HIFEMA
Disusun oleh:
Pembimbing:
1
HIFEMA
2
pada bagian depan, iris pada bagian samping, lensa pada bagian belakang, dan berisi
akueous humor. Akueous humor diproduksi oleh badan siliaris yang kaya akan
pembuluh darah, lalu mengalir ke anterior melalui pupil ke bilik mata depan.
Akueous humor akan diserap oleh serabut trabekular lalu melalui kanal schlemm
masuk ke pleksus venosa episklera.3
3
Gambar 3. Vaskularisasi mata
1.2 Hifema
1.2.1 Definisi
Hifema adalah sebuah keadaan terisinya bilik mata depan
dengan sel darah merah.1,3,4,5
1.2.2 Epidemiologi
Angka kejadian hifema traumatik sekitar 12/100.000 dengan
anak-anak / usia 10-20 tahun sebagai populasi dominan (70%).
Menurut jenis kelamin, laki-laki memiliki risiko hifema 3x lebih besar
dibandingkan perempuan. Pada penderita hifema usia muda, kejadian
lebih sering disebabkan oleh trauma tumpul akibat aktivitas olahraga
dan permainan, sedangkan penderita hifema usia dewasa lebih sering
disebabkan oleh kecelakaan mobil ataupun tindakan kekerasan yang
meliputi bagian mata.2
4
1.2.3 Etiologi
Hifema dapat disebabkan oleh trauma baik tumpul ataupun
tajam (penetrasi), dan dapat disebabkan oleh pecah pembuluh darah
spontan akibat kondisi medis penyerta seperti rubeosis iridis, tumor
iris, retinoblastoma, kelainan darah (sickle cell disease, koagulopati),
diabetes melitus, hipertensi, dan penggunaan obat anti-koagulan.
Sekitar 60% penyebab terbanyak hifema adalah trauma tumpul dari
kecelakaan olahraga (benturan langsung bola), permainan (tembak),
mobil (air-bag / benturan langsung setir mobil) dan perkelahian yang
mengenai bagian mata. Kasus hifema akibat trauma tajam atau
penetrasi sering kali didapatkan pada kasus pembunuhan
menggunakan benda tajam. Sedangkan kasus hifema akibat
perdarahan spontan disebabkan oleh proses neovaskularisasi
(pertumbuhan pembuluh darah baru yang lebih rentan dibandingkan
pembuluh darah pada normalnya) seperti pada kasus diabetes melitus,
ataupun tumor iris.1,3,4,5,6
1.2.5 Patofisiologi
Pecahnya pembuluh darah yang memperdarahi bagian bilik
mata depan yaitu lingkar arteri mayor dari arteri siliaris anterior akibat
robekan iris atau badan silaris, akan menyebabkan akumulasi darah
pada bilik mata depan tergantung derajat keparahan arteri yang
terkena dampak. Trauma tumpul menyebabkan tekanan antero-
5
posterior bola mata secara menyeluruh, sehingga menyebabkan
tekanan pada sudut bilik mata depan yang akan menyebabkan robekan
pembuluh darah iris ataupun badan siliaris. Akumulasi sel darah
merah pada bilik mata depan dapat diserap melalui serabut trabekular
dan kembali ke pleksus vena episklera via kanan schlemm. Akumulasi
sel darah merah berlebihan disertai fibrin, debris sellular dan plasma
di bilik mata depan dapat menyebabkan obstruksi jalur keluar akueous
humor, sehingga dapat terjadi kenaikan tekanan intraokular layaknya
gejala glaukoma.
6
iridodialisis (terlepasnya iris dari badan siliaris secara lokal) /
iridoskisis (terlepasnya lapisan stroma iris) / iritis, siklodialisis
(terpisahnya badan siliaris dengan skleral spur, sehingga terdapat
hubungan langsung antara ruang suprakoroid dan bilik mata depan),
robekan serabut trabekular, dehisensi zonular, katarak, dan dialisis
retina. Tanda-tanda diatas disebut sebagai “cincin 7” dan seringkali
ditemukan pada riwayat trauma tumpul okuli.
Berdasarkan derajat keparah hifema, maka perdarahan pada
bilik mata depan yang diukur dari limbus kornea inferior dan
diperhatikan warnanya dibagi menjadi:
7
Gambar 4. Grading Hifema
Pada beberapa kasus hifema, funduskopi masih dapat dilakukan
dan menunjukkan adanya perdarahan badan kaca.5,7,8
8
1.2.9 Diagnosis
Diagnosis daripada hifema ditegakkan dengan penemuan sel
darah merah pada bilik mata depan baik melalui inspeksi langsung
ataupun hasil pemeriksaan bilik mata depan menggunakan slitlamp.
1.2.11 Terapi
1.2.11.1 Non-medika mentosa
Penderita dengan cedera orbita/ okular berat,
hemoglobinopati (sickle cell disease), diatesis hemoragik,
peningkatan tekanan intraokular, atau tidak dapat merawat diri
dianjurkan untuk dirawat inap untuk pemantauan ketat
kemungkinan perdarahan ulang (rentang waktu risiko tinggi: 2-
9
5 hari pasca trauma). Penderita diberikan penutup mata dan
dianjurkan untuk meminimalisir aktivitas, diposisikan berbaring
450 (semi-Fowler) agar perdarahan menetap di inferior bilik
mata depan, tidak menghalangi visualisasi, dan mengurangi
paparan sel darah merah terhadap endotel kornea dan serabut
trabekular yang luas. Observasi meliputi perdarahan ulang,
glaukoma sekunder, dan pewarnaan kornea dari pigmen besi sel
darah merah (hemosiderosis kornea).
Penderita hifema yang patuh terhadap pengobatan, dan
tidak masuk dalam kriteria rawat inap dapat melakukan rawat
jalan dengan observasi ketat fungsi penglihatan, regresi hifema,
dan tekanan intraokular.1,5
10
disertai perdarahan badan kaca. Sikloplegik seperti sulfas
atropine 1% 2x/hari untuk kasus inflamasi berat.1,3,7
1.2.11.3 Surgikal
Tindakan pembedahan evakuasi perdarahan (vitrektomi dan
iridektomi) dapat diindikasikan pada hifema dengan peningkatan
tekanan intraokular menetap (>35 mmHg selama 7 hari / 50 mmHg
selama 5 hari / >60 mmHg dalam 2 hari/ >25 mmHg selama >24 jam
pada pasien dengan sickle-cell disease) setelah pengobatan
maksimal untuk mencegah kerusakan saraf optik, pewarnaan kornea,
imbibisi kornea dan risiko perdarahan ulang. Selain tekanan
intraokular yang tidak terkontrol dengan obat-obatan, indikasi
surgikal dalam kasus hifema adalah terdapat pewarnaan kornea
(corneal blood staining), hifema masif >5 hari, dan eight-ball
hyphema. Indikasi relatif evakuasi perdarahan hifema diberikan
kepada penderita hifema dengan hemoglobinopati, dan atropi optik.
Pilihan intervensi bedah terdiri dari:
1. irigasi bilik anterior dan aspirasi via sayatan kecil (anterior
chamber washout)
2. evakuasi hifema dengan instrumen vitrektomi anterior tertutup
(cryoextraction), atau irigasi bekuan darah dengan penyaringan
(trabekulektomi)
3. parasentesis anterior untuk kontrol tekanan intraokular.10
Untuk kasus hifema total dengan blokade pupil, maka
prosedur iridektomi dapat ditambahkan saat pembedahan
berlangsung. Pasca tindakan bedah, pasien dapat diberikan anti-
inflamasi dan antibiotik topikal selama 2 minggu.3,4,7,11
11
1.2.12 Komplikasi
Komplikasi hifema meliputi perdarahan berulang, glaukoma
sekunder segera ataupun nanti (dalam beberapa bulan atau tahun),
atropi saraf optik, gangguan visual akibat hemosiderosis kornea
(dapat menghilang sekitar 1 tahun), dan dislokasi lensa.1,7,12
1.2.13 Prognosis
Prognosis hifema bergantung pada tingginya darah pada
bilik mata depan dan keberadaan kondisi medis penyerta. Semakin
tinggi darah di bilik mata depan dan adanya kondisi penyerta akan
menyebabkan komplikasi hifema lebih mudah terjadi. Oleh karena
itu, etiologi dan ketepatan tatalaksana sangat mempengaruhi hasil
pengobatan hifema, risiko terjadinya komplikasi, dan kemampuan
visual pasien pasca hifema.1,8,13
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. dr. Sidarta Ilyas S. Hifema. In: Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata.
2000. p. 85–8.
2. Simanjuntak G, Farinthska G, Simanjuntak G, Artini W, R N. Risk Factors
for Poor Visual Outcome in Traumatic Hyphema: Jakarta Eye Trauma Study.
Niger J Clin Pract. 2018;21:921–4.
3. Riordan-Eva P, Whitcher J. Hyphema. In: Vaughan & Asbury’s General
Opthalmology. 16th ed. McGraw Hill Education; 2004. p. 376–7.
4. Sitorus R, Sitompul R. Hifema. In: Buku Ajar Oftalmologi. 2015. p. 479–81.
5. Lenihan P, Hitchmoth D. Traumatic Hyphema. Optom Educ.
2014;39(3):110–8.
6. Gragg J, Baker M. Hyphema. In: National center for Biotechnology
Information. 2019. p. 1–6.
7. Kuhn F, Pieramici dante. Hyphema. In: Ocular trauma principles and
practice. 2002. p. 132–43.
8. Al-saffar AAT, Hussein AS, Jamal NM. iMedPub Journals Traumatic
Hyphema Frequency and Management Evaluation : A Retrospective Study
Review of Literature The anatomy of the human eye. Heal Sci J. 2017;1–10.
9. Malik K, Welch RJ, Shields CL. Spontaneous Hyphema in a Middle-Aged
Woman. JAMA opthalmology. 2018;6–7.
10. Chuka OM, Obizoba OL. Ophthalmology and Eye Diseases Paracentesis as
Surgical Intervention in Traumatic Hyphaema : Opinions and Practices of
Nigerian Ophthalmologists. Opthalmology Eye Dis. 2012;71–8.
11. Gault JA, Vander JF. Opthalmology secrets in color. 4 th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2016
12. Kanski JJ. Clinical ophthalmology. A systematic approach. 8 th ed. Elsevier
Heal Sci. 2016
13. Lang G. Hyphema. Opthalmology: a short textbook. 2000.p.507-513
13