BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo merupakan keluhan yang umum dijumpai pada praktek klinik dimana
pasien menggambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Berbeda dengan vertigo, dizziness atau
pusing merupakan suatu keluhan yang umum terjadi akibat perasaan disorientasi,
usia lebih 40 tahun. Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi pada sekitar
32% kasus, dan sampai dengan 56,4% pada populasi orang tua. Sementara itu,
angka kejadian vertigo pada anak-anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih
baru pada populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling
tidak pernah merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian
besar (hampir 50%) diketahui sebagai “paroxysmal vertigo” yang disertai dengan
menjadi dua kategori berdasarkan yaitu vertigo vestibular dan non vestibular.
Vertigo non vestibular mencakup vertigo karena gangguan pada visual dan sistem
2
proprioseptif. Sementara vertigo vestibular dibagi menjadi dua yaitu vertigo sentral
dan perifer.2
Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun
serebelum. Kasus vertigo jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus
50% kasus vertigo. Sementara vertigo perifer kelainan atau gangguan ini
saraf perifer.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat vestibuler terletak di telinga dalam (labirin), terlindung oleh tulang yang
paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga dalam,
tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin terdiri atas
labirin tulang dan labirin membrane. Labirin membrane terletak dalam labirin
tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin
membrane dan labirin tulang terdapat perilimf, sedang endolimf terdapat didalam
labirin membrane. Berat jenis endolimf lebih tinggi daripada cairan perilimf. Ujung
4
saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung dalam perilimf, yang
berada pada labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari tiga kanalis semisirkularis,
Labirin juga dapat dibagi kedalam dua bagian yang saling berhubungan, yaitu:
pendengaran.
tergantung kepada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visial dan
Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam krista kanalis
semisirkularis dan makula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat dua jenis
sel. Sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap
percepatan sudut, sedangkan sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier,
khususnya percepatan inier dan terhadap perubahan posisi kepala relatif terhadap
gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan percepatan linier ini
disebabkan oleh geometridari kanalis dan organ otolit serta ciri-ciri fisik dari
Sel rambut
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut
pada organ otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang
dijelaskan oleh posisi dari stereosilia relatif terhadap kinosilim. Jika suatu gerakan
akan tereksitasi. Jika gerakan dalam arah yang berlawanan sehingga stereosilia
Kanalis semisirkularis
Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada
rotasi sel-sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus
satu dengan yang lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak
hampir satu bidang yang sama dengan kanalis telinga satunya. Pada waktu rotasi,
salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara yang satunya akan
terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan
yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan,
maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi, sementara kanalis
Organ otolit
Ada dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang hampir
horizontal, dan sakulus yang terletak pada bidang hampir vertikal. Berbeda dengan
sel rambut kanalis semisirkularis, maka polarisasi sel rambut pada organ otolit tidak
6
semuanya sama. Pada makula utrikulus, kinosilium terletak di bagian samping sel
rambut yang terdekat dengan daerah sentral yaitu striola. Maka pada saat kepala
miring atau mengalami percepatan linier, sebagian serabut aferen akan tereksitasi
sementara yang lainnya terinhibisi. Dengan adanya polarisasi yang berbeda dari
tiap makula, maka SSP mendapat informasi tentang gerak linier dalam tiga dimensi,
dan refleks vestibulo-okularis (RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai
suatu komponen lambat berlawanan arah dengan putaran kepala dan suatu
lain dari lapangan pandang. Perubahan arah gerakan mata selama rangsangan
2.2 Vertigo
2.2.1 Definisi
Vertigo adalah rasa pusing berputar, oleng atau tak stabil yang disebabkan
sewaktu berdiri atau berjalan, nistagmus. Gejala tersebut dapat diperhebat dengan
2.2.2 Epidemiologi
Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh
pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis
dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah
studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria
2.2.3 Etiologi
dari otolit yang lepas ke dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala
c. Ototoksik
d. Vaskuler: oklusi dari arteri vestibular yang merupakan cabang dari arteri
2.2.4 Patofisiologi
semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain.
Pada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni
ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan
cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila
arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak
sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris
kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini
menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga timbul
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
apayang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Ada beberapa teori yang berusaha
nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori ini
jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola
gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika
pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang -ulang akan terjadi
4. Teori otonomik
10
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
5. Teori Sinap
menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat
2.2.5 Klsifikasi
Perifer adalah nyeri hebat, episodik, memberat oleh gerakan kepala dan sering
infeksi sistemik
2.2.6 Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh pusing berputar dengan onset akut kurang dari 10-
20 detik akibat perubahan posisi kepala. Kebanyakan pasien menyadari saat bangun
tidur, ketika berubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Pasien merasakan pusing
berputar yang lama kelamaan berkurang dan hilang. Terdapat jeda waktu antara
13
umumnya perasaan pusing berputar timbul sangat kuat pada awalnya dan
Pada banyak kasus, BPPV dapat mereda sendiri namun berulang di kemudian
hari. Bersamaan dengan perasaan pusing berputar, pasien dapat mengalami mual
dan muntah. Sensasi ini dapat timbul lagi bila kepala dikembalikan ke posisi
2. Pemeriksaan fisik
Romberg test, Stepping gait dan Tandem gait. Untuk pemeriksaan koordinasi
dilakukan finger to finger test, finger to nose, pronasi-supinasi test dan heel to toe
test.9
1. Tes Keseimbangan
Pemeriksaan klinis, baik yang dilakukan unit gawat darurat maupun di ruang
vertigo. Beberapa pemeriksaan klinis yang mudah dilakukan untuk melihat dan
menilai gangguan keseimbangan diantaranya adalah: Tes Romberg. Pada tes ini,
penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain, tumit yang satu
berada di depan jari-jari kaki yang lain (tandem). Orang yang normal mampu berdiri
14
dalam sikap Romberg ini selama 30 detik atau lebih. Berdiri dengan satu kaki
dengan mata terbuka dankemudian dengan mata tertutup merupakan skrining yang
sensitif untuk kelainan keseimbangan. Bila pasien mampu berdiri dengan satu kaki
2. Tandem Gait
P e n d e r i t a b e r j a l a n d e n g a n t u m i t k a k i k i r i k a n a n diletakkan
pada ujung jari kaki kanan kiri ganti bergantin. Pada kelainan vestibuler,
cenderung jatuh.2
dengan kecepatan seperti berjalan biasa dan tidak diperbolehkan beranjak dari
tempat semula. Tes ini dapat mendeteksi ada tidaknya gangguan sistem vestibuler.
15
Bila penderita beranjak lebih dari 1 meter dari tempat semula atau badannya
berputar lebih dari 30 derajat dari keadaan semula, dapat diperkirakan penderita
kembali pada posisi semula. Pada gangguan vestibuler, akan didapatkan salah
tunjuk.2
manuever secara garis besar terdiri dari dua gerakan yaitu Dix-Hallpike manuever
kanan pada bidang kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan dan Dix- Hallpike
manuever kiri pada bidang posterior kiri. Cara melakukannya sebagai berikut :2
detik.
posterior.
ipsilateral.
berlawanan.
8. Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 450
dan seterusnya.
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
17
Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat,
40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit,
Dix dan Hallpike mendeskripsikan tanda dan gejala BPPV sebagai berikut :4
posisi kepala sangat sempurna untuk canalith repositioning treatment. Pada pasien
5. Tes Kalori
Tes kalori baru boleh dilakukan setelah dipastikan tidak ada perforasi membran
timpani maupun serumen. Cara melakukan tes ini adalah dengan memasukkan air
bersuhu 30° C sebanyak 1 mL. Tes ini berguna untuk mengevaluasi nistagmus,
keluhan pusing, dan gangguan fiksasi bola mata. Pemeriksaan lain dapat juga
dalam hal ini di antaranya adalah pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, tes
dilakukan untuk menilai struktur organ dan ada tidaknya gangguan aliran darah,
misalnya pada vertigo sentral. Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV adalah Dix-
Hallpike dengan cara: Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa,
sehingga ketika posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 300 – 400, penderita
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada
detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit,
Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV dan hasil tes Dix-
Hallpike negatif, dokter harus melakukan supine roll test untuk memeriksa ada
tidaknya BPPV kanal lateral. BPPV kanal lateral atau disebut juga BPPV kanal
horisontal adalah BPPV terbanyak kedua. Pasien yang memiliki riwayat yang
sesuai dengan BPPV, yakni adanya vertigo yang diakibatkan perubahan posisi
kepala, tetapi tidak memenuhi kriteria diagnosis BPPV kanal posterior harus
provokatif dan dapat menyebabkan pasien mengalami pusing yang berat selama
beberapa saat. Tes ini dilakukan dengan memposisikan pasien dalam posisi supinasi
atau berbaring terlentang dengan kepala pada posisi netral diikuti dengan rotasi
kepala 90 derajat dengan cepat ke satu sisi dan dokter mengamati mata pasien untuk
memeriksa ada tidaknya nistagmus. Setelah nistagmus mereda (atau jika tidak ada
yang berlawanan, dan mata pasien diamati lagi untuk memeriksa ada tidaknya
nistagmus.3
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Non-Farmakologi
ringan dan dapat sembuh secara spontan dalam beberapa bulan. Namun telah
risiko jatuh pada pasien. Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi
mulai dari 70%-100%. Beberapa efek samping dari melakukan manuver seperti
mual, muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena adanya
debris otolitith yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit
manuver, hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk minimal 10 menit untuk
menghindari risiko jatuh. Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah untuk
a. Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal.
Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 450, lalu pasien
21
berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala
ditolehkan 900 ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral
dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu
b. Manuver Semont
Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan
450 ke sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan
dipertahankan selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi.
Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali
c. Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral. Pasien
berguling 3600, yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala
900 ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi lateral
dekubitus. Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral
dekubitus. Pasien kemudian menoleh lagi 900 dan tubuh kembali ke posisi lateral
selama 15 detik untuk migrasi lambat dari partikel-partikel sebagai respon terhadap
gravitasi.2
23
Manuver ini digunakan pada BPPV tipe kanal lateral. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan kekuatan dari posisi lateral dekubitus pada sisi telinga yang sakit
e. Brandt-Daroff exercise
dilakukan sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap
simptomatik setelah manuver Epley atau Semont. Latihan ini juga dapat membantu
2. Farmakologi
antaranya adalah : 2
a. Antikolinergik
vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin. Kedua
b. Antihistamin
diketahui, tetapi diperkirakan juga mempunyai efek ter- hadap reseptor histamin
utama dari pemberian penghambat histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral,
dengan lama kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, sikl- izin) sampai 12 jam
(misalnya, meklozin).1
c. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo
dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik,
dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek samping relatif
d. Antidopaminergik
berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini bervariasi
dopamin ini terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan
e. Benzodiazepin
tempat khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vesti- buler
sedatif, akan memengaruhi kompensasi ves- tibuler. Efek farmakologis utama dari
amnesia antero- grad, serta antikonvulsan. Beberapa obat go- longan ini yang sering
f. Antagonis kalsium
sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jum- lah ion kalsium intrasel.
Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan ves- tibuler. Flunarizin
dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium yang diindikasi- kan untuk
penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini juga digunakan sebagai obat migren. Selain
sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata unarizin dan sinarizin mempunyai efek
dikonsumsi per oral. Flunarizin mempunyai waktu paruh yang panjang, dengan
kadar mantap tercapai setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih dapat
terdeteksi dalam waktu 2-4 bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping
jangka pendek dari penggunaan obat ini teru- tama adalah efek sedasi dan
peningkatan be- rat badan. Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan ialah
depresi dan gejala parkinso-nisme, tetapi efek samping ini lebih banyak terjadi pada
g. Simpatomimetik
h. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Meka- nisme kerja obat ini sebagai
i. Lain-lain
dan ondansetron.2
KESIMPULAN
28
1.1 Kesimpulan
Vertigo adalah rasa pusing berputar, oleng atau tak stabil yang disebabkan
sewaktu berdiri atau berjalan, nistagmus. Gejala tersebut dapat diperhebat dengan
menjadi dua kategori berdasarkan yaitu vertigo vestibular dan non vestibular.
Vertigo non vestibular mencakup vertigo karena gangguan pada visual dan sistem
proprioseptif.
keseimbangan seperti Romberg Test, Stepping Gait dan Tandem Gait. Untuk
terapi manuver reposisi partikel (PRM) dapat secara efektif menghilangkan vertigo
pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi risiko jatuh pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
th. 2012
(BPPV). http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/31/26
5. Dewanta, George, Suwono, J Wita dkk. 2010. Panduan Praktis Diagnosis dan
PERDOSSI
7. Guyton & Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta : EGC
Dian Rakyat
30
10 Agusrus 2015