AMENOREA PRIMER
Disusun Oleh :
Cuay Yusnianingsih 01073170110
Pembimbing :
dr. Dyana Safitri Velies, Sp.OG (K), M.Kes
2. 1 Pengertian
Pubertas merupakan periode dimana terjadi perubahan hormonal, fisik, dan
fisiologis yang mengubah masa kanak-kanak menjadi masa remaja. Pada periode ini,
menarche atau siklus menstruasi pertama adalah kejadian yang penting dalam
kehidupan perempuan. Menarche umumnya terjadi saat usia 12-13 tahun, dengan
98% terjadi saat usia 15 tahun. Jangka waktu siklus menstruasi yang normal berkisar
21 sampai 45 hari, selama 2-7 hari. Pada dua tahun pertama menarche, panjangnya
waktu menstruasi tidak regular karena imaturitas hypothalamus-pituitary - ovarian
axis, tapi dapat juga siklus berlangsung reguler(1).
Amenorea adalah tidak terjadinya siklus menstuasi atau berhentinya siklus
menstruasi pada wanita usia produktif. Amenorea bersifat fisiologis hanya pada saat
hamil, laktasi, dan menopause. Amenorea diklasifikasi menjadi amenorea primer dan
amenorea sekunder. Amenorea primer adalah kondisi dimana tidak terjadi menstruasi
hingga usia 16 tahun, tetapi perkembangan karakteristik sekunder berlangsung
normal. Amenorea primer bisa diartikan pula sebagai tidak terjadi menstruasi hingga
14 tahun dan perkembangan karakteristik sekunder juga tidak terjadi. Amenorea
sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 bulan pada wanita yang siklus
menstruasi sebelumnya regular atau selama 9 bulan pada wanita dengan
oligomenorea sebelumnya(2).
2. 2 Epidemiologi(3)
Insidensi amenorea primer adalah <1%, terhitung dari pasien dengan trauma
psikologis. Penelitian pada tahun 1971 oleh James H Evans melaporkan 50 kasus
amenorea primer, penelitian ini dilakukan dengan pengambilan apusan mukosa
mulut, total gonadotropin urin dan estrogen. Hasilnya adalah abnormalitas kromosom
merupakan penyebab paling sering amenorea primer (24%).
Pada tahun 1991, Kuntal Rao et al melaporkan dari 40 pasien pada tahun 1987
dan 1988 penyebab amenorea yang paling sering adalah disgenesis uterovagina
(50%). Penelitian ini menekankan penggunaaan laparoskopi memberikan informasi
yang lebih jelas mengenai anatomi gonad dan isi pelvis dibandingkan dengan
penemuan klinis atau biokimia. Keuntungan lainnya adalah lebih murah, gampang,
dan diagnosis yang tepat. Pada tahun 2010, Vijayalakhmi et al melaporkan analisa
sitogenik pada pasien menorea primer memiliki kariotipe dengan 71.2% kromosom
normal, 27.8% dengan abrasi numeric, dan 26% dengan abnormalitas structural.
Insiden kelainan kromosom sekitar 49%.
2.3 Etiologi
2.2. Etiologi(4)
Hipoplasia mulerian
Himen imperforata
Agenesis serviko-vaginal
Endometritis tuberkular
Hiperprolaktinemia
Hipogonadotropik hipergonadism
PCOS
2.4. Fisiologi(6)
Fase ovulasi adalah fase yang terjadi saat pucak pertumbuhan folikel sebagai
respons kepada LH. Sebelum ovulasi ukuran folikel adalah 20 mm. LH dilepas
sebagai mekanisme umpan balim positif dari anterior hipofisis karengan eksposur
memanjang terhadap estradiol (>200pg/ml selama 50 jam). 12 jam setelah puncak
LH. Enzim proteolitik dan prostaglandin akan mencerna dinding kolagen dari
folikel sehingga oosit akan dilepas. Fase sekretori mulai setelah ovulasi, pada fase
ini bagian sel granulosa yang tidak keluar bersama oosit akan membesar dan
menjadi lutein, disebut juga sebagai korpus luteum. Puncak progesteron terjadi 1
minggu setelah ovulasi terjadi. progesterone berfungsi untuk mengubah dinding
endometrium dari proliferative menjadi sekretori endometrium untuk
mempersiapkan implantasi embrio. Jika terjadi kehamilan maka hCG akan
menjaga korpus luteum tetapi jika tidak luteosis akan terjadi sehingga korpus
luteum menjadi korpus albikan, hal ini menyebabkan hormone progesteron hilang
sehingga terjadi peluruhan endometrium sehingga terjadi perdarahan menstruasi.
2.5.Patofisiologi(9)(4)
Saluran keluar yang intak yaitu tidak adanya kerusakan atau abnormalitas
pada saluran yang menghubungkan internal genitalia yaitu cavitas uterin
dengan genitalia eksterna yaitu endoserviks, kanalis vaginalis dan orifisim
vaginalis.
Fungsi kelenjar hipofisis normal dimana sekresi hormon FSH dan LH dari
anterior hipofisis akan menstimulus produksi hormon dan folikel dari
ovarium.
Peningkatan kadar FSH disebakan oleh gangguan pada fungsi organ gonad.
Kegagalan organ gonad dapat muncul pada usia berapa saja, bahkan saat masih
didalam kandungan, yang menyebabkan agenesis gonadal atau disgensis gonadal.
Pada genetik XX, kegagalan ovarium terjadi saat sebelum maturasi seksual,
menyebabkan amenorea primer dan perkembangan payudara yang tidak komplit.
Kegagalan gonadal pada genetik XY, individu akan memiliki genitalia perempuan
yang disebabkan adanya faktor inhibisi mullerian dam testosterone tidak dapat
diproduksi. Tumor gonadal terjadi pada 25% perempuan dengan kromosom Y. Tidak
seperti sindroma insensitivitas androgen, organ gonad tidak memproduksi seks
hormon, sehingga dapat segera diangkat. Disgenesi gonadal dapat terjadi pada
kariotipe XX ,XY, dan juga pada kariotipe abnormal seperti 45 X (sindroma
Turner’s), dimana tidak terjadi penambahan oosit saat usia kehamilan 18 minggu.
Penyebab peningkatan FSH yang lain adalah mutasi reseptor FSH atau LH,
galaktosemia, 17 α hydrosilase, dan defisiensi hormon aromaterase.
Pada keadaan dimana kadar FSH normal atau rendah, diagnosisnya dapat berupa
amenorea hipotalamus dan PCOS. Amenorea hipotalamus ditandai oleh inkonsisten
hormon GnRH sedangkan pada PCOS hormone GnRh meningkat secara persisten
menyebabkan sistesis LH berlebihan, hiperandrogenisme, dan gangguan maturasi
folikel. Amenorea hipotalamus disebabkan oleh stress, perubahan berat badan,
malnutrisi, dan olahraga berlebih, tetapi patofisiologinya masih belum jelas. Wanita
yang aktif dalam olaraga kompetitif 3x lebih beresiko mengalami amenorea primer
atau sekunder. Pada sebagian kasus, disfungsi hipotalamus terjadi sebelum menarche
menyebabkan 3% dari amenorea primer pada remaja, umumnya karateristik seksual
sekunder akan berkembang dan siklus menstruasi akan kembali tanpa terapi.
Penyebab lain amenorea hipotalamus adalah sindroma Kallmann karena adalanya
kelainan pada pembentukan olfactory bulb. Gejala yang muncul berupa anosmia,
amenorea, dan kadar gonadotropin yang rendah karena defisiensi GnRH. Penyebab
lain adalah kelainan hipofisis seperti sindroma Sheehan dan empty sella syndrome.
2.6.Diagnosis Banding(9)(11)(12)
a. Kompartemen I
Agenesis Mullerian (46, XX)
Diagnosis ini ditetapkan pada wanita yang tidak memiliki atau
mengalami hipoplasia pada bagian vagina internal dan tidak memiliki
tuba falopi serta uterus. Penyebab sindroma ini masih belum diketahui
dan mungkin berhubungan dengan mutasi pada gen hormon anti-
mullerian atau gen anti-mullerian reseptor. Kelainan lain yang muncul
bersamaan dengan sindroma ini seperti ginjal ektopik, agenesis ginjal,
dan horse shoe kidney. 10% dari kasus amenorea primer disebabkan
oleh agenesis mullerian. Pada agenesis mullerian terjadi malformasi
kongenital pada saluran genital bagian atas menyebabkan tidak
terbentuknya atau abnormalitas pada uterus, tetapi karakteristik
seksusal sekunder tetap terjaga karena organ ovarium yan bukan
merupakan bagian dari duktus mullerian tetap terbentuk. Agenesis
mullerian atau disebut juga Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser
syndrome terjadi 1:4000-5000 kelahiran.
Himen Imperforata
Himen imperforata adalah kongenital obstruksi pada saluran genitalia
wanita. Insidensinya dilaporkan terjadi 1 diantara 1000 kelahiran.
Gejala yang muncul pada masa kanak-kanak adalah amenorea primer
disertai nyeri abdomen siklikal, distensi pada vagina dan uterus karena
akumulasi darah, sehingga perut membesar dan menyebabkan retensi
urin. Pada pemeriksaan fisik akan terpapalsi massa pada abdomen
bawah. Pada pemeriksaan genitalia akan terlihat himen bengkak dan
kebiruan. Saat terjadi menstruasi, darah akan terkumpul di belakang
himen sehingga menimbulkan hematokolpos, hematometra, dan
hemosalfing. Pengobatan definitif pada kondisi ini adalah himenotomi
atau himenektomi dan biasanya dilakukan dengan insisi melingkar.
Agenesis Servikal
Menurut klasifikasi American fertility society, agenesis servikal dibagi
menjadi tipe IB ( anomaly mullerian) yaitu disebabkan oleh fusi
abnormal antaral duktus mullerian dengan sinus urogenital, atau atrofi
dari segmen yang biasanya membentuk sistem mullerian. Insidensinya
berkisar 0.01% dari populasi an 3% dari insiden anomaly uterus. 4.8%
dari wanita dengan agenesis servikal memiliki uterus yang masih
dapat berfungsi dan terdapat hematometra. Pengobatan yang dapat
dilakukan anatra lain dengan Penggunaan foley’s catheter dan
histerektomi.
b. Kompartemen II
Sindroma Turner’s
Sindroma Turner’s disebabkan oleh hilangnya atau adanya kelainan
pada salah satu kromosom X, dan merupakan penyebab paling sering
keterlambatan pubertas dan amemorea primer. Insidensitas kondisi ini
timbul 1 diantara 2500 sampai 1 diantara 3000 perempuan. Kariotipe
atau gambaran kromosom pada pasien sindroma Turner’s klasik
adalah 45X. Karakteristik klasik dari sindroma Turner’s adalah
perawakan pendek, selaput pada leher, kubitus valgus, garis rambut
rendah, dada yang bidang, dan jarak putting yang jauh.
Defisiensi Enzim
Defisiensi 17 α hydroxylase atau defisiensi enzim aromaterase
berhubungan dengan tidak diproduksinya steroid seks menyebabkan
keterlambatan pubertas. Individu dengan defisiensi 17 α hydroxylase
memiliki kariotipe 46XX atau 46XY. Uterus tidak ada pada kariotipe
46XY. anak-anak dengan defisiensi 17 α hydroxylase mengalami
hypernatremia, hypokalemia, dan hipertensi karena peningkatan
produksi mineralokortikoid. Pada defisiensi aromaterase maka terjadi
peningkatan hormon androgen. Sehingga anak perempuan akan
memiliki organ genital yang ambigu dan amenorea primer.
c. Kompartemen III
Hipopituitarism
Kongenitan pan hypopituitarism akan timbul diawal masa kanak-
kanak. Amenorea terjadi karena kekurangan gonadotropin.
Isolated FSH Deficiency
Kondisi ini disebabkan oleh mutasi pada β FSH sehingga konsentrasi
serum FSH sangat rendah. Isolated FSH deficiency timbul sebagai
idiopatik hipergonadotropik hipogonadism dan jarang menimbulkan
amenorea. Individu ini memiliki LH yang tinggi dan FSH yang rendah
sehingga bisa diobati dengan FSH eksogen.
Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia adalah penyebab paling sering amenorea karena
gangguan hipofisis. Penyebabnya adalah adanya tumor yaitu mikro
(<10mm) atau makro (>10mm) adenoma, menyebabkan overproduksi
prolaktin atau massa tumor mengganggu inhibisi oleh dopamin
hipotalamus. Sekitar 30% kondisi ini berhubungan dengan galaktorea
dan hanya 5% berhubungan dengan gangguan pengelihatan. Serum
prolaktin dan penegecekan hipofisi menggunakan MRI sensitive dan
spesifik untuk mendiagnosis kondisi ini.
Empty Sella Syndrome
Merupakan kondisi jinak karena kelainan kongenital dimana
diafragma sella tidak ada. Hal ini dapat terjadi setelah operasi,
radioterapi, atau karena adanya tumor. Menifestasinya berupa
hiperprolaktinemia.
d. Kompartemen IV
Congenital Kallmann Syndrome
Kondisi langka dengan insidensi 1 diantara 50.000 kelahiran dan
merupakan penyakit keturunan, disebabkan oleh defisiensi sekresi
GnRH. Menifestasi nya adalah anosmia atau hypos,ia. Karitipenya
berupa 46XX. Organ gonad masih dapat meresponi gonadotropin
sehingga ovulasi dapat terjadi jika diberikan gonadotropin eksogen.
PCOS adalah penyebab paling sering amenorea sekunder dan
penyebab yang tidak biasa untuk amenorea sekunder. PCOS
didiagnosis saat setidaknya 2 faktor terpenuhi yaitu absen atau
infrekuensi menstruasi, morfologi atau biokimia hiperandrogenism,
ovarium dengan penampakan polikistik pada USG. Patologi terjadinya
PCOS adalah resistensi insulin periferal, yang memperparah obesitas.
Hiperinsulinemia mengganggu proses folikulogenesis di ovarium,
meningkatkan kadar androhen ovarium, dan mengurangi produksi sex
hormone binding globulin di hepar. Hal ini menyebabkan infrekuensi
atau absen dari siklus menstruasi dan meningkatnya kadar androgen
bebas dalam peredaran darah yang menyebbakan gejala seperti jerawat
dan hirtuism. Tatalaksana pada kondisi ini adalah penurunan berat
badan 5-10%, dan penggunaan pill kontrasepsi kombinasi. Pada PCOS
karena adanya unopposed estrogen setelah beberapa waktu dapat
menyebabkan hyperplasia atau keganasan pada endometrium.
Anoreksia Nervosa
Adalah penyebab langka amenorea primer. Individual dengan kondisi
ini memiliki fenotipe yang normal dan karakteristik seksual sekunder
yang sub normal.
Constitutional Delay
Merupakan diagnosis retrospektif. Pada kondisi ini terdapat
keterlambatan maturasi HPO axis yaitu sekitar 1 tahun dari umur
kronologis seharusnya.
2.7.Diagnosis(1)(10)(9)
b. Anamnesis
Langkah pertama dalam mengevaluasi amenorea adalah berdasarkan
anamnesis dari pasien dan keluarga. Anamnesis meliputi riwayat olahraga,
peneurunan berat badan yang esktrem, penyakit kronis yang diderita dahulu
atau sekrang, penggunaan obat-obatan terlarang, hal-hal ini berkaitan dengan
amenorea karena gangguan pada hipoalamus. Riwayat depresi, stress, dan
anorexia atau bulimia nervosa juga dapat menyebabkan amenorea.
Riwayat radiasi atau kemoterapi pada sistem saraf pusat juga dapat
menyebabkan amenorea. Riwayat radiasi abdomen atau pelvis dapat
menyebabkan gagal organ pada ovarium, yang menimbulkan gejala seperti
hot flushes, kekeringan pada vagina, dls. Riwayat galaktorea, sakit kepa, dan
gangguan pengelihatan berhubungan dengan adanya tumor hipofisis.
Tanyakan juga apakah ada gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit
tiroid misalkan penurunan atau peningkatan berat badan, sering kedinginan
atau kepanasan dls. Tanyakan pula pola makan pasien dan gejala anorexia
nervosa seperti menolak makan karena merasa akan mengalami kegemukan.
Pada riwayat penyakit keluarga tanyakan mengenai pola penyebaran
rambut pubis yang bisa menjadi tanda adanya sindroma insentifitas androgen
dimana tidak adanya rambut pubis dan axilla meskipun ada perkembangan
payudara. Riwayat menstruasi, menarche, dan menopause kepada ibu dan
saudara perempuan. Riwayat tmbuh kembang pasien dan anggotakeluarga
juga perlu ditanyakan untuk mengetahui adanya keterlambatan pertubuhan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan antropometri untuk
mengetahui adanya keterlambatan pertumbuhan dan pubertas. Pemeriksaan
lain berupa status nutrisi dan indeks massa tubuh. Peningkatan massa indeks
tubuh dan tanda kelebihan hormon androgen seperti hirtuism atau jerawatan
berkaitan dengan penyakit kistik ovarian. Tanda virilisasi seperti suara berat,
klitoromegali, ditambah dengan hirtuism dan jerawatan berkaitan dengan
adanay tumor yang mensekresi androgen. Pemeriksaan klitoris yaitu
pemeriksaan diameter kelenjar klitoris anteroposterior dan tranversal, apabila
>35 mm2 merupakan bukti adanya kelebihan hormon androgen. Indeks
klitoris >100 mm2 merupakan tanda virilisasi.
Perhatikan pula tanda-tanda dismorfik seperti punggung bungkuk,
perawakan pendek, dan jarak putting yang jauh merupakan tanda sindroma
Turner. Perhatikan apakah ada tanda sindroma Cushing seperti striae, buffalo
humb, obesitas sentral, mudah memar, hipertensi dan kelemahan otot
proksimal. Pemeriksaan payudara merupakan pemeriksaan yang penting
untuk mengetahui galaktorea, jika ada galaktorea maka perlu dilakukan
evaluasi apakah galaktorea terjadi spontan atau hanya ada jika dilakukan
penggencetan pada putting. Inspeksi apakah galaktorea terjadi unilateral atau
bilateral, persisten atau intermiten.
Pemeriksaan funduskopi dan lapang pandang dilakukan jika ada
kecurigaan terhadap tumor hipofisis. Inspeksi pada pelvis menggunakan
speculum dilakukan untuk melihat abnormalitan pada saluran keluar seperti
septum vaginalis yang tranversal, himen imperforate, dls. Isnpeksi genitalia
eksterna disesuai dengan skala Tanner.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan basal plasma gonadotropin,
estradiol, progesteron, testosteron bebas dan total, fungsi tiroid, prolaktin,
gula darah, hormon adrenokortikotropik, dan kortisol.
e. Algoritma (9)
2.8.Tatalaksana(1)
2.9.Komplikasi(9)
a. Osteoporosis
Amenorea berhubungan dengan defisiensi estrogen sehingga memiliki resiko
tinggi untuk menjadi osteoporosis. Resiko ini tetap ada meskipun amenorea
telah diobati dan siklus menstruasi telah normal. Defisiensi estrogen adalah
masalah pada wanita usia mudah dimana pertumbuhan masih terjadi.
penggunaan hormon terapi, kalsium, dan vitamin D terbukti berguna pada
kondisi ini.
b. Penyakit Kardiovaskular
Wanita muda dengan amenorea yang berhubungan dengan defisiensi estrogen
jyga beresiko tinggi mengalami hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2
dikemudian hari.
c. Hyperplasia Endometrial
Amenorea dengan sekresi estrogen tanpa sekresi progesteron meningkat
resiko terjadinya hyperplasia endometrium dan karsinoma endometrium.
d. Infertilitas
Apabila tidak terjadi siklus menstruasi yang sebabkan karena faktor non-
fisiologis maka tidak terjadi ovulasi sehingga fungsi peranakan tidak ada.
e. Tekanan Psikologis
Amenorea sering kali menyebabkan gangguan cemas karena pemikiran akan
terjadi infertilitas, atau kehilangan sisi kewanitaan. Diagnosis sindroma
turner, feminisasi testicular, dan agenesis mullerian dapat mentraumatisasi
baik pasien maupun keluarga pasien. Pada kondisi ini pasien tidak boleh
dibiarkan tetapi harus diberikan konsultasi dan edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA