Anda di halaman 1dari 25

“SPACE OCCUPAYING

LESIONS”
Pembimbing:
dr. Nelly Y. Tan Rumpaisum, Sp.S

Disusun Oleh:
Bella V. Oktaviani., S.Ked
Dian Aditya Atdwiningrum., S.Ked
Indriani., S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
“SPACE OCCUPAYING
LESIONS”
DEFINISI

Istilah SOL (Space-occupying lesion) intracranial merupakan istilah yang digunakan


untuk generalisasi masalah tentang adanya lesi misalnya neoplasma, baik jinak
maupun ganas, primer atau sekunder, dan masalah lain seperti parasite, abses,
hematoma, kista ataupun malformasi vascular
epidemologi

Berdasarkan penelitian terdapat 42 kasus SOL mempengaruhi rongga intracranial dan tulang belakang. 39
kasus berasal dari otak dan selaput-selaput otak dan 3 berasal dari lumbar pinalis. Dari 39 kasus, 26 (67%)
adalah akibat tumor dan 13 (33%) adalah akibat infeksi, terutama tuberculosis. Dari data tersebut terdapat
6 kasus astrocytoma dan 3 kasus meningioma. Dalam kasus tersebut masing-masing terdapat 2 kasus lagi
yakni, pilocytic astrocytoma and medulloblastoma. Selain itu juga terdapat kasus pineal tumour,
craniopharyngioma, pituitary adenoma, vestibular schwannoma dan oligodendroglioma dan 6 kasus
indeterminate . ada 3 kasus SOL yang mengenai spinal yakni arachnoiditis, subdural abscess dan
tuberculoma
etiologi

1. Riwayat trauma kepala


2. Faktor genetic
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik dan virus.
4. Defisisensi imunologi dan congenital
klasifikasi
Berdasarkan gambaran histopatologinya
Lanjutan . . .

BerdasarkanKlasifikasi Russel dan Rubinstein adalah :


patofisiologi
Macam-Macam Space Occupying Lesion
Tumor Otak
1. Astrositoma
Astrositoma adalah sekelompok neoplasma heterogen yang berkisar dari lesi berbatas tegas
tumbuh lambat seperti astrositoma pilositik hingga neoplasma infiltratif yang sangat ganas
seperti glioblastoma multiforme
Astrositoma berdiferensiasi baik biasanya adalah lesi infiltratif berbatas samar yang
menyebabkan parenkim membesar dan batas substansia grisea/substansia alba kabur.
2. Oligodendroglioma
Tumor ini memiliki batas yang lebih tegas dibandingkan dengan astrositoma infiltratif dan
sering terjadi kalsifikias. Secara mikroskopis, oligodendroglioma dibedakan dengan adanya sel
infiltratif dengan nukleus bulat seragam
3. Ependimoma
Ependimoma memiliki lesi yang berbatas tegas yang timbul dari dinding ventrikel.
Lanjutan . . .

4. Glioblastoma

Glioblastoma dapat timbul dengan masa yang berbatas tegas atau neoplasma yang
infiltratif secara difuse

5. Meduloblastoma

Meduloblastoma merupakan neoplasma yang invasif dan bertumbuh sangat cepat.


Neoplasma ini sering ditemukan pada

6. Tumor Pleksus Khoroid

Tampilan mikroskopis tumor pleksus khoroid adalah berupa massa dengan konsistensi
lunak, vaskuler, ireguler yang berbentuk mirip dengan kembang kol.
Lanjutan . . .
Hematom Intrakranial

 Hematom Epidural

Fraktur tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea
media.

 Hematom Subdural

Hematom subdural disebabkan oleh trauma otak yang menyebabkan robeknya


vena di dalam ruang araknoid.

 Higroma Subdural

Higroma subdural adalah hematom subdural lama yang mungkin disertai


pengumpulan cairan serebrospinal di dalam ruang subdural.
Manifestasi klinis

1. Gejala klinik umum timbul karena peningkatan tekanan intracranial

Nyeri Kepala

projectile
voiting

Papil edema
Lanjutan . . .

2. False localizing signs dan tanda lateralisasi

Tanda tersebut adalah:

 Kelumpuhan saraf otak.

 Refleks patologis yang positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada tumor yang terdapat di dalam
salah satu hemisferium saja.

 Gangguan mental

 Gangguan endokrin dapat juga timbul SOL di daerah hipofise.


Lanjutan . . .
3. Gejala klinik local

 Tumor Lobus Frontal: Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang
diikuti paralisis pos- iktal.

 Tumor Lobus Temporalis : Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus
kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang homonim perubahan kepribadian,
disfungsi memori dan kejang parsial kompleks.

 Lobus Parietal : Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori, kortikal hemianoksi homonym

 Tumor Lobus Oksipital : Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym
yang kongruen.
 Tumor pada Ventrikel Tiga : Tumor didalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga
menghambat ventrikel atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus.

 Tumor Batang Otak : Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan
pandang, nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas .

 Tumor Serebellar : Muntah Berulang dan sakit kepala dibagian oksiput merupakan gejala yang
sering ditemukan pada tumor serebellar.

 Tumor Hipotalamus : Gangguan perkembangan seksual pada anak-anak, gangguan cairan


cerebrospinal.

 Tumor Fosa Posterior : Gangguan berjalan nyeri kepala dan muntah disertai dengan nistagmus
diagnosa
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita SOL yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisik neurologik yang teliti
serta pemeriksaan penunjang.

ANAMNESA
Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan seperti ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan
kejang.

PEMERIKSAAN FISIK
Sedangkan melalui pemeriksaan fisik neurologik ditemukana adanya gejala seperti edema papil dan defisit
lapangan pandang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang
Head CT-Scan memberi informasi spesifik mengenai jumlah dan ukuran serta
kepadatan, jejas tumor dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi
informasi tentang sistem vaskuler
MRI membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam
batangotak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran
yan gmenggunakan CT-Scan
Angiography memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor

Biopsi Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi


dasar pengobatan seta informasi prognosi
tatalaksana

Tujuan penatalaksaan pada Space-occupying lesion (SOL)  adalah untuk mengobati penyebab
atau etiologi lesi, menurunkan tekanan intrakranial, mengurangi gejala-gejala dan mengurangi
komplikasi penyakit
Lanjutan . . .
 Antara  penanganan peningkatan tekanan intrakranial adalah:

Elevasi kepala 30°

Menurunkan demam

Penanganan kejang

Hiperventilasi

Terapi hiperosmolar

Drainase CSF

Barbiturat koma

Kraniektomi dekompresi

Steroid
Lanjutan . . .
 

Penanganan khusus tergantung dari penyebab atau etiologi lesi intrakranial tersebut. Antara etiologi dari
Space-occupying lesion  (SOL) adalah malignansi (tumor primer atau metastasis), infeksi (abses serebri,
subdural abses, epidural abses, kista hidatid), perdarahan (intraserebral, subdural, epidural) dan granuloma
(neurosistiserkosis, tuberkuloma).

 Apabila sudah ditegakkan tumor, dapat dilakukan biopsi untuk mengidentifikasi secara histologi tipe
dan grade dari tumor tersebut. Tumor otak  biasanya ditangani dengan operasi, terapi radiasi dan
kemoterapi.
Lanjutan . . .
 

 Pada abses serebri, terapi antimikroba harus diberikan bersamaan dengan  penanganan hipertensi
intrakranial. Antibiotik diberikan selama 4 sampai 8 minggu. Ukuran dan jumlah abses harus dievaluasi dari
CT Scan atau MRI. Abses dengan ukuran lebih dari 2,5cm dapat dieksisi atau diaspirasi. Abses dengan
ukuran kurang dari 2,5cm diaspirasi untuk tujuan diagnostik.

 Pada kasus perdarahan, tekanan darah harus diturunkan dan tanda-tanda vital distabilkan. Operasi tidak
direkomendasikan pada pasien dengan pendarahan di bawah 10cm3 , dengan defisit neurologis minimal.
Pasien dengan pendarahan >3cm di serebelum dengan penurunan neurologis harus dioperasi segera. Antara
tindakan operasi yang dilakukan adalah drainase (burr hole) atau kraniotomi
Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul antara lain :


 Gangguan fungsi neurologis
 Gangguan kognitif
 Gangguan tidur dan mood
 Gangguan disfungsi seksual.
KESIMPULAN
 SOL (Space-occupying Lesion) intrakranial merupakan merupakan istilah yang digunakan untuk
generalisasi masalah tentang adanya lesi misalnya neoplama, baik jinak maupun ganas, primer atau
sekunder, dan masalah lain seperti parasit, abses, hematoma, kista, ataupun malformasi vascular
 Gejala klinis yang ditimbulkan tergantung pada ukuran, jenis, dan lokasi SOL dan dapat dibagi atas
gejala umum yang disebabkan peningkatan TIK dan gejala spesifik yang merupakan defisit neurologis
yang berhubungan dengan  bagian yang mengalami penekanan
 Penatalaksanaan SOL meliputi tatalaksana penyakit penyebab (tumor, infeksi) dan diikuti dengan terapi
supportif untuk mengurangi gejala
Thank You

Anda mungkin juga menyukai