Anda di halaman 1dari 107

Sagase Apthayasa

11.2011.048
 Nama : Tn. R
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 36 Tahun
 Status Perkawinan : Menikah
 Suku bangsa : Jawa
 Agama : Katolik
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Alamat : Jl. Sawo Atas 20 RT
2/7 Kebayoran besar
 Penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS
 Os di rujuk dari RS citra medika ke RS Bakthi
Yudha dengan keluhan penurunan kesadaran
sejak 4 hari SMRS. Penurunan kesadaran
terjadi secara pelahan di awali dengan lemas
di daerah kaki sejak 6 hari SMRS. Awalnya os
masih bisa beraktifitas namun semakin lama
os perlu bantuan keluarganya untuk berpindah
tempat. Keluarga Os juga mengatakan os tidak
dapat mengingat kejadian yang telah terjadi
dan tidak nyambung saat diajak bicara.
 9 hari sebelum lemas pasien mendadak
demam naik turun. Selain itu, os sering
mengeluh keringat pada saat malam hari
terutama didaerah leher dan dada atas.
Tidak ada keluhan dalam BAB, mual dan
muntah (-). Batuk, bicara pelo, nyeri
kepala, dan kejang saat itu disangkal
oleh keluarga os.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat trauma kepala, kejang, stroke, dan alergi disangkal pasien

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat penyakit dalam keluarga kurang diketahui pasien.

Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi


• Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum minuman
beralkohol.
 Kesadaran : Delerium

 GCS : E4M5V4

 TD : 150/90 mmHg

 Nadi : 98 x/menit

 Pernafasan : 20 x/menit

 Suhu : 38o C

 Kepala : normosefali

 Leher : pembesaran KGB (-)

 Paru : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

 Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)


 Perut : supel, BU (+) normal, NT abdomen (-), hepar dan lien tidak
teraba
 Kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
2. Status psikikus
• Cara berpikir : wajar, sesuai umur
• Perasaan hati : cemas
• Tingkah laku : gelisah, aktif
• Ingatan : terganggu karena keasadaran
• Kecerdasan : sesuai tingkat pendidikan
Kepala
 Bentuk : normosefali
 Nyeri tekan : (-)
 Simetris : (+)
 Pulsasi : normal
Leher
 Sikap : simetris
 Pergerakan : bebas
 N. olfaktorius(I)
• Penciuman: tidak dilakukan.
 N. optikus (II)
Kanan Kiri
 Tajam penglihatan tidak ada kelainan tidak ada kelainan
 Pengenalan warna Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
 Lapang pandang Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
 Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 N. III kanan kiri
 Sela mata Ptosis (-) Ptosis (-)
 Pergerakan mata Normal Normal
 Strabismus - -
 Nistagmus - -
 Exophtalmus - -
 PupilBesar Ø5mm Ø5mm
 Bentuk bulat bulat
 Refleks terhadap sinar
 Langsung menurun menurun
 Tidak langsung menurun menurun
 Diplopia - -
 N.IV kanan kiri
 Pergerakan mata Normal Normal
(ke bawah-keluar)
 Diplopia - -
 N.V kanan kiri
 Membuka mulut tidak dilakukan
 Mengunyah tidak dilakukan
 Menggigit tidak dilakukan
 Refleks kornea tidak dilakukan
 Sensibilitas tidak dilakukan
 N.VI kanan kiri
 Pergerakan mata ke lateral - -
 Diplopia - -

 N.VII kanan kiri


 Mengerutkan dahi tidak dilakukan
 Menutup mata tidak dilakukan
 Menyeringai tidak dilakukan
 Bersiul tidak dilakukan
 Perasaan lidah bagian muka tidak dilakukan
 N.VIII kanan kiri
 Suara berisik Tidak dilakukan
 Weber Tidak dilakukan
 Rinne Tidak Dilakukan
 N.IX kanan kiri
 Perasaan lidah belakang Tidak dilakukan
 N.X kanan kiri
 Arcus pharynx tidak dilakukan tidak dilakukan

 Bicara Baik Baik


 Menelan tidak dilakukan tidak dilakukan
 N.XI kanan kiri
 Mengangkat bahu tidak dilakukan
 Memalingkan kepala tidak dilakukan

 N.XII kanan kiri


 Pergerakan lidah tidak dilakukan
 Tremor lidah tidak dilakukan
 Artikulasi Baik Baik
Tanda-tanda perangsangan meningen
 Kaku kuduk : negatif
 Laseq : >70
 Kernig : >135
 Brudzinski I : negatif
 Brudzinski II : negatif
Ekstremitas atas Kanan Kiri
Simetris Simetris simetris
Trofik Eutrofik eutrofik
Tonus Normotonus normotonus
Kekuatan - -
Refleks bisep + +
Refleks trisep + +
Refleks H.Trommer - -

Sensibilitas
Raba tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Nyeri tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Suhu tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Vibrasi tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah Kanan Kiri
Bentuk Simetris simetris
Trofik Eutrofik eutrofik
Tonus Normotonus normotonus
Kekuatan - -
Refleks patella + +
Refleks Achilles + +
Kesan hemiparesis - -

R-efleks patologis:
Babinski - -
Chaddock - -
Openheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Sensibilitas:
Raba tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Nyeri tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Suhu tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Vibrasi tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Gerakan-gerakan abnormal
 Tremor : (+)
 Miokloni : (-)
 Khorea : (-)

Alat vegetative
 Miksi : normal
 Defekasi : normal
 Koordinasi, Gait dan Keseimbangan
 Cara berjalan : tidak dilakukan
 Test Romberg : tidak dilakukan
 Disdiadokokinesia : tidak dilakukan
 Ataksia : tidak dilakukan
 Dismetria : tidak dilakukan
 Nistagmus test : tidak dilakukan
 Heel to knee : tidak dilakukan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tgl 4/2/2015
Pemeriksaan Nilai Nilai normal Unit

Hemoglobin 12,7 12-18 g/dl

Hematokrit 33 38-47 %

Leukosit 24,16 5.000-10.000 /ul

Trombosit 263,000 150.000-450.000 /ul

LED 20 <20 mm/jam


Diff

Basofil 0 0-1 %

Eosinofil 0 1-3 %

Neutrophil stab 0 3-5 %

Neutrophil 98 54-62 %
segmen

Lymphosite 2 25-33 %
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tgl 4/2/2015

Pemeriksaan Nilai Nilai normal Unit

Gula Darah Sewaktu 161 <180 mmHg

Fungsi Liver
SGOT 60 <35 U/L
SGPT 59 <40 U/L

Fungsi jantung
Elektrolit
Natrium 112 135-146 MEQ/l
Kalium 3,45 3,5-5 MEQ/l
Chlorida 114 98-107 MEQ/l
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tgl 4/2/2015

Fungsi Ginjal

Ureum 25 10-50 mg/dl


Kreatinin 0,8 0,5-1,5 mg/dl
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tgl 5/2/2015

Pemeriksaan Nilai Nilai normal Unit


Hemoglobin 11,3 12-18 g/dl
Hematokrit 41 38-47 %
Leukosit 15,4 5.000-10.000 /ul
Trombosit 200.000 150.000-450.000 /ul
Eletrolit
Natrium 117 135-146 MEQ/l
kalium 3,49 3,5-5 MEQ/l
chlorida 109 98-107 MEQ/l
Hasil Analisa Cairan Otak tgl 06/02/15

Pemeriksaan Nilai Nilai normal


Glukosa 11 50-80 mg/dl
Protein 367 <50 mg/dl
None Positif Negatif
Pandi Positif Negatif
Jumlah sel 22 0-5 /uL
Mono 100 %
Poli - %
Warna kuning
Kejernihan jernih

Pemeriksaan Nilai Nilai normal


Glukosa Sewaktu 132 <180 mg/dl
Hasil Analisa Cairan Otak
Pemeriksaan tgl 06/02/15 Nilai normal
Nilai

Natrium urin 192 30-300 mEq/24jam


Kaliumurin 86 25-125 mEq/24jam
clorida urin 123 110-250mEq/24jam
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tgl 7/2/2015
Pemeriksaan Nilai Nilai normal Unit

Hemoglobin 10,8 12-18 g/dl

Hematokrit 28 38-47 %

Leukosit 8,77 5.000-10.000 /ul

Trombosit 763,000 150.000-450.000 /ul

LED 20 <20 mm/jam


Diff

Basofil 0 0-1 %

Eosinofil 0 1-3 %

Neutrophil stab 0 3-5 %

Neutrophil 70 54-62 %
segmen

Lymphosite 20 25-33 %

monosyte 10 3-7 %
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tgl 7/2/2015

Pemeriksaan Nilai Nilai normal Unit


SGOT 235 <35 g/dl
SGPT 303 <40 %
Eletrolit
Natrium 133 135-146 MEQ/l
kalium 2,25 3,5-5 MEQ/l
chlorida 102 98-107 MEQ/l
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tgl 8/2/2015

Pemeriksaan Nilai Nilai normal Unit


Eletrolit
Natrium 131 135-146 MEQ/l
kalium 3,19 3,5-5 MEQ/l
chlorida 100 98-107 MEQ/l
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tgl 10/2/2015

Pemeriksaan Nilai Nilai normal Unit


SGOT 62 <35 g/dl
SGPT 310 <40 %
Eletrolit
Natrium 131 135-146 MEQ/l
kalium 3,85 3,5-5 MEQ/l
chlorida 101 98-107 MEQ/l
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tgl 11/2/2015

Pemeriksaan Nilai Nilai normal


HIV negatif Negatif
Tanggal 04 Februari 2015
 Cor : tampak membesar, LVH
 Pulmones : hila tak tampak melebar
 Tampak kesuraman di kedua lapang paru
 Corakan bronchovaskular meningkat
 Diafragma normal.
 Sinus costophrenikus kanan dan kiri tajam.
 Tulang2 : tak tampak kelainan.
 Kesan : cor : tampak carsiomegali, LVH
 pulmo : sesuai gambaran bronkopneumonia
 Tulang-tulang kepala intact
 Pada jaringan lunak ektra krania tak tampak
kelainan
 Tak tampak lesi hipo/hiperdens pada parenkim
serebri
 Tak ada enhancement kontras patologis
 Struktur midline ditengah
 Perifersulci dan fisura sylvii normal
 Sistem ventrikel normal, simetris dan letak di
tengah
 Sistem sisterna baik
 Batang otak dan serebelum nomal
 Kesan : ct scan dengan kontras normal
Subjektif:
 Tn. R 36 th dibawa ke RS Bakthi Yudha dengan keluhan
penurunan kesadaran sejak 4 SMRS. Penurunan
kesadaran terjadi secara pelahan di awali dengan
lemas di daerah kaki sejak 6 hari SMRS. Os masih bisa
beraktifitas. Os tidak dapat mengingat kejadian yang
telah terjadi dan tidak nyambung saat diajak bicara.
 9 hari SMRS lemas pasien mendadak demam naik
turun. Selain itu, os sering mengeluh keringat pada saat
malam hari terutama didaerah leher dan dada atas.
 Objektif
 Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran
delerium, GCS E4M5V4 dengan tanda-tanda vital
tekanan darah 150/90 mmHg, frekuensi nadi 98
kali per menit, frekuensi nafas 20 kali per menit,
suhu 380C. Pemeriksaan status neurologis
didapatkan paresis N VI bilateral, Pada
pemeriksaan motorik di didapatkan kesan
hemiparesis negatif, refleks fisiologis keempat
ekstremitas positif, refleks patologis negatif di
kaki kanan dan kiri, rangsang meningeal (kaku
kuduk negatif).
 Padapemeriksaan penunjang (Lab)
didapatkan Hb12,7g/dl, Leukosit: 24,16
ribu/mm, Ht: 33%, Trombosit 263,000,
LED : 10. Pada Analisa cairan otak
didapatkan, glukosa: 11 mg/dL, protein
367 mg/dL, none positif, pandi positif,
jumlah sel 22/uL, mono 100 %, poli (-)
warna kuning, kejernihan :jernih.
 Pada rontgen thorax, pada cor tampak
carsiomegali, LVH dan pulmo sesuai
gambaran bronkopneumonia.
 Pada CT Scan dengan kontras normal
 Klinis : penurunan kesadaran
paresis N VI bilateral
 Topis : Meningen dan Ensefalon
(korteks)
 Patologis : inflamasi
 Etiologi : infeksi
 IVFD RL NaCL 3%/24 jam
 Ceftriaxon 2 x 2g
 Diet Cair 5 X 200 cc
 Dexametason 4x1
 Ranitidin 2x1
 PCT 3x500mg
 Vit K
 Kalnex
 Pranza
 PCT inj
 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : dubia
 Ad sanationam : bonam
Tgl 09/02
S keluarga mengatakan tadi malam A Meningoensefalitis TBC
sempat sadar dan berbicara
kemudian pagi tidak sadar lagi

O TSB. GCS :E1M2V1 P INH 1X400MG


TD 130/90 Rifampisin 1x600mg
N 89x/m Pirazinamid 1x1000mg
RR 28 x/m Etambutol 1x700mg
Suhu 36,50C Dexametason 4x1 amp iv
Kekuatan Motorik Ranitidin 2x1 amp
-/- PCT 3x500mg
-/- Vit K
Refleks fisiologis Kalnex
±/± Pranza
+/+ Hp pro
Refleks patologis Lesicol
-/- KCL drip
-/-
Tanda rangsang meningeal:
Kaku kuduk (+)
Bruzinski I dan II (-)
Tgl 10/02
S kaki lemas kedua-duanya, tangan A Meningoensefalitis TB+susp HIV
masih suka gemetar

O CM P INH 1X400MG
TD 150/100 Rifampisin 1x600mg
N 120x/m Pirazinamid 1x1000mg
RR 28x/menit Etambutol 1x700mg
Suhu 36,30C Dexametason 4x1 amp iv
Kekuatan Motorik Ranitidin 2x1 amp
4555/5543 PCT 3x500mg
2222/2222 Hp pro
Refleks fisiologis Lesicol
±/± KCL drip
+/-
Refleks patologis
-/-
-/-
Tanda rangsang meningeal:
Laseg+/+
Kernig+/-
Tgl 11/02 12/02
S kaki lemas kedua-duanya, tangan masih suka lemas berkurang, tangan gemetar (-)
gemetar

O CM, CM
TD 140/100 TD 130/90
N 100x/m N 120x/m
RR 24 x/m RR 20x/menit
Suhu 36,10C Suhu 36,90C
Kekuatan Motorik Kekuatan Motorik
4555/5543 4555/5554
2222/2222 2222/2222
Refleks fisiologis Refleks fisiologis
±/± ±/±
+/+ +/-
Refleks patologis Refleks patologis
-/- -/-
-/- -/-
Tanda rangsang meningeal: Tanda rangsang meningeal:
Laseg +/+ Laseg+/+
Kernig +/- Kernig+/-

A Meningoensefalitis TBC Meningoensefalitis TB+ Susp poliraikular myelitis TB+gangguan fungsi


hati+Tipoid

P Terapi lanjutkan Terapi lanjutkan


Tgl 13/02 14/02
S lemas berkurang Lemas

O CM CM
TD 140/100 TD 130/90
N 100x/m N 120x/m
RR 24 x/m RR 20x/menit
Suhu 37,20C Suhu 36,80C
Kekuatan Motorik Kekuatan Motorik
4555/5543 5555/5554
3322/2233 4433/3344
Refleks fisiologis Refleks fisiologis
±/± ±/±
-/- -/-
Refleks patologis Refleks patologis
-/- -/-
-/- -/-
Tanda rangsang meningeal: Tanda rangsang meningeal:
Laseg+/+ Laseg+/+
Kernig+/- Kernig+/-

A Meningoensefalitis TB+ Susp poliraikular myelitis Meningoensefalitis TB+ Susp poliraikular myelitis TB+gangguan fungsi
TB+gangguan fungsi hati+Tipoid hati+Tipoid

P Terapi lanjutkan Terapi lanjutkan


Infeksi : invasi dan multiplikasi kuman
(mikro-organisme) di dalam jaringan
tubuh

Klasifikasi infeksi susunan saraf :


 Meningitis
 Ensefalitis
MENINGITIS
Definisi
Meningitis = radang selaput otak
Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang
pada piamater dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan
superfisial otak dan medula spinalis.
Meningitis
Meningitis yang disebabkan oleh virus

viral
Merupakan jenis terbanyak dari meningitis

Meningitis viral disebut juga meningitis aseptik


karena tidak ditemukan adanya bakteri dalam
darah pasien.

Meningitis jenis ini umumny ringan dan dapat


sembuh dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari

Dipengaruhi autoimun
Epidemiologi Meningitis
Studi dari Finlandia
viral insiden 19 per 100,000
populasi pada anak usia 1-4
tahun.

Virus encephalitis B Japaneese, patogen


tersering pada meningitis virus di dunia
Etiologi
Meningitis purulenta

Peradangan selaput otak yang menimbulkan


eksudasi berupa pus
Epidemiologi:

laki-laki > perempuan Bayi

Vaksinasi rutin Dewasa > anak-anak


Penatalaksanaan
 Pemberian antibiotic secepat mungkin
 Bakteri haruslah sensitip terhadap antibiotic yang diberikan
 Antibiotic yang diberikan harus menembusi sawar darah otak
untuk membunuh bakteri penyebab
• pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang
terlambat.
• efusi subdural, empiema subdural, ventrikulitis, abses serebri,
skuele neurologis berupa paresis atau paralisis sampai
deserebrasi, hidrosefalus akibat sumbatan pada jalannya atau
resorbsi atau produksi CSS yang berlebih
• bakteri  Mycobacterium tuberkulosis
• Komplikasi yang sering muncul pada TB paru.
• Menyebar secara limfogen dan hematogen
Pembagian stadium meningitis tuberkulosis menurut Medical Research
Council of Great Britain ( 1948 ) :
• Stadium I :
sedikit atau tanpa gejala klinik meningitis. GCS 15, tidak didapatkan
kelumpuhan dan sadar penuh. Tanpa defisit fokal.
• Stadium II :
Selain gejala diatas bisa didapat gejala defisit neurologi fokal, GCS
11-14
• Stadium III :
Gejala diatas disertai penurunan kesadaran, GCS ≤ 10
Patofisiologi
 melalui droplet dari dan kepada taktus respiratorius.
 Pathogen akan bereplikasi di paru (infeksi primer) --- jaringan paru atau pada
makrofag alveolar --- memusnahkan tuberkel basilii setelah sel T teraktivasi --
- FOKUS RICH di ruang subarachnoid --- Menyebar secara hematogen
 tergantung pada sistem kekebalan tubuh. imunitas yang menurun.
Kriteria diagnosis menurut Medical Research Council of Great
Britain ( 1984 ):
 Kelainan CSS --- pleositosis --- dominan limfosit, peninggian
kadar protein dan penurunan kadar gula serta natrium klorida. Pada
isolasi dapat ditemukan kuman tuberkulosis.
 Kontak dengan penderita tuberkulosis positif
 Tes mauntox positif
 Pada pemeriksaan fundus ditemukan tuberkel koroid.
 Penderita dengan diagnosis tuberkulosis dan disertai demam,
iritabilitas, penurunan kesadaran sampai muntah
Kriteria diagnostik menurut Thwaites dkk dalam Journal of Infectious
Disease 2005:
1. Definitif :
 Klinis meningitis / meningoensefalitis
 Analisa CSF tidak normal
 Pewarnaan BTA + pada CSS (secara mikroskopis) dan atau kultur +
untuk M. Tuberkulosis dan atau PCR TB positif.

2. Probable
• Klinis meningitis atau meningoensefalitis
• Analisa CSF tidak normal
• Salah satu dari
BTA ditemukan pada jaringan lain
Foto torak sesuai dengan TB paru aktif
3. Possible
 Klinis meningitis atau meningoensefalitis
 Analisa CSF tidak normal
 Salah satu dari :
 Riwayat TB / sakit > 5 hari
 Gangguan kesadaraan
 Tanda neurologis fokal
 Dominasi mononuklear pada CSS
 Rasio glukosa serum dengan LCS <0,5, CSS berwarna
kekuningan (xantokrom)
Variabel skor
Usia (tahun)
≥36 2
<36 0
Leukosit darah / ml
≥15.000 4
<15.000 0
Riwayat nyeri (hari)
≥6 -5
<6 0
Leukosit CSS / ml
≥900 3
<900 0
% Neutrofil
≥75 4
<75 0
Total skor ≤4 suspek meningitis TB
Sediaan OAT:
 Rifampicin : 10mg/KgBB/hari po
 Isoniazid : 5mg/KgBB/hari po
 Pirazinamid : 25 mg/KgBB/hari po maks 2g/hari
 Ethambutol :20 mg/KgBB/hari po maks 1,2g/hari
 Sterptomisin :20 mg/KgBB/hari im

2 R-H-Z-E/S + 7-10 R-H-Z


Pemberian deksametason pada meningitis tuberculosis hanya
direkomendasikan untuk pasien HIV negative

Meningitis tb grade I Meningitis tb grade II/III


Minggu I: 0,3 mg/kgBB/ hari iv Minggu I: 0,4mg/kgBB/hari iv
Minggu II: 0,2 mg/kgBB/hari iv Minggu II : 0,3mg/kgBB/hari iv
Minggu III-IV: mulai 4mg/ hari Minggu III: 0,2mg/kgBB/hari iv
po & diturunkan 1mg/hari tiap Minggu IV: 0.1mg/kgBB/hari iv
minggu Minggu V-VII: mulai 4mg/hari po &
diturunkan 1mg/hari tiap minggu
Pemeriksaan Penunjang
Prognosis
• Penderita dengan penurunan kesadaran  resiko tinggi
mendapatkan sekuelae atau resiko kematian.
• Prognosis meningitis yang disebabkan oleh patogen
oportunistik juga bergantung pada daya tahan tubuh inang.
 Peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput
pembungkus otak dan medula spinalis

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya:


Infeksi virus yang bersifat endemic:
1. Golongan enterovirus
2. Golongan virus Arbo
3. Infeksi virus yang bersifat Sporadik
4. Encephalitis pasca-infeksi
Etiologi
 Virus
 Bakteri
 Jamur

Kadang disertai tanda


Gejala tersebut berupa :
neurologis fokal berupa :
1)Gelisah
•Afasia
2)Iritabel
3)Streming attack
•Hemiparesia

4)Perubahan perilaku •Hemiplagia


5)Gangguan kesadaran •Ataksia
6)Kejang •Paralisis saraf otak
TIK Kejaringan susunan saraf pusat

Muntah-muntah

BB turun GGG elektrolit

Nutrisi kurang
Penatalaksanaan
Ensefalitis HSV
Acyclovir (sediaan vial 500 mg)
 3x10mg/KgBB/hari diberikan sebagai drip IV selama 1 jam
 Lama pemberian 3 minggu
 Persiapan: acyclovir dilarutkan dengan WFI (20ml untuk
acyclovir 500 mg, kemudian dicampurkan kedalam cairan
infus (norma saline, dekstrosa 5%).
Penatalaksanaan
Ensefalitis CMV pada pasien HIV
Ganciclovir (sediaan vial 500 mg)
• 5mg/KgBB diberikan drip selama 1 jam, tiap 12 jam (sehari 2x)
selama 2-3 minggu.
• Persiapan: Ganciclovir dilarutkan dengan WFI 10 ml, kemudian
dicampurkan kedalam cairan infus (normal saline, dekstrosa 5%)

Fase rumatan:
• Valganciclovir 2x500mg/hari po dan diberikan bersama
makanan
• Batas waku terapi rumatan adalah tercapai peningkatan jumlah
CD4 100-150 sel/uL selama 6 bulan.
Peradangan pada selaput meningen dan jaringan otak.

Epidemiology
• Infeksi paling sering berat pada anak-anak dan
orang tua.

Etiologi
Etiologi meningonecephalitis sama dengan etiologi
encephalitis.
Diagnosis
 Gejala meningitis
 Gejala ensephalitis
 Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal; pemeriksaan darah, pemeriksaan imaging, dan
elektroencephalogram
Prognosis
• Tergantung pada umur pasien dan penyebab yang
mendasari.
• Prognosis terburuk  herpes simplex encephalitis dan
subacute sclerosing panencephalitis.
TOXOPLASMOSIS
pada SSP
Parasit intraseluler yang menyebabkan :
- infeksi asimptomatik  80% manusia
sehat,
- mematikan  HIV AIDS /
imunocompromise
Epidemiologi
- seroprevalensi di AS :
usia 10-19 tahun berkisar 5-30%
usia >50 tahun berkisar 10-67% diperkirakan
seroprevalensi ini akan ↑ sekitar 1%/tahunnya
- Insiden penyakit sangat ↓setelah penggunaan
HAART untuk pengobatan penderita AIDS
Patogenesis
Toxoplasma gondii (protozoa intraseluler)  makanan
terkontaminasi (ookis)  usus  dinding kista dirusak
enzim usus  lepas sporozoit (Takizoit & Bradizoit) 
menyebar ke berbagai organ (limfe, otot skelet, myokard,
retina, plasenta, SSP)  infeksi sel + replikasi kematian
sel (nekrosis fokal + inflamasi disekitar)
 Kerusakan SSP gambaran khas :
Lesi multiple + nekrosis luas dan nodul mikroglia

 Bayi :
Nekrosis+vaskulitis area periventrikular &
periaquaduktus  Hidrosefalus

 Abses serebri  Ensefalitis Toxoplasma


Gejala Klinis :
- Inkubasi 1-2 minggu
- 80% asimptomatis (non imunokompromize)
- Fase akut, subakut, Kronis
- Fase akut (tidak khas) : Limfadenopati servikal, subfebris, nyeri
otot, nyeri telan, sakit kepala, urtikaria, kemerahan pd kulit,
hepatosplemegali
- Fase Subakut : Pada TE HIV (gejala berkembang progresif 1-4
minggu) : Demam, sakit kepala, defisit neurologis fokal,
penurunan kesadaran
- Antibodi :
- IgM toxoplasma (+) (1 mgg pertama)
- ELISA (2-3 bulan)
- IgG avidity (Kronis)

- LP :
- TIK ↑
- Pleositosis mononuklear (10-50 sel/mL)
- Protein sedikit ↑
- Glukosa normal
- PCR Toxoplasma gondii (+)
 Neuroimaging
- CT scan
- MRI

 Diagnosis definitif  PA (Biopsi otak)


 Terbagi atas pengobatan fase akut (3-6 minggu)dan pengobatan
rumatan.
 Pengobatan fase akut :
Pirimetamin
BB < 50 kg : 2 x 25 mg/hari PO
BB > 50 kg : 3 x 25 mg/hari PO
Klindamisin
4 x 600 mg / hari PO
 Dapat disertai suplemen leukovorin 10-20 mg.hari  cegah ES
anemia akibat pirimetamin
 Fase rumatan :
kombinasi pirimetamin dan klindamisin  dosis 1/2
dosis fase akut
Terapi rumatan harus terus diberikan  jumlah sel
CD4> 200 sel/ul
kejang, defisit neurologis fokal dan penurunan kesadaran.
Pada penderita yang mengalami toksoplasmosis okuler dapat
timbul kebutaan total atau sebagian. Pada toksoplasmosis
congenital dapat terjadi banyak komplikasi,antara lain
retardasi mental, kejang, tuli, dan kebutaan

Retinochoriditis toxoplasmosis
- Umumnya baik
- Angka kematian berkisar 1-25%  penanganan
baik.
- Penderita defisiensi imun  kemungkinan terjadinya
kekambuhan apabila pengobatan profilaksis
dihentikan
MENINGITIS
KRIPTOKOKUS
 Gejala klinis meningitis kriptokokus sering kali tidak jelas atau samar –
samar
 Biasanya dijumpai gejala prodomal dalam 2-4 minggu
 Gejala awal berupa demam dan sakit kepala
 Tanda TIK ↑  sakit kepala berat dan persisten seringkali merupakan
gambaran klinik yang menonjol
 Kaku kuduk tidak selalu dijumpai
 Ada juga pasien yang datang dengan keluhan gangguan kognitif dan
kelemahan umum
 Neuroimagine
 tidak banyak
membantu dalam diagnosis MK

 Diagnosis
MK pemeriksaan LCS 
pewarnaan tinta india dan kultur
 2 Targer pengobatan :
a. Sterilisasi cairan otak dari jamur dengan
menggunakan obat anti jamur
b. me↓ TIK

 Berdasarkan ketersediaan anti jamur yang ada di


Indonesia, pengobatan MK dapat menggunakan
alternative dibawah ini :
Minggu 1-2 - Ampoterisin –B 0,7 – 1 mg/kg / hari dalam infuse dextrose 5% dan
diberikan selama 4-6 jam (jangan dilarutkan dengan NaCl)
dikombinasikan dgn :
- Flukonazol 800 mg/hari PO

Minggu 3 – 10 Flukonazol 800 mg/hari PO

 ES ampoterisin-B yang utama:


Gangguan fungsi ginjal
masalah ini dapat dihindari dengan mencegah dehidrasi dan
pemantauan fungsi ginjal secara ketat (ukur balans tiap hari, periksa
ureum, kreatinin, elektrolit natrium dan kalium setiap 2 hari).
LCS Meningitis TB Meningitis Meningitis Viral Meningitis jamur Meningitis
bakteri Toxoplasma
Warna Jernih/ Keruh-purulen Jernih jernih jernih
xantokrom
Tekanan ↑ / ↑↑ ↑↑ ↑/N ↑↑↑ Bervariasi

Protein ↑ ↑ ↑/N ↑/N ↑

Glukosa ↓ ↓↓ N ↓/N N

Jumlah sel 10-100 100-10000 10-500 10-200 ↑/midly ↑

Dominansi sel MN PMN MN MN MN


 Pasien didiagnosa dengan meningoensefalitis TBC hal ini
sesuai berdasarkan anamnesa didapatkan adanya
penurunan kesadaran yang diawali dengan lemas pada
daerah kaki, disertai riwayat demam. Terdapat parese N. VI
bilateral dimana menunjukan adanya infeksi meningitis yang
terjadi perjalan N VI yang terdapat antara basal ganglia dan
basis cranii.
 Pemberian VitK dan Kalnek bertujuan
mengatasi adanya Strees ulser pada
pasien karena pada pemasangan NGT
terdapat warna kecoklatan yang tampak
pada selang. Serta pemberian lesicol dan
HP pro dengan tujuan untuk mengatasi
gangguan hepar yang ditandai dengan
peningkatan SGOT 60 MEQ/l dan SGPT
59 MEQ/l
 Menurut skoring meningitis TB juga,
pasien ini sudah sugestif meningitis
tuberculosis karena usiatahun (+2). Durasi
sakit ≤ hari (-5), jumlah sel di CSS < 900
(0) dan neutrofil pada CSS < 75%
(0).Jumlah leukosit pasien 24.160/mm3 (4),
jumlah skor adalah 1dan hasil skor 4
sugestif untuk meningitis TB. Berdasarkan
kriteria diagnostik dari meningitis TB,
pasien tergolong possible meningitis TB
kerana hasil analisa CSS tidak normal,
sakit > 5 hari, adanya dominasi
mononuclear, none (+), pandy (+),
 Test
Nonne dan Pandy positif kuat
menunjukkan peningkatan kadar protein
yang merupakan criteria dari meningitis
TB yaitu peningkatan protein. Selain itu
pada cairan serebrospinal didapatkan
warna kuning jernih kemudian juga hasil
glukosa menurun yaitu 2/3 dari GDS 66
mg/dl sedangkan pada GCS didapatkan
11 mg/dl.
 Pada pasein juga terdapat SIADH atau
sindrom of inappropriate antidiuretic
hormon secreation dimana terjadi
gangguan sekresi ADH pada hipofisis
posterior sehingga kadar ADH
meningkat dalam menghadapi serum
abnormal yang disebabkan oleh infeksi
pada otak yaitu ensefalitis. SIADH
membuat hiponatrium dimana pada
pasien kadar natriumnya 112U/L
dibawah batas normal yang
menimbulkan penurunan kesadaran.
 Pada pasien didapatkan hasil rontgen
thorax sesuai gambaran brokopneumonia.
Untuk mengevaluasi infeksi pada sistem
saraf pusat, prosedur yang paling penting
dilakukan adalah pungsi lumbal. Pada
pasien ini dilakukan pungsi lumbal.
Sebelum prosedur ini dilakukan, ada
beberapa persiapan yang harus dilakukan
karena tindakan ini bersifat invasif dan
harus menyingkirkan kontraindikasi
pungsi lumbal.
 Sebelum prosedur dilakukan, pasien
telah diminta untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui apakah tidak dan juga untuk
mengetahui fungsi ginjal pasien sebelum
dilakukan pemeriksaan CT Scan dengan
kontrast. Pada pemeriksaan CT Scan
pasien dengan kontras normal.
Sekian
dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai