Anda di halaman 1dari 13

GLAUKOMA AKUT

Manifestasi Klinis

Rasa sakit yang hebat menjalar kearah kepala disertai dengan mual dan muntah
Mata merah disertai pembengkakan
Tajam penglihatan sangat menurun
Melihat lingkaran-lingkaran seperti pelangi
Lapang pandang yang menjadi sempit
Keluhan berkurang bila melihat sinar kuat yang mengakibatkan pupil miosis
Pembengkakan kornea
Kebutaan permanen
Pemeriksaan Fisik

Visus sangat menurun


Tekanan intra okular meninggi
Mata merah
Kornea suram/keruh
Injeksi siliar
Bilik mata depan dangkal
Rincian Iris tidak tampak
Pupil sedikit melebar, kurang atau tidak bereaksi terhadap sinar
Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Pemeriksaan Penunjang

Tonometri untuk menilai tekanan intraokular.


Gonioskopi untuk menilai keadaan sudut bilik mata depan anterior terbuka, tertutup atau
sempit atau terdapat abnomalitas lain. Pemeriksaan dilakukan setelah edem kornea berkurang.
Penilaian diskus optikus dengan oftalmoskopi yang melebih 0,5 menunjukkan adanya
peningkatan tekanan intraokular.
Pemeriksaan lapang pandang akan berkurang karena peningakatan tekanan intra okular
menyebabkan kerusakan papil saraf optikus.
Diagnosis
Pada glaukoma primer sudut tertutup akut terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada
mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar.
Ditandai oleh adanya gejala kekaburan penglihatan mendadak yang disertai dengan nyeri hebat, rasa
pegal di sekitar mata, mata menunjukkan tanda-tanda kongestif (peradangan) dengan kelopak mata
bengkak, mata merah, melihat lingkaran-lingkaran berwarna seperti pelangi di sekitar sinar lampu
(halo), mual dan muntah. Selain itu perlu ditanyakan faktor presipitasi serangan akut seperti
pemakaian obat yang berfungsi melebarkan pupil (simpatomimetik, antikolinergik), berdiam lama di
tempat yang kurang terang atau gelap dan berhubungan dengan emosional. Pada pemeriksaan
oftalmologi dapat ditemukan injeksi silier hebat, pupil dilatasi sedang yang terfiksasi atau tidak
bereaksi terhadap sinar, kornea tampak edema dan suram, bilik mata depan dangkal. Pada
pemeriksaan tekanan intraokulardengan tonometri Schiotz terjadi peningkatan yang mencolok
dan antara dua serangan dapat normal, pemeriksaan visus didapatkan visus sangat turun hingga
1/300.

1
Diagnosis Banding

Uveitis:
o Granumallomatosa akut tidak nyeri.
o Fotofobia ringan, buram.
o Keratik presipitat besar (mutton fat) benjolan Koeppe (penimbunan sel ada tepi pupil
atau benjolan Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris) terjadi akibat sarkoiditis,
sifilis, tuberculosis, virus, jamur (histoplasmosis), atau parasite (toksoplasmosis).
o Mata merah dan sakit, sukar melihat dekat.
Keratitis
o Sakit ringan hingga berat
o Silau
o Mata berair dan kotor.
o Lesi dikornea disertai penglihatan berkurang

Penatalaksanaan

Medikamentosa
o Pilokarpin ED dosis 2% (1 tetes/ menit 5 menit lalu 1 tetes/jam 1 hari). Nama
generiknya Pilagan atau Pilocar
o Acetazolamide IV 500 mg lalu dilanjutkan dengan oral 250 mg (1 tablet/4 jam sesudah
mual hilang). Nama generiknya Diamox.
o Manitol IV 2gr/KgBB dalam larutan 20 % (60 tetes/ menit 30 menit). Nama
generiknya Osmitrol.
o Morfin Subkutan 50mg/ml. Nama generiknya Astramorph
Non Medikamentosa
o Rujuk ke spesialis bagian oftamologi
o Pembedahan dilakukan setelah tekanan bola mata normal dan mata tenang.

ULKUS KORNEA
Dua bentuk ulkus kornea yaitu ulkus sentral dan ulkus marginal. Ulkus kornea sentral terbagi atas ulkus
kornea bakterialis, ulkus kornea fungi, ulkus kornea virus, ulkus kornea acantamoeba. Ulkus kornea
perifer terbagi atas ulkus marginal, ulkus mooren dan ulkus cincin
Manifestasi Klinis
Gejala subjektif meliputi:

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva


Secret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri

2
Gejala objektif meliputi:

Injeksi silier
Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrate
Hipopion
Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan tajam penglihatan didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang
mengalami infeksi oleh karena adanya defek pada kornea yang menghalangi refleksi cahaya
yang masuk ke dalam media refrakta.
Dengan pemeriksaan slit lamp seringkali iris, pupil dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya
kekeruhan pada kornea. Hiperemis juga didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva
ataupun perikornea.
Pemeriksaan Penunjang

Tes Fluorescein pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk
melihat adanya daerah yang terdapat defek di kornea. Warna hijau pada pemeriksaan
menunjukkan daerah yang defek di kornea, sedangkan untuk yang berwarna biru menunjukkan
daerah yang masi intak.
Pewarnaan Gram dan KOH dapat digunakan untuk menentukan bakteri penyebab ulkus dan
jamur
Kultur
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta dengan bantuan slit lamp dan
pemeriksaan laboratorium apabila dibutuhkan. Perlu ditanyakan juga pada anamnesis tentang riwayat
trauma, benda asing, abrasi atau adanya riwayat penyakit kornea. Penggunaan obat topikal seperti
kortikosteroid juga dapat menjadi predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi dan virus terutama herpes
simplek atau bisa disebabkan oleh adanya kekebalan tubuh yang imunosupresi akibat penyakit
sistemik seperti AIDS, keganasan atau diabetes. Penggunaan kontak lens juga dapat dipertanyakan.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edem, terdapat
infiltrat dan hilangnya jaringan kornea. Iritis dengan hipopion dapat timbul pada kasus-kasus berat.
Perlu dilakukan juga pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman pengliahatan, tes refrkasi, tes air mata,
pemeriksaan slitlamp, keratometri (pengukuran kornea), respon reflek pupil, dan dengan tes fluorescein
serta pemeriksaan KOH untuk jamur atau Gram untuk mengetahui penyebab oleh mikroorganisme
secara spesifik. Akan jauh lebih baik lagi bila dilakukan bipsi jaringan kornea dan diwarnai dengan
periodic acid Schiff kemudian dikultur dengan agar ekstrak maltose atau sabouraud.

Diagnosis Banding

Ulkus Kornea oleh penyebab lainnya.


Keratitis
o Sakit ringan hingga berat
o Silau
o Mata berair dan kotor.
o Lesi dikornea disertai penglihatan berkurang

3
Penatalaksanaan

Medikamentosa
o Ciprofloxacin IV subkonjungtival 0,3% (2 tetes/15 menit selama 6 jam) Nama
generiknya Ciloxan.
o Kloramfenikol Topikal dan IV 50 mg/KgBB. Nama generiknya Chloromycetin.
o Natamycin ED 5% (1 tets selama 1-2 jam). Nama generiknya Natacyn.
o Scopolamine opth 0,25% (1-2 tetes selama 1 jam). Nama generiknya Isopto Hyoscine.
o Ibuprofen IV 400 mg. Nama generiknya Ibuprofin atau Motrin.
Non Medikamentosa
o Jangan dibungkus karena akan meningkatkan suhu.
o Rujuk ke spesialis bagian oftalmologi.
o Bersihkan secret.

ENDOFTALMITIS
Manifestasi Klinis

Peradangan yang disertai rasa sakit yang sangat.


Kelopak merah dan bengkak
Kelopak sukar dibuka
Konjungtiva kemotik dan merah
Kornea keruh
Bilik mata depan keruh
Penurunan tajam penglihatan
Fotofobia
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ketajaman penglihatan.
Pemeriksaan slit lamp.
Pemeriksaan funduskopi.
Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui ada tidaknya infeksi.
Kultur darah untuk mengetahui penyebab.
Pemeriksaan bakteri gram.
Rontgen dada untuk mengevaluasi sumber infeksi.
Pemeriksaan Okular USG, positif bila terdapat penebalan retina dan koroid.
Pemeriksaan Penunjang

Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan akrena bersifat spesifik untuk
mendeteksi mikroorganisme penyebab walaupun memerlukan waktu 48 jam 14 hari. Bahan
dapat diambil dari cairan dari kamera okuli anterior dan corpus vitreous.
USG mata karena kekeruhan pada corpus vitreous, fundus jadi tidak terlihat
Pemeriksaan darah lengkap, LED, Kadar nitrogen, urea darah dan kreatinin, foto rontgen
thoraks, USG jantung, kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja untuk kecurigaan endoftalmitis
akibat penyakit sistemik dengan penyebaran melalui hematogen.
Diagnosis

4
Diagnosis ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding
Panuveitis, endoftalmitis eksogen, endoftalmitis endogen.
Penatalaksanaan

Medikamentosa
o Ciprofloxacin IV subkonjungtival 0,3% (2 tetes/15 menit selama 6 jam) Nama
generiknya Ciloxan.
o Kloramfenikol Topikal dan IV 50 mg/KgBB. Nama generiknya Chloromycetin.
o Natamycin ED 5% (1 tets selama 1-2 jam). Nama generiknya Natacyn.
o Scopolamine opth 0,25% (1-2 tetes selama 1 jam). Nama generiknya Isopto Hyoscine.
o Ibuprofen IV 400 mg. Nama generiknya Ibuprofin atau Motrin.
Non Medikamentosa
o Rujuk pada spesialis oftalmologi.

TRAUMA TEMBUS BOLA MATA


Manifestasi Klinis
Tajam penglihatan menurun.
Tekanan bola mata rendah.
Bilik mata dangkal.
Bentuk dan letak pupil yang berubah.
Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera.
Konjungitva kemotis.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan segmen posterior mungkin sulit dilakukan karena trauma yang terjadi dapat
menghalangi pemeriksaan segmen posterior. Pemeriksaan harus dilakukan dengan sistematis dengan
tujuan mengidentifikasi dan melindungi mata. Hindari kerusakan lebih lanjut dan minimalisasi
kemungkinan ekstrusi intraokular. Ketajaman penglihatan dan gerakan bola mata, sangat penting untuk
dinilai Tentukan ketajaman penglihatan seakurat mungkin pada masing-masing mata. Periksa
pergerakan bola mata, bila terganggu harus dievaluasi apakah terjadi fraktur pada lantai orbita.
1. Orbita
Periksa adanya deformitas tulang, benda asing, dan dislokasi bola mata.
Benda asing pada mata yang tertanam atau bila terjadi perforasi harus dijaga hingga
dilakukan pembedahan.
2. Palpebra
Pelpebra dan trauma kelenjar lakrimal dapat menunjukan adanya trauma yang dalam
pada mata.
Laserasi pada palpebra dapat menyebabkan perforasi bola mata.
Perbaikan palpebral ditunda hingga trauma bola mata ditentukan penyebabnya
3. Konjungtiva
Laserasi konjungtiva dapat terjadi pada kerusakan sklera yang serius.
Perdarahan konjungtiva yang berat dapat mengindikasikan ruptur bola mata.

5
4. Kornea dan Sklera
Laserasi kornea penuh atau yang melibatkan sklera merupakan bagian dari ruptur bola
mata dan harus diperbaiki di kamar operasi.
Dapat terjadi prolapse iris pada laserasi kornea penuh.
Tekanan bola mata umumnya rendah, namun pengukuran merupakan kontraindikasi
untuk menghindari penekanan pada bola mata.
5. Pupil
Periksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan afferent pupillary defect (APD).
Bentuk lancip, tetesan air, atau ireguler bisa terjadi pada ruptur bola mata.
6. Segmen anterior
Pada pemeriksaan dengan lampu sliIt, bisa ditemukan defek pada iris, laserasi kornea,
prolaps iris, hifema, dan kerusakan lensa.
Bilik mata depan dangkal dapat menjadi tanda ruptur bola mata dengan prognosis
yang buruk.
Pada ruptur posterior dapat ditemukan bilik mata depan dalam pada ekstrusi vitreous
pada segmen posterior.
7. Temuan lain
Perdarahan viteous setelah trauma menunjukan adanya robekan retina atau koroid,
avulsi saraf optikus, atau adanya benda asing.
Robekan retina, edema, ablasio, dan hemoragi dapat terjadi pada ruptur bola mata.

Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos orbita untuk mencari benda asing radioopak.
2. USG orbita pada keadaan media refraksi keruh untuk mendapatkan informasi tentang status
dari struktur intraokuler, lokalisasi dari benda asing intraokuler, deteksi benda asing non
metalik, deteksi perdarahan koroid, ruptur sklera posterior, ablasio retina, dan perdarahan sub
retina.
3. CT Scan untuk evaluasi struktur intraokuler dan periorbita, deteksi adanya benda asing
intraokuler metalik dan menentukan terdapatnya atau derajat kerusakan periokuler,
keikutsertaan trauma intrakranial misalnya perdarahan subdural.
4. MRI sangat baik untuk menilai jaringan lunak tetapi kontraindikasi pada benda asing yang
terbuat dari metal
Diagnosis
Diagnosis trauma tajam okuli dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemerikaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa, informasi yang diperoleh dapat berupa mekaniseme dan
onset terjadinya trauma, bahan/benda penyebab trauma dan pekerjaan untuk mengetahui
penyebabnya
Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah
cedera. Harus dicatat apakan gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau berawitan
mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraocular apabila terdapat kegiatan memahat,
mengasah atau adanya ledakan. Cederan pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera
yang diderita, harus dicurigai adanya penganiayaan pada anak. Riwayat kejadian harus diarah secara
khusus pada detail terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat penyakit
sebelumnya dan energi.

6
Ada berbagai jenis diagnosis pada trauma tembus mata yaitu trauma tembus pada palpebral,
trauma tembus pada saluran lakrimalis, trauma tembus pada orbita, trauma tembus pada konjungtiva,
trauma tembus pada sclera, trauma tembus pada kornea, trauma tembus pada uvea, trauma tembus
pada lensa, trauma tembus pada retina dan trauma tembus pada corpus siliar.
Diagnosis Banding
Jenis trauma pada bola mata lainnya.
Penatalaksanaan

Medikamentosa
o Tramadol Inj 100 mg. Nama generiknya Tradosik.
o Isotic Cycloma ED (1 tetes/hari).
Non Medikamentosa
o Jaga pasien agar tetap tenang untuk mencegah luka lebih lanjut.
o Pasang pelindung mata dan jangan ditekan .
o Lakukan pemberian injeksi Tetanus.
o Berikan antibiotic inisial.
o Rujuk ke dokter spesialis oftalmologi.

TRAUMA KIMIA ASAM


Manifestasi Klinis

Epifora.
Blefarospasme.
Nyeri hebat.
Penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.

Pemeriksaan Fisik
Tunda dulu dan dahulukan irigasi mata dengan air dan pH mata kembali netral dengan menggunakan
kertas lakmus. Setelah itu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan kejernihan dan keutuhan kornea,
derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi,
peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan berulang.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pH pada bola mata secara berkala menggunakan kertas lakmus.


Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp
Oftalmoskopi direk dan indirek
Pemeriksaan Tonometri
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis serta pemeriksaan fisik dan penunjang tetapi ini tidaklah mutlak
dilakukan.

7
Diagnosis Banding
Trauma kimia basa pada mata.
Tatalaksana
Irigasi dengan normo saline selama 15-30 menit sampai pH mata kembali menjadi normal 7,3. Paling
sedikit 2 liter dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Berikan juga larutan natrium bikarbonat 3 %.

TRAUMA KIMIA BASA


Manifestasi Klinis

Kerusakan membran kornea


Terjadi kerusakan komponen vascular iris, badan silier dan epitel lensa.
Tekanan intraokuler meningkat
Hipotoni akan terjadi bila kerusakan pada badan silier
Kekeruhan kornea dalam beberapa menit
Kerusakan margo palpebral dan lakrimal sehingga mata kering
Sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang
Kekeruhan lensa
Pemeriksaan Fisik
Utamakan irigasi terlebih dahulu baru disusul dengan pemeriksaan visus, kejernihan dan keutuhan
kornea.
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pH pada bola mata secara berkala menggunakan kertas lakmus.


Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp
Oftalmoskopi direk dan indirek
Pemeriksaan Tonometri
Diagnosis
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan pemeriksaan fisik
dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata
merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat. Trauma akibat bahan
kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan
cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi
penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses
persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan kaustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata
depan dalam waktu 7 detik. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah
bertambah kerusakan kolagen mata. Alkali yang menembus kedalam bola mata akan merusak retina
sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.

Diagnosis Banding

Trauma kimia asam pada mata.

8
Penatalaksanaan

Lakukan irigasi dengan air selama 30 menit sebanya 2000 ml, lebih lama lebih baik.
Periksa dengan kertas lakmus; pH normal air mata 7,3
Lakukan debredemen (pengeluaran benda asing)
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
Berikan beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma.
Berikan steroid untuk menekan peradangan
Kolagenase inhibitor untuk menghalangi efek kolagenase.
Vitamin C untukl pembentukan kolagen.
Verban pada mata dan air mata buatan.
Keratoplasti.
Rujuk ke dokter spesialis bedah

HIFEMA
Manifestasi Klinis

Penurunan visus yang mendadak dan berat


Mata merah yang terjadi akibat pelebaran pembuluh darah konjungtiva sebagai reaksi dari
trauma pada bola mata
Darah di bilik mata depan yang terjadi karena ruptur pembuluh darah iris
Nyeri akibat peningkatan TIO
Diplopia akibat iridodialisis (trauma tumpul dapat menyebabkan terpisahnya akar iris dari
badan siliar)
Blefarospasme
Iridoplegia (dapat terjadi karena robekan pada sphincter iris yang dapat mengubah bentuk
pupil secara permanen)
Pada hifema traumatika, tekanan tumpul pada mata akan memindahkan volume aqueous ke perifer,
menyebabkan peningkatan tekanan hidraulik di lensa, akar irir, dan trabecular meshwork. Jika tekanan
ini melebihi daya regang struktur okular, pembuluh darah di iris perifer dan permukaan badan siliar
akan ruptur, sehingga dapat menimbulkan hifema. Tekanan tersebut dapat menyebabkan ruptur sklera,
khususnya di limbus dan bagian posterior insersi otot, dimana sklera paling tipis dan tidak didukung
oleh tulang orbital. Trauma berat akan menimbulkan subluksasi lensa, dialisis retna, avulsi saraf optik,
dan perdarahan vitreous.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan oftamologis dilakukan secara menyeluruh, meliputi pemeriksaan visus, lapang pandang,
gerakan bola mata, mata bagian anterior dan posterior, serta TIO. Pemeriksaan dengan gonioskopi
tidak dianjurkan karena meningkatkan risiko perdarahan ulang. Pemeriksaan pada mata bagian
anterior diharapkan bisa memberikan assesment mengenai grading hifema.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan lebih untuk menemukan etiologi atau menyingkirkan diagnosis
banding. Yang akan dinilai meliputi kondisi mata bagian posterior, adneksamata, dan orbita.
Pemeriksaan yang umum dilakukan berupa ultrasonografi (USG) mata atau CT-scan untuk melihat
adanya tumor intraokuler. Dapat juga dilakukan angiografi pada iris untuk melihat adanya

9
neovaskularisasi meskipun sangat jarang dilakukan. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan,
kecuali pemeriksaan darah untuk melihat adanya sickle cell disease.
Diagnosis
Pasien hifema umumnya akan datang dengan keluhan perdarahan atau adanya darah pada bagian
tengah mata. Keluhan tersebut dapat disertai dengan nyeri pada mata, gangguan penglihatan,dan
sensitif terhadap cahaya. Bila terdapat riwayat trauma, perlu ditanyakan mekanisme kejadian, jenis
objek yang mengenai mata, arah terjadinya benturan, dan penggunaan pelindung mata saat kejadian.
Riwayat penyakit mata perlu ditanyakan, terutama mengenai penyakit yang memengaruhi tekanan
intraokuler. Riwayat indakan embedahan atau laser pada mata juga harus ditanyakan untuk
mengetahui kemungkinan hifema operatif. Riwayat penyakit lain seperti diabetes, hemoglobinopati,
atau sickle cell disease juga perlu untuk ditanyakan untuk menentukan etiologi dan tatalaksana.
Diagnosis Banding
Keratitis et causa herpes simpleks, sickle cell disease, xantogranuloma juvenile.
Penatalaksanaan

Medikamentosa
o Asam aminokaproat 100 mg/KgBB per 4 jam dosis max 30 g/hari selama 5 hari.
o Asetaminofen 500 mg.
Non Medikamentosa
o Rawat inap.
o Posisi tidur ditinggikan 30 derajat pada kepala dan mata diistirahatkan.
o Monitoring tekanan intraokular dan pendarahan sekunder.
o Biasanya hifema akan hilang sempurna.
o Pembedahan dilakukan bila tekanan intraokular >35 mmHg selama 7 hari atau 50
mmHg selama 5 hari.

KORPUS ALIENUM KONJUNGTIVA DAN KORNEA


Manifestasi Klinis

Nyeri tajam diikuti rasa terbakar, iritasi, epifora, kemerahan


Terasa mengganjal jika bola mata digerakkan ketika mata tertutup
Terasa adanya goresan ketika mata berkedip
Mata kabur atau penurunan visus pada mata yang terkena
Perdarahan konjungtiva/subkonjungtiva (kadang dihubungkan dengan cedera penetrasi)
Hifema sebagai tanda terjadinya cedera yang signifikan
Blefarospasme
Injeksi siliar atau injeksi konjungtiva
Fluorescent test positif
Benda asing subtarsal: terasa mengganjal ketika berkedip, epifora, blepharospasme, vertical
striation pada permukaan kornea.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ketajaman penglihatan bisa normal atau bisa menurun

10
Inspeksi daerah mata untuk cari perdarahan sekitar mata
Periksa keadaan kelopak mata kornea, bilik mata depan, pupil, lensa, dan gerakan bola mata.
Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan slitlamp dan oftlamoskop.
Tampak benda asing
Injeksi konjungtiva dan silier
Rust Ring, terutama jika logam tertanam sudah beberapa jam atau hari
Defek epitel dengan penggunaan fluorescens
Udem kornea sel pada kamera okuli anterior.
Pemeriksaan Penunjang
CT-scan, B-scan ultrasound, dan ultrasound biomicroscopy (UBM) dapat digunakan jika ada
kecurigaan benda asing intraocular.
Diagnosis
Anamnesis aktifitas pasien, mekanisme trauma penting untuk ditanyakan. Gejala yang timbul nyeri dan
rasa mengganjal, sensasi benda asing, fotofobia, air mata yang terus mengalir dan mata merah
Diagnosis Banding
Korpus alienum pada lokasi mata yang lain.
Penatalaksanaan

Medikamentosa
o Skopolamin inj 20 mg 1 injeksi sehari pada mata. Nama generic Scopamin.
Non Medikamentosa
o Keluarkan benda asing dengan kapas steril
o Buka kelopak mata atas bawa, bersihkan dengan cutton bud
o Bilas dengan menggunakan larutan garam fisiolofis
o Tutup dengan kasa.
o Rujuk ke dokter spesialis oftalmologi bila dicurigai adanya korpus alienum pada
intraocular.

TRAUMA RADIASI LAS


Manifestasi Klinis

Keluhan timbul 4-6 jam post trauma yaiu mata sakit seperti ada pasir
Fotofobia
Blefarospasme
Konjungtiva kemotik
Kornea keruh
Pupil miosis
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan bagian luar mata


Inspeksi area antara klopak bagian bawah dan atas, pastikan tidak terdapat edema

11
Inspeksi sclera dan konjungtiva
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi mata atau CT-Scan untuk melihat tumor intraokuler
Diagnosis
Ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
Diagnosis Banding

Trauma tembus sinar X


Trauma tembus sinar infra merah
Tatalaksana

Medikamentosa
o Isotic Cycloma ED 1 tetes sehari.

ABLATIO RETINA
Manifestasi Klinis

Gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup.


Adanya pijaran api (photopsia) pada lapangan penglihatan.
Riwayat trauma, operasi mata, dan miopia.
Tajam penglihatan akan menurun secara akut bila mengenai makula.
Ada gejala floaters yaitu adanya bayangan yang bergerak karena adanya kekeruhan di vitreus.
Adanya defek aferen pupil.
Tekanan bola mata rendah dan bisa meninggi.
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ketajaman penglihatan.


Penilaian reaksi pupil.
Pemeriksaan slit lamp.
Pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh
darah diatasnya dan adanya robekan retina berwarna merah.
Pemeriksaan lapang pandang akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya penyakit penyerta seperti diabetes
melitus, kelainan darah.
Pemeriksaan tonometri.
Pemeriksaan Penunjang

Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada


Ultrasonography (USG) mengkonfirmasi diagnosis. Ini adalah nilai khusus pada pasien media
berkabut terutama di hadapan padat katarak.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain
glaukoma, diabetes melitus, kelainan darah.

12
Diagnosis
Ablatio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftamologi dan pemeriksaan
penunjang. Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relative terlokalisir, tetapi jika hal
tersebut tidak diperhatikan oleh penderita maka akan berkembang menjadi lebih berat jika berlangsung
sedikit demi menuju macula. Keadaan ini juga tidak menimbulkan rasa sakit tiba tiba kehilangan
penglihatan terjadi ketika kerusakannya sudah parah. Pasien seperti biasanya mengeluhkan
kemunculan tiba tiba awan gelap atau kerudung di depan mata.
Selain itu perlu dianamnesa adanya factor predisposisi yang menyebabkan terjadi ablasio retina seperti
adanya riwayat trauma, riwayat pemberhan sebelumnya seperti ekstraksi katarak, pengangkatan
korpus alineum inokuler, riway penyakit mata sebelumnya (uveitis, pendarahan vitreus, amblyopia,
glaucoma dan retinopati diabetic). Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama seerat oenyakit
sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes mellitus, tumor, sickle cell leukemia,
eklamsia, dan prematuritas).
Diagnosis Banding

Retinoschisis
Retinopati
Penyakit Vaskular Mata
Penatalaksanaan

Medikamentosa
o Isotic Cycloma ED sehari satu tetes.
Non Medikamentosa
o Tirah baring
o Kepala dan mata tidak boleh digerakkan
o Mata ditutup segera
o Rujuk ke dokter spesialis oftalmologi

13

Anda mungkin juga menyukai