Manifestasi Klinis
Rasa sakit yang hebat menjalar kearah kepala disertai dengan mual dan muntah
Mata merah disertai pembengkakan
Tajam penglihatan sangat menurun
Melihat lingkaran-lingkaran seperti pelangi
Lapang pandang yang menjadi sempit
Keluhan berkurang bila melihat sinar kuat yang mengakibatkan pupil miosis
Pembengkakan kornea
Kebutaan permanen
Pemeriksaan Fisik
1
Diagnosis Banding
Uveitis:
o Granumallomatosa akut tidak nyeri.
o Fotofobia ringan, buram.
o Keratik presipitat besar (mutton fat) benjolan Koeppe (penimbunan sel ada tepi pupil
atau benjolan Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris) terjadi akibat sarkoiditis,
sifilis, tuberculosis, virus, jamur (histoplasmosis), atau parasite (toksoplasmosis).
o Mata merah dan sakit, sukar melihat dekat.
Keratitis
o Sakit ringan hingga berat
o Silau
o Mata berair dan kotor.
o Lesi dikornea disertai penglihatan berkurang
Penatalaksanaan
Medikamentosa
o Pilokarpin ED dosis 2% (1 tetes/ menit 5 menit lalu 1 tetes/jam 1 hari). Nama
generiknya Pilagan atau Pilocar
o Acetazolamide IV 500 mg lalu dilanjutkan dengan oral 250 mg (1 tablet/4 jam sesudah
mual hilang). Nama generiknya Diamox.
o Manitol IV 2gr/KgBB dalam larutan 20 % (60 tetes/ menit 30 menit). Nama
generiknya Osmitrol.
o Morfin Subkutan 50mg/ml. Nama generiknya Astramorph
Non Medikamentosa
o Rujuk ke spesialis bagian oftamologi
o Pembedahan dilakukan setelah tekanan bola mata normal dan mata tenang.
ULKUS KORNEA
Dua bentuk ulkus kornea yaitu ulkus sentral dan ulkus marginal. Ulkus kornea sentral terbagi atas ulkus
kornea bakterialis, ulkus kornea fungi, ulkus kornea virus, ulkus kornea acantamoeba. Ulkus kornea
perifer terbagi atas ulkus marginal, ulkus mooren dan ulkus cincin
Manifestasi Klinis
Gejala subjektif meliputi:
2
Gejala objektif meliputi:
Injeksi silier
Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrate
Hipopion
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tajam penglihatan didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang
mengalami infeksi oleh karena adanya defek pada kornea yang menghalangi refleksi cahaya
yang masuk ke dalam media refrakta.
Dengan pemeriksaan slit lamp seringkali iris, pupil dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya
kekeruhan pada kornea. Hiperemis juga didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva
ataupun perikornea.
Pemeriksaan Penunjang
Tes Fluorescein pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk
melihat adanya daerah yang terdapat defek di kornea. Warna hijau pada pemeriksaan
menunjukkan daerah yang defek di kornea, sedangkan untuk yang berwarna biru menunjukkan
daerah yang masi intak.
Pewarnaan Gram dan KOH dapat digunakan untuk menentukan bakteri penyebab ulkus dan
jamur
Kultur
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta dengan bantuan slit lamp dan
pemeriksaan laboratorium apabila dibutuhkan. Perlu ditanyakan juga pada anamnesis tentang riwayat
trauma, benda asing, abrasi atau adanya riwayat penyakit kornea. Penggunaan obat topikal seperti
kortikosteroid juga dapat menjadi predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi dan virus terutama herpes
simplek atau bisa disebabkan oleh adanya kekebalan tubuh yang imunosupresi akibat penyakit
sistemik seperti AIDS, keganasan atau diabetes. Penggunaan kontak lens juga dapat dipertanyakan.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edem, terdapat
infiltrat dan hilangnya jaringan kornea. Iritis dengan hipopion dapat timbul pada kasus-kasus berat.
Perlu dilakukan juga pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman pengliahatan, tes refrkasi, tes air mata,
pemeriksaan slitlamp, keratometri (pengukuran kornea), respon reflek pupil, dan dengan tes fluorescein
serta pemeriksaan KOH untuk jamur atau Gram untuk mengetahui penyebab oleh mikroorganisme
secara spesifik. Akan jauh lebih baik lagi bila dilakukan bipsi jaringan kornea dan diwarnai dengan
periodic acid Schiff kemudian dikultur dengan agar ekstrak maltose atau sabouraud.
Diagnosis Banding
3
Penatalaksanaan
Medikamentosa
o Ciprofloxacin IV subkonjungtival 0,3% (2 tetes/15 menit selama 6 jam) Nama
generiknya Ciloxan.
o Kloramfenikol Topikal dan IV 50 mg/KgBB. Nama generiknya Chloromycetin.
o Natamycin ED 5% (1 tets selama 1-2 jam). Nama generiknya Natacyn.
o Scopolamine opth 0,25% (1-2 tetes selama 1 jam). Nama generiknya Isopto Hyoscine.
o Ibuprofen IV 400 mg. Nama generiknya Ibuprofin atau Motrin.
Non Medikamentosa
o Jangan dibungkus karena akan meningkatkan suhu.
o Rujuk ke spesialis bagian oftalmologi.
o Bersihkan secret.
ENDOFTALMITIS
Manifestasi Klinis
Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan akrena bersifat spesifik untuk
mendeteksi mikroorganisme penyebab walaupun memerlukan waktu 48 jam 14 hari. Bahan
dapat diambil dari cairan dari kamera okuli anterior dan corpus vitreous.
USG mata karena kekeruhan pada corpus vitreous, fundus jadi tidak terlihat
Pemeriksaan darah lengkap, LED, Kadar nitrogen, urea darah dan kreatinin, foto rontgen
thoraks, USG jantung, kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja untuk kecurigaan endoftalmitis
akibat penyakit sistemik dengan penyebaran melalui hematogen.
Diagnosis
4
Diagnosis ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik.
Diagnosis Banding
Panuveitis, endoftalmitis eksogen, endoftalmitis endogen.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
o Ciprofloxacin IV subkonjungtival 0,3% (2 tetes/15 menit selama 6 jam) Nama
generiknya Ciloxan.
o Kloramfenikol Topikal dan IV 50 mg/KgBB. Nama generiknya Chloromycetin.
o Natamycin ED 5% (1 tets selama 1-2 jam). Nama generiknya Natacyn.
o Scopolamine opth 0,25% (1-2 tetes selama 1 jam). Nama generiknya Isopto Hyoscine.
o Ibuprofen IV 400 mg. Nama generiknya Ibuprofin atau Motrin.
Non Medikamentosa
o Rujuk pada spesialis oftalmologi.
5
4. Kornea dan Sklera
Laserasi kornea penuh atau yang melibatkan sklera merupakan bagian dari ruptur bola
mata dan harus diperbaiki di kamar operasi.
Dapat terjadi prolapse iris pada laserasi kornea penuh.
Tekanan bola mata umumnya rendah, namun pengukuran merupakan kontraindikasi
untuk menghindari penekanan pada bola mata.
5. Pupil
Periksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan afferent pupillary defect (APD).
Bentuk lancip, tetesan air, atau ireguler bisa terjadi pada ruptur bola mata.
6. Segmen anterior
Pada pemeriksaan dengan lampu sliIt, bisa ditemukan defek pada iris, laserasi kornea,
prolaps iris, hifema, dan kerusakan lensa.
Bilik mata depan dangkal dapat menjadi tanda ruptur bola mata dengan prognosis
yang buruk.
Pada ruptur posterior dapat ditemukan bilik mata depan dalam pada ekstrusi vitreous
pada segmen posterior.
7. Temuan lain
Perdarahan viteous setelah trauma menunjukan adanya robekan retina atau koroid,
avulsi saraf optikus, atau adanya benda asing.
Robekan retina, edema, ablasio, dan hemoragi dapat terjadi pada ruptur bola mata.
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos orbita untuk mencari benda asing radioopak.
2. USG orbita pada keadaan media refraksi keruh untuk mendapatkan informasi tentang status
dari struktur intraokuler, lokalisasi dari benda asing intraokuler, deteksi benda asing non
metalik, deteksi perdarahan koroid, ruptur sklera posterior, ablasio retina, dan perdarahan sub
retina.
3. CT Scan untuk evaluasi struktur intraokuler dan periorbita, deteksi adanya benda asing
intraokuler metalik dan menentukan terdapatnya atau derajat kerusakan periokuler,
keikutsertaan trauma intrakranial misalnya perdarahan subdural.
4. MRI sangat baik untuk menilai jaringan lunak tetapi kontraindikasi pada benda asing yang
terbuat dari metal
Diagnosis
Diagnosis trauma tajam okuli dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemerikaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa, informasi yang diperoleh dapat berupa mekaniseme dan
onset terjadinya trauma, bahan/benda penyebab trauma dan pekerjaan untuk mengetahui
penyebabnya
Anamnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah
cedera. Harus dicatat apakan gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau berawitan
mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraocular apabila terdapat kegiatan memahat,
mengasah atau adanya ledakan. Cederan pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera
yang diderita, harus dicurigai adanya penganiayaan pada anak. Riwayat kejadian harus diarah secara
khusus pada detail terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat penyakit
sebelumnya dan energi.
6
Ada berbagai jenis diagnosis pada trauma tembus mata yaitu trauma tembus pada palpebral,
trauma tembus pada saluran lakrimalis, trauma tembus pada orbita, trauma tembus pada konjungtiva,
trauma tembus pada sclera, trauma tembus pada kornea, trauma tembus pada uvea, trauma tembus
pada lensa, trauma tembus pada retina dan trauma tembus pada corpus siliar.
Diagnosis Banding
Jenis trauma pada bola mata lainnya.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
o Tramadol Inj 100 mg. Nama generiknya Tradosik.
o Isotic Cycloma ED (1 tetes/hari).
Non Medikamentosa
o Jaga pasien agar tetap tenang untuk mencegah luka lebih lanjut.
o Pasang pelindung mata dan jangan ditekan .
o Lakukan pemberian injeksi Tetanus.
o Berikan antibiotic inisial.
o Rujuk ke dokter spesialis oftalmologi.
Epifora.
Blefarospasme.
Nyeri hebat.
Penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.
Pemeriksaan Fisik
Tunda dulu dan dahulukan irigasi mata dengan air dan pH mata kembali netral dengan menggunakan
kertas lakmus. Setelah itu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan kejernihan dan keutuhan kornea,
derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi,
peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan berulang.
Pemeriksaan Penunjang
7
Diagnosis Banding
Trauma kimia basa pada mata.
Tatalaksana
Irigasi dengan normo saline selama 15-30 menit sampai pH mata kembali menjadi normal 7,3. Paling
sedikit 2 liter dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Berikan juga larutan natrium bikarbonat 3 %.
Diagnosis Banding
8
Penatalaksanaan
Lakukan irigasi dengan air selama 30 menit sebanya 2000 ml, lebih lama lebih baik.
Periksa dengan kertas lakmus; pH normal air mata 7,3
Lakukan debredemen (pengeluaran benda asing)
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
Berikan beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma.
Berikan steroid untuk menekan peradangan
Kolagenase inhibitor untuk menghalangi efek kolagenase.
Vitamin C untukl pembentukan kolagen.
Verban pada mata dan air mata buatan.
Keratoplasti.
Rujuk ke dokter spesialis bedah
HIFEMA
Manifestasi Klinis
9
neovaskularisasi meskipun sangat jarang dilakukan. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan,
kecuali pemeriksaan darah untuk melihat adanya sickle cell disease.
Diagnosis
Pasien hifema umumnya akan datang dengan keluhan perdarahan atau adanya darah pada bagian
tengah mata. Keluhan tersebut dapat disertai dengan nyeri pada mata, gangguan penglihatan,dan
sensitif terhadap cahaya. Bila terdapat riwayat trauma, perlu ditanyakan mekanisme kejadian, jenis
objek yang mengenai mata, arah terjadinya benturan, dan penggunaan pelindung mata saat kejadian.
Riwayat penyakit mata perlu ditanyakan, terutama mengenai penyakit yang memengaruhi tekanan
intraokuler. Riwayat indakan embedahan atau laser pada mata juga harus ditanyakan untuk
mengetahui kemungkinan hifema operatif. Riwayat penyakit lain seperti diabetes, hemoglobinopati,
atau sickle cell disease juga perlu untuk ditanyakan untuk menentukan etiologi dan tatalaksana.
Diagnosis Banding
Keratitis et causa herpes simpleks, sickle cell disease, xantogranuloma juvenile.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
o Asam aminokaproat 100 mg/KgBB per 4 jam dosis max 30 g/hari selama 5 hari.
o Asetaminofen 500 mg.
Non Medikamentosa
o Rawat inap.
o Posisi tidur ditinggikan 30 derajat pada kepala dan mata diistirahatkan.
o Monitoring tekanan intraokular dan pendarahan sekunder.
o Biasanya hifema akan hilang sempurna.
o Pembedahan dilakukan bila tekanan intraokular >35 mmHg selama 7 hari atau 50
mmHg selama 5 hari.
10
Inspeksi daerah mata untuk cari perdarahan sekitar mata
Periksa keadaan kelopak mata kornea, bilik mata depan, pupil, lensa, dan gerakan bola mata.
Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan slitlamp dan oftlamoskop.
Tampak benda asing
Injeksi konjungtiva dan silier
Rust Ring, terutama jika logam tertanam sudah beberapa jam atau hari
Defek epitel dengan penggunaan fluorescens
Udem kornea sel pada kamera okuli anterior.
Pemeriksaan Penunjang
CT-scan, B-scan ultrasound, dan ultrasound biomicroscopy (UBM) dapat digunakan jika ada
kecurigaan benda asing intraocular.
Diagnosis
Anamnesis aktifitas pasien, mekanisme trauma penting untuk ditanyakan. Gejala yang timbul nyeri dan
rasa mengganjal, sensasi benda asing, fotofobia, air mata yang terus mengalir dan mata merah
Diagnosis Banding
Korpus alienum pada lokasi mata yang lain.
Penatalaksanaan
Medikamentosa
o Skopolamin inj 20 mg 1 injeksi sehari pada mata. Nama generic Scopamin.
Non Medikamentosa
o Keluarkan benda asing dengan kapas steril
o Buka kelopak mata atas bawa, bersihkan dengan cutton bud
o Bilas dengan menggunakan larutan garam fisiolofis
o Tutup dengan kasa.
o Rujuk ke dokter spesialis oftalmologi bila dicurigai adanya korpus alienum pada
intraocular.
Keluhan timbul 4-6 jam post trauma yaiu mata sakit seperti ada pasir
Fotofobia
Blefarospasme
Konjungtiva kemotik
Kornea keruh
Pupil miosis
Pemeriksaan Fisik
11
Inspeksi sclera dan konjungtiva
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi mata atau CT-Scan untuk melihat tumor intraokuler
Diagnosis
Ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
Diagnosis Banding
Medikamentosa
o Isotic Cycloma ED 1 tetes sehari.
ABLATIO RETINA
Manifestasi Klinis
12
Diagnosis
Ablatio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftamologi dan pemeriksaan
penunjang. Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relative terlokalisir, tetapi jika hal
tersebut tidak diperhatikan oleh penderita maka akan berkembang menjadi lebih berat jika berlangsung
sedikit demi menuju macula. Keadaan ini juga tidak menimbulkan rasa sakit tiba tiba kehilangan
penglihatan terjadi ketika kerusakannya sudah parah. Pasien seperti biasanya mengeluhkan
kemunculan tiba tiba awan gelap atau kerudung di depan mata.
Selain itu perlu dianamnesa adanya factor predisposisi yang menyebabkan terjadi ablasio retina seperti
adanya riwayat trauma, riwayat pemberhan sebelumnya seperti ekstraksi katarak, pengangkatan
korpus alineum inokuler, riway penyakit mata sebelumnya (uveitis, pendarahan vitreus, amblyopia,
glaucoma dan retinopati diabetic). Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama seerat oenyakit
sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes mellitus, tumor, sickle cell leukemia,
eklamsia, dan prematuritas).
Diagnosis Banding
Retinoschisis
Retinopati
Penyakit Vaskular Mata
Penatalaksanaan
Medikamentosa
o Isotic Cycloma ED sehari satu tetes.
Non Medikamentosa
o Tirah baring
o Kepala dan mata tidak boleh digerakkan
o Mata ditutup segera
o Rujuk ke dokter spesialis oftalmologi
13