Anda di halaman 1dari 36

ASISTENSI PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK
BLOK MEKANISME DASAR PENYAKIT
Apa Saja Tesnya?

• URINALISIS
• TES CAIRAN PLEURA
• TES CAIRAN PERIKARDIUM
• TES CAIRAN LAMBUNG
• TES CAIRAN ASCITES
• TES CAIRAN SENDI
Urinalisis (tes urin) atau analisis urin adalah
pemeriksaan sampel urin secara fisik
(makroskopik), Mikroskopik dan kimia. Urinalisis
(tes urin) merupakan salah satu tes laboratorium
yang tidak hanya memberikan informasi
1. URINALISIS tentang keadaan ginjal dan saluran kemih,
(makroskopik,mikroskopik,kimia)
tetapi juga mengenai faal hati, saluran
empedu, pnkreas, korteks adrenal dan keadaan
lainnya.
Volume, warna
I. TES MAKROSKOPIK & jernih, ph, BJ

Alat dan bahan


Gelas takar, Carik indicator pH, Urinometer,
Termometer ruangan

Contoh:

BJ = (Suhu Ruangan - Suhu tera)X 0,001 + BJ yang dibaca Nilai Rujuk


Koreksi pembacaan BJ3 dengan memperhatikan suhu
1. Kejernihan :jernih /sedikit keruh
kamar
2. Warna : kuning muda
Suhu tera : 15°C
3. PH : 4,5- 8
Suhu Ruangan : 32°C 4. Bau : Amonia
BJ yang dibaca : 1,015 (misalnya). 5. Volume : 600-2500 ml/24 jam, rata2 1500 ml/24 jam
Jadi : 6. Bj :1,005-1,025 ( >1,030=pekat=glukosuria)
BJ = (32 - 15) X 0,001 + 1,015
3
II. TES MIKROSKOPIK
Tes mikroskopi berupa tes sedimen urin. Urin yang dipakai untuk tes sedimen ini dapat urin segar atau
urin yang sudah diberi pengawet formalin

Alat dan bahan Tabung sentrifus


Alat sentrifus
Corong
Kaca obyek + kaca penutup (dekglas)
Pipet tetes / pipet Pasteur
Mikroskop
lanj..
Cara kerja :
Masukkan 10-15 ml urin kedalam tabung sentrifus,lalu urin tersebut disentrifus selama 5 menit pada 1500 –
2000 rpm.
Buang cairan dibagian atas tabung (lapisan supernatant), sisakan endapan urin kira-kira 1 ml.
Sentakkan dinding tabung dengan jari untuk mencampurkan sisa urin dengan endapan (sedimen)
Ambil suspensi endapan dengan pipet tetes, tempatkan 1 tetes di atas kaca obyek kemudian tutup
dengan kaca penutup.
Periksa sedimen dibawah mikroskop dengan :
Lensa objektif 10 X (LPK : lapangan pandang kecil) :
Untuk jumlah rata-rata sedimen seperti torak, Kristal, epitel dan elemen lainnya.
Lensa objektif 40 X (lapangan pandang besar : LPB)
Untuk jumlah rata-rata eritrosit dan lekosit.
III. TES KIMIA
3.1. TES PROTEIN URIN
A. Reaksi dengan Asam Sulfosalisil 20%
B. Reaksi dengan Asam Asetat 10% dan Pemanasan

Alat dan bahan Interpretasi


Tabung reaksi + rak
Asam Sulfosalisil 20 %
HASIL KADAR PROTEIN INTERPRETASI
Asam asetat 10 %
- (Negatif) tidak ada kekeruhan
Pembakar (Bunsen / spiritus)
+ protein < 0,01 gr % Kekeruhan sangat halus, terlihat bila diberikan
latar belakang hitam
1+ 0,01-0,05 gr % Ada kekeruhan tetapi tidak tampak berbutir-
butir
2+ 0,05-0,2 gr% Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir

3+ 0,2-0,5 gr% Amat keruh dengan gumpalan berkeping-


keping
4+ protein > 0,5 gr % Kekeruhan tebal dan bergumpal- gumpal
LANJ. TES PROTEIN
a. Reaksi dengan Asam Sulfosalisil 20%
1. Siapkan 2 tabung reaksi, tandai dengan nomor 1 daan 2. Tabung nomor 2 dipakai sebagai pembanding.
2. Tuangkan kemasing-masing tabung 2 mL urin
3. Tambahkan ke tabung no 1 : 2 mL asam Sulfosalisil 20 %, kocok isis tabung.
4. Perhatikan ada tidaknya kekeruhan pada tabung 1, bandingkan dengan tabung 2

b. Reaksi dengan Asam Asetat 10% dan Pemanasan


1. Tuang urin yang jernih ke dalam tabung reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh.
2. Panaskan bagian atas tabung selama lebih kurang 2 menit dan timbulnya kekeruhan. Bagian bawah tabung digunakan sebagai
pembanding (kontrol). Kekeruhan yang timbul dapat disebabkan oleh protein, foafat, atau karbonat.
3. Tambahkan 3-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan fosfat dan karbonat.

4. Panaskan lagi bagian atas tabung, kekeruhan yang timbul adalah presipitasi protein.
III. TES KIMIA
3.2.TES GLUKOSA URIN
(Tes Reduksi Benedict)

Alat dan Bahan Interpretasi


Tabung Reaksi + Rak
HASIL KADAR PROTEIN INTERPRETASI
Larutan Benedict Kualitatif
- (Negatif) cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau atau
Pembakar Bunsen sedikit keruh
1+ Glukosa 0,5-1,0 gr% Hijau kekuningan

2+ Glukosa 1,0-1,5 gr% Kuning kehijauan

3+ Glukosa 1,5-2,5 gr% Kuning

4+ Glukosa 2,5-4,0 gr% Jingga/Merah


• Tes cairan pleura adalah tes terhadap specimen
cairan yang terdapat dalam rongga pleura
dengan tujuan sebagai petunjuk penting
mengenai penyebab penimbunan cairan,
2. TES CAIRAN menunjang diagnosis, memantau perjalanan
penyakit, efektifitas pengobatan dan komplikasi
penyakit serta mengetahui interpretasi hasil-hasil
tes yang dilakukan.
PLEURA
(makroskopik,dan,kimia) • Tes cairan pleura meliputi tes makroskopik, kimia,
mikroskopik, mikrobiologi dan penanda tumor.
Namun tes yang akan dilakukan dalam praktikum
ini adalah tes makroskopi dan tes kimia (tes
Rivalta).
Prosedur punksi cairan pleura (Torakosentesis)

• Penderita dimasukkan dalam ruang tindakan/ruang khusus untuk tindakan punksi


pleura.
• Penderita didudukkan dengan posisi tegak atau bahunya disandarkan ke.bantal
atau memeluk bantal dalam keadaan duduk, kemudian dilakukan perkusi dinding
toraks belakang untuk menentukan ketinggian cairan pleura dalam rongga pleura.
• Tempat melakukan punksi ialah ruang interkostal 6,7 atau 8 (sela iga 8 biasanya
setinggi ujung skapula) pada linea aksilaris posterior.
• Pada tempat punksi dilakukan desinfeksi dengan bahan desinfektan (alkohol 70%
dan betadine).
• Dengan memakai sarung tangan steril, jarum (abbocath) ukuran 16 ditusukkan ke
dalam dinding toraks bagian belakang, kemudian cairan pleura diaspirasi
sebanyak 50 cc dengan spoit steril, lalu dimasukkan ke dalam botol-botol yang
bersih / steril dan selanjutnya dikirim ke Laboratorium untuk dilakukan tes analisis
cairan pleura.
Volume, warna
I. TES MAKROSKOPIK & jernih, BJ,
bekuan

1.Volume 2.Warna dan kejernihan


Pra Analitik :
Pra Analitik:
• Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan yang berbeda
Prinsip tes: Makin banyak volume cairan pleura • Alat : tabung yang jernih
makin besar kerusakan pada rongga pleura
Analitik :
Alat: Gelas ukur
• Cara kerja : melihat warna dan kejernihan sampel
Analitik: • Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih

Cara kerja: Melihat jumlah cairan pleura


Pasca Analitik :
Nilai rujukan: 1-10 cc. Interpretasi :
Pasca Analitik: • Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan jernih seperti pada
gagal jantung kongestif
Interpretasi: Makin banyak cairan pleura • Warna eksudatif dapat berbeda-beda seperti :
berarti makin besar kerusakan. • Warna kuning : mengandung bilirubin
• Warna merah atau coklat : mengandung darah
• Warna putih kuning dan keruh : mengandung nanah atau
• Putih seperti susu atau keruh : Warna kehijauan : pyocyaneus.
lanj..
3. Berat Jenis
Pra Analitik : 4. Bekuan
Prinsip tes : menentukan berat jenis cairan pleura.
Pra Analitik :
• Prinsip tes : fibrinogen yang ada dalam sampel
Alat : urinometer ( bila cairan banyak ) dan refraktometer (bila
cairan sedikit )
dapat menyebabkan sampel membeku
• Alat : tabung yang jernih
Analitik :
Analitik :
Cara kerja : melihat berat jenis sampel yang tertera dalam
alat
• Cara kerja : sampel dibiarkan dalam suhu
kamar selama satu jam, kemudian dilihat
Nilai rujukan : < 1,018 berarti transudat; > 1,018 berarti eksudat
apakah ada bekuan atau tidak.
Pasca Analitik :
• Nilai rujukan : tidak membeku
Interpretasi : Pasca Analitik :
Berat jenis < 1,018 Transudat : payah jantung, asites, nefrosis Interpretasi :
Berat jenis > 1,018 Eksudat : keganasan, tuberculosis dan • Ada bekuan (+) : ada proses peradangan
infeksi paru lainnya, reaksi obat, asbestos sarkoidosis • Makin besar bekuan, makin berat proses
peradangannya
lanj..
Volume 1-10cc > cairan= > kerusakan

warna Tidak berwarna • Transudat : kekuningan dan jernih


• Eksudat:kuning,merah /coklat,putih
kuning/keruh,putih susu/keruh,
Kejernihan jernih kehijauan

Bj 1,018(N) <N=tarnsudat
>N=eksudat

bekuan Tidak ada bekuan + = peradangan


> bekuan= > peradangan
II. TES KIMIA (RIVALTA)
TES RIVALTA
Pra Analitik :
Prinsip tes : adanya seromusin akan memberikan
gambaran awan putih
Alat : Gelas ukur, Aquades, Asam asetat glasial
Analitik :
Cara kerja :
Campurkan 2 tetes asam asetat glacial ke dalam 100 ml
aquades dalam gelas ukur
Teteskan 1 tetes cairan pleura yang akan diperiksa ke
dalam campuran tersebut
Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi
Nilai rujukan : tidak ada kekeruhan
Pasca Analitik :
Interpretasi :
Bila tidak ada kekeruhan hasil tes negatif : Transudat
Bila terdapat kekeruhan hasil tes positif : Eksudat
Pengambilan Cairan Perikardium

Tehnik perikardiosentesis :
• Pasien disandarkan pada posisi 450.
• Pungsi dilakukan secara aseptik dan lokasi pungsi
diberi anestesi lokal dengan lidokain 2%
• Dengan menggunakan jarum 16 – 18 yang
dihubungkan spoit 10 – 50 ml ditusukkan dengan
hati-hati sedalam 2 – 4 cm sampai terasa
2. TES CAIRAN tahanan lapisan perikardium pada lokasi tempat
penusukan. Tempat penusukan pada sela iga V
atau VI garis sternum kiri atau sudut intra sternum
. Lebih baik dengan bantuan echokardiographi.
PERIKARDIUM • Aspirasi cairan perikardium dan tampung dalam
wadah yang telah disediakan
(makroskopik,mikroskopik,kimia)
• Tutup luka bekas tindakan dengan kassa steril.
VOLUME, WARNA

I. TES MAKROSKOPIK DAN KEJERNIHAN,


pH, BJ, BEKUAN

PRA ANALITIK
Alat dan bahan : gelas ukur, tabung reaksi, strip pH,
Urinometer, pipet.
ANALITIK
Nilai rujukan: Volume :10 – 50 ml.
Warna : bening atau kuning pucat
pH : 7,3 – 7,4
BJ : 1,012 – 1,018
Bekuan : negatif

PASCA ANALITIK

Interpretasi :
Volume : > 50 ml → terjadi akumulasi cairan yang menunjukkan beratnya penyakit dan penekanan pada
jantung.

Warna : Kuning keputihan → proses inflamasi.


Merah kecoklatan → ruptur otot jantung, hemoragik
pH : > 7,4 → transudat , < 7,3 → eksudat
BJ : < 1,018 → transudat, > 1,018 → eksudat
Bekuan : (+) → eksudat
II. TES MIKROSKOPIK
1. HITUNG JUMLAH LEUKOSIT 2. HITUNG JENIS LEKOSIT
PRA ANALITIK PRA ANALITIK
Alat dan bahan : Kaca objek, Metil AlkohoL, Larutan Giemsa/
Alat dan bahan :
Wrigt/ May-Grunwald Giemsa (MGG), Mikroskop
Larutan Turk atau NaCl 0,9%, Kamar hitung
Improved Neubauer, Pipet leukosit dan selang ANALITIK
penghisap, Mikroskop, Kaca penutup Prinsip tes : cairan perikardium diapuskan diatas kaca objek dan
ANALITIK kemudian diwarnai, perbedaan morfologi lekosit dan daya serap masing-
masing jenis lekosit terhadap zat warna
Prinsip tes : sampel diencerkan dan
Nilai rujukan : PMN → 25 – 45 %
dimasukkan kedalam kamar hitung
(hemositometer) dan dihitung dengan
PASCA ANALITIK
memperhatikan faktor pengenceran
Interpretasi:
Nilai rujukan : jumlah lekosit < 500 /mm3 • Dominasi lekosit PMN / > 50 % → proses inflamasi akut, infeksi
PASCA ANALITIK bakteri, eksudat (perikarditis oleh bakteri atau virus )
• Limfosit > 50 % → inflamasi kronik ( TBC Perikarditis )
Interpretasi :
Jumlah lekosii > 500 /mm3 menunjukkan eksudat/
proses peradangan yang dapat disebabkan
bakteri, virus (perikarditis, TBC perikarditis)
III. TES KIMIA
TES RIVALTA
PRA ANALITIK
Persiapan sampel : tidak persiapan khusus
Alat dan bahan : Gelas ukur,Pipet tetes,Asam
asetat glasial,Aquades
ANALITIK
Prinsip tes : penambahan asam asetat glacial pada
cairan akan menimbulkan terjadinya penggumpalan protein
yang terlihat sebagai kekeruhan
PASCA ANALITIK
Interpretasi :
Terbentuk awan putih kebiruan → eksudat
Tidak terbentuk awan putih → transudat
Parameter Transudat Eksudat
cairan jernih keruh
warna Kuning pucat Kuning-hijau
Berat jenis <1,018 >1,018
Bekuan - +
pH >7,4 <7,3
protein <3 gr/dl > 3 gr/dl
glukosa = plasma darah < plasma darah
LDH <200 U/I > 200 U/I
Rivalta - + (kekeruhan)
Hitung sel PMN sedikit banyak
Pewarnaan Gram - + / biru ungu
Kultur kuman - +
Pengambilan Cairan Lambung
• Pengambilan cairan lambung dilakukan
dengan cara sonde lambung. Sonde
dimasukkan melalui mulut atau hidung dengan
2. TES CAIRAN yang biasa dipakai ialah sonde kecil menurut
Wangestreen atau levine. Sonde ini berupa pipa
karet yang mudah bengkok, sempit dan
LAMBUNG mempunyai beberapa lobang dekat ujungnya.
(makroskopik,mikroskopik,kimia) Pada sonde ini terdapat 4 garis yang masing-
masing letaknya 45, 55, 65 dan 75 cm
Volume, warna , bau,

I. TES MAKROSKOPIK lendir, pH, sisa


makanan, pus

Pra analitik
Alat dan bahan : Gelas ukur, tabung reaksi,pH
Pasca analitik
meter
Interpretasi :
Analitik Volume :Kadar meningkat (hipersekresi dan hiperchlorhydria
Nilai rujukan :
Warna : Warna kehijau-hijauan (biliverdin) dan kuning
Volume : 25 -75 ml
(bilirubin), Merah, Coklat
Warna : Abu-abu mutiara dan agak keruh
Bau : Agak asam-asam Bau : Bau asam keras , Bau busuk Bau tinja, Bau alcohol
pH : 1,3 - 3,5 disebabkan oleh karena alcohol
Bau amoniak disebabkan uremia
Pus : Tidak ada
Lendir : Tidak ada Lendir : Meningkat dari mulut atau jalan
Sisa makanan : Tidak ada pernafasan
Pus :Ada , sputum yang ditelan,
Sisa Makanan : Ada, Obstruksi pada pyloris (sikatris, tumor,
motilitas kurang)
II. TES MIKROSKOPIK
Tes Mikroskopi mencakup tes eritrosit, lekosit, sel-sel epitel, tes butiran lemak dan bakteri
Praanalitik
Persiapan sampel : Sampel puasa
Alat dan bahan : Slide Pewarnaan Sudan III, Mikroskop, Pewarnaan gram
Analitik
Nilai Rujukan
Eritrosit, lekosit, sel epitel, butiran lemak dalam getah lambung normal didapat dalam jumlah kecil
Bakteri : tidak ada

Pascaanalitik
Interpretasi
Bakteri cocci besar Gram positif (+) dalam jumlah banyak ; adanya stasis achlorhydria
Bacillus Boas-Oppler ; Batang gram positif (+) yang besar berkelompok menunjukkan
adanya achlorhydria
III. TES FUNGSI SEKRESI (HCL BEBAS)
Praanalitik
Persiapan pasien : Dalam keadaan puasa

Alat dan bahan : Alkohol 70% Gelas kimia


Indikator Toefler Kain kasa
Indikator fenoftelin 1%

Analitik
Nilai Rujukan
HCl bebas : 25 – 50 satuan.
HCl total : 50-75 satuan.

Pascaanalitik
Interpretasi
HCL bebas < 20 satuan : karsinoma, gastritis kronis, obstruksi pilorik
Ascites adalah terkumpulnya cairan intraperitoneal
berupa cairan serosa dalam jumlah yang berlebihan
yang disebabkan oleh proses inflamasi atau infeksi.

Cara Pengambilan Sampel


• Kosongkan kandung kencing.
• Baringkan penderita pada posisi supine atau
dengan sudut 45o.
• Aspirasi dilakukan pada titik sedikit diluar
pertengahan garis antara umbilicus dan spina iliaka
anterior superior. Gunakan jarum ukuran 20 atau 10
• Lakukan aspirasi percobaan, bila ascites keluar
tampung dalam botol penampung steril untuk
2. TES CAIRAN pemeriksaan mikrobiologi.
• Hubungkan abbocath dengan slang plastik
ASCITES (Paracentesis) kemudian fiksasi dengan plester, cairan yang keluar
(makroskopik,mikroskopik,kimia) ditampung dalam botol penampung drainage.
I. TES MAKROSKOPIK
Pra Analitik Pasca Analitik
Alat dan bahan : gelas ukur, Tabung steril dan jernih, pH
indicator Interpretasi :
Analitik • Volume cairan makin banyak menunjukkan makin
Volume beratnya penyakit dan makin besarnya
penekanan intra abdominal.
Prinsip tes : makin besar volume cairan ascites
menunjukkan besarnya penekanan organ intraperitoneal
• Warna kekuningan dan jernih menunjukkan
dan makin patologik. transudat, makin kuning warna sampel makin
tinggi kadar proteinnya.
Warna dan kejernihan
• Warna kehijauan biasanya eksudat
Prinsip tes : adanya kelainan memberikan warna yang
• Warna kuning menunjukkan bilirubin
berbeda dan timbul kekeruhan .
• Warna merah atau kuning kemerahan
pH • Warna kuning muda dan keruh atau chylus.
Prinsip tes : nilai keasaman berhubungan dengan proses • Bekuan ( + ) menunjukkan eksudat
patologis penyebab penyakit. • Bekuan ( - ) menunjukkan transudat.
Bekuan • pH < 7,31 : eksudat, ditemukan pada inflamasi
Prinsip tes ; proses pembekuan disebabkan oleh non neoplasmik ( empyema, tuberculosa,
tingginya kadar protein (fibrinogen ; kadar > 7 %) penyakit rheumatoid) dan neoplasmik
• pH > 7, 4 : transudat ( sirosis, gagal jantung
kongestif)
II. TES MIKROSKOPIK
1. Hitung jumlah total lekosit
Pra analitik
Prinsip tes : membedakan cairan transudat dan eksudat, jumlah lekosit dihitung apabila diduga cairan bersifat eksudatif.
Alat dan bahan
-Larutan Turk
-Kamar hitung Improved New Bauer
-Pipet mikro ukuran 20 ul, 200 ul.
-Mikroskop.
Analitik
Cara Kerja;
-Encerkan cairan ascites dengan larutan Turk dengan pengenceran 10 X.
-Hasil pengenceran diteteskan pada kamar hitung, kemudian dibaca di bawah mikroskop empat kotak lekosit, hasil
perhitungan dikali 25 / mm.

Pasca Analitik
Interpretasi ;
- Kurang dari 1000 sel / ul mennjukkan transudat dan > 1000 sel / ul menunjukkan eksudat
- Jumlah lekosit 5 – 10.000/mm3 dijumpai pada peritonitis TB
- Jumlah lekosit > 10.000/mm3 dijumpai pada pankreatitis
- Jumlah lekosit 25 – 100.000/mm3 dijumpai pada peritonitis bacterial.
Lanj..
2. Hitung Jumlah Eritrosit
Pra Analitik
Prinsip : Hitung jumlah eritrosit dialkukan bila cairan ascites berwarna kemerahan. Untuk membedakan darah tersebut akibat
punksi percobaan maka ascites yang diambil untuk hitung eritrosit tidak diambil dari cairan yang pertama keluar dari drainase
tetapi sebaiknya diambil saat pertengahan drainase.
Alat dan Bahan :
Larutan Hayem
Kamar hitung Improved New Bauer
Pipet mikro ukuran 20 ul dan 200 ul
Mikroskop.
Analitik
Cara Kerja :
1. Encerkan cairan ascites dengan larutan Hayem dengan pengenceran 200 kali
2. Hasil pengenceran diteteskan pada kamar hitung, kemudian dibaca dibawah mikroskop pada lima kotak eritrosit, hasil perhitungan dikalikan
10.000 / mm

Pasca Analitik
Interpretasi :
Jumlah eritrosit > 100.000 / mm3 menunjukkan adanya trauma atau keganasan.
Jumlah eritrosit < 100. 000 / mm3 kemungkinan eritrosit berasal dari akibat punksi percobaan.
Lanj..
3. Hitung Jenis Lekosit
Pra Analitik
Prinsip : Perbedaan morfologi lekosit dan daya serap masing - masing jenis lekosit terhadap zat warna.
Hitung jenis dilakukan selain untuk membedakan jenis inflamasi akut atau kronis juga untuk membantu
diagnosis
Alat dan Bahan : Sentrifus , Kaca obyek , Metil alcohol (fiksasi), Pewarnaan Giemsa, Pengukur waktu
Analitik
Cara Kerja :
1. Sedimen cairan ascites dibuat hapusan kemudian dibiarkan kering.
2. Fiksasi dengan metal alcohol dan setelah kering warnai dengan Giemsa biarkan selama 20 menit.
3. Kemudian bilas dengan air mengalir. Hasilnya dibaca di bawah mikroskop.

Pasca Analitik
Interpretasi :
• Hitung 1000 sel lekosit , bila PNM > 50 %  inflamasi akut, infeksi bakteri dan eksudat
• Limfosit > 50 %  inflamasi kronis dan transudat
• Eosinofil ditemukan pada penderita asma, parasit, infark pulmonum dan limfoma
• Lekosit muda ditemukan pada leukemia
III. TES RIVALTA
Pra Analitik
Prinsip tes ; penambahan asam asetat glacial pada cairan akan menimbulkan
terjadinya penggumpalan protein, yang terlihat sebagai kekeruhan.
Alat dan bahan : Gelas ukur, Pipet tetes, Asam acetat glacial, Aquades
Analitik
Cara Kerja :
1. Campurkan asam acetat glacial 2 tetes dalam aquades 100 ml
2. Teteskan 1 tetes cairan ascites pada permukaan larutan tersebut dan lihat kekeruhan yang timbul
(berupa awan).

Pasca Analitik
Interpretasi :
Positif (terbentuk awan putih kebiruan  eksudat
Negatif (tidak terbentuk awan putih)  transudat
Pemeriksaan cairan sendi diindikasikan
pada keadaan-keadaan dimana terdapat
penambahan jumlah cairan sendi (efusi), atau
adanya perubahan fisik akibat efusi tersebut
misalnya pembengkakan sendi yang fluktuatif.
Teknik pengambialan cairan sendi disebut
“arthrocentesis” harus dilakukan secara asepsis
2. TES CAIRAN SENDI oleh tenaga yang berpengalaman dan
(makroskopik,mikroskopik,kimia) tekniknya berbeda tergantung sendi tempat
pengambilan cairan .
Teknik Arthrocentesis

Cara kerja :
1. Penyuntikan dilakukan dalam keadan yang steril
2. Tentukan tempat pengambilan yang tepat dan tandai dengan pulpen
3. Atur posisi penderita sedemikian rupa, sehingga struktur sasaran suntikan dalam keadaan rileks
4. Lakukan pembersihan serta tindakan asepsis pada tempat yang akan disuntik
5. Jika prosedur diperkirakan berlangsung lama atau sulit, dapat diberikan semprotan etilklorida atau anestesi lokal
dengan infiltrasi lidokain melalui jarum yang sangat halus
6. Umumnya pendekatan dilakukan dari bagian ekstensor untuk menghindari trauma neurovaskuler
7. Setelah semua prosedur di atas dilakukan aspirasi dapat dimulai dengan menusuk perlahan-lahan tempat yang
telah diberi tanda
8. Jika ada efusi, jumlah cairan yang diambil dapat berkisar 10-20 ml
9. Tampunglah aspirat ke dalam 4 tabung yang telah disiapkan
10. Tabung I (tanpa koagulan) : untuk tes makroskopik, viskositas dan tes musin
11. Tabung II (dengan antikoagulan EDTA) : untuk tes mikroskopik, hitung jenis sel dan sel
12. Tabung III (tabung harus steril berisi heparin atau EDTA) : untuk tes mikrobiologi
13. Tabung IV (tanpa koagulan) : untuk tes kimia dan imunologi
14. Setelah aspirasi, sendi hendaklah dalam keadan rileks.
I. TES MAKROSKOPIK
TES PERSIAPAN PASIEN DAN ALAT DAN BAHAN PRINSIP TES
Pra Analitik SAMPEL
Volume Tidak ada Gelas ukur Makin banyak volume makin luas
kerusakan

Warna dan Tidak ada Tabung jernih Setiap kelainan memberi warna
kejernihan berbeda

Tidak ada Spoit As. Hialuronat dalam cairan


Viskositas sendi menentukan viskositas

Bekuan spontan Tidak ada Tabung jernih Fibrinogen menyebabkan


sample membeku
Bekuan mucin
Tidak ada Tabung reaksi As. Acetat dapat membekukan
Aquades as. Hialuronat dan protein
Pengaduk
As. Acetat glacial
As. Acetat 7N
I. TES MAKROSKOPIK, Lanj..
• Viscositas
Analitik ✓Cara kerja :
• Volume 1. Isap sample ke dalam spoit tanpa jarum
2. Teteskan sample keluar dari spoit, ukur panjang tetesan
✓Cara kerja : perhatikan volume 3. Sample diantara jari telunjuk dan ibu jari direntangkan, ukur
cairan sendi yang diaspirasi panjang rentangan
✓Nilai rujukan : 0,1 – 3,5 ✓Nilai rujukan : panjang tanpa putus 4-5 cm

• Bekuan spontan
• Warna dan kejernihan : ✓ Cara kerja :
Biarkan sample selama satu jam, lihat apakah ada bekuan atau
✓Cara kerja : perhatikan warna
tidak
dan kejernihan sample, bedakan ✓ Nilai rujukan : tidak membeku
darah akibat aspirasi dengan
darah yang betul berasal dari • Bekuan mucin (mucin clot)
cairan sendi ✓ Cara kerja :
✓Nilai rujukan : tidak berwarna 1. Buat larutan asam acetat 7N dari 40,8 ml asam acetat glacial
dan 100 ml air
dan jernih
2. Masukkan 4 ml air aquades dalam tabung reaksi kemudian
masukkan 1 ml cairan sendi lalu tambahkan 1 tetes asam
acetat 7N aduk kuat-kuat kemudian baca reaksi segera
✓ Nilai rujukan : mucin normal terlihar bekuan kenyal dalam cairan
jernih
I. TES MAKROSKOPIK, Lanj..
Pasca Analitik
Volume
Interpretasi : > 3,5 ml abnormal • Viscositas
Warna dan kejernihan ✓ Interpretasi:
• Viskositas tinggi non Inflamasi
Interpretasi :
• Viskositas menurun (<4 cm)  inflamasi dan septic
Kurang jernih : non inflamasi • Viskositas bervariasi  hemoragik
Kuning keputihan: Inflamasi spesifik dan
non spesifik karena bertambahnya lekosit • Bekuan spontan
✓ Interpretasi:
Kuning kehijauan: Septik atau purulen
• Bekuan positif  proses peradangan, makin besar
Merah kecoklatan: hemotagik bekuan makin berat peradangan

• Bekuan mucin (mucin clot)


✓ Interpretasi:
• Mucin baik (normal) : terlihat kenyal dalam cairan
• Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak
mempunyai batas tegas dalam cairan jernih
• Mucin jelek : Jika bekuan berkeping-keping
dalam cairan keruh
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai