Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

“HIPERBILIRUBINEMIA NEONATUS”

Oleh :
Nuryanti Fardila
NIM : 21904101017

Dosen Pembimbing :
dr. H. Abdul Hamid Nawawi,Sp.A
TOPIK YANG DIBAHAS

1BAB I PENDAHULUAN

2 BAB II HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS

3BAB III KESIMPULAN

Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed

Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed


LATAR BELAKANG
Hiperbilirubinemia
Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu
fenomena klinis yang paling sering
ditemu-kan pada bayi baru lahir.1

GAP PENTING

Pada setiap bayi yang mengalami ikterus


harus dibedakan apakah ikterus yang terjadi PREVALENSI
merupakan keadaan yang fisiologik atau non-
fisiologik. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali
Selain itu, perlu dimonitor apakah keadaan dirawat dalam minggu pertama kehidupan
tersebut mempunyai kecenderungan untuk disebabkan oleh keadaan ini.2
berkembang menjadi hiperbilirubinemia berat
yang memerlukan penanganan optimal.2-4
Bagaimana definisi, etiologi, petogenesis,
manifestasi klinis, penegakan diagnosa,
terapi, komplikasi, serta prognosis
Hiperbilirubinemia pada neonatus?
Rumusan Masalah Tujuan
Mengetahui definisi, etiologi, petogenesis,
manifestasi klinis, penegakan diagnosa,
terapi, komplikasi, serta prognosis
Hiperbilirubinemia pada neonatus

Bagi mahasiswa Referat ini dapat bermanfaat untuk melakukan pembelajaran tentang
penyakit Hiperbilirubinemia pada neonatus dan mengetahui cara penegakan diagnosis serta
penatalaksanaanya.
Tinjauan Pustaka
DEFINISI

Hiperbilirubinemia adalah akumulasi


berlebihan bilirubin serum sehingga kulit
dan atau sklera tampak ikterik.

Istilah hiperbilirubinemia baru dipakai


untuk ikterus neonatorum setelah ada
hasil laboratorium yang menunjukkan
peningkatan kadar bilirubin dalam serum.4
KLASIFIKASI Ikterus fisiologis adalah
IKTERUS ikterus yang timbul
pada hari ke-2 dan 3,
Ikterus Fisiologis tidak mempunyai dasar
patologis, kadarnya
tidak melewati kadar
yang membahayakan
atau mempunyai
Ikterus patologis adalah potensi menjadi
ikterus yang kernicterus dan tidak
Ikterus Patologis menyebabkan suatu
mempunyai dasar
patologis atau kadar morbiditas pada bayi.5
bilirubinnya mencapai
suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia.
Ikterus Fisiologis
• Bentuk ikterus ini umumnya terjadi pada bayi baru lahir
dengan kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama
>2 mg/dL.
• Ikterus fisiologik tidak disebabkan oleh faktor tunggal tetapi
kombinasi dari berbagai faktor yang berhubungan dengan
maturitas fisiologik bayi baru lahir.
• Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dalam sirkulasi
bayi baru lahir disebabkan oleh kombinasi pening-katan
ketersediaan bilirubin dan penurunan klirens bilirubin.1,2,4
Ikterus Patologis
Terdapatnya hal-hal di bawah ini merupakan petunjuk untuk
tindak lanjut, yaitu:
• Ikterus yang terjadi sebelum usia 24 jam, bilirubin total serum
>0,5 mg/dL/jam,
• Adanya tanda-tanda penyakit yang men-dasar pada setiap bayi
(muntah, letargis, malas menetek, penurunan berat badan
yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil);
• Ikterus yang bertahan setelah delapan hari pada bayi cukup
bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.5,6
ETIOLOGI
Etiologi ikterus yang sering Etiologi ikterus yang jarang
• Hiperbilirubinemia fisiologik,
Defisiensi G6PD,
• Inkompabilitas golongan darah ABO dan Rhesus,
Defisiensi piruvat kinase,
• Breast milk jaundice,
Sferositosis kongenital,
• Infeksi,
Hipo-tiroid,
• Bayi dari ibu penyandang diabetes melitus,
• Polisitemia/hiperviskositas. Hemoglobinopati.
ETIOLOGI
Faktor Resiko
ASI yang kurang

Peningkatan jumlah sel


darah merah

Infeksi/ inkompabilitas ABO-Rh


PATOFISIOLOGI
urin
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang tampak
Sebagian besar kasus
hiperbilirubinemia tidak  Rasa kantuk,
berbahaya, tetapi kadang-kadang  Tidak kuat menghisap
kadar bilirubin yang sangat tinggi ASI/susu formula,
bisa menyebabkan kerusakan  Muntah,
otak (Kern icterus).  Opistotonus,
 Mata terputar-putar
keatas,
 Kejang,
Efek jangka panjang Kern icterus  dan yang paling parah
ialah retardasi mental, kelumpuhan bisa menyebabkan
serebral, tuli, dan mata tidak dapat kematian.
digerakkan ke atas.13,14
Penegakan Diagnosis VISUAL
Penegakan Diagnosis
• Setelah diketahui ikterik
Bilirubin secara visual, pemeriksaan
serum bilirubin perlu
Serum dilakukan.
• Pemeriksaan bilirubin serum
• Bilirubinometer merupakan
merupakan baku emas
instrumen spektrofotometrik
penegakan diagnosis ikterus
dengan prinsip kerja
neonatorum serta untuk
memanfaatkan bilirubin yang
menentukan perlunya
menyerap cahaya (panjang
Bilirubinometer intervensi lebih lanjut.
gelombang 450 nm).
• Cahaya yang dipantulkan Transkutan
merupakan representasi
warna kulit neonatus yang
sedang diperiksa.2,3
Keterangan: Nomogram persentil ke-95 untuk kadar bilirubin serum
24 jam : ≥ 8 mg/dl (137 µm/L)
48 jam : ≥ 14 mg/dl (239 µm/L)
72 jam : ≥ 16 mg/dl (273 µm/L)
84 jam : ≥ 17 mg/dl (290 µm/L)
Diagnosis Banding
Bila ikterus timbul pada 24 jam pertama pikirkan kemugkinan
eritroblastosis fetalis, perdarahan tersembunyi, sepsis, atau infeksi

Jaundice yang timbul


setelah umur 1 minggu
adalah karena breast milk
jaundice, atresia bilier,
hepatitis, galaktosemia,
hipotiroidisme, anemia
hemolitik kongenital atau
karena obat, dan stenosis
pilorus.

Ikterus Fisiologis
Ikterus pada hari ke 2-3 biasanya
merupakan ikterus fisiologis.
Penatalaksanaan
Fototerapi Intravena immunoglobulin (IVIG)
Fototerapi dapat digunakan tunggal atau 01 04 Pemberian IVIG digunakan
dikombinasi dengan transfusi pengganti untuk pada kasus yang berhubungan
menurunkan bilirubin. dengan faktor imunologik.

Penghentian ASI
02 Pada hiperbilirubinemia akibat pem-
Transfusi pengganti 05
berian ASI, penghentian ASI selama
untuk mengatasi anemia akibat eritrosit
24-48 jam akan menurunkan bilirubin
yang rentan terhadap antibodi erirtosit
serum.
maternal; menghilangkan eritrosit yang
tersensitisasi; mengeluarkan bilirubin Terapi medikamentosa
serum; serta meningkatkan albumin 06
Phenobarbital dapat merangsang hati untuk
yang masih bebas bilirubin dan
menghasilkan enzim yang meningkatkan
meningkatkan keterikatannya dangan
konjugasi bilirubin dan mengeks-kresikannya.
bilirubin
Molekul bilirubin pada kulit yang terpapar sinar akan
Mekanisme Fototerapi mengalami reaksi fotokimia yang relatif cepat menjadi isomer
konfigurasi, dimana sinar akan merubah bentuk molekul
bilirubin. Bentuk bilirubin 4Z, 15Z akan berubah menjadi
bentuk 4Z, 15E (isomer non-toksik yang bisa diekskresikan).
Isomer bilirubin ini mempunyai bentuk yang berbeda dari
isomer asli, lebih polar dan bisa diekskresikan dari hati ke
dalam empedu tanpa mengalami konjugasi.
Reaksi fototerapi menghasilkan suatu fotooksidasi
melalui proses yang cepat. Produk fotooksidasi ini lebih
sedikit jumlahnya dibandingkan dengan pembentukan isomer
konfigurasi (4Z,15E).
Fototerapi juga menghasilkan lumirubin, dimana
lumirubin ini mengandung 2% sampai 6% dari total bilirubin
serum. Lumirubin diekskresikan melalui empedu dan urin.
Panduan Fototerapi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kondisi
hiperbilirubinemia ialah toksisitas pada basal
ganglia dan nuklei di batang otak. Kondisi ini
dapat menimbulkan Acute bilirubin
encephalopathy dan Kernicterus.
KOMPLIKASI

Pada umumnya prognosis baik,


PROGNOSIS kecuali pada kernicterus yang dapat
menyebabkan kematian.3
PENCEGAHAN
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan melakukan:
pengawasan antenatal yang baik,
menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa
kehamilan dan kelahiran,
mencegah dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus,
penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus,
iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir, dan pencegahan infeksi.6

PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis
baik, kecuali pada
kernicterus yang dapat
menyebabkan kematian.3
PENUTUP
Kesimpulan
• Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan
kadar bilirubin >5 mg/dL pada darah, yang sering ditandai oleh
adanya ikterus. Pada bayi baru lahir, hiperbilirubinemia sering
terjadi oleh kare-na kemampuan hati bayi yang masih kurang
untuk mengekskresikan bilirubin yang terus diproduksi.
• Etiologi hiperbilirubunemia perlu di-deteksi secara pasti,
fisiologik atau non-fisiologik, sebagai dasar pemeriksaan dan
tindak lanjut penanganan neonatus.
• Pengobatan hiperbilirubinemia ber-tujuan untuk menurunkan
kadar bilirubin yang tinggi. Pemantauan dan pemeriksaan yang
tepat sangat dibutuhkan untuk menentukan jenis pengobatan
yang akan dipergunakan.
Saran
• Dalam penegakan diagnosis Hiperbilirubinemia
pada neonatus diperlukan anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan sarana pemeriksaan penunjang yang
memadai.

• Perlunya KIE pada pasien dan keluarganya terkait


kepatuhan terapi untuk penyembuhan penyakit dan
pencegahan komplikasi.
Terimakasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai