KOLIK RENAL
Disusun oleh:
04084828517083
Pembimbing:
KOLIK RENAL
Oleh:
04084828517083
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Kolik Renal” sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik
di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Mohammad Hoesin
Palembang.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................
....................................................................................................................................
i
Halaman Pengesahan.................................................................................................
....................................................................................................................................
ii
Kata Pengantar...........................................................................................................
....................................................................................................................................
iii
Daftar Isi....................................................................................................................
....................................................................................................................................
iv
Daftar Tabel...............................................................................................................
....................................................................................................................................
v
Daftar Gambar...........................................................................................................
....................................................................................................................................
vi
Bab I Pendahuluan................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................
2
Bab II Tinjauan Pustaka.........................................................................................
3
2.1 Anatomi.................................................................................................
3
2.2 Fisiologi................................................................................................
4
iv
2.3 Definisi..................................................................................................
5
2.4 Klasifikasi.............................................................................................
5
2.5 Etiologi dan Patofisiologi ....................................................................
7
2.6 Diagnosis...............................................................................................
10
2.7 Tatalaksana...........................................................................................
13
2.8 Pencegahan...........................................................................................
17
Bab III Kesimpulan................................................................................................. 19
Daftar Pustaka............................................................................................................
20
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
vii
Insidennya lebih tinggi pada usia 25 hingga 44 tahun. Di Indonesia, belum ada
data epidemiologis tentang pasien yang datang dengan keluhan kolik renal namun
angka kejadian batu ginjal, sebagai penyebab kolik renal, tahun 2005 berdasarkan
data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar
37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan
jumlah pasien yang sirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian
adalah sebesar 378 orang. 2
Pemahaman tentang epidemiologi sangat penting untuk melakukan upaya
pencegahan yang efektif. Kejadian pembentukan batu ginjal paling tinggi diantara
orang kulit putih antara usia 30 dan 60 tahun. Kejadian batu ginjal pada pria
adalah tiga kali kejadian pada wanita dan 50% dari semua pasien yang
mengalamipengalaman kekambuhan gejala batu ginjal dalam waktu 5 sampai 10
tahun. Selanjutnya, pasien dengan riwayat keluarga batu ginjal memiliki insiden
25 kali lipat lebih tinggi dari pembentukan batu dibandingkan dengan pasien
tanpa riwayat keluarga dari nefrolitiasis. Timur laut, tenggara, dan barat daya
wilayah di Amerika Serikat memiliki insiden tertinggi dari nefrolitiasis.
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ix
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang dan
medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal mengandung
jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.
Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa triangular disebut piramida ginjal
dengan basis menghadap korteks dan bagian apeks yang menonjol ke medial. Piramida
ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus
kolektivus menuju pelvis ginjal.1
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi
kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air
secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui
glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di
sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam
urin melalui sistem pengumpulan urin.2
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan
mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun diubah
menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin
akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan
keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung
kemih akan di keluarkan lewat uretra. Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam
x
pembentukan urin, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai
dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus
ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara
bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir
sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus
tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian
akan dieksresi.3
Kolik renal adalah nyeri pinggang hebat yang datangnya mendadak, hilang-
timbul (intermitten) yang terjadi akibat spasme otot polos untuk melawan suatu
hambatan. Perasaan nyeri bermula di daerah pinggang dan dapat menjalar ke seluruh
perut, ke daerah inguinal, testis, atau debris yang berasal dari ginjal dan turun ke ureter. 4
xi
pasien mengalami serangan intermiten yang paroksismal dan sangat
parah. Derajat nyeri bisa meningkat ke intensitas maksimum setelah 30
menit sampai6 jam atau lebih lama lagi. Pasien umumnya mencapai nyeri
puncak pada 1-2 jam setelah onset.
Pada fase terakhir ini, nyeri hilang dengan tiba-tiba, cepat, dan
pasien merasakan kelegaan.Kelegaan ini bisa terjadi secara spontan
kapanpun setelah onset. Pasien kemudian dapat tidur, terutama jika
diberikan analgesik. Fase ini berlangsung 1,5 – 3 jam
xii
sering, serta nyeri yang menjalar ke atas atau bawah. Kolik renal dapat
disertai muntah-muntah hebat, mual, diare, ataupun nyeri ringan yang
tidak biasa sehingga memungkinkan kesalahan diagnosis.
Kolik renal adalah nyeri yang terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan
kapsul ini dapat terjadi karena pielonefritis akut yang menimbulkan edema, obstruksi
yang mengakibatkan hidronefrosis atau tumor ginjal. 4
a. Batu Ginjal
xiii
daripada batu yang tidak bergerak. Suatu obstruksi konstan akan memicu
berbagai mekanisme autoregulasi dan refleks yang akan membantu
meredakan nyeri. 24 jam setelah obstruksi ureteral total, tekanan hidrostatik
akan menurun karena (1) penurunan peristalsis ureteral, (2) penurunan aliran
darah arteri renal, yang menyebabkan penurunan produksi urin, dan (3)
edema interstitial yang menyebabkan peningkatan lymphatic drainage.
Faktor-faktor ini menyebabkan kolik renal yang berintensitas tinggi berdurasi
< 24 jam.
Ureter bagian atas dan pelvis renal: Nyeri dari batu ureter bagian atas
condong untuk menjalar ke area pinggang dan area lumbar. Di sisi
kanan, hal ini bisa disalahartikan dengan kolelitiasis atau kolesistisis.
Di sisi kiri, diagnosis banding meliputi pankreatitis akut,
ulkus peptikum dan gastritis.
Ureter distal: Nyeri pada daerah ini menjalar ke lipat paha, testikel
pada pria maupun labia mayor pada wanita karena nyeri ini dialihkan
melalui n. ilioinguinal atau n.genitofemoral. Jika batu berada di
ureter intramural, gejala yang muncul mirip dengan sistitis atau
uretritis. Gejala ini meliputi nyeri suprapubis, urgensi, disuria, nyeri
pada ujung penis, dan terkadang berbagai gejala GI seperti diare dan
xiv
tenesmus. Gejala ini bisa disalahartikan dengan penyakit inflamasi
pelvis, ruptur kista ovarium.
b. Bekuan Darah
Nyeri kolik renal biasanya disebabkan oleh pelebaran, peregangan, dan
spasme yang disebabkan oleh obstruksi ureter. Obstruksi dapat menyebabkan
terjadinya stasis urin yang merupakan medium bagi bakteri untuk
berkembang biak dan menggangu aliran darah intarenal.
Diagnosis dari kolik renal dimulai dari anamnesis yang meliputi riwayat
penyakit, riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, durasi, gejala penyakit dan
apabila terdapat tanda-tanda sepsis. Berikut adalah cara mendiagnosis pasien dengan
kolik renal.6
xv
Gambar 3 : Alur diagnosis pasien dengan kolik renal.6
2.6.1 Anamnesis
Pada anamnesis akan ditemukan gejala-gejala berupa nyeri hilang timbul yang
menjalar dari punggung, perut bagian bawah, genital dan bagian dalam paha. Nyerinya
bersifat mendadak dan hilang timbul. Selain itu dapat pula ditemukan mual dan muntah,
perut yang membesar, demam, gangguan berkemih yaitu nyeri kandung kemih terasa di
bawah pusat, terasa nyeri saat buang air kecil, polakisuria, hematuria, anuria, oliguria.5
xvi
c. Batu uretra anterior bisa di raba.
d. Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah kelembutan di daerah pinggul
(flank tenderness) yang disebabkan oleh hidronefrosis akibat obstruksi sementara
yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung kemih.
a. Laboratorium
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan darah dan urin, terutama untuk
melihat apakah adanya infeksi atau ada kelainan fungsi ginjal. Pada urin biasanya
dijumpai hematuria dan kadang-kadang kristaluria. Hematuria biasanya terlihat secara
mikroskopis, dan derajat hematuria bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan besar
batu atau kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak adanya hematuria dapat menyokong
adanya suatu obstruksi komplit, dan ketiadaan ini juga biasanya berhubungan dengan
penyakit batu yang tidak aktif. Pada pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang
ditemukan dapat memberi petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong
suatu batu asam urat, sedangkan bila terjadi peningkatan pH >7 menyokong adanya
organisme pemecah urea seperti Proteus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas sp dan batu
struvit.5,11
b. Radiologis
xvii
Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu
radiopak. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopaque
dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat
bersifat radiolusen. Gambaran radioopak paling sering ditemukan pada area
pelvis renal sepanjang ureter ataupun ureterovesical junction. Gambaran
radioopak ini disebabkan karena adanya batu kalsium oksalat dan batu struvit
(MgNH3PO4).5,11
CT Scan
Ultrasonografi (USG)
xviii
dengan kombinasi USG dan foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan
batu baik di ginjal maupun di dalam kandung kemih dan adanya tanda-tanda
Temukan kegawatdaruratan :
Batu uretra < 5mm Batu ginjal atau batu Rujuk ke spesialis
uretra > 5mm urologi
menghilang, kekambuhan
batu dapat dicegah, infeksi telah dapat dieradikasi dan fungsi ginjal
Coba dengan terapi
dapat dipertahankan. Berikut adalah algoritma penatalaksanaaannya.
konservatif
Pemeriksaan
radiologis ginjal, yes no
ureter, dan kandung
kemih setiap minggu
yes
a. Terapi Medikamentosa
xx
penggunaan NSAID merupakan suatu kontraindikasi bagi pasien-pasien yang
akan menjalani ESWL karena meningkatkan risiko perdarahan perirenal. 7,8
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal atau batu kandung kemih tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang
sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
xxi
2.7.2 Terapi Definitif
2.8 Pencegahan
xxii
Selain itu, dilakukan pengaturan pola makan yang dapat meningkatkan
risiko pembentukan BSK seperti, membatasi konsumsi daging, garam dan
makanan tinggi oksalat (sayuran berwarna hijau, kacang, coklat), dan sebagainya.
Aktivitas fisik seperti olahraga juga sangat dianjurkan, terutama bagi yang
pekerjaannya lebih banyak duduk.
xxiii
BAB III
KESIMPULAN
Kolik renal adalah nyeri pinggang hebat yang datangnya mendadak, hilang-
timbul (intermitten) yang terjadi akibat spasme otot polos untuk melawan suatu
hambatan. Perasaan nyeri bermula di daerah pinggang dan dapat menjalar ke seluruh
perut, ke daerah inguinal, testis, atau debris yang berasal dari ginjal dan turun ke ureter.
Kolik renal terbagi menjadi dua, yaitu kolik renal tipikal dan atipikal.
Diagnosis kolik renal dapat di tentukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis.
Terapi untuk kolik renal terdiri dari terdiri dari terapi konservatif berupa obat-obatan
analgetik dan terapi definitif berupa percutaneous nephrolithotomy.
xxiv
DAFTAR PUSTAKA
1. Tortora, Derrickson B; Principle of Anatomy an Physiology 11th ed, Chapter 26: The Urinary
System, pp 778-790, 2011.
2. Price S. A, Wilson, Patofisiologi Clinical Concepts of Disease Process, 6th ed, jakarta. 2006.
5. Menon M, Parulkar BC, Drach GW. Urinary lithiasis: etiology, diagnosis and medical
management. In: Walsh PC, et al., eds. Campbell's Urology. 7th ed. Philadelphia: Saunders.
p1998:2661–733
8. Knorr PA, Woodside JR. Large perirenal hematoma after extracorporeal shock-wave
lithotripsy.Urology. 1990;35:151–3.
9. Tawfiek ER, Bagley DH. Management of upper urinary tract calculi with ureteroscopic
techniques.Urology. 1999;53:25–31.
10. Miller OF, Kane CJ. Time to stone passage for observed ureteral calculi: a guide for patient
education. J Urol. 2002;162:688–90.
xxv
11. Yilmaz S, Sindel T, Arslan G, Ozkaynak C, Karaali K, Kabaalioglu A, et al. Renal colic:
comparison of spiral CT, US and IVU in the detection of ureteral calculi. Eur Radiol.
1998;8:212–7.
xxvi