Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

LETAK SUNGSANG

Pembimbing :
Dr. Wahyu Jatmika Sp.OG

Disusun Oleh :
Dian Roshita
11.2016.288

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 14 Mei 2018 - 21 Juli 2018
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
2018
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS

Nama : Dian Roshita Tanda tangan :


NIM : 11.2016.288
Dr pembimbing / penguji : dr. Wahyu Jatmika,Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.UR Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 26 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (GIII0IIA0) Agama : Islam
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMA
Alamat : Bulung Kulon RT 02 / RW 06, Masuk Rumah Sakit :26 Mei 2018
Jekulo, Kudus Pukul 09.30 WIB

Nama suami : Tn.S


Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Bulung Kulon RT 02 / RW 06, Jekulo, Kudus

Anamnesis :
Dilakukan autoanamnesis tanggal 26 Mei 2018, pukul 09.40 wib

Keluhan utama :
Perut kencang – kencang 2 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan perut kencang – kencang sejak 2 jam SMRS. Keluhan ini disertai
perut terasa mules dan keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.Saat ini os sedang hamil
40 minggu. Os datang dengan rujukan dari poliklinik dengan indikasi letak sungsang. Os
mengatakan bahwa selama ini sudah rutin kontrol kehamilan ke bidan. Os tidak mengeluhkan
adanya demam,pusing, mual, muntah, dan mata berkunang. Os tidak memiliki riwayat

1
keguguran sebelumnya. Os juga tidak memiliki riwayat trauma selama kehamilan. Os
mengatakan hari pertama haid terakhir adalah tanggal 20 Agustus 2017

Riwayat Kehamilan:
ANC rutin di bidan, tidak ditemukan masalah dalam kehamilan sebelumnya
Riwayat Haid:
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
HPHT : 20 Agustus 2017
HPL : 21 Mei 2018
- Perkawinan :1 kali
- Menikah usia : 17 tahun
- Lama menikah : 10 tahun
- Riwayat KB : KB suntik 3 bulan (terakhir 2016)
- ANC : teratur ke bidan

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil Usia Jenis Penyulit penolong Jenis BB/TB Umur Masa
ke kehamilan persalinan kelamin lahir sekarang Nifas
1 9 bulan Normal - dukun L 3350 19
2 9 bulan Normal - Bidan L 2500 10
Hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu


 Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan alergi.
 OS tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis,
asma dan alergi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 170/100 mmHg

2
Nadi : 78x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,2oC
BB : 65 kg
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-
Jantung : BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara napas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Tampak membuncit sesuai massa kehamilan, tampak linea nigra, dan
striae gravidarum. BU (+), Nyeri tekan (-).
Genitalia : PPV (+)
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat+/+

Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi :Membuncit sesuai usia kehamilan, tampak linea nigra dan striae
gravidarum. Sikatrik tidak ada.
Tinggi fundus uteri : 30 cm
Tafsiran Berat Janin : (30-11)x155=2.945gram
Leopold I :teraba bagian bulat, melenting, dan keras di sebelah atas. (Kepala)
Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba bagian
terkecil di sebelah kanan.(PUKA)
Leopold III : teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (Bokong)
Leopold IV : bokong sudah masuk PAP 4/5
Auskultasi : denyut jantung janin (+) 140x/menit
His (+) 2x dalam 10 menit selama 20 detik.
Pemeriksaan dalam:
pembukaan Ø 8cm, effacement 75%, KK (+)
bagian bawah janin bokong, hodge II
teraba sacrum
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
 Golongan darah/Rh A/+
 Hemoglobin 10,8g/dL (N : 11,7 – 15,5)

3
 Leukosit 12,07 ribu (N : 4.500 – 12.500)
 Hematokrit 30,90% (N : 36-46)
 Trombosit 181.000 (N : 150.000-440.000)
Imunoserologi
 HbsAg negatif(-) (N : negatif (-))
 Anti HIV negatif(-) (N : negatif (-))

Ringkasan
Os datang dengan keluhan perut kencang – kencang sejak 2 jam SMRS. Keluhan ini disertai
perut terasa mules dan keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir. Saat ini os sedang hamil
40 minggu. Os datang dengan rujukan dari poliklinik dengan indikasi letak sungsang. Os
mengatakan bahwa selama ini sudah rutin kontrol kehamilan ke bidan. Os tidak mengeluhkan
adanya demam,pusing, mual, muntah, dan mata berkunang. Os tidak memiliki riwayat
keguguran sebelumnya. Os juga tidak memiliki riwayat trauma selama kehamilan. Os
mengatakan hari pertama haid terakhir adalah tanggal 20 Agustus 2017
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
HPHT : 20 Agustus 2017
HPL : 21 Mei 2018
Inspeksi : perut membuncit sesuai dengan umur kehamilan, Striae gravidarum
(+), linea nigra (+)
Palpasi :
Tinggi fundus uteri 30 cm
Tafsiran Berat Janin: (30-11)x155=2.945 gram
Leopold I : teraba bagian bulat, melenting, dan keras di sebelah atas (Kepala)
Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri dan teraba bagian terkecil
di sebelah kanan (PUKA)
Leopold III : teraba bulat, lunak dan tidak melenting (Bokong)
Leopold IV : bokong belum masuk PAP
Auskultasi : denyut jantung janin (+) 140x/menit
His (+) 2x dalam 10 menit selama 20 detik
Pemeriksaan dalam:

4
pembukaan Ø 8 cm, effacement 75%, KK (+)
bagian bawah janin bokong, hodge II
teraba sacrum

Diagnosis Kerja
• GIIPIAO 26 tahun hamil 40 minggu
• Janin I hidup intrauterin
• Presentasi bokong, sudah masuk PAP 4/5, puka
• Inpartu kala I fase Aktif
• letak sungsang dan PEB

Rencana pengelolaan
• VT : pembukaan Ø 8cm, effacement 75%, KK (+)
Bagian bawah janin bokong, Hodge II
Teraba sacrum
• Sikap: Pengawasan 10
Infus RL 25 tpm
Puasa pro Sectio caesarea
Prognosis
Power : dubia ad bonam
Passage : dubia ad malam
Passanger : dubia ad bonam

Follow Up
Tanggal 26 Mei 2018, Jam 10.00
S : Perut terasa kencang-kencang
O : KU : baik kesadaran: CM
TD : 150 / 90 mmHg RR: 20 x/menit
HR :86 x/menit T : 36,5°C
DJJ: 144 x/menit
HIS : 2x / 10 menit (20 detik)
PPV : (+) lendir darah
Tanda – tanda inpartu kala I ( + )
VT :

5
Ø 8, KK ( + ) Eff 75%
Bagian bawah janin Bokong ↓ H II
Teraba Sacrum
A :GIIPIA0, 26 tahun, hamil 40 minggu
Janin I hidup intrauterin
Presentasi bokong, sudah masuk PAP 4/5, puka
Inpartu kala I fase aktif
letak sungsang dan PEB
P :Evaluasi tiap 4 jam
Pengawasan 10

Operasi Sectio Caesarea


Tanggal 27 Mei 2018 jam 10.30
- insisi abdomen di linea mediana sepanjang 10 cm di atas symphisis
- insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka
- Tampak uterus sesuai umur hamil aterm
- Buka plica vesica uterina semilunar
- Insisi pada Segmen bawah rahim ± 10 cm
- Ekstraksi bokong bayi, Lahir bayi laki - laki 3130 gram, 48 cm, Apgar score 9-10-10
- Plasenta dilahirkan manual, kotiledon lengkap
- Jahit SBR dengan chromic catgut no 2 jelugur
- Over hecting dengan CC no 2
- Kontrol perdarahan, perdarahan (–)
- adneksa kanan dan kiri dalam batas normal
- Jahit peritoneum dengan plain catgut no 0
- Jahit otot dengan plain catgut no 0
- Jahit fascia dengan safil no 2
- Jahit lemak subkutan dengan plain catgut no 1
- Jahit kulit dengan jahitan subkutan nylon no.2
- Perdarahan selama op ± 300 cc
- Tindakan selesai
- Insisi dinding abdomen pada linea mediana sepanjang 10 cm mulai dari atas symphysis
pubis ke arah umbilikus.
- Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka

6
- Tampak uterus sesuai usia kehamilan
- Buka plica vesica semilunaris
- Insisi Segmen Bawah Rahim ± 10 cm
- Tampak air ketuban berwarna jernih
- Bayi letak puncak dan tampak lilitan tali pusat1x erat pada leher, dan bebaskan.
- Kepala bayi diluksir, lahir kepala, badan dan kaki bayi.
- Bayi Laki-laki , BB 3130 gr, PB 48 cm, APGAR SCORE 9-10-10
- Plasenta dilahirkan secara manual, kotiledon lengkap, infark10%, hematom(-)
- Jahit Segmen Bawah Rahim dengan Chromic catgut no. 2.0. secara jelujur terkait
- Jahit overhecting pada segmen bawah rahim dan plica vesica uterina dengan Chromic
catgut no. 2.0
- Kontrol perdarahan, perdarahan berhenti.
- Kedua adnexa dalam batas normal
- Jahit peritoneum dengan Plain catgut no. 0
- Jahit musculus rectus abdominalis dengan Plain catgut no. 0
- Jahit fascia dengan polisorb no. 2.0 jelujur terkait
- Jahit lemak subkutan dengan plain catgut no 0.
- Jahit kulit dengan nilon no 2.0 secara matras
- Perdarahan selama operasi ± 300 cc
- Tindakan operasi selesai

Instruksi pasca tindakan


- Infus RL 20 tpm
- Cefotaxime 2x 1gram IV
- Tramadol 3 x 100mg IV
- Vitamin B1 2 x 50mg IV
- Vitamin C 1 x 500mg IV
- Ketorolac 2 x 1
- Cek Hb post operasi

Follow Up
27 Mei 2018 pukul 07.00
S : Nyeri luka bekas operasi

7
O : Keadaan Umum: Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
TD : 140/70 mmHg N :88 x / menit
RR : 22 x/ menit S :36.4o C
Mata : CA -/- SI -/-
C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae : Puting menonjol, ASI (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik
TFU : 2 Jari di bawah pusat
PPV : Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Hemoglobin post operasi : 10,10 g/ dl
A : PIIIA0 post SC hari I atas indikasi letak sungsang dan PEB
P : tirah baring, terapi dilanjutkan

28 Mei 2018 pukul 14.00


S: Nyeri luka bekas operasi.
O: Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/70 mmHg RR : 18x/menit
HR : 80x/menit T : 37,0oC
Mata : CA -/- SI -/-
C/P : BJ I-II murni reguler, SN Vesikuler +/+
Mammae : Puting menonjol, ASI (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (+), bising usus (-), kontraksi uterus baik
TFU : 2 Jari di bawah pusat
PPV : Lochea (+)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
A: PIIIA0 Post SC hari II atas indikasi letak sungsang dan PEB
P: - Mobilisasi, pasien pulang

Tinjauan Pustaka
Definisi

8
Letak sungsang didefinisikan sebagai letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terendah (presentasi bokong) 1

Klasifikasi
Dikenal beberapa jenis persentasi bokong, yakni :2
 Presentasi bokong sempurna
(complete breech).
Fetus berada dalam posisi
duduk dalam jalan lahir tetapi
bokong masih merupakan
presenting part. Seluruh
anggota gerak janin fleksi sempurna (tungkai dan lutut fleksi).
 Presentasi bokong murni (frank breech).
Bagian terbawah (presenting part) dari fetus adalah bokong, kedua tungkai dalam
fleksi dan sejajar toraks (lutut ekstensi).
 Presentasi kaki (footlink breech / incomplete breech).
Salah satu atau kedua kaki lebih inferior dibandingkan dengan bokong dan akan
menjadi bagian pertama yang lahir.
Etiologi

Letak sungsang biasanya terjadi karena kegagalan versi spontan menjadi presentasi kepala pada
kehamilan aterm atau pada persalinan prematur sebelum versi kepala terjadi(2).

Beberapa faktor predisposisi pada letak sungsang1-3 :

 Oligohidramnion
 Hidramnion, karena anak mudah bergerak.
 Anomali uterus, seperti uterus bikornis
 Tumor-tumor dalam panggul
 Plasenta abnormal, misalnya plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke
dalam pintu atas panggul.
 Multiparitas
 Gemelli
 Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang sesuai dengan
pintu atas panggul.

9
 Letak sungsang pada kehamilan sebelumnya dikarenakan panggul sempit.

EPIDEMIOLOGI
Letak sungsang terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak sungsang berkurang
dengan bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 28
minggu sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu 7% dan pada kehamilan aterm 1-3%.1,4

Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal.1-3
Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi bokong
dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari
seluruh kehamilan.1-3 Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan
presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.1 Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256 persalinan
tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang.1 Sedangkan di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi
bokong sebesar 8,63%.

Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada kematian perinatal pada
presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala.
Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi bokong. Sebab
utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas
dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong,
dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.

Diagnosis

Pemeriksaan Luar

Berdasarkan pemeriksaan Leopold akan teraba bagian keras, bundar, dan melenting pada
fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, akan teraba bagian yang kurang bundar dan
lunak. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat1.

10
2.4.2 Pemeriksaan Dalam

Pada pemeriksaan dalam, jika pembukaan sudah besar dapat teraba tiga tonjolan tulang, yaitu
kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, sedangkan os scrum dapat dikenal sebagai
tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus ditengah-tengah tulang tersebut.1

Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak. Persentasi bokong harus
dibedakan dari muka karena pada letak muka jika caput succedaneum besar, muka dapat
disangka bokong karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera ossis ischii, dagu
menyerupai ujung os sacrum, sedangkan mulut di sangka anus. Yang menentukan ialah bentuk
os sacrum yang mempunyai deretan prosesus spinosus yang disebut krista sakralis medialis.1

Perbedaan kaki dan tangan1 :

1. Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang, yaitu mata kaki dan calcaneus,
sedangkan pada tangan hanya ada mata dipergelangan tangan.
2. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
3. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menggunakan Röntgen dan USG. Namun
karena adanya faktor resiko paparan radiasi maka USG lebih sering digunakan pada saat ini.
Dengan menggunakan USG dapat diketahui presentasi, letak dan habitus dari bayi, adanya
kehamilan multipel, lokasi dari plasenta dan volume cairan amnion. 3,5,6

Penatalaksanaan

11
Penatalaksanaan antepartum

Apabila telah ditegakkan diagnosis sungsang, seorang ibu harus diobservasi apakah terjadi
versi spontan menjadi presentasi kepala. Apabila posisi sungsang tetap bertahan diatas usia
kehamilan 36 minggu maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan versi luar.7

Penatalaksanaan selama persalinan

Keputusan untuk menentukan cara kelahiran bayi, harus dibuat secara hati-hati sesuai dengan
kondisi individu

Seksio sesaria

Indikasi untuk seksio sesaria antara lain panggul sempit, janin besar (lebih dari 3500 gr pada
primi dan 4000 gr pada multigravida) atau tali pusat menumbung.

Tabel. Kriteria persalinan pervaginam atau seksio sesaria pada letak sungsang 6,9

Persalinan Pervaginam Seksio Sesaria

- Letak sungsang bokong murni - Berat janin >3500 gr atau <1500 gr

- Umur kehamilan >=34 minggu - Ukuran pelvis yang sempit atau

perbatasan

- Taksiran berat badan janin 2000 – - Kepala janin yang defleksi atau

3500 gr hiperekstensi

- Kepala janin fleksi - Pecah ketuban yang lama

- Ukuran pelvis yang memadai - Bagian bawah janin yang tidak

engaged

- Tidak ada indikasi ibu maupun anak - Primi tua

untuk seksio sesaria

- Janin yang preamatur (umur

12
kehamilan 25-34 minggu)

- Presentasi kaki

Mekanisme persalinan pervaginam pada persentasi bokong

Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang atau miring.
Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu bawah panggul
paha menempati diameter anteposterior dan trokanter depan berada di bawah simfisis.
Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga trokenter belakang melewati
perineum dan lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki.1,3

Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang
memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau
miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada dibawah simfisis
dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam rongga
panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring.1,3

Di dalam rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala, sehingga muka memutar ke
posterior dan oksiput ke arah simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu,
mulut, hidung, dahi dan seluruh kepala lahir berturut-turut meliwati perineum. 1,3

Ada perbedaan nyata antara kelahiran janin dalam persentasi kepala dan kelahiran janin dalam
persentasi bokong. Pada persentasi kepala, yang lahir dahulu ialah bagian janin terbesar,
sehingga bila kepala telah lahir, kelahiran badan tidak memberi kesulitan. Sebaliknya pada
persentasi bokong, berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar, dimulai
dari lahinya bokong, bahu dan kemudian kepala. Dengan demikian meskipun bokong dan bahu
telah lahir, hal tersebut belum menjamin bahwa kelihiran kepala juga berlangsung dengan
lancar. 1,3

Jenis pimpinan persalinan pervaginam persentasi bokong : 1,3,6

 Persalinan spontan ( cara/perasat bracht ).


Janin dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri.
 Manual aid.

13
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan
tenaga penolong.
 Ekstraksi.
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.

1. Pertolongan persalinan spontan persentasi bokong (cara bracht)

Pada parasat bracht janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga


ibu sendiri. Caranya setelah bokong lahir, bokong dipegang
secara Bracht/fumero-pelvis yaitu ibu jari kiri dan kanan
memegang pangkal paha dengan arah keanus dan jari-jari lainya
di bokong sambil mengikuti gerakan janin tanpa melakukan
tarikan, kemudian dilakukan gerakan hiperlordosis, tubuh janin
kearah perut ibu, sehingga lambat laun lahir badan bagian atas, bahu, lengan dan kepala
janin. Tetapi perlu diingat bahwa dengan parasat bracht tidak selalu bahu dan kepala
berhasil dilahirkan, sehingga untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan
manual aid.10,11

Keuntungan :
a. tangan penolong tidak masuk jalan lahir, sehingga mengurangi risiko infeksi.
b. mendekati persalinan fisiologik, mengurangi trauma pada janin

Kerugian :
a. 5-10% mengalami kegagalan.
b. tidak dilakukan pada panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku (primipara),
nuchal arm (lengan menjungkit).

2. Pertolongan persalinan dengan manual aid

Dimana sampai kelahiran bokong, adalah oleh tanaga ibu, sedangkan kelahiran bahu dan
kepala janin adalah tenaga penolong.

Indikasi :
a. bila pertolongan secara Bracht gagal.

14
b. elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual aid

Tahapan :
a. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
b. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan memakai tenaga penolong secara klasik
(Deventer), Mueller atau Lovset.
c. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dengan cara Mauriceau-Veit-Smellie, Najouk,
Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik, atau dengan cunam Piper

Ada 3 cara kelahiran bahu pada manual aid, yaitu :

a. Melahirkan lengan dan bahu secara klasik (Deventer)

Pada dasarnya, lengan kiri janin dilahirkan dengan lengan kiri penolong, sedangkan
lengan kanan janin dilahirkan dengan lengan kanan penolong, kedua lengan dilahirkan
sebagai lengan belakang. 10,11

Caranya:

 Bokong dan pengkal paha yang telah lahir dipegang dengan dua tangan, badan
ditarik kebawah sampai ujung bawah skapula depan kelihatan dibawah simpisis.

 Kedua kaki janin dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang
akan dilahirkan, tubuh janin ditarik keatas, sehingga perut janin kearah perut ibu,
tangan penolong yang satu dimasukkan kedalam jalan lahir menelusuri punggung
janin menuju kelengan belakang sampai kefossa kubiti. Dua jari tangan tersebut
ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin dikeluarkan
dengan bimbingan jari-jari tersebut.

15
 Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung janin dipegang dengan kedua
tangan, tubuh janin diputar untuk mengubah lengan depan supaya berada
dibelakang dengan arah putaran sedemikian rupa sehingga punggung melewati
simpisis, kemudian lengan yang sudah berada dibelakang tersebut dilahirkan
dengan cara yang sama.

Cara klasik tersebut terutama dilakukan apabila lengan depan menjungkit keatas atau
berada dibelakang leher janin. Karena memutar tubuh janin dapat membahayakan
janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara klasik dapat dilakukan tanpa
memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetap dilahirkan sebagai lengan depan.
10,11

Caranya:

 kedua kaki dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan depan
untuk menarik tubuh janin kebawah sehingga punggung janin mengarah
kebokong ibu.

 Tangan yang lain menelusuri punggung janin menuju kelengan depan sampai
kefossa kubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan dua jari yang sejajar dengan
humerus.

b. Melahirkan lengan dan bahu secara Mueller

Caranya:

Kedua tangan penolong pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik
kebawah sampai bahu berada dibawah simpisis.

 Kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara dua jari tnagan penolong
ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan janin dilahirkan dengan
bimbingan jari-jari tersebut, sesudah itu baru lengan belakang dilahirkan

16
c. Melahirkan lengan dan bahu secara Loevset

Dasar pemikiran cara Loevset ialah: bahu belakang janin selalu berada lebih randah
dari bahu depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar
kedepan dengan sendirinya akan lahir dibawah simpisis.

Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan
penolong pada bokong, tubuh janin ditarik kebawah sampai ujung bawah skapula
depan terlihat dibawah simfisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang
dada dan punggung anak oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat didepan dan
tampak dibawah simpisis, dengan demikian lengan depan dapat dilahirkan dengan
mudah.Bahu yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan cara
memutar kembali tubuh janin kearah berlawanan, sehingga bahu belakang menjadi
bahu depan dan lengan dapat dilahirkan dengan mudah. 10,11

Nuchal arm (lengan menjungkit)

Menolong persalinan letak bokong dengan tarikan ringan sampai skapula lahir. Sampai batas
ini ini tubuh bayi diputar sehingga diameter biakromialis dalam posisi anteroposterior. Sebatas
aksilla bahu siap dilahirkan. Traksi berlebihan untuk melahirkan bahu menyebabkan lengan
tertinggal di atas kepala dan tersangkut lengannya di leher (nuchal arm). Untuk itu penolong
meletakkan dua jari sepanjang humerus dan mengusapkan ke muka dan dada bayi sampai lahir
lengan tersebut sambil didorong ke atas.

Humerus bayi harus displint dengan jari penolong dan bukan digaet. Nuchal arm kadang-
kadang dapat dibebaskan dengan memutar badan bayi searah dengan jari bayi menunjuk,
sehingga tangan yang menjungkit dapat terbebas melewati muka bayi.

Sedangkan untuk kelahiran kepala dengan manual aid ada 4 cara yaitu :

a. Melahirkan kapala secara Mauriceau (Veit-Smellie)

17
Caranya:

 Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada lengan kiri penolong.
 Jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis
pada maksilla, untuk mempertahankan supaya kepala janin tetap dalam keadaan
fleksi.
 Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari
tengah berada disebelah kiri dan kanan leher janin.

 Janin ditarik kebawah dengan tangan kanan sampai subooksiput atau batas rambut
dibawah simpisis.

 Kemudian tubuh janin digerakkan keatas, sedangkan tangan kiri tetap


mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka lahir melewati perineum, disusul
oleh bagian kepala lainnya.

 Perlu ditekankan disini bahwa tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin, karena
dapat menyebabkan perlukaan pada mulut dan muka janin.

b. Melahirkan kepala dengan cara Naujoks

Teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi, sehingga jari penolong tidak dapat
dimasukkan kedalam mulut janin.

Caranya:

 Kedua tangan penolong mencengkam leher janin dari arah depan dan belakang.

 Kedua tangan penolong menarik bahu curam ke bawah dan bersamaan dengan itu
seorang asisten mendorong kepala janin ke arah bawah.

18
Cara ini tidak dianjurkan kerena menimbulkan trauma yang berat pada sumsum
tulang di daerah leher.

c. Melahirkan kepala dengan cara Prague terbalik

Teknik Prague terbalik dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang
dekat sakrum dan muka janin menghadap simfisis.

Caranya:

 Satu tangan penolong mencekam leher dari arah bawah dan punggung janin
diletakkan pada telapak tangan penolong.

 Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki.

 Kaki janin ditarik ke atas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin, sehingga
perut janin mendekati perut ibu.

 Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.

d. Melahirkan kepala dengan Cunam Piper

Cunam piper dibuat khusus untuk melahirkan kepala janin pada persentasi bokong,
sehingga mempunyai bentuk khusus yaitu :

a. Daun cunam berfenestra, yang mempunyai lengkung panggul yang agak


mendatar ( baik untuk pemasangan yang tinggi ).
b. tangkainya panjang, melengkung keatas dan terbuka, keaaan ini dapat
menghindari kompresi yang berlebihan pada kepala janin.

19
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan janin
diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasikan keatas, sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.

Pemasangan cunam pada aftercoming head tehniknya sama dengan pemasangan


pada letak balakang kepala. Hanya pada kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah,
yaitu sejajat dengan kelipatan paha belakang. Setelah sub oksiput tampak dibawah
simpisis, maka cunam dielevasikan keatas dan dengan suboksiput sebagai
hipomokleon, berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala.

3. Pertolongan persalinan dengan ekstraksi total


Prosedur ekstrakis persentasi bokong ada 2 teknik , yaitu :

a. Teknik ekstraksi kaki


 Setelah persiapan selesai, tangan yang searah dengan bagian-bagian kecil janin
dimasukkan secara obstetrik kedalam jalan lahir, sedangkan tangan yang lain
membuka labia. Tangan yang didalam mencari kaki depan dengan menelusuri
bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakuakan abduksi dan fleksi
pada paha janin sehingga kaki bahwah fleksi. Tangan yang diluar mendorong
fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang
oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
 Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu ibu jari diletakkan di
belakang betis sejajar sumbu panjang betis, dan jari-jari lain di depan betis.

20
Dengan pegangan ini, kaki janin ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha
lahir.
 Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua jari di
belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain didepan paha.
 Pangkal paha ditarik curam ke bawah smapai trokhanter depan lahir. Kemudian
pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas sehingga trokhanter
belakang lahir. Bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.
 Sebaliknya bila kaki belakang yang lahir lebih dulu, maka yang akan lahir lebih
dulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka
pangkal paha terus curam ke bawah.
 Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai tehknik
pegangan femuro-pelviks. Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam
kebawah sampai pusar lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain
dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.
b. Teknik ekstraksi bokong
 Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis persentasi bokong adalah letak bokong
murni (frank breech), dan bokong sudah berada di dasar panggul, sehingga sukar
untuk menurukan kaki.
 Jari telunjuk tangan penolpng yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan
ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk
ini, pelipatan paha dikait dan di tarik curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga
tarikan ini, maka tangan penolong yang lain mencekam pergelangan tangan tadi,
dan turut menarik curam ke bawah.
 Bila dengan tarikan ini trochanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam ke
bawah sampai bokong lahir.
 Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks, kemudian janin
dapat dilahirkan dengan cara manual aid.

Cara pertolongan dengan cara ekstraksi pada persalinan persentasi bokong sudah jarang
dikerjakan untuk persalinan janin hidup, karena cara persalinan secara ekstraksi total
merupakan cara persalinan dengan panyulit janin yang sangat buruk, yaitu kematian janin
3 kali lebih banyak dibandingkan persalinan spontan.

21
Pertolongan dengan cara ekstraksi bila dilakukan biasanya pada kasus: Dekompensasi
kordis, eklampsia, status asmatikus, gawat janin kala I.

Syarat partus pervaginam pada letak sungsang:

 Janin tidak terlalu besar


 Tidak ada suspek CPD
 Tidak ada kelainan jalan lahir
 Jika berat janin 3500 g atau lebih, terutama pada primigravida atau multipara dengan
riwayat melahirkan kurang dari 3500 g, sectio cesarea lebih dianjurkan.

Syarat pimpinan meneran kala II pada persalinan letak sungsang:

 Pembukaan lengkap
 Bokong terletak di Hodge III atau lebih
 Ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan lengkap
 Hati-hati prolaps tali pusat
 Hati-hati "aftercoming head".

Penyulit/komplikasi yang mungkin terjadi:

 Sufokasi : aspirasi darah, lendir, mekonium, air ketuban terhisap ke jalan napas
 Prolaps tali pusat
 Asfiksia
 Kerusakan jaringan otak
 Fraktur pada tulang-tulang bayi : humerus, klavikula, femur, dislokasi bahu, tulang
kepala
 Cedera pleksus brakialis, hematoma otot-otot.

Komplikasi

 Anoksia

22
Kompresi dan prolaps pada tali pusat mungkin berhubungan dengan persalinan letak
sungsang terutama pada letak sungsang presentasi bokong-kaki dan letak kaki. Kompresi
dari tali pusat yang prolaps dapat terjadi selama kontraksi uterus yang menyebabkan
deselerasi yang sedang sampai berat dari denyut jantung yang pada akhirnya akan
menyebabkan anoksia atau kematian janin. .3

 Luka persalinan
Insidensi terjadinya trauma lahir selama persalina letak sungsang pervaginam 13 kali lebih
tinggi dibanding presentasi kepala. Jenis luka perinatal yang pernah dilaporkan selama
persalinan sungsang diantaranya robeknya tentorium cerebelum, sefal hematom, brachial
palsy, fraktur tulang panjang dan rupturnya otot sternocleidomastoideus. Persalinan sungsang
pervaginam juga penyebab utama perlukaan terhadap kelenjar adrenal, hepar, anus, genital,
tulang belakang dan sendi panggul bayi. .3

Prognosis

Bagi ibu pada letak sungsang tidak banyak berbeda dengan prognosis pada letak kepala,
mungkin ruptura perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak dengan letak
sungsang lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya seorang primigravida. Kematian
anak dengan letak sungsang kurang lebih 14%, jika kematian karena prematuritas dikurangi,
kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian anak letak
kepala.

Penyebab kematian anak pada letak sungsang :

23
1. Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul, sehingga
tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga, bahwa kepala harus
lahir dalam 8 menit setelah tali pusat lahir, supaya anak dapat lahir selamat.

2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan
cepat.

3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.

4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung, karena bagian depan
anak kurang baik menutup bagian bawah rahim.

Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi, karena mungkin terjadi fraktur
dari humerus atau clavicula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena
tekanan atau tarikan pada pleksus brachialis pada waktu melahirkan kepala dengan cara
Mauriceau. 1

Versi

Versi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengubah letak bokong menjadi letak kepala
atau sebaliknya.

Versi Luar

Merupakan suatu tindakan untuk mengubah letak janin dalam rahim yang dikerjakan
dari luar melalui dinding abdomen.

24
Indikasi dilakukannya versi luar : 4

1. Letak lintang pada kehamilan lebih dari 34 minggu

2. Letak sungsang pada kehamilan lebih dari 36 minggu

Syarat dilakukannya versi luar :

1. Pada letak sungsang, bagian terendah bayi masih dapat dimobilisasi

2. Bunyi jantung janin baik

3. Ketuban belum pecah

4. Pada persalinan, pembukaan serviks kurang dari 3 cm

Kontraindikasi dilakukannya versi luar : 3

1. Kepala sudah masuk pintu atas panggul

2. Oligohidroamnion

3. Plasenta previa

4. Anomali uterus

5. Gestasi multipel

6. Ketuban pecah sebelum waktunya.

25
7. Riwayat operasi pada uterus sebelumnya (miomektomi atau metroplasti).

8. Suspek malformasi kongenital atau abnormalitas (IUGR)

Komplikasi dilakukannya versi luar : 3

1. Solusio plasenta

2. Ruptura uteri

3. Emboli cairan amnion

4. Kelahiran preterm

5. Gawat janin

6. Lilitan tali pusat

7. Ketuban pecah

Versi Dalam

Versi dalam saat ini sudah jarang dilakukan mengingat tingginya morbiditas dan mortalitas
janin dan ibu sehubungan dengan prosedur yang digunakan.

Prosedur dilakukannya versi dalam : 3

1. Perbaiki kedaan umum ibu dengan pemasangan infus dan pengadaan persediaan
darah untuk kemungkinan dilakukannya tranfusi.
2. Dilakukan anestesi untuk relaksasi uterus.
3. Pasien diletakkan dalam posisi dorsolitotomi. Kemudian salah satu tangan
dimasukkan ke dalam lubang serviks menyusuri badan janin sampai
menemukan kedua kaki yang kemudian menariknya keluar. Setelah itu,
dilakukan ekstraksi bokong yang diikuti dengan kelahiran badan dan kepala
bayi.
Preeklampsia berat

Definisi

Preeklampsia berat adalah preeclampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 g/24 jam11

26
Diagnosis12

Criteria preeclampsia digolongan preeclampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala
berikut :

- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg. Tekanan
darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah
menjalani tirah baring.
- Proteinuria lebih dari 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
- Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
- Kenaikan kadar kreatinin plasma.
- Gangguan visus dan cerebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan
kabur.
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadaran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula Glisson)
- Edema paru-paru dan sianosis
- Hemolisis mikroangiopatik
- Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
- Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler) : peningkatan kadar alanin dan aspartat
aminotransferase.
- Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
- Sindroma HELLP

Pembagian Preeklampsia Berat12

Preeklampsia berat dibagi menjadi :

- Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia


- Preeklampsia berat dengan impending eklampsia
Disebut impending eklampsia bila disertai gejala subyektif berupa nyeri kepala hebat,
gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.12

Perawatan dan pengobatan pre-eklampsia berat12

Manajemen umum perawatan preeklampsia berat meliputi 2 unsur yaitu:

a) Sikap terhadap penyakit (pemberian obat-obat atau terapi medisinalis)


27
Penderita harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring
miring ke satu sisi (kiri).
 Pengelolaan cairan12
Merupakan hal yang penting karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai
risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Monitoring input cairan (melalui
oral ataupun infus) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting yaitu harus
diukur dengan tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin.
Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi. Cairan yang
diberikan dapat berupa:
- 5% Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan < 125cc/jam atau
- Infus dekstrose 5% yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus Ringer laktat (60-125
cc/jam) 500 cc.
Dipasang Foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila
produksi urin <30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.
 Antasida
Diberikan untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat
menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam12
 Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
 Pemberian obat antikejang
Obat antikejang yang banyak dipakai di Indonesia adalah magnesium sulfat
Cara kerja : magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin pada
rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi
neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat,
magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidakterjadi (terjadi
inhibisi kompetitif antara ion kalsium dan ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi
dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.13

Cara pemberian :

Magnesium sulfat regimen 14

 Loading dose : initial dose – 4 gram MgSO4 : intravena,(40% dalam 10 cc) selama 15
menit
 Maintainance dose – diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/6jam; atau diberikan
4 atau 5 gram i.m. selanjutnya maintainance dose diberikan 4 gram i.m tiap 4-6 jam.

28
Syarat-syarat pemberian MgSO413

1. Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% =
1 gram (10% dalam 1 cc) diberikan iv 3 menit.

2. Refleks patella (+) kuat

3. Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distress napas

Magnesium sulfat dihentikan bila:

1. Ada tanda-tanda intoksikasi (paralisis pernafasan, penurunan tensi secara tiba-tiba, reflex
patella negatif)

2. Setelah 24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir14

Dosis Terapeutik dan toksis MgSO4

Dosis terapeutik 4-7 mEq/liter 4,8-8,4 mg/dl


Hilangnya reflex tendon 10 mEq/liter 12 mg/dl
Terhentinya pernapasan 15mEq/liter 18 mg/dl
Terhentinya jantung >30 mEq/liter > 36 mg/dl
Tabel 3. Dosis terapeutik dan toksis MgSO4

Bila terjadi refrakter terhadap MgSO4, maka diberikan salah satu obat berikut : thiopental
sodium, sodium amobarbital, diazepam, atau fenitoin.

 Diuretikum 14
tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah jantung kongestif atau
anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah Furosemid.Pemberian diuretikum dapat
merugikan, yaitu memperberat hipovolemia, memperburuk perfusi uteroplasenta,
meningkatkan hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat
janin
 Antihipertensi14
Terdapat banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan batas (cut off) tekanan
darah, untuk pemberian antihipertensi.Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu
penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai<
160/105 atau MAP < 125.

29
Jenis antihipertensi yang diberikan sangat bervariasi dan belum ada antihipertensi yang terbaik
untuk pengobatan hipertensi dalam kehamilan.Namun yang harus dihindari secara mutlak
sebagai antihipertensi ialah diazokside, ketanserin, nimodipin dan magnesium sulfat.15

Lini Obat Dosis dan cara pemberian


I Nifedipin 10-20 mg/oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120
mg/24jam
II Sodium 0,25 µg iv/kg/menit, infus ditingkatkan 0,25 µg iv/kg/5
nitroprusside menit.
Diazokside 30-60 mgiv/5menit, atau iv infus 10mg/menit/dititrasi
Tabel 4. Antihipertensi pada preeklampsia berat.1

 Glukokortikoid15
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu. Diberikan
pada kehamilan 32-34 minggu, 2 x 24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.

Sikap Terhadap Kehamilannya

Berdasarkan Wiliam Obstetrics, ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan, maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi :

1. Aktif (aggressive management): kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan


dengan pemberian pengobatan medikamentosa.
2. Konservatif (ekspektatif): kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan medikamentosa.

Perawatan aktif14

Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini:

Ibu  Umur kehamilan ≥ 37 minggu. Lockwood dan Paidas mengambil


batasan umur kehamilan > 37 minggu untuk preeclampsia ringan
dan batasan ≥37 minggu untuk preeklampsia berat.
 Adanya tanda-tanda/ gejala-gejala Impending Eclampsia
 Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu: keadaan klinik
dan laboratorik memburuk

30
 Diduga terjadi solutio plasenta
 Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
Janin  Adanya tanda-tanda fetal distress
 Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR)
 NST nonreaktif dengan profil biofisik abnormal
 Terjadinya oligohidramnion

Laboratorik  Adanya tanda-tanda “Sindroma HELLP” khususnya menurunnya


trombosit dengan cepat.
 Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan
berdasar keadaan obsterik pada waktu itu, apakah sudah inpartu
atau belum.

Tabel 5. Indikasi perawatan aktif

Perawatan konservatif15

Indikasi perawatan konservatif ialah :

a) kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia


b) keadaan janin baik.

Diberi pengobatan yang sama dengan pengobatan medikamentosa pada pengelolaan secara
aktif. Pada perawatan konservatif preeclampsia, loading dose MgSO4 tidak diberikan secara iv
cukup i.m saja. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya ialah hanya
observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri.Magnesium
sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsia ringan selambat-
lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, keadaan ini dianggap
sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi. Penderita boleh
dipulangkan bila penderita kembali ke gejala-gejala atau tanda-tanda preeklampsia ringan.15

31
Gambar 2. Manajemen preeklampsia pada kehamilan < 34 minggu

Komplikasi14,15

Ibu  Sistem saraf pusat –perdarahan intrakranial, trombosis vena sntral,


hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, makular atau retina
detachment dan kebutaan korteks
 Gastrointestinal-hepatik – subkapsula hematoma hepar, ruptur kapsul
hepar.
 Ginjal – gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut
 Hematologik – DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi
 Kardiopulmonar – edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi
atau arrest pernafasan, cardiac arrest, iskemia miokardium
 Lain-lain : asites,edema, laring, hipertensi yang tidak terkendalikan
Janin  Intrauterine fetal growth restriction

32
 Solusio plasenta
 Prematuritas
 Sindroma distres nafas
 Kematian janin intrauterin
 Kematian neonatal perdarahan intraventrikular
 Necrotizing enterocolitis
 Sepsis
 Cerebral palsy
Tabel 6. Komplikasi preeklampsia berat terhadap ibu dan janin1

Prognosis 15

Tanda dan gejala preeklampsia biasanya menghilang setelah 6minggu kelahiran.


Bagaimanapun, tekanan darah tinggi dapat memburuk beberapa hari selepas persalinan. Pasien
yang pernah mempunyai preeklampsia akan lebih mudah untuk mendapat preeklampsia pada
kehamilan berikutnya namuntidak seteruk preeklampsia yang terjadi pada kehamilan
sebelumnya. Pasien yang mempunyai tekanan darah tinggi lebih dari satu kehamilan akan
mempunyai probabilitas yang lebih besar untuk mendapat tekanan darah tinggi.

Daftar Pustaka
1. Cunningham FG et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric, 22st
ed. Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.
2. Rifayandi S. Kelahiran Sungsang, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi, Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, Bandung 2005.
3. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan, edisi ke-3.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.
4. Fischer Richard et al, Breech Presentation, e medicine, January 2002.
5. Schiara J, et al. Breech Presentation. Gynecology and Obstetric 6th edition, Lippincot-
Raven Publisher, Chicago 1997.
6. Setjalilakusuma L. Induksi Persalinan, dalam Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2000.
7. Mochtar R. Persalinan Sungsang. Sinopsis Obstetri, edisi ke-2. EGC, Jakarta 1998.

33
8. Ballas S, et al. Deflexion of the fetal head in breech presentation.
Incidence,Management, and Outcome. Obstetrics and Gynecology. Diakses
darihttp://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.
9. Caterini, et al. Fetal risk in hyperextension of the fetal head in breech presentation.
Diakses dari http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.
10. Westgren, et al. Hyperextension of the fetal head in breech presentation. Astudy with
long-term follow-up. Diakses dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. Januari, 2007.
11. Muh. Dikman Angsar. Hipertensi dalam kehamilan. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011;4:530-60.
12. Cunningham FG dkk. Pregnancy Hipertension dalam: William Obstetrics. McGraw
Hill Publisher. 2010;23:Chapter 34.
13. Tamara L Callahan, Aaron B. Coughey. Hipertension and Pregnancy.; Blueprints
Obstetrics and Gynaecology. LippincottWilliams & Wilkins Publisher. 2013;6:143-53.
14. Alan H. DeCherney, Lauren Nathan, T. Murphy Goodwin, Neri Laufer. Hypertension
in Pregnancy; Current Diagnosis and Treatments in Obstetric and Gynaecology.
McGraw Hill Publisher. 2012;11:Chapter 19.
15. D. Keith Edmonds. Hypertensive Disorder. Dewhurst’s Textbook of Obstetrics and
Gynaecology. Blackwell Publisher. 2007;7:227-34.

34

Anda mungkin juga menyukai