Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai nanah, di suatu
tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing.
Abses otot psoas merupakan kesatuan klinis tersendiri dengan gambaran klinis dan patogenesis
yang masih samar dan belum jelas. Kepustakaan tentang hal ini pun masih sangat sedikit. Abses
otot psoas merupakan fenomena klinis yang jarang terjadi, sangat sulit didiagnosis dan perlu
pemeriksaan yang teliti. Abses psoas memiliki onset yang tersembunyi, dan biasanya pasien
dengan abses psoas terdeteksi pada saat pasien memeriksakan diri di pelayanan primer. karena
penyakit ini sangat langka, maka dokter di pelayanan primer terkadang salah mendiagnosis.
Penting bagi dokter pelayanan primer untuk mengetahui lebih tentang mendiagnosis abses psoas
untuk mencegah terlambatnya pengobatan penyakit ini.

BAB II
ANATOMI
Kompartemen Iliopsoas adalah suatu ruang ekstraperitoneal dimana terdapat otot
iliopsoas dan otot liacus. Otot psoas berawal dari batas tepi vertebra torakal 12 hingga lumbal 5
didalam ruangan retroperitoneal kemudian masuk kedalam trochanter femur dan berfungsi
sebagai fleksor paha. Pada 70% orang hanya didapatkan otot psoas mayor saja, namun pada
30% orang didapatkan otot psoas minor yang berada disebelah anterior otot psoas mayor. otot
psoas juga berada didekat organ organ seperti colon sigmoid, jejunum, apendix, ureter, aorta,
renal pelvis, pankreas dll. Jika terjadi infeksi pada organ organ tersebut dapat menyebar dan
menyebabkan abses psoas. Otot psoas kaya akan pembuluh darah, diyakini salah satu faktor
pencetus abses psoas adalah penyebaran melalui darah oleh organ yang terinfeksi.

Gambar 1 : anatomi otot psoas

Gambar 2
2

BAB III
ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI
Etiologi
Terdapat 2 macam abses psoas yaitu : abses psoas primer dan sekunder. Di asia dan afrika,
hampir semua kasus ( 99.5% ) adalah abses primer, dibandingkan dengan US dan kanada
sebanyak 61%, dan 19% di eropa.

Abses psoas primer : terbanyak pada orang muda 83% kasus pada orang berusia < 30
tahun. Tidak ada perbedaan predileksi antara psoas kanan dan kiri, abses psoas primer 3x
lebih sering pada pria dibandingkan dengan wanita dan hampir 90% kasus di sebabkan
oleh infeksi stafilokokus aureus. Penyebab terjadinya abses pada m.Psoas masih tidak
diketahui, beberapa fokal infeksi biasanya disertai trauma dari otot psoas.

Abses psoas sekunder : >80% kasus berasal dari infeksi di GI track. Penyakit seperti
chrons disease, divertikulitis, apendisitis, atau keganasan merupakan penyebab utama
terjadinya abses. Penyebab yang lebih jarang seperti osteomielitis spinal dan discitis
terjadi pada 26% kasus. Biasanya terjadi pada usia tua dan tidak ada perbedaan pada pria
maupun wanita. Menurut penelitian, abses sekunder lebih sering muncul pada psoas
kanan ( akibat dari chrons disease dan apendisitis ).

BAB IV
DIAGNOSIS
Terkadang sulit untuk mendiagnosis abses psoas hanya melalui anamnesa dan
pemeriksaan fisik saja. Perlu pemeriksaan imaging untuk memastikan diagnosa abses psoas.
Gejala dan tanda yang biasa muncul adalah : demam, nyeri panggul, nyeri perut, lemas dan
keterbatas gerak pada panggul, penurunan berat badan, malaise, nausea, terkadang nyeri karena
abses menjalar ke regio inguinal dan biasa disertai oleh massa yang dapat diraba di regio
inguinal. Nyeri juga dapat dirasakan pada panggul, paha dan lutut. Tanda lainnya seperti arteri
femoralis tidak teraba. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis dan anemia.
Pemeriksaan untuk menegakan diagnosis adalah dengan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan
yang paling sering digunakan adalah CT Scan dan USG. Keuntungan Ct Scan adalah dapat
4

mengeveluasi penyebab abses tersebut. Kalsifikasi dari M. Psoas menunjukan adanya infeksi
mikobakteri, 40-70% pasien menunjukan hasil kultur positif terhadap bakteri.

Gambar 3
Abses pada psoas kanan

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6

Gambar 7

Gambar 8

Gambar 9
9

BAB V
PENATALAKSANAAN
Seperti abses pada umumnya, prinsip penatalaksaaan abses psoas adalah dengan drainase di
sertai penggunaan antibiotik empirik. Antibiotik yang digunakan harus spektrum luas yang dapat
membunuh S.aureus serta penyebab abses primer lainnya. Para peneliti menyebutkan bahwa
terapi menggunakan antibiotik sangat efektif pada abses yang besarnya tidak lebih dari 60mm,
namun hasil terapi akan lebih baik jika dilakukan drainase. Antibiotik yang biasa digunakan dan
terbukti efektif adalah vancomisin, linezolid atau clindamisin.
Pada abses psoas sekunder, antibiotik yang digunakan harus dapat membunuh bakteri gram
negatif dan anaerobik. Fluroquinolones, cefalosporin dengan atau tanpa metronidazol merupakan
pilihan utama. Penggunaan antibiotik dapat diganti berdasarkan hasil kultur kuman.
CT-guided percutaneous drainage (PCD) dan surgical drainage merupakan modalitas utama
untuk penatalaksaan abses. PCD lebih tidak invasif dan merupakan pilih pertama terutama pada
abses psoas primer.
Drainase dengan pembedahan dilakukan apabila PCD gagal, atau terdapat kontraindikasi untuk
dilakukan PCD atau terdapat kelainan pada abdomen yang membutuhkan pembedahan. Drainase
dengan pembedahan memiliki keuntungan yaitu waktu rawat yang lebih singkat dibandingkan
dengan PCD untuk penatalaksanaan abses sekunder.
Kematiaan pada pasien abses psoas biasanya disebabkan karena keterlambatan pengobatan,
dimana angka mortalitas mendekati 100% jika tidak dilakukan drainase, paling banyak karena
sepsis.

10

BAB VI
KOMPLIKASI

Syok sepsis ( lebih dari 20% kasus )

Deep venous thrombosis karena kompresi dari luar pada vena iliaka

Hidronefrosis akibat abses menekan ureter

Illeus

Meningitis ( jarang )

11

BAB VII
DIAGNOSIS BANDING

12

BAB VIII
PENUTUP
Abses psoas merupakan penyebab yang tidak biasa dari sakit punggung yang sering tidak
diketahui penyebabnya. Hal penting bagi dokter pelayanan primer untuk menyadari tanda dan
gejala sugestif dari kondisi tulang belakang yang serius dan memulai pemeriksaan lebih lanjut.
Pertama harus mempertimbangkan abses psoas sebagai penyebab nyeri punggung pada pasien
yang datang dengan faktor risiko yang diketahui: demam, nyeri tak henti-hentinya, nyeri pada
hiperekstensi

pinggul.

Pengujian

laboratorium

membantu

tetapi

tidak

cukup

untuk

mengkonfirmasi atau menyingkirkan diagnosis; Oleh karena itu pencitraan tulang belakang
dengan CT atau MRI adalah pilihan utama untuk membuat diagnosis. Semua pasien dengan
abses psoas memerlukan rawat inap untuk drainase bedah atau perkutan dan pengobatan dengan
antibiotik.

13

Daftar Pustaka
1. Mallick IH, Thoufeeq MH, Rajendran TP. Iliopsoas abscesses. Postgrad Med J 2004;
80:459.
2. Mckley T, Schtz T, Kirschner M, et al. Psoas abscess: the spine as a primary source of
infection. Spine (Phila Pa 1976) 2003; 28:E106.
3.

Ricci MA, Rose FB, Meyer KK. Pyogenic psoas abscess: worldwide variations in
etiology. World J Surg 1986; 10:834.

4. Santaella RO, Fishman EK, Lipsett PA. Primary vs secondary iliopsoas abscess.
Presentation, microbiology, and treatment. Arch Surg 1995; 130:1309.
5. Navarro Lpez V, Ramos JM, Meseguer V, et al. Microbiology and outcome of iliopsoas
abscess in 124 patients. Medicine (Baltimore) 2009; 88:120.
6. Denis spelman, Psoas Abcess, Wolters Kluwer Health. Diunduh dari
http://www.uptodate.com/contents/psoas-abscess?topicKey=ID
%2F7652&elapsedTimeMs=3&source=search_result&searchTerm=abseso+psoas&select
edTitle
7. Psoas Abscess : A primer for the Internist. Diunduh dari
http://www.medscape.com/viewarticle/410693
8. Bilateral psoas abcess in the emergency department. Diunduh dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2791736/
9. Psoas Muscle Abscess. Diunduh dari : http://radiopaedia.org/articles/psoas-muscleabscess

14

Anda mungkin juga menyukai