Anda di halaman 1dari 13

Hipopigmentasi pasca inflamasi

- Hipopigmentasi yang terjadi setelah atau berhubungan dengan


dermatosis yang disertai inflamasi.

- Salah satu jenis yang didapat (acquired hypopigmentary disorder)


yang paling sering dijumpai. Pola distribusi dan keparahan
hipopigmentasi berhubungan dengan derajat keparahan dari
inflamasi.
Epidemiologi

• Hipopigmentasi post-inflamasi dapat terjadi pada seluruh jenis kulit,


namun lebih sering ditemukan pada orang-orang yang berkulit gelap.
Tidak ada perbedaan antara laki-laki maupun perempuan dalam
jumlah insidensi hipopigmentasi post-inflamasi.
Etiologi

• Keadaan ini biasanya terjadi pada dermatitis atopik, dermatitis


eksematosa, dan psoriasis. Selain itu dapat juga terjadi pada
parapsoriasis, pitiriasis likenoides kronik, alopesia musinosa, mikosis
fungoides, lupus eritematosus diskoid, liken planus, liken striatus,
dan dermatitis seboroik.
• Hipopigmentasi pasca inflamasi terjadi karena hambatan penyebaran
melanosom
 Gambaran klinis berupa makula berwarna keputihan dengan batas
yang difus pada tempat terjadinya kelainan kulit primer.
Diagnosis Banding Makula Hipopigmentasi

Anestesi Tidak anestesi

- Riwayat kontak dengan


penderita
- Latar belakang keluarga
dengan riwayat tinggal di
daerah endemis
- Lemah, berkurangnya Tidak gatal Gatal
jumlah keringat
- Perubahan imunitas

- timbul rasa gatal


terutama bila
- Sering terpajan - Riwayat keluarga + - Kebiasaan berganti- berkeringat
matahari - Faktor pencetus + ganti pasangan - kecendrungan genetik
- ± Dermatitis atopi (krisis emosi, trauma - gejala konstitusi - riwayat pengobatan
- Predileksi anak- fisis, stres terbakar (anoreksia, penurunan steroid (+)
anak (3-16 tahun) surya, pajanan bahan BB, malaise, nyeri - malnutrisi
- Riwayat ruam kimiawi) kepala, demam yang
sebelum bercak - Riwayat penyakit + tidak tinggi, artralgia)
putih (kelainan tiroid, DM, - riwayat sifilis / riwayat
anemia pernisiosa, terdapat ruam
alopesia areata) menyeluruh dan timbul
cepat sebelum bercak-
bercak putih
Inspeksi dan palpasi:
kulit kering dan alopesia di daerah lesi
lagopthalmus (+)

Status dermatologikus: Status dermatologikus:


regio: - regio: -
distribusi: tidak simetris distribusi: lebih simetris
efluoresensi primer: makula efluoresensi primer: makula,
warna: hipopigmentasi, eritema plakat, papul, nodus
ukuran: - warna: hipopigmentasi, eritema
jumlah: - ukuran: -
efluoresensi sekunder: - jumlah: -
konfigurasi: - efluoresensi sekunder: -
konfigurasi: -
KIE :
- Melakukan rehabilitasi medis untuk
cacat tubuh : operasi dan fisioterapi
Hitung lesi kulit: Hitung lesi kulit: - terapi psikologik
≤5 >5 - bekerja sesuai cacat tubuh

Pemeriksaan uji sensibilitas:


rasa nyeri dengan jarum (+) MDT- PB MDT -MB
rasa raba dengan kapas (+)
rasa suhu dengan 2 tabung reaksi (+)

PB MB
-bercak ≥5 -bercak >5
Pemeriksaan saraf perifer:
-saraf 1 -saraf >1
n. aurikularis magnus; n. ulnaris;
-BTA (-) -BTA (+)
n. tibialis posterior; n. peroneus komunis
=> ada pembesaran kanan/kiri; ±atrofi , hilangnya
sensasi/kelemahan otot yang dipersarafi
Pemeriksaan histopatologis:
Sel Virchow (+)
Pemeriksaan bakteriologis: Pemeriksaan bakteriologis: Pemeriksaan serologis:
BTA(+) BTA(-) Uji ELISA, ML dipstick test
Tipe PB dengan lesi Tipe PB dengan Tipe MB: MDTL alternatif :
tunggal: 2-5 lesi: - rifampisin 600 mg/ - toksisitas rimfapisin
- rifampisin 600 mg - rifampisin 600 bulan Ofloxacin 400 mg / hari
- ofloksasin 400 mg mg/ bulan - DDS 100 mg / hari dengan minocycline 100 mg/
- Minoksiklin 100 mg - DDS 100 mg / - Klofamizin 300 mg/ hari selama 6 bulan,
hari bulan, diteruskan 50 diteruskan dengan ofloxacin
Lama pengobatan : mg/ hari / 100 mg 400 mg / hari atau
diberikan 1 kali Lama selang sehari/ 3 kali minocycline 100 mg/ hari
sebagai dosis pengobatan : 100 mg tiap minggu selama 18 bulan. ( DDS dan
tunggal diberikan klofazimin tetap diteruskan)
sebanyak 6 dosis Lama pengobatan : - toksisitas DDS
yang diselesaikan diberikan sebanyak MH tipe PB  diganti
dalam 6-9 bulan 12 dosis yang klofazimin
diselesaikan dalam MH tipe MB  tetap
12-18 bulan dilanjutkan tanpa DDS
- ps menolak pemberian
klofazimin
ofloxacin 400 mg/ hari
selama 12 bulan atau
rifampicin 600 mg/ bulan,
ofloxacin 400 mg/ bulan dan
minosiklin 100 mg/ bulan
selama 24 bulan
Status dermatologikus Status dermatologikus
Regio : wajah, ekstremitas, badan (simetris pd bokong, paha Regio : ektensor tulang terutama diatas jari, periorifisial sekitar
atas, punggung dan ekstensor lengan) mata, mulut, hidung, tibialis anterior, pergelangan tangan
Distribusi : - bagian flexor
Efluoresensi primer : makula Distribusi : lokalisata/ generalisata
Warna : hipopigmentasi Efluoresensi primer : makula
Ukuran : lentikular numular, plakat batas agak tegas Warna : hipopigmentasi/ putih seperti kapur/ susu
Jumlah : - Ukuran : miliar – plakat dengan batas tegas
Efluoresensi sekunder : skuama halus Jumlah : soliter, multipel
Konfigurasi : - Efluoresensi sekunder : -
Konfigurasi : -

Pemeriksaan penunjang : biopsi kulit (pemeriksaan


Pemeriksaan penunjang :
histopatologi)
- pemeriksaan wood  depigmentasi, tidak ada inflamasi
- Biopsi kulit ( pem histopatologi)  normal, kecuali tidak
ada melanosit (HE)
Pytriasis Alba - studi lab : T4, TSH, gula darah puasa, darah lengkap, ACTH
stimulation tes kalau diperlukan
Penatalaksanaan :
- emolien Vitiligo
- Steroid topikal
- Preparat ter (liquor karbones detergen 3-5% krim/ salap)
Penatalaksanaan :
KIE :
- penggunaan kamuflase  cosmetic cover-up
- Menghindari/ mengurangi pajanan sinar matahari
- medikamentosa :
- Memakai tabir surya

<20 % dari permukaan kulit : topikal >20 % dari permukaan kulit :


kortikosteroid/ imunomodulator/ calcipotriol/ fototerapi NB-UVB / RVA  tidak ada
kombinasitidak ada respon  topikal PUVA respon dan > 50 %  depigmentasi
terapi  tidak ada respon  skin grafting dengan MBEH

KIE :
- hindari stress
- gunakan tabir surya
- hindari trauma
Status dermatologikus
Regio: di daerah seboroik (tubuh bagian atas, leher, wajah, lengan
atas)
Distribusi: -
Efluoresensi primer: makula
Warna: hipopigmentasii, kadang eritema hingga kecoklatan
Ukuran: -
Jumlah: -
Efluoresensi sekunder: skuama putih halus
Konfigurasi: -

Pemeriksaan :
- Pemeriksaan lampu Wood:
terlihat fluoresensi berwarna kuning keemasan
- Pemeriksaan langsung dengan mikroskop dan larutan KOH 20%
spaghetti and meatballs(hifa pendek, spora-spora bulat yang dapat
berkelompok

Pytriasis versikolor

Medikamentosa:
1. Topikal
Sampo selenium sulfida 1,8% dioleskan di seluruh daerah yang terinfeksi,
15-30 menit sebelum mandi, sekali/hari atau 2-3 kali seminggu. Khusus
untuk daerah wajah dan genital digunakan golongan azol topikal.
2. Sistemik
lesi luas atau sulit disembuhkan =>ketokonazol oral 200mg/hari selama
10 hari.
Obat dihentikan bila pemeriksaan klinis, lampu wood, dan pemeriksaan
mikologis langsung berturut-turut selang seminggu telah negatif
3. Kasus kronik berulang
terapi pemeliharaan dengan topikal tiap 1-2 minggu atau sistemik
ketokonazol 2x200mg/hari sekali sebulan
KIE:
Hindari suasana lembab, panas, dan keringat berlebih
Status dermatologikus
Regio: khas telapak tangan dan kaki
Distribusi: generalisata
Efluoresensi primer: makula
Warna: hipopigmentasi
Ukuran: -
Jumlah: -
Efluoresensi sekunder: - KIE:
Konfigurasi: anular 1. Penanganan pasangan seksual sedapat
mungkin dilakukan
2. abstinensia
3. Konseling:
- tentang penyakit sifilis dan penularannya, cara
pencegahan, pengobatan
- kemungkinan resiko tertular HIV
Leukoderma sifilitikum

Evaluasi TSS (VDRL):


Medikamentosa: 1 bulan sesudah pengobatan selesai, ulangi
1. Obat pilihan TSS:
Benzatin penisilin G dengan dosis bergantung pada a. titer ↓ : tidak diberi pengobatan lagi
stadium, b. titer ↑ : pengobatan ulang
Stadium dini: stadium I, II & laten <2th: 2,4 juta unit c. titer tetap : tunggu 1 bulan lagi
2. Obat alternatif 1 bulan sesudah c:
Tetrasiklin 4x500mg/hari atau Titer ↓ : tidak diberi pengobatan
Eritromisin 4x500mg/hari atau titer ↑ atau tetap : pengobatan ulang
Doksisiklin 2x100mg/hari
Lama pengobatan 30 hari (stadium dini) Pemantauan TSS: pada bulan ke I, II, III, VI, dan
XII dan setiap 6 bulan pada tahun ke-2
Penatalaksanaan

• Sesuai dengan kelainan kulit yang mendasarinya. Keadaan


hipopigmentasi ini tidak akan membaik jika proses inflamasi masih
terus berlangsung.
• Skin health restoration adalah konsep yang dikemukakan oleh
Obagi, yang bertujuan untuk mengembalikan dan menjaga setiap sel
di kulit dapat melaksanakan fungsi fisiologis dengan baik sehingga
menghasilkan kulit yang sehat. Konsep ini menggunakan dua
prinsip, yaitu koreksi kulit dengan bahan bleaching dan stimulasi kulit
dengan bahan blending. Koreksi kulit terjadi di epidermis, sedangkan
stimulasi kulit terjadi di papila dermis dan stratum basal epidermis.
Kesimpulan

• Hipopigmentasi pasca inflamasi adalah hipopigmentasi yang terjadi


setelah atau berhubungan dengan dermatosis yang disertai inflamasi
dengan gambaran klinis berupa makula keputihan pada tempat
terjadinya kelainan primer.
• Penatalaksanaan hipopigmentasi pasca inflamasi biasanya sesuai
dengan kelainan kulit yang mendasarinya. Pemilihan konsep skin
health restoration untuk penatalaksanaan hipopigmentasi pasca
inflamasi pada kasus ini karena berdasarkan pengalaman Obagi
diketahui bahwa kelainan kulit pengobatannya lebih efektif dengan
konsep yang bertujuan menjaga kesehatan kulit secara keseluruhan
dibandingkan hanya bertujuan menghilangkan kelainannya saja.

Anda mungkin juga menyukai