Anda di halaman 1dari 30

Space Occupying Lesion

Andreas
112014295
Anatomi CNS
Space Occupying Lesions (SOL)

 SOL adalah lesi yang memerlukan tempat pada tengkorak. SOL mengakibatkan
kompresi dan infiltrasi pada jaringan, dan menyebabkan beberapa gejala
patologis seperti peningkatan tekanan intrakranial, aktivitas kejang, dan
tanda neurologis.
 Penyebab SOL
 Tumor otak
 Abses
 Perdarahan
Gejala Berdasarkan Lesi

 Lesi lobus frontal


 Penurunan progresif intelektual, perlambatan aktivitas mental, gangguan personaliti dan
refleks grasping kontralateral
 Afasia ekspresif > bahagian posterior daripada gyrus frontalis inferior sinistra
 Anosmia > tekanan pada saraf olfaktorius
 Lesi presentral > kejang motorik fokal atau defisit piramidalis kontralateral.
 Lesi lobus Temporalis
 Kejang dengan halusinasi deria bau dan gustatori, fenomena motorik dan gangguan
kesadaran eksternal tanpa penurunan kesadaran yang benar
 Lesi lobus temporalis > depersonalisasi, gangguan emosi, gangguan sikap, sensasi deja vu
atau jamais vu, mikropsia atau makropsia dan ilusi auditorik atau halusinasi auditorik
 Lesi bahagian kiri > dysnomia dan receptive aphasia
 Lesi bahagian kanan > menganggu persepsi pada nada dan melodi.
Gejala Berdasarkan Lesi

 Lesi lobus parietalis


 Gangguan sensasi kontralateral, kejang sensorik, penurunan sensorik atau kombinasi
keduanya.
 Penurunan sensorik bersifat kortikal dan mengakibatkan sensibilitas dan diskriminasi
taktil.
 Gangguan lapang homonim kontralateral yang kadang terdiri hanya lower quadrantanopia
 Lesi pada girus angularis sinistra > sindroma Gerstmann
 Girus submarginalis sinistra > apraksia ideational.
 Lesi lobus oksipitalis
 Crossed homonymous hemianopia atau gangguan lapang pandang parsial
 Lesi sisi kiri atau bilateral > agnosia visual untuk objek dan warna
 Lesi iritatif pada kedua sisi > halusinasi visual yang tidak berbentuk
 Penglibatan lobus oksipitalis bilateral > kebutaan kortikal, penurunan persepsi warna,
prosopagnosia, simultagnosia dan Balint syndrome
Gejala Berdasarkan Lesi

 Lesi pada batang otak dan serebellum


 Paresis saraf kranial, ataksia, inkoordinasi, nistagmus, dan defisit piramidalis dan
sensoris pada tungkai di satu atau kedua sisi
 Tanda lokalisir palsu
 Tanda neurologis selain daripada tekanan direk atau infiltrasi.
 Paresis saraf kranial III dan VI dan respons plantar ekstensor bilateral > sindroma herniasi
 Respons plantar ekstensor yang terjadi ipsilateral terhadap tumor hemisfera > tekanan di
pedunkulus cerebri bertentangan dengan tentorium
 Tumor otak
 Primer
 Sekunder
 Menurut lokasi
 Supratentorial
 infratentorial
Tumor Gambaran Klinis
Glioblastoma Mengambarkan keluhan nonspesifik dan peningkatan tekanan intrakranial.
multiformis Dengan perkembangan akan menghasilkan defisit fokal.
Astrocytoma Gambaran mirip glioblastoma multiformis tetapi lebih lambat, sering
setelah beberapa tahun. Cerebellar astrocytoma dapat memiliki gambaran
yang lebih jinak
Medulloblastoma Sering terlihat pada anak. Seringkali timbul daripada dasar ventrikel
keempat dan mengarah kepada peningkatan intrakranial selanjutnya
menghasilkan tanda cerebellar dan batang otak.
Ependymoma Glioma yang timbul daripada ependyma ventrikel, terutama pada ventrikel
IV, membawa kepada gejala awal peningkatan tekanan intrakranial.
Oligodendroglima Berkembang lambat. Seringkali timbul daripada hemisfera serebral pada
dewasa. Kalsifikasi dapat terlihat
Brainstem glioma Timbul saat usia muda dengan palsy saraf krania dan kemudian gejala
Jenis Tumor Intrakranial
tract sign pada tungkai. Tanda peningkatan tekanan timbul lambat
Cerebellar Datang dengan dysequilibrium, ataksia tungkai, dan tanda peningkatan
hemangioblastoma tekanan intrakranial. Dapat berhubungan dengan lesi vaskular spinal dan
retinal, polyctythemia, dan renal cell carcinoma
Pineal tumor Digambarkan dengan peningkatan tekanan intrakranial, kadang dengan
impaired upward gaze (Parinaud syndrome) dan gangguan lesi batang
otak
Craniopharyngioma Berasal daripada sisa Rathke pouch di atas sella, menekan optic chiasm.
Dapat hadir pada semua usia tetapi seringkali pada usia muda dengan
disfungsi endokrin dan gangguan lapang bitemporal
Acoustic neurinoma Gangguan pendengaran ipsilateral. Dapat melibatkan tinnitus, sakit
Jenis Tumor Intrakranial
kepala, vertigo, kelemahan/kesemutan wajah dan long tract sign.
Meningioma Berasal daripada dura mater atau araknoid, menekan dibandingkan
menguasai struktur neural berdekatan. Meningkat dengan
berlanjutnya usia. Saiz berbagai. Gejala tergantung daerah tumor.
Seringkali jinak dan dapat tereteksi dengan CT-Scan, dapat
membawa kepada kalsifikasi dan erosi tulang
Primary cerebral lymphoma Berhubungan dengan AIDS dan gangguan immunidefisiensi.
Gambaran termasuk gangguan defisit fokal atau dengan gangguan
kognitif dan kesadaran. Mungkin tidak dapat dibezakan dengan
cerebral toxoplasmosis
Tumor Sekunder

 Berasal dari metastasis kanker anggota tubuh lain


 Prognosis buruk
Penatalaksanaan

 Osmotik agent

 Kortikosteroid

 Tindakan bedah

 Kemoterapi
Abses otak

 Abses otak digambarkan dengan lesi space-occupying lesions secara


intrakranial dan timbul sebagai sekuale penyakit.
Gejala klinis

 gejala awal
 peningkatan tekanan intrakranial
 gangguan defisit neurologis fokal
 gejala sistemik akibat infeksi
Penatalaksanaan

 Simtomatik

 Antibiotik

 Drainase
Mekanisme Trauma
Mekanisme Trauma
Perdarahan intracranial

 Perdarahan epidural

 Perdarahan subdural

 Perdarahan subarachnoid

 Perdarahan intraserebral
Penatalaksanaan

 Survey primer

 Survey sekunder
Penatalaksanaan

 Risiko rendah
 Risiko sedang
 Risiko tinggi

 Tindakan bedah
Indikasi Tindakan Bedah

 EDH
 > 40 cc dengan midline shifting, fungsi batang otak baik
 > 30 cc pada fossa posterior, ada penekanan batang otak, fungsinya masih baik
 EDH progresif
 SDH
 SDH luas
 SDH dengan edema serebri
 ICH
 Penurunan kesadaran progresif
 Hipertensi & bradikardi dengan gangguan nafas
 Perburukan defisit neurologi fokal
Indikasi Tindakan Bedah

 Fraktur impresi meleihi satu diploe.


 Fraktur kranii dengan laserasi serebri.
 Fraktur kranii terbuka.
 Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatan TIK, dipertimbangkan
operasi dekompresi.
Kesimpulan

 SOL merupakan penyakit dengan banyak penyebab, namun memberikan gejala


klinis yang serupa. Penatalaksanaan SOL harus tepat pada sumber masalah,
tidak hanya menangani simptom saja. Jika tidak ditangani dengan baik, SOL
dapat menyebabkan komplikasi yang serius.

Anda mungkin juga menyukai