
Sesak Nafas Tidak ada
Keluhan Lain Tidak ada
3 Circulation (Sirkulasi) TD : 140/90 mmHg
Nadi Teraba, N = 89x/mt
Sianosis Tidak ada, CRT < 2
detik
Akral Hangat, suhu = 37o C
Pendarahan Tidak ada
Turgor Elastis
Keluhan lain Tidak ada
4 Disability (Respon) Alert
Kesadaran Compos Mentis
GCS 15 (E4 V5 M6)
Pupil Isokor
Reflek Cahaya Ada
Keluhan Lain Tidak Ada
5 Exposure (Deformitas) Ada
Contusio Tidak ada
Abrasi Tidak ada
Laserasi Ada
Swelling Tidak Ada
Krepitasi Tidak ada
Pemendekan ekstremitas Tidak ada

49
Tabel 3.2

Pada pengkajian sekunder didapatkan data

No Pengkajian Data
1 Keluhan utama Nyeri pada lengan kiri
2 Mekanisme cedera Pasien datang pukul 10.00 diantar oleh
keluarga menggunakan mobil pribadi, pasien
mengeluh nyeri pada lengan kiri bagian bawah
setelah terjatuh 4 hari yang lalu saat menaiki
sepeda motor. Sebelumnya pasien sempat
berobat jalan ke RSU Bakti Rahayu Denpasar
namun tidak ada penanganan dan nyeri
semakin keras sehingga bagian tangan yang
mengalami cedera susah untuk digerakkan
3 SAMPLE
Sign and symptom Pasien mengeluh nyeri pada lengan kiri
 Provoking : Pasien mengeluh nyeri pada
lengan kiri sehingga susah untuk digerakkan
 Quality : Pasien mengatahan nyeri dirasakan
seperti tertusuk pisau
 Region : Pasien mengatakan nyeri dirasakan
pada lengan kiri bagian bawah
 Scale : Pasien mengatakan nyeri dengan
skala 5 (0-10)
 Time : Pasien mengatakan nyeri dirasakan
terus menerus
Alergy Pasien mengatakan tidak memiliki alergi
terhadap makanan maupun obat - obatan
Medication Pasien mengatakan pada saat kontrol ke RSU
Bakti Rahayu pasien diberi obat penghilang
nyeri tetapi pasien lupa nama obat tersebut.
Post Medical Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
History penyakit keturunan sebelumnya seperti
hipertensi dan DM
Last oral intake Pasien mengatakan makan terakhir pukul
07.00 pagi dan minum pukul 09.30 pagi
dengan menu nasi, sayur, daging, minum air
putih kurang lebih 600cc.
Event Leading Injury Pasien datang pada pukul 10.00 wita diantar
oleh keluarga menggunakan mobil pribadi,
pasien mengeluh nyeri pada lengan kiri bagian
bawah setelah terjatuh saat menaiki sepeda
motor sekitar 4 hari yang lalu

50
4 Pemeriksaan fisik Inspeksi terdapat deformitas dan edema pada
terfokus ekstremitas lengan kiri bagian bawah, ROM pasien tampak
atas terbatas
Palpasi : nyeri tekan pada lengan kiri bagian
bawah.
5 Pemeriksaan Hasil X-Ray Antebracchii Kiri AP/Lateral
penunjang Kesan :
Close fraktur radius ulna 1/3 proximal

2. Analisa Data

Dari data pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan

analisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan. Data Subyektif :

Pasien mengeluh nyeri pada lengan kiri dan susah untuk digerakkan.

Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti tertusuk pisau, nyeri dirasakan

pada lengan kiri secaara terus menerus dengan skala 5 (0-10). Data

obyektif : pasien tampak meringis dan gelisah, hasil rongten menunjukkan

adanya Close fraktur radius ulna 1/3 proximal. Berdasarkan data di atas

maka penulis merumuskan masalah keperawatan yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik.

3. Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik dibuktikan dengan

pasien mengeluh nyeri pada lengan kiri dan susah untuk digerakkan.

Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti tertusuk pisau, nyeri dirasakan

pada lengan kiri secara terus menerus dengan skala 5 (0-10). Pasien

tampak meringis dan gelisah.

51
4. Rencana Keperawatan
Berdasarkan rumusan masalah keperawatan yang diperoleh di atas,

maka penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan 1x 5 jam nyeri berkurang atau hilang

dengan kriteria hasil mampu mengontrol nyeri dengan teknik non

farmakologi, melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan

manajemen nyeri (skala 3), mampu mengenali nyeri, menyatakan rasa

nyaman setelah nyeri berkurang. Intervensi atau rencana keperawatan

yang akan dilakukan adalah kaji nyeri (PQRST) dengan rasional nyeri

merupakan respon subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala

nyeri, berikan posisi yang nyaman atau atur posisi imobilisasi pada tangan

kiri dengan rasional imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi

pergerakan fregmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri,

berikan kesempatan waktu istirahat jika terasa nyeri dengan rasional

istirahat akan merelaksasikan semua jaringan sehingga meningkatkan

kenyamanan, ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi benson) dengan

rasional teknik non farmakologi mudah dipelajari klien sehingga saat

nyeri muncul klien mampu mengontrol nyeri secara mandiri, kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian analgetik (paracetamol 1gr/8 jam).

5. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang pertama dilakukan pada hari Selasa

tanggal 15 Desember 2020 pukul 10.00 wita yaitu mengkaji nyeri klien

52
(PQRST). Respon subyektif: klien mengatakan nyeri pada lengan kiri dan

susah untuk digerakkan. Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti

tertusuk pisau, nyeri dirasakan pada lengan kiri secara terus menerus

dengan skala 5 (0-10). Data obyektif : pasien tampak meringis dan gelisah,

hasil rongten menunjukkan adanya Close fraktur radius ulna 1/3

proximal.

Pukul 10. 30 wita memonitor tanda – tanda vital, respon subyektif

klien bersedia dilakukan pemeriksaan. Respon obyektif klien terlihat

gelisah, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 89x/mnt, suhu 37oC, respirasi

20 x/mnt.

Pukul 12.00 wita melakukan pemasangan infus dan memberikan obat

drip sanmol untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien, respon

subyektif klien bersedia dipasang infus, respon obyektif klien tampak

tenang pada saat dipasang infus. Infus sudah terpasang di tangan kiri dan

drip sanmol sudah diberikan.

Pukul 12.30 wita memberikan terapi relaksasi benson untuk

mengurangi nyeri, terapi ini diberikan kurang lebih sekitar 15 menit.

Pertama menciptakan suasana yang tenang agar klien nyaman pada saat

melakukan tindakan ini, kemudian menganjurkan klien mengambil posisi

tidur terlentang yang dirasakan paling nyaman oleh pasien. Menganjurkan

klien untuk memejamkan mata dengan pelan. Menganjurkan klien untuk

merelaksasikan tubuhnya untuk mengurangi ketegangan otot, mulai dari

kaki sampai ke wajah. Melemaskan kepala, leher, dan pundak dengan

53
memutar kepala dan mengangkat pundak perlahan – lahan. Yang terakhir

menganjurkan klien mulai bernafas dengan lambat dan wajar lalu Tarik

nafas melalui hidung, beri waktu 3 detik untuk tahan nafas kemudian

hembuskan nafas melalui mulut, sambil mengucap doa sesuai keyakinan

pasien. Respon subyektif klien setelah dilakukan tindakan ini, klien

mengatakan merasa lebih tenang dan nyeri sudah berkurang dengan skala

4 (0 – 10). Respon obyektif klien terlihat tenang dan nyaman.

6. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 15 Desember 2020 pukul 15.00

Wita pada diagnosa keperawatan nyeri akut diperoleh data : S : Klien

mengatakan nyeri pada lengan kiri bawah sedikit berkurang,. nyeri terasa

seperti tertusuk pisau dengan skala nyeri 4 (0 – 10), nyeri pada lengan

kiri saat ini dirasakan hilang timbul. Ekspresi wajah klien tenang , dan

terkadang gelisah ketika nyeri dirasakan kembali. O : klien koperatif

mengikuti intruksi relaksasi benson yang diberikan oleh perawat, dan

klien tampak tenang. Hasil pengukuran TTV (TD = 130/90 mmHg, Nadi

= 86 x/mnt, Suhu = 36oC, RR = 20x/mnt) . A : Tujuan belum tercapai, P :

Intervensi perlu dilanjutkan yaitu kaji nyei klien (PQRST), berikan posisi

yang nyaman, anjurkan menggunakan relaksasi benson untuk mengurangi

nyeri serta kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic (Sanmol

1 gr).

54
BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Karakteristik Pasien

Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 15 Desember 2020 pukul

10.00 WITA dengan tehnik wawancara dengan sumber data didapatkan dari

pasien, keluarga dan rekam medis. Pasien kelolan bernama Tn. D berusia 17

tahun dengan jenis kelamin laki - laki. Pasien Tn. D berasal dari Banjar

Batubayan Desa Taman Abiansemal Badung masih berstatus pelajar di salah

satu SMA di wilayah Abiansemal. Penanggung jawab selama perawatan yaitu

ayah pasien yang berinisial Tn.S ,yang berumur 42 tahun bekerja sebagai

pegawai swasta . Pasien Tn. D mengatakan tidak memiliki penyakit penyerta

seperti asma, hipertensi, kencing manis dan lain – lainnya. Sebelum mengalami

kecelakaan Pasien Tn. D biasanya ke sekolah menggunakan sepeda motor.

Dalam mengendarai motor selalu mengikuti petunjuk lalu lintas dan berhati –

hati dalam perjalanan.

Muscari (2006) mengatakan bahwa umur merupakan faktor yang penting

dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Dewasa muda cenderung rentang

terhadap kecelakaan karena penggunaan kendaraan bermotor sehingga

mengakibatkan nyeri. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Potter

& Perry (2012) yang menyatakan bahwa usia merupakan variabel sangat

penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak - anak dan usia

lainnya. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini

dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

55
B. Analisis Masalah Keperawatan

Penulis akan menguraikan keterkaitan antara konsep teori dengan hasil

praktek kasus di lapangan pada pasien Close Fraktur Radius Ulna Sinistra

melalui tehnik relaksasi benson untuk menurunkan tingkat nyeri pasien di

Ruang IGD. Pada kasus kelolaan penulis, didapatkan analisa kasus yaitu pasien

Tn. D mengeluh nyeri pada lengan kiri bawah dan susah untuk digerakkan.

Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti tertusuk pisau, nyeri dirasakan pada

lengan kiri bawah secara terus menerus dengan skala 5 (0-10). Hasil data

objektif berdasarkan dari pengamatan penulis terhadap pasien yaitu pasien

tampak meringis dan gelisah. Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital didapatkan

hasil tekanan darah 140/90mmHg, Nadi 89x/menit, respirasi 20x/menit, suhu

37o C. hasil rongten menunjukkan adanya Close fraktur radius ulna 1/3

proximal.

Berdasarkan kasus kelolaan diatas masalah keperawatan yang muncul

adalah nyeri akut. Nyeri merupakan gejala paling mudah dan sering menyertai

pada kasus fraktur (Noor, 2016). Nyeri adalah kondisi berupa perasaan tidak

menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada

setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah

yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz

Alimul, 2006). Nyeri pada fraktur terjadi akibat adanya system nosiceptor yang

berperan dalam mengatur tercetusnya nyeri (Zakiah, 2015). Impuls yang

diterima oleh ujung saraf bebas atau saraf aferent akan meneruskan ke korteks

melalui receptor atau nosiceptor yang selanjutnya akan dipersepikan nyeri

56
(Helms, 2008). Nyeri hebat yang dirasakan oleh pasien akan berdampak pada

peningkatan kerja saraf simpatik yang mengakibatkan terjadinya peningkatan

nadi, tekanan darah, dan dilatasi pupil (Helms, 2008). Dampak lainnya berupa

reaksi vasovagal yang berlebihan akan terjadi vasodilatasi di daerah

splangnikus yang menyebabkan aliran darah ke otak menurun dan akan

menyebabkan terjadinya syok neurogenic (Arif, 2014). Oleh karena itu,

perhatian terhadap nyeri pada fraktur juga menjadi perhatian khusus untuk

mengurangi resiko komplikasi (Noor, 2016).

Dari sudut pandang keperawatan nyeri akibat fraktur dirasa mempunyai

pengaruh yang sangat besar bagi klien itu sendiri karena nyeri sangat

mengganggu dan dapat menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat

dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif

(antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri).

Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan

keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Bila

rasa kenyamanan itu terganggu maka aktivitas lain yang dilakukan klien juga

akan terganggu maka dari itu untuk mengatasi nyeri yang dirasakan oleh klien

bisa menggunakan terapi farmakologi maupun nonfarmakologi salah satunya

terapi teknik relaksasi Benson agar kenyamanan klien bisa ditingkatkan

kembali. Definisi dari kenyamanan itu sendiri adalah kebutuhan dasar klien

yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan atau suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sehingga manusia dapat beraktivitas

seperti semula.

57
C. Analisis Intervensi

Berdasarkan hasil dari diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus

kelolaan penulis, maka penulis merumuskan rencana asuhan keperawatan atau

intervensi keperawatan yang akan di implementasikan kepada pasien untuk

mengatasi diagnosa nyeri akut pada Tn. D. Salah satu intervensi yang dipilih

dalam menurunkan nyeri adalah menggunakan teknik relaksasi benson. Tehnik

relaksasi benson merupakan tehnik yang sederhana yang melibatkan relaksasi

pernafasan dengan factor keyakinan pasien. Dalam sudut pandang keperawatan

relaksasi Benson memliki efektifitas dalam usaha meringankan intensitas nyeri

akibat fraktur, teknik ini dirasa mempunyai pengaruh dengan pengukuran

intensitas nyeri secara subyektif nyeri yang dirasakan sebelum dilakukan

tindakan relaksasi benson berada pada skala 5 sedangkan setelah dilakukan

teknik ini berkurang menjadi skala 4. Walaupun skala nyeri pasien yang

dirasakan sedikit berkurang namun jika di lakukan setiap kali dirasakan nyeri

dan diikuti dengan pemberian terapi farmakologi analgetik maka nyeri pasien

akan berkurang secara besar. Fokus dari relaksasi ini adalah pada ungkapan

tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme yang teratur disertai sikap

pasrah. Ungkapan yang digunakan dapat berupa nama Tuhan, atau kata yang

memiliki makna menenangkan bagi klien itu sendiri (Benson, 2009). Teknik

Relaksasi Benson dilakukan dalam durasi kurang lebih 15 menit.

Penelitian yang dilakukan oleh (Manurung, 2019) yang berjudul Pengaruh

Teknik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Skala Nyeri Post Apendixtomy

di RSUD Porsea tahun 2019, dari hasil analisa uji t pre eksperimen dan post

58
eksperimen kelompok intervensi diperoleh hasil ada perbedaan skala nyeri post

Appendixtomy di RSUD Porsea setelah dilakukan Teknik Relaksasi Benson.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Datak

(2012) mengenai efektifitas relaksasi benson terhadap nyeri pascabedah pasien

TUR prostat juga membuktikan bahwa relaksasi benson efektif mengatasi nyeri

dibandingkan hanya menggunakan terapi analgetik saja. Hal ini dikarenakan

relaksasi benson menghambat aktifitas saraf simpatik yang megakibatkan

penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot

tubuh menjadi rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman,

selain itu responden pada penelitian adalah lanjut usia sehingga Datak

mengasumsikan responden memiliki kematangan spiritual yang baik. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Warsono dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh

Pemberian Teknik Relaksasi Benson Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post

Sectio Caesarea Di Rs Pku Muhammadiyah Cepu Tahun 2019” di dapatkan dari

hasil analisa bivariet penelitian yaitu P-value=0,001 dimana p-value <0,05,

maka hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan intensitas nyeri pre – post terapi,

sehingga teknik relaksasi benson sangat efektif diterapkan pada pasien post

Sectio Caesarea dalam menurunkan intensitas nyeri dan sangat di anjurkan

untuk di aplikasikan pada semua pasien yang mengalami gangguan psikologis

agar bisa menjadikan lebih rileks dan bisa mengontrol kecemasan serta tingkat

stres.

59
D. Analisis Implementasi

Masalah keperawatan yang muncul pada kasus kelolaan ini mampu

diatasi dengan mengimplementasikan terapi relaksasi benson . Pemberian

relaksasi benson bisa membuat pasien kelolaan merasa lebih rileks dan nyaman

serta mampu meminimalkan rasa nyeri yang dirasakan pasien. Pasien Tn.D

mengatakan nyeri yang dirasakan ketika diberikan terapi relaksasi benson

sedikit berkurang yaitu dengan skala 4.

Tindakan keperawatan yang pertama dilakukan pada hari Selasa tanggal

15 Desember 2020 pukul 10.00 wita yaitu mengkaji nyeri klien (PQRST).

Respon subyektif: klien mengatakan nyeri pada lengan kiri dan susah untuk

digerakkan. Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti tertusuk pisau, nyeri

dirasakan pada lengan kiri secara terus menerus dengan skala 5 (0-10). Data

obyektif : pasien tampak meringis dan gelisah, hasil rongten menunjukkan

adanya Close fraktur radius ulna 1/3 proximal.

Pukul 12.30 wita memberikan terapi relaksasi benson untuk mengurangi

nyeri, terapi ini diberikan kurang lebih sekitar 15 menit. Pertama menciptakan

suasana yang tenang agar klien nyaman pada saat melakukan tindakan ini,

kemudian menganjurkan klien mengambil posisi yang dirasakan paling nyaman

oleh pasien. Menganjurkan klien untuk memejamkan mata dengan pelan.

Menganjurkan klien untuk merelaksasikan tubuhnya untuk mengurangi

ketegangan otot, mulai dari kaki sampai ke wajah. Melemaskan kepala, leher,

dan pundak dengan memutar kepala dan mengangkat pundak perlahan – lahan.

Yang terakhir menganjurkan klien mulai bernafas dengan lambat dan wajar lalu

60
Tarik nafas melalui hidung, beri waktu 3 detik untuk tahan nafas kemudian

hembuskan nafas melalui mulut, sambil mengucap doa sesuai keyakinan pasien.

Respon subyektif klien setelah dilakukan tindakan ini, klien mengatakan merasa

lebih tenang dan nyeri sudah berkurang dengan skala 4 (0 – 10). Respon

obyektif klien terlihat tenang dan nyaman.

Terapi non farmakologi merupakan salah satu intervensi keperawatan

secara mandiri untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. Beberapa

teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri diantaranya distraksi,

Relaksasi Benson dan imajinasi terbimbing. Teknik relaksasi memberikan

individu kontrol diri ketika nyeri muncul dan dapat digunakan pada seseorang

sehat ataupun sakit. Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode

respon relaksasi pernapasan dengan melibatkan factor keyakinan pasien yang

dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien

mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan lebih tinggi.

Proses pernafasan pada relaksasi Benson merupakan proses masuknya O2

melalui saluran nafas kemudian masuk ke paru paru dan diproses ke dalam

tubuh, kemudian selanjutnya diproses dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui

pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan O2. Apabila O2 dalam

tercukupi maka manusia berada dalam kondisi seimbang. Kondisi ini akan

menimbulkan kedaan rileks secara umum pada manusia sehingga dapat

mengurangi nyeri yang klien rasakan..

61
E. Analisis Evaluasi

Setelah diberikan implementasi tindakan relaksasi Benson untuk

mengurangi nyeri yang dirasakan klien, selanjutnya perawat melakukan

evaluasi keadaan dan keluhan klien. Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 15

Desember 2020 pukul 15.00 Wita pada diagnosa keperawatan nyeri akut

diperoleh data : S : Klien mengatakan nyeri pada lengan kiri bawah sedikit

berkurang,. nyeri terasa seperti tertusuk pisau dengan skala nyeri 4 (0 – 10),

nyeri pada lengan kiri saat ini dirasakan hilang timbul. Ekspresi wajah klien

tenang, dan terkadang gelisah ketika nyeri dirasakan kembali. O : klien

koperatif mengikuti intruksi relaksasi benson yang diberikan oleh perawat, dan

klien tampak tenang. Hasil pengukuran TTV (TD = 130/90 mmHg, Nadi = 86

x/mnt, Suhu = 36oC, RR = 20x/mnt) . A : Tujuan belum tercapai, P : Intervensi

perlu dilanjutkan yaitu kaji nyei klien (PQRST), berikan posisi yang nyaman,

anjurkan menggunakan relaksasi benson untuk mengurangi nyeri serta

kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic (Sanmol 1 gr).

Pada pasien Tn. D nyeri yang dirasakan termasuk nyeri sedang, sehingga

selain intervensi non farmakologis relaksasi benson yang telah diberikan, juga

diperlukan intervensi farmakologi atau tindakan delegatif oleh dokter untuk

mengurangi nyeri pada pasien.. Dari hasil evaluasi yang didapatkan intervensi

farmakologi dan non farmakologi pemberian relaksasi benson perlu dilanjutkan

agar nyeri pasien dapat berkurang.

62
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari karya ilmiah mengenai Analisis Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Close Fraktur Radius Ulna Sinistra Dengan Intervensi Relaksasi

Benson Terhadap Masalah Nyeri Akut di Ruang Unit Gawat Darurat RSU

Manuaba sebagai berikut :

1. Pengkajian yang dilakukan dari wawancara dan obsevasi dengan Tn.D :

didapatkan data identitas pasien, keluhan saat masuk rumah sakt, dan

keluhan saat pengkajian.

2. Data yang di analisa Tn . D mengeluh nyeri pada lengan kiri dan susah

untuk digerakkan, nyeri dirasakan seperti tertusuk pisau, nyeri dirasakan

pada lengan kiri secaara terus menerus dengan skala 5 (0-10). Pasien

tampak meringis dan gelisah, hasil rongten menunjukkan adanya Close

fraktur radius ulna 1/3 proximal.

3. Diagnosa keperawatan yang diangkat yaitu : Nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri pada

lengan kiri dan susah untuk digerakkan. Pasien mengatakan nyeri

dirasakan seperti tertusuk pisau, nyeri dirasakan pada lengan kiri secara

terus menerus dengan skala 5 (0-10). Pasien tampak meringis dan

gelisah.

63
4. Intervensi yang direncanakan dengan prioritas masalah keperawatan

adalah nyeri akut, berikut intervensinya : Tn. D koperatif saat mengikuti

tehnik relaksasi benson dan mengikuti sesuai prosedur. Hasil yang

diharapkan adalah nyeri berkurang dengan skala 3, wajah tenang, serta

menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. Intervensi atau

rencana keperawatan yang dilakukan adalah kaji nyeri (PQRST),

berikan posisi yang nyaman atau atur posisi imobilisasi pada tangan kiri

, berikan kesempatan waktu istirahat jika terasa nyeri, mengajarkan

teknik non farmakologi (relaksasi benson) dan kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgetik (paracetamol 1gr/8 jam).

5. Tindakan yang dilakukan adalah mengkaji nyeri klien (PQRST),

kemudian memberikan terapi relaksasi benson untuk mengurangi nyeri,

terapi ini diberikan kurang lebih sekitar 15 menit.

6. Evaluasi yang didapatkan adalah : S : Tn. D mengatakan nyeri pada

lengan kiri bawah sedikit berkurang,. nyeri terasa seperti tertusuk pisau

dengan skala nyeri 4 (0 – 10), nyeri pada lengan kiri saat ini dirasakan

hilang timbul. Ekspresi wajah klien tenang , dan terkadang gelisah

ketika nyeri dirasakan kembali. O : klien koperatif mengikuti intruksi

relaksasi benson yang diberikan oleh perawat, dan klien tampak tenang.

A : Tujuan belum tercapai, P : Intervensi perlu dilanjutkan yaitu kaji

nyeri klien (PQRST), berikan posisi yang nyaman, anjurkan

menggunakan relaksasi benson untuk mengurangi nyeri serta kolaborasi

dengan dokter untuk pemberian analgesic (Sanmol 1 gr).

64
B. Saran

Saran dari penelitian ini adalah :

1. Bagi pendidikan

Diharapkan institusi mampu meningkatkan mutu pendidikan sehingga

menghasilkan perawat yang professional dan inovatif, terutama dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur.

2. Bagi layanan dan masyarakat

Karya ilmiah ini dapat digunakan dalam pemberian intervensi/terapi di

layanan rumah sakit maupun masyarakat untuk mengurangi nyeri pasien

selama di Ruangan Rawat Inap ataupun saat di rumah.

3. Bagi profesi keperawatan

Diharapkan para perawat memiliki ketrampilan dan tanggung jawab

yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan, serta mampu

menjalin kerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga pasien

dalam membantu proses penyembuhan pasien khususnya pada pasien

fraktur.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Karya ilmiah ini diharapkan mampu menjadi acuan dalam penyusunan

karya ilmiah dan dapat dikembangkan lagi sehingga bisa memberikan

kontribusi dalam pemberian asuhan keperawatan.

65
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :


Ar-Ruzz Medika

Bare, S. &. (2013). Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah (13th ed.).

Benson. 2011. Teknik Relaksasi Benson. Energy Positive of Benson Relaxation.


Buku Ajar Keperawatan . Jakarta : ECG

Brunner & Suddarth. (2010). Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol 2. EGC.

Datak, G. (2012). Efektifitas Relaksasi Benson Terhadap Nyeri Pasca Bedah pada
Pasien Transurethral Resection of The Prostate di Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati. Jakarta (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia.

Depkes, R. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Dwisang. (2014). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Bidan (Binapura).

Fakhrurrizal, A. (2015). Pengaruh Pembidaian Terhadap Penurunan Rasa Nyeri


Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Igd Rumah Sakitumum Daerah A.M
Parikesit Tenggarong. Journal of Chemical Information and Modeling.

Helmi. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Herdman & Kamitsuru. (2018). NANDA-I Diagnosa Keperawatan Difinisi dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Herman. 2015. Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi. Penerjemah Monika


Ester, S.Kep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Hidayat, Aziz A. Uliyah, Musrifatul. (2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan


Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Judha, Mohammad, dkk. (2012). Teori Pengukuran Nyeri Persalinan. Yogyakarta


: Nuha Medika.

Mack, Elizabeth H.2013. Neurogenic Shock. The Open Pediatric Medicine Journal,
Volume 7.

Mahalli, A. Q. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. M & Sdr. M Post Operasi
Fraktur Femur Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Di
Ruang Kenanga Rsud Dr. Haryoto Lumajang. Jurnal Keperawatan Priority,

66
2(2), 61. https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.541

Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media


Aesculapius.

Manurung, M. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan


Skala Nyeri Post Appendixtomy Di Rsu D Porsea. Jurnal Keperawatan
Priority, 2(2), 61. https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.541

Muscari, M (2006). Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta.

Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal.EGC. Jakarta

NANDA NIC NOC. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis. Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction Jogja.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Noor, Zairin. 2016. Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta. Salemba Medika.

Novitasari, D. & Aryana, K. O. (2013). Pengaruh Tehnik Relaksasi Benson


Terhadap Penurunan Tingkat Stres Lansia di Unit Rehabilitas Sosial
Wening Wardoyo Ungaran. Jurnal Keperawatan Jiwa .1(2): 186-295.

Parahita, Putu Sukma. Dkk. 2013. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada


Cidera Fraktur Ekstremitas. Jurnal Kegawatdaruratan

Paul Krisanty. Dkk. 2016.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Trans


Info Medika

Potter, P. . & P. A. . (2012). Fundamental of Nursing. Jakarta: EGC.

Price, S.A dan Wilson, L.M. (2012). Pathophysiology : Clinical Concepts of


Disease Processes. (6thed). Vol 2. Mosby : Elsevier Inc.

Simamora, N. F. (2019). SIFAT DAN TAHAP-TAHAP DALAM PROSES


KEPERAWATAN.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2010). Keperawatan medical bedah. Edisi 8


volume 2. Jakarta: EGC

67
Spevets, dan Parrilo, J.E. 2011. Shock : classification, pathofhysiological
characteristic, and management. Critical care. 103 -120. Diakses
https://med.uth.edu/anesthesiology/files/2015/Chapter-5-
ShockClassification-Pathophysiological-Characteristics-and-
Management.pdf.

Warsono, W., Fahmi, F. Y., & Iriantono, G. (2019). Pengaruh Pemberian Teknik
Relaksasi Benson Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea
Di Rs Pku Muhammadiyah Cepu. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal
Bedah, 2(1), 44. https://doi.org/10.32584/jikmb.v2i1.244

Widyastuti, Y. (2015). Gambaran Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur


Femur Di Rs Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta. Profesi
(Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 12(02).

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan


Dewasa).

World Health Organization. (2014). Assessment of Fracture Risk. World Health


Organization.

Zakiyah, Ana. 2015. Nyeri, Konsep dan Penatalaksanaan Dalam Praktek


Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta ; Salemba Medika

68
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TEKNIK RELAKSASI BENSON

Pengertian Relaksasi menggunakan teknik pernapasan dengan


penambahan unsur keyakinan dalam bentuk kata – kata
untuk mengurangi nyeri
Tujuan Mengurangi sensasi nyeri yang dirasakan pasien
Langkah – Tahap Persiapan :
langkah 1. Memberikan salam terapeutik
2. Menyediakan lingkungan yang tenang
3. Mamvalidasi kondisi pasien
4. Menjaga privasi pasien
5. Memilih Doa untuk memfokuskan perhatian saat
relaksasi
Tahap Kerja :
1. Posisikan pasien pada posisi duduk atau terlentang yang
paling nyaman
2. Instruksikan pasien memejamkan mata
3. Instruksikan pasien agar tenang dan mengendorkan otot
– otot tubuh dari ujung kaki sampai dengan otot wajah
dan rasakan rileks
4. Instruksikan kepada pasien agar menarik nafas dalam
lewat hidung, tahan 3 detik lalu hembuskan lewat mulut
disertai dengan mengucapkan doa atau kata yang sudah
dipilih
5. Instruksikan pasien untuk membuang pikiran negative,
dan tetap focus pada nafas dalam dan doa atau kata – kata
yang diucapkan.
6. Lakukan selama kurang lebih 15 menit
7. Instruksikan pasien untuk mengakhiri relaksasi dengan
tetap menutup mata selama 3 menit, lalu membukanya
dengan perlahan
Terminasi 1. Evaluasi perasaan pasien
2. Lakukan kontrak pertemuan selanjutnya
3. Akhiri dengan salam

69
Sek*Iah Tinggi IImu Kesehatan
BINA USAI}A BALI
SK MENIIIKNAS RI NOMOR : 12211)/A/2012
TER4IdREDITASI B,AN PT.N{}tu1OR 35 1/SKTBAN-PT/AkredlPT N 1201 5
Komple*s Kaqpr:s MAPINDO.Il. Pad*ag Luwih" Tegal Jaya Dalung-Badrurg
relp {016 )4r
1 3 1, r#H
ffJj_:Afff
*e*rub*
"ffi

LES{BAR BIMBTNGAN
IL{RYA II.}fIAH :IHI{IR NERS
PROGR{*I ST'UDI PROFESI NtrRS

Mahasisna : Ida Arrr Sur\anlan. S Kep

.
NIM /1/)11lll
L _a-a-\/ ! r-O
ro

Judul Skripsi : Analisis Asuhan Keperarvatan Pada Pasien Cllose Fraktrir Radrus Lllna
Sinistra De**ean lntervensi Relal<sasi Benson Terhadap Masalah Nyeri
Akut Di Rua*q Linit Gawat l)arurat RSU fuia.nuaba

Pembnnbing . Ns. Gede An'* Bagus Arjsudhana" S.Kep.,M.Kep

11;rri/ Paral'
No Topik Bimbing*n Saran
Tanggal Pembimbing

fv
v7
?wg4uon dr,rd\^t <,u'dut\ dtttvr(t' rp.l\kt\
1

aozo

B
1,. P.Xqt"* q\\g ff(
I
/.
zo.to *lrX\u\ $rg d\tsrtc J..lc\u\.

J
,YN 6BR T. pe$ai \qkar b**g
Zb?o
L
ttrari/ Paraf
No Topik Eimbi*gxn Saran
Tanggal Pemtrimtring

4 Yq (RU\e bo.b t Ve\qkaj


La\q. c\cc
C\o'Vw \"\sl\qrg) fsuc,{ t$.lcrf)
lsL\
t
5
blt ftsgcrjrrotr \rqu ) \tr..n Gcc "

gcrg &rqurtt
?to14
L
[sv\'tl' \3f+\] ll
6
^, l, Bes I 1.ry-r\r{-rhan \'onstp
zbz\ "11\ty \rLor\'

7
t*/r
tev\'e\' BPIB I
qcc KrrB I
ebz\ \arrguh \t Brrc S

I Blt (5ns I rtu\rt \Bqg _s

2-oL4
4ctrn\zdnMn &.t-., ,

9
,ul, (e\A'!r \bP\\ \\
'/\LC t!
Ir [r\\uk rsh$
,toLl L
arl, Felvi 9e$ rA \:r' \$er\
bq.*lo\ \t rNnil
10

(oz1
\B\nts v rt\q\iorr' tsuob,
\q\hr-CI.
podoJ
pzu'o\rtnc\qD,Ft"rftrqh\q\
I
slhut gr&h Fqlr4u{'lqry
AT
/I
qI
il
\\\qc,
Pl: \,nnn'b \$\c kzOr
'q)o,\tn 11p$.trulh\ ' 1\"+
))u -.\q\r ur:rr\cBsel bt
k V"=
t-2o5.
I lJAg lfa lV;$5 6.rnt.\ \
4 TI
ir=
'L$rffi 1 q}bo T.L
4 'aP,\ .\fnal
\z,qr
+ l\\ d\a\q t)v 6 +tl+
)ilNa") \ II
ls,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122IDIOI?AA7
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 3SlISKIBAN-PT1 Akredl PTIVI?01 5
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih. T'egal Jaya Dalung - Badung
T*lp. {0351 ) S072036, Email: binausada@yaboo.com Web: binausadabnli.ac.id

No. : 032,tsU8-KtrP-UP2MiSP/XII/202*

Lamp r -
Perihal : Permohonan Studi Pendahuluan

Kepada
Yth. Direktff RSU Manuaba
di-
Tempal

De.ngan hormat,
Dalarn rangka penyllsunan Tugas Aktrir Mahasiswa (Skripsi), bersama ini mahasiswa karni
rnengajukan permahonan ijin untuk melaksanakan Studi Peadahuluan sebagai berikut:

Nama Mahasiswa : Ida Ayu Suryantari S.Kep


NIM : C2220758
Frograrn Studi : Profesi Ners
Judul Penelitian : AnalisisAsuhan Keperawatan Pada Pasien Close Fraktur Radius Ulna
Sinistra Dengan Intervensi Relaksasi Benson Terhadap Masalah Nyeri
Akut.Ji Ruang {Jnit Gawat Darurat RSU Manua.ba.
Tempat RSU Manuaba
Data yang diperlukan Angka kejadian fraktur
Alokasi Waktu 21 Desember 2A20 s/d 30 Desember 2020
Contact Person 085737280552

Demikian permohonan ini karni sarnpaikan atas pertratian dan kerjasamanya kami ucapkan terirna
kasih.

Badnng, 21 Desem'ber 2A2*


STiKES BINA U
Q,}^Profesi

TemLrusan dsa$rpalkan kspcda Y1h. :


t. I(cpala SDN{ RSU N{aiinaba
?
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USAI}A BALI
SK h,IENDIKNAS RI. NOMOR 122IDIA/2A07
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR. 351,JSK/BAN-PT/ .A,kred/ PTlVl2Ol5
Kompl*ks Kampus MAPII'IDO Jl. Padang Lurlih, Tegal Jaya Dalung - Badung
'felp. (0361) 9072036, [mail: trinausada@yahoo.com Weh: binausadabali.ac.id

No. : 050iBUB-KEP-UP2M/IPDfiV2020

Lamp : -
Perihal : Perrnohonan Ijin Penelitian

Kepada
Yth. Direktur RSU Manuaba
di*
Tempat

flengan hotmat,
Dalam rangka pengusulan Penelitian Tugas Akhfu Mahasiswa (Skripsi), bersama ini mahasiswa
kami mengajukan permohonan ijin untuk melaksanakan penelitian sebagai berikut:

l'Jama Peneliti Ida Ayu Suryantari, S.Kep


NIM c2224t58
Frograrn Srudi Profesi Ners
Juciui Penelitian Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Close Fraktur Radius
L'flna Sinistra L)en-{an Interyensi Relaksasi Bensr:n Terhadap l\4asalah
n:-veri ,,ikur di Ruang Unii Gain ar Darufar RSU Manuahii.
Tempat Peneiitian UGD RSU Manuaba
Jumlah Sampel I orang
Ai*kasi Waktu Penelitian 21 Desembrr202A sld 5 Februai2D?l
Contact Person 085737280552

Demikian permohonan ini kami sampaikan atas pethatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.

Badrnrg. 20 Desemb* ZAZ|)


STIKES BINA USADA BALI

?embusan disampaikan kepada Yth.;


t" Kepala Bidang SD&4 RSU Manuaba
2. Kepala Perawat RSU Manuaba
3" Kepala Ruangan UGD RSU Manuaba

Anda mungkin juga menyukai